DISUSUN OLEH :
NAMA : MEHTA NADYA NUR AVINDA
KELAS : KU – 3B
NIM : 4.43.17.1.18
2019
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
1. SAHAM UNTR
Analisis Fundamental
Pada tanggal 12 November saya melakukan pembelian saham UNTR. Saya
membeli pada harga Rp 23.425 sebanyak 50 lot. Dilihat dari fundamental
perusahaan, UNTR ini termasuk perusahaan yang keadaannya baik untuk
investasi. Selain itu dilihat dari Capital Expenditure tahun 2019 dianggarkan
sebesar US 700 Juta. Pada tahun 2019 bulan September sudah mencapai US 496
Juta. Maka dari itu saya putuskan untuk membeli saham UNTR.
Pada tanggal 6 Desember saya memutuskan untuk menjual UNTR karena harga
sahamnya terus menerus mengalami penurunan yang sangat tajam. Karena untuk
mengurangi kerugian saya di portofolio saya menjual UNTR sebanyak 75 lot pada
harga Rp 21.025.
Analisis Teknikal
2. SAHAM GGRM
Analisis Fundamental
Pada tanggal 12 November saya melakukan pembelian saham GGRM. Saya
membeli pada harga Rp 54.325 sebanyak 6 lot. Saya membeli saham GGRM
karena pada tanggal itu GGRM mengalami penurunan harga yang dikarenakan
adanya kenaikan cukai rokok pada 2020. Hal tersebut saya artikan sebagai sinyal
beli, karena dilihat dari fundamental dari GGRM juga baik.
Analisis Teknikal
3. SAHAM PTBA
Analisis Fundamental
Pada tanggal 5 November saya membeli saham PTBA sebanyak 100 lot pada
harga Rp 2.430 dan 7 lot Rp 2.420. Dengan membeli pada harga yang berbeda,
harga PTBA pada portofolio saya mengalami Average menjadi Rp 2.425. Saya
membeli PTBA karena fundamental dari PTBA dan adanya peningkatan prospek
positif yang menyebabkan PTBA memiliki konsistensi yang baik. Pada tanggal 12
November saya membeli lagi sebanyak 13 lot pada harga Rp 2.610. Saya membeli
lagi karena masih adanya sinyal positif dari PTBA yang akan mengalami
kenaikan harga. Pada tanggal 12 November juga saya melakukan penjualan
saham PTBA sebanyak 50 lot pada harga Rp 2.650. Saya mendapat keuntungan
sebesar Rp 13.250.000. Pada tanggal 19 November saya melakukan penjualan
kembali PTBA sebanyak 70 lot pada harga Rp 2.480 yang memberikan saya
keuntungan sebesar 17.360.000. Alasan saya menjual PTBA karena harga dari
PTBA selalu naik, jika naik terus menerus akan ada indikasi menurun. Ditambah
dengan pasokan batu bara China yang sudah terpenuhi, impor batu bara ke China
oleh PTBA mengalami penurunan volume. Maka, saya putuskan untuk menjual
semuanya.
Analisis Teknikal
Pergerakan harga saham PTBA pada tanggal 5 November menunjukkan posisi
stochastic oversold menuju area positif. Itu juga mengindikasikan akan terjadi
rebound. Secara trend, harga sedang menguji level Rp 2.460 per saham. Indikator
MACD condong ke atas, berpotensi memasuki area up trend, sedangkan RSI
masih netral, dengan volume meninggi yang menandakan minat pelaku pasar
terhadap saham meningkat. Sehingga saya menyimpulkan PTBA harus Buy on
Weakness.
Pergerakan harga saham PTBA pada tanggal 12 dan 19 November berada dalam
tren bearish di jangka pendek, dengan syarat tidak tembus level Rp 2.190 per
saham. PTBA saat ini berada di wave [ii] dari wave C, dimana harga berpotensi
untuk terkoreksi terlebih dahulu. Pelemahan ini juga didukung indikator MACD
dan Stochastic yang juga bergerak melemah. Maka dari itu, saya memutuskan
untuk menjual saham PTBA.
4. SAHAM HMSP
Analisis Fundamental
Saya membeli HMSP pada tanggal 19 November sebanyak 50 lot pada harga Rp
2.100. Saya membeli saham HMSP pada saat itu karena adanya kenaikan harga
cukai rokok yang meningkat, menyebabkan harga dari HMSP merosot tajam. Hal
tersebut saya artikan sebagai sinyal beli. Belakangan ini, kinerja dari HMSP
mengalami peningkatan maka dari itu saya melakukan pembelian HMSP.
Diharapkan dengan pembelian HMSP ini saya mendapat keuntungan di portofolio
saya. Pada tanggal 3 Desember saya menjual HMSP karena mengalami
penurunan yang tajam yaitu dari Rp 2.100 menjadi Rp 2.070. Hal tersebut
dikarenakan adanya penurunan volume dari penjualan produk HMSP.
Analisis Teknikal
Pergerakan harga masih pada tanggal 19 November bertahan di atas garis bawah
bollinger dan terlihat pola bullish spinning top candle yang mengindikasikan
adanya potensi stimulus beli. Pada tanggal 25 November terlihat tweezer bottom
candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli pada
pergerakan harga saham. Maka dari itu, saya memutuskan untuk membeli saham
HMSP. Namun, pada tanggal 3 Desember terlihat dari indicator stochastic saham
HMSP sudah mencapi titik overbought yang artinya jenuh beli dan akan
mengalami penurunan. Maka dari itu, saya memutuskan untuk menjual saham
HMSP pada tanggal tersebut. Dilihat secara berkelanjutan prospek saham HMSP
kurang baik karena menunjukkan tren yang terus menurun.
5. SAHAM ANTM
Analisis Fundamental
Pada tanggal 19 November saya membeli saham ANTM pada harga Rp 835
sebnayak 200 lot. Alasan saya membeli saham ANTM pada tanggal itu adalah
kinerja ANTM yang menunjukkan kinerja positif yang ditandai dengan naiknya
pendapatan sebesar 23% YoY. Selain itu, adanya penguatan harga emas dunia
yang masih menguntungkan ANTM dan ANTM melakukan ekspansi dengan
bekrjasama dengan PTBA yaitu membangun PLTU di Halmahera. Pada 2020
juga ANTM akan mengoperasikan tambang emas yang baru dengan perkiraan
kapasitas produksi 700-800 kg per tahun yang dapat meningkatkan pendapatan
dari ANTM. Konsistensi ekspansi membuat prospek bisnis ANTM tetap cerah
untuk jangka panjang dan mempertahankan rekomendasi BUY dengan target
harga yang lebih rendah di Rp1.100 atau potensi upside 35,8% berdasarkan
estimasi forward EV/EBITDA 9,9x (+0,15 SD). Saat ini, ANTM diperdagangkan
dengan EV/EBITDA 2019F sebesar 10,4x.
Analisis Teknikal
Terlihat dari grafik di atas Pergerakan harga masih bertahan di atas garis bawah
bollinger dan terlihat pola upward bar yang mengindikasikan adanya potensi
stimulus beli. Saham ANTM berhasil menembus keatas downtrend resistance
line, sehingga berpeluang mengakhiri tren turunnya. Indikator teknikal MACD
bergerak naik, mengindikasikan bahwa saham ini mulai bergerak positif. Target
penguatan terdekat di level 905-915. Apabila rebound saham ini kuat dan dapat
berlanjut, maka ANTM berpotensi menuju target selanjutnya di 1010, dengan
minor target di 955.
6. SAHAM JSMR
Analisis Fundamental
Pada tanggal 19 November saya membeli saham JSMR sebanyak 100 lot pada
harga Rp 5.200. Alasan saya membeli saham JSMR adalah Posisi JSMR saat ini
berpotensi terkoreksi dalam jangka pendek. Koreksi tersebut merupakan bagian
dari wave A, dimana saat JSMR sudah terkonfirmasi menyelesaikan koreksinya,
maka JSMR berpotensi untuk menguat. Kemudian pada tanggal 6 Desember saya
menjual saham JSMR pada harga 5.200 sebanyak 100 lot. Saya menjual pada
harga yang sama karena selama saya hold saham JSMR saya mengalami loss,
maka dari itu ketika harga sama saya langsung menjual saham JSMR.
Analisis Teknikal
Saham JSMR bergerak turun menguji area support level 5500. Apabila gagal
bertahan diatas support tersebut, maka JSMR berpotensi melemah menuju target
terdekat di 5300. Jika tekanan jual berlanjut, maka JSMR berpeluang menuju
target pelemahan berikutnya di 5000. Indikator teknikal MACD yang bergerak
turun di bawah centreline mengindikasikan bahwa saham ini sedang bergerak
negatif. Terlihat juga pergerakan harga masih bertahan di atas garis bawah
bollinger dan terlihat bullish engulfing line candlestick pattern yang
mengindikasikan adanya potensi stimulus beli pada pergerakan harga saham.
Belum ada indikasi saham JSMR untuk melakukan penguatan. Maka dari itu, saya
menjual saham JSMR.
7. SAHAM BBNI
Analisis Fundamental
Pada tanggal 19 November saya membeli saham BBNI sebanyak 100 lot pada
harga Rp 7.575. Alasan saya membeli saham BBNI adalah pada saat itu IHSG
mengalami kenaikan yang menyebabkan harga saham BBNI juga mengalami
kenaikan disbanding kemarin. Penyebab tumbuhnya harga saham BBNI adalah
BBNI melakukan ekspansi dengan menciptakan produk baru BNI Life yang dapat
mendongkrak pendapatan BBNI dan BBNI juga memanfaatkan cabang BBNI
yang ada di luar negeri untuk mencari alternative pendanaan.
Analisis Teknikal
Dilihat dari grafik di atas sebelum tanggal 19 November, saham BBNI bertahan
di support 7200, saham BBNI mulai rebound dan bergerak naik menembus keatas
minor down trend resistance line di level 7500. Apabila bertahan diatas 7500,
terbuka potensi bagi saham ini untuk melanjutkan reboundnya menuju target di
level 8075, dengan minor target di 7750. Indikator teknikal MACD mulai berbalik
arah dan diharapkan mampu golden cross lagi, sehingga dapat menjadi sentimen
positif bagi saham ini. Nantinya jika BBNI mampu terus melanjutkan
penguatannya dan menerobos ke atas level 8075, maka saham ini akan
mengkonfirmasi terbentuknya pola bullish reversal inverted head & shoulder
pattern, dengan target teoritis menuju 9450 dalam jangka menengah. Pada tanggal
19 November harga saham BBNI berada pada fase baby bullish. BBNI sudah di
atas MA20 dengan MACD mulai naik di atas 0 dan stochastic membentuk golden
cross. RSI juga masih menunjukkan BBNI berpotensi menguat.
8. SAHAM ELSA
Analisis Fundamental
Pada tanggal 19 November saya membeli saham ELSA pada harga Rp 306
sebanyak 200 lot. Alasan saya membeli saham ELSA adalah adanya peningkatan
pendapatan dari ELSA yang disebabkan oleh naiknya harga minyak dunia. Harga
minyak mentah dunia dalam 5 bulan terakhir mengalami tren kenaikan harga.
Sentimen ini dapat menjadi katalis positif bagi saham ELSA untuk bergerak
menguat dalam waktu dekat. Trend kenaikan harga minyak mentah dunia
didorong oleh rencana organisasi negara-negara pengekspor minyak dan
rekannya, yang akan kembali memangkas produksi minyaknya per bulan depan
sebesar 500 ribu barel per hari. Selain itu, ELSA juga melakukan ekspansi pada
bisnis pengoalahan air yang berbasit IoT dan ELSA mengakuisisi depo maupun
menambah jumlah kendaraan tanki Bahan Bakar Minyak (BBM). Dengan
ekspansi-ekspansi tersebut, ELSA berharap dapat lebih mengoptimalkan
perolehan pendapatan pada tahun 2019.
Analisis Teknikal
Secara teknikal, saham ELSA telah berhasil menembus downtrend resistance line
jangka pendeknya di level 302. Penembusan resistance tersebut didukung dengan
indikator teknikal MACD yang berhasil golden cross, sehingga mengindikasikan
bahwa saham ini mulai mengalami reversal atau pembalikan arah. Target rebound
terdekat di 316. Apabila berlanjut, target berikutnya di level 340. Pergerakan
harga masih bertahan di atas garis bawah bollinger dan terlihat bullish engulfing
line candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli.
9. SAHAM PSGO
Analisis Fundamental
Pada tanggal 3 Desember saya membeli saham PSGO pada harga Rp 224
sebanyak 100 lot. Alasan saya membeli saham PSGO adalah pada saat itu saham
PSGO masih IPO. Dengan adanya IPO pasti akan berpotensi melakukan kenaikan
karena banyak investor yang masuk ke saham PSGO. Pada perdagangan perdana,
harga saham emiten berkode saham PSGO ini sempat melonjak 69,52% ke Rp
178 per saham dari harga Initial Public Offering (IPO) Rp 105 per saham. Dengan
begitu, saham PSGO langsung terkena auto reject atas. Pada tanggal 3 Desember
saya menjual saham PSGO pada harga Rp 240 sebanyak 100 lot. Harga tersebut
lebih tinggi disbanding harga pada saat beli, maka saya memutuskan untuk
menjual saham PSGO.
Analisis Teknikal
Berdasarkan indicator MA 5 dapat dilihat bahwa saham PSGO harus dibeli karena
MA 5 menembus MA 10 dari bawah ke atas. Hal tersebut merupakan sinyal beli.
Sinyal beli tersebut menandakan bahwa ada peningkatan harga saham PSGO.
Benar terjadi pada tanggal 3 Desember terjadi peningkatan harga saham PSGO.
Saham APLN masih bearish dengan target jangka pendek Rp 175 dan exit Rp
200. Untuk jangka pendek dan panjang, support saham APLN berada di Rp 175
dengan resistance Rp 195 per saham. Pergerakan harga saham APLN telah
menguji garis MA 20 sehingga peluang terjadinya penguatan terbuka lebar. Hal
ini menandakan akumulasi beli pada kisaran Rp 200-204, dengan target harga
secara bertahap di level Rp 220, 272, 324 dan 378. Posisi harga yang berada di
atas rangkaian moving average membuka ruang bagi saham ini untuk bergerak
kembali dalam fase bullish. MACD yang mendatar cenderung meningkat
mengindikasikan saham ini berpeluang mengakhiri fase konsolidasi minornya.
Saham PGAS berhasil rebound dan mengalami reversal pembalikan arah setelah
berhasil menembus keatas resistance level 2020. Indikator teknikal MACD yang
telah golden cross, mengkonfirmasi rebound saham ini. Apabila dapat bertahan
diatas level psikologis 2000, maka PGAS berpeluang menguat menuju target
terdekat di level 2140. Jika nantinya penguatan saham ini mampu berlanjut ke
atas, maka PGAS berpotensi menutup gap dikisaran 2280-2360 sebagai target
selanjutnya. Buy on weakness di 1995-2020. Batasi resiko jika kembali turun dan
gagal bertahan di 1860.
Pergerakan harga INDF selama tidak menembus level Rp 7.600 pergerakan, maka
posisi INDF saat ini diperkirakan sedang berada pada awal wave 3 dari wave 5.
Dengan terkoreksinya sinyal indikator MACD, Stochastic dan RSI membuat
peluang untuk akumulasi. Maka, saya memutuskan untuk Buy on Weakness
(BoW).
Saham AALI saat ini muncul hammer candle dengan indikator RSI menguat.
Selain itu, indikator stochastic juga berpotensi golden cross dan di tutup di atas
MA5. Sedangkan untuk indikator MACD berpotensi death cross dengan volume
perdagangan menurun.
Tren harga masih akan bullish, hanya saja saat harga berada di kisaran Rp 12.500
- Rp 12.900 maka akan rawan profit taking. Maka, saya memutuskan untuk
menjual saham AALI agar tidak mengalami kerugian yang banyak.
Pergerakan harga saham BBCA tampak pola bullish pin bar yang
mengindikasikan adanya potensi stimulus beli pada pergerakan harga saham.
Selain itu, indikator MACD dan RSI menunjukkan sinyal yang positif. Maka,
saya memilih untuk menjual saham BBCA.
Dilihat dari indokator MACD kondisi saham TLKM kurang baik karena
menunjukkan pola bearish yang dimungkinkan akan berlanjut. Namun, dari
indicator Stochastic dan RSI menunjukkan pola bullish. Tetapi saya memutuskan
untuk menjual saham TLKM saya, kerena harga saat ini sudah lebih tinggi
dibanding harga saat saya membeli pada 5 November.
Transaksi Penjualan
Portofolio Awal
Portofolio Akhir
Transaksi Penjualan
Portofolio Awal
Portofolio Akhir
Portofolio Awal
Portofolio Akhir
4) Tanggal 3 Desember 2019
Transaksi Pembelian
Transaksi Penjualan
Portofolio Awal
5) Tanggal 6 Desember 2019
Transaksi Pembelian
Transaksi Penjualan
Portofolio Awal
Portofolio Akhir