ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk membuktikan adanya pengaruh iklim organisasi terhadap
Tingkat Kepercayaan Organisasi Di Universitas Swasta X Di Gresik.Jenis
penelitian kuantitatif dengan tingkat analisis korelasional. Variabel terikat adalah
Tingkat Kepercayaan Organisasi (Y), sedangkan variabel bebas adalah iklim
organisasi. Populasi penelitian adalah tenaga adnistrasi struktural dengan teknik
sampling jenuh sejumlah 64 orang. Teknik pengumpulan data kedua variabel
dengan menggunakan skala likert dengan lima pilihan jawaban. Validitas
instrumen menggunakan validitas logik sedangkan koefisien reliabilitas dihitung
dengan formula Alfa Cronbach. Koefisien reliabilitas Skala Kepercaayaan Organisasi
0.937 sedangkan Skala Iklim Organisasi 0.912. Analisis data menggunakan teknik
statistic regresi sederhana dengan taraf signifikasi 5%. Hasil uji statistik dengan
SPSS 14.00 mengasilkan nilai r = 0,460 dan nilai F= 16.685 dengan taraf signifikansi p
= 0,000 < 0,05 yang berarti signifikan. Hal tersebut berarti ada Pengaruh Iklim Organisasi
yang signifikan terhadap Tingkat Kepercayaan Organisasi Di Universitas Swasta X Di
Gresik. Sumbangan efektif Iklim Organisasi terhadap Tingkat Kepercayaan Organisasi
sebesar 21,2% sedangkan 78,8% dipengaruhi variabel lainnya.
1. Pendahuluan
Perguruan Tinggi memiliki fungsi untuk menjalankan Tri Dharma
Perguruan Tinggi yang meliputi pelaksanaan pendidikan-pengajaran, penelitian
dan pengabdian kepada masyarakat. Kinerja dari sebuah perguruan tinggi dapat
dilihat dari indikator kuantitas dan kualitas luaran dari pelaksanaan tiga fungsi
tersebut, yang meliputi jumlah dan kualitas lulusan, hasil penelitian dan publikasi
ilmiah, jumlah Hak Kekayaan Intelektual dan kontribusi terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Setiap Perguruan Tinggi mempunyai tanggungjawab
untuk melaporkan kinerja pada tiap luaran melalui sistem on line yang telah
disiapkan Kementrian RISTEK DIKTI Republik Indonesia. Dengan demikian
pemerintah dapat memantau kinerja setiap perguruan tinggi dan pada sisi lain
perguruan tinggi memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan kinerja Tri
Dharma Perguruan Tinggi.
Agar dihasilkan kinerja yang optimal sesuai standar penjaminan mutu dari
sebuah perguruan tinggi maka diperlukan adanya suatu kerjasama yang baik diantara
pimpinan dan bawahan, dosen dan mahasiswa, karyawan dan dosen, sesama karyawan
dan sesama dosen untuk menciptakan sinergis diantara unsur civitas akademika dan
tenaga kependidikan. Hardjopranoto (1997:40) menjelaskan bahwa dalam melakukan
pengembangan organisasi, kepercayaan (trust) merupakan unsur yang sangat penting,
khususnya dalam memahami perilaku interpersonal, termasuk keterkaitannya dengan
1
penguatan budaya organisasi.
Starnes, B J.,menjelaskan istilah kepercayaan dalam organisasi dapat
digunakan dalam beberapa cara. Pertama, Kepercayaan inter organisasi yaitu
kepercayaan antara dua organisasi, sebagai contoh beberapa organisasi percaya
pada perusahaan United Parcel Service (UPS) untuk mengirim produk-produk
mereka tepat waktu. Kedua, beberapa peneliti berfokus pada Kepercayaan intra
organisasi yaitu kepercayaan yang terbangun dalam relasi antara karyawan dengan
atasan langsung, sementara yang lain melihat hubungan antara para pegawai dan
berjalannya organisasi. Peran kepercayaan inter personal dalam kelompok kerja
dan tim kerja juga dapat dilihat sebagai sebuah aspek kepercayaan organisasi.
Peran kepercayaan inter personal dalam kelompok kerja dan tim kerja juga dapat
dilihat sebagai sebuah aspek kepercayaan organisasi.
Covey, S dan Merrill,R. (2010) menjelaskan bahwa organisasi dengan
kepercayaan yang tinggi, menunjukkan beberapa indikator perilaku anggotanya
yang meliputi : Informasi dibagikan secara terbuka; kesalahan ditoleransi dan
didorong sebagai cara belajar; adanya budaya inovatif dan kreatif; orang
menghargai pimpinan; orang berbicara sesuai kenyataan/fakta dan
mengkonfrontasikan persoalan-persoalan yang sesungguhnya; ada komunikasi
dan kolaborasi yang nyata; orang mudah memberikan rasa terima
kasih/penghargaan atas bantuan/jasa orang lain; hasil keputusan rapat
dilaksanakan secara efektif; mengutamakan transparansi dalam penyelenggaraan
organisasi; orang bersikap terus terang dan autentik; ada akuntabilitas yang tinggi
dan ada vitalitas dan energi yang terasa, orang dapat merasakan momentum yang
positif.
. Hasil penelitian Zahra dan Mariatin (2012:56) juga membuktikan bahwa semakin
tinggi kepercayaan karyawan terhadap organisasi diikuti juga peningkatan identifikasi
dan keterlibatan pegawai terhadap organisasi (komponen affective komitmen), persepsi
kerugian yang akan muncul jika meninggalkan pekerja (komponen continuance
komitmen).
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan dalam
organisasi mutlak diperlukan dalam rangka menumbuhkan komitmen dan pengembangan
organisasi. Kepercayaan dalam oraganisasi memang tidak dapat terwujud secara tiba-tiba.
Kepercayaan terbentuk melalui sebuah pengalaman dan pembuktian bahwa pihak lain
memang benar-benar dapat dipercaya.
Dinamika yang terjadi dalam proses penyelenggaraan organisasi tentu tidak selalu
berjalan lancar, dan tidak selalu memberikan pengalaman positif selama proses aktifitas
di organisasi berlangsung. Adanya polarisasi dan konflik antar kelompok secara
psikologis berdampak pada anggota organisasi sehingga cenderung mudah curiga, tidak
percaya dan cenderung berpersepsi negatif kepada pihak lain yang dianggap bukan
bagian dari kelompoknya. Kondisi tersebut menunjukkan tingkat kepercayaan yang
rendah dalam organisasi. Upaya-upaya menumbuhkan kepercayaan dalam organisasi
perlu dilakukan melalui menciptakan iklim organisasi yang dirasakan nyaman bagi
anggota organisasi.Berdasarkan pada masalah tersebut maka penting dilakukan penelitian
tentang Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Tingkat Kepercayaan Organisasi di
Universitas Muhammadiyah Gresik.
TINJAUAN TEORI
Kepercayaan Organisasi
Covey, S dan Merrill,R. (2010:382) menjelaskan bahwa organisasi dengan
kepercayaan yang tinggi, menunjukkan beberapa indikator perilaku anggotanya
2
yang meliputi : Informasi dibagikan secara terbuka; kesalahan ditoleransi dan
didorong sebagai cara belajar; adanya budaya inovatif dan kreatif; orang
menghargai pimpinan; orang berbicara sesuai kenyataan/fakta dan
mengonfrontasikan persoalan-persoalan yang sesungguhnya; ada komunikasi
yang nyata dan kolaborasi yang nyata; orang mudah memberikan rasa terima
kasih/penghargaan atas bantuan/jasa orang lain; hasil keputusan rapat
dilaksanakan secara efektif; mengutamakan transparansi dalam penyelenggaraan
organisasi; orang bersikap terus terang dan autentik; ada akuntabilitas yang tinggi
dan ada vitalitas dan energi yang terasa, orang dapat merasakan momentum yang
positif.
Covey, S dan Merrill,R. (2010:381) juga menjelaskan bahwa organisasi
dengan kepercayaan yang rendah, terdapat perilaku-perilaku berikut ini: orang
memanipulasi atau mendistrorsikan fakta-fakta; orang menahan dan menimbun
informasi; mendapatkan pengakuan jasa itu sangat penting; orang memuntir
kebenaran demi keuntungan mereka sendiri; ide-ide baru secara terang-terangan
ditentang dan ditekan; kesalahan ditutupi; sebagian besar orang terlibat dalam
permainan saling menyalahkan, saling menjelek-jelekkan; orang banyak
menggunjing permasalahan pekerjaan dan organisasi; banyak dilakukan rapat
tetapi tidak dilaksanakan secara efektif; banyak hal yang dianggap tidak mungkin
dibahas; orang cenderung berjanji secara berlebihan namun tidak menepatinya;
Orang mencoba mencari-cari alasan; motivasi dan energi rendah; merasakan
ketegangan dan ketakutan sehingga tidak produktif.
Covey, S dan Merrill,R. (2010:401-406) juga menjelaskan beberapa kerugian
apabila dalam organisasi menunjukkan kepercayaan yang rendah, beberapa
diantaranya adalah :
a. Adanya hierarki organisasi yang berlebihan, manajemen berlapis-lapis, dan
struktur-struktur yang tumpang tindih, yang semuanya dirancang untuk
memastikan pengendalian
b. Adanya birokrasi mencakup aturan-aturan, ketentuan-ketentuan, kebijakan-
kebijakan, prosedur-prosedur, dan proses-proses yang rumit dan menyulitkan.
c. Adanya “perilaku politik dalam organisasi” yang didefinisikan sebagai
penggunaan taktik dan strategi untuk meraih kekuasaan.
d. Ketidakterlibatan adalah individu dalam organisasi hanya memberikan usaha
minimal untuk mendapatkan gaji dan agar tidak dipecat, namun mereka tidak
memberikan talenta, kreativitas, energi atau gairah mereka. Secara fisik mereka
hadir, namun hati dan pikiran mereka tidak untuk organisasi.
Iklim Organisasi
Pada tingkatan organisasi, iklim merupakan karakteristik-karakteristik yang
secara terus menerus mampu membedakan yang satu dengan yang lain, serta
berpengaruh terhadap perilaku individu-individu yang berbeda di dalam
organisasi. Secara individu (psikologi), iklim merupakan perasaan perseptual dari
para individu terhadap organisasi masing-masing. Pendapat ini senada dengan
yang diungkapkan oleh Higgins (dalam Burhanuddin 2002) yang mengatakan
bahwa iklim organisasi merupakan sejumlah persepsi personel organisasi,
termasuk pimpinan organisasi, mengenai jalannya organisasi yang diinginkan
serta lingkungan sosialnya.
Likert (dalam Owens,1981) mengungkapkan ada empat sistem manajemen
yang membentuk iklim organisasi yaitu:
3
1. Exploitative-authoritative (pemimpin pemeras). Pemimpin sangat otokratis,
sedikit kepercayaan kepada bawahan, suka mengeksploitasi dan cenderung
bersikap paternalistik. Cara memotivasi bawahan dilakukan dengan cara menakut-
nakuti, memberi hukuman dan kalaupun memberikan penghargaan, biasanya
dilakukan secara kebetulan.
2. Benevolent-authoritative (pemimpin pemurah). Pemimpin mempunyai
kepercayaan yang terselubung kepada bawahan. Memotivasi bawahan dilakukan
dengan cara memberi hadiah, menakut-nakuti, dan pemberian hukuman.
Pemimpin sudah membolehkan komunikasi keatas, mendengarkan pendapat, ide-
ide bawahan, serta melimpahkan wewenang dalam proses pengambilan
keputusan. Hubungan atasan dan bawahan sudah dalam suasana baik, tetapi
bawahan masih tetap berhati-hati dan merasa khawatir.
3. Consultative (penasihat). Pemimpin dalam hal ini memiliki sedikit kepercayan
kepada bawahan terutama kalau membutuhkan informasi, ide atau pendapat dari
bawahan. Pemberian motivasi kepada bawahan dilakukan dalam bentuk
pemberian penghargaan atau hukuman kepada bawahan, dan itu dilakukan secara
kebetulan. Komunikasi dilakukan dengan pola komunikasi ke bawah dan
komunikasi keatas.
4. Participative-group (partisipasi kelompok). Dalam hal ini pemimpin memiliki
kepercayaan yang besar kepada bawahan. Setiap pemecahan masalah selalu
melibatkan ide-ide pendapat orang lain, serta berniat menggunakan pendapat dan
ide bawahan secara konstruktif. Penghargaan yang diberikan kepada bawahan
lebih bersifat ekonomis dengan berdasarkan para partisipasi kelompok. Pemimpin
memiliki keinginan untuk mendorong bawahan untuk ikut bertanggung jawab
membuat keputusan dan melaksanakan keputusan tersebut dengan pebuh
tanggung jawab.
Keempat sistem manajemen tersebut,Likert (dalam Owens,1981)
mendasarkan pada enam dimensi atau ciri organisasi, yang menentukan iklim
organisasi adalah:
a. Dimensi proses kepemimpinan menunjuk pada tindakan pemimpin dalam
mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan
organisasi. Dimensi proses kepemimpinan berkenaan dengan sejauh mana
atasan mempercayai bawahan dan bawahan mempercayai atasan, sejauh mana
pemimpin menunjukkan perilaku sportif, sejauh mana sikap pemimpin yang
menyebabkan para bawahan merasa bebas membicarakan hal-hal penting
dengan atasan langsung, dan seberapa jauh atasan berupaya meminta pendapat
bawahan dalam memecahkan masalah-masalah organisasi.
b. Dimensi kekuatan motivasi menunjuk pada faktor-faktor yang mendorong
seseorang melakukan pekerjaannya, yang dalam hal ini dapat berupah jaminan
fisik, ekonomi, pengakuan, status, prestasi dan pengalaman-pengalaman baru.
c. Dimensi komunikasi menunjukkan pada ciri-ciri yang terdapat dalam proses
penyampaian dan penerimaan informasi dari atau oleh satu pihak ke pihak
lain. Dimensi komunikasi berkenaan dengan banyaknya interaksi dan
komunikasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, arah arus
komunikasi yang meliputi arus komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan
komunikasi ke samping.
d. Dimensi proses pengambilan keputusan. Dimensi ini meliputi : pada tingkatan
mana keputusan-keputusan formal diambil, apakah informasi yang diperlukan
untuk mengambil keputusan tersedia secara memadai dan akurat, sejauhmana
4
pengetahuan profesional dan teknis yang digunakan dalam pembuatan
keputusan, sejauhmana keterlibatan bawahan dalam pengembalian keputusan
yang berkaitan dengan pekerjaan mereka, apakah keputusan diambil
didasarkan pada pola pendapat orang-perorang atau kelompok.
e. Dimensi proses pembuatan tujuan menunjuk pada ciri-ciri yang terdapat dalam
proses penentuan sesuatu yang ingin dicapai oleh suatu organisasi. Dimensi
ini mencakup cara-cara yang digunakan untuk menetapkan tujuan, upaya dari
berbagai tingkatan hirarkis yang berbeda dalam memperjuangkan unjuk kerja
yang tinggi, dan keberadaan kekuatan-kekuatan yang menerima, menolak atau
melawan tujuan-tujuan tersebut.
f. Dimensi proses pengawasan menunjuk pada ciri-ciri yang terdapat dalam
proses pencegahan terhadap kemungkinan-kemunginan terjadinya
penyimpangan-penyimpangan atas tujuan yang hendak dicapai. Dimensi ini
mencakup pada tingkatan terdapat perhatian besar atau utama terhadap unjuk
kerja fungsi pengawasan, sejauh mana ketepatan ukuran dan informasi yang
digunakan untuk mengarahkan dan melaksanakan fungsi pengawasan, dan
sejauhmana pengawasan digunakan untuk membimbing diri sendiri (self
guidence) atau pemecahan masalah kelompok (group probling solving) oleh
atasan melalui cara-cara yang bersifat pemberian hukuman (punitive).
Berdasarkan uraian diatas bahwa iklim organisasi yang kondusif bagi
peningkatan motivasi berprestasi, prestasi kerja, dan produktivitas guru, sistem
manajemen organisasi yang harus digunakan adalah sistem keempat, yaitu
partisipative-group (kelompok partisipatif) yang menggambarkan enam
karakteristik organisasi meliputi :
1. Proses kepemimpinan,dengan indikator : pemimpin memiliki tingkat
kepercayaan pada bawahan, dengan demikian bawahan bebas mengeluarkan
ide, pendapat atau gagasan yang konstruktif.
2. Kekuatan motivasi, dengan indikator : lebih banyak memberikan penghargaan
dan melibatkan bawahan. Tanggungjawab untuk mencapai tujuan organisasi
terletak pada semua level dari atas sampai bawahan dengan tim kerja yang
mampu bekerjasama dengan baik.
3. Porses komunikasi, dengan indikator :
a). komunikasi ke bawah : kesediaan atasan bersedia membagikan informasi
kepada bawahan, dan bawahan memiliki kemampuan menerima informasi
dengan baik.
b). komunikasi ke atas : bawahan selalu memberikan informasi yang akurat
terhadap atasan.
c). komunikasi ke samping : hubungan psikologi yang erat antara atasan dan
bawahan yang mencakup rasa empati atasan terhadap masalah-masalah yang
dihadapi bawahan dan sebaliknya, rasa empati bawahan terhadap masalah-
masalah yang dihadapi atasan.
4. Proses pengambilan keputusan, dengan indikator: keputusan dibuat pada
seluruh level atau seluruh lapisan tetapi tetap terintegrasi secara baik.
5. Proses penetapan tujuan, dengan indikator : proses penetapan tujuan organisasi
melalui kesepakatan bersama, sedikit atau btidak ada kekuatan-kekuatan yang
secara tersembunyi menolak, melawan atau menghambat tujuan organisasi.
6. Proses pengawasan, dengan indikator : fungsi pengawasan dan pemeriksaan
dibagi secara luas, keberadaan organisasi informal mendukung atau tidak
menghambat tujuan organisasi formal, data tentang biaya, produktivitas, dan
5
data pengawasan yang lain digunakan untuk membimbing diri sendiri atau
untuk pemecahan masalah kelompok.
Ada beberapa penelitian yang menunjukkan pengaruh iklim organisasi
terhadap perilaku individu dalam organisasi. Diantaranya yaitu hasil penelitian
Junandi dan Maryono (2012) membuktikan adanya pengaruh iklim organisasi
secara signifikan terhdap kinerja pustakawan di Universitas Gajah Mada. Hasil
penelitian Saputra,FJ. (2012) juga membuktikan pengaruh yang bermakna dari
faktor-faktor iklim organisasi yang meliputi: kepercayaan (X1), moral (X2),
konflik (X3), imbalan (X4), kredibilitas pemimpin (X5), perlawanan terhadap
perubahan (X6) dan sebab kesalahan (X7) terhadap kepuasan kerja Dosen FTI
UPN “Veteran” Jawa Timur.
Pada tingkatan organisasi, iklim merupakan karakteristik-karakteristik yang
secara terus menerus mampu membedakan yang satu dengan yang lain, serta
berpengaruh terhadap perilaku individu-individu yang berbeda di dalam
organisasi. Secara individu (psikologi), iklim merupakan perasaan perseptual dari
para individu terhadap organisasi masing-masing. Persepsi positif maupun negatif
terbentuk dalam diri anggota individu sebagai akibat dari pengalaman
penyelenggaraan organisasi akan memberikan dampak psikologis diantaranya
peningkatan kinerja, kepuasan kerja dan kepercayaan.
Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi
kebenarannya melalui penelitian ilmiah (Riduwan,2009:37). Hipotesis penelitian
ini yaitu “Ada pengaruh iklim organisasi terhadap tingkat kepercayaan dalam
organisasi di Universitas Muhammadiyah Gresik”
3. Metode Penelitian
3.1. Jenis Penelitian
6
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat) (Sugiyono, 2009: 39). Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah iklim organisasi.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat
diamati yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstruk (Azwar, 2011:74).
7
e. Proses penetapan tujuan, dengan indikator : proses penetapan tujuan
organisasi melalui kesepakatan bersama, sedikit atau btidak ada kekuatan-
kekuatan yang secara tersembunyi menolak, melawan atau menghambat
tujuan organisasi.
f. Proses pengawasan, dengan indikator : fungsi pengawasan dan
pemeriksaan dibagi secara luas, keberadaan organisasi informal
mendukung atau tidak menghambat tujuan organisasi
Variabel iukur dengan skala likert, hasil pengukuran dapat
diinterpretasikan semakin tinggi skor maka berarti iklim organisasi
cenderung partisipatif
Populasi & Teknik Sampling
Populasi adalah sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi
hasil penelitian. Populasi peneltian ini adalah pejabat struktural di Universitas
Muhammadiyah Gresik mulai dari level Kepala Bagian, Kepala Tata Usaha
Kepala Laboratorium, Ka.Pusat, Ka. Prodi, Ka.Biro, Ka. Lembaga, Ka. Badan,
Dekan dan Wakil Rektor. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan
dengan teknik sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009:85). Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 64 orang.
Teknik Pengumpulan Data
Alat ukur untuk mengukur variabel tingkat kepercayaan organisasi
menggunakan skala likert, sedangkan alat ukur untuk mengukur variabel iklim
organisasi beberapa pertanyaan disertai 4 pilihan jawaban. Variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Indikator-
indikator dari variabel tersebut yang dijadikan dasar pembuatan item instrumen
tyang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab responden. Pada alat
ukur tingkat kepercayaan organisasi disusun dua macam pernyataan dalam skala
likert yaitu pernyataan favorabel dan pernyataan unfavorabel. Pernyataan
favorabel adalah pernyataan yang isinya sesuai/mendukung indikator-indikator
dari variabel. Pernyataan unfavorabel adalah pernyataan yang isinya bertolak
belakang dengan indikator-indikator dari variabel. Tiap-tiap pernyataan/item
dilengkapi dengan lima pilihan jawaban yaitu sangat sesuai, sesuai, cukup sesuai,
kurang sesuai dan tidak sesuai. Respon diminta memilih satu dari lima pilihan
jawaban. Respon pada setiap pilihan jawaban diberi skor yang berbeda. Pada alat
ukur Iklim Organisasi disusun beberapa pertanyaan disertai 4 pilihan jawaban
sesuai klasifikasi sistem manajemen Likert yaitu otoriter, pemurah, konsultatif dan
partisipatif. Penjelasan diatas sebagaimana yang terdapat pada tabel 1.
8
Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Riduwan (2009:97-98) menjelaskan bahwa suatu alat ukur yang valid apabila
alat ukur tersebut memiliki ketepatan hasil dari variabel yang diukurnya.
Penggunaan alat ukur yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data
diharapkan hasil penelitian juga akan menjadi valid. Pengujian validitas
konstruksi dapat digunakan pendapat ahli (judgment experts). Para ahli dimintai
penilaian tentang kesesuaian antara item-item yang terdapat dalam alat ukur
dengan suatu teori yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut.Alat ukur
tersebut selanjtnya disebarkan kepada responden. Data hasil penyebaran tersebut
selanjutnya dianalisis untuk menentukan suatu item valid atau gugur dengan cara
mengkorelasikan tiap-tiap skor item dengan skor total item dengan pearson
product moment. Besarnya nilai korelasi (r) menentukan valid atau gugurnya
suatu item, jika nilai r>0,3 maka item valid tetapi jika nilai r< 0,3 maka item
gugur.
Reliabilitas menunjukkan adanya konsistensi hasil pengukuran suatu variabel
pada populasi yang sama,alat ukur yang sama dan waktu pengukuran yang
berbeda. Koefisien reliabilitas alat ukur dalam penelitian dihitung dengan
menggunakan formula Alfa, proses penghitungannya dilakukan dengan bantuan
SPSS versi 14.00.
Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui jumlah item valid sebanyak 32 item skala
kepercayaan organisasi dengan indeks validitas berkisar antara 0,336 – 0,787,
sedangkan untuk skala lklim organisasi 18 item yang valid dengan indeks
validitas berkisar antara 0,426 – 0,714.
9
regresi sederhana maka perlu dilakukan uji uji asumsi normalitas dan linieritas.
1. Uji Normalitas
2. Uji Linieritas
Tabel 5. ANOVA
Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
(Combined) 10673,500 27 395,315 1,272 ,247
Linearity 4636,007 1 4636,007 14,915 ,000
Between
Deviation 6037,493 26 232,211 ,747 ,779
trust * Groups from
iklim Linearity
Within Groups 11189,500 36 310,819
Total 21863,000 63
trust iklim
Pearson Correlation Trust 1.000 .460
Iklim .460 1.000
Sig. (1-tailed) Trust . .000
Iklim .000 .
N Trust 64 64
Iklim 64 64
10
sederhana. Hasil penghitungan regresi sederhana dengan SPSS dan interpretasinya
sebagai berikut :
1. Pada tabel 7. Coefficients, nilai t statistik untuk variabel iklim organisasi
sebesar 4,818 dengan nilai p= 0,000 < 0,05. Hal tersebut berarti ada pengaruh
yang signifikan Iklim Organisasi terhadap tingkat kepercayaan organisasi di
Universitas Muhammadiyah Gresik.
2. Pada tabel tabel 7. Coefficients, Unstandardized Coefficients B, diketahui nilai
konstanta 63,887 maka model persamaan regresi menggunakan metode
kuadrat terkecil :
Y= 63,887 + 0,958X
Tabel 7. Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
3. Tabel ANOVA, nilai F = 16,685 dan nilai p =0,000 < 0,05 mengindikasikan
bahwa model persamaan regresi Y= 69,220 +1X sudah tervalidasi untuk
memprediksi pengaruh Iklim organisasi terhadap tingkat kepercayaan
organisasi, misalnya iklim organisasi 75 maka prediksi tingkat kepercayaan
organisasi Y = 69,220 +1 (75)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4636.007 1 4636.007 16.685 .000(a)
Residual 17226.993 62 277.855
Total 21863.000 63
a Predictors: (Constant), iklim
b Dependent Variable: trust
Hasil uji statistik dengan SPSS 14.00 menghasilkan nilai r = 0,460 dan nilai
F= 16.685 dengan taraf signifikansi p = 0,000 < 0,05 yang berarti signifikan. Hal
tersebut berarti Ada Pengaruh Iklim Organisasi yang signifikan terhadap Tingkat
Kepercayaan Organisasi Di Universitas Muhammadiyah Gresik. Sumbangan
efektif Iklim Organisasi terhadap Tingkat Kepercayaan Organisasi sebesar 21,2%
sedangkan 78,8% dipengaruhi variabel lainnya.
11
untuk meningkatkan tingkat kepercayaan di dalam organisasi. Variabel iklim
organisasi yang partisipatif menyumbang sebesar 21,2% sedangkan 78,8%
dipengaruhi variabel lainnya.Hal tersebut berarti masih ada variabel-variabel lain
yang mempengaruhi tingkat kepercayaan dalam organisasi.
Persentase Responden
N0. PERNYATAAN FAVORABEL Pilihan Jawaban Total
12
menjalankan tugas
23 informasi disampaikan secara terbuka kepada
39.1 25 64.1
pihak-pihak yang terkait
28 orang jujur menyampaikan kejadian buruk
23.1 38.5 61.6
yang dialaminya dalam menjalankan tugas
32 orang berusaha sungguh-sungguh menepati
41.5 24.6 66.1
janjinya
38 orang saling mengevaluasi diri ketika muncul
30.8 33.8 65.7
permasalahan dalam pekerjaan
13
b) Orang murah hati membagikan pengakuan jasa ditunjukkan item 8
c) Dukungan terhadap ide-ide baru ditunjukkan item 36
d) Kejujuran dalam menyampaikan informasi sesuai fakta ditunjukkan item 40
Pada iklim organisasi yang dipersepsi sebagaimana yang terdapat pada tabel
11. yaitu tidak ada mempunyai persepsi iklim organisasi otoriter, sejumlah 3
orang (4,7%) mempunyai persepsi iklim organisasi pemurah, sejumlah 40 orang
(62,5%) mempunyai persepsi iklim organisasi kategori konsultatif dan sejumlah
21 orang (32,8%) mempunyai persepsi iklim organisasi partisipatif.
14
informasi yang diberikan akurat akurat
atasan kepada bawahan?
Tabel 13. Beberapa Dimensi Iklim Organisasi Partisipatif yang Dipilih Sebagian
Besar Responden
15
dan pimpinan sama
beberapa
(3,2%) saran (35,%) (50%)
(10,9%)
20 Data-data mengenai kinerja Untuk Untuk Hadiah, Untuk
individu digunakan untuk hukuman memberi beberapa pembelajaran
apa ? Hadiah dan untuk diri dan
hukuman pembelajaran pemecahan
(0 %) diri masalah
(4,7%) (10,9%) (81,3%)
Berdasarkan tabel 13. maka dapat diketahui beberapa dimensi iklim organisasi
yang sebagian besar dirasakan responden cenderung partisipatif meliputi :
a) Cara atasan memotivasi bawahan dengan melibatkan dalam kegiatan
b) Tanggungjawab terhadap tercapainya tujuan organisasi terletak pada semua
level pimpinan
c) Tujuan organisasi dijalankan/dicapai dengan usaha yang dilakukan bersama-
sama
d) Data-data mengenai kinerja individu digunakan untuk pembelajaran diri dan
pemecahan masalah
Kesimpulan
Hasil uji statistik dengan SPSS 14.00 menghasilkan nilai r = 0,460 dan nilai F=
16.685 dengan taraf signifikansi p = 0,000 < 0,005 yang berarti signifikan. Hal
tersebut berarti Ada Pengaruh Iklim Organisasi yang signifikan terhadap Tingkat
Kepercayaan Organisasi Di Universitas Muhammadiyah Gresik. Sumbangan
efektif Iklim Organisasi terhadap Tingkat Kepercayaan Organisasi sebesar 21,2%
sedangkan 78,8% dipengaruhi variabel lainnya. Iklim organisasi yang cenderung
partisipatif berpengaruh untuk meningkatkan tingkat kepercayaan di dalam
organisasi. Variabel iklim organisasi yang partisipatif menyumbang sebesar
21,2% sedangkan 78,8% dipengaruhi variabel lainnya.Hal tersebut berarti masih
ada variabel-variabel lain yang mempengaruhi tingkat kepercayaan dalam
organisasi.
Saran
Saran
1) Perlu adanya pemantauan dari pimpinan unit atau ketua panitia kegiatan
dalam melaksanakan keputusan rapat
2) Perlu membudayakan memberikan penghargaan berupa pujian, ucapan terima
kasih atau bentuk lain kepada pegawai yang berkinerja baik atau telah
membantu memperlancar tugas
3) Memberikan dukungan terhadap ide-ide baru dengan memfasilitasi
16
penerapan/implementasi sesuai dengan sumber daya yang dimiliki lembaga
4) Membudayakan dalam menyampaikan informasi sesuai fakta, disertai dengan
dokumen, keterangan yang jelas dan terukur sehingga tidak menimbulkan
persepsi yang bervariasi dari penerima informasi
5) Menciptakan iklim organisasi yang partisipatif melalui komunikasi formal dan
informal antara atasan dan bawahan serta sesama rekan kerja supaya
komunikasi didalam organisasi berjalan secara efektif
DAFTAR PUSTAKA
Covey, S. dan Merrill,R. (2010), The Speed of Trust : Satu Hal yang Mampu
Mengubah Segalanya, Penerbit : Karisma Publishing Group Tangerang
Saputra,FJ. (2012) Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Dosen Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
(http://manajemenindo.blogspot.com/2012/11/kepuasan-kerja-dosen.html#.
17
Starnes,BJ., Truhon,S., Mc Carthy,V. A Primer On Organizational Trust : How trust
influences organizational effectiveness and efficiency and how leader can build
employee-employer relationships building based on authentic trust. Published by
ASQ Human Development and Leadership Divition. www.asq.org
18