1
Nielsen, “Millennials Are Top Smartphone Users” (https://www.nielsen.com/us/en/insights/news/2016/millennials-are-top-
smartphone-users.html, Diakses pada 11 April 2019, 2016)
Kaum milenial atau biasa disebut Gen Y yang memiliki rentang kelahiran dari
tahun 1981 sampai 2000 dinilai lebih melek teknologi dibanding GenX (kelahiran
1965-1980) dan Baby Boomers (kelahiran 1946-1964) karena terdapat perbedaan trend
pada rentang waktu tersebut. Milenial lahir pada era dimana video game, smartphone,
dan internet sedang berkembang pesat. Milenial kerap kali disebut sebagai big data
generation karena milenial adalah generasi pertama yang tumbuh ‘online’ dan
menggunakan media sosial secara konstan2. Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial
sangat bermanfaat bagi milenial untuk memperluas koneksi, mencari pekerjaan,
mencari informasi atau hanya sekadar untuk hiburan. Mengesampingkan sisi
positifnya, media sosial juga menjadi sasaran empuk oknum tidak bertanggung jawab
untuk menyebarluaskan keburukan, seperti berita bohong atau hoax.
2
Sarah Landrum, “Here's Why Millennials Are the Most Data-driven Generation”
(https://www.forbes.com/sites/sarahlandrum/2017/08/29/an-inside-look-at-millennials-love-of-data/#47f30420271e, Diakses
pada 11 April 2019, 2017)
3
Ayu Yuliani, “Ada 800.000 Situs Penyebar Hoax di Indonesia” (https://kominfo.go.id/content/detail/12008/ada-800000-situs-
penyebar-hoax-di-indonesia/0/sorotan_media, Diakses pada 11 April 2019, 2017)
Milenial diharuskan untuk mengetahui dan mengaplikasikan information
technology (IT) untuk mengambil langkah preventif dalam menghadapi hoax yang
semakin masif di era revolusi industri 4.0. Perlu adanya pengambilan langkah konkret
dalam membangun karakter milenial yang dapat memandang informasi secara holistik
dan komprehensif, logis, dan kritis agar tidak mudah dibohongi berita hoax. Pada
dasarnya, milenial memiliki kondisi psikologis yang cenderung lebih baik dalam
menangkal hoax. Milenial adalah generasi dengan asupan data paling deras dan
cenderung lebih mampu dalam memanfaatkan data dibanding generasi sebelumnya.
Melihat fakta ini, generasi milenial menjadi sangat potensial dalam menjadi garda
utama dalam menangkal hoax yang bertebaran di Indonesia.
Membangun karakter tidak hanya melihat dari segi teknis, melainkan juga dari
segi fundamental individu tersebut. Milenial cenderung apatis dan tidak
memperdulikan keadaan sekitar. Ketergantungan dengan gadget yang berlebihan
menyebabkan kebanyakan milenial kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi di
dunia nyata.4 Faktanya, 4 dari 10 milenial berinteraksi menggunakan smartphone
dengan orang terdekatnya seperti pasangan, orang tua, teman, anak dan lain-lain.5
Tidak dapat dipungkiri, penggunaan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram,
dan Google+ sangat bermanfaat untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan kerabat-
kerabat kita yang jauh. Namun, perlu adanya keseimbangan antara interaksi melalui
media sosial dengan interaksi secara langsung. Poinnya adalah, milenial harus
memiliki kepedulian terhadap masyarakat disekitarnya yang dilatih dengan
berinteraksi dengan masyaraka secara langsung. Apabila mereka hanya dilatih secara
teknis tanpa adanya fondasi kepedulian sosial yang kuat, kaum milenial nantinya hanya
akan bersikap “bodo amat” terhadap hoax yang beredar tanpa adanya tindakan
4
Brian Rashid, “Two Reasons Millennials Leaders Struggle with Communication And How To Help Them”
(https://www.forbes.com/sites/brianrashid/2017/05/04/two-reasons-millennials-leaders-struggle-with-communication-and-how-
to-help-them/#1c5e0dc8c671, Diakses pada 11 April 2019, 2017)
5
Catey Hill, “Millennials engage with their smartphones more than they do actual humans”
(https://www.marketwatch.com/story/millennials-engage-with-their-smartphones-more-than-they-do-actual-humans-2016-06-
21, Diakses pada 11 April 2019, 2016)
preventif. Imbasnya, masyarakat akan percaya begitu saja dengan hoax dan berujung
kepada perpecahan bangsa.
Semua hal tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Perlu adanya dukungan dari
instansi pendidikan dan pemerintah dalam memfasilitasi pembelajaran tentang big data
dengan memasukkan kedalam kurikulum dan membuat mata kuliah tersendiri yang
menggabungkan antara pembelajaran yang bersifat teknis seperti bahasa pemrograman
dan bersifat fundamental seperti pengabdian masyarakat. Milenial yang sudah atau
tidak kuliah juga perlu mendapatkan pembelajaran yang sama. Pemerintah juga perlu
menyediakan fasilitas seperti workshop atau seminar bagi milenial yang mau
berkontribusi dalam memberantas hoax.
Karakter seperti melihat masalah secara holistik dan komprehensif, logis, dan
berpikir kritis adalah karakter yang perlu dimiliki milenial dalam era yang perputaran
informasinya sangat dinamis ini. Dengan generasi milenial yang berkarakter inilah
niscaya kita dapat mengurangi hoax dan dapat mempersiapkan Indonesia menuju
bonus demografi 2020-2035.
Biodata Penulis
Nama Lengkap : Alfandy Surya
Instagram : alfandysurya