Anda di halaman 1dari 3

Permasalahan yang dihadapi ODHA bukan hanya permasalahan kondisi

fisik yang semakin menurun, namun juga timbul permasalahan sosial seperti
penerimaan label negatif dan berbagai bentuk diskriminasi dari lingkungan (Nur,
Hasanah Hasna, & Ika, 2012).

Faktor-faktor yang memberi pengaruh terhadap stigma dan diskriminasi


pada ODHA antara lain takut tertular dan menjadi beban keluarga yang merawat
ODHA. Penelitian yang dilakukan oleh Leslie Butt, dkk menyebutkan bahwa
orang takut mengungkapkan status mereka sebagai ODHA karena takut
didiskriminasi. Ketika harus mengungkapkan status HIV nya, ODHA sering
berhadapan dengan resiko terkucilkan. Banyak yang memilih untuk
menyembunyikannya, bahkan pada pasangan karena khawatir mendapat stigma
negati (Galuh & Novani, 2015).

Munculnya stigma dan diskriminasi dapat karena kurangnya keterlibatan


masyarakat dalam setiap upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.
Akibatnya, masyarakat yang mendapatkan informasi yang tepat mengenai
HIV/AIDS, khususnya dalam mekanisme penularan HIV/AIDS. Perilaku pada
ODHA tidak hanya melanggar hak asasi manusia, melainkan juga sama sekali
tidak membantu pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS(Wati et al., 2017).

Keluarga merupakan unit pelayanan dasar di masyarakat yang juga


merupakan perawat utama dalam anggota keluarga. Salah satu fungsi dari
keluarga adalah fungsi psikologis yaitu memberikan kasih sayang, dan rasa
aman bagi keluarga, memberikan perhatian Pengungkapan status HIV pada
orang terdekat merupakan bagian penting dari pemberdayaan diri (Galuh &
Novani, 2015).

Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) adalah kelompok yang berasal dari


kumpulan Odha atau Ohida dengan tujuan kegiatan memberikan dukungan
mental kepada Odha lain, terutama Odha yang baru mengetahui status
HIV(Mardhiati, 2016).

Refleksi saya mengenai tantangan bagi ODHA dalam pengungkapan


status HIV adalah status ODHA diharapkan dengan apa adanya dapat diterima
bagi keluarga dan orang terdekat dari pengidap HIV/AIDS. Dengan tidak
mengucilkan keberadaannya, orang terdekat diharapkan tetap memberikan
dukungan penuh bagi ODHA untuk rutin melakukan perawatan dan pengobatan
demi peningkatan kualitas hidup ODHA.

Peran peduli warga terhadap ODHA juga penting dalam meningkatkan


kepercayaan diri pada ODHA. Adanya Warga Peduli AIDS (WPA) menjadi salah
satu upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap stigma dan diskriminasi
bagi ODHA. Keterlibatan masyarakat dapat meningkatkan informasi yang tepat
mengenai HIV/AIDS, khususnya dalam mekanisme penularan HIV/AIDS.

Selain itu, Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) juga harus selalu


dilakukan pemantauan dan evaluasi tentang keberhasilan dalam pelatihan
berkala, sehingga KDS dapat menunjukan keberhasilan dalam peningkatan
pengetahuan dan kepercayaan diri bagi ODHA.
DAFTAR PUSTAKA

Galuh, M., & Novani, D. (2015). Pentingnya Pengungkapan Status HIV/AIDS


ODHA Pada Orang Terdekat. Jurnal Berkala Kesehatan (Google Schoolar),
Vol. 1, No, 47–51.

Mardhiati, R. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Percaya Diri Pada Orang


dengan HIV / AIDS ( ODHA ) Dengan Keikutsertaan Pelatihan Berkala.
Jurnal ARKESMAS, 55–63.

Nur, Hasanah Hasna, S., & Ika, H. (2012). Konsep diri orang dengan HIV dan
AIDS (ODHA) yang menerima label negatif dan diskriminasi dari lingkungan
sosial. Psikologia-Online: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Psikologi, 7(1),
29–40. Retrieved from
http://jurnal.usu.ac.id/index.php/psikologia/article/view/400/377

Wati, N. S., Pendidikan, B., Cahyo, K., Bagian, R. I., Kesehatan, P., Perilaku, I.,
… Indraswari, R. (2017). Pengaruh Peran Warga Peduli Aids Terhadap
Perilaku Pengaruh Peran Warga Peduli Aids Terhadap Perilaku Diskriminatif
Pada Odha Pengaruh Peran Warga Peduli Aids Terhadap Perilaku. 5(April),
volume 5, no 2. Retrieved from http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Anda mungkin juga menyukai