Anda di halaman 1dari 7

PENENTUAN INDEKS BIAS AIR, MINYAK GORENG DAN

ALKOHOL 70% MENGGUNAKAN METODE PEMBIASAN


DENGAN HUKUM SNELLIUS
Afwa Nurul Fadlilah, Abdillah Husein Sanjani, Afifah Sri Agustiah, Ayulita Sofyan,
dan Aisyah Ajibah Rahmah
Program Studi Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
afwanurulfadlilah@gmail.com

ABSTRACT

Determination of the refractive index in a fluid can be done by using many methods.
an easy and simple method for measuring the refractive index value of a fluid is to
use the refraction method. This study aims to measure the refractive index of a fluid
by using the snellius law. The results showed a refractive index value of water,
alcohol 70% and cooking oil of 1.39 ± 0.02; 1.42 ± 0.04; 1.48 ± 0.06. From the
literature, the density value of water, 70% alcohol, cooking oil is 1 gr / cm3, 0.89 gr
/ cm3, and 0.91 gr / cm3 which is greater than the value of the air density. which is
about 0.00129 gr / cm3, so in theory the value of the angle of incidence is greater
than the angle of bias.

Keywords: Bias Index, Refraction, Snellius Law

ABSTRAK

Penentuan indeks bias pada suatu fluida dapat dilakukan dengan menggunakn
banyak metode. metode yang mudah dan sederhana untuk mengukur nilai indeks
bias suatu fluida adalah dengan menggunakan metode pembiasan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur indeks bias suatu fluida dengan memanfaatkan hukum
snellius. Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks bias air, alkohol 70% dan
minyak goreng sebesar 1,39 ± 0,02; 1,42 ± 0,04; 1,48 ± 0,06. Dari literatur
didapatkan nilai kerapatan (densitas) dari air, alkohol 70%, minyak goreng adalah
sebesar 1 gr/cm3, 0,89 gr/cm3, dan 0,91 gr/cm3 yang mana nilai ini lebih besar
daripada besar nilai dari kerapatan udara yaitu sekitar 0,00129 gr/cm3, sehingga
secara teori nilai dari sudut datang lebih besar daripada sudut bias.

Kata Kunci : Indeks Bias, Pembiasan, Hukum Snellius

PENDAHULUAN

Pembiasan cahaya merupakan pembelokan gelombang cahaya yang disebabkan adanya


perubahan kelajuan gelombang cahaya ketika cahaya merambat melalui dua zat yang
indeks biasnya berbeda (Soeharto, 1992). Konsep dasar pembiasan cahaya banyak didasari
oleh hasil pemikiran seorang ilmuwan Belanda yang bernama Willebrord Snellius dikenal
dengan Hukum I dan II Snellius. Hukum I Snellius berbunyi, “Sinar datang, sinar bias, dan
garis normal terletak pada satu bidang datar.” Dan Hukum II Snellius berbunyi, “ Jika sinar
datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat, maka sinar dibelokkan mendekati
garis normal. Dan sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang
rapat, maka sinar dibelokkan menjauhi garis normal.”(Elisa dan Juliana, 2015). Sehingga
kita dapat menuliskan persamaan dalam bentuk matematis sebagai berikut : (Pedrotti dkk,
1987)
𝑛1 × sin 𝜃1 = 𝑛2 × sin 𝜃2

Gambar 1. Pembiasan cahaya

Indeks bias menyatakan perbandingan (rasio) antara kelajuan cahaya di ruang hampa dan
di dalam suatu bahan. Cepat rambat cahaya di ruang hampa sebesar c. Jika melewati suatu
medium kecepatannya akan berubah menjadi v, dimana besar nilai v jauh lebih kecil
daripada cepat rambat cahaya di ruang hampa sebesar c. Ketika cahaya merambat di dalam
suatu bahan, kelajuannya akan turun sebesar suatu faktor yang ditentukan oleh
karakteristik bahan yan dinamakan indeks bias (n). Pernyataan tersebut dapat dituliskan
dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
𝑐
𝑛=
𝑣
Dimana n merupakan indeks bias, c adalah laju cahaya di ruang hampa (3 × 108 m/s), dan
v adalah kecepatan laju cahaya dalam suatu medium (Zamroni, 2013).

METODE

Menyusun alat seperti pada sketsa gambar

Membuat garis pada kertas HVS sejajar bidang


pada bagian depan dan depan toples

Laser ditembakkan
Laser dilalui pada bsur dan diukur sudut datang
(1)

Laser dilalui pada bsur dan diukur sudut datang


(1)

diberi titik pada kertas HVS sejajar pada bagian


depan dan belakang toples

Ditarik garis dan dibuat garis normal

Diukur nilai sudut bias (1)

Diukur nilai sudut bias (1)

Diulangi lima kali percobaan dengan sudut yang


sama

Diulangi menggukan lima variasi sudut

Dibuat grafik hubungan sin 2 terhadap sin 1

Ditentukan nilai indek bias suatu fluida (n2)

Gambar 2. Diagram alir percobaan

Alat dan Bahan yang digunakan :


No. Nama Jumlah
1. Air 400 ml
2. Alkohol 70% 400 ml
3. Minyak Goreng merk Delima 400ml
4. Laser 1 buah
5. Toples 1 buah
6. Busur 2 buah
7. Penggaris 1 buah
8. Bolpoint 2 buah
9. Kertas HVS 5 lembar
10. Isolasi 1 buah

toples fluida Busur Laser Kertas HVS


Tampak
samping

Tampak
atas

Gambar 3. rangkaian alat

Sin 2
Persamaan Snellius :
𝑛1
𝑚= 𝑠𝑖𝑛𝜃1 × 𝑛1 = 𝑠𝑖𝑛𝜃2 × 𝑛2
𝑛2
𝑛1
𝑠𝑖𝑛𝜃2 = × 𝑠𝑖𝑛𝜃1
𝑛2

y𝑦
y = mx+c
Sin 2

Gambar 4. Metode Grafik

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 2. Data Air
θ1 θ2
data 1 data 2 data 3 data 4 data 5 rata-rata
10 8 8 8 8 7 7,8
15 13 13 11 11 10 11,6
20 15 15 16 15 14 15
25 19 19 18 17 18 18,2
30 23 23 22 21 21 22
Tabel 3. Data Minyak Goreng
θ1 θ2
data 1 data 2 data 3 data 4 data 5 rata-rata
10 7 7 6 6 6 6,4
15 9 9 9 9 10 9,2
20 12 14 12 12 13 12,6
25 16 17 16 16 17 16,4
30 20 20 19 19 21 19,8
Tabel 4. Data Alkohol 70%
θ1 θ2
data 1 data 2 data 3 data 4 data 5 rata-rata
10 9 8 7 9 8 8,2
15 12 10 10 10 12 10,8
20 16 13 14 14 15 14,4
25 20 17 18 19 18 18,4
30 22 20 20 22 20 20,8

Grafik Hubungan Sin 2 Terhadap Sin 1 Pada Air


0.4
0.35
0.3
0.25
y = 0.7213x + 0.0117 BIAS AIR
0.2
Sin 2

R² = 0.9991 BIAS AIR +


0.15
0.1 BIAS AIR -

0.05 Linear (BIAS AIR)

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Sin 1

Gambar 4. Grafik Data Air


Grafik Hubungan Sin 2 Terhadap Sin 1 Pada Minyak
0.4

0.35

0.3 y = 0.706x - 0.0175


R² = 0.9965
0.25
Sin 2

BIAS MINYAK
0.2
BIAS MINYAK +
0.15
BIAS MINYAK -
0.1 Linear (BIAS MINYAK)
0.05

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Sin 1

Gambar 5. Grafik Data Minyak

Grafik Hubungan Sin 2 Terhadap Sin 1 Pada Alkohol


0.4
0.35
0.3
0.25
BIAS ALKOHOL
0.2
Sin 2

y = 0.6775x + 0.0199 BIAS ALKOHOL +


0.15
R² = 0.9936 BIAS ALKOHOL -
0.1
Linear (BIAS ALKOHOL)
0.05
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
Sin 1

Gambar 6. Grafik data alkohol 70%

Dari data yang diperoleh didapatkan nilai dari sudut datang lebih besar daripada sudut bias
hal ini sesuai dengan Hukum Snellius II yang berbunyi, “sinar datang dari medium kurang
rapat ke medium lebih rapat dibiaskan mendekati garis normal. Dan sebaliknya, sinar
datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, maka sinar dibelokkan menjauhi
garis normal.” Dari literatur didapatkan nilai kerapatan (densitas) dari air, alkohol 70%,
minyak goreng adalah sebesar 1 gr/cm3, 0,89 gr/cm3, dan 0,91 gr/cm3 yang mana nilai ini
lebih besar daripada besar nilai dari kerapatan udara yaitu sekitar 0,01 gr/cm3, sehingga
secara teori nilai dari sudut datang lebih besar daripada sudut bias. Dari data yang
didapatkan diplot grafik linier hubungan sin θ2 dan sin θ1. Dari perhitungan grafik
didapatkan nilai gradien air, minyak goreng, dan alkohol 70% sebesar 0,72; 0,71; dan 0,68.
Sehingga didapatkan nilai indeks biasnya sebesar 1,39 ± 0,02; 1,42 ± 0,04; 1,48 ± 0,06.
KESIMPULAN

Dari percobaan ini didapatkan nilai dari indeks bias air, minyak goreng, dan alkohol 70%
sebesar 1,39 ± 0,02; 1,42 ± 0,04; 1,48 ± 0,06.

DAFTAR PUSTAKA

1. Elisa dan Juliana. 2015. Perbedaan Indeks Bias Minyak Goreng Curah denga Minyak
Goreng Kemasan Bermerk Sunco. Jurnal Fisika Edukasi (JFE). Vol. 2, No. 2, Hal. 76-
80.
2. Parmitasari, P. and Hidayanto, E. 2013. Analisis Korelasi Indeks Bias dengan
Konsentrasi Sukrosa Beberapa Jenis Madu Menggunakan Portable Brix
Meter. Youngster Physics Journal. Vol. 2, No. 4, Hal.191-198.
3. Pedrotti, F.L., Pedrotti, L.M., and Pedrotti, L.S. 1987. Introduction to Optics.
Cambridge : Cambridge University Press.
4. Soeharto.1992. Fisika Dasar II. Yogyakarta : Gramedia.
5. Zamroni, Achmad. 2013. Pengukuran Indeks Bias Zat Cair Melalui Metode Pembiasan
Menggunakan Plan Pararel. Semarang : UNNES.

Anda mungkin juga menyukai