Anda di halaman 1dari 2

Hukum Membaca Ramalan Bintang

A. Pengertian Ramalan Bintang


Zodiak adalah tanda bintang seseorang yang didasarkan pada posisi matahari terhadap
rasi bintang ketika orang tersebut dilahirkan. Zodiak yang dikenal sebagai lambang astrologi
terdiri dari 12 rasi bintang (Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio,
Sagitarius, Capricorn, Aquarius dan Pisces). Zodiak ini biasa digunakan sebagai ramalan
nasib seseorang, yaitu suatu ramalan yang didasarkan pada kedudukan benda-benda tata
surya di dalam zodiak (disarikan dari website Wikipedia). Dalam islam, zodiak termasuk ke
dalam ilmu nujum/Perbintangan.

B. Asal Usul Ramalan Bintang


Di duga rasi bintang atau zodiak ada sejak 2000 atau 3000 tahun SM. Di duga bangsa
kuno melihat matahari bergerak teratur di antara bintang. Untuk memudahkan pengamatan,
mereka membagi lingkaran peredaraan matahrai di langit menjadi 12 bagian. Kedua belas
bagian yang terdiri atas bintang-bintang itu di beri nama sesuai dengan bentuk kelompok
bintang yang terlihat di langit. Kalau kebetulan bentuknya seperti kalajengking, di beri nama
scorpius; bila mirip singa di beri nama Leo, dst. Mereka lalu mengembangkan dongeng
kepercayaan yang menyangkut bintang-bintang.

Mereka percaya bintang tempat persinggahan dewa-dewi yang mereka hormati, matahari,
bulan, dan planet-planet. Orang lalu mengaitkan keberuntungannya dengan
peredaraan benda-benda langit tersebut, lahirlah astrologi. Astrologi tidak di ajarkan secara
khusus di lembaga pendidikan resmi, karena merupakan pseudoscience. setiap bangsa
memiliki astrologi dan istilah istilahnya sendiri-sendiri. Namun, karena astrologi yang di
kenal umum berasal dari barat, maka kita mengenal zodiak yang sebagian besar
menggunakan bahasa latin.

Pembagian rasi tidak dimulai dari awal bulan, karena pembagian itu berdasarkan gerak
matahari. Tanggal 21 maret, permulaan tanggal bagi Aries, merupakan hari pertama musim
semi bagi belahan utara bumi; 24 desember, permulaan Capricornus, merupakan pesta musim
salju.

C. Hukum Membaca Ramalan Bintang atau Zodiak dalam Islam


Zodiak atau ramalan bintang berisi tentang ramalann keadaan asmara, keuangan,
kesuksesan seseorang di masa akan datang. Biasa digambarkan ramalan keadaan dirinya pada
1 minggu atau sebulan mendatang.Cara memperoleh ramalan bintang ini tidak perlu susah
payah sampai ke rumah tukang ramal. Saat ini, setiap orang sudah disuguhkan cara mudah
untuk membaca ramalan bintang melalui majalah, koran atau TV. Bahkan sekarang bisa
tinggal ketik lewat sms dengan format reg spasi, dsb.
Dari sini perlu diketahui bahwa para ulama seringkali menyamakan hukum membaca
ramalan bintang dengan hukum mendatangi tukang ramal yang mengklaim mengetahui
perkara yang ghoib. Keduanya dinilai sama hukumnya karena sama-sama mempertanyakan
hal ghoib di masa akan datang.
Syaikh Sholih Alu Syaikh –hafizhohullah– mengatakan, “Jika seseorang membaca
halaman suatu koran yang berisi zodiak yang sesuai dengan tanggal kelahirannya atau zodiak
yang ia cocoki, maka ini layaknya seperti mendatangi dukun. Akibatnya cuma sekedar
membaca semacam ini adalah tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari. Sedangkan
apabila seseorang sampai membenarkan ramalan dalam zodiak tersebut, maka ia berarti telah
kufur terhadap Al Qur’an yang telah diturunkan pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam”
Intinya, ada dua rincian hukum dalam masalah ini.
1. Apabila cuma sekedar membaca zodiak atau ramalan bintang, walaupun tidak
mempercayai ramalan tersebut atau tidak membenarkannya, maka itu tetap haram.
Akibat perbuatan ini, shalatnya tidak diterima selama 40 hari.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ً‫صالَةْْأَر َب ِعينَْْلَيلَ ْة‬
َ ْْ‫سأَلَهْْ َعنْْشَىءْْلَمْْتق َبلْْلَه‬ َ َ‫َمنْْأَتَىْ َع َّرافًاْف‬
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak
diterima.”
Ini akibat dari cuma sekedar membaca.ْMaksud tidak diterima shalatnya selama 40 hari
dijelaskan oleh An Nawawi: “Adapun maksud tidak diterima shalatnya adalah orang tersebut
tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang ia lakukan tetap dianggap dapat
menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi shalatnya.”
2. Apabila sampai membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap telah
mengkufuri Al Qur’an yang menyatakan hanya di sisi Allah pengetahuan ilmu ghoib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫صدَّقَهُ بِ َما يَقُو ُل فَقَدْ َكفَ َر ِب َما أ ُ ْن ِز َل َعلَى ُم َح َّمد‬
َ َ‫َم ْن أَتَى كَاهِنا أ َ ْو َع َّرافا ف‬
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia
berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.”
Namun jika seseorang membaca ramalan tadi untuk membantah dan membongkar
kedustaannya, semacam ini termasuk yang diperintahkan bahkan dapat
dinilai wajib. Hukum-hukum ini juga berlaku untuk ramalan lain selain dengan ramalan
bintang.
Syaikh Sholih Alu Syaikh memberi nasehat, “Kita wajib mengingkari setiap orang yang
membaca ramalan bintang semacam itu dan kita nasehati agar jangan ia sampai terjerumus
dalam dosa. Hendaklah kita melarangnya untuk memasukkan majalah-majalah yang berisi
ramalan bintang ke dalam rumah karena ini sama saja memasukkan tukang ramal ke dalam
rumah. Perbuatan semacam ini termasuk dosa besar (al kabair) –wal ‘iyadzu billah-.
Oleh karena itu, wajib bagi setiap penuntut ilmu agar mengingatkan manusia mengenai
akibat negatif membaca ramalan bintang. Hendaklah ia menyampaikannya dalam setiap
perkataannya, ketika selesai shalat lima waktu, dan dalam khutbah jum’at. Karena ini adalah
bencana bagi umat. Namun masih sangat sedikit yang mengingkari dan memberi peringatan
terhadap kekeliruan semacam ini.”
Dari sini, sudah sepatutnya seorang muslim tidak menyibukkan dirinya dengan membaca
ramalan-ramalan bintang melalui majalah, koran, televisi atau lewat pesan singkat via sms.
Begitu pula tidak perlu seseorang menyibukkan dirinya ketika berada di dunia maya untuk
mengikuti berbagai ramalan-ramalan bintang yang ada. Karena walaupun tidak sampai
percaya pada ramalan tersebut, tetap seseorang bisa terkena dosa jika ia bukan bermaksud
untuk membantah ramalan tadi. Semoga Allah melindungi kita dan anak-anak kita dari
kerusakan semacam ini.

Anda mungkin juga menyukai