Anda di halaman 1dari 18

ARSITEKTUR NUSANTARA

“ MASJID AGUNG KEDIRI “

Disusun oleh :

BIMBI ALDITRA (17051010002)

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

SURABAYA, JAWA TIMUR

SEMESTER GENAP 2017/2018

1
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……….………………………………………………………….4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tata Letak ............................................................................................................ 6


2.2 Sejarah ............................................................................................ …………….7
2.3 Arsitektur…….………………………………………………………………….10

BAB III KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

2
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Arsitektur
Nusantara tentang Arsitektur Islam di Indonesia.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
Makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
Makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga tugas Arsitektur Nusantara tentang Arsitektur Islam
Nusantara dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 4 Mei 2018

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

Arsitektur Islam di Indonesia telah mulai berkembang ketika masuknya budaya Islam yang
datang dari saudagar dari jazirah arab. Mereka datang dengan membawa kebudayaannya,
mulai dari kebudayaan beragama, bermukim, dan beribadah. Perkembangan arsitektur
muslim juga dipengaruhi denga keadaan kebudaayaan asli Nusantara. peralihan budaya dari
Hindu-Buddha menuju budaya yang bernuansa ke-islaman dan pada akhirnya memberi
dampak yang penting pada karakteristik arsitektur muslim di Nusantara.

Bersamaan dengan mundurnya kekuasaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur munculah


kekuasaan baru dengan warna Islami di bawah kekuasaan kesultanan. Agama Islam
mendapatkan perhatian tinggi dan diurus melalui tatanan struktur Pemerintah
Kesultanan. Di setiap dusun, desa, kecamatan dan kabupaten ada satu lembaga
keagamaan. Sampai sekarang masih dapat kita kenali istilah Pengulu Dalem, Pengulu
Ageng, Ketib dan Naib. Di setiap Kota Kabupaten masih lestari adanya Masjid Agung
yang diurus oleh Pemerintah yang biasanya selalu berdampingan dengan Kantor Bupati
dan Alun-Alun, demikian pula halnya di Kediri

Begitu pula di Kota Kediri, Masjid Agung Kota Kediri tepat berada di depan alun -alun
kota. Sangat gampang ditemukan, karena berada di tepat di samping perempatan
dimana semua kendaraan umum yang masuk dan keluar Kediri, selalu melintasinya.
Dari luar bangunan bertingkat tiga ini kelihatan sangat megah, apalagi ditambah
dengan menara setinggi 49 meter dan air mancur yang berada di depannya. Begitu
masuk ke dalam bangunan masjid mata kita serasa dibuat sejuk dengan hamparan
marmer berwarna abu-abu. Nuansa gaya Roma sangat terasa dalam masjid agung, ini
bisa dilihat dari seni mozaik marmernya, hiasan di atap masjid dan hiasan cungkup
masjid serta banyaknya tiang yang ada yaitu sebanyak 106 buah tiang kolom. Meski
bergaya ala Eropa klasik kita masih tetap akan menemukan nuansa etnik di dalamnya,
yaitu ukiran kaligrafi dari kayu yang menjadi ciri khas sebuah masjid. Luas Masjid

4
Agung sendiri sebesar 1388,8 m 2 untuk lantai dasarnya, sementara lantai 1 seluas
1335,1 m 2 dan lantai dua seluas 396,8 m 2 . Berdiri di atas tanah seluas 4780,6 m 2
Masjid Agung memiliki jumlah pintu utama 15 buah dan pintu Bantu sebanyak 12
buah. Para jemaah pun dijamin dengan fasilitas parkir yang luas dan urinoir, kamar
mandi, wc serta kran wudlu yang disediakan. Ada 80 buah kran wudlu yang disediakan
untuk jemaah pria dan 15 kran untuk jemaah wanita. Bagian untuk fasilitas ini dibuat
lorong memanjang sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi para penggunanya.
Sehingga kalau kita sudah masuk masjid, rasanya ingin terus berlama-lama di
dalamnya

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Tata Letak

Masjid terbesar dan termegah di Kediri berada di depan alun-alun kota Kediri sebelah timur
Sungai Brantas, lebih spesifiknya di Jl. Panglima Sudirman persimpangan jalan Surabaya
dan Tulungagung. Masjid yang juga kerap disebut dengan Great Mosque of Kediri ini
memiliki pesona yang sangat menarik untuk dikunjungi, maka dari itu sangat disayangkan
jika kamu berada di Kediri namun tidak menyempatkan diri untuk berkunjung ke Masjid
Agung Kediri.

Masjid berkubah hijau ini selesai dibangun pada tahun 2006 dengan memiliki tiga lantai
dan memadukan beragam gaya masjid dunia tanpa meninggalkan ciri khas dari Masjid
Nusantara. Masjid ini digunakan untuk berbagai kegiatan keagamaan hingga ijab qobul dan

6
acara pernikahan. Masjid Agung Kediri juga memiliki satu bangunan menara dan gedung
perpustakaan masjid yang berada di sisi tenggara dan selatan bangunan masjid.

2.2 Sejarah Masjid

Bersamaan dengan mundurnya kekuasaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur


munculah kekuasaan baru dengan warna Islami di bawah kekuasaan kesultanan.
Agama Islam mendapatkan perhatian tinggi dan diurus melalui tatanan struktur
Pemerintah Kesultanan. Di setiap dusun, desa, kecamatan dan kabupaten ada satu
lembaga keagamaan. Sampai sekarang masih dapat kita kenali istilah Pengulu Dalem,
Pengulu Ageng, Ketib dan Naib. Di setiap Kota Kabupaten masih lestari adanya
Masjid Agung yang diurus oleh Pemerintah yang biasanya selalu berdampingan dengan
Kantor Bupati dan Alun-Alun, demikian pula halnya di Kediri

Begitu pula di Kota Kediri, Masjid Agung Kota Kediri tepat berada di depan alun -alun
kota. Sangat gampang ditemukan, karena berada di tepat di samping perempatan
dimana semua kendaraan umum yang masuk dan keluar Kediri, selalu melintasinya.
Dari luar bangunan bertingkat tiga ini kelihatan sangat megah, apalagi ditambah
dengan menara setinggi 49 meter dan air mancur yang berada di depannya. Begitu
masuk ke dalam bangunan masjid mata kita serasa dibuat sejuk dengan hamparan
marmer berwarna abu-abu. Nuansa gaya Roma sangat terasa dalam masjid agung, ini
bisa dilihat dari seni mozaik marmernya, hiasan di atap masjid dan hiasan cungkup
masjid serta banyaknya tiang yang ada yaitu sebanyak 106 buah tiang kolom. Meski
bergaya ala Eropa klasik kita masih tetap akan menemukan nuansa etnik di dalamnya,
yaitu ukiran kaligrafi dari kayu yang menjadi ciri khas sebuah masjid. Luas Masjid
Agung sendiri sebesar 1388,8 m 2 untuk lantai dasarnya, sementara lantai 1 seluas
1335,1 m 2 dan lantai dua seluas 396,8 m 2 . Berdiri di atas tanah seluas 4780,6 m 2
Masjid Agung memiliki jumlah pintu utama 15 buah dan pintu Bantu sebanyak 12
buah. Para jemaah pun dijamin dengan fasilitas parkir yang luas dan urinoir, kamar
mandi, wc serta kran wudlu yang disediakan. Ada 80 buah kran wudlu yang disediakan

7
untuk jemaah pria dan 15 kran untuk jemaah wanita. Bagian untuk fasilitas ini dibuat
lorong memanjang sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi para penggunanya.
Sehingga kalau kita sudah masuk masjid, rasanya ingin terus berlama-lama di
dalamnya. Berdasarkan prasasti kayu jati (pertama), tertulis di mahkota yang dipasang
di atas joglo masjid lama terukir tahun 1771 M. Dapat diduga bahwa Masjid Ageng
Kediri dibangun yang pertama kali pada tahun 1771 M.

Pada tahun 1974, seorang yang bernama Mustakeh (Pegawai Kadaster) pernah
memberi keterangan, bahwa ia bertemu seseorang yang bernama Bang Amat pernah
memberi tahu bahwa ia (Bang Amat), menangi’ zaman Perang Diponegoro (Tahun
1825-1830 M) dan pernah shalat di Masjid Jami’ Kauman Kediri. Ketika Bang Amat
Shalat di Masjid itu bangunan Masjid masih kelihatan baru. Hal ini diduga dan dicatat
bahwa Masjid Ageng Kediri dipugar yang pertama kali di sekitar tahun 1830
M. Prasasti kayu jati yang kedua ditulis di mimbar masjid berbunyi: KOLO
ADEGIPUN MINBAR MESJID AGENG ING KEDIRI SABTU PAHING, WULAN HAJI
KAPING 5, TAHUN ALIF 1261 MIN HIJROTIN NABIYYI MIN MAKKATA ILAL
MADINAH. Prasasti kayu jati yang kedua ini menjelaskan bahwa mimbar (tempat
khotib berkhothbah) Masjid Ageng dibuat dan dipakai setelah fisik Masjid ada pada
tahun 1261 H atau tahun 1841 M. Mimbar bersejarah ini kita lestarikan dan sampai
saat ini kondisinya masih baik dan masih digunakan untuk tempat khotib berkhothbah.
(Semula mimbar kayu jati ini di-cat, sekarang direnovasi dan dikembalikan ke aslinya
yaitu di politur).

Prasasti ketiga terbuat dari bahan marmer, berbunyi : MESJID AGENG KEDIRI
KAMULYA ?AKEN AMARENGI DINTEN REBO WAGE PING 6 WULAN SAPAR
HIJROH 1347 UTAWI PING 25 JULI 1928 SAKING KERSO DALEM KANJENG
RADEN ADIPATI HARIYO DANUDININGRAT BUPATI KAPING WOLU ING KEDIRI
SAREMBAG KALIYAN PORO MUSLIMIN KANTHI PANYUWUN DATENG GUSTI
ALLOH, MUGI-MUGI TIYANG KEDIRI SAMI PINARINGAN IMAN SEMPURNO
TEBIH DATENG TINDAK DUROKO ANETEPI PANGANDIKANIPUN GUSTI
ALLOH, KADYO INGKANG KADHAWUHAKEN ING SALEBETING ALAM ARWAH.

8
Berdasarkan prasasti marmer, pada tahun 1347 H. Atau tahun 1928 M Masjid Jami’
Kediri dilakukan pemugaran yang kedua oleh Bupati Kediri ke-8 yang bernama KRA.
Haryo Danudiningrat dengan membentuk semacam kepanitiaan yang diketuai oleh
Kanjeng Pengulu yang bernama R. H. Ali Mustoha. Karena beberapa pertimbangan
syariah yang mendasar, maka pemugaran kali ini melibatkan ulama besar, yakni
almaghfurlah KH. Hasyim Asy’ari dan almaghfurlah KH. Wahab Chasbullah dari
Jombang. Sejak tahun 1347 H. Atau tahun 1928 M. Sebutan Masjid Jami’ diubah
dengan penambahan beberapa bangunan baru antara lain : perluasan serambi Masjid
kearah timur, tutup serambi dibuat bentuk kubah.

Pada awalnya, di sebelah kanan dan kiri masjid ada kolam air yang pembuangannya di
salurkan ke arah timur menuju parit yang berada di pinggir jalan besar (sekarang Jln.
Panglima Sudirman). Sejak tahun itu air ditimbun dan di atasnya dibuat dua buah
bangunan yang berbentuk bulat dan dijadikan kantor Raat Agama dimana RH. Ali
Mustoha sebagai kepala kantornya. Perlu dijelaskan, bahwa pada tahun itu jalan masuk
ke mesjid Ageng ada tiga, yakni jalan masuk sebelah kiri, tengah, dan kanan.

Selaras dengan perkembangan pemerintahan, terutama sejak pemekaran Daerah


Tingkat II, maka sejak tahun 1954 diadakan pemekaran daerah. Semula di Kediri
hanya ada satu Daerah Tingkat II yakni Kabupaten Kediri kemudian dipecah menjadi
dua daerah hingga berdiri Kota Praja Kediri (sekarang menjadi Pemerintah kota
Kediri) dan Mesjid Ageng masuk ke dalam wilayah Kota Praja Kediri.

Pada tahun 1976 Ta’mir Masjid Agung Kota Kediri membangun sebuah menara yang
berada dimuka sebelah kanan masjid. Berdasarkan Prasasti peresmian menara saat itu
Walikotamadya dijabat oleh Drs. Soedarmanto. Pada tahun 1987 M, Ta’mir Masjid
Agung bersama Pemerintah Kotamadya Kediri (Walikotamadya Daerah Tingkat II
Kediri saat itu dijabat oleh Drs. Setijono) melakukan pemugaran atau lebih tepat
disebut dengan merehap masjid yang ke-3 yakni merehap kubah yang semula Kubah
dari bahan kayu direhap bentuknya menjadi bulat dan menggunakan bahan semen cor,
merehab tempat wudlu’, jamban dan pintu masuk masjid. Usia Masjid Agung ini

9
menurut catatan yang ada sampai dengan akhir tahun 2001 M atau tahun 1423 H
berusia kurang lebih 230 tahun.

2.3 Arsitektur Masjid

Masjid agung yang kini berdiri ternyata bukan bangunan masjid pertama di tempat ini.
Sebelumnya, di kota ini telah ada masjid agung yang berdiri sejak abad ke 17. Dahulu
bangunannya berupa masjid berkubah besar tanpa menara yang mirip dengan masjid di
Sumatera. Masjid agung yang dulu berdiri menyerupai bangunan masjid di Sumatera Utara,
seperti Masjid Azizi Langkat, Masjid Sulaimaniyah ataupun Masjid Al Osmani. Masjid ini
memiliki tiga lantai yang memadukan berbagai gaya arsitektur masjid dunia tanpa
meninggalkan ciri khas masjid nusantara. Untuk bangunan masjid secara keseluruhan dapat
dijelaskan sebagai berikut.

1. Menara Dan Kubah

Masjid Agung Kota Kediri dilengkapi dengan satu menara tinggi di sisi tenggara bangunan
masjid. Di puncak tertingginya terdapat sebuah kubah berwarna hijau. Menaranya yang
menjulang tinggi dengan kubah hijau di atasnya akan nampak meskipun dari kejauhan.

10
Kubah sendiri adalah ciri universal dari sebuah bangunan masjid. Bahan yang digunakan di
kubah masjid ini adalah bahan enamel. Kubah berbahan enamel merupakan kubah yang
dibuat dari bahan plat baja ringan dengan ketebalan berbeda dan

disesuaikan kebutuhan. Jenis kubah ini sangat mencolok dengan warna yang lebih cerah
dari kubah lain. Kubah di sini sangat ringan sehingga cocok digunakan di masjid karena
tidak memberikan tambahan beban bagi bangunan masjid sendiri. Desain dari kubah juga
sangat bervariasi dan bisa diaplikasikan dengan berbagai warna. Warna yang bervariasi
semakin menambah keindahan kubah dan menjadikannya memiliki ciri khas yang berbeda
dengan kubah lainnya.

11
2. Perpustakaan Masjid Dan Tangga Menuju Masjid

Di sisi selatan dari masjid tersedia satu gedung yang khusus dijadikan sebagai perpustakaan
masjid. Anak tangga yang berderet ditempatkan di bagian depan masjid dan menghadap
langsung ke Jalan Raya Panglima Sudirman. Tangga ini merupakan akses utama bagi para
jamaah untuk menuju ke ruang utama masjid.

3. Pilar Besar Dan Tinggi

12
Beton bundar dengan ukuran besar, tinggi dan berjejer menjadi pilar dari masjid ini, dimana
mendominasi bagian luar bangunan masjid. Pilar yang berjejer seperti di masjid ini
merupakan ciri khas dari bangunan-bangunan dengan gaya Eropa.

Ketika melihat pilar besar dan tinggi seperti di masjid ini, kita seperti melihat bentuk pilar
di Masjid Agung Pati. Bentuk pilar Masjid Agung Pati sendiri menyerupai pilar yang
digunakan di Masjid The Foundation of Islamic Centre of Thailand yang memang sudah
ada sebelum Masjid Agung Kota Kediri ini berdiri.

4. Atap Masjid

Identitas nusantara dari Masjid Agung Kota Kediri bisa dilihat dari struktur atapnya yang
menggunakan atap Joglo bersusun tiga. Atap yang bersusun tiga ini tidak dirancang sejajar
melainkan bersilangan antara atap yang satu dengan yang lainnya. Tiga tumpukan atap ini
jika dilihat melalui udara akan menghasilkan atap masjid yang berdenah seperti bintang

13
delapan. Segi delapan dikenal sebagai salam satu simbol dalam Islam dan simbol delapan
arah mata angin. Delapan arah mata angin ini mempunyai arti bahwa Islam menyebarkan
rahmat bagi seluruh alam. Atap dengan bentuk seperti ini bisa juga dilihat di Masjid Said
Naum Jakarta Pusat.

5. Lantai Basemen Hingga Lantai Tiga

Masjid Agung Kota Kediri dilengkapi dengan lantai basemen. Basemen ini digunakan
sebagai area pendukung operasional, seperti kamar mandi, tempat wudhu, dan tempat
parkir kendaraan bermotor. Sedangkan lantai dasar dari masjid ini dijadikan ruang
serbaguna yang bisa digunakan sebagai tempat diselenggarakannya berbagai acara
keagamaan. Selain acara keagamaan, beberapa orang juga menggunakannya sebagai tempat
prosesi ijab qobul dan acara pernikahan. Selanjutnya, untuk lantai dua dan lantai tiga
digunakan untuk tempat solat.

14
6. Bagian Dalam Masjid

Saat Anda masuk ke dalam masjid ini, sentuhan masjid bergaya Usmaniyah yakni Muslim
Eropa atau Turki sangat terasa. Tembok masjid masif dan tinggi dipadukan dengan jendela
kaca yang berukuran besar. Di dalam masjid, Anda akan melihat sebuah mimbar kayu
dengan ukiran indah ditempatkan di ruang mihrab. Ruang mihrab sendiri juga dihiasi
dengan seni kaligrafi dari ukiran kayu yang sangat khas. Keindahan yang sulit ditemukan di
masjid-masjid lain yang berada di Indonesia.

15
BAB 3

KESIMPULAN

Arsitektur muslim yang berkembang pada tahun 1500an dengan bukti otentik Masjid
Agung di kediri ini member kita petunjuk bawasanya akulturasi budaya sudah mulai
berlangsung pada masa tersebut. Dimana bukan hanya hal budaya kebiasaan masyarakat
maupun kepercaayaan, tetapi juga dalam bidang bangunan arsitektur. Sejalan dengan misi
dan cara yang dilakukan para wali dalam menyebarkan ajaran Islam, masjid kuncen
dibangun dengan gaya arsitektur khas jawa serta dipadu dengan unsure-unsur agama hindu
bawaan dari kebudayaan Majapahit. Adanya perpaduan ini merupakan wujud penyebaran
agama islam secara perlahan melalui pendekatan budaya dan tidak secara langsung
sertamemaksa.

Selaras dengan perkembangan pemerintahan, terutama sejak pemekaran Daerah


Tingkat II, maka sejak tahun 1954 diadakan pemekaran daerah. Semula di Kediri
hanya ada satu Daerah Tingkat II yakni Kabupaten Kediri kemudian dipecah menjadi
dua daerah hingga berdiri Kota Praja Kediri (sekarang menjadi Pemerintah kota
Kediri) dan Mesjid Ageng masuk ke dalam wilayah Kota Praja Kediri.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://kedirikota.go.id/detail/BangunanBersejarah/2014/12/01/2/102/134/Sejarah%20Masji
d%20Agung%20Kota%20Kediri.html

http://ulinulin.com/posts/susunan-bangunan-masjid-agung-kota-kediri

https://www.tempat.me/wisata/Masjid-Agung-Kediri

https://www.google.com/search?biw=1350&bih=635&tbm=isch&sa=1&ei=pqvxWqaJM5a
avQSutpjIBA&q=kubah+masjid+agung+kediri&oq=kubah+masjid+agung+kediri&gs_l=i
mg.3...558253.562883.0.563517.13.13.0.0.0.0.115.980.6j4.10.0....0...1c.1.64.img..3.2.208...
0j0i67k1j0i7i30k1j0i8i30k1j0i24k1j0i8i7i30k1.0.rQyZfuljbeg#imgrc=2hG4Si0aZpso2M:

17
18

Anda mungkin juga menyukai