Oleh:
Pradnya Ayu Galuh Lupiya
Pendamping:
Eko Priyanto, dr.
Cita , dr.
PORTOFOLIO KASUS
No. ID dan Nama Peserta : Pradnya Ayu Galuh Lupiya
No. ID dan Nama Wahana : RS Petrokimia Gresik
Topik : Hernia Inguinal Lateralis
Tanggal (kasus): 12 Juli 2019
Nama Pasien: Tn. C No RM: 487XXX
Tanggal Presentasi: - Pendamping: dr Eko Priyanto
Obyektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi:
Terdapat benjolan di lipat paha kiri.
Tujuan:
Untuk mempelajari diagnosis, patofisiologis, dan tatalaksana Hernia Inguinalis Sinistra
Bahan bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 456
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu badan : 36,2’C
Pernapasan : 20 x/menit
Nadi : 84x/menit
SpO2 : 98 %
Kepala & leher : Tidak ditemukan Anemia, Icterus, Cyanosis, dan Dyspneu
Thorax : simetris +, retraksi -/-
Cor : S1 S2 tunggal, m-, g-
-/- -/-
Pulmo: ves/ves, rh -/-, wh -/-
-/- -/-
Abdomen : Flat, soepel, BU+N, perkusi timpani, nyeri tekan -
Hepar tidak teraba
Limpa tidak teraba
Extremitas : akral Hangat
Edema - / -
-/-
STATUS LOKALIS
R. Inguinalis Lateralis
Inspeksi : - Terlihat benjolan sebesar telur ayam didaerah Inguinalis Sinistra, d : 5cm,
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
- Tidak terdapat fistel
Palpasi : - Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur ayam, konsistensi kenyal.
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien
berbaring
- Finger test : Benjolan teraba dengan ujung jari
4. Diagnosa
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra
5. Folow up
(12/7/2019)
S : Rencana Ingin di Operasi. Keluhan (-)
O : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36,2’C
RR : 20x/menit
Nadi : 84x/menit
A : Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra
P : Pro Herniotomy sinistra
Konsul dr. Dono Sp.B
Advise :
- Rencana tindakan jam 14.00
- Profilaksis Ceftriaxone 2 gram
- Konsul Sp. An
Konsul dr. Hari Sp.An
- Puasakan
- Infus RL 80cc/jam
Post operasi :
Advise dr Dono SpB
- Infus RL : D5 = 2 : 1
- Injeksi ceftriaxone 2x1 gram
- Injeksi Santagesik 3x1 gram
- Bila tidak ada keluhan besok boleh KRS
(13/7/2019)
S : (-)
O : Tekanan darah : 100/60 mmHg
Suhu : 36,3 ’C
RR : 20 x/menit
Nadi : 80x/menit
A : Post op herniotomi
P : - ACC KRS
- Tx :
Cefadroxil 2x500mg
Asam mefenamat 2x1tab
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari daerah perut ke
organ – organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis pemisah anatomis antara kedua
daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum inguinale (poupart) yang terletak diantara tuberculum
ossis pubikum, pada sisi medialnya dan spina illiaka anterior superior, pada sisi lateralnya.
Sebenarnya ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemuan fascia yang menutupi
permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai.
Di atas ligamentum inguinale, funikulus spermatikus meninggalkan rongga perut melalui
anulus inguinalis profundus yang terletak di sebelah lateral. Funikulus spermatikus ini menembus
dinding perut melalui kanalis inguinalis yang terletak sejajar dengan ligamentum inguinale dan
berada di bawah kulit dalam annulus inguinalis superfisialis yang terletak di sebelah medial.
Lubang yang di sebutkan belakangan ini dengan mudah dapat diraba di bawah kulit pada dinding
perut, kalau skrotum didorong ke dalam, serta meraba di atas lipatan inguinale.
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang merupakan
bagian terbuka dari facia transversalis dan aponeurosis m. transversus abdominis. Di medial
bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian
terbuka dari aponeurosis m. obliqus eksternus. Atapnya ialah m. obliqus internus dan m.
transverses abdominis, dan didasarnya terdapat ligamentum inguinale, bagian depan dibatasi oleh
aponeorosis m. obliqus abdominis eksternus, belakang m. obliqus abdominis internus. Kanal
berisi tali sperma pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita.
Hernia inguinalis lateralis (indirek), karena keluar dari rongga peritonem melalui annulus
inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia
masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut , tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia
skrotalis.
Sedangkan hernia inguinalis medialis (direk), menonjol langsung kedepan melalui trigonum
Hesselbach di batasi oleh :
inferior : ligamentum inguinale
lateral : vasa epigastrica inferior
medial : tepi lateral musculus rectus abdominis
B. FISIOLOGI
Pada laki- laki, penutupan yang berhubungan dengan terjadinya hernia ini memerlukan
pengetahuan embriologis yang berhubungan dengan turunnya testis. Mula- mula testis tumbuh
sebagai suatu struktur di daerah ginjal dalam abdomen (retroperitoneal). Selama pertumbuhan
foetus testis akan turun (descensus testis) dari dinding belakang abdomen menuju kedalam
scrotum. Selama penurunan ini peritoneum yang terdapat didepannya ikut terbawa serta sebagai
suatu tube, yang melalui kanalis innguinalis masuk kedalam scrotum. Penonjolan peritoneum ini
dikenal sebagai processus vaginalis. Sebelum lahir processus vaginalis ini akan mengalami
obliterasi, kecuali bagian yang mengelilingi testis yang disebut tunika vaginalis. Jika processus
vaginalis tetap ada, akan didapat hubungan langsung antara cavum peritonei dengan scrotum, hal
ini potensial dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis dikemudian hari.
C. HERNIA INGUINALIS
a. Sejarah dan insidensi
Hernia inguinalis sudah dikenal sejak 1500 M,dalam bahasa Yunani hernia mempunyai
arti benjolan. Dalam bahasa latin berarti hancur atau robek. Pada waktu itu untuk
mengontrol hernia umum dipakai penyangga atau plester. Pada tahun 1363, Guy de
Chauliac memisahkan antara hernia inguinalis dan femoralis dan juga menjelaskan
teknik reduksi pada kasus strangulasi. Stromeyer pada tahun 1559 memaparkan secara
lengkap dimana membedakan hernia inguinalis medialis dan lateralis, serta
menganjurkan tidak perlu dilakukan pemotongan testis pada operasi hernia. Awal abad
18 sampai abad 19 dapat diterangkan dan didefinisikan anatomi regio inguinalis secara
tepat dan jelas.
Insidensi hernia inguinalis belum diketahui secara pasti. Menurut Abrahamson (1997),
pada usia anak- anak, ditemukan antara 10- 20 per 1000 kelahiran hidup. Di belahan
dunia bagian barat insiden hernia inguinalis pada usia dewasa bervariasi antara 10 %
dan 15 %. Sedangkan Zimmerson dan Anson cit Schwartz (1994), melaporkan kejadian
hernia adalah 5 % dari populasi laki- laki dewasa. Hernia inguinalis terjadi lebih banyak
pada laki- laki daripada wanita dengan perbandingan 12 : 1. Pada laki- laki umur 25-
40 tahun insidensinya bervariasi antara 5- 8 %, sedangkan pada umur lebih dari 75
tahun mencapai 45 %. Tahun 1993, Lichtenstein telah melaporkan lebih dari 700.000
kasus hernia inguinalis dilakukan operasi di Amerika Serikat.
c. Definisi
Hernia inguinalis medialis adalah suatu tonjolan melalui fascia transversa yang
melemah pada trigonum Hasselbach. Hernia inguinalis lateralis adalah tonjolan dari
perut di lateral pembuluh epigastrica inferior, yang keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu annulus dan canalis inguinalis.
d. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita. Berbagai faktor penyebab
berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup
lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar
tersebut. Pada orang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus
oblliqus internus abdominis yang menutupi annulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya fascia transversa yang kuat menutupi trigonum hasselbach
yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat
menyebabkan hernia. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot
dinding perut karena usia.
Adapun faktor – faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap insidensi hernia
inguinalis adalah sebagai berikut :
1. Hereditas
Menurut macready hernia lebih sering terjadi pada penderita yang mempunyai
orang tua, kakak atau nenek dengan riwayat hernia inguinalis.
2. Jenis kelamin
Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki – laki dibanding pada
wanita (9:1). Hernia pada laki – laki 95% adalah jenis inguinalis, sedangkan
pada wanita 45-50%. Perbedaan prevalensi ini di sebabkan karena ukuran
ligamentum rotundum, dan prosentase obliterasi dari processus vaginalis testis
lebih kecil dibanding obliterasi kanalis nuck.
3. Umur
Banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun, oleh macready disebutkan 17,5%
anak laki – laki dan 9,16% anak perempuan mempunyai hernia. Tendensi hernia
meningkat sesuai dengan meningkatnya aktifitas, sekitar umur 26 – 50 tahun
insidensi menurun dan setelah umur diatas 50 tahun insidensi meningkat lagi
oleh karena menurunnya kondisi fisik.
4. Konstitusi atau keadaan badan
Banyaknya lemak preperitoneal akan mendesak dinding abdomen dan
menimbulkan lokus minoris atau kelemahan – kelemahan otot serta terjadi
relaksasi dari anulus.
Bila lemak menginfiltrasi ke omentum dan mesenterium akan mengurangi
volume rongga abdomen sehingga terjadi peningkatan tekanan intra abdomen.
Kelahiran prematur dan berat lahir yang kecil dianggap sebagai faktor yang
memiliki resiko yang besar untuk menyebabkan hernia. Cacat bawaan, seperti
kelainan pelvic atau ekstrosi pada kandung kemih, dapat menyebabkan
kerusakan pada saaluran inguinal tak langsung. Hal yang jarang terjadi
kelainanan bawaan atau cacat collagen dapat menyebabkan tumbuhnya hernia
inguinal langsung.
e. Patofisiologi
Secara patofisiologi, faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan
otot dinding di trigonum Hesselbach, hampir selalu menyebabkan hernia inguinalis
direk atau hernia inguinalis medialis. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi
bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang, hampir tidak pernah mengalami
inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian
dinding kantong kemih. Hernia inguinalis lateralis menonjol dari perut dilateral
pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar malalui dua pintu dan
saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis
disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis
peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum.
A. Klasifikasi Hernia
B. Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis yang terarah sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Uraian lebih
lanjut tentang keluhan utama, misalnya bagaimana sifat keluhan, dimana lokasi dan
kemana penjalarannya, bagaimana awal serangan dan urutan kejadiannya, adanya
faktor yang memperberat dan memperingan keluhan, adanya keluhan lain yang
berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. Gejala dan tanda klinik hernia banyak
ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu- satunya adalah
adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau
mengejan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada
biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri visceral
karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam
kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserasi karena ileus atau srangulasi karena nekrosis atau gangren. Pasien sering
mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah inguinal, dan dapat dihilangkan dengan
reposisi manual kedalam kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama
dengan gerak badan, maka biasanya hernia muncul lagi.
b. Pemeriksaan fisik
Semua hernia mempunyai tiga bagian yaitu kantong, isi dan bungkusnya. Semua ini
tergantung pada letak hernia, isi kantong hernia omentum yang terbanyak ditemukan.
Kemudian ileum, jejunum, dan sigmoid. Appendiks bagian – bagian lain dari kolon,
lambung, dan bahkan hepar pernah dilaporkan terdapat di dalam kantong hernia yang
besar. Omentum teraba relative bersifat plastis dan sedikit noduler. Usus bisa dicurigai
apabila kantong teraba halus dan tegang seperti hydrocele, tetapi tidak tembus cahaya.
Kadang – kadang pemeriksa bisa merasakan gas bergerak didalam lengkung usus atau
dengan auskultasi bisa menunjukkan peristaltik. Lengkung usus yang berisi gas akan
tympani pada perkusi. Dalam keadaan penderita berdiri gaya berat akan rnenyebabkan
hernia lebih mudah dilihat dan pemeriksaan pada penderita dalam keadaan berdiri dapat
dilakukan dengan lebih menyeluruh. Dengan kedudukan penderita berbaring akan lebih
mudah melakukan pemeriksaan raba. Andaikata terdapat hernia, lebih mudah dapat
melakukan reposisi dan sisa pemeriksaan (perut dan tungkai) lebih mudah dilakukan.
1. Inspeksi
Pembengkakan yang timbul mulai dari regio inguinalis dan mencapai labium majus
atau sampai dasar skrotum, selalu merupakan hernia inguinalis lateralis. Kalau
tidak ada pembengkakan yang dapat kila lihat, penderita disuruh batuk. Kalau
pembengkakan yang kemudian terlihat kemudian berada di atas lipatan inguinal
dan berjalan miring dan lateral atas menuju ke medial bawah, maka pembengkakan
tersebut adalah hernia inguinalis lateralis. Tetapi kalau pembengkakan itu
kelihatannya langsung muncul ke depan, maka kita berhadapan dengan hernia
inguinalis medialis.
2. Palpasi
Dapat untuk menentukan macam hernianya. Untuk memeriksa pelipatan paha kiri
digunakan tangan kiri, pelipatan paha kanan dipakai tangan kanan. Caranya:
Zieman’s test : Jari ke 2 diletakkan diatas annulus internus ( terletak diatas
ligamentum inguinale pada pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum ).
Jari ke 3 diletakkan diatas annulus eksternus ( terletak diatas ligamentum
inguinale sebelah lateral tuberkulum pubikum ). Jari ke 4 diletakkan diatas
fossa ovalis ( terletak dibawah ligamentum inguinale disebelah medial dari
a. femoralis ). Lalu penderita disuruh batuk atau mengejan, bila terdapat
hernia akan terasa impulse atau dorongan pada ujung jari pemeriksa. Teknik
ini dikerjakan bila tidak didapatkan benjolan yang jelas.
Thaab test: Teknik ini dilakukan bila benjolannya jelas. Benjolan dipegang
diantara ibu jari dan jari lain, kemudian cari batas atas dari benjolan
tersebut. Bila batas atas dapat ditentukan, berarti benjolan berdiri sendiri
dan tiak ada hubungan dengan kanalis inguinalis ( jadi bukan merupakan
suatu kantong hernia). Bila batas atas tidak dapat ditentukan berarti
benjolan itu merupakan kantong yang ada kelanjutannya dengan kanalis
inguinalis), selanjutnya pegang leher benjolan ini dan suruh penderita batuk
untuk merasakan impulse pada tangan yang memegang benjolan itu.
Finger test: Gunakan tangan kanan untuk hernia sisi kanan, pakai tangan
kiri untuk hernia sisi kiri. Dengan jari kelingking kulit scrotum
diinvaginasikan, jari tersebut digeser sampai kuku berada diatas spermatic
cord dan permukaan volar jari menghadap ke dinding ventral scrotum.
Dengan menyusuri spermatic cord kearah proksimal maka akan terasa jari
tersebut masuk melalui annulus eksternus, dengan demikian dapat
dipastikan selanjutnya akan berada dalam kanalis inguinalis. Bila terdapat
hernia inguinalis lateralis, terasa impulse pada ujung jari, bila hernia
inguinalis medialis maka teraba dorongan pada bagian samping jari.
3. Perkusi
Bila isinya gas pada usus akan terdengar bunyi timpani.
4. Auskultasi
Terdengar suara usus, bila auskultasi negatif maka kemungkinan isi hernia berupa
omentum. Auskultasi juga bisa untuk mengetahui derajat obstruksi usus.
c. Pemeriksaan penunjang
1. Herniografi
Dalam teknik ini, 50—80 ml medium kontras iodin positif di masukkan dalam
wadah peritoneal dengan menggunakan jarum yang lembut. Pasien berbaring
dengan kepala terangkat dan membentuk sudut kira- kira 25 derajat. Tempat yang
kontras di daerah inguinalis yang diam atau bergerak dari sisi satu ke sisi lain akan
mendorong terwujudnya kolam kecil pada daerah inguinal. Tiga fossa inguinal
adalah suprapubik, medial dan lateral. Pada umumnya fossa inguinal tidak
mcncapai ke seberang pinggir tulang pinggang agak ke tengah dan dinding inguinal
posterior. Hernia tak langsung muncul dari fossa lateral yang menonjol dari fossa
medial atau hernia langsung medial yang menonjol dari fossa suprapubik.
2. Ultrasonografi
Teknik ini dipakai pada perbedaan gumpalan dalam segitiga femoral.
3. Tomografi komputer
Dengan teknik ini mungkin sedikit kasus hernia dapat dideteksi.
C. Diagnosis banding
D. Penatalaksanaan
a. Konservatif
2. Suntikan
Dilakukan setelah reposisi berhasil. Dengan rnenyuntikkan cairan sklerotik
berupa alkohol atau kinin di daerah sekitar hernia, rnenyebabkan pintu hernia
mengalami sklerosis atau penyempitan, sehingga isi hernia tidak akan keluar lagi
dari cavum peritonei.
3. Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang rnasih kecil dan
menolak dilakukan operasi. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan
menahan hernia yang telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga
harus dipakai seumur hidup.
b. Operatif
2. Hernia reponibel pada bayi dengan umur lebih dari 6 bulan atau berat badan lebih
dari 6 kilogram. Jalannya operasi menggunakan obat anastesi lokal berupa procain
dengan dosis rnaksimum 200 cc. Jika digunakan anastesi lokal, digarnbarkan incisi
berbentuk belah ketupat dan diberikan kira-kira 60 ml xylocain 0,5 persen dengan
epinefrin.
2. Herniorafi yaitu mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon.
3. Halstedt
a. Komplikasi
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia
dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia irreponibel, ini dapat terjadi kalau isi
hernia terlalu besar atau terdiri dan omenturn, organ ekstra peritoneal (hernia geser atau
hernia akreta). Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan. Dapat pula
terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter. Jepitan cincin
hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada pemulaan terjadi
bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan
transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin
hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi
hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa
serosanguinus. Kalau isi hernis terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga
perut.
Pada pasien dewasa. tingkat komplikasi dari herniorafi inguinal yang terbuka
berbeda antara 1% sampai 26% dengan banyak laporan yang tersusun dari 7% sampai
I 2%. Kira-kira 700 ribu herniorafi inguinal yang terjadi setiap tahunnya, komplikasi
yang muncul kira-kira 10% dari orang-orang ini memiliki sebuah masalah yang cukup
besar.
Infeksi luka merupakan masalah yang sering dihadapi. Sebuah infeksi yang lebih dalam
dapat berdampak dalarn kernunculan kembali hernia. Kandung kemih dapat luka
dengan cara saat dasar saluran inguinal dibentuk kembali dan dilakukan untuk hernia
pangkal paha. Jika rnungkin melukai testis, vasdeferens, pembuluh darah atau syaraf’
illiohypogastrik, illioinguinal.
Komplikasi intra operatif meliputi rnelukai atau pembedahan struktur sperma, luka
vaskular mernproduksi pendarahan, mengganasnya sakit atau pengharnbatan syaraf-
syaraf, luka visceral (biasanya perut atau kandung kemih). Komplikasi sistemik setelah
operasi berhubungan dengan suatu prosedur khusus dalam kemunculannya.
b. Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong hernia.
Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani.
Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia
umumnya dapat diatasi.