Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM PASAR MODAL

LAPORAN TRADING SAHAM

Pengampu : Prihatiningsih, SE, MM

DISUSUN OLEH :
NAMA : MEHTA NADYA NUR AVINDA
KELAS : KU – 3B
NIM : 4.43.17.1.18

2019
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
1. SAHAM UNTR
 Analisis Fundamental
Pada tanggal 12 November saya melakukan pembelian saham UNTR. Saya
membeli pada harga Rp 23.425 sebanyak 50 lot. Dilihat dari fundamental
perusahaan, UNTR ini termasuk perusahaan yang keadaannya baik untuk
investasi. Selain itu dilihat dari Capital Expenditure tahun 2019 dianggarkan
sebesar US 700 Juta. Pada tahun 2019 bulan September sudah mencapai US 496
Juta. Maka dari itu saya putuskan untuk membeli saham UNTR.
Pada tanggal 6 Desember saya memutuskan untuk menjual UNTR karena harga
sahamnya terus menerus mengalami penurunan yang sangat tajam. Karena untuk
mengurangi kerugian saya di portofolio saya menjual UNTR sebanyak 75 lot pada
harga Rp 21.025.
 Analisis Teknikal

Secara teknikal candle saham UNTR pada perdagangan kemarin membentuk


bearish candle dengan short upper shadow yang menggambarkan saham ini
bergerak negatif hingga berakhir pada level terendahnya. Volume perdagangan
terlihat mengalami lonjakan sangat signifikan, sekaligus yang terbesar dalam
setahun terakhir menandakan adanya sinyal distribusi jual yang besar dari para
pelaku pasar. Kemudian investor asing juga banyak melepas saham ini dengan
membukukan penjualan bersih (net sell) senilai Rp121,46 miliar, atau saham
dengan net sell terbesar kedua di BEI pada perdagangan kemarin. Apabila
diperhatikan, harga saham UNTR kemarin telah menyentuh level terendahnya
dalam setahun terakhir. Indikator relative strength index (RSI) saham UNTR juga
terlihat masih bergerak turun tajam dan sudah mendekati area jenuh jual,
mengindikasikan sinyal penurunan yang cukup kuat.

2. SAHAM GGRM
 Analisis Fundamental
Pada tanggal 12 November saya melakukan pembelian saham GGRM. Saya
membeli pada harga Rp 54.325 sebanyak 6 lot. Saya membeli saham GGRM
karena pada tanggal itu GGRM mengalami penurunan harga yang dikarenakan
adanya kenaikan cukai rokok pada 2020. Hal tersebut saya artikan sebagai sinyal
beli, karena dilihat dari fundamental dari GGRM juga baik.
 Analisis Teknikal

Secara teknikal, candle terbentuk bullish harami mengindikasikan rebound.


GGRM berkonsolidasi positif pasca downtrend. Dengan membentuk higher low
sepanjang konsolidasi diiringi MACD yang meningkat, saham ini memiliki
kecenderungan bergerak menguat dalam jangka pendek.Maka dari itu pada
tanggal 12 November saya memutuskan membeli saham GGRM.

3. SAHAM PTBA
 Analisis Fundamental
Pada tanggal 5 November saya membeli saham PTBA sebanyak 100 lot pada
harga Rp 2.430 dan 7 lot Rp 2.420. Dengan membeli pada harga yang berbeda,
harga PTBA pada portofolio saya mengalami Average menjadi Rp 2.425. Saya
membeli PTBA karena fundamental dari PTBA dan adanya peningkatan prospek
positif yang menyebabkan PTBA memiliki konsistensi yang baik. Pada tanggal 12
November saya membeli lagi sebanyak 13 lot pada harga Rp 2.610. Saya membeli
lagi karena masih adanya sinyal positif dari PTBA yang akan mengalami
kenaikan harga. Pada tanggal 12 November juga saya melakukan penjualan
saham PTBA sebanyak 50 lot pada harga Rp 2.650. Saya mendapat keuntungan
sebesar Rp 13.250.000. Pada tanggal 19 November saya melakukan penjualan
kembali PTBA sebanyak 70 lot pada harga Rp 2.480 yang memberikan saya
keuntungan sebesar 17.360.000. Alasan saya menjual PTBA karena harga dari
PTBA selalu naik, jika naik terus menerus akan ada indikasi menurun. Ditambah
dengan pasokan batu bara China yang sudah terpenuhi, impor batu bara ke China
oleh PTBA mengalami penurunan volume. Maka, saya putuskan untuk menjual
semuanya.
 Analisis Teknikal
Pergerakan harga saham PTBA pada tanggal 5 November menunjukkan posisi
stochastic oversold menuju area positif. Itu juga mengindikasikan akan terjadi
rebound. Secara trend, harga sedang menguji level Rp 2.460 per saham. Indikator
MACD condong ke atas, berpotensi memasuki area up trend, sedangkan RSI
masih netral, dengan volume meninggi yang menandakan minat pelaku pasar
terhadap saham meningkat. Sehingga saya menyimpulkan PTBA harus Buy on
Weakness.
Pergerakan harga saham PTBA pada tanggal 12 dan 19 November berada dalam
tren bearish di jangka pendek, dengan syarat tidak tembus level Rp 2.190 per
saham. PTBA saat ini berada di wave [ii] dari wave C, dimana harga berpotensi
untuk terkoreksi terlebih dahulu. Pelemahan ini juga didukung indikator MACD
dan Stochastic yang juga bergerak melemah. Maka dari itu, saya memutuskan
untuk menjual saham PTBA.

4. SAHAM HMSP
 Analisis Fundamental
Saya membeli HMSP pada tanggal 19 November sebanyak 50 lot pada harga Rp
2.100. Saya membeli saham HMSP pada saat itu karena adanya kenaikan harga
cukai rokok yang meningkat, menyebabkan harga dari HMSP merosot tajam. Hal
tersebut saya artikan sebagai sinyal beli. Belakangan ini, kinerja dari HMSP
mengalami peningkatan maka dari itu saya melakukan pembelian HMSP.
Diharapkan dengan pembelian HMSP ini saya mendapat keuntungan di portofolio
saya. Pada tanggal 3 Desember saya menjual HMSP karena mengalami
penurunan yang tajam yaitu dari Rp 2.100 menjadi Rp 2.070. Hal tersebut
dikarenakan adanya penurunan volume dari penjualan produk HMSP.
 Analisis Teknikal

Pergerakan harga masih pada tanggal 19 November bertahan di atas garis bawah
bollinger dan terlihat pola bullish spinning top candle yang mengindikasikan
adanya potensi stimulus beli. Pada tanggal 25 November terlihat tweezer bottom
candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli pada
pergerakan harga saham. Maka dari itu, saya memutuskan untuk membeli saham
HMSP. Namun, pada tanggal 3 Desember terlihat dari indicator stochastic saham
HMSP sudah mencapi titik overbought yang artinya jenuh beli dan akan
mengalami penurunan. Maka dari itu, saya memutuskan untuk menjual saham
HMSP pada tanggal tersebut. Dilihat secara berkelanjutan prospek saham HMSP
kurang baik karena menunjukkan tren yang terus menurun.

5. SAHAM ANTM
 Analisis Fundamental
Pada tanggal 19 November saya membeli saham ANTM pada harga Rp 835
sebnayak 200 lot. Alasan saya membeli saham ANTM pada tanggal itu adalah
kinerja ANTM yang menunjukkan kinerja positif yang ditandai dengan naiknya
pendapatan sebesar 23% YoY. Selain itu, adanya penguatan harga emas dunia
yang masih menguntungkan ANTM dan ANTM melakukan ekspansi dengan
bekrjasama dengan PTBA yaitu membangun PLTU di Halmahera. Pada 2020
juga ANTM akan mengoperasikan tambang emas yang baru dengan perkiraan
kapasitas produksi 700-800 kg per tahun yang dapat meningkatkan pendapatan
dari ANTM. Konsistensi ekspansi membuat prospek bisnis ANTM tetap cerah
untuk jangka panjang dan mempertahankan rekomendasi BUY dengan target
harga yang lebih rendah di Rp1.100 atau potensi upside 35,8% berdasarkan
estimasi forward EV/EBITDA 9,9x (+0,15 SD). Saat ini, ANTM diperdagangkan
dengan EV/EBITDA 2019F sebesar 10,4x.
 Analisis Teknikal

Terlihat dari grafik di atas Pergerakan harga masih bertahan di atas garis bawah
bollinger dan terlihat pola upward bar yang mengindikasikan adanya potensi
stimulus beli. Saham ANTM berhasil menembus keatas downtrend resistance
line, sehingga berpeluang mengakhiri tren turunnya. Indikator teknikal MACD
bergerak naik, mengindikasikan bahwa saham ini mulai bergerak positif. Target
penguatan terdekat di level 905-915. Apabila rebound saham ini kuat dan dapat
berlanjut, maka ANTM berpotensi menuju target selanjutnya di 1010, dengan
minor target di 955.
6. SAHAM JSMR
 Analisis Fundamental
Pada tanggal 19 November saya membeli saham JSMR sebanyak 100 lot pada
harga Rp 5.200. Alasan saya membeli saham JSMR adalah Posisi JSMR saat ini
berpotensi terkoreksi dalam jangka pendek. Koreksi tersebut merupakan bagian
dari wave A, dimana saat JSMR sudah terkonfirmasi menyelesaikan koreksinya,
maka JSMR berpotensi untuk menguat. Kemudian pada tanggal 6 Desember saya
menjual saham JSMR pada harga 5.200 sebanyak 100 lot. Saya menjual pada
harga yang sama karena selama saya hold saham JSMR saya mengalami loss,
maka dari itu ketika harga sama saya langsung menjual saham JSMR.
 Analisis Teknikal

Saham JSMR bergerak turun menguji area support level 5500. Apabila gagal
bertahan diatas support tersebut, maka JSMR berpotensi melemah menuju target
terdekat di 5300. Jika tekanan jual berlanjut, maka JSMR berpeluang menuju
target pelemahan berikutnya di 5000. Indikator teknikal MACD yang bergerak
turun di bawah centreline mengindikasikan bahwa saham ini sedang bergerak
negatif. Terlihat juga pergerakan harga masih bertahan di atas garis bawah
bollinger dan terlihat bullish engulfing line candlestick pattern yang
mengindikasikan adanya potensi stimulus beli pada pergerakan harga saham.
Belum ada indikasi saham JSMR untuk melakukan penguatan. Maka dari itu, saya
menjual saham JSMR.

7. SAHAM BBNI
 Analisis Fundamental
Pada tanggal 19 November saya membeli saham BBNI sebanyak 100 lot pada
harga Rp 7.575. Alasan saya membeli saham BBNI adalah pada saat itu IHSG
mengalami kenaikan yang menyebabkan harga saham BBNI juga mengalami
kenaikan disbanding kemarin. Penyebab tumbuhnya harga saham BBNI adalah
BBNI melakukan ekspansi dengan menciptakan produk baru BNI Life yang dapat
mendongkrak pendapatan BBNI dan BBNI juga memanfaatkan cabang BBNI
yang ada di luar negeri untuk mencari alternative pendanaan.
 Analisis Teknikal

Dilihat dari grafik di atas sebelum tanggal 19 November, saham BBNI bertahan
di support 7200, saham BBNI mulai rebound dan bergerak naik menembus keatas
minor down trend resistance line di level 7500. Apabila bertahan diatas 7500,
terbuka potensi bagi saham ini untuk melanjutkan reboundnya menuju target di
level 8075, dengan minor target di 7750. Indikator teknikal MACD mulai berbalik
arah dan diharapkan mampu golden cross lagi, sehingga dapat menjadi sentimen
positif bagi saham ini. Nantinya jika BBNI mampu terus melanjutkan
penguatannya dan menerobos ke atas level 8075, maka saham ini akan
mengkonfirmasi terbentuknya pola bullish reversal inverted head & shoulder
pattern, dengan target teoritis menuju 9450 dalam jangka menengah. Pada tanggal
19 November harga saham BBNI berada pada fase baby bullish. BBNI sudah di
atas MA20 dengan MACD mulai naik di atas 0 dan stochastic membentuk golden
cross. RSI juga masih menunjukkan BBNI berpotensi menguat.

8. SAHAM ELSA
 Analisis Fundamental
Pada tanggal 19 November saya membeli saham ELSA pada harga Rp 306
sebanyak 200 lot. Alasan saya membeli saham ELSA adalah adanya peningkatan
pendapatan dari ELSA yang disebabkan oleh naiknya harga minyak dunia. Harga
minyak mentah dunia dalam 5 bulan terakhir mengalami tren kenaikan harga.
Sentimen ini dapat menjadi katalis positif bagi saham ELSA untuk bergerak
menguat dalam waktu dekat. Trend kenaikan harga minyak mentah dunia
didorong oleh rencana organisasi negara-negara pengekspor minyak dan
rekannya, yang akan kembali memangkas produksi minyaknya per bulan depan
sebesar 500 ribu barel per hari. Selain itu, ELSA juga melakukan ekspansi pada
bisnis pengoalahan air yang berbasit IoT dan ELSA mengakuisisi depo maupun
menambah jumlah kendaraan tanki Bahan Bakar Minyak (BBM). Dengan
ekspansi-ekspansi tersebut, ELSA berharap dapat lebih mengoptimalkan
perolehan pendapatan pada tahun 2019.
 Analisis Teknikal

Secara teknikal, saham ELSA telah berhasil menembus downtrend resistance line
jangka pendeknya di level 302. Penembusan resistance tersebut didukung dengan
indikator teknikal MACD yang berhasil golden cross, sehingga mengindikasikan
bahwa saham ini mulai mengalami reversal atau pembalikan arah. Target rebound
terdekat di 316. Apabila berlanjut, target berikutnya di level 340. Pergerakan
harga masih bertahan di atas garis bawah bollinger dan terlihat bullish engulfing
line candlestick pattern yang mengindikasikan adanya potensi stimulus beli.

9. SAHAM PSGO
 Analisis Fundamental
Pada tanggal 3 Desember saya membeli saham PSGO pada harga Rp 224
sebanyak 100 lot. Alasan saya membeli saham PSGO adalah pada saat itu saham
PSGO masih IPO. Dengan adanya IPO pasti akan berpotensi melakukan kenaikan
karena banyak investor yang masuk ke saham PSGO. Pada perdagangan perdana,
harga saham emiten berkode saham PSGO ini sempat melonjak 69,52% ke Rp
178 per saham dari harga Initial Public Offering (IPO) Rp 105 per saham. Dengan
begitu, saham PSGO langsung terkena auto reject atas. Pada tanggal 3 Desember
saya menjual saham PSGO pada harga Rp 240 sebanyak 100 lot. Harga tersebut
lebih tinggi disbanding harga pada saat beli, maka saya memutuskan untuk
menjual saham PSGO.
 Analisis Teknikal

Berdasarkan indicator MA 5 dapat dilihat bahwa saham PSGO harus dibeli karena
MA 5 menembus MA 10 dari bawah ke atas. Hal tersebut merupakan sinyal beli.
Sinyal beli tersebut menandakan bahwa ada peningkatan harga saham PSGO.
Benar terjadi pada tanggal 3 Desember terjadi peningkatan harga saham PSGO.

10. SAHAM MAMI


 Analisis Fundamental
Pada tanggal 3 Desember saya membeli saham MAMI pada harga Rp 370
sebanyak 150 lot. MAMI merupakan saham gorengan jadi saya tidak bisa
menganalisis secara fundamental.
 Analisis Teknikal

Dilihat dari indicator MA, garis MA 5 menembus garis MA 20 yang menandakan


akan turun, tetapi kenyataannya mengalami kenaikan terus. Maka dari itu saya
membeli saham MAMI. Dilihat Dari indicator MACD yang menunjukkan grafik
yang naik. Maka, pada saat itu juga saya menjual saham MAMI, karena harganya
terus mengalami kenaikan.

11. SAHAM APLN


 Analisis Fundamental
Pada tanggal 3 Desember saya membeli saham APLN pada harga Rp 195
sebanyak 150 lot. Saya membeli saham APLN karena melihat prospek dari
kinerja sector property yang positif. APLN juga terus memperkuat fundamental
bisnis jangka panjang. Belum kama ini, perseroan bersama partnernya, Capital
Group menggelar soft opening Delipark Mall, pusat perbelanjaan baru di Medan,
Sumatera Utara. Shopping center yang berada di area superblock Podomoro City
Deli Medan itu diharapkan dapat menjadi pusat ekonomi baru di wilayah
Sumatera Utara dan sekitarnya. Pada tanggal 3 Desember saya menjual saham
APLN pada harga Rp 197 sebanyak 150 lot. Dengan penjualan harga tersebut
saya gain sebesar Rp 2 per lembar saham. Saya menjual pada saat itu juga karena
harga dari APLN sudah mengalami kenaikan.
 Analisis Teknikal

Saham APLN masih bearish dengan target jangka pendek Rp 175 dan exit Rp
200. Untuk jangka pendek dan panjang, support saham APLN berada di Rp 175
dengan resistance Rp 195 per saham. Pergerakan harga saham APLN telah
menguji garis MA 20 sehingga peluang terjadinya penguatan terbuka lebar. Hal
ini menandakan akumulasi beli pada kisaran Rp 200-204, dengan target harga
secara bertahap di level Rp 220, 272, 324 dan 378. Posisi harga yang berada di
atas rangkaian moving average membuka ruang bagi saham ini untuk bergerak
kembali dalam fase bullish. MACD yang mendatar cenderung meningkat
mengindikasikan saham ini berpeluang mengakhiri fase konsolidasi minornya.

12. SAHAM PGAS


 Analisis Fundamental
Pada tanggal 6 Desember saya membeli saham PGAS pada harga Rp 2.210
sebanyak 500 lot. Alasan saya membeli saham PGAS adalah di tahun 2018,
PGAS menunjukkan nilai CR sebesar 428,28% yang artinya bahwa perusahaan
tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya. Karena
perbandingan aktivanya lebih besar dibanding kewajiban yang dimilikinya.
Namun, CR yang besar belum tentu baik, karena bisa saja perusahaan tersebut
belum mengelola dananya dengan baik.
 Analisis Teknikal

Saham PGAS berhasil rebound dan mengalami reversal pembalikan arah setelah
berhasil menembus keatas resistance level 2020. Indikator teknikal MACD yang
telah golden cross, mengkonfirmasi rebound saham ini. Apabila dapat bertahan
diatas level psikologis 2000, maka PGAS berpeluang menguat menuju target
terdekat di level 2140. Jika nantinya penguatan saham ini mampu berlanjut ke
atas, maka PGAS berpotensi menutup gap dikisaran 2280-2360 sebagai target
selanjutnya. Buy on weakness di 1995-2020. Batasi resiko jika kembali turun dan
gagal bertahan di 1860.

13. SAHAM INDF


 Analisis Fundamental
Saya membeli saham INDF pada tanggal 6 Desember pada harga Rp 7.975
sebanyak 100 lot. Alasan saya membeli saham INDF pada tanggal tersebut adalah
price to earning ratio (PER) saham ini per perdagangan kemarin yang sebesar
14,88 kali. Sedangkan kemarin, PER saham INDF turun ke 14,83 kali. Mengutip
RTI, PER sektor barang konsumer jauh lebih tinggi, yaitu mencapai 31,42 kali.
Sebagai informasi, INDF memiliki earning per share (EPS) alias laba bersih per
saham Rp 536. Kenaikan harga saham ini juga didorong oleh kinerja keuangan
Indofood per September 2019 yang baik. Indofood berhasil membukukan
kenaikan pendapatan 5,6% secara tahunan menjadi Rp 57,85 triliun dari Rp 54,74
triliun. Adapun dari segi bottom line, perusahaan ini mencatatkan pertumbuhan
laba 25% dari Rp 2,82 triliun menjadi Rp 3,53 triliun. Secara pendapatan terlihat
tidak terlalu signifikan, tetapi perusahaan lebih efisien sehingga laba bersihnya
dapat tumbuh 25%. Dapat dilihat Indofood sebagai perusahan induk akan
mencatatkan pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi lagi. Hal ini didukung
faktor harga crude palm oil (CPO) yang kembali menguat. Oleh karena itu, ia
merekomendasikan buy saham INDF dengan target harga Rp 7.975 per saham.
 Analisis Teknikal

Pergerakan harga INDF selama tidak menembus level Rp 7.600 pergerakan, maka
posisi INDF saat ini diperkirakan sedang berada pada awal wave 3 dari wave 5.
Dengan terkoreksinya sinyal indikator MACD, Stochastic dan RSI membuat
peluang untuk akumulasi. Maka, saya memutuskan untuk Buy on Weakness
(BoW).

14. SAHAM ADRO


 Analisis Fundamental
Saya membeli saham ADRO pada tanggal 5 November Rp 1.340 sebanyak 100
lot dan pada tanggal 6 Desember saya membeli Rp 1.430 sebanyak 150 lot. Pada
tanggal 12 November saya menjual saham ADRO yang saya beli pada tanggal 12
November pada harga Rp 1.420 sebanyak 20 lot. Pada tanggal 6 Desember saham
ADRO saya jual pada harga Rp 1.430 sebnayak 150 lot. Ternyata harga saham
ADRO saya terkena average dengan harga yang sebelumnya yang sisa 50 lot.
Alasan saya memilih saham ADRO adalah ADRO mencatatkan pertumbuhan
cukup baik dan menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban lancarnya terlihat semakin baik dari tahun ke tahun. Dilihat dari
pertumbuhan DER, ADRO terbilang solvable dimana perusahaan mampu
menekan porsi utang pada neracanya di 3 tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan
risiko yang semakin kecil pada keuangan ADRO. Dilihat dari PER, ADRO selalu
di posisi di atas PER industry di sektor sejenis. Hal ini menunjukkan bahwa harga
saham ADRO termasuk mahal, namun tidak mengindikasikan saham ADRO sulit
untuk naik lagi. Terlihat dari pertumbuhan PER ADRO yang mengalami lonjakan
tidak terlalu jauh maka ada indikasi bahwa saham ADRO masih dapat naik
harganya. Dilihat dari pertumbuhan EPS ADRO selama 3 tahun terakhir di tahun
2015-2017 menunjukkan peningkatan walaupun di tahun 2018 mengalami sedikit
penurunan. Dengan meningkatnya EPS, menunjukkan bahwa perusahaan
bertumbuh dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan laba dan
penjualan. Dilihat dari ROA, saham ADRO pertumbuhannya meningkat. Hal ini
menunjukkan bahwa selama 4 tahun terakhir ini terjadi peningkatan kinerja
manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba. Selama kurun waktu 4 tahun
rasio hasil pengembalian atas aset ADRO berada di atas rata-rata industry
perusahaan sub sektor tambang batu bara lainnya, artinya kondisi kontribusi aset
terhadap laba bersih ADRO cukup baik.
 Analisa Teknikal

Pada 5 November posisi ADRO berpeluang untuk melanjutkan uptrendnya


dengan membentuk pola bullish double bottoms. Pola ini menandakan bawha jika
ADRO mampu menguat di atas resisten 1380, ADRO berpeluang melanjutkan
kenaikannya menuju target pertama di 1450-1480. Maka, saya memutuskan untuk
trading buy karena harganya sudah naik di 1380.
Dilihat dari garis MA 20 yang sudah menembus garis MA 5 dari bawah ke atas
menandakan harga saham ADRO akan beranjak naik. Dilihat dari grafik
candlesticknya menandakan juga bahwa harga saham ADRO naik juga. Dilihat
dari indicator MACD, Stochastic, dan RSI menunjukkan garis yang bullish atau
naik. Dari 4 indikator tersebut saya memutuskan untuk menjual saham ADRO
sebanyak 20 lot.

Saham ADRO berhasil menembus resistance area konsolidasinya di level 1475.


Penembusan ke atas resistance tersebut mengakhiri konsolidasi ADRO sepanjang
tahun ini, sehingga membuka peluang bagi saham ini untuk mulai bergerak naik
(uptrend). Indikator teknikal MACD yang bergerak naik diatas centreline,
mengindikasikan bahwa saham ini sedang bergerak positif. Target kenaikan
terdekat di 1600. Apabila berlanjut, maka ADRO akan menuju target berikutnya
dikisaran 1780 hingga 1900. Maka, saya memutuskan untuk menjual saham
ADRO sebanyak 150 lot dan 50 lot.
15. SAHAM AALI
 Analisis Fundamental
Saya menjual saham AALI pada harga Rp 12.600 sebanyak 60 lot pada tanggal 12
November. Pada 19 November saya juga menjual saham AALI di harga Rp
12.400 sebnayak 40 lot. Alasan saya menjual saham AALI karena dilihat dari
EPS, AALI mengalami pertumbuhan yang tinggi. Hal ini menandakan
profitabilitas AALI yang lebih baik dibandingkan dengan Laba per Saham yang
rendah. Artinya, perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi untuk
dibagikan ke pemegang sahamnya. Dilihat dari ROA, AALI memiliki nilai yang
baik. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan tersebut lebih efektif dalam
mengelola asetnya untuk menghasilkan jumlah laba bersih yang lebih besar.
Dilihat dari DER, AALI memiliki DER yang kecil sehingga bisa dikatakan dalam
keadaan baik. Dari pengertian DER itu sendiri yaitu rasio yang menunjukkan
proporsi relatif antara Ekuitas dan Hutang yang digunakan untuk membiayai aset
perusahaan. Artinya jumlah kewajiban yang dimiliki perusahaan lebih kecil
dibandingkan jumlah modal yang dimiliki jadi AALI mampu membayar
kewajiban nya hanya dengan modal yang dimilikinya.
 Analisis Teknikal
Dilihat dari indicator MACD dan Stochastic grafik saham AALI mengalami pola
bearish pin bar yang mengindikasikan saham AALI mengalami koreksi wajar
pada pergerakan harga saham. Dilihat dari indicator RSI saham AALI
menunjukkan jenuh beli atau overbought. Maka, saya memutuskan untuk menjual
saham AALI.

Saham AALI saat ini muncul hammer candle dengan indikator RSI menguat.
Selain itu, indikator stochastic juga berpotensi golden cross dan di tutup di atas
MA5. Sedangkan untuk indikator MACD berpotensi death cross dengan volume
perdagangan menurun.
Tren harga masih akan bullish, hanya saja saat harga berada di kisaran Rp 12.500
- Rp 12.900 maka akan rawan profit taking. Maka, saya memutuskan untuk
menjual saham AALI agar tidak mengalami kerugian yang banyak.

16. SAHAM UNVR


 Analisis Fundamental
Pada tanggal 12 November saya menjual saham UNVR pada harga Rp 42.950
sebanyak 50 lot. Dilihat dari EPS, UNVR memiliki nilai yang baik karena
mengalami pertumbuhan yang tinggi. Hal ini menandakan profitabilitas UNVR
yang lebih baik dibandingkan dengan Laba per Saham yang rendah. Artinya,
perusahaan dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi untuk dibagikan ke
pemegang sahamnya. Dilihat dari ROA, UNVR memiliki nilai yang baik. Hal ini
menunjukan bahwa perusahaan tersebut lebih efektif dalam mengelola asetnya
untuk menghasilkan jumlah laba bersih yang lebih besar.
 Analisis Teknikal

Saham UNVR tertekan di area support kritikalnya di kisaran 42700 – 43025.


Dengan melihat MACD yang mulai meningkat, merupakan sinyal beli. Tetapi
saya melihat dari trend melihat posisi UNVR saat ini begitu downtrend. Maka
dari itu, saya memutuskan untuk menjual saham UNVR, karena prospeknya
kurang baik.

17. SAHAM BBCA


 Analisis Fundamental
Saya menjual saham BBCA pada 19 November di harga Rp 31.550 sebanyak 80
lot. Dilihat dari DAR BBCA pertumbuhan tahun 2016 ke 2017 mengalami
peningkatan, namun mengalami penurunan di tahun 2018. Hal ini mecerminkan
semakin kecil nilai DAR berarti semakin baik perusahaan tersebut. Di tahun 2018,
BBCA hanya menunjukkan nilai DAR sebesar 0,04x yang artinya bahwa sebagian
besar aset perusahaan dibiayai melalui ekuitas. Dari kelima rasio tersebut, dapat
disimpulkan bahwa BBCA ( Bank Sentral Tbk. ) memiliki kinerja yang bagus
sehingga cocok untuk menjadi pilihan investasi jangka panjang di sektor
keuangan. Selama tahun 2015 sampai 2018 mengalami peningkatan secara terus
menerus yang berarti semakin tinggi nilai PER saham maka akan semakin mahal
saham emiten tersebut. Di tahun 2018 angka PER perusahaan tersebut sebesar
25,72 x yang artinya harga saham BBCA saat itu adalah 25 kali dari nilai EPS
atau laba per sahamnya. Saham BBCA memiliki nilai PER paling tinggi diantara
lainnya yang menandakan bahwa pasar bersedia membayar lebih terhadap
pendapatan atau laba suatu perusahaan, serta memiliki harapan yang tinggi
terhadap masa depan perusahaan tersebut sehingga bersedia untuk menghargainya
dengan harga yang lebih tinggi. Rata – rata nilai EPS yang dihasilkan lebih tinggi
dibandingkan yang lain hal ini menandakan profitabilitas BBCA yang lebih baik
dibandingkan dengan Laba per Saham yang rendah. Artinya, perusahaan dapat
menghasilkan laba yang lebih tinggi untuk dibagikan ke pemegang sahamnya. Di
tahun 2018, nilai EPS dari emiten BBCA sebesar Rp 750,68 yang artinya
keuntungan yang diperoleh seorang investor BBCA adalah Rp 750,68 per lembar
saham. Dari tahun 2015 sampai 2018 BBCA menunjukkan kinerja yang baik
dimana mengalami peningkatan tetapi hanya di tahun 2018 mengalami penurunan
sebesar 20.6% dari tahun 2017. ROA BBCA mengalami kenaikan. Hal ini
menunjukan bahwa perusahaan tersebut lebih efektif dalam mengelola asetnya
untuk menghasilkan jumlah laba bersih yang lebih besar. Rata – rata nilai ROA
yang dihasilkan oleeh BBCA sebesar 2,87%. Untuk di tahun 2018 nilai ROA dari
BBCA adalah 2,32% yang artinya keuntungan (laba bersih) yang diperoleh
perusahaan sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah
asset sebesar 2,32% dari total asset yang dimiliki BBCA. BBCA menunjukkan
nilai DER yang paling kecil diantara lain. Dari pengertian DER itu sendiri yaitu
rasio yang menunjukkan proporsi relatif antara Ekuitas dan Hutang yang
digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Di tahun 2018, nilai DER dari
BBCA hanya sebesar 0,38 x yang artinya jumlah kewajiban yang dimiliki
perusahaan lebih kecil dibandingkan jumlah modal yang dimiliki jadi BBCA
mampu membayar kewajiban nya hanya dengan modal yang dimilikinya.
 Analisis Teknikal

Pergerakan harga saham BBCA tampak pola bullish pin bar yang
mengindikasikan adanya potensi stimulus beli pada pergerakan harga saham.
Selain itu, indikator MACD dan RSI menunjukkan sinyal yang positif. Maka,
saya memilih untuk menjual saham BBCA.

18. SAHAM TLKM


 Analisis Fundamental
Saya menjual saham TLKM pada 19 November seharga Rp 4.040 sebanyak 80
lot. Dilihat dari EPS, TLKM memiliki nilai yang baik karena mengalami
pertumbuhan yang tinggi. Hal ini menandakan profitabilitas TLKM yang lebih
baik dibandingkan dengan Laba per Saham yang rendah. Artinya, perusahaan
dapat menghasilkan laba yang lebih tinggi untuk dibagikan ke pemegang
sahamnya. Dilihat dari ROA, TLKM menunjukkan nilai yang baik. Hal ini
menunjukan bahwa perusahaan tersebut lebih efektif dalam mengelola asetnya
untuk menghasilkan jumlah laba bersih yang lebih besar.
Dilihat dari DER, TLKM menunjukkan nilai DER yang kecil. Dari pengertian
DER itu sendiri yaitu rasio yang menunjukkan proporsi relatif antara Ekuitas dan
Hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Di tahun 2018, nilai
DER dari TLKM hanya sebesar 0,93 x yang artinya jumlah kewajiban yang
dimiliki perusahaan lebih kecil dibandingkan jumlah modal yang dimiliki jadi
TLKM mampu membayar kewajiban nya hanya dengan modal yang dimilikinya.
 Analisis Teknikal

Dilihat dari indokator MACD kondisi saham TLKM kurang baik karena
menunjukkan pola bearish yang dimungkinkan akan berlanjut. Namun, dari
indicator Stochastic dan RSI menunjukkan pola bullish. Tetapi saya memutuskan
untuk menjual saham TLKM saya, kerena harga saat ini sudah lebih tinggi
dibanding harga saat saya membeli pada 5 November.

19. SAHAM PTPP


 Analisis Fundamental
Saya menjual saham PTPP pada 26 November di harga Rp 1.500 sebanyak 51 lot.
Dilihat dari rasio DAR ( Debt to Assets Ratio ), PTPP memiliki nilai yang baik
karena menunjukkan nilai DAR yang kecil. Karena DAR adalah rasio yang
mengukur jumlah aset yang dibiayai oleh hutang jadi semakin nilai DAR kecil
berarti semakin baik perusahaan tersebut. Di tahun 2018, PTPP hanya
menunjukkan nilai DAR sebesar 0,69x yang artinya bahwa sebagian besar aset
perusahaan dibiayai melalui ekuitas.
Dilihat dari EPS, PTPP memiliki nilai yang baik karena mengalami pertumbuhan
yang tinggi. Hal ini menandakan profitabilitas PTPP yang lebih baik
dibandingkan dengan Laba per Saham yang rendah. Artinya, perusahaan dapat
menghasilkan laba yang lebih tinggi untuk dibagikan ke pemegang sahamnya.
Dilihat dari ROA, PTPP memiliki nilai yang baik. Hal ini menunjukan bahwa
perusahaan tersebut lebih efektif dalam mengelola asetnya untuk menghasilkan
jumlah laba bersih yang besar. Dilihat dari DER, PTPP memiliki karena
menunjukkan nilai DER yang paling kecil diantara yang lain. Dari pengertian
DER itu sendiri yaitu rasio yang menunjukkan proporsi relatif antara Ekuitas dan
Hutang yang digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Di tahun 2018, nilai
DER dari PTPP hanya sebesar 2,19 x yang artinya jumlah kewajiban yang
dimiliki perusahaan lebih kecil dibandingkan jumlah modal yang dimiliki jadi
PTPP mampu membayar kewajiban nya hanya dengan modal yang dimilikinya.
Saya menjual saham PTPP saat ini karena harga saham PTPP mengalami
penurunan terus-menerus.
 Analisis Teknikal

Dilihat dari indicator MA, garis MA 20 tidak menembus-menembus garis MA 20


menandakan saham PTPP sukar untuk naik. Dilihat dari indicator MACD,
Stochastic, dan RSI garisnya menunjukkan pola bearish yang membuat saya
memutuskan untuk menjual saham PTPP.
Transaksi Pembelian, Penjualan, dan Portofolio

1) Tanggal 12 November 2019


 Transaksi Pembelian

 Transaksi Penjualan

 Portofolio Awal
 Portofolio Akhir

2) Tanggal 19 November 2019


 Transaksi Pembelian

 Transaksi Penjualan
 Portofolio Awal

 Portofolio Akhir

3) Tanggal 26 November 2019


 Transaksi Pembelian
 Transaksi Penjualan

 Portofolio Awal

 Portofolio Akhir
4) Tanggal 3 Desember 2019
 Transaksi Pembelian

 Transaksi Penjualan

 Portofolio Awal
5) Tanggal 6 Desember 2019
 Transaksi Pembelian

 Transaksi Penjualan

 Portofolio Awal
 Portofolio Akhir

6) Rencana Transaksi Awal

7) Konfirmasi Transaksi Pembelian 5 November


8) Portofolio 5 November 2019

Anda mungkin juga menyukai