Dinamika Struktur 000 PDF
Dinamika Struktur 000 PDF
Kata Pengantar . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x
vii
DAFTAR ISI
Buku ini adalah hasil dari pengembangan program mata pelajaran dalam bidang dinamika
struktur pada Universitas California, Berkeley, yang menghabiskan waktu lebih dari 25 ta
hun. Dapat dimengerti bahwa materi buku ini telah sungguh-sungguh mengalami perbaikan
selama kurun waktu tersebut. Tiga set buku yang berbeda telah dipersiapkan dan didistri
busikan ke sekolah-sekolah dalam interval yang terpisah secara luas, dan versi setempat dari
buku tersebut telah digunakan sebagai buku pelajaran dalam kurikulum yang diberikan pa
da berbagai tempat seperti Santiago, Chili, Trondheim, Norwegia, dan Tokyo, Jepang.
Dalam pengaturan pertama dari materi buku ini, Profesor Clough terpengaruh benar
oleh kuliah-kuliah yang diberikan oleh R L. Bisplinghoff pada Institut Teknologi Massa
chusetts, dan beliau menyadari kewajibannya terhadap mata kuliah yang dipersiapkan de
ngan bagus tentang dinamika struktur pesawat terbang. Orientasi berikutnya dari buku ini
ke arah masalah-masalah teknik sipil dalam dinamika struktur mencerminkan karya dari
Hohenemser dan Prager dalam karangan rintisan mereka "Dynamik der Stabwerke."1 Demi
kian pula, Profesor Penzien mengakui manfaat besar yang diterimanya dari kuliah-kuliah
tentang getaran acak yang diberikan oleh Profesor S. H. Crandall pada Institut Teknologi
Massachusetts. Meskipun demikian, pengembangan selanjutnya dari materi pokok ini pada
dasarnya merupakan karya dari Clough maupun Penzien. Kontribusi terhadap literatur oleh
banyak penulis telah dimasukkan secara tepat ke dalam urutan kuliah; sebagian besar dari
kontribusi tersebut berkedudukan sedemikian kuatnya dalam bidang dinamika kontribusi
tersebut. Oleh karenanya sedikit referensi kredit diberikan, dan penulis menyampaikan
maaf kepada mereka yang mungkin merasa terabaikan.
Meskipun buku ini terus-menerus mengalami perbaikan dalam pengembangannya, su
sunan umumnya tetap tidak berubah. Transisi logis dari struktur dengan derajat kebebasan
tunggal, dari menjadi sistem derajat tunggal tergeneralisasi sampai menjadi analisis super
posisi modus struktur koordinat diskrit berderajat banyak telah memberikan jalan yang se
derhana bagi sarjana teknik struktur "statika" yang terlatih untuk mengikuti pengenalan
terhadap masalah khusus yang timbul dari beban dinamik. Selain itu, selalu dianggap perlu
untuk lebih menekankan analisis respons dinamik transien daripada hanya berkenaan dengan
analisis getaran saja. Sebagai suatu prasyarat untuk mempelajari dinamika struktur, telah
terbukti efektif memerlukan latar-belakang yang kuat tentang teori struktur statika, ter
masuk metode matriks, dan dianggap bahwa para pembaca buku ini telah mempunyai per
siapan serupa itu.
Barangkali perubahan yang paling nyata dan luas yang telah terjadi selama pengembang
an materi buku ini adalah diterimanya komputer digital kecepatan tinggi sebagai suatu alat
1 K. Hohenemser dan W. Prager, "Dynamic der Stabwerke", Julius Springer, Berlin, Germany, 1933.
KATA PENGANTAR
X
standar untuk analisis struktur. Sebelum komputer digunakan secara luas dalam pekerjaan
struktur, penekanan utama dalam dinamika struktur terletak pada metode-metode yang efi
sien untuk analisis mistar hitung dan kalkulator meja. Metode seperti ini masih mempunyai
tempat yang penting dalam buku ini karena penulis percaya akan nilainya dalam mempe
lajari masalah tersebut. Jika rincian dari prosedur penyelesaian dengan tangan dipahami se
penuhnya, tidak akan sulit untuk menulis atau menggunakan kode komputer yang sesuai,
tetapi barangkali tidak mungkin menggunakan suatu program komputer "black box" secara
efektif tanpa mengetahui rincian perhitungan. Meskipun demikian, diakui bahwa setiap ana
lisis respons dinamik praktis yang nyata membutuhkan sedemikian banyak usaha-usaha nu
meris sehingga secara ekonomis hanya layak dengan menggunakan komputer. Oleh karena
itu, teknik penyelesaian yang ditekankan dalam buku ini secara urn urn adalah yang bisa di
lakukan secara efektif dengan komputer kecepatan tinggi, dan juga penyelesaian dengan
tangan. Maksud dari penyajian ini adalah untuk menjelaskan dasar-dasar met ode; teknik
pengkodean dan pemakaian komputer yang efisien tidak dibahas secara terinci.
Materi pokok dari buku ini adalah dasar-dasar dari serangkaian kuliah tingkat sarjana
yang lamanya tiga bulan yang diberikan pada Universitas California; akan tetapi, sebagian
besar daripadanya dapat dicakup sebagaimana halnya pada tingkat prasarjana lanjutan (ta
hun keempat). Kuliah dasar tentang dinamika struktur membicarakan materi pada Bagian 1
dan Bagian 2 sampai dengan bagian pertama dari Bab 14. Diharapkan bahwa hampir semua
mahasiswa Tingkat-Master dalam bidang teknik struktur paling tidak harus mempunyai
pengertian sebanyak ini tentang bidang dinamika. Kuliah berikutnya daii dinamika struktur
"lanjutan" membicarakan sisa dari Bagian 2 dan semua Bagian 3. Tambahan lagi, hampir
semua materi bidang teknik gempa bumi pada Bab 26 dan 27 diberikan dalam kedua kuliah
yang pertama tersebut untuk melengkapi penggunaan praktis dari teori. Materi dasar dari
Bagian 4 dicakup dalam kuliah tiga bulan tentang getaran acak, disertai dengan beberapa
penggunaan bidang teknik gempa bumi dari Bab 28. Akhirnya, keseluruhan buku ini ber
guna bagi latar-belakang dan materi referensi untuk kuliah perancangan struktur untuk be
ban dinamik; prasyarat untuk kuliah perancangan ini adalah kuliah dasar tentang dinamika
struktur. Meskipun kerangka referensi untuk sebagian besar dari materi ini merupakan bi
dang penerapan teknik sipil, tetapi teknik dasar dinamika struktur seperti ini dapat diterap
kan dalam bidang teknik penerbangan, teknik bangunan kapal, teknik mobil dan bidang
lainnya di mana sistem struktur mengalami beban dinamik.
Sejumlah besar contoh telah dimasukkan ke dalam buku ini karena penulis berpendapat
bahwa banyak dari materi buku ini bisa diajarkan secara sangat efektif dengan cara tersebut.
Tambahan lagi, banyak soal pekerjaan rumah telah dilengkapi pada sebagian besar dari bab
bab tersebut karena penting sekali bagi mahasiswa untuk benar-benar menggunakan teknik
analitik ini guna menguasainya sepenuhnya. Akan tetapi, soal-soal seperti ini harus diberi
kan secara hemat karena analisis respons dinamik terkenal menyita waktu. Penulis berpen
dapat bahwa dari soal 1 sampai dengan 4 bisa merupakan tugas mingguan yang memadai,
tergantung dari materi pokok dan tipe prosedur penyelesaian yang dibutuhkan. Oleh karena
itu, buku ini berisi soal-soal yang lebih banyak daripada yang dapat diberikan dalam rang
kaian kuliah selama satu tahun tentang dinamika struktur.
RAY W. CLOUGH
JOSEPI-1 PENZIEN
CATATAN PENERJEMAH
Dalam buku terjemahan ini penulis ingin mengemukakan hal-hal terutama yang ber
kenaan dengan pengubahan sistem satuan dalam beberapa bagian dari buku asli dan pem
berian tanda untuk desimal.
Sebagaimana kita ketahui, terdapat berbagai sistem satuan yang digunakan, termasuk
dalam bidang teknik. Tentu saja diperlukan pemahaman atas sistem-sistem satuan yang ber
beda-beda ini agar tidak timbul masalah dalam pemakaiannya.
Sistem satuan yang digunakan dalam buku asli, yaitu sistem BG (fps) masih banyak di
pakai, dan dalam buku ini telah dikonversikan sebagian (sampai dengan Bab 6) ke dalam
sistem SI, yang merupakan sistem satuan internasional. Diharapkan hal ini dapat membantu
dalam pemahaman kedua sistem satuan tersebut.
Tanda titik sebagai tanda desimal, yang memang diperkenankan, digunakan dalam
buku ini sesuai dengan buku asli. Hal ini untuk memudahkan terutama berkenaan dengan
pemakaian komputer yang semakin dirasakan manfaatnya.
Akhirnya, demi perbaikan buku ini penerjemah mengharapkan kritik dan saran dari
para pemakai. Untuk itu penerjemah terlebih dahulu mengucapkan terima kasih. Pener
jemah ingin pula mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas terwujudnya buku
ini.
Semoga buku ini dapat merupakan sumbangan yang bermanfaat.
DINES GINTING
DAFTAR SIMBOL
a jarak
koefisien Fourier, konstanta
luas, konstanta
konstanta
jarak, bilangan bulat
koefisien Foutier, konstanta
konstanta
koefisien redam
koefisien redam tergeneralisasi
koefisien redam kritis
koefisien Fourier
cll koefisien pengaruh redam
c. koefisien r edam tergeneralisasi modus: normal
D faktor pembesaran dinamik, kekakuan pelat
D matriks dinamik = k-1m
D1, D2 konstanta
e perpindahan aksial
E modulus Young
E matriks dinamik = o-J
E[] nilai yang diharapkan, rata-rata gabung.:m
El kekakuan lentur
I frekuensi siklik pribadi
Jij koefisien pengaruh fleksibilitas
h, ID• Is masing-masing gaya inersia, re dam dan pegas
g percepatan gravitasi
9i koordinat perpindahan umum, fungsi ge lombang tegangan
G modulus geser
G, G1, G2 konstanta
h tebal pelat, tinggi tingkat
h(t) fungsi respons impuls satuan
H((J)), H(i(J)) fungsi respons frekuensi kompleks
Hz Hertz (ukuran frekuensi, siklus per detik )
bilangan bulat
I impuls, momen inersia
I matriks identitas
j bilangan bulat
k, ki konstanta pegas
k*, p konstanta pegas tergeneralisasi
xiv DAFTAR STMBOL
kekakuan efektif
kekakuan geometrik
koefisien pengaruh kekakuan
koefisien pengaruh kekakuan gabungan
koefisien pengaruh kekakuan geometrik
kekakuan tergeneralisasi modus normal yang ke-n
panjang
faktor eksitasi gempa bumi
m massa, bilangan bulat
m; massa
m ii koefisien pengaruh massa
m massa seragam/satuan panjang
m, momen inersia massa yang berorientasi
M. massa tergeneralisasi modus normal yang ke-n
m• massa tergeneralisasi
mt, mt, momen-dalam pada suatu penampang
n bilangan bulat, konstanta
N beban aksial, jumlah pertambahan waktu, jumlah derajat kebebasan
beban aksial kritis
gaya aksial yang tJerubah menurut waktu
p, Po beban
p beban seragam/satuan panjang
p• beban tergeneralisasi
Pcrr beban efektif
p(x) fungsi kerapatan probabilitas
p(x,y) fungsi kerapatan probabilitas gabungan
p (x I y) fungsi kerapatan probabilitas kondisional
p(x1, x2, , x.,)
• • • fungsi kerapatan probabilitas multivariasi
P.(t) fungsi pemaksa modus normal yang ke-n
P(X), P(X, Y) fvngsi distribusi probabilitas
Pr probabilitas
q, koordinat tergeneralisasi yang ke-i
Q; fungsi pemaksa tergeneralisasi yang ke-i
r jari-jari girasi
R(t) perbandingan respons
Rx(r) fungsi autokorelasi
Rxy(r) fungsi korelasi-silang
s konstanta
Sx(w) fungsi kerapatan spektrum-daya
Sxy(w) fungsi kerapatan spektrum-silang
sa respons percepatan spektrum
w kerja, berat
w.c kerja oleh gaya non-konservatif
WN kerja oleh beban aksial N
X koordinat ruang
x nilai rata-rata dari x
xz kuadrat rata-rata dari x
x(t) proses acak
y koordinat ruang
y(t) proses acak
Y. perpindahan tergeneralisasi modus normal yang ke-n
z koordinat ruang
Z, z., Zo koordinat tergeneralisasi
f3 perbandingan frekuensi
')' berat/satuan luas
{) penurunan log, variasi, residu
!l. pertambahan
perpindahan statik
regangan
fungsi waktu, koefisien redam histeretik
faktor beban-aksial
pengali l.agrange
nilai eigen yang ke-n
sudut fase, kemiringan, rotasi
faktor keuletan
J-lxy kovariansi
V perbandingan Poisson
· e. e. perbandingan redam
p amplitudo vektor, massa/satuan volume
Pxy koefisien korelasi
(J tegangan
deviasi standar
variansi
waktu
perpindahan modus
bentuk modus yang ke-n
matriks bentuk modus
fungsi perpindahan tergeneralisasi
vektor perpindahan tergeneralisasi
frekuensi sudut pribadi tak-teredam
frekuensi sudut pribadi teredam
frekuensi sudut fungsi pemaksa harmonik
BAB
SATU
Tujuan utama buku ini adalah menyajikan metode-I_Iletode untuk menganalisis tegangan
dan lendutan yang terjadi pada setiap tipe struktur tertentu apabila dikenakan beban dina
mik sembarang. Daiam beberapa hal, sasarannya dapat dipandang sebagai perluasan metode
standar dari analisis struktur, yang pada umumnya hanya menyangkut pembebanan statik,
untuk mengizinkan pertimbangan beban dinamik. Dalam konteks ini, koridisi pembebanan
statik hanya dapat dianggap sebagai suatu bentuk khusus dari pembebanan dinamik. Meski
pun demikian, dalam analisis struktur linear, perlu sekali membedakan dengan baik antara
komponen statik dan komponen dinamik dari pembebanan yang dikenakan, mengevaluasi
respons terhadap pembebanan secara terpisah dan kemudian menjumlahkan kedua respons
dari komponenfni untuk memperoleh efek total. Apabila diperlakukan demikian, metode
analisis statik dan dinamik pada dasarnya berbeda sifatnya.
Untuk maksud penyajian ini, istilah dinamik secara sederhana dapat didefinisikan se
bagai perubahan-waktu; jadi beban yang dinamik adalah setiap beban yang besarnya, arah
nya atau posisinya berubah menurut waktu. Demikian pula, respons struktur terhadap be
ban dinamik, yaitu lendutan dan tegangan yang dihasilkan, juga perubahan-waktu, atau ber
sifat dinamik.
Pada dasarnya ada dua pendekatan berbeda, yang dapat dipakai untuk mengevalua,si
struktur terhadap beban dinamik, yakni pendekatan deterministik dan non-deterministik.
Pemilihan metode yang akan digunakan pada setiap keadaan tertentu tergantung pada ba
gaimana pembebanan didefinisikan. Jika variasi waktu pembebanan diketahui secara leng
kap, sekalipun mungkin sangat berosilasi atau sifatnya tidak beraturan, di sini akan disebut
kan sebagai pembebanan dinamik yang sudah ditentukan (prescribed dynamic loading); dan
analisis respons setiap sist em struktur khusus terhadap pembebanan dinamik yang sudah di
t entukan, didefmisikan sebagai analisis deterministik. Sebaliknya, jika variasi waktu tidak
diketahui secara lengkap, tetapi dapat didefinisikan menurut pengertian statistik, pembeban
an disebut pembebanan dinamik acak (random dynamic loading); analisis non-determinis
tik; yang sesuai adalah analisis terhadap pembebanan dinamik acak. Penekanan terpenting
dalam buku ini terletak pada pengembangan metode analisis dinamik tertentu. Walaupun
demikian, Bagian Empat disediakan untuk menyajikan pengantar metode analisis non-deter
_ministik. Demikian pula, satu bab tentang analisis respons-gempa bumi dimasukkan pada
Bagian lima, yang membahas aplikasi metode dinamika strulq:ur dalam bidang teknik gempa
bumi.
Pada umumnya, respons struktur terhadap setiap pembebanan dinamik dinyatakan se
cara mendasar berkenaan dengan perpindahan (displacement) struktur. Jadi analisis deter
ministik menghasilkan riwayat waktu-perpindahan yang sesuai dengan riwayat pembebanan
yang sudah ditentukan; aspek lain dari respons struktur deterministik seperti tegangan, re
gangan, gaya-dalam (internal forces) dan sebagainya, biasanya diperoleh sebagai tahap ana-
2 DINAMIKA STRUKTUR
lisis sekunder, dari pola perpindahan yang ditentukan sebelumnya. Sebaliknya, analisis non
deterministik memberikan informasi statistik tentang perpindahan yang diakibatkan oleh
beban yang didefinisikan secara statistis. Dalam ha! ini, variasi waktu dari perpindahan tidak
ditentukan, dan aspek-aspek lainnya, seperti tegangan, gaya-dalam dan sebagainya, harus
langsung dievaluasi dengan analisis non-deterministik yang bebas, dan bukan dengan hasil
hasil perpindahan.
-
1-2 TIPE PEMBEBANAN YANG SUDAH DITENTUKAN
Hampir setiap tipe sistem struktur dapat dikenakan terhadap salah satu bentuk a tau bentuk
lain dari pembebanan dinamik selama usia pakainya. Dari sudut analitis, baik sekali mem
bagi pembebanan yang sudah ditentukan atau deterministik menjadi dua kategori dasar, pe
riodik dan non-periodik. Beberapa bentuk khas dari pembebanan yang sudah ditentukan
dan contoh situasi di mana pembebanan seperti itu bisa terjadi diperlihatkan pada Gambar
1-1.
Seperti terlihat pada Gambar 1 -1a dan b, beban periodik merupakan beban berulang
yang memperlihatkan variasi waktu yang sama berturut-turut untuk jumlah siklus yang be
sar. Pembebanan periodik yang paling sederhana adalah variasi sinusoidal yang diperlihat
kan pada Gambar 1-1a, yang disebut harmonik sederhana (simple harmonic); pembebanan
yang demikian merupakan karakteristik dari efek massa-tak seimbang (unbalanced-mass
effects) pada mesin-mesin yang berotasi. Bentuk lain dari pembebanan periodik, m'isalnya
yang disebabkan o!eh tekanan hidrodinamik yang dihasilkan oleh baling-baling (propeller)
di buritan kapal atau o!eh efek inersia pada mesin bolak-balik, seringkali lebih kompleks.
Periodik
Mesin-mesin
lul
yang berot asi
pada bangunan
Gaya propeler
I hi di buritan
kapal
Non-periodik
Pembebanan
hl ledakan born
pada bangunan
Gempa bumi
(dl pad a
tanki air
GAMBAR 1-1 Karakteristik dan sumber pembebanan dinamik yang khas: (a) harm o n ik scderhana:
(b) komplcks: (c) impulsif: (d) berlangsung lama.
T!NJAUAN LUAS TENTANG DINAMIKA STRUKTUR 3
Gaya-gaya iiiCr>t3
la) (b)
GAMBAR 1-2 Perbcdaan dasar antara beban statik dan dinamik: (a) pembebanan statik; (h) pcmbcban
an dinamik.
Meskipun demikian, dengan menggunakan analisis Fourier, setiap pembebanan periodik da
pat digambarkan sebagai jumlah komponen dari deret sederhana. Maka, pada prinsipnya
analisis respons untuk setiap pembebanan peridok mengikuti prosedur umum yang sama.
Pembebanan non-periodik mungkin berbentuk peiDbebanan impulsifyang berlangsung
singkat atau bentuk umum beban-beban yang berlangsung lama. Letusan atau ledakan ada
lah sumber khas dari beban impulsif; untuk beban yang berlangsung singkat seperti ini, da
pat digunakan analisis bentuk yang disederhanakan secara khusus. Sebaliknya, pembebanan
yang umum, yang berlangsung lama seperti yang mungkin diakibatkan oleh gempa bumi
dapat diperlakukan hanya dengan prosedur analisis dinamik umum yang lengkap.
Pada sistem dinamik Gambar 1-2b, analisisnya jelas sangat rumit karena sebenarnya gaya
inersia yang diakibatkan oleh perpindahan struktur yang berotasi dipengaruhi oleh besar-
4 DINAMIKA STR UKTUR
nya gaya inersia. Siklus tertutup dari sebab dan pengaruh ini dapat diselesaikan secara lang
sung hanya dengan memmuskan masalah dalam bentuk persamaan diferensial. Selanjutnya,
oleh karena massa batang terdistribusi secara kontinu sepanjang batang, perpindahan dan
percepatan hams ditetapkan untuk tiap-tiap titik sepanjang sumbu jika gaya inersia akan
ditetapkan secara menyeluruh. Dalam hal ini, analisis harus dimmuskan dalam bentuk per
samaan diferensial parsial karena posisi sepanjang bentang dan demikian pula waktu hams
diamb il sebagai variabel bebas.
Sebaliknya, jika massa batang terpusat pada sederetan titik-titik diskrit a tau gumpalan
gumpalan , seperti diperlihatka n pada Gambar 1 -3 , masalah analitis akan menjadi sangat se
derhana karena gaya inersia dapat terjadi hanya pada titik-titik massa ini saja. Dalam hal ini
definisi perpindahan dan percepatan diperlukan hanya pada titik-titik diskrit ini saja.
Jumlah komponen perpindahan yang hams dipertimbangkan agar mewakili pengaruh
semua gaya inersia yang penting dari stmktur dapat disebut jumlah derajat kebebasan di
namik dari stmktur. Sebagai contoh, jika sistem pada Gambar 1-3 terkendala sehingga ke
tiga titik massa hanya dapat bergerak dalam arah vertikal, ini disebut sistem dengan tiga
derajat-kebebasan (three-degree-of-freedom atau 3 DOF). Sebaliknya, jika massa tersebut
tidak terpusat pada titik-titik tetapi mempunyai inersi'a rotasi terhingga, perpindahan rotasi
dari ketiga titik harus pula diperhatikan dan sistem akan mempunyai 6 DOF. Jika distorsi
aksial dari batang juga penting, perpindahan yang sejajar dengan sumbu batang akan dihasil
kan dan sistem akan mempunyai 9 DOF. Secara lebih umum, jika stmktur dapat mengalami
deformasi dalam ruang tiga dimensi, masing-masing massa akan mempunyai 6 DOF dan
sistem akan mempunyai 1 8 DOF. Sebaliknya, jika massa terpusat pada titik-titik sedemi
kian rupa sehingga inersia rotasi bisa diabaikan;maka sistem tiga dimensi akan mempunyai
9 DOF. Berdasarkan pertimbangan-pertimbang;m ini, j elas bahwa sistem dengan massa yang
terdistribusi secara kontinu, seperti pada Gambar 1-2b, mempunyai derajat kebebasan tak
hingga.
Perpindahan Tergeneralisasi
b3 sin 3;:.:
+
Pada umumnya, setiap bentuk sembarang yang sesuai dengan kondisi tumpuan yang sudah
ditentukan dapat digambarkan dengan deret tak-hingga dari komponen gelombang-sinus
·
seperti itu. Amplitudo bentuk gelombang-sinus dapat dipandang sebagai koordinat sistem,
dan jumlah tak-hingga dari derajat kebebasan batang yang sebenarnya, digambarkan oleh
jumlah tak-hingga dari suku-suku yang termasuk dalam deret. Keuntungan pendekatan ini
yaitu perkiraan yang baik terhadap bentuk batang yang sebenarnya dapat diperoleh dengan
deret komponen gelombang sinus dipotong; jadi perkiraan 3 DOF hanya akan mengandung
tiga suku dalam deret, dan seterusnya.
Konsep ini dapat digeneralisasi lebih lanjut dengan mengenali bahwa bentuk gelombang
sinus yang digunakan sebagai pola perpindahan yang diasumsikan merupakan pilihan yang
sembarang dalam contoh ini. Pada umumnya, setiap bentuk !Jin(x) yang sesuai dengan kon
disi tumpuan-geometrik yang sudah ditentukan dan yang mempertahankan kontinuitas yarig
dibutuhkan untuk perpindahan-dalam bisa diasumsiK.an. Jadi pernyataan tergeneralisasi un
tuk perpindahan setiap struktur satu dimensi dapat dituliskan
Untuk setiap kumpulan fungsi perpindahan !Jin(x) yang diasumsikan, bentuk struktur
yang te�adi tergantung pada bentuk Zn, yang akan disebut sebagai koordinat tergenerali
sasi. Jumlah pola bentuk yang diasumsikan menggambarkan jumlah derajat kebebasan da
lam bentuk idealisasi ini. Pada umumnya, ketelitian yang lebih baik dapat dicapai dalam
analisis dinamik untuk jumlah derajat kebebasan tertentu dengan menggunakan metode
fungsi bentuk idealisasi daripada pendekatan massa-tergumpaL Walaupun demikian, harus
pula diakui bahwa lebih besar usaha perhitungan yang dibutuhkan untuk masing-masing de
rajat kebebasan apabila digunakan koordinat tergeneralisasi tersebut.
Konsep Elemen-Terhingga
Metode ketiga dari pernyataan perpindahan setiap struktur tertentu dalam bentuk jumlah
terhingga dari koordinat perpindahan diskrit, yang menggabungkan beberapa ciri dari ke-
6 DINAMIKA STR UKTUR
I 0 f) 3 0 4
0 50 6 0 1
m�);?;
I
I
4
I
I
I
I I I
I I I
Langkah pertama dalam idealisasi elemen-terhingga dari setiap struktur, misalnya ba
tang yang diperlihatkan pada Gambar 1-5, meliputi pembagiannya menjadi jumlah bagian
yang tepat, atau elemen-elemen, seperti yang dipe rlihatkan. Ukurannya sembarang; bisa se
muanya berukuran sama atau semuanya berbeda. Pada ujung-ujung bagian di mana mereka
saling dihubungkan, disebut titik-titik simpul. Perpindahan titik-titik simpul ini kemudian
menjadi koordinat te rgeneralisasi dari struktur.
Lendutan struktur selengkapnya sekarang dapat dinyatakan berkenaan dengan koordi
nat tergene ralisasi ini dengan menggunakan kumpulan yang sesuai dari fungsi perpindahan
yang diasumsikan, dengan menggunakan pernyataan yang serupa dengan Pers. ( 1 -2). Meski
pun demikian, dalam hal ini, fungsi pe rpindahan disebut fimgsi interpo/asi karena fungsi ini
menentukan bentuk di antara perpindahan-perpindahan simpul yang ditetapkan. Sebagai
contoh, pada Gan1 bar l -5 diperlihatkan fungsi interpolasi yang dihubungkan dengan dua
derajat kebebasan dari titik 3 , yang menghasilkan perpindahan yang melintang pada bidang
gambar. Pada prinsipnya, fungsi interpolasi ini dapat berupa suatu ku iVa yang kontinu di
bagian dalamnya dan y ang memenuhi kondisi perpindahan geometrik yang ditentukan oleh
perpindahan simpul. Untuk elemen satu-dimensi, bentuk yang sesuai adalah dengan meng
gunakan bentuk-bentuk yang akan ditimbulkan oleh perpindahan-perpindahan simpul ini
pada batang yang seragam (ini me rupakan polinomial hermitian pangkat tiga dan diskets
pada Gambar 1 -5).
Karena fungsi perpindahan yang digunakan dalam prosedur ini memenuhi persyaratan
yang disebutkan pada bagian terdahulu , harus jela.s kelihatan bahwa koordinat yang diguna
kan dalam metode elemen-terhingga hanya merupakan bentuk khusus dari koordinat ter
generalisasi. Keuntungan prosedur khusus ini adalah sebagai berikut :
1 Setiap jumlah koordinat tergeneralisasi yang diinginkan dapat dimasukkan hanya
dengan membagi struktur menjadi jumlah bagian yang sesuai.
2 Karena fungsi perpindahan yang dipilih untuk masing-masing bagian bisa identik,
komputasi disederhanakan.
7
T I NJAUAN LUAS TENT A N G D I N A M I K A S T R U K T U R
3 Persamaan yang dikembangkan melalui pendekatan ini sebagian besar tidak salfng
tergantung (unc oupled) oleh karena masing-masing perpindahan simpul hanya mem
pengaruhi e!emen yang berdekatan ; j adi proses penyel esaiannya sangat sederhana.
Pada umumnya, pendekatan elemen-te rhingga memberikan prosedu r yang paling e fisien un
tuk menyatakan perpindahan konfigurasi struktur sembarang dengan menggunakan kum
pulan koordinat diskrit.
Persamaan gerak setiap sistem dinan1ik menggambarkan pe rnyataan hukum gerak Newton
kedua, yang menyatakan b ahwa laju perubahan momentum setiap massa m sama dengan
gaya yang bekerja padanya. Hubungan ini dapat dinyatakan secara matematis sebagai per
( )
samaan diferensial.
d d\"
p( r ) = - m - ( 1 -3)
dt de
di mana p(t) adalah vektor gaya yang be kerja dan v(t) adalah vektor posisi dari m assa m.
Untuk sebagian terbesar m asalah dalam dinamika struktur dapat diasumsikan bahwa massa
tidak b e rubah menurut waktu, dalam ha! ini Pers. ( 1 -3) dapat dituliskan
( ) d 2"\' ''(
pr = m - = mv t) (1 -3a)
dt 2
di mana titik-titik (dots) menunjukkan diferensiasi terhadap waktu. Persamaan ( l - 3a), per
nyataan yang terkenal bahwa gaya sama dengan perkalian antara massa dan percepatan, da
pat juga dituliskan
p( l ) - m l'(t ) = 0 ( 1 -3b)
dalam hal ini suku kedua m'V(t) disebut gaya inersia yang menahan percepatan massa.
Konsep bahwa massa menghasilkan gaya inersia sebanding dengan percepatannya dan
yang melawannya dikenal sebagai prinsip d 'Alembert. Ini merupakan a! at yang sangat tepat
dalam masalah dinamika struktur karena p rinsip ini memungkinkan persamaan gerak di
nyatakan sebagai persamaan kesetimbangan dinamik. Gaya p(t) dapat dianggap memuat
bermacam-macam gaya yang bekerja pada massa: kendala elastik yang melawan perpindah
an, gaya viskos y ang menahan kecepatan dan beban-luar yang didefinisikan secara bebas.
8 DINAMIKA STRUKTUR
Jadi kalau gaya inersia yang menahan percepatan dimasukkan, pernyataan persamaan gerak
hanyalah merupakan pernyataan kesetimbangan dari semua gaya yang bekerja pada massa
saja. Dalam banyak masalah sederhana, cara yang p aling langsung dan tepat untuk merumus
kan persamaan gerak adalah dengan menggunakan kesetimbangan langsung seperti itu.
Jika sistem struktur cukup kompleks, walaupun meliputi sejumlah titik massa atau benda
yang saling terhubung berukuran terhingga, kesetimbangan langsung dari semua gaya yang
bekerja pada sistem mungkin akan sulit. Seringkali berbagai gaya yang tercakup bisa dengan
mudah dinyatakan terhadap derajat kebebasan perpindahannya, tetapi hubungan kesetim
bangannya mungkin tak jelas. Dalam hal ini, dapat digunakan prinsip perpindahan semu un
tuk merumuskan persamaan gerak sebagai pengganti hubungan kesetimbangan.
Prinsip perpindahan semu dapat dinyatakan sebagai berikut. Jika suatu sistem yang
berada dalam kesetimbangan menurut aksi sekumpulan gaya dikenal<an suatu perpindahan
semu, yaitu setiap perpindahan yang sesuai dengan batasan sistem, kerja total yang dilaku
kan oleh gaya-gaya akan inenjadi nol. Menu rut p rinsip ini, jelas bahwa kehilangan kerja yang
dilakukan selama perpindahan semu ekivalen- dengan pemyataan kesetimbangan. Jadi, per
samaan respons sistem dinamik dapat disusun dengan mengenali terlebih dulu semua gaya
yang bekerja pada massa sistem termasuk gaya inersia yang ditetapkan menurut prinsip
d' Alembert. Kemudian diperoleh persamaan gerak dengan memasukkan perpindahan semu
yang sesuai untuk tiap-tiap derajat kebebasan dan menyamakan kerja yang dilakukan dengan
nol. Keuntungan utama dari pendekatan ini ialah bahwa kontribusi kerja semu merupakan
besaran skalar dan dapat ditambahkan secara aljabar, sedangkan gaya yang bekerja pada
struktur merupakan vektor dan hanya dapat dijumlahkan secara vektor.
Prinsip Hamilton
Cara lain untuk menghindari masalah dalam penyusunan petsamaan kesetimbangan vektor
adalah dengan menggunakan besaran energi skalar dalam bentuk bervariasi. Konsep variasi
yang paling umum digunakan adalah p rinsip Hamilton, yang dapat dinyatakan sebagai
f.,,
11
b(T - V) dt +
f.''
II
b W.c dt = 0 (1-4)
Prinsip Hamilton menyatakan bahwa perubahan energi kinetik dan potensial ditambah per
ubahan kerja yang dilakukan oleh gaya non-konservatif yang ditinjau selama setiap interval
waktu t 1 hingga t 2 harus sama dengan nol. Penerapan prinsip ini menghasilkan dengan se
gera persamaan gerak setiap sistem deterministik. Proses ini berbeda dengan analisis kerja
semu karena gay a inersia dan elastik tidak dimasukkan secara eksplisit ;· masing-masing va
riasi suku energi kinetik dan potensial, digunakan sebagai gantinya. Jadi perumusan seperti
ini mempunyai keuntungan hanya untuk hubungan besaran energi skalar yang murni, se
dangkan gaya dan perpindahan yang digunakan untuk menyatakan pengaruh yang sesuai
dalam analisis kerja semu semuanya bersifat vektor sekalipun suku-suku kerja itu sendiri
adalah skalar.
Perlu dicatat bahwa prinsip Hamilton dapat juga diterapkan untuk masalah statik. Da
lam hal ini, suku energi kinetik T akan hilang, dan suku yang tinggal dalam pengintegralan
TINJAUAN LUAS TENTANG D J NAMIKA STRUKTUR 9
(l -5)
yang merupakan prinsip energi potensial minimum yang terkenal, yang digunakan secara
luas dalam analisis statik.
Ringkasan
Telah diperlihatkan bahwa persamaan gerak sistem dinamik dapat dirumuskan dengan yang
mana saja dari tiga prosedur yang berbeda. Pendekatan yang paling mudah dimengerti ada
lah menyusun secara langsung kesetimbangan dinamik dari gaya-gaya yang bekerja pada sis
tem, dan memperhitungkan e fek inersia dengan memakai prinsip d'Alembert. Akan tetapi,
pada sistem yang lebih kompleks, te rutama yang menyangkut massa dan elastisitas pada
daerah yang terhingga, kesetimbangan vektor secara langsung mungkin sulit, dan perumus
an kerja atau energi yang hanya menyangkut besanm skalar mungkin lebih cocok. Yang
paling langsung dari prosedur ini didasarkan atas p rinsip perpindahan semu, di mana gaya
yang bekerja pada sistem dievaluasi secara eksplisit tetapi persamaan gerak diturunkan ber
dasarkan pertimbangan atas kerja yang dilakukan selama perpindahan semu yang sesuai. Se
baliknya, perumusan energi alternatif, yang didasarkan atas p rinsip Hamilton, membuat
tidak ada kegunaan langsung dari gaya inersia atau konservatif yang bekerja pada sistem ;
efek gaya-gaya ini dinyatakan sebagai gantinya oleh variasi energi kinetik dan p otensial sis
tem. Harus diakui bahwa, ketiga prosedur tersebut benar-benar identik dan menghasilkan
persamaan gerak yang identik pula. Metode yang akan digunakan untuk setiap hal tertentu
terutama me rupakan hal kecocokan dan pilihan pribadi; pilil1an biasanya akan tergantung
pada sifat sistem dinamik yang ditinjau.
Bagian Satu sampai dengan Tiga seluruhnya mengenai analisis deterministik yang mem
berikan riwayat respons terhadap setiap sistem dinamik tertentu. Pendekatan probabilistik
untuk analisis dinamik disajikan pada Bagian Empat, mulai dengan dasar-dasar teori proba
bi!itas dan termasuk analisis kedua dari sistem SDOF dan MDOF.
Seringkali tidak mungkin untuk mendefinisikan eksitasi sistem dinamik yang khusus
secara lengkap. Meskipun demikian, dalam hal ini, barangkali mungkin untuk menggolong
kan eksitasi dengan cara probabilistik, yang kemudian memungkinkan untuk meramalkan
respons dengan cara probabilistik. Hasil-hasil seperti itu ten tu saja persis sama nilainya bagi
seorang perancang dengan yang diperoleh berdasarkan cara deterministik dan seringkali le
bih dari itu, terutama apabila telah dibuat asumsi-asumsi yang meragukan untuk memung
kinkan analisis non-deterministik. Tentu saja, seseorang tidak dapat mengharapkan, umpa
manya untuk meramalkan secara deterministis menurut sesuatu tingkat ketelitian respons
dinamik yang akan terjadi untuk ( I ) pesawat yang terbang dalam kondisi berangin keras,
(2) kapal yang mengarungi lautan yang dahsyat, (3) b angunan yang menahan eksitasi gempa
bumi dengan gerak yang kuat, (4) komponen peluru yang dikenakan pada lingkungan de
ngan tingkat kebisingan yang tinggi, atau (5) kendaraan yang melintas melalui jalan yang
kasar.
Karena teori probabilitas merupakan dasar untuk analisis non-deterministik, beberapa
pokok dalam bidang studi ini disajikan pada Bab 22. Pokok-pokok ini kemudian diterapkan
dalam karakterisasi proses "stochastic" pada Bab 23, yang menurut gilirannya digunakan
untuk membahas getaran acak sist em SDOF linear pada Bab 24 dan sistem MDOF pada Bab
25.
Akhimya, Bagian Lima membahas penerapan teori dinamika struktur untuk masalah
teknik gempa bumi. Dalam penerapan yang seperti itulah analisis dinamika-struktur tersebut
menemukan kegunaannya yang terpenting dalam praktek teknik sipil. Meskipun demikian,
metode dasar ini sama-sama dapat dipakai untuk analisis pembebanan angin dalam struktur
teknik sipil atau untuk masalah yang timbul dalam industri penerbangan antariksa, dalam
arsitektur perkapalan, dalam teknik mesin, atau dalam setiap sistem struktur yang dikena
kan beban dinamik.
BAGIAN
SATU
SISTEM DERAJAT
KEBEBASAN - TUN GGAL
BAB
DU A
Sifat-sifat fisik yang penting dari setiap sistem struktur yang elastik secara linear yang di
kenakan pada beban dinamik meliputi massa, sifat elastik (kelenturan atau kekakuan), me
kanisme kehilangan energi, atau peredaman, dan sumber-luar eksitasi atau pembebanannya.
Dalam model yang paling sederhana dari suatu sistem SDOF, masing-masing sifat tersebut
dianggap terpusat pada elemen fisik tunggal. Skets sistem yang demikian diperlihatkan pada
Gambar 2-la.
Massa kese!uruhan m dari sistem ini dicakup dalam balok tegar. Rol-rol membatasi
balok ini terkendala sehingga ia hanya dapat bergerak dalam translasi sederhana ; jadi koor
dinat perpindahan tunggal u secara lengkap menentukan posisinya. Tahanan elastik ter
hadap perpindahan diberikan oleh pegas tanpa bobot dengan kekakuan k, sedang meka
nlsme kehilangan-energi (energy-loss) digambarkan oleh peredam c. Mekanisme pembeban
an-luar yang menimbulkan respons dinamik pada sistem adalah beban p(t) yang berubah
menurut waktu.
f-- v
Is
1 -
fo=E::- - --- p( / )
/ , .
(a) (b)
GAMBAR 2 - l Sislem S D O l yang dudcalisasi: (a J hm1pcnen u t a m <� : (h) gaya-gaya dalam kesctimbang
an.
Kesetimbangan La ngsung
Persamaan gerak untuk sist em Gambar 2- l a dapat diperoleh dengan menggunakan salah satu
dari ketiga prosedur yang dibahas pada Bab 1. Akan tetapi, untuk keadaan yang sederhana
ini, paling mudah dirumuskan dengan menyatakan secara langsung kesetimbangan semua
gaya yang bekerja pada massa. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2-lb, gaya-gaya
yang bekerja dalam arah derajat perpindahan kebebasan meliputi beban yang dikenakan
p(t) dan tiga gaya yang diakibatkan gerak, yaitu .!_�ersia [1, peredaman fD , pan gay a pegas
e!�stik..fs · Jadi persamaan gerak hanyalah merupakan pernyataan kesettmoangan gaya-gaya
ini saja, sebagai berikut:
f1 + fo + fs =
p( t ) (2- 1 )
14 DINAMIKA S TRUKTUR
Masing-masing gaya yang ditunjukkan di ruas kiri persamaan ini merupakan fungsi perpin
dahan v atau turunannya; p engertian positif dari gaya terse but sengaja dipilih urituk menye
suaikannya dengan pengertian perpindahan negatif;jadi gaya tersebut melawan beban yang
.. .
dikenakan positif.
Perhatikan terlebih dulu gaya elastik. Gaya ini dengan jelas diberikan oleh perkalian
antara kekakuan pegas dan perpindahan
fs = kv (2-2a)
Demikian pula, menurut prinsip d'Alembert, gaya inersia adalah perkalian antara massa dan
percepatan
(2-2b)
Akhirnya, jika diasumsikan mekanisme redam viskos, gaya redam adalah perkalian antara
konstanta redam c dengan kecepatan
fv = cv (2-2c)
Bila Pers. (2-2) dimasukkan ke dalam Pers. (2-1), diperoleh persamaan gerak sistem SDOF
tersebut menjadi
mv + cv_ + kv =
_ .p(t)_ (2-3)
Analisis Kerja-Semu
Dalam menyelesaikan perumusan kerja-semu dan persamaan gerak ini juga banyak mengan
dung pelajaran. Gaya-gaya yang bekerja pada massa diidentifikasi pada G ambar 2- l b . Jika
massa diberi perpindahan semu av (hanya perpindahan yang sesuai dengan pengendalaan
pengendalaannya), gaya-gaya ini masing-masing akan melakukan kerja. Kerja total yang di
lakukan oleh sistem kemudian dapat dituliskan
Karena bv bukan nol, persamaan ini dapat dengan mudah dinyatakan dalam bentuk Pers.
(2-3).
Untuk melengkapi penyajian ini, persamaan gerak sistem tersebut akan diturunkan dengan
menggunakan prinsip Hamilton [Pers. ( 1 -4)] . Energi kinetik sistem, menurut definisi, di
berikan oleh
(2-6a)
sedangkan energi potensial, yang semata-mata menunjukkan energi regangan U, diberikan
oleh
(2-6b)
Gaya-gaya non-konseJVatif sistem Gambar 2- l b adalah gaya redam fv dan beban yang di
kenakan p(t). Perbedaan kerja yang dilakukan oleh gaya-gaya ini da:pat dinyatakan
yang ekivalen dengan pernyataan kerja-semu yang berkaitan dengan gaya-gaya pada Pers.
(2-5) tersebut. Dengan memasukkan Pers. (2-6) ke dalam Pers. (1-4 ), melakukan variasi suku
pertama, dan menyusunnya kembali menghasilkan.
sekarang suku pertama Pers. (2-7) dapat diintegrasikan sebagian-sebagian, sebagai berikut:
IJ
(2-8)
dengan catatan b ahwa 8v = d(8v)/dt. Tetapi karena dalam p rinsip Hamilton diasumsikan
bahwa variasi ov akan hilang dalam batas-batas integrasi t1 dan t2, suku pertama pada ruas
kanan Pers. (2-8) sama dengan no!. Oleh karena itu jika Pers. (2-8) disubstitusikan ke dalam
Pers. (2-7), hasilnya dapat dituliskan
I,, [ -mii-
I
d•- kv + p(t)] fJv dt =0 (2-9)
dan karena variasi ov sembarang, jelas bahwa Pers. (2-9) pada umumnya dapat dipenuhi ha
nya jika pernyataan dalam tanda kurung besar hilang. Ini kemudian dapat dinyatakan dalam
bentuk Pers. (2-3).
Contoh ini memperlihatkan bagaimana persamaan gerak yang sama dapat diturunkan
melalui masing-masing dari ketiga prosedur utama. Dalam sistem sederhana ini kesetimbang
an langsung jelas akan lebih disukai.
Perhatikan sekarang sistem yang diperlihatkan pada Gambar 2-2a, yang merupakan sistem
pada Gambar 2-la yang diputar melalui sudut 90° sehingga gaya gravitasi bekerj a dalam
arah perpindahan. Sistem gaya-gaya yang beker ja pada massa dalam keadaan ini diperlihat
kan pada Gambar 2-2b, dan bila pernyataan Pers. (2-2) digunakan, hubungan kesetimbang
an dapat dituliskan
mii + cv + kv = p(t) + W (2-1 0)
V=�" + ii (2-11)
maka gaya pegas dapat dituliskan
fs = kv = k11, + kv (2-12)
Sekarang dengan mendiferensiasikan Pers. (2-11) dan mencatat bahwa l:l8t tidak berubah
menurut waktu, akan jelas bahwa iJ = v, dan seterusnya, s�hingga Pers. '(2-14) dapat ditulis
kan
mv + CV + kv = p(t) (2-15)
16 DINAMIKA STRUKTUR
fs fo
fs fo
6 PerpindHhan
I1 , 11
:
statiJ<
"
p(t )
(a) (b) lr)
Pembandingan antar a Pers. (2, 1 5) dan (2,3) menunjukkan bahwa persamaan gerak yang di,
nyatakan berkenaan dengan posisi kesetimbangan,statik dari sistem dinamik tidak dipenga,
ruhi oleh gaya gravitasi. Oleh karena itu, dalam semua pembahasan yang selanjutnya akan
didasarkan pada posisi statik, dan perpindahan yang ditentukan akan berupa respons din�
mik. Karena itu lendutan total, tegangan dan sebagainya, dapat diperoleh hanya dengan
menambahkan besaran,besaran statik yang sesuai dengan hasiJ,hasil analisis dinamik.
·u; I -- -,
��
.,
-;7i I
'" I I
I
Ji '
I
I
(b)
� (a)
GAMBAR 2-3 Pengaruh eksitasi tumpuan dalam kesctimbangan SDOF (a) gerak si stem ; (h) gaya-gaya
kesetimbangan.
PERUMUSAN PERSAMAAN GERAK 17
Seperti terlihat pada Gambar 2,3b, kesetimbangan gaya untuk sistem ini dapat ditulis
kan
!1 + fv + fs =0 (2-16)
di mana gaya re dam dan elastik dapat dinyatakan seperti pada Persamaan (2-2). Akan tetapi,
gaya inersia dalam hal ini diberikan oleh
(2-17)
di mana Ut menunjukkan perpindahan total massa dari sumbu referensi. Dengan mensubsti
tusikan gaya inersia, peredaman dan elastik ke dalam Pers. (2-16), diperoleh
mv' + cv + ku = 0
"
(2-18)
Sebelum persamaan ini dapat diselesaikan, semua gaya harus dinyatakan dalam bentuk va-
riabel tunggal, yang dapat dilakukan dengan menganggap bahwa geraK total massa dapat di
nyatakan sebagai jumlah gerak lantai dan distorsi kolom, yaitu,
v' = V + V9 (2-19)
Dengan menyatakan gaya inersia dalam bentuk dua komponen percepatan yang diperoleh
dengan mendiferensiasikan Pers. (2-19) dan mensubstitusikannya ke dalam Pers. (2-18} di
hasilkan
mv + mvg + CV + kv = 0 (2-20)
atau karena percepatan lantai menyatakan masukan dinamik yang ditetapkan untuk struk
tur, persamaan gerak dapat dituliskan dengan tepat
Batang seragam
- massa
m= --. -
pal1.)ang
\ Pela t seragam
T
+2 rn/o
f+�+��
=m(·2,�b2)
m= 1ab
_. massa
""(---luas
2
�
l_
I
T
b .2
+b2
=m(-�)
tb
2
I
m='Y �
j_
Elips
f+i...f.i�
tertentu. Demikian pula gaya redam dapat dinyatakan dalam bentuk kecepatan tertentu
dari titik-titik sambungan peredam yang diskrit. Sebaliknya, massa benda tegar tidak perlu
dilokalisasi dan gaya inersia yang terdistribusi biasanya akan diakibatkan oleh percepatan
yang diasumsikan. Meskipun demikian, untuk maksud analisis dinamik, biasanya paling
efektif dengan memperlakukan gaya inersia benda tegar seakan-akan berupa massa dan
momen inersia massa yang terkonsentrasi pada pusat massa. Resultan gaya inersia yang di
peroleh dengan cara tersebut seluruhnya ekivalen dengan gaya inersia yang terdistribusi se
panjang masih menyangkut perilaku kumpulan. ( Begitu juga diperlukan sekali untuk me
nyatakan setiap beban-luar yang bekerja pada benda-benda tegar dengan resultan gaya-gaya
nya.) Massa dan momen inersia massa berbagai bentuk balok dan pelat seragam diringkas
kan pada Gambar 2-4 untuk referensi yang sesuai.
CONTOH E2- l Contoh yang sesuai untuk kumpulan benda tegar, yang diperlihatkan pada
Gambar E2-l, terdiri dari dua balok tegar yang dihubungkan dengan engsel' di B dan ditum
pu dengan poros di A dan rol di C. Eksitasi dinami)< diberikan oleh beban lintang p(x, t)
yang bervariasi secara linear sepanjang balok AB. Tambahan lagi, gaya aksial yang konstan
N bekerja melalui sistem, dan geraknya dibatasi oleh pegas dan peredam diskrit yang di
tempatkan seperti terlihat sepanjang-panjang batang. Massa terdistribusi secara merata se
panjang batang AB, dan batang tanpa bobot BC menumpu massa titik m2.
Karena kedua batang diasumsikan tegar, sistem ini hanya mempunyai derajat kebebas
an tunggal, dan respons dinamiknya dapat dinyatakan dengan persamaan gerak tunggal. Per
samaan ini dapat dirumuskan melalui kesetimbangan langsung (pembaca akan merasakan
bahwa ini merupakan latihan yang bermanfaat), tetapi karena rumitnya sistem ini, akan
l PERUMUSAN PERSAMAAN GERAK 19
Batang tegar
lebih memudahkan untuk menggunakan perumusan kerja ataupur.. energi. Meskipun prinsip
Hamilton sama-sama efektif, di sini akan digunakan analisis kerja-semu.
Agar bentuk perpindahan bisa terjadi pada struktur SDOF ini (Gambar E2-2) gerak
engsel Z(t) dapat diambil sebagai besaran pokok dan semua perpindahan lainnya dinyata
kan dalam bentuk gerak engsel tersebut; misalnya, DD' = Z/4,EE' = 3Z/4, FF' 2Z/3, dan =
seterusnya. Gaya-gaya yang bekerja p<!da sistem (tidak termasuk gaya aksial N, yang akan
dibahas kemudian) diperlihatkan pula pada gambar. Masing-masing gaya tahanan dapat di
nyatakan dalam simbol Z ataupun turunan waktunya, sebagai berikut:
fs1 = k1 (EE)
' = k//4Z(t)
fs2 = k2(GG') = k//3Z(t)
/Dl = c1 (: )t
DD =
1
c1 /4Z(t)
= c2 Z(t)
=
fv2
/11 = m//zZ()
t
1
mL /2Z(t) = 2amZ(t)
ml11 =I o-
1
4a
o
Z ()
t = mL L2
-- Z()
4a 12
t
00 4 2_00
/3a mZ(t)
=
oW = 3 3
-k, /4Z(t) / 4bZ- k2
Z(t) DZ-
3 3
c1
Z(t) bZ-
4 4
c2 Z(t) bZ
bZ
00
4 bZ- 2Z(t) 2
00
2
- 2amZ(t)- - /3a2mZ(t)- m2 -- /3bZ + 8pa((t) /3bZ
2
(a)
4a 3
P1 = Spat(/)
B'
�
Z(t)
_L
Is,
[(am +
a
; + 4/9m2) Z(t) + G� + c2) Z(t)
Karena perpindahan semu oZ sembarang, ruas yang berada dalam kurung persegi harus hi
lang; jadi persamaan gerak yang terakhir menjadi
(4/3ma + 4j9m2)Z(t) + G� +
2
c2) Z(t) + (9f,6k1 + � )Z(t) = 16Mia((t) (c)
kedua batang tersebut. Dengan memperhatikan pengaruh batang AB saja, dari segitiga se
bangun yang diperlihatkan pada gambar (dan dengan mengasumsikan lendutan kecil), jelas
bahwa oe1 = (Z/4a)oZ. Demikian pula oe2 (Z/3a)oZ, jadi perpindahan total adalah
=
be1 + be2 = 2. � bZ
12 a
=-7 NZ
bWN bZ - (d)
12 a
Dengan memasukkan Pers. (d) ke dalam Pers. (a) dan melakukan operasi penyederhana
an seperti operasi untuk menghasilkan Pers. (c) terlihat bahwa hanya satu suku pada per
samaan gerak yang dipengaruhi oleh gaya aksial ya,itu kekakuan tergeneralisasi. Apabila di-
PERUMUSAN PERSAMAAN GERAK 21
masukkan pengaruh gaya aksial ke dalam sistem ini, kekakuan tergeneralisasi gabungan k*
menjadi
(e)
Dengan suku kekakuan-tergeneralisasi yang dimodifikasi ini, persamaan gerak seluruh sis
tem Gambar E2-4, termasuk gay a aksial, diberikan oleh persamaan yang sama dengan Pers.
(2-22).
Penting diperhatikan bahwa kondisi kekakuan tergeneralisasi·nol menunjukkan kondisi
stabilitas netral atau tekukan kritis pada sistem. Nilai gaya aksial Ncr yang akan menyebab
kan tekukan struktur tersebut dapat diperoleh dengan menyamakan k * pada Pers. (e) de
ngan nol:
I
Maka
( f)
j' - 1
-�
�:l-;-� fJ,
1 1
- ------
l----2---l
/ ,
--
T
p(t)
Z(t)
Pada umumnya, gaya aksial tekan cenderung untuk mengurangi kekakuan sistem struktur,
sedangkan gaya aksial tarik menyebabkan pertambahan kekakuan yang sesuai. Beban-beban
seperti ini dapat memberikan efek yang berarti pada respons struktur terhadap beban dina
mik, dan perubahan kekakuan yang dihasilkan harus selalu dievaluasi untuk menentukan
pentingnya perubahan tersebut dalam masalah deterministik. Perlu diperhatikan bahwa gaya
aksial dalam pembahasan ini dan pembahasan selanjutnya akan berhubungan dengan gaya
yang bekerja sejajar terhadap sumbu awal dari anggota si�tem yang tak terdistorsi; gaya se
perti ini diasumsikan tidak berubah arah garis kerjanya menurut gerak struktur.
t
CONTOH E2-2 Sebagai contoh kedua dari perumusan persamaan gerak untuk kumpulan
benda tegar, akan ditinjau sistem yang diperlihatkan pada Gambar E2-4. Gerak amplitudo
yang kecil dari sistem ini dapat diberi karakteristik oleh perpindahan vertikal dari titik be
ban Z(t), dan semua gaya sistem yang menahan gerak dapat dinyatakan dalam bentuk per
pindahan tersebut:
Is = b
k- Z(t)
a
b . .
Persamaan gerak untuk sistem sederhana ini dapat dituliskan secara langsung dengan me
nyatakan kesetimbangan momen sekitar engsel:
22 DINAMIKA STRUKTUR
N
Z(t)
I
I
I
,11'
v(x. t)
·�
�I L
m(x) I
1/
"
...
El(x)
...
"
""
e
"
(/']
I
11
+.rn
I
I
a b
fsb + In - + !12 - + �� = p(t)a
2 2
atau dengan membaginya dengan panjang a dan dengan mensubstitusikan pernyataan gaya
[ 11 ( 1) 1
gaya di atas, diperoleh:
b2
+- +
b2 .. b2
yab - - +
2 a2 4
-
4a2 J
Z(t) + k - Z(t)
a2
= p(t)
di mana *
m -- 1 + -
yab
_ b2 ( )
3 a2
b2
k* = k- p*(t) = p(t) IIII
al
Untuk memperkirakan gerak sistem ini dengan derajat kebebasan tunggal, perlu di
asumsikan bahwa sistem ini hanya mungkin melendut dalam bentuk tunggal. Fungsi bentuk
akan diberi simbol 1/;(x ), dan amplitudo gerak akan dinyatakan dengan koordinat tergene
ralisasi Z(t); maka
Koordinat tergerneralisasi yang khusus dipilih pada sistem sebagai perpindahan suatu titik
referensi yang sesuai, seperti perpindahan ujung pada menara ini. Maka fungsi bentuk ada
lah perbandingan tanpa dimensi antara perpindahan lokal dengan perpindahan referensi ter
sebut:
t/t(x) =
v(x,t)
(2 -24)
Z(t)
Persamaan gerak dari sistem tergeneralisasi ini dapat dirumuskan secara mudah hanya
dengan prinsip kerja atau energi, dan prinsip Hamilton akan digunakan di sini untuk me
nunjukkan tekniknya (meskipun prinsip kerja-semu sama-sama dapat digunakan). EI].ergi
kinetik menara diberikan oleh
T = - fL 2
1
0
m(x)[v'(x,t)Jl dx (2-25)
= 21 L
V1
J0
EJ(.x)[v"(x,t)]2 dx (2-26)
I e( t ) = �
2
maka energi potensial beban aksial N diberikan oleh
fL
0
[v'(x,t)Y dx (2-27)
VN = - !!_
2
fL0
[v'(x,t)] 2 dx (2-28)
di mana tanda negatif terjadi karena potensial gaya N akan berkurang oleh perpindahan
e(t). Dalam pada itu, perlu diperhatikan bahwa jika gaya aksial N bervariasi menurut posisi
nya sepanjang menara (misalnya dengan memperhitungkan bobot mati menara itu sendiri),
perlu untuk memodifikasi Pers. (2-28) yaitu dengan memasukkan pernyataan gaya aksial
ke dalam tanda integral.
Pada sistem Gambar 2-5, tidak terdapat beban dinamik yang dikenakan secara langsung,
dan peredaman dapat diabaikan; maka tidak terdapat gaya non-konservatif yang perlu di
5.12
perhatikan. Karenanya, prinsip Hamilton berbentuk
b(T- V) dt =0
I r,
atau setelah memasukkan Pers. (2-25) ke dalam (2-28) dan melakukan variasi-variasi yang
I ditunjukkan,
24 DINAMIKA STRUKTUR
r· [ IL
z bZ m(x)t/12 dx + ()Zvg(t) I: m(x)t/1 dx
di mana
m* = J: m(x)l/12 dx = massa tergeneralisasi
= NIL
(2-33)
k� (l/1'? dx = kekakuan geometrik tergeneralisasi
Tetapi karena variasi f>Z sembarang, suku Pers. (2-32) yang terdapat dalam tanda ku
rung harus hilang; maka akhirnya persamaan gerak dapat dituliskan
(2-34)
di
=
mana
k* k*- k� (2-35)
K* = k* - k� = IL E/(x)(t/1")2 dx - Ncr J: W/ dx = 0
L
"-"'--::-;
L----
Ner - (2-36)
(t/1')2 dx
Analisis kira-kira dari beban tekuk kritis SDOF ini disebut metode Rayleigh. Nilai yang di
tentukan untuk beban kritis, tentu saja tergantung dari fungsi bentuk yang diasumsikan.
'
t PERUMUSAN PERSAMAAN GERAK 25
I
CONTOH E2-3 Untuk memberikan contoh numerik perumusan persamaan gerak dari
sebuah sistem SDOF dengan fleksibilitas terdistribusi, akan diasumsikan bahwa menara
pada Gambar 2-5 mempunyai ketegaran lentur seragam dan distribusi massa seragam
sepanjang-panjangnya. Juga bentuk lendutannya dalam getaran bebas akan diasumsikan
sebagai
t/l(x) = 1 -cos-
nx
(a)
2L
Bila digunakan Pers. (2-33), massa dan kekakuan tergeneralisasi dari menara ada-
lah
m* =
fL m(t/1? dx =
fL (
m 1 - cos
) dx =
nx 2
0.228mL (b)
0 0 2L
k* =
fL El (t/1 ) 2 dx = El
fL ( n2 -cos-
nx)2 n4 El
dx = - - (c)
o
"
0 4IJ 2L 32 L3
Juga, kalau menara dianggap dikenakan eksitasi dasar, gaya tergeneralisasi yang diberi
kan oleh Pers. (2-23) adalah (dengan mengabaikan tanda negatif)
l Oleh karena itu, jika gaya aksial diabaikan, persamaan gerak sistem yang diberikan oleh
Pers'. (2-34), adalah
I 0.228mLZ(t)
··
+
n" El
-- Z(t)
32 JJ
= 0.364mLiig(t) (e)
I
Dengan memperhatikan gaya aksial N dari Pers. ( 2-33), kekakuan geometrik ter
generalisasi dari menara adalah
fL (t/1')2 dx fL ( n )
I
- sin - dx = -
nx 2 Nn2
k� N N (f)
o
= =
0 2L 2L 8L
I
ralisasi gabungan
l
(g)
Oleh karena itu beban tekuk kritis diperoleh dengan mengambil kekakuan gabungan
sama dengan nol, dari Pers. (g),
(h)
Ini merupakan beban tekuk sebenarnya untuk kolom jepitan seragam yang dibebani
ujungnya, karena fungsi bentuk yang diasumsikan Pers. (a) adalah bentuk tekuk se
benarnya. Bila Pers. (h) disubstitusikan ke dalam Pers. {f), kekakuan geometrik dapat
I
dinyatakan secara mudah sebagai
I
(i)
26 DINAMIKA STRUKTUR
Bila ini dipakai untuk memodifikasi Pers. (e), persamaan gerak termasuk efek gaya ak
sial menjadi
0.228mLZ(t) + n4E
32L
: (1 - .!!._
N
)_ Z(t) = 0.364mLvg(t) (j)
cr
Tentu saja, setiap bentuk lainnya yang memenuhi kondisi batas geometrik struk
tur bisa diasumsikan untuk lj;(x). Misalnya, jika lendutan diasumsikan berbentuk para
bola
(k)
k * = El fL (2L2) 2
o
dx = 4El
L3
dan kekakuan geometrik tergeneralisasi akan menjadi
Dalam hal ini beban kritis yang diperoleh dengan menentukan k* = kd menjadi
(z)
yang 21 persen lebih tinggi dari nilai Pers. (h) yang sesungguhnya.
Sebenarnya, asumsi untuk setiap bentuk lain dari bentuk tekukan sesungguhnya
akan membutuhkan kendala luar tambahan yang bekerja pada sistem untuk menjaga
kesetimbangannya. Kendala luar ini menggambarkan pengaruh kekakuan terhadap
sistem; karena itu beban kritis yang dihitung dengan analisis Rayleigh dengan memakai
bentuk yang lain dari yang sesungguhnya harus selalu lebih besar daripada beban kritis
yang sesungguhnya. Sebetulnya, jelas bahwa bentuk parabola bukanlah suatu asumsi
yang baik untuk struktur ini, sekalipun bentuk ini memenuhi kondisi batas geometrik,
karena kelengkungan yang konstan dari bentuk ini menyatakan bahwa momen akan
konsran sepanjang-panjangnya. Di sini jelas bahwa momen pada puncak kolom harus
hilang dan bentuk asumsi yang mempunyai kelengkungan no! di puncak kolom akan
memberikan hasil-hasil yang jauh lebih baik.
Seperti dapat disimpulkan dari contoh terdahulu, persamaan gerak untuk setiap sistem
2-7 PERNYATAAN UNTUK SIFAT-SIFAT SISTEM TERGENERALISASI
di mana Z(t) merupakan koordinat tunggal tergeneralisasi yang menyatakan gerak sistem
dan simbol dengan asterisk menunjukkan sifat fisis tergeneralisasi yang sesuai denga_n koor
dinat ini. Pada umumnya, nilai sifat-sifat tergeneralisasi ini dapat ditentukan dengan me
nerapkan baik prinsip Hamilton maupun prinsip perpindahan semu. Akan tetapi, bentuk
yang distandardisasi dari pernyataan ini dapat diperoleh dengan mudah dan ternyata sangat
sesuai dalam praktek.
PERUMUSAN PERSAMAAN GERAK 27
Perhatikan sebuah sistem satu-dirnensi yang sembarang (Gambar 2-6) yang diasumsi
kan bergerak hanya dalam bentuk seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2-6a. Maka per
pindahan dapat dinyatakan dalam bentuk koordinat tergeneralisasi Z(t) sebagai
v(x,t) 1/J(x)Z(t)
Kemudian sifat tergeneralisasi yang dihubungkan dengan bentuk ini dapat dinyatakan se
=
bagai berikut. Untuk distribusi massa seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2-6b massa
tergeneralisasi adalah
di mana efek massa benda tegar yang diberikan dinyatakan oleh penjumlahan dan 1/Jj me
nyatakan rotasi titik i. Peredaman tergeneralisasi yang diakibatkan oleh peredaman pondasi
yang terdistribusi ditambah peredaman lokal c; yang diperlihatkan pada Gambar 2-6c di
berikan oleh
(2-38)
-------
-- v(x, I)� 1/J(x)Z(/)
(a)
T Z(l)
F""�>--- ---------
�- X�
--
---.,1_
L ---..1
ml m4
�-x
--- ,
"'I
c(x)
(c)
(d)
4lJ�}dLlfillf1l&Llf�
I
k, k.
' (
I
N
(e) -
� &
p, (l) PJ(/)
(j)
J:D
p(x, I)
l t ,± I I l);l 1 ITI
GAMBAR 2-6 Sifat-sifat sistem SDOF tergeneralisasi: (a)bentuk yang diasumsikan; (b)sifat-sifat massa;
(c) sifat-sifat redam ; (d) sifat-sifat elastik; (e) be ban aksial; (j) beban yang dikenakan.
28 DINAMIKA STRUKTUR
Kekakuan tergeneralisasi yang disebabkan oleh pondasi elastik, ketegaran lentur dan pegas
lokal pada Gambar 2-6d dinyatakan oleh
Suku kekakuan-geometrik yang disebabkan oleh gaya aksial N (yang tidak berubah menurut
waktu), yang diperlihatkan pada Gambar 2-6e, adalah
k� = N f [t/l'(xW dx . (2-40)
Untuk keadaan yang lebih umum di mana gaya aksial berubah-ubah posisinya sepanjang
surnbu, pernyataan tersebut akan menjadi
(2-40a)
Akhirnya, gaya tergeneralisasi yang berhubungan dengan pembebanan lateral yang berubah
menurut waktu pada Gambar 2-6[ adalah
Sifat vektorial dari besaran gaya dan perpindahan yang terdapat pada Pers. (2-41 ) harus
diperhatikan dengan teliti. Hanya komponen perpindahan dalam arah beban yang dikena
kan saja yang dapat dimasukkan, dan tandanya harus ditentukan sesuai dengan tanda beban
tersebut. Dengan kata lain, Pers. (2-41) sebenarnya menyatakan kerja yang dilakukan oleh
beban selama satu satuan perpindahan koordinat tergeneralisasiZ(t).
Kekakuan tergeneralisasi gabungan k* diberikan oleh k* k* k�, seperti dinyatakan
= -
Untuk pelat yang diturnpu secara sederhana, fungsi bentuk yang logis barangkali berbentuk
,f, . nx . ny
'I' ( X, y) = Sill - Sill - (2-43)
a b
tetapi bentuk-bentuk lainnya yang pantas dan konsisten dengan kondisi tumpuan dapat di
gunakan.
PERUMUSAN PERSAMAAN GERAK 29
Sifat sistem tergeneralisasi kemudian dapat dihitung dengan pernyataan yang ekivalen
dengan yang diberikan pada balok satu-dimensi tetapi dengan melakukan integrasi melalui
seluruh permukaan. Misalnya, massa tergeneralisasi akan diberikan oleh
t m(x,y)[t/J(x,y)J dA +
I
m* = L m1t/J/ (2-44)
Pernyataan yang sesuai untuk kekakuan tergeneralisasi dan gaya tergeneralisasi untuk struk
tur tipe pelat seragam masing-masing adalah
I
•
•
k* = D [
A
(82t/J
J ax2 +
ay2
)
p* =
(2
ax2 ay� ax ay
2
82t/1 2 - 2(1 - v) 82t/J a t/f - a t/l
L p(x,y)t/J(x,y) dA +
)] dA
L Ptt/lt
(2-45)
(2-46)
I
p(x,y) =
v = perbandingan Poisson
h tebal pelat
Di sini juga jelas bahwa prosedur yang sama dapat dengan mudah diperluas sampai sis
=
tem tiga-dimensi, seperti massa tanah atau massa beton, dengan mengasumsikan bentuk
fungsi perpindahan yang tepat dalam tiga-dimensi. Akan tetapi, kesulitan untuk memilih
I bentuk yang tepat bertambah dengan cepat dengan bertambahnya jumlah dimensi sistem,
dan keandalan hasil-hasilnya pun berkurang.
I
SOAL-SOAL
2-1 Untuk sistem yang diperlihatkan pada Gambar P2- l, tentukan sifat-sifat fisis tergene
ralisasi m*, c*, k*, dan beban tergeneralisasi p * ( t ) semuanya dinyatakan dalam bentuk
,
koordinat perpindahan Z(t). Nyatakan hasil-hasilnya dalam bentuk sifat-sifat fisis dan
I
dimensi tertentu.
L L
I· 2 + + 2 ·I·
L
I
p(t)
- L
2
Batang t egar tanpa massa
I
1 GAMBAR P2-l
Pelat bentuk elips
massa
luas
=1
2-2 Ulangi Soal 2-1 untuk struktur yang diperlihatkan pada Gambar P2-2.
2L L
Massa"total = m
(seragam ke selurub luasan)
I
Batang seragam yang t egar
Massa total = m
I
GAMBAR P2-2
30 DINAMIKA STRUKTUR
2-3 Ulangi Soal 2-1 untuk struktur yang diperlihatkan pada Gambar P2-3. (Petunjuk: sis
tem ini hanya mempunyai satu derajat kebebasan dinamik karena pegas akan mengen
dalikan dengan sempurna gerak relatif dari kedua batang tegar.)
!:c
L L
L L 2 2
·I· ·I
GAMBAR P2-3
2-4 Kolom pada Gambar P2-4 akan diperlakukan sebagai suatu sistem SDOF dengan me
netapkan bentuk perpindahannya sebagai
1/J(x)
= v(x,t) =
(_:)2 (� ) _ ..:_
Z(t) L 2 2L
Dengan menyatakan panjang persen massa yang terdistribusi secara seragam dengan m,
kekakuan yang seragam dengan El, dan beban yang terdistribusi secara seragam per
satuan panjang dengan p(t), evaluasilah sifat-sifat fisis tergeneralisasi m* dan k* dan
be ban tergeneralisasi p*(t).
� I
I
I
L-�•r.r-�1 v(x, l): Y,(x)Z(t)
Kolom seragam
m:--- .
- massa
panJang
L 11
El: keteg aran lentur
IQ.
GAMBAR P2-4
2-5 (a) Jika beban ke arah bawah N pada Soal 2-4 dikenakan pada puncak ko1om, eva1uasi-
1ah kekakuan tergeneralisasi gabungan k* dengan menggunakan fungsi bentuk yang
sama l/;(x).
(b) Ulangi bagian (a) dengan mengasumsikan bahwa gaya aksial pada kolom bervariasi
secara linear sepanjang panjangnya sebagai N(x) N( 1 - xf L ). =
2-6 Asumsikan bahwa pelat seragam Gambar 2-7 berbentuk persegi, dengan panjang sisi a,
dan ditumpu secara sederhana pada keempat tepinya.
(a) Jika massa per satuan luas adalah r dan ketegaran lentur D, tentukan sifat-sifat m*
dan k* dalam bentuk koordinat perpindahan Z(t). Asumsikan bahwa fungsi per
pindahan adalah
nx n
1/J(x,y) =
sin sin y
a a
PERUMUSANPERSAMAANGERAK
31
(b) Beban luar yang t erdistril:>usi secara seragam per satuan luas adalah p(t). Tentukan
beban tergeneralisasi p*(t) berdasarkan fungsi perpindahan dari bagian (a).
2-7 Diameter luar, tinggi, dan sifat-sifat bahan sebuah cerobong asap beton berbentu� ke
rucut diperlihatkan pada Gambar P2-5. Dengan mengasumsikan bahwa tebal dinding
yang seragam adalah 8 in dan bentuk lendutannya diberikan oleh
1 cos nx
1/J(x) =
_
2L
E =3 X I 06 lbfin.
'
200ft tebal dinding 8 in. =
I'I
'I
11
I
I
I
_L_ mo��
-•a+l-+-1•- 18 ft GAMBARP2-5
BAB
TIGA
Ini sepenuhnya ekivalen dengan persamaan gerak dari sistem massa-pegas yang sederhana
dengan peredaman, seperti diperlihatkan pada Gambar 3-1, yang dapat dituliskan
mv(t) + cv{t) + lcvJt)_=JJ{f) (3-1)
Jadi dalam pembahasan ini adalah mudah untuk menggunakan Pers. (3-1) dan melakukan
visualisasi respons sistem sederhana ini. Meskipun demikian, harus selalu diingat bahwa hasil
hasil ini sama-sama berlaku untuk respons koordinat tergeneralisasi dari setiap sistem yang
kompleks yang telah dinyatakan sebagai suatu sistem SDOF.
Penyelesaian Pers. (3-1) akan diperoleh dengan meninjau pertama-tama persamaan yang
homogen dengan menetapkan bagian sebelah kanan sama dengan nol:
k
(0 2 =- (3-5)
m
RESPONS GETARAN BEBAS 33
(3-6)
Nilai s yang dapat diperoleh dari pernyataan ini bergantung pada nilai c, jadi tipe gerak yang
dinyatakan oleh Pers. (3-3) akan bergantung pada peredaman yang terdapat dalam sistem.
di man a kedua suku yang diakibatkan oleh kedua nilai s dan konstanta G 1 dan G2 menyata
kan (hingga kini) amplitudo gerak yang sembarang. Persamaan (3-8) dapat dinyatakan da
lam bentuk yang lebih tepat dengan memperkenalkan persamaan Euler
±irot
e = cos cot ± i sin cot (3-9)
di mana konstanta A dan B dapat dinyatakan dalam bentuk kondisi awal, yaitu perpindah
an v(O) dan kecepatan waktu v(O) dengan waktu t = 0, yang mengawali getaran bebas dari
sistem. Dengan mudah dapat dilihat bahwa v(O) B dan v(O) = Aw;jadi Pers. (3-10) men
=
jadi
v(l)
/=- CO
I
. (3-12)
27t
dan kebalikannya disebut periode T,
T =- =-
27t 1
(3-13)
CO f
34 DINAMIKA STRUKTUR
Gerak yang dinyatakan oleh Pers. (3-11) juga dapat dinyatakan dalam bentuk
seperti dapat dilihat pada diagram Argand atau gambaran vektor pada Gambar 3-3. Respons
diberikan oleh bagian yang nyata, atau proyeksi horisontal dari kedua vektor yang berotasi.
Jadi amplitudo gerak diberikan oleh resultan
(3-15)
Pada Gambar 3-3 akan terlihat bahwa sudut fase (J menunjukk�tn jarak sudut melalui
mana gerak resultan ketinggalan di belakang suku kosinus pada respons.
Imajiner
'
\
\
Nyata
\
\
\
\
\
\
(3- 17)
Ada tiga tipe gerak yang digambarkan oleh pernyataan ini, masing-masing bergantung pada
besaran-besaran yang terdapat dalam tanda akar apakah positif, negatif atau nol. Adalah se
suai untuk membicarakan terlebih dahulu keadaan batas, apabila akar tersebut sama dengan
nol; keadaan ini disebut kondisi peredaman kritis.
Peredaman Kritis ·
Jika akar pada Pers. (3-17) ditentukan sama dengan nol, jelas bahwa c/2m = w;jadLnilai
peredaman kritis cc adalah
(3-18)
di mana suku kedua dikalikan dengan t karena hanya nilai tunggal dari s yang didapatkan
pada penyelesaian, Pers. (3-19).
Dengan memasukkan kondisi awal ke dalam Pers. (3-20), diperoleh bentuk akhir dari
persamaan respons yang teredam secara kritis
v(l)
Tv(O)
GAMBAR 3-4 Respons getar
1 -l---- an bebas dengan peredaman
kritis.
yang digambarkan secara grafis pada Gambar 3-4. Akan terlihat bahwa respons bel:>as dari
sistem yang teredam kritis tidak mencakup osilasi di sekitar posisi lendutan nol; bahkan
perpindahan kembali akan menjadi nol sesuai dengan bentuk penurunan eksponensial Pers.
(3-2 1 ). Salah satu definisi yang berguna dari kondisi teredam kritis adalah bahwa jumlah
yang terkecil pun dari peredaman akan menyebabkan tidak ada osilasi yang terjadi pada
respons bebas.
Sistem Kurang-Teredam
Jika peredaman lebih kecil dari peredaman kritis, dari Pers. (3- 1 8) jelas bahwa c < 2mw dan
�
karenanya akar pada Pers. (3-17) harus negatif. Untuk mengevaluasi respons-getaran bebas
dalam keadaan ini, adalah mudah dengan menyatakan peredaman sebagai perbandingan
dengan nilai re dam kritis; jadi
c c
� =-=- (3-22)
2mro
� disebut perbandingan redam.
Cc
atau dengan mengubah tanda akar dan memasukka'n suatu simbol baru wv diperoleh
� merupakan suatu lingkaran berjari-jari satu, seperti diperlihatkan pada Gambar 3.5.
bahwa plot dari perbandingan frekuensi teredam serta tak-teredam wv/w vs. perbandingan
redam
36 DINAMIKA STRUKTUR
Respons getaran bebas dari suatu sistem tak-teredam dapat dievaluasi dengan mensub
stitusikan Pers. (3-23) ke dalam Pers. (3-3 ; jadi
Suku yang terdapat dalam tanda kurung menunjukkan gerak harmotiik sederhana (banding
kan dengan Pers. (3-8 )] ;jadi pernyataan ini dapat dituliskan secara lebih tepat sebagai
(3-25)
Akhirnya, apabila kondisi awal v(O) dan v(O) dimasukkan, konstanta-konstanta Pers. (3-25)
dapat dihitung, yang menghasilkan
Sebagai kemungkinan lain, pernyataan respons ini dapat dituliskan dalam bentuk vektor
rotasi:
(3-27)
di sini
p
= {[«o) +w:<o)ewJ + [v<owr2
0 = tan
(3-28)
_1ti(O) + v(O)ew
WDv(O)
Suatu plot respons sistem yang kurang teredam terhadap perpindahan awal tetapi yang
mulai dengan kecepatan no! (u(O) = 0)] (dengan kata lain membebaskan massa dari posisi
berpindah stasioner), diperlihatkan pada Gambar 3 -6. Perlu diperhatikan bahwa sistem yang
kurang teredam akan berosilasi di sekitar posisi netral, dengan frekuensi sudut yang konstan
Wn. Gambaran vektor-rotasi pada Pers. (3-27) ternyata ekivalen dengan Gambar 3-3 kalau
(3-29)
RESPONS GETARAN BEBAS 37
v(l)
_ _...-
---
Dengan mengambil logaritma alam (ln) atas kedua ruas Pers. (3-29) diperoleh pengurangan
logaritmik.
b =
In � = 2n� !::_ (3-30)
Vn+l Wv
2
= e� ='= e "� = +
v (2n�)2
-" 1 + 2n� + -- · · ·
(3-33)
v.+ 1 2!
Untuk nilai � yang rendah, dapat diperoleh ketelitian yang memadai dengan hanya memakai
dua dari suku pertama pada deret, dalam hal mana
='= v.-. v.+ 1
� (3-34)
2nvn+ 1
� (persis)
� (kira-kira)
0. 75 �-----il----1==-...,..---l--�
0·50'-
o --o-L 5-....-
o __o....J Jc..,o___o....il--- o.2-l o
Faktor koreksi perbandingan
. 5
GAMBAR 3-7
. . redam [ dipakai u ntuk hasil yang diperoleh dari
� (kira-kira) Pers. (3-34)].
Untuk memperlihatkan ketelitian Pers. (3-34), perbandingan antara nilai � yang sebenarnya
seperti yang diberikan oleh Pers. (3-30) dengan nilai kira-kira seperti yang diberikan oleh
Pers. (3-34) diplot dengan nilai. kira-kira pada Gambar 3-7. Grafik ini memungkinkan sese
orang untuk memperbaiki perbandingan redam yang diperoleh melalui metode kira-kira.
38 DINAMIKA STRUKTUR
Untuk sistem yang teredam secara ringan, hasil yang lebih teliti dalam mengevaluasi
perbandingan re dam dapat diperoleh dengan meninjau puncak-puncak respons yang terpisah
beberapa siklus, katakanlah m siklus; maka
yang dapat disederhanakan untuk peredaman yang sangat rendah menjadi hubungan kira
kira
( 3-36)
Bila seseorang sedang mengobservasi getaran bebas teredam secara eksperimen, metode
siklus yang dibutuhkan untuk menghasilkan penurunan amplitudo �ebesar 50 l?!rsen. Hu
yang sesuai untuk memperkirakan perbandingan redam adalah dengan menghitung jumlah
3-8 . Sebagai suatu ketentuan praktis yang mudah diingat adalah bahwa untuk peredaman
bungan yang akan digunakan dalam keadaan ini ditunjukkan secara grafis pada Gambar
kritis sebesar 1 0 persen, amplitudo akan turun sebesar 1 0 persen dalam 1 siklus.
(3-37)
di mana
1
6
4 \
3 \
\
I � -
-
GAMBAR 3-8 Perbandingan redam dengan jumlah
siklus yang dibutuhkan untuic menurunkan ampli 0.05 0.10 0.15 0.20
tudo sebesar 50 persen. �. Perbandingan redam
Dengan mensubstitusikan Pers. (3-3 7) ke dalam Pers. (3-3) dan menyederhanakannya akhir
nya didapatkan
(3-3 8 ) terlihat bahwa respons dari suatu sistem yang teredam berlebihan tidak menimbul
di sini konstanta A dan B dapat dievaluasi dengan memperhatikan kondisi awal. Dari Pers.
kan osilasi; sama dengan gerak sistem yang teredam kritis Gambar 3-3, tetapi kembalinya
ke posisi netral menjadi lebih lambat karena peredamannya lebih besar.
RESPONS GETARAN BEBAS 39
CONTOH E3-1 Sebuah bangunan satu tingkat diidealisasikan sebagai suatu ba1ok pe
nopang (girder) tegar yang ditumpu dengan kolom tanpa bobot, seperti diperlihatkan
pada Gambar E3-1. Agar sifat-sifat stmktur ini dapat dievaluasi, dilakukan pengujian
getaran bebas, di mana sistem atap (girder tegar) dipindahkan dalam arah lateral dengan
menggunakan sebuah dongkrak hidraulik dan kemudian dilepaskan. Selama operasi
pendongkrakkan terlihat bahwa untuk memindahkan girder sejauh 5 , 1 mm diperlukan
gaya sebesar 88.960 kN. Sesudah melepaskan dengan seketika perpindahan awal ini,
perpindahan maksimum pada ayunan kembali hanya 4.1 mm dan periode siklus per
pindahan ini adalah T 1.40 s.
Dari data ini akan ditentukan sifat-sifat kelakuan sebagai berikut:
=
J-- , 1 40 s
2n W
T = - = 2n =
(1) kg
Maka W ( ) 1.40 2
9 ,807 = 8484 , 82 kN
.
88·960
= kg = 0 0496
2 1t ,
51
Berat W = mg
��
"�����zt"--:---+P = gaya dongkrak
2 Frekuensi getaran:
f =
1
- = -1
= 0.714 Hz
4.48 radjs
T 1 .40
Sifat-sifat re dam :
w = 2nf =
wD = w·JI - �2 = w(0,999)112 = w
v6 =
G:r Vo = (4/s)6'(5) = 1.332 mm IfIf
SOAL-SOAL
3-1 Untuk menara kantilever yang seragam Contoh 2-3, diperoleh pernyataan untuk massa
dan kekakuan tergeneralisasi sebagai berikut:
,.
m• =
0,228mL
k* = n4 El
32 £3
Berdasarkan pernyataan ini, hitunglah periode getaran untuk sebuah menara bet on yang
yang tingginya 6 1 m, diameternya 1 2 m dan tebal dindingnya 8 mm. Untuk keadaan
ini dapat diasumsikan sifat-sifat berikut:
m 2
kg
=
53 6 ,3 60 s2
m
El= 68,3 1 0 x 1 06kN - mm2
3-2 Dengan mengasumsikan bahwa menara pada Soal 3 -1 menumpu beban titik tambahan
sebesar 400 kip di puncaknya, tentukan periode getaran (dengan mengabaikan efek ke
kakuan geometrik).
3-3 Berat W dari bangunan pada Gambar E3-l ada1ah 1 719, 2 kN dan bangunan mulai ber
getar bebas dengan me1epaskannya (pada waktu t = 0) dari perpindahan sebesar 3 0,5
mm. Jika perpindahan maksimum pada ayunan kembali ada1ah 4,6 mm pada waktu
t = 0,64 s, tentukan:
(a) kekakuan pegas lateral k
(b) perbandingan redam �
(c) koefisien red am c
3-4 Asumsikan bahwa massa dan kekakuan sistem pada Gambar 3 - 1 adalah sebagai berikut:
m= 0 , 1 k•s2 /mm, k = 1 ,6k/mm. Jika sistem mulai bergetar bebas deng�n kondisi awal
v(O) = 1 7,8 mm dan v(O) = 1 42 , 2 mm, tentukan perpindahan dan kecepatan pada t =
1 ,0 s dengan mengasumsikan :
(a) c = 0 (sistem tak-teredam)
(b) c = 0 , 1 k·sjmm
3·5 Asumsikan bahwa massa dan kekakuan sistem pada Gambar 3-1 ada1ah m= 0, 2k•s2 /mm
dan k = 0,8kjmm, dan sistem tak-teredam. Jika perpindahan awa1 ada1ah v(O) = 4 5 , 7
m m , dan perpindahan pada t = 1 ,2 juga sebesar 4 5, 7 m m , tentukan:
(a) perpindahan pada t = 2 ,4 s
(b) amplitude getaran bebas p
BAB
EMPAT
RESPONS TERHADAP
PEMBEBANAN HARMONIK
Sekarang akan diasumsikan bahwa sistem Gambar 3-1 dikenakan suatu be ban yang bervariasi
Penyelesaian Komplementer
secara harmonis p(t) dengan amplitudo p0 dan frekuensi sudut ro. Dalam hal ini persamaan
diferensial gerak menjadi
mv(t) + c:V(t) + kv(t) = p0 sin wt (4-1)
Sebelum meninjau keadaan umum dengan peredaman, akan berguna untuk memeriksa
respons dari sistem tak-teredam terhadap pembebanan harmonik, yang persamaan geraknya
di sini menjadi
Penyelesaian komplementer persamaan ini merupakan respons getaran bebas Pers. (3- 1 0)
vc(t) = A sin wt + B cos wt (4-3)
Penyelesaian umum mencakup juga penyelesaian khusus, yaitu kelakuan spesifik yang di
Penyelesaian Khusus
di mana amplitudo G adalah yang akan dievaluasi. Dengan mensubstitusikan Pers. (4-4) ke
=
(4-6)
G =
Po _l_ (4-7)
k 1 - {32
42 DINAMIKA STRUKTUR
di sini 13 menunjukkan perbandingan antara frekuensi beban yang dikenakan dengan fre
kuensi getaran-bebas alami ; yaitu,
w
/1 = (4-8)
ro
Penyelesaian Umum
Penyelesaian umum untuk eksitasi harmonik dari sistem tak-teredam kemudian diperoleh
+ Po 1
v(t) = vc(t ) + vp(t) = A sin rot + B cos rot --- 2 sin wt (4-9)
k 1 - /1
Dalam persamaan ini, nilai A dan B juga bergantung pada kondisi awal respons. Untuk sis
tem yang mulai dari keadaan diam, yaitu untuk kondisi awal "diam" v(O) b(O) = 0, dapat
=
dengan mudah dilihat bahwa konstanta A dan B akan memperoleh nilai yang berikut :
/1
A = - Po _1_ B = O (4- 1 0)
k 1 - /12
di mana Po /k =
Vst perpindahan statik, yaitu perpindahan yang akan ditimbulkan oleh
beban p0 yang bekerja secara statis
faktor pembesaran (magnification factor - MF), yang menyatakan
e fek amplifikasi dinamik dari beban yang bekerja secara harmonis
sin wt komponen respons pada beban yang dikenakan = respons keadaan
stedi, yang dihubungkan secara langsung dengan beban
13 sin wt komponen respons pada frekuensi getaran pribadi = efek getaran
bebas yang disebabkan oleh kondisi awal
Karena dalam keadaan praktis, peredaman akan menyebabkan suku terakhir menjadi hilang,
dan ini disebut respons transien . (Untuk hipotetis ini, tentu saja sistem tak-teredam, suku
terse but tidak akan hilang tetapi akan berlanjut secara tak-hingga.)
Perbandingan Respons
Ukuran pengaruh sifat dinamik yang sesuai dengan pembebanan dinyatakan oleh perban
dingan R(t), yaitu antara respons dinamik dengan perpindahan yang akan ditimbulkan de
ngan d ikenakannya secara statik be ban yang sama :
v(t) = v(t)
R(t) = (4-12)
v., Pofk
Dari Pers. (4-1 1), jelas bahwa perbandingan respons yang diakibatkan oleh pembebanan har
monik d ari sistem tak-teredam (mulai dari keadaan diam) adalah
1
R(t) = -- (sin wt - p sin rot) (4- 1 3)
1 - pz
stedi. Gambar 4- l b yang disebut sebagai respons transien, merupakan gerak getaran-bebas
dengan·kondisi awal pada waktu respons dimulai. Dalam contoh ini dianggap bahwa � 2/3, =
yaitu bahwa frekuensi beban yang bekerja adalah dua pertiga dari frekuensi getaran-bebas.
Respons total R(t), yang merupakan jumlah dari kedua suku ini, diperlihatkan pada Gam
bar 4- lc. Ada dua hal yang penting : (1) tendensi dari kedua komponen untuk menjadi se
fase dan kemudian keluar lagi, yang menyebabkan efek pukulan (beating) pada respons,
dan (2) kemiringan nol pada waktu t 0, yang me� erlihatkan bahwa kecepatan suku res
=
pons transien hanya cukup untuk menghilangkan kecepatan keadaan stedi d an dengan de
mikian memenuhi kondisi awal yang ditetap kan.
4-2
I
SISTEM TEREDAM
Kembali kepada persamaan gerak yang menyangkut peredaman , Pers. (4- 1 ), membaginya
dengan m, dan mencatat bahwa cjm = 2�w diperoleh
,. � +
(b)
(c)
Perbandingan frekuensi ll ; 1
GAMBAR 4-1 Respons terhadap be ban harmonik untuk kondisi awal keadaan diam : (a) keadaan stedi;
(b) transien; (c) R(t) total.
Penyelesaian komplementer persamaan ini adalah respons getaran-bebas teredam yang di
berikan oleh Pers. (3-25) (dengan mengasumsikan bahw a peredaman struktur lebih rendah
daripada kritis, sebagaimana halnya untuk semua struktur praktis):
di sini suku kedua diperlukan karena pada umumnya respons sistem yang teredam tidak se
fase dengan pembebanan.
44 DINAMIKA STRUKTUR
Imaj iner
------
---.--�r-- --
--- --.
N yata
Dengan mensubsti tusikan Pers. (4-1 6) ke dalam Pers. (4- 1 4) dan memisahkan perkalian
sin wt dari perkalian cos wt dihasilkan
[ - G2 w
2 + G1W(2ero) + G w 2] cos wt
2 = o (4- 1 7b)
Kedua hubungan ini harus dipenuhi secara tersendiri karena suku sinus dan k'osinus akan
hilang pada waktu yang berbeda. Dengan membagi keduanya dengan w2 , mengelompokkan
kembali suku-sukunya, dan meniadakan pernyataan trigonometrik diperoleh
Gl(l - /3 2 ) - G2 (2�/3) = Po
k (4-1 8)
Gi 1 - /3 2 ) + G1(2 �/3) = 0
Dengan menyelesaikan persamaan ini secara simultan kemudian dipero1eh pernyataan un
tuk faktor amplitudo respons :
(4-19)
Dengan memasukkan pernyataan ini ke dalam persamaan khusus [Pers. (4-1 6)] dan meng
gabungkannya dengan penyelesaian komplementer akhirnya didapatkan penyelesaian umum
v (t) = e-{"''(A sin wDt + B cos wDt)
� (1
1
+ _
/3 2) 2 + (2�/3)2
[( 1 -
/32 ) sin wt - 2�/3 cos rot] (4-20)
Suku pertama pada Pers. (4-20) menunjukkan respons transien terhadap pembebanan
yang dikenakan. Konstanta A dan B dapat dievaluasi untuk setiap kondisi awal tertentu,
tetapi suku ini meredam dengan cepat dan pada umumnya kurang begitu penting; oleh ka
rena itu evaluasinya tidak akan ditinjau di sini. Suku kedua pada Pers. ( 4-20) adalah respons
keadaan stedi pada frekuensi pembebanan yang dikenakan tetapi tidak sefase dengannya.
Kelakuan perpindahan keadaan stedi mudah sekali diinterpretasikan dengan memplot ke
dua vektor tersebut pada d iagram Argand yang diperlihatkan pada Gambar 4-2. Resultan p
dari kedua vektor menunjukkan amplitudo respons keadaan stedi
(4-21)
RESPONS TERHADAP PEMBEBANAN HARMONIK 45
fs 0 = Po D
Imajiner
Nyata
Po
_ beban yang
-
dikenakan
GAMBAR 4-3 Kesetimbangan gaya pada respons ke
adaan stedi.
dan sudut fase (} melalui mana respons ketinggalan di belakang beban yang dikenakan di
berikan oleh
(4-22)
di mana seperti diketahui sudut fase dibatasi dalam daerah 0 < (} < 1 8 0°. Jadi respons keada
an stedi dapat pula dituliskan
v(t) = p sin (rot - 8) (4-23)
Perbandingan antara amplitudo respons resultan dengan perpindahan statik yang akan
ditimbulkan oleh gaya p0 disebut faktor pembesaran dinamik D ; jadi
D +
= _!!_ = [( 1 _ !32)2 (2{3�) 2] - t/2 (4-24)
Pofk
Adalah juga penting untuk memperhatikan keseimbangan gaya yang bekerja pad a massa
dalam kondisi getaran keadaan stedi ini. Komponen-komponen gaya tersebut sesuai untuk
dinyatakan dalam bentuk faktor pembesaran dinamik dan diplot pada diagram Argand
(Gambar 4-3). Perhatikan bahwa gaya elastik bekerja dalam arah yang berlawanan dengan
vektor perpindahan resultan Gambar 4-2 . Demikian pula, gaya redam dan inersia masing
masing bekerja dalam arah yang berlawanan dengan vektor kecepatan dan percepatan. Akhir
nya, jelaslah bahwa resultan gaya-gaya tahanan ini benar-benar berimbang dengan beban
yang dikenakan p0 , oleh karena gaya ini harus mempertahankan kesetimbangan dinamik.
Dari Pers. (4-24) dapat dilihat bahwa faktor pembesaran dinamik D bervariasi menurut per
bandingan frekuensi {3 dan perbandingan peredaman � ; plot dari hubungan-hubungan ini di
perlihatkan pada Gambar 4-4. Sudut fase (} juga bervariasi menurut besaran-besaran ini, se
perti dijelaskan pada Pers. ( 4-22) dan seperti diperlihatkan pada plot Gambar 4-5 .
masing keadaan. Hubungan antara amplitudo dan fase yang diukur untuk kedua keada
an
Untuk mengevaluasi sifat dinamik dari data ini, akan memudahkan dengan me
nuliskan kembali Pers. (4-2 1 ) sebagai
= 0 1 { }1'2 =
P k 1 - {12 1 [2 1 - {J2)r ;
p 1 p cos (}
(a)
+ e,B/( 1 - {12
di m ana fungsi trigonometrik telah diturunkan dari Pers. ( 4-22). Selanjutnya dengan
penyederhanaan secara aljabar, persamaan ini menjadi
[ ]
Kemudian dengan memasukkan kedua kelompok data pengujian diperoleh persamaan
matriks
0.966
[� -25 m = 500 14.50,574
-1622] [k] x w- 3
Ib
7. 2
3
x w-
yang dapat diselesaikan untuk memperoleh
k = 1 7 5 1 1 .8 N/mm m = 22496.3 kg
yaitu, W = mg = 2206 2 1 N
RESPONS TERHADAP PEMBEBANAN HARMONIK 47
w = J� = 27.9 rad/s
Untuk menentukan koefisien redam, dapat diturunkan dua pernyataan untuk cos 8
dari Pers. (a) dan (4-22). Dengan menyamakan pernyataan ini dan menyelesaikannya
untuk perhandingan redam diperoleh
P sin 8
� = o = Po sin 8
2{Jkp ciiip
2224 (0,259)
c = �cc = = 1 96,727 N · s/mm
1 6 (0, 1 83)
dan dengan data pengujian kedua diperoleh hasil yang sama (menurut ketelitian mistar
hitung). Oleh karena itu perhandingan redam adalah
c 1 96,727
� = __ = = 1 5 ' 7% ////
2kjw 2 ( 1 7 5 1 1 , 8)
1
Dp = t = (4-25)
2�
Meskipun ini mendekati maksimum, tetapi ini tidaklah menyatakan respons maksimum
untuk setiap sistem teredam; perhandingan frekuensi untuk respons maksimum dapat diper
oleh dengan mendiferensialkan Pers. (4-24) terhadap � dan menyamakannya dengan nol.
Untuk struktur praktis yang mempunyai perhandingan red am � < 1 I -J2, frekuensi respons
maksimum diperoleh menjadi
�puncak = ,)1 2�2 - (4-26a)
2� (4-26b)
Untuk jumlah peredaman yang pantas, perhedaan antara Pers. (4-26b) dan Pers. (4-25) da
pat diahaikan.
Agar pengertian tentang sifat respons resonan dari suatu struktur terhadap pemhehan
an harmonik lehih lengkap, perlu diperhatikan persamaan respons umum (4-20), yang me
nyangkut suku transien dan juga suku keadaan stedi. Pada frekuensi yang mengeksitasikan
resonan (� = l) persamaan tersebut menjadi
" (4-27)
48 DINAMIKA STRUKTUR
Dengan mengasumsikan bahwa sistem mulai bekerja dari keadaan diam [v(O) = v(O) = 0] ,
konstanta-konstan ta tersebu t adalah
B = Po .!_ (4-28)
k 2�
Maka Pers. ( 4-27) menjadi
(4-29)
Untuk jumlah peredaman yang diperkirakan akan terjadi pada suatu sistem struktur, suku
sinus pada persamaan ini akan menambah sedikit amplitudo respons; selain itu , frekuensi
teredam hampir sama dengan frekuensi tak-teredam. Jadi perbandingan respons dalam ke
adaan ini kira-kira adalah
t)
R(t) = v( = _!_ (e- �"'' 1) cos wt (4-30)
Pofk
-
2�
Untuk peredaman nol, Pers. ( 4-29) menjadi tak-tentu, tetapi bila diterapkan a tu ran
L'Hospital , respons resonan dari sistem tak-teredam adalah
R(l)
Sistem yang
1 tak-teredam
'
'·.
'
R(t)
Sist em
t teredam
1
it
"'
c::
0
�
e
c::
..
.5
..
-o 1
.. 41
c::
-"'
03
Q.
..
c::
:I
-"'
:I
"
<Jl
J umlah siklus
2 4 6 8 10 12
GAMBAR 4-7 Laju p er
g,
0 1 21r 1 61r 24w 281r tambahan respons resonan
Lamanya pembebanan, w t dari keadaan diam.
mv + CV + kv = - mv,(t) =
P.rr(t) (2-21)
Jika dasar temp at instrumen dipasang bergerak secara harmonis dengan amplitudo percepat
an vg (t) = Vg o sin wt, pembe banan efektif dati massa adalah peff(t) � mvg o sin wt. Kemu
=
dian respons dinamik keadaan stedi dari sistem ini mempunyai amplitudo yang diberikan
oleh
p mv,o
= D (4-32}
k
Keluaran �
rel atif
perpindahan
= v(t)
di sini D diberikan oleh Pers. (4-24) dan ditunjukkan secara grafis pada Gambar 4-4. Peme
riksaan gambar ini memperlihatkan bahwa untuk perbandingan redam sebesar � = 0,7 nilai
D hampir konstan untuk daerah frekuensi 0 < {3 < 0.6 . Jadi, dari Pers. (4-32) jelas bahwa
respons yang ditunjukkan oleh instrumen akan berbanding lurus dengan amplitudo perce
patan dasarnya untuk frekuensi yang bekerja sampai mencapai sekitar enam persepuluh dari
frekuensi pribadi instrumen. Karena itu tipe instrumen ini bila diredam secara tepat akan
menjadi efektif sebagai akselerometer untuk frekuensi yang relatif rendah ; daerah kemam pu
an pakainya akan bertambah dengan penambahan frekuensi pribadinya relatif terhadap fre
kuensi eksitasi, yaitu dengan penambahan kekakuan pegas. Inilah yang merupakan prinsip
dasar akselerometer seismik.
Sekarang perhatikan respons instrumen terse but terhadap perpindahan dasar harmonik
Vg Vg o sin wt. Dalam hal ini percepatan yang sesuai adalah iig -W2Vg o sin wt, dan pem
= =
bebanan efektif adalah P eff (t) mw2 Vg o sin wt. Menu rut Pers. ( 4-2 1 ) maka amplitudo res
=
pons adalah
- 2
- mw v,o D -
p - - v,opl D (4-33)
k
Plot dari fungsi respons {32 D ditunjukkan pada Gambar 4-9. Dalam hal ini jelas bahwa {32 D
pada dasarnya adalah konstan pada perbandingan frekuensi {3 > 1 untuk perbandingan re
dam � = 0.5 . Jadi respons dari instrumen yang teredam secara tepat untuk gerak dasar de
ngan frekuensi tinggi pada hakekatnya se banding dengan amplitudo perpindahan dasarnya;
artinya instrumen memenuhi sebagai alat ukur p erpindahan pada pengukuran gerak ter
sebut. Untuk maksud ini, daerah kemampuan pakainya akan bertambah dengan mengurangi
frekuensi pribadi, yaitu dengan mengurangi kekakuan pegas atau memperbesar massa.
Q
�
11
Q.
2
c
"'
0
� (32 D
�
0
"1:l
E
P..
e
..::
Perbandingan frekuensi, {3
45 ISOLASI GETARAN
Walaupun sasaran isolasi getaran terlalu luas untuk dibahas secara ekstensif di sini, perlu di
perhatikan bahwa prinsip dasarnya erat hubungannya dengan instrumen seismik tersebut.
Ada dua masalah yang berbeda kelasnya yang dapat dikenali di mana isolasi getaran mung
kin diperlukan: ( 1 ) peralatan yang beroperasi dapat menimbulkan getaran yang berbahaya
terhadap struktur yang getarannya cukup besar.
Keadaan pertama diperlihatkan pada Gambar 4-1 0. Sebuah me sin yang sedang berotasi
menghasilkan gaya vertikal yang menimbulkan osilasi p 0 sin wt karena tak seimbangnya
bagian-bagian yang berotasi. Jika mesin tersebut dipasang di atas sistem tumpuan dengan
peredam pegas, seperti terlihat, respons perpindahannya dalam keadaan stedi diberikan oleh
di mana D didefinisikan oleh Pers. (4-24). Maka gaya yang dikenakan pada dasar melalui
51
Pada waktu yang sama, persamaan gerak relatif terhadap dasar adalah
c Dw
fo cti(t) = po cos (wt 0) 2epp0D cos (wt 0)
k
= - = -
p(l) = Po sin wl
Oleh karena gaya ini berbeda fase sebesar 90° dengan gaya pegas, jelas bahwa amplitudo
gaya dasar f adalah
Perbandingan gaya dasar maksimum dengan amplitudo gaya yang dikenakan , yang dikenal
sebagai transmisibilitas (TR) dari sistem tumpuan, diberikan oleh
Plot dari transmisibilitas sebagai fungsi dari perbandingan frekuensi dan perbandingan re
dam diperlihatkan pada Gambar 4-1 1 . Walaupun gambar ini mirip dengan Gambar 4-4, te
tapi di sini semua kurva melalui titik yang sama pada perbandingan frekuensi � y'2. Gam =
bar ini berbeda dengan Gambar 4-4, tentu saja karena adanya pengaruh gaya redam. O!eh
TR 2 �------����--�----+---i
fmaks
Po
=
_ vt maks
- v,o-
karena 1<arakteristik ini, jelas bahwa peredaman cenderung mengurangi keefektifan dari sis
tem isolasi getaran untuk frekuensi yang lebih besar daripada perbandingan kritis tersebut.
Keadaan tipe yang kedua, di mana isolasi getaran adalah penting, diperlihatkan pada
Gambar 4-1 2. Massa m yang akan diisolasi bertumpu pada sistem peredam-pegas di atas pe
lat pondasi yang mengalami gerak harmonik vertikal. Maka perpindahan massa relatif ter
hadap dasar diberikan oleh [lihat Pers. 4-33)]
Akan tetapi, bila gerak dari dasar tersebut ditambahkan secara vektor, dapat dilihat bahwa
gerak total dari massa diberikan oleh
di mana sudut fase tidak terlalu penting. Jadi, jika transmisibilitas dalam keadaan ini didefi
nisikan sebagai perbandingan amplitudo gerak massa dengan amplitudo gerak dasar, dapat
dilihat bahwa pernyataan untuk transmisibilitas sama dengan yang diberikan oleh Pers.
(4-3 5). Ini dapat dinyatakan secara matematis sebagai
t
TR = Vmaks = D ../1 + (2ep)2 (4-38)
v,o
dan Gambar 4- 1 1 berguna untuk menetapkan keefektifan sistem isolasi getaran untuk ke
dua keadaan isolasi SDOF tersebut.
Untuk perancangan suatu sistem isolasi getaran, akan lebih baik menyatakan kelakuan
sistem dalam bentuk keefektifan isolasinya daripada transmisibilitas, di mana keefektifan
didefinisikan sebagai 1 - TR. Juga, bila diperhatikan pada Gambar 4- 1 1 bahwa suatu sis
tem isolasi hanya efektif untuk perbandingan frekuensi (j > .J2 dan peredaman tak diingin
kan dalam daerah ini, jelas bahwa pemasangan isolasi harus mempunyai peredaman yang
sangat kecil. Karenanya pernyataan transmisibilitas memang dapat diterirna untuk diguna
kan pada peredaman nol
1 p2 - 2
TR = - 1 - TR = (4-39)
p2 - 1 p2 - 1
-
di mana diketahui bahwa (j ;;. VI. Akhirnya dapat dilihat bahwa {j2 = (;:? /w2 = c:;:? (m/k) =
an yang ditimbulkan oleh berat sistem yang ingin diisolasi pada peralatan dudukan-getaran.
Jadi jelas bahwa keefektifan sistem dudukan dapat dinyatakan dalam bentuk frekuensi ge
rak masukan w dan nilai lendutan statik t:.st · Dengan menyelesaikan Pers. (4-39) untuk per
bandingan frekuensi dalam bentuk keefektifan isolasi didapatkan {j 2 = [2 - (I - TR)] / [ 1 -
(1 - TR)] . Persamaan ini sekarang dapat dinyatakan dalam bentuk frekuensi masukan if=
21Tw) dan lendutan statik:
I_!_ 2 - (1 - TR)
J = 3.13
Y &, 1 - (1 - TR)
(4-40)
RESPONS TERHADAP PEMBEBANAN HARMONIK 53
di mana f adalah dalam Hertz dan D..st dalam mm. Plot dari Pers. ( 4-40) ditunjukkan pada
Gambar 4-1 3 . Dengan mengetahui frekuensi eksitasi yang dipengaruhi, seseorang dapat me
nentukan secara langsung dari grafik tersebut lendutan dari dasar tumpuan -D..st untuk mem
peroleh tingkat isolasi getaran yang diin ginkan , dengan mengasumsikan bahwa isolator
mempunyai peredaman yang kecil. Terlihat pula pada grafik ini bahwa sistem isolasi akan
mempunyai efek merusak bila terlalu kaku.
CON TOH E4-2 Lendutan-lendutan kadang-kadang terjadi pada balok penopang jem
batan beton disebabkan adanya mulur (creep), dan jika jembatan terdiri dari sederatan
yang panjang dari bentang-bentang yang sama, deformasi tersebut akan menirnbulkan
eksitasi harmonik pada kendaraan yang berjalan dengan kecepatan konstan di atas jem
batan. Pegas dan peredam kejutan kendaraan tentunya dirnaksudkan untuk memberi
kan suatu sistem isolasi getaran yang akan membatasi gerak vertikal yang ditransrnisi
kan dari jalan terhadap penumpang.
GAMBAR E 4- l Kendaraan yang berjalan di atas pelataranjembatan tak rata yang diidealisasi.
Gambar E4-1 memperlihatkan suatu model yang sangat diidealisasi untuk tipe sis
tem ini, di sin i berat kendaraan adalah 1 7,795 N dan kekakuan pegasnya ditentukan
melalui suatu pengujian yang menunjukkan bahwa penambahan berat sebesar 4A48 N
akan menirnbulkan lendutan sebesar 2.03 mm Profl.l jembatan digambarkan oleh kur
.
va sinus yang mempunyai panjang gelombang (bentang girder) 1 2.2 m dan amplitudo
(tunggal) sebesar 30.48 mm Dari data ini ingin diprediksi gerak vertikal keadaan stedi
.
54 DINAMIKA STRUKTUR
pada kendaraan tersebut bila berjalan dengan kecepatan 72.4 km/h , dengan mengasum
sikan bahwa peredaman adalah 40 persen dari kritis.
Transmisibilitas untuk keadaan ini diberikan eleh Pers. (4-3 8) ; eleh karena itu am
plitude gerak vertikal adalah
Bila mebil berjalan dengan kecepatan 72.4 kmlh = 20,1 mls, periede eksitasi aclalah
1 2.2 m
T = = 0.606
P 20. 1 mls
sedangkan periede pribadi kendaraan adalah
T = 27t = 2n
(J)
J w = 0, 572 s
kg
Karena itu !3 = T/T = 0.57210.606 = 0.944, dan dengan � = 0.4 amplitude respons ada
P
lah
Perlu pula diperhatikan bahwa kalau tidak terdapat peredaman pada kendaraan
(� 0), amplitudo akan menjadi
=
0. 1 1
= 277. 1 mm
1 -
Tentu saja ini melebihi daerah batas dari pegas, dan karenanya kurang berarti, tetapi
ini benar-benar memperlihatkan pentingnya fungsi peredam kejutan dalam membatasi
gerak yang diakibatkan oleh bergelombangnya permukaan jalan. II I/
CONTOH E4-3 Sebuah mesin bolak-balik yang beratnya 88.960 N diketahui untuk
membentuk gaya harmonik yang berorientasi secara vertikal, mempunyai amplitude
sebesar 2.224 N pada kecepatan operasinya sebesar 40 Hz. Guna membatasi getaran
yang dieksitasikan pada bangunan di tempat mesin ini dipasang, ditumpulah dengan
sebuah pegas pada masing-masing dasarnya yang berbentuk segi-empat. Perancang ingin
mengetahui berapa kekakuan pegas tumpuan yang dibutuhkan untuk membatasi hingga
356 N gaya harmonik total akan ditransmisikan dari mesin ke bangunan.
Transmisibilitas dalam keadaan ini adalah 3 5612.224 = 0,1 6 ; maka menurut Pers.
(4-39)
lR = I P2 1 1 = 6,25
T
-
Perlu diperhatikan bahwa lendutan statik yang disebabkan oleh berat mesin pada tum
puan pegas ini adalah
Ast = 88,960178,925 = 1 . 1 27 mm IIII
Penurunan Getaran-Bebas
Barangkali metode percobaan yang paling sederhana dan paling sering digunakan adalah
pengukuran penurunan getaran-bebas, seperti yang telah diutarakan pada Bab 3 . Apabila
suatu sistem telah mengalami getaran-bebas melalui salah satu cara, perbandingan redam
dapat ditentukan dari perbandingan antara dua amplitudo perpindahan yang diukur pada
interval sebesar m siklus. Jadi jika vn adalah amplitudo getaran pada suatu waktu dan vn + l
adalah amplitudo siklus m yang berikutnya, perbandingan redam diberikan oleh
� Dm _,__ �
(4-4 1 )
=
2nm(wlwv) - 2nm
di mana 8m = In (vn/Vn+m) menunjukkan pengurangan logaritmik dan w dan wD masing
masing adalah frekuensi tak-teredam dan rrekuensi teredam. Dalam sebagian terbesar struk
tur praktis, perbandingan redam memang kurang dari 0.2, sehingga bentuk kira-kira dari
Pers. (4-4 1 ), dengan mengabaikan perubahan frekuensi yang disebabkan peredaman, cukup
teliti (kesalahan pada � kurang dari 2 persen). Keuntungan utama metode getaran-bebas ini
adalah kebutuhan alat dan instrumentasinya yang minimum; dan hanya amplitudo perpin
dahan relatif yang perlu diukur.
Amplifikasi Resonan
Cara utama lainnya untuk mengevaluasi peredaman dilakukan berdasarkan observasi kelaku
an respons harmonik keadaan stedi dan karenanya membutuhkan sebuah alat yang akan
mengenakan eksitasi harmonik terhadap struktur pada amplitudo dan frekuensi yang sudah
ditentukan. Dengan alat tersebut dapat dibuat kurva respons-frekuensi untuk struktur
dengan mengenakan beban harmonik p 0 sin wt pad a urutari frekuensi yang berdekatan yang
merentangkan frekuensi resonansi dan memplot amplitudo perpindahan yang diliasilkan
sebagai fungsi dari frekuensi yang dikenakan. Suatu kurva respons-frekuensi yang khas un
tuk struktur yang cukup redamannya diperliliatkan pada Gambar 4-1 4.
Faktor pembesaran dinamik untuk suatu frekuensi tertentu adalah perbandingan antara
amplitudo respons pada frekuensi terse but dengan respons pada frekuensi nol (statik). Pada
Pers. (4-25) telah diperlihatkan bahwa dalam keadaan resonansi perbandingan redam erat
kaitannya dengan faktor pembe.saran dinamik. Bila respons-statik dan amplitudo respons
resonan masing-masing diberi notasi p0 dan piJ; 1 , perbandingan re dam diberikan oleh
� = ! ..£.Q_ (4-42)
2 Pp; t
56 DINAMIKA STRUKTUR
Pmaks =. 21
..
3p�
Q.
.:i Pmaks
·a ..(i
0
a
;;
.:::
"'
2po
c
0
;r
::!
0
""
.E
Q.
a
-<
Po
Meskipun demikian, pada prakteknya sulit untuk menggunakan frekuensi resonansi yang
tepat, dan akan lebih mudah untuk menentukan amplitudo respons maksium Pm aks yang
terjadi pada frekuensi yang agak rendah. Dalam hal ini, dari Pers. (4-26b) jelas bahwa per
bandingan redam dapat dievaluasi sebagai berikut:
e
- 2 Pmaks =. 2 Pmaks
1 Po w
WD
1 Po
(4-43)
Kesalahan yang terdapat dalam pernyataan yang lebih sederhana ini juga diakibatkan oleh
pengabaian perbedaan antara frekuensi teredam dan tak-teredam, yang memang tidak pen
ting pada struktur biasa.
Metode analisis redam ini hanya memerlukan instrumen sederhana, yang mampu untuk
mengukur amplitudo perpindahan relatif; akan tetapi, pada evaluasi perpindahan statik
mungkin terdapat masalah karena banyak tipe sistem pembebanan yang tidak dapat diope
rasikan pada frekuensi nol.
1 1
=
se (1 - [:J2)2 + (2ef:J)2
dari persamaan ini (dengan mengabaikan e dalam tanda akar) kedua frekuensi setengah
daya tersebut diperoleh
(4-44)
Metode evaluasi perbandingan redam ini digambarkan pula dengan kurva respons-fre
kuensi yang khas pada Gambar 4-14. Sebuah garis horisontal telah ditarik memotong kurva
1 / V2 kali nilai respons-resonan ; perbedaan antara frekuensi-frekuensi di mana garis hori
sontal ini memotong kurva respons sama dengan dua kali perbandingan redam. Jelas bahwa
cara ini meniadakan kebutuhan akan respons statik ; akan tetapi, ini benar-benar dibutuh
kan agar kurva respons dapat diplot dengan teliti pada daerah setengah-daya dan pada reso
nansi.
CONTOH E4-4 Data dari pengujian respons-frekuensi terhadap sebuah sistem SDOF
telah diplot pada Gambar E4-2. Data yang tepat untuk mengevaluasi perbandingan re
dam juga diperlihatkan. Urutan tahap analisis sesudah kurva dip1ot adalah sebagai ber
ikut :
1 Tentukan respons puncak 1 .44 mm
=
6 �-Refpons /uncakl= r 1 . 44 m
""'
"'
"'
I
0
X
4 LncJ l I
I \
e
e t:.t= 0.81 � .,ff - 1 . 0 1 9 mm f----
2 9
j '· . t, 39.97
V
= ·�/,res "' '· • t,
I
I--
-
./
1 r--
- 2
...._
0 16 17 18 1 201 9.99 21 22 23 24 25 �
9
Frekuensi yang dieksitasikan f, Hz /
GAMBAR E4-2 Eksperimen respons-frekuensi untuk menentukan perbandingan redam.
58 DINAMIKA STRUKTUR
P !
e = Ll = 2 t� = 2.18% Ill/
2 !2 + ft
-
!0 (= p pada resonansi)
di mana terlihat bahwa kecepatan rnaksimum ditentukan oleh perkalian frekuensi dan am
plitudo perpindahan. Jika peredaman bukan viskos linear, diagram perpindahan gaya tidak
akan berbentuk elips; yang mungkin diperoleh rnisalnya adalah sebuah kurva seperti garis
penuh pada Gambar 4-1 5 . Dalam hal ini, koefisien redam viskos ekivalen dapat ditentukan,
yang mana akan menyebabkan kehilangan energi yang sama tiap siklus seperti terlihat pada
diagram perpindahan gaya. Dengan kata lain, peredam viskos ekivalen yang digabungkan
dengan diagram perpindahan gaya bentuk elips mempunyai luas dan perpindahan maksi
mum sama dengan diagram perpindahan gaya sebenarnya. Ini berarti, bahwa kurva garis
titik-titik pada Gambar 4-1 5 ekivalen dengan kurva garis penuh. Maka amplitudo ekivalen
dari gaya yang dikenakan diberikan oleh
WD
Po =
rrp
RESPONS TERHADAP PEMBEBANAN HARMONIK 59
di mana wD adalah luasan di dalam diagram perpindahan gaya, yaitu kehilangan energi tiap
siklus. Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam Pers. ( 4-45) didapatkan suatu per
nyataan untuk koefisien redam viskos ekivalen dalam bentuk kehilangan energi tiap si14us:
(4-46)
Pada umurnny a, akan lebih tepat untuk menentukan peredaman dalam bentuk perban
dingan redam kritis daripada sebagai koefisien redam. Untuk maksud ini, perlu pula untuk
menentukan suatu ukuran dari koefisien redam struktur, dan ini dapat dinyatakan dalam
bentuk massa dan frekuensi [seperti pada Pers. (3-18)] atau dalam bentuk pengganti yang
mencakup kekakuan dan frekuensi:
2k
Cc = (4-47)
CO
fs
Pernyataan yang terakhir ini lebih sederhana di sini karena kekakuan struktur dapat diukur
dengan instrumentasi sama dengan yang digunakan untuk mengukur kehilangan energi tiap
siklus, yaitu dengan hanya mengoperasikan sistem secara perlahan sekali pada kondisi yang
pada hakekatnya statik. Diagram perpindahan gaya statik yang diperoleh melalui cara.ini
akan berbentuk seperti yang diperlihatkan p(!da Gambar 4-1 6 kalau struktur elastik secara
linear, dan kekakuannya digambarkan oleh kemiringan kurva. Sebagai kemungkinan lain,
kekakuan ini dapat dinyatakan oleh luasan di dalam diagram perpindahan gaya Ws, sebagai
berikut:
(4-48)
(4-49)
Perbandingan redam yang didefinisikan oleh Pers. (4-49) ternyata tidak tergantung dari
frekuensi : ini bergantung langsung pada perbandingan antara kehilangan energi peredaman
tiap siklus dengan energi regangan yang disimpan pada perpindahan maksimum. Akan te
tapi, untuk setiap mekanisme peredaman viskos tertentu, kehilangan energi pada sistem
akan sebanding dengan frekuensi harmonik, dan demikian pula untuk perbandingan redam.
Sebagai kemungkinan lain, hila perbandingan redam telah dievaluasi dari pengujian resonan
si, koefisien redam viskos yang sederhana diperoleh dengan mensubstitusikan Pers. (4-46)
,...--- . .
60 DINAMIKA STRUKTUR
Peredaman Histeretik
Walaupun mekanisme peredaman viskos menghasilkan bentuk persamaan gerak yang seder
hana, hasil-hasil percobaan jarang berkaitan erat dengan tipe kelakuan kehilangan energi se
perti ini. Dalam kebanyakan keadaan praktis, konsep peredaman viskos ekivalen yang di
definisikan dalam bentuk kehilangan energi tiap siklus dapat memberikan perkiraan hasil
hasil percobaan yang memadai. Akan tetapi, ketergantungan frekuensi yang utama dari me
kanisme viskos yang disebutkan di atas akan berbeda sekali dengan fakta pengujian, banyak
daripadanya menunjukkan bahwa gaya-gaya redam hampir tidak tergantung dari frekuensi
pengujian.
Suatu model matematis yang memiliki sifat frekuensi yang tidak tergantung ini diberi
kan melalui konsep peredaman histeretik , yang dapat didefinisikan sebagai suatu gaya re
dan yang sefase dengan kecepatan tapi sebanding dengan perpindahan. Hubungan perpin
dahan dan gaya ini dapat dinyatakan sebagai
iJ
r = Ykl vi (4-51)
Jn ., l iJI
di mana � adalah koefisien redam histeretik yang mendefinisikan gaya redam sebagai bagian
dari gaya kekakuan-elastik. Diagram perpindahan gaya untuk peredaman histeretik selama
satu siklus perpindahan harmonik dilukiskan pada Gambar 4-1 7. Akan terlihat bahwa tahan
an redam sama dengan gaya elastik linear selama perpindahan bertambah besarnya dan gaya
redam akan sebaliknya hila perpindahan berkurang. Kehilangan energi histeretik tiap siklus
yang dihasilkan oleh mekanisme ini adalah
(4-52)
Jika kehilangan energi histeretik ini dianggap seperti yang dinyatakan oleh peredam vis
kos ekivalen, perbandingan re dam viskos ekivalen masih yang diberikan oleh Pers. (4-49).
Dengan kata lain, Pers. (4-49) dapat digunakan untuk menyatakan perbandingan redam
r"
Luas total tiap siklus = wD
(4-5 3)
Dengan demikian jelaslah bahwa koefisien redam histeretik tak bergantung pada frekuensi
(4-50).
di mana pengujian dilaksanakan, berbeda dengan ketergantungan frekuensi pada koefisien
redam viskos yang ditunjukkan oleh Pers.
SOAL-SOAL
4-1 Tinjaulah struktur d asar Gambar 3 - 1 yang mempunyai peredaman nol dan dikenakan
eksitasi harmonik pada perbandingan frekuensi {3 = 0 . 8 . Dengan memasukkan kedua
efek keadaan stedi dan transien , plotlah perbandingan respons R (t). Evaluasi pulalah
responsnya dengan p ertambahan wb.t = 80° dan lanjutkan analisis untuk 1 0 pertam
bahan.
4-2 Tinjaulah sistem dasar Gam bar 3-1 yang mempunyai sifat-sifat berikut:
m = 0 .003k· s2 /
Massa tegar m
Penopang
(girder) Kolo m
bet on
(a) (b)
p ; 3. 8 1 mm 1,735 N
w5 ; 3 ,277 N-mm
p ; 3 . 8 1 mm
(c)
(d)
GAMBAR P4-l
=
tunjukkan pada Gambar P4- l b , berapakah nilai w0 yang diperoleh pada suatu penguji
an yang dilakukan pada w 20 rad/s?
BAB
LIMA
5-1
Persamaan-persamaan yang menyatakan respons dari suatu sistem SDOF terhadap setiap
PERNYATAAN PEMBEBANAN DENGAN DERET FOURIER
pembebanan yang terjadi secara l:iarmonis telah dibicarakan pada Bab 4. Sekarang akan di
perlihatkan bagaimana pernyataan respons tersebut dapat digunakan untuk mengevaluasi
respons suatu sistem SDOF terhadap setiap pembebanan periodik. Untuk memperlakukan
pembebanan periodik, yang diperlukan hanyalah menyatakannya dalam bentuk deret Fou
rier; respons terhadap masing-masing suku deret kemudian hanya merupakan respons ter
hadap pembebanan dinamik, dan menurut prinsip superposisi, respons total adalah jumlah
respons suku-suku beban yang terpisah.
Tinjaulah suatu pembebanan periodik seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5-l .
Fungsi periodik seperti itu dapat dinyatakan dengan deret Fourier
. 2rcn
a0 + a. cos - t + t
=
� 2rcn �
p(t ) L. L. b
.. Sill - (5-1)
n=l TP n= l TP
di mana TP menggambarkan periode fungsi beban dan koefisien-koefisien dapat dievaluasi
dari pernyataan berikut:
f rp
a0 = _!_ p(t ) dt
TP o
2 f rp t cos -
2rcn
a. = -·
p( ) ·
t {5-2)
TP 0 TP
. 2 frp .
2rcn
bn = p(t ) Sill -t
TP
-
0 TP
p(l}
5-2
Apabila suatu pembebanan periodik yang sembarang telah dinyatakan dalam bentuk deret
RESPONS TERHADAP PEMBEBANAN DERET FOURIER
Fourier Pers. (5- 1 ), maka jelaslah bahwa ini terdiri dari suatu beban yang konstan (nilai be-
64 DINAMIKA STRUKTUR
ban rata-rata yang dinyatakan oleh koefisien a0 ) ditambah sederetan beban haimonik de
ngan frekuensi Wn dan amplitudo an dan bn . Respons keadaan stedi yang ditimbulkan pada
struktur SDOF yang tak-teredam oleh masing-masing suku sinus dari deretan beban harmo
nik diberikan oleh suatu pernyataan yang berbentuk Pers. (4-1 1 ) , tetapi dengan menghilang
kan suku transien, sebagai berikut:
- 1 .
Suku sinus:
v.(t) b.k 1 - P. nw1t
= - ---
2 sm (5-3a)
di mana P. w. nTTP nw1w
=
w
= =
Demikian pula, respons keadaan stedi terhadap masing-masing suku kosinus daii deret di
berikan oleh:
Konstanta: Vo ako
= - (5-3c)
Oleh karena itu respons periodik total dari struktur yang tak-teredam dapat dinyatakan se
bagai jumlah pernyataan untuk semua suku deret beban, sebagai berikut:
v(t) !k [ao
= + �
.:f1 1
1
- {J.
2 (a. cos nwlt b. nw,t)J + sin (5-3)
di mana koefisien amplitudo beban diberikan oleh pernyataan deret Fourier Pers. (5-2).
p(t)
(a) (b)
GAMBAR E5- l Contoh analisis respons terhadap pembebanan periodik: (a) sistem SDOF; (b) pem
bebanan periodik.
x +
{[a.2efJ. b.(1 - P/)] nw1 t sin
CONTOH E5-1 Sebagai suatu contoh analisis respons dari suatu struktur yang dibebani
secara periodik, tinjaulah sistem dan pembebanan yang diperlihatkan pada Gambar
E5- 1 . Dalam hal ini pembebanan terdiri dari bagian positif suatu fungsi sinus yang se
TP o P
derhana. Koefisien yang mendefmisikan pembebanan ini diperoleh dengan mengguna
kan Pers. (5-2):
-1 fT�/2
TP -
{0Po
. 2rrt d
a0 = p0 sm t = -
0 1t
- frp/2
TP o TP --TP
n = ganjil
--1--2
2 2rrt 2rrnt d
a. = t =
•
p0 sm - cos 2
{Po = 1
n = genap
1t - 1i
b. = -Tp foT�/2
2 •
TP --TP
2nt . 2Jtnt d
p0 sui - sm
-
t = 2
0
n
n > 1
Maka dengan mensubstitusikan koefisien ini ke dalam Pers. (5 -1) diperoleh pernyataan
Po (1
deret untuk pembebanan periodik berikut:
di mana
Jika sekarang diasumsikan bahwa struktur Gambar E5-1 adalah tak-teredam dan
jika misalnya periode pembenanan diambil sebesar tiga perempat dari periode getaran
T
struktur, yaitu
.!.e = � (b)
3
respons keadaan stedi dari struktur akan diberikan oleh persamaan yang berbentuk
Pers. (5-3). Dengan memasukkan nilai-nilai numerik untuk koefisien beban dan per
bandingan frekuensi dari Pers. (a) dan (b) akhirnya didapatkan
(c)
Jika struktur teredam, analisis akan diteruskan dengan cara yang sama, yaitu dengan
menggantikan Pers. (5-4) dengan Pers. (5-3). IIII
(5-5)
Hasilnya adalah
p(t) = 2';
11 • - oo
c. exp (inw1t) (5-6)
66 DINAMIKA STRUKTUR
di mana c.
1 iT" . p(t) exp ( - inro1t) d t (S-7)
T,
= -
Pada Pers. (5-6) perlu diperhatikan bahwa untuk setiap nilai n yang positif, misalnya
n = +m, terdapat suatu kesesuaian n = -m . Kedua suku exp (im w 1 t) dan exp (-im w 1 t)
dapat dianggap sebagai vektor-vektor satuan yang masing-masing berotasi dalam arah yang
berlawanan dan searah dengan jarum jam, dengan kecepatan sudut mw1 , seperti diperlihat
kan pada Gambar 5 -2 . Komponen imajiner dari pasangan vektor seperti ini selalu saling me
niadakan. Perlu pula diperhatikan bahwa pada Pers. (5-7) c+ m adalah konjugasi kompleks
dari c -m ; jadi semua bentuk imajiner pada persamaan akan hilang, seolah-olah bentuk ima
jiner p(t) harus berupa fungsi beban yang nyata.
lmajiner
Setelah menyatakan pembebanan periodik yang sembarang dalam bentuk deret Fourier
eksponensial dengan menggunakan Pers. (5-6) dan (5-7), ingin pula dituliskan persamaan
persamaan yang menetapkan respons terhadap b�ban harmonik dalam b entuk eksponensial.
Di sinipun respons keadaan stedi saja yang akan ditinjau , yaitu dengan mengasumsikan bah
wa pembebanan periodik telah berlangsung cukup lama untuk menghilangkan transien awal .
Dengan memasukkan fungsi pemaksa kompleks satuan exp (iwt) ke dalam persamaan gerak
(4-1) diperoleh
mv(t) + cv(t) + kv(t) = exp (iwt) (5-8)
Jika Pers. (5-9) disubstitusikan ke dalam Pers. (5-8), akan diperoleh bahwa fungsi H(w),
yang selanjutnya akan dinyatakan sebagai fungsi respons frekuensi kompleks, mempunyai
bentuk
1
H(w) (5-10)
- w2m + iwc + k
=
Oleh karenanya, respons frekuensi kompleks terhadap suatu frekuensi pemaksa wn = nw1
akan menjadi
RESPONS TERHADAP PEMBEBANAN PERIODIK 67
(5-12)
di mana (31 = w1 /w . Dari bentuk Pers. (5- 1 0) dapat dilihat b ahwa H(nwt ) adalah konjugasi
kompleks dari H(-nw1). Karenanya dimungkinkan untuk menyatakan respons keadaan
stedi dari sistem SDOF menjadi fungsi pemaksa yang menggambarkan masing-masing suku
deret Fourier tersebut . Dari prinsip superposisi , selanjutnya respons keadaan stedi total dari
sistem terhadap setiap fungsi pemaksa periodik dapat dituliskan
v(t) = I
n= - oo
H(nw1)c. exp (inw1t) (5-1 3)
Keuntungan dalam kesederhanaan bentuk eksponensial dari analisis respons periodik ter
sebut akan nyata b ila Pers. (5-1 3) dibandingkan dengan pernyataan deret trigonometrik
yang ekivalen Pers. (5-4).
SOAL-SOAL
5-J Nyatakan pembebanan periodik yang diperlihatkan pada Gambar P5-1 sebagai suatu
deret Fourier . Kemudian tentuka n koefisien an dan b n dengan menggunakan Pers. (5-2)
untuk pembebanan periodik yang diberikan oleh
P(t) Po Sill - t
. 37t
= (0 < i < 21t)
TP
p(t) = 0 (21t < t < 31t)
p(l)
p(t) = p0 sin �
Tp
t
GAMBAR PS-1
5 -2 U1angi Soa1 5 - 1 untuk beban periodik yang diperlihatkan pada Gambar P5-2 .
5-3 Selesaikan soa1 Contoh E5- 1 , dengan mengasumsikan bahwa struktur teredam secara
kritis se besar 1 0 persen.
5-4 Buatlah sebuah diagram Argan.d yang serupa dengan Gambar 4-3 , dengan menunjukkan
skala vektor beban yang dikenakan dan inersia keadaari stedi, peredaman dan vektor
gaya tahanan e1astik . Anggaplah struktur mempunyai peredaman kritis sebesar 1 5 per
sen dan dikenakan b entuk beban harmonik Pn(t) = an cos Wn t , di mana Wn = 6j5 w(ya
itu, f3n = 6/5 ). Buatlah diagram untuk waktu Wnt = rr/4.
r
68 DINAMIKA STRUKTUR
p(l)
GAMBAR PS-2
5-5 Beban periodik Gambar PS-3 dapat dinyatakan dengan deret sinus
00
di mana 2po
b. = - (- W
mr
Plotlah respons keadaan stedi dari struktur Gambar ES-la terhadap pembebanan ini
untuk satu periode penuh, dengan hanya memperhatikan keempat suku yang pertama
dari deret dan mengevaluasinya pada pertambahan waktu yang diberikan oleh w1 /),.t =
30°.
p(l)
GAMBAR PS-3
BAB
ENAM
J eniskhusus lainnya dari beban dinamik sistem SDOF yang sekarang akan dibahas adalah
6-1 SIFAT UMUM BEBAN IMPULSIF
beban impulsif. Beban semacam ini terdiri dari irnpuls utama yang tunggal , seperti dijelas
kan oleh contoh pada Gambar 6-1 , dan biasanya berlangsung relatif singkat . Beban impulsif
atau kejutan seringkali sangat penting dalam perancangan jenis-jenis sistem struktur ter
tentu, misalnya, kendaraan seperti truk atau mobil atau kran jalan. Peredaman jauh kurang
penting dalam pengontrolan respons maksirnum suatu struktur terhadap beban irnpulsif
daripada untuk beban periodik dan beban harmonik. Respons maksimum terhadap beban
irnpulsif akan dicapai dalam waktu yang sangat singkat sebelum gaya redam dapat menyerap
banyak energi dari struktur. Karena alasan ini, maka yang akan dibicarakan pada bab ini
hanyalah respons tak-teredam terhadap beban irnpulsif.
p(t)
Untuk beban irnpulsif yang dapat dinyatakan oleh fungsi analitik sederhana, penyelesaian
6-2 IMPULS GELOMBANG SINUS
bentuk tertutup dari persarnaan gerak dapat diperoleh . Sebagai contoh j enis b eb an ini, per
hatikan irnpuls gelombang sinus yang diperlihatkan pada Gambar 6-2. Respons akan dibagi
menjadi dua fase , seperti diperlihatkan, sesuai dengan interval selama mana beban bekerja,
diikuti dengan fase getaran-bebas.
r 70 DINAMIKA STRUKTUR
p(t) = Po s in wt
Po
R(t)
FASE I Selama fase ini struktur mengalami beban harmonik , yang mulai dari saat diam.
Respons tak-teredam, termasuk transien dan juga bentuk keadaan stedi, diberikan oleh [Pers.
( 4-1 1 )] :
1
v(t) = P --- (sin wt - {3 sin wt) (6- 1 )
o
k 1 - fJ 2
FASE 11 Gerak getaran-bebas yang terdapat selama fase ini tergantung dari perpindahan
v(t d dan kecepatan v(t! ) yang ada pad a akhir fase I , dan dapat dinyatakan sebagai berikut
[lihat Pers. (3-1 1 )] :
Untuk 1 = t - t1 � 0 : v(l) = V(t 1) sin w l + v(t1 ) cos wi (6-2)
Besar respons dinamik yang diakibatkan oleh beban impulsif ini bergantung pada per
-
bandingan antara lamanya beban dengan periode getaran struktur. Perbandingan respons
R(t) = v(t)/(p 0 /k) untuk t t fT = 3/4 diperlihatkan pada Gambar 6-3 . Sebagai perbandingan
diplot pula p(t)/k, yang mempunyai nilai puncak sebesar satu pada skala perbandingan-res
pons.
RESPONS TERHADAP BEBAN IMPULSIF 71
Pada umumnya , respons maksimum yang dihasilkan oleh beban impulsif jauh lebih
penting bagi perancang struktur daripada riwayat lengkap. Waktu terjadinya respons, pun
cak dapat ditentukan dengan mendiferensiasikan Pers. (6- 1 ) terhadap waktu dan menyama
kannya dengan nol ;jadi
dv(t) 0 1
p0
(w
-
cos wt - w cos wt )
_ _
dt k 1 p2
-- = = - --
dari sini
cos wt cos wt
dan oleh karena itu
=-
wt = 2nn ± wt n = 0, ± 1 , 2, 3, . . . (6-3)
Tentu saja ini hanya berlaku selama wt < rr , yaitu jika respons maksimum terjadi selama
beban impulsif b ekerja. Untuk kondisi b eban yang paling menarik, di mana frekuensi beban
mendekati frekuensi getaran-bebas, misalnya, di mana w -+ w, waktu respons maksimum
akan diperoleh dengan mensubstitusikan n = 1 dan dengan memakai tanda negatif pada
Pers. ( 6-3) yang menghasilkan
21t
wt (6-4)
(wfw)
= ---
v{t1) =
Po
k 1
-1- (o
- P2
- P sin ?:.
p
)
( - 1 - cos - )
(6-5)
.v Po m 1t
"' t 1 )
k 1 P2 p
= - �
Amplitudo gerak getaran-bebas ini kemudian diberikan oleh Pers. (3-1 5), yaitu ,
Vmaks
Untuk P D
__l:!!_ COS ..?:._
> 1 , t > t1 : {6-6)
Pofk P2
= =
1 -
2f
CONTOH E6-1 Sebagai contoh analisis respons-maksimum untuk impuls sinus yang
berlangsung-lama , di mana maksimum terjadi selama beban bekerja, tinjaulah keadaan
di mana (3 2/3 (w = 2/3 atau t1 = * n. Untuk keadaan ini Pers. (6-4) memberikan
=
21t 4/
1 +
-
wt =
3/'" = s1t
dan dengan mensubstitusikan nilai ini ke dalam Pers. (6- 1 ), faktor pembesaran dinamik
adalah •
72 DINAMIKA STRUKTUR
Suatu contoh khusus dari impuls yang berlangsung-singkat , di mana respons pun
cak terjadi selama fase getaran-bebas, adalah keadaan di mana (3 4/3 (w 4/3 w atau = =
t1 3/8 T). Dalam hal ini faktor pembesaran dinamik diperoleh dari Pers. (6-6) berupa
=
((3 = 1 ) dapat diperoleh dari Pers. (4-3 1), yang merupakan persamaan resonansi. Dalam
Dengan prosedur yang sama , respons maksimum terhadap beban impulsif resonan
keadaan ini respons maksimum terjadi pada akhir impuls, wt = 1T, dan faktor pembesar
an dinamik adalah
1t
D = - = 1 .57 /Ill
2
p(t)
T
'f
I·
ft
Fase I .I. I
Fase 11 GAMBAR 6-4 lmpuls segi-empat.
FASE 1 Beban yang dikenakan tiba-tiba yang selalu konstan selama fase I disebut beban
tangga . Penyelesaian khusus untuk beban tangga semata-mata merupakan lendutan statik
yang akan menghasilkan
v = Po (6-7a)
p
k
Dari hasil ini, penyelesaian umum di mana konstanta getaran-bebas telah dievaluasi untuk
memenuhi kondisi awal keadaan diam dengan mudah diperoleh:
FASE II Getaran bebas selama fase 11 juga diberikan oleh Pers. (6-2):
t)
Untuk l t t 1 ;;::: 0: v(t ) = i>( 1 sin wl + v(t1 ) cos wi
=
- (6-8)
(J)
Untuk impuls segi-empat , jelas bahwa respons maksimum akan selalu terjadi pada fase I
jika t 1 ;;;;. T/2 dan bahwa faktor pembesaran dinamik D dalam hal ini adalah 2. Untuk pem-
RESPONS TERHADAP BEBAN IMPULSIF 73
bebanan yang berlangsung lebih singkat , respons maksimum akan terjadi selama getaran
bebas fase Il, dan amplitudo respons akan dihasilkan oleh Pers. (3-1 5 ) :
(6-9)
Po
Vm aks = k [(1 - 2 co s
2n
T
tl + cos
2 2n
T
tl +
.
sm
2 2n
T
tl
po [(-
2 1 cos
2n
t1
)]112
T
=
k
dari sini
= Vmaks
D 2 sin m l (6-10)
Pofk
=
Dengan demikian faktor pembesaran dinamik bervariasi seperti suatu fungsi sinus yang per
bandingan panjang pulsa bebannya t 1 /T untuk perbandingan yang lebih kecil dari �.
p(l)
r
Po
·�------�- �
FASE I .
penyelesaian khusus untuk b eban ini adalah
-
Beban selama fase ini adalah p 0 ( 1 t/t i ), dan dengan mudah diperlihatkan b ahwa
V (t) = Po
p
k
( - .!._)
1
tl
(6-1 1)
Jika diasumsikan kondisi awal nol, dapat dievaluasi konstanta getaran-bebas pada penye
lesaian umum, yang menghasilkan
v(t) = -(
p0 sin wt
k
--
wt1
- cos wt - t
- +
t1
l ) (6-12)
r
74 DINAMIKA STRUKTUR
F ASE 11 Dengan mengevaluasi Pers. ( 6- 1 2) dan turunan pertamanya pada akhir fase 1 (t = t 1 )
dihasilkan
-
(
sin wt 1
)
p0
v(t1) = --- - cos wt1
(
k wt1
p0w cos wt1
- --- + Sin Wtl
(6-13)
.v
=
•
v\tl )
k wt1
yang dapat disub stitusikan ke dalam Pers. ( 6-2) untuk mendapatkan respons getaran-bebas
pada fase Il.
Nilai maksimum dari fungsi respons ini dapat diperoleh, seperti pada contoh-contoh
lainnya, yaitu dengan mengevaluasi fungsi-fungsi tersebut pada saat dicapai kondisi kecepat
an nol. Untuk pembebanan yang berlangsung sangat singkat (t t f T < 0.4) respons maksi
mum terjadi selama getaran-bebas fase Il; selain daripada itu respon.s maksimum terjadi se
lama interval pembeb �nan (fase I). Nilai-nilai faktor pembesaran dinamik D = Vm aksf(p0/k)
diperhitungkan untuk berbagai lamanya pembebanan yang diberikan pada Tabel 6- l .
��������������
PEMBEBANAN IMPULS SEGI-TIGA
t.fT
I T I
2.4
¥� S�gi-empat
Q
2.0
"" ... Gelombang �egi-tiga
.:i L.
I
setengah-sinu
, s /_
'§"' /� ---
=
:a � !---t---
--.,
V IV
1 .6
"
= V � t---
a ./
..
I�
1 .2
.&J
E
..
Q,
...
0
�
0.8
,;;; V
"'
""
If
0.4
l
0. 2 0.4 0.6 0.8 1 .0 1.2 1 .4 1 .6 1 .8 2.0
ban impulsif lainnya, ditunjukkan pada kurva lainnya pada gambar ini, yang dikenal sebagai
spektrnm respons perpindahan , atau spektrnm respons saja, dari beban impulsif. Pada
umumnya plot-plot seperti ini, menurut ketelitian teknik yang diperlukan, dapat digunakan
untuk memprediksi efek maksimum yang diperkirakan dari tipe beban impulsif yang be
kerja pada struktur sederhana.
Respons spektrum ini juga berguna untuk menyatakan respons struktur terhadap suatu
impuls percepatan yang dikenakan terhadap dasarnya. Jika percepatan dasar yang dikena
- mvg(t) [lihat Pers. (2-2 1 )] . Jika percepatan maksimum dari dasar adalah vg 0 , beban im
kan adalah vg(t), respons spektrum ini akan menimbulkan beban impulsif efektif Peff =
pulsif efektif maksimum adalah p 0 , eff -mvg 0 . Faktor pembesaran dinamik menjadi
=
l
I
D = Vmaks
(6-14)
mv,ofk·
di mana pada umumnya yang perlu diperhatikan hanyalah besaran respons mutlaknya. Se
cara alternatif persamaan ini dapat dituliskan
D = � �v,o l
maks (6-15)
di mana Vfnaks adalah percepatan massa total maksimum. Ini berdasarkan kenyataan bahwa
pada sistem yang tak-teredam perkalian massa dan percepatan total besarnya harus sama
bar 6-6 dapat digunakan untuk memprediksi respons percepatan maksimum dari massa m
dengan gaya elastik pegas kv maks· Karena itu j elas bahwa plot-plot spektrum respons Gam
terhadap percepatan dasar irnpulsif sebagairnana halnya untuk respons perpindahan maksi
mum terhadap beban impulsif. Bila digunakan untuk maksud ini, plot-plot tersebut biasa
nya disebutkan spektrum kejutan.
CONTOH E6-2 Sebagai suatu contoh kegunaan dari spektrum kejutan dalam meng
yang diperlihatkan pada Gambar E6- 1 , yang menggambarkan sebuah .bangunan satu
evaluasi respons maksimum struktur SDOF terhadap beban irnpulsif, tinjaulah sistem
tingkat yang mengalami beban ledakan. Untuk berat dan kekakuan kolom yang diberi
kan pada struktur, periode getaran adalah
2,669
0.079 s
2
kg
J- J1 ,7 5 1 (9,807) .
T = 1t =
21t W =
21t =
. w
0,079
Kekakuan lateral
total :
k = 1 ,7 5 1 kfmm
I
4,448 k
1 -+---"":----
Tahanan elastik
fs = kv
dari dari Gambar 6-6 faktor pembesaran dinamik adalah D = 1 ,33 . Dengan demikian
perpindahan maksimum akan menjadi
4 .448 =
3 ,378 mm
t7 5 1
vmaks = D Po = 1,33
k
dan gaya elastik maksimum yang akan terjadi adalah
Jika impuls tekanan ledakan hanya sepersepuluh panjangnya (t 1 0 .005 s), faktor
pembesaran dinamik untuk perbandingan panjang-impuls ini, ttfT = 0,063) hanya se
=
besar D = 0 ,44 dan karena itu gaya tahanan elastik hanya sebesar 1 )957 kN. Maka un
tuk impuls yang berlangsung sangat singkat , sebagian besar beban yang bekeija ditahan
oleh inersia struktur, dan tegangan yang dihasilkan jauh lebih Jse cil daripada tekanan
yang disebabkan oleh pembebanan yang lebih lama. IIII
Untuk pembebanan yang berlangsung lama, misalnya t/T > 1 , faktor pembesaran
ngenai respons struktur terhadap p embebanan impulsif.
1
dinamik terutama bergantung pada laju pertambahan beban sampai mencapai harga
maksimum. Beban tangga yang berlangsung cukup lama menimbulkan faktor pembesar
1.
an sebesar 2 ; pertambahan yang sangat cepat menyebabkan faktor pembesaran sebesar
2 Untuk beban yang berlangsung singkat , misalnya, t 1 I T < �' amplitudo perpindah
an maksimum vmaks terutama bergantung pada besarnya impuls yang dikenakan I =
ft�p(t) dt dan tidak dipengaruhi dengan kuat oleh bentuk impuls b eban. Akan tetapi,
faktor pembesaran dinamik D, sangat bergantung pada bentuk beban karena sebanding
lihat dengan membartdingkan kurva-kurva pada Gambar 6-6 pada daerah periode pen
dengan perbandingan luas impuls terhadap amplitudo b eban puncak, seperti dapat di
di mana t::..v menyatakan perubahan kecepatan yang ditimbulkan oleh be ban. Pada pernyata
an ini dapat dilihat bahwa untuk nilai t1 yang kecil perpindahan yang terjadi selama pem
bebanan v(t 1 ) adalah kira-kira sebesar (t 1 )2 sedangkan perubahan kecepatan t::..v kira-kira se
besar t 1 . Dengan demikian, karena impuls juga kira-kira sebesar t 1 , bentuk gaya elastik kv(t)
akan hilang dari pernyataan karena t 1 mendekati nol dan dapat diabaikan untuk pembeban
an yang berlangsung singkat.
Atas dasar ini, dapat digunakan hubungan pendekatan:
m !l.v ==
fi t0
p(t) dt (6-i 7)
atau
!l.v = - fi
1 t p(t) dt (6-18)
m o
RESPONS TERHADAP BEBAN IMPULSIF 77
di mana l t - t 1 . Tetapi karena suku perpindahan v(t 1 ) kecil akan dapat diabaikan dan
=
CONTOH E6-3 Sebagai suatu contoh kegunaan dari rumus pendekatan ini, tinjaulah
respons struktur yang diperlihatkan pada Gambar E6- 2 terhadap pembebanan impulsif
yang ditunjukkan. Dalam hal ini, w = Vkg/W = 3 ,14 rad/s dan f�p(t) dt = 44.48 kN.
Maka, secara pendekatan respons adalah
p( t)
di mana percepatan gravitasi diambil sebesar g = 9,8 m/s2 • Respons maksirnum dihasil
kan bila sin wl 1 , yaitu,
=
Gaya elastik maksimum yang terjadi pada pegas, yang merupakan masalah utama bagi
sarjana struktur, adalah
singkat ini (t1 / T 0.15) analisis kira-kira diharapkan benar-benar dapat diandalkan.
=
SOAL-SOAL
6-1 Tinj aulah sistem dinamik dasar Gambar 3- 1 dengan sifat-sifat sebagai berikut : W =
2,66 9 N (m = Wjg) dan k = 1 75 Nfmm. Asumsikan bahwa sistem tersebut mengalami
impuls setengah gelombang-sinus (Gambar 6-2) dengan amplitudo p0 = 2,224 N dan
lamanya t 1 0. 1 5 s. Tentukan :
=
(b) Gaya pegas maksimum yang ditimbu1kan o1eh pembebanan ini; bandingkan hasil
ini dengan yang dipero1eh me1a1ui penggunaan Gambar 6 -6.
6-2 Suatu impuls segi-tiga yang bertambah secara linear dari no1 sampai nilai puncak di
nyatakan sebagai p(t) = P o (tftd (0 < t < t d .
(a) Turunkan pernyataan untuk respons struktur SDOF terhadap pembebanan ini,
yang mu1ai dari kondisi "keadaan diam".
(b) Tentukan perbandingan respons maksimum
( Rmaks =
Vmaks )
Pofk
' 'k -
= -- Jl
Vmaks a w = w
R m aks
Pofk
6-4 Sistem SDOF dasar Gambar 3 - 1 , yang mempunyai sifat-sifat berikut, k 3,5 k/mm dan =
m = k s 2 /mm, dikenakan sua tu impu1s segi-tiga berbentuk seperti Gambar 6-5 dengan
•
P o = 6 7k dan t1 0, 1 5 T.
=
(a) Dengan menggunakan spektrum kejutan Gambar 6-6 , tentukan gaya pegas maksi-
mum fs maks ·
(b) Dengan menggunakan Pers. (6- 1 9), hitung perpindahan dan gaya pegas maksimum
kira-kira ; bandingkan dengan hasil bagian a.
6-5 Tangki air Gambar 6-la yang dapat diperlakukan sebagai suatu struktur SDOF mem
punyai sifat-sifat sebagai berikut: m = 0.7 k s2 /mm, k = 7 k/mm. Sebagai akibat sua
•
tu 1edakan , tangki mengalami riwayat beban dinamik yang diperlihatkan pada Gambar
6-1 b. Hitunglah momen guling maksimum mt0 kira-kira pada dasar menara dengan
menggunakan Pers. (6-1 4) dan evaluasilah integral impu1s dengan menggunakan aturan
Simpson:
p( l)
46 m
0
· o.o5 · · o.o5 +1 o.o5 +3 o.o5 ·4
I
I I I
(a) (b)
GAMBAR P6-l
BAB
TUJUH
RESPONS TERHADAP
BEBAN DINAMIK YANG UMUM
7-1
Prosedur yang diuraikan pada Bab 6 untuk memperkir;Ikan respons struktur terhadap im
INTEGRAL DUHAMEL UNTUK SISTEM TAK-TEREDAM
puls yang berlangsung-singkat dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan suatu
lah pembebanan umum sembar.ang p(t) yang diperlihatkan pada Gambar 7-1 , khususnya
rumus guna mengevaluasi respons terhadap pembebanan dinamik yang umum. Perhatikan
intensitas pembebanan p(r) bekerja pada waktu t r. Pembebanan yang bekerja selama
=
interval waktu yang singkat dr ini menimbulkan impuls yang berlangsung-singkat p(r) dr
pada struktur, dan Pers. ( 6-19) dapat digunakan untuk mengevaluasi responsnya terhadap
impuls terse but. Harus diperhatikan dengan teliti bahwa walaupun prosedur hanya merupa
kan kira-kira untuk impuls-impuls yang berlangsung terbatas, tetapi ini menjadi teliti karena
lamanya pembebanan mendekati nol. Jadi untuk interval waktu diferensial dr, respons yang
dihasilkan oleh be ban p(T) adalah teliti (untuk t > T)
p(t) dt
dv(t ) = sin w(t - t) (7-1)
mw
Dalam pemyataan ini, suku dv(t) menunjukkan respons diferensial terhadap impuls diferen
sial melalui seluruh riwayat respons untuk t > r; bukan merupakan perubahan v selama in
terval waktu dt.
p(t)
�--->--
Respons dv(t) • (H)
Riwayat pembebanan seluruhnya dapat dianggap terdiri dari serangkaian impuls yang
bentuk Pers. (7 -1 ) Maka, untuk sistem yang elastik secara linear, respons total dapat diper
singkat terse but, yang masing-masing menghasilkan respons diferensialnya sendiri yang ber
.
oleh dengan menjumlahkan semua respons diferensial yang terjadi selama riwayat pem-
,.
80 DINAMIKA STRUKTUR
Persamaan (7-2) umumnya dikenal sebagai in tegral Duhamel untuk sistem tak-teredam. Per
samaan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi respons sistem SDOF tak-teredam tel)ladap
setiap bentuk pembebanan dinamik p(t), sekalipun dalam keadaan pembebanan yang sem
barang, evaluasi haruslah dilakukan secara numerik.
Persamaan (7-2) dapat juga dinyatakan dalam bentuk
Persamaan (7 -3) disebut integral konvolusi ; perhitungan respons suatu struktur terhadap
beban yang sembarang dengan menggunakan integral ini dikenal sebl!gai penentuan respons
melalui domain waktu. Fungsi h (t - r) biasanya dianggap sebagai respons impuls satuan
(dalam keadaan ini ditetapkan untuk sistem tak-teredam), karena fungsi tersebut menyata
kan respons sistem terhadap suatu impuls sebesar satu satuan yang dikenakan pada waktu
t= T.
0 dan pada waktu tersebut struktur dalam keadaan diam. Untuk setiap kondisi awal yang
Pada Pers. (7-2) sebenamya telah diasumsikan bahwa pembebanan dimulai pada waktu
ditetapkan lainnya, v(O) =I= 0 dan v(O) =I= 0, suatu respons getaran bebas tambahan harus di
t =
dievaluasi dengan integrasi biasa Pers. (7-2) atau (7-5). Akan tetapi, dalam kebanyakan ke
Jika fungsi beban yang dikenakan dapat diintegralkan, respons dinamik dari struktur dapat
adaan praktis, pembebanan hanya diketahui dari data eksperimen saja, dan respons haruslah
dievaluasi melalui proses numerik. Untuk analisis seperti ini akan berguna memperhatikan
identitas trigonometrik sin (wt - wr) sin wt cos wr - cos wt sin wr, dan menuliskan
=
1
v(t) sin wt (7-6)
di mana A(t) = -
f' 0
p(r) cos wr dr
- 1
rnw
f'
( 7-7)
B(t) = - p(r) sin wr d-r
rnw 0
Jadi, integrasi numerik dari integral Duhamel membutuhkan evaluasi integral A(t) dan
B(t) secara numerik. Sebagai contoh, tinjaulah bagian pertama dari integral tersebut ; fungsi
RESPONS TERHADAP BE BAN DIN AMIK Y A N G UMUM 81
yang akan diintegrasikaJ! dilukiskan secara grafik pada Gambar 7-2. Untuk memudahkan
perhitungan numerik, fungsi tersebut telah dievaluasi pada pertambahan waktu yang sama
AT, nilai yang berurutan dari fungsi tersebut akan diidentifikasi dengan subskrip yang se
suai. Nilai integPal kemudian dapat diperoleh secara perkiraan dengan menjurnlahkan ordi
nat-ordinat ini yang dikaitkan dengan faktor-faktor beban yang sesuai. Dinyatakan secara
. '
- 1 it y(t) dt At 1
A
CL
A(t) = - = - - (t) (7-8)
mw 0 mw
,
di sini y(T) = p(T) cos WT dan ( 1 /0 1;f menyatakan proses penjurnlahan secara nurnerik,
bentuk spesifik ini akan bergantung pada orde integrasi perkiraan yang digunakan. Untuk
tiga prosedur perkiraan dasar, penjurnlahan-penjurnlahan dilakukan sebagai berikut :
Penjurhlahan sederhana (C = 1) :
A
L (t) =
Yo + Y1 + Y2 + · · · + YN- 1 (7-9a)
1
Aturan trapesoidal (C
A
= 2) :
L (t) =
Yo + 2yl + 2y2 + ... + 2YN- l + YN (7-9b)
2
Aturan Sirnpson {C 3) :
A
4yl + 2y2
=
L; (t) =
Yo + + ... + 4YN - l + YN (7-9c)
3
p(T)
p(T) COS WT
= y(T)
dapat diperoleh perkiraan integral untuk waktu yang spesifik t yang ditinjau. Akan tetapi,
biasanya seluruh riwayat respons lebih diperlukan daripada semata-mata perpindahan dalam
AT (atau 2 AT
waktu yang spesifik; dengan kata lain, respons haruslah dievaluasi secara berurutan dalam
urutan waktu t1 , t2 , • • • , di mana interval di antara waktu-waktu ini adalah
jika digunakan ·atutan Sirnpson). Untuk menentukan riwayat respons yang lengkap tersebut,
82 DINAMIKA STRUKTUR
p(t)
-430 k "'·
I
I .""'
I .,
I
1- 0.025s .l-o.025s �
Riwayat pembebanan
- rs
akan lebih tepat dengan menyatakan penjwnlahan pada Pers. (7-9) dalam bentuk pertam
bahan :
Penjwnlahan sederhana (( = 1) :
A A
2: (t ) = 2: (t - L\-r) + p(t - M) cos w(t - L\t) (7-IOa)
I 1
Aturan Simpson (� = 3) :
211-r) +
A A
lisasi dari struktur dan pembebanan ledakan diperlihatkan pada Gambar E7- l . Untuk
ledakan telah dihitung untuk memperlihatkan evaluasi numerik integral Duhamel. Idea
Pertambahan waktu yang digunakan dalam integrasi numerik adalah AT = 0,005, yang
sesuai dengan pertambahan sudut pada getaran bebas sebesar wAT = 0.1 5 rad (barang-
RESPONS TERHADAP BEBAN DINAMIK YANG UMUM 83
kali pertambahan yang lebih ·besar akan memberikan hasil-hasil yang sama-sama me
muaskan). Dalam analisis tak-teredam ini, digunakan penjumlahan aturan Simpson ; ka
rena itu faktor � = 3 telah digunakan pada Pers. (7-1 0) hingga (7- 1 2).
Penyelesaian dengan tangan sebanyak 1 0 tahap yang pertama respons tak-teredam
diperlihatkan dalam format tabel sederhana pada Tabel E7- 1 (lihat hal. 1 06). Operasi
yang dilakukan pada masing-masing kolom umumnya kelihatan dari label di bagian atas.
AA dan M menunjukkan penjumlahan kolom 7 (atau kolom 1 2) dengan mengelom
pokkan tiga suku seperti ditunjukkan oleh tanda kurung (brace). Kolom 1 7 adalah suku
yang terdapat dalam tanda kurung persegi dari Pers. (7-1 2), dan perpindahan yang di
berikan pada kolom 1 8 diperoleh dengan mengalikan kolom 1 7 dengan G = �r/m wt.
Gaya-gaya pada kolom terakhlr diberikan oleh fs = kv(t). Perlu dicatat bahwa penye
lesaian ini dikerjakan dengan mistar hltung, sehingga hasil-hasil akhlr, yang memerlu
kan selisih bilangan yang besar, adalah agak kasar.
Karena pembebanan ledakan berakhlr pada akhlr ke- 1 0 tahap waktu ini, nilai A
dan ini di
li selalu konstan setelah waktu tersebut. Jika nilai-nilai konstanta integral
beri simbol A * dan B * , getaran bebas yang mengikuti beban ledakan diberikan o1eh
[lihat Pers. (7 -6) 1
Turunan dari persamaan integral Duhamel yang menyatakan respons suatu sistem teredam
terhadap pembebanan dinamik yang urnurn sepenuhnya ekivalen dengan analisis tak-te
redam kecuali kalau respons getaran bebas dimulai dengan impuls be ban diferensial p(r) dr
yang memenuhi penurunan eksponensial. Jadi dengan menetapkan u(O) = 0 dan mengambil
v(O) = (p(r) dr] /m pada Pers. (3-26) akan diperoleh
di sini penurunan eksponensial segera mulai setelah be ban dikenakan pada waktu t = r.
Dengan menjurnlahkan suku-suku respons diferensial ini melalui seluruh interval pembeban
an kemudian diperoleh
v( t) = -1- f'
mwv o
p(<)e-{ro(r-t) sin Wv(t - <) dT 1
(7- 4)
Untuk evaluasi nurnerik respons sistem tak-teredam, Pers. (7 - 1 4) dapat dituliskan dalam
bentuk yang sama dengan Pers. (7-6 ) :
Tabel E7-1 ANALISIS NUMERIK INTEGRAL DUHAMEL DARI STRUKTUR PADA GAMBAR E7-1 (Tak-Teredam)
OJ AT
G-
= mOJI; = 1.852 10 - 5 k = 2,700
-w = 30 rad/s
0> - ,J/kg
_ AT = 0.005 s AT = 0.15 rad = 8.59" X kip(f2
Evaluasi A .Evaluasi B
k
/,(T)
X
G
v{T)
ngali AA A AB B
Pe- Pe- (9) X (14) X X
-- --- --- --- ----- --- --- - -- --- --- ---� --- --- --- ---
('(T),
���)
(4) (6) (3) ngali (1 1) (3) (4) (16)
1-
(I) (2) (3) (4) (S) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13). (14) (IS) (16) (17) (18)
}} )}
0.000 0 0 1.000 0 I 0 0 0 I 0 0 0 0 0 0
I
0.005 19.32 O.ISO 0.989 19.09 4 76.4 1 13.3 2.9 4 1 1 .6 23.0
0.010 38.64 0.295 O.QSS 36.9 I 36.9 1 1 3.3 1 1 .4 1 1 .4 23.0 33.4 22.0 1 1 .4 0.0002 0.57
}} }}
O.OIS S1.96 0.43S 0.901 52.1 4 208.4 309.1 2S.2 4 100.8 IS5.8
0.020 77.28 0.564 0.826 63.8 I 63.8 422.4 43.6 I 43.6 178.8 238.2 147.8 90.4 0.0017 4.S2
0.02S 96.60 0.677 0.736 71.1 4 284.4 396.2 61.5 4 270.0 374.1
0.030 77.28 0.783 0.622 48.0 I 48.0 818.6 60.S I 60.S 552.9 641.0 344.2 296.8 0.0055 14.84
} }
0.035 S1.96 0.870 0.493 28.5S 4 1 14.2 1 76.2 50.5 4 202.0 298.S
0.040 38.64 0.932 0.363 14.03 I 14.0 994.8 36.0 I 36.0 8SI.4 928 309.6 618 0.0114 30.9
o·
�ll�-
0.045 19.32 0.976 0.220 4.25 4 17.0 3 1 .0 18.9 4 75.6
0.050 0.997 0.0115 0 I 0 1,025.8 0 I 0 963.0 1,022 69 953 0.0176 47..6
t:l
z
>
::::
f,:1
>
en
>-3
pj
c::
�
>-3
c::
pj
RESPONS TERHADAP BEBAN DINAMIK Y ANG UMUM 85
'
J
1 e�"''
A(t) = --
"" cos w0-r dr
p(r) -,-
m w0 0 e'
J'
(7-17)
1 e�"''
B( t ) = -� p(t ) -,- sin w0-r dr
mw0 0 e' "''
I ntegral-integral ini dapat dievaluasi melalui suatu pertambahan proses penjumlahan yang
ekivalen dengan yang digunakan sebelumnya tetapi dengan memperhitungkan penurunan
eksponensial pada proses. Integral yang pertama diberikan oleh
A(t) =
.6_-r 1 A
-- L(t) (7-18)
m w0 ( ,
di mana penjumlahan-penjumlahan dapat dinyatakan untuk proses yang berbeda yang di
1):
bicarakan sebelumnya sebagai berikut :
Penjumlahan sederhana (� =
� (t ) = [� J
( t - .6.-r) + p(t - .6.-r) cos w0(t - .6.-r) exp ( - �w .6.t") (7-19a)
Aturan trapesoidal (� = 2) :
� (t) = [t J
(t - .6.-r) + p(t - .6.-r) cos w0(t - .6.-r) exp ( - �w i1:r)
� (t) [� (t
= J
- 2.6.-r) + p(t - 2.6.-r) cos w0(t - 2.6.-r) exp ( - �w 2.6.-r)
+ 4p(t - .6.-r) cos w0(t - .6.r) exp ( - �w .6.-r) + p(t) cos w0t ( 7-19c)
Suku B(t) diberikan oleh pernyataan serupa yang mencakup fungsi-fungsi sinus.
Ketelitian penyelesaian yang akan diperoleh dari setiap proses numerik tentu saja ber
gantung pada panjang interval waktu t:.r. Pada umumnya, interval ini harus dipilih cukup
pendek untuk fungsi beban maupun fungsi-fungsi trigonometrik yang ingin ditentukan
dengan baik; t:.r � T/ 1 0 adalah aturan yang umum dilakukan yang biasanya memberikan
hasil-hasil yang memuaskan. Ketelitian dan usaha perhitungan akan bertambah dengan ber
tambahnya tingkat proses penjumlahan ; sebagai aturan yang umum, ketelitian prosedur
aturan Simpson yang meningkat membenarkan kegunaannya walaupun kompleksitas nu
meriknya akan bertambah.
E7-1
cara tepat ke dalam evaluasi numerik integral Duharnel, analisis respons dari sistem
Gambar telah diulangi dengan menggunakan perbandingan redam � = 5 persen.
(7-19c)
Integral-integral juga telah dievaluasi dengan penjumlahan aturan Simpson ; karena itu
telah digunakan Pers. (pasangan fungsi sinusnya). Untuk sistem yang teredam
ringan ini, frekuensi teredam telah diambil sarna dengan frekuensi tak-teredam.
E7-2.
Penyelesaian dengan tangan untuk 1 0 tahap yang pertama dari respons teredam di
berikan pada Tabel Faktor penurunan eksponensial, yang menggambarkan efek
peredaman, telah digabung dengan pengali-pengali aturan Simpson untuk memudah
kan. Faktor exp ( -�w 2t:.r) memenuhi nilai integral A (a tau B) yang ada ditambah
Data soal pada Gambar E7-l dan Tabel E7-l , dengan pereoaman 5%, pengali adalah exp( -2�w ar) = exp(O.O l 5 ) = 0.985 dan
4 exp(- �w ar) = 4 exp( -0.0075) = 3.97
Evaluasi A Evaluasi B
fs(T)
v(T) k X
p(r),
(6) X (11) X
Pe- Pe- (10) + G X
OJT
(2) X (5) (2) X (10) (9) X (14) X (15) - (18),
T, s kip ngali (5) + A or (7) A ngali B B (17), ft kip
(I) (6)
sin cos rur (4) (3) atau(12J (3) (4) (16)
(2) (3) (4) (5) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
-- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- --- ---
1
0.015 57.96 0.435 0.901 52.1 3.97 207 25.2 3.97 100
0.020 77.28 0.564 0.826 63.8 0.985 4iii 475 418 43.6 0.985 221.0 218 177.4 236 147 89 0.0016 4.45
0.025 96.60 0.677 0.736 71.1 3 .97 282 67.5 3.97 268
0.030 77.28 0.783 0.622 48.0 0.985 853 840 805 60.5 0.985 606 596 546 630 340 290 0.0054 14.50
0.035 57.96 0.870 0.493 28.6 3.97 1 1 3.2 50.5 3.97 200
0.040 38.64 0.932 0.363 14.0 0.985 981 966 967 36.0 0.985 868. 854 832 900 302 598 0.01 1 1 29.9
0.045 19.32 0.976 0.220 4.25 3.97 ... 16.9 18.9 3.97 .. 75
0.050 0 0.997 0.07 1 5 0 0.985 ... ... 983 0 0.985 929 981 66 915 0.0169 45.7
-
0
z
>
:::
�
>
CJJ
"'
�
c::
�
"'
c::
�
RESPONS TERHADAP BEBAN DINAMIK Y ANG UMUM 87
Maka ketiga suku ini membentuk A (t) yang barn yaitu kolom 8 (t - Ar) ditambah ko
lom 5 (t). Demikian pula
B(t ) = kol. 1 3 (t - 2!\t) + kol. 13 (t -. Llt) + kol. 5 (t)
Karena sisa dari analisis seluruhnya sama dengan yang dibutuhkan untuk sistem tak
teredam, peredaman tidak menimbulkan pertambahan usaha perhitungan yang besar.
tung dengan komputer digital untuk 46 tahap waktu diberikan pada Gambar E7-2. Di
Plot dari riwayat gaya elastik dalam keadaan teredam dan tak-teredam yang dihi
sini terlihat bahwa peredaman mempunyai pengaruh yang kecil sehlllla bagian pertama
\ dari respons tetapi menyebabkan pengurangan yang nyata pada respons maksimum dan
sesudah itu respons terns berkurang. I II I
1A;-- Be�
100
an ledakan
80
I \ �
I
60
\ ll'
Q.
:;;:
I \ J "·�
I "- '\
40
�
I/ \ \
20
�"
;;
\� /I
0
a
0
g. -20
�
"
» -40
"
/ ". ' o--t = 5%
/7
"
-60 "\:.'-----·"'V
� ./
Tak-teredam
-80 I
- 1 00
0 0.05 0. 1 0 0. 1 5 0.20 0.25
Waktu, s
Pendekatan domain frekuensi ini konsepnya mirip dengan prosedur analisis be ban periodik
yang diutarakan pada Bab 5. Kedua metode ini memerlukan pernyataan pembebanan yang
dikenakan dalam bentuk komponen harmonik, mengevaluasi respons dari struktur terhadap
masing-masing komponen, dan kemudian melakukan superposisi respons harmonik untuk
memperoleh respons struktur total. Walaupun demikian, untuk menggunakan teknik beban
periodik dalam pembebanan yang sembarang,jelas membutuhkan fungsi-fungsi nonperiodik.
p( l )
/'
/' I \
\. /
I I
( I\ / • I
garis penuh. Akan tetapi, terlihat b ahwa beban-beban buatan yang berulang dapat dielimi
nasi dengan memperpanjang periode be ban menjadi tak hingga. Jadi perlu untuk merumus
kan kembali pernyataan deret Fourier sehingga memanj ang sampai daerah waktu yang tak
hingga. Untuk bagian yang terakhir, akan lebih memudahkan dengan menuliskan kembali
Pers. (5-6) dan (5-7) dalam bentuk yang dimodifikasi sedikit, dengan menggunakan notasi
yang ditetapkan sebagai berikut :
TP
_ = ro1
2n
=
ll.w
=
2n
TP
nw1 = n ll.w w.
-)
- c w.
1
= - c(w.
=
ll.w -
c. ( )
2n
Dengan simbol yang baru ini, persamaan-persamaan deret Fourier (5 -6) dan (5-7) akan men
j adi
p(t) =
ll.w
� c(w.) exp (iw.t) (7-20)
2n L..,
n= -
oo
(7-21)
di mana telah diambil manfaat dari kenyataan bahwa batas-batas integral adalah sembarang
yang sedemikian panjangnya sehingga persamaan-persamaan ini membentangkan satu perio
de beban yang lengkap.
Sekarang jika periode beban diperpanjang menuju tak hingga (Tp --)- )
oo , pertambahan
frekuensi menjadi sangat kecil (�w --)- dw) dan frekuensi diskrit Wn menjadi fungsi yang
kontinu. Jadi dalam limit, pernyataan deret Fourier Pers. ('7-20) menjadi integral Fourier
yang beriku t:
p(t) = _!_
....? n
JooCi.i = - oo
.
c(w) exp (iWI) dw (7-22)
Kedua integral Pers. (7-22) dan (7-23) dikenal sebagai pasangan transformasi Fourier karena
fungsi waktu dapat diturunkan dari fungsi frekuensi atau sebaliknya dengan proses-proses
yang ekivalen. Kondisi yang dibutuhkan untuk perluasan transformasi Fourier adalah inte
gral
J_""oo I p(t) i dt
RESPONS TERHADAP BEBAN DINAMIK Y ANG UMUM 89
Secara analog dengan pernyataan deret Fourier Pers. (7-20), integral Fourier Pers. (7-22)
yang terhingga.
monik yang tak hingga, di mana (l/27T)c(w) menyatakan amplitudo per satuan w dari kom
dapat diinterpretasikan sebagai pernyataan beban sembarang dari sejurnlah komponen har
kompleks H(w) maka diperoleh amplitudo per satuan w dari komponen respons pada fre
ponen beban pada frekuensi w. Dengan mengalikan ini dengan fungsi respons frekuensi
v(t) = 1
I "' (iWt) dw
2 n: J w :
-
oo
H(w)c(w) exp (7-24)
c(w) dari pembebanan tertentu dengan menggunakan Pers. (7-23), dan menggunakan fungsi
Untuk menerapkan prosedur frekuensi domain ini, perlu mengevaluasi komponen harmonik
respons frekuensi kompleks untuk suatu struktur SDOF yang diberikan oleh Pers. (5- 1 ) .
CONTOH E7-3 Sebagai contoh analisis respons melalui domain frekuensi, perhatikan
pembebanan impuls segi-empat Gambar 6 4 : p(t) = p0 dalam interval 0 < t < t1 , kalau
pembebanan tidak nol. Transformasi Fourier [Pers. (7-23)] dari fungsi beban ini ada
lah
c(w) = P�- [exp ( - iwt) - 1]
- lW
(a)
pleks Pers. (5- 1 ) ke dalam Pers. (7-24) diperoleh respons dalam bentuk integral
Dengan mensubstitusikan pernyataan be ban ini serta pernyataan respons·frekuensi-kom
I Wv
·
v(t) = 2nk
- [ f "' - iroJl(t 1 - r) f oo eiroJlr
J
e
d{J -
d{J (b)
- oo fJ(fJ - Yt )({J - Yz) - oo
fJ({J - Yt )({J - Yz )
di mana Y1 =
�i + J1 - e (c)
Kedua integral Pers. (b) dengan mudah dapat ditentukan melalui integrasi kontur da
lam bidang kompleks {3, yang menghasilkan
0 t< 0
X {[ e - �"'1 1 (
sin Wvt l -
�1
�e COS Wvtl ) (d)
+
e
�1 - e
J sin Wv(t - tl )
+ 1 - e - �ror,
[ ( cos Wvt1 +
�1 � ez
sin Wvt l
)]
x cos wv(t - t1)} t > tl
r
90 DINAMIKA STRUKTUR
main waktu [Pers. (6 7b) dan (6-8)] kalau peredaman tidak termasuk dalam. analisis
-
Hasil-hasil ini ekivalen dengan yang diperoleh sebelumnya dengan analisis melalui do
ini. IIII
p(tm) = �: � (
c(w.) exp 2ni ';) (7-25)
di sini frekuensi tertinggi yang akan ditinjau telah diambil secara sembarang pada (N - 1)
t:.w.
Pernyataan diskrit yang sesuai untuk fungsi amplitudo c(wn) dapat diperoleh dengan
hanya mensubstitusikan jumlah deret terhingga dengan suku-suku diskrit untuk integral
Pers. (7-2 1), dengan hasil yang berikut:
c(w.)
N- 1
(nm
= M L p(tm) exp - 2ni -
m=o N
) (7-26)
Persamaan (7-25) dan (7 -26) adalah pasangan DFT yang sesuai dengan transformasi kontinu
Pers. (7-22) dan (7-23). Bila digunakan transformasi yang diskrit, perlu diingat bahwa trans
formasi ini didasarkan pada asumsi bahwa be ban adalah periodik. Guna meminimumkan ke
salahan-kesalahan dalam analisis beban-beban periodik, periode beban dapat diperpanjang
dengan memasukkan interval beban nol yang sesuai ke dalam periode Tp ; j adi, riwayat be
ban yang dihasilkan akan terlihat seperti pada Gambar 7-3 .
manjang sampai daerah � Hanya nilai-nilai m dan n yang diskrit yang digunakan dalam
0
eksponensial, dan keuntungan septmuhnya dapat diambil dari duplikasi nilai-nilai yang di
hasilkan bila dibentuk jumlah-jumlah yang DFTo Walaupun perlu untuk menjelaskan secara
panjang-lebar pengkodean komputer guna membicarakan perumusan yang optimum dari
analisis DFT secara lengkap, yang mana adalah di luar lingkup pengantar yang singkat ini,
akan berguna untuk memperlihatkan sesuatu tentang konsep yang mendasari cara Transfor
masi Fourier Cepat (Fast Fourier Transform - FFT)o Ini merupakan prosedur komputer
yang relatif baru dan efektif, serta berkemampuan tinggi sehingga perhitungan secara pen
dekatan domain frekuensi bersaing dengan analisis domain waktu yang tradisional dan de
ngan demikian merupakan perubahan yang cepat dalam bidang dinamika strukturo
Untuk maksud pembahasan ini, salah satu dari kedua pasangan DFT bisa dinyatakan
dengan
N- 1
B.. = L A.wN•m (7-27)
n=O
di mana (7-28)
Evaluasi jumlah akan menjadi paling efisien jika bilangan pertambahan waktu N ke dalam
mana periode beban Tp dibagi adalah M pangkat 2, yaitu,
N = M2
Dalam hal ini, bilangan bulat m dan n dapat dinyatakan dalam bentuk biner
m = mo + 2m l + 4m2 + 0
0 0 + 2 M - I mM :_ I (7-29)
M I
n = no + 2n l + 4n2 + 0 0 0
+ 2 - nM - I
di mana nilai-nilai koefisien m1 dan n1 adalah 0 atau 1 . Dengan notasi biner ini, Perso (7-27)
dapat dituliskan
I I I I
o )(no + 2 n 1 + )
A(n) W�mo + 2 m 1 + 4m2 +
o o o o
B(m) = L L L L
0
(7-30)
no= O nt = O n2 = 0 IIM - t = O
Keuntungan dari notasi biner akan ditunjukkan dengan memperhatikan keadaan yang
sangat sederhana di mana periode beban hanya dibagi menjadi delapan pertambahan waktu,
yaitu, N 8 dan M = 30 Dalam keadaan ini, Perso (7-3 0) menjadi
=
I I I
B(m) = L L L
no= O nt = O n2=
A(n)
' 8
W <mo + 2 m, + 4m>)(no+ 2 n1 +4n2) (7-3 1 )
0
Akan tetapi, suku eksponensial di sini dapat dituliskan
Selain itu, suku pertama pada ruas kanan sama dengan satu karena
s
Ws (inteser) = exp [2n i(s/s)(integer)] =
1
Jadi, hanya tiga suku yang tinggal yang perlu ditinjau dalam penjumlahano lni dapat dilaku
kan dengan mudah secara berurutan, yaitu dengan memberikan notasi yang baru untuk me
nunjukkan urutan langkah proses penjumlahano Jadi langkah pertama akan dinotasikan
I
1
B(m o,ln t , m z) = 2 A z(m o , m t, n o) Ws"o(4m2 + 2m, +mo)
no = O (7-32c)
Proses ini efisien terutama karena hasil dari satu langkah segera dapat digunakan pada lang
kah berikutnya (dengan demikian meminimumkan kebutuhan akan penyimpanan) dan juga
karena eksponensial pada suku pertama dari masing-masing penjumlahan mempunyai nilai
satu . Selanjutnya menyimpan hasil dari sifat dasar eksponensial yang harmonik, yaitu, U1 =
SOAL-SOAL
7-1 Sistem tak-terectam Gambar P7-la ctikenakan pembebanan setengah gelombang-sinus
Gambar P7-l b . Hitunglah riwayat gaya pegas fs (t) untuk waktu 0 < t < 0.6 s melalui
evaluasi numerik integral Duhamel ctengan AT = 0 . 1 menggunakan :
(a) Penjum1ahan secterhana (t = 1 )
(b ) Aturan trapesoictal ( t = 2)
(c) Aturan Simpson (t = 3 )
Banctingkan hasil-hasil ini ctengan yang ctipero1eh melalui Pers. ( 6- 1 ) yang.ctievaluasi pa
cta pertambahan waktu yang sama yaitu 0.1 s.
444 N
m = 42 9 kg
r--6 @ 0. 1 2 = 0.72 s �
(a) (b)
GAMBAR P7-2
BAB
DELAPAN
Dalam analisis struktur yang dikenakan beban dinamik sembarang, integral Duhamel atau
analisis domain frekuensi yang diuraikan pada Bab 7 biasanya merupakan teknik penyelesai
an yang paling mudah. Akan tetapi, harus ditekankan bahwa karena prinsip-prinsip super
posisi digunakan dalam penurunan kedua prosedur ini, cara tersebut dapat dipakai hanya
terhadap sistem linear, yaitu sistem yang sifat-sifatnya selalu konstan selama proses. Sebalik
nya, banyak terdapat tipe soal struktur-dinamik yang tidak dapat diasumsikan menjadi li
near, misalnya respons sebuah bangunan terhadap gerak gempa bumi yang cukup kuat un
tuk menyebabkan kerusakan yang serius. Karenanya, perlu untuk mengembangkan metode
analisis lainnya yang sesuai untuk sistem nonlinear.
Barangkali teknik yang paling ampuh untuk analisis nonlinear adalah prosedur integrasi
bertahap. Dalam pendekatan ini respons dievaluasi untuk serangkaian pertambahan waktu
yang singkat D.t, yang biasanya diambil sama lamanya guna memudahkan perhitungan. Kon
disi kesetimbangan ditetapkan pada awal dan akhir masing-masing interval, dan gerak sistem
selama pertambahan waktu dievaluasi secara kira-kira berdasarkan suatu mekanisme respons
yang diasumsikan (biasanya dengan mengabaikan kekurangsetimbangan yang mungkin ter
jadi selama interval). Sifat nonlinear dari sistem di sini diperhitungkan dengan menghitung
sifat-sifat yang cocok untuk keadaan deformasi pada awal masing-masing pertambahan wak
tu. Respons yang lengkap diperoleh dengan menggunakan kecepatan dan perpindahan yang
diperhitungkan pada akhir salah satu interval perhitungan sebagai kondisi awal untuk inter
val berikutnya;jadi proses dapat dilanjutkan tahap demi tahap dari permulaan pembebanan
sampai sembarang waktu yang diinginkan, dengan memperkirakan kelakuan nonlinear se
bagai serangkaian sistem linear yang berubah secara berturut-turut.
Struktur yang akan ditinjau dalam pembahasan ini ialah sistem SDOF yang diperlihatkan
pada Gambar 8-Ia. Sifat-sifat sistem, m , k, c, dan p(t), dapat menyatakan besaran-besaran
tergeneralisasi, seperti dikemukakan pada Bagian S-2, yaitu sebagai pengganti efek seder
hana yang dilokalisasi yang tercantum pada sketsa. Gaya-gaya yang bekerja pada massa sis
tem ditunjukkan pada Gambar 8-Ib , dan karakteristik nonlinear yang umum dari gaya pe
gas dan gaya rectam ctitunjukkan pacta Gambar 8-lc dan d, sectangkan suatu beban yang cti
kenakan sembarang ctisketsa pacta Gambar 8-Ie.
Pacta waktu yang sesaat t, persyaratan kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja pacta mas
sa m actalah
fit) + fD(t) + fs(t) = p(t) (8- l a)
94 DINAMIKA STRUKTUR
Sedangkan untuk waktu singkat yang berikutnya flt persamaan akan menjadi
di mana telah diasumsikan bahwa massa selalu konstan, dan faktor-faktor c(t) dan k(t) ma
sing-masing menunjukkan sifat-sifat redam dan kekakuan yang sesuai dengan kecepatan dan
perpindahan yang terjadi selama interval waktu seperti dinyatakan pada Gambar 8- l c dan d.
Dalam praktek, kemiringan garis potong yang ditunjukkan dapat dievaluasi hanya dengan
cara iterasi karena kecepatan dan perpindahan pada akhir pertambahan waktu tergantung
dari sifat-sifat ini; atas dasar ini kemiringan garis singgung yang ditetapkan pada permulaan
interval waktu sering digunakan sebagai gantinya:
(df�)v (dfs)
c(t) =
d 1
k(t) =
dv 1
(8-4)
f- v(t)
p(t)
(a) (b)
fs (v)
fo (r + !!.1) 1--.-----.,;r
fs <r + !l.t) f---,-----v
Kemiringan = k(t)
fv (t) f---'--�._,. fs (1 ) J---L-----f
(c) (d)
p(t)
(e)
GAMBAR 8-1 Definisi sistem dinamik non-linear : (a) struktur SDOF dasar; (b) kesetimbangan gaya; (c)
peredaman non-linear ; (d) kekakuan non-linear ; (e) beban yang dikenakan.
ANALISIS RESPONS STRUKTUR N O N LINEAR 95
Dengan mensubstitusikan pernyataan gaya Pers. (8-3) ke dalam Pers. (8-2) diperoleh bentuk
akhir persamaan kesetimbangan yang bertambah untuk waktu t :
m M(t) + c(t) Av(t) + k(t) Av(t) =
fJ.p(t) (8-5)
Sifat-sifat bahan yang ditinjau pada tipe analisis ini bisa mencakup setiap bentuk yang
nonlinear. Jadi, gaya pegas fs tidak perlu tergantung hanya dari perpindahan, seperti pada
bahan elastik yang nonlinear. Suatu bahan histeretik yang nonlinear juga dapat ditentukan,
di mana gaya tersebut tergantung dari riwayat deformasi yang telah lewat serta nilai arus
perpindahan. Persyaratannya ialah bahwa sifat-sifat kekakuan harus ditetapkan secara leng
kap baik dengan deformasi yang telah lewat maupun keadaan ·arusnya. Selain itu, di sini
jelas bahwa asumsi implisit dari massa yang konstan adalah sembarang: jadi harus juga di
nyatakan sebagai suatu besaran yang bervariasi menurut waktu .
Percepatan
(iinear)
P(t) =r
Kecepatan
(kuadrat)
i'( t ) =r
Perpindahan
(kubik) T Adtl
F(I ) � -- --:- - - �� - ll
F t + At
GAMBAR 8-2 Gerak sistem selama
pertambahan waktu (didasarkan pa
da percepatan linear).
96 DINAMIKA STRUKTUR
Sekarang akan mudah untuk menggunakan perpindahan tambahan sebagai variabel da
sar analisis; jadi Pers. (8-6a) diselesaikan untuk percepatan tambahan, dan pernyataan ini
disubstitusikan ke dalam Pers. (8-6b) untuk memperoleh:
Dengan mensubstitusikan Pers. (8-7) ke dalam Pers. (8-5) diperoleh bentuk persamaan gerak
yang berikut :
m
l\t 2 £\v(t) �l\t V(t) - 3ii(t). J c(t) [I.l\t l\v(t) - 3V(t) ii(t)]
[_i_ - + - M
2
k(t) l\v(t) l\p(t)
+ =
Akhimya dengan memindahkan semua suku yang berhubungan dengan kondisi awal yang
telah diketahui ke ruas kanan diperoleh
l\p(t) l\p(t)
= + m [:t V(t) 3ii(t)J c(t) [3V(t)
+ + + �t ii(t)J (8-9b)
Akan terlihat bahwa Pers. (8-8) ekivalen dengan hubungan kesetimbangan tambahan
statik, dan perpindahan tambahan bisa diselesaikan dengan membagi beban tambahan de
ngan kekakuan. Kekakuan dinamik diperhitungkan dengan memasukkan efek inersia dan
peredaman ke dalam hubungan beban efektif dan kekakuan. Sesudah Pers. (8-8) diselesai
kan untuk pertambahan perpindahan, nilai ini disubstitusikan ke dalam Pers. (8-7 b) untuk
memperoleh kecepatan tambahan. Kondisi untuk tahap waktu berikutnya kemudian diper
oleh dari penjurnlahan nilai-nilai tambahan ini dengan kecepatan dan perpindahan pada per
mulaan tahap waktu.
Prosedur analisis numerik ini mencakup dua perkiraan yang penting: (1) bahwa per
cepatan berubah-ubah secara linear dan (2) bahwa sifat-sifat redam dan kekakuan selalu
konstan selama tahap waktu. Pada umumnya, tak satupun dari asumsi ini benar secara ke
seluruhan, sekalipun kesalahannya kecil jika tahap waktu singkat. Oleh karena itu kesalah
an-kesalahan biasanya akan timbul dalam hubungan kesetimbangan tambahan yang mungkin
cenderung berakumulasi dari tahap demi tahap, dan akumulasi ini harus dihindari dengan
menentukan kondisi kesetimbangan total pada masing-masing tahap analisis. Ini dapat di
selesaikan secara mudah dengan menyatakan percepatan pada permulaan tahap waktu da
lam bentuk beban luar total dikurangi peredaman total dan gaya elastik.
Untuk setiap pertambahan waktu yang tertentu, prosedur analisis terdiri dari operasi-operasi
yang berikut :
1 Kecepatan awal dan nilai perpindahan v(t) dan v (t) diketahui, baik dari nilai pada
akhir pertambahan yang terdahulu maupun sebagai kondisi awal dari soal.
2 Dengan nilai-nilai ini dan sifat-sifat nonlinear yang ditetapkan dari struktur, pe
redaman c(t) dan kekakuan k(t)untuk interval terse but, demikian pula arus peredama
an fv (t) dan gaya elastik f8(t) akan diketahui, misalnya Gambar 8-lc dan d.
ANALISIS RESPONS STRUKTUR N O N LINEAR 97
p(l)
l{���� · m· s �
( <o
W)
I P�P�P� '
•
'�
.
Riwayat pembebanan
k(t) = k(t) + --
6
(0. 1 )
2 m +
3
-
0. 1
c = 66 + k(t)
mulur. Juga pembebanan tambahan efektif diberikan oleh [lihat Pers. (8-9b )]
di mana k(t) adalah 5 kip/in atau nol, sesuai dengan kerangka apakah e1astik atau
Suatu susunan tabel yang sederhana untuk perhitungan dengan tangan diperlihatkan
pada Tabel E8- 1 (lihat halaman 99) .
Untuk sistem elastoplastik ini, kel'akuan respons berubah secara drastis pada saat
pemuluran mulai dan berhenti, dan untuk memperoleh ketelitian yang paling baik, per
lu dilakukan pembagian atas masing-masing pertambahan waktu yang mencakup per
ubahan fase sedemikian rupa sehingga menjadi dua sub-pertambahan. Sifat-sifat ter
sebut kemudian akan konstan selama sub-pertambahan, dan analisis menjadi cukup te
pat ; akan tetapi, diperlukan suatu prosedur interatif untuk menetapkan panjang sub
pertambahan. Dalam analisis ini, tidak digunakan penyempurnaan tersebut. Kekakuan
awal telah diasumsikan berlaku untuk seluruh pertambahan, dan dengan demikian ke
salahan-kesalahan yang berarti mungkin telah timbul selama transisi fase .
Respons elastoplastik dinamik yang telah dihitung pada Tabel E8- 1 diplot pada
Gambar E8-2, ui mana respons selama fase mulur diperlihatkan sebagai sebuah garis
titik-titik. Perbandingan respons elastik linear yang diperoleh melalui analisis bertahap
juga digambarkan tetapi dengan k = 7 1 dan f8 = Sv untuk seluruh perhitungan. Efek
pemuluran plastik jelas kelihatan dalam perbandingan ini; tempat permanen (posisi
kira-kira terjadinya getaran bebas berikutnya dari sistem nonlinear) kira-kira sama de
ngan 1 .49 m.m. Untuk menunjukkan sifat pembebanan , diperlihatkan pula perpindah-
>
z
>
t"'
§
"'
�
t'J
Cll
"'
0
z
"'
"'
...,
�
Tabel E8- l ANALISIS RESPONS NONLINEAR : METODE BERTAHAP PERCEPATAN LINEAR
c::
:;<;
Struktur dan pembebanan pada Gambar E8-l
...,
fr c::
jj k �
liv
(9) +
lip
fs fn 66 + (12) + z
(2) - liv (16) -
p, (10 +
0
(5) - (17) ..:
k
JO X
z
t, s kip v, in. ti, in./s 5vt 0.2,; (6) (7) lip 6.6v 0.310 ( 1 1) (13) (14) 30liv 3ai 0.05v (18)
-- -- --- --- --- --- --- --- --- -- --- --- --- ---
t"'
(I) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) ( 1 1) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
z
0.0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 5 71 0.070 2. 1 1 0 0 2. 1 1
t'J
0. 1 5 0.070 2. 1 1 0.35 0.42 4.23 42.3 3 1 3.92 13.12 30.04 5 71 0.423 12.68 6.33 2. 1 1 4.24
-I
Ot >
0.2 8 0.493 6.35 2.46 1 .27 4.27 42.7 41 .90 13.25 54. 1 5 5 71 0.763 22.88 19.06 2.14 1 .68
�
0.3 7 1 .256 8.03
5
6 1 .61 - 0.61 - 6. 1 -2 53.02 - 1 .89 49. 1 3 66 0.744 22.33 24.08 - 0.30 - 1 .45
0.4 2.000 6.58 6 1 . 32 - 2.32 - 23.2 -2 43.43 - 7.19 34.24 0 66 0.519 15.51 19.74 - 1 .16 - 3 .01
0.5 3 2.519 3.57 6 0.71 - 3.71 - 37 . 1 -I 23.56 - I 1 .50 1 1 .06 0 66 0.168 5.02 10.72 - 1 .85 - 3.85
0.6 2 2.687 - 0.28 - 0.06 - 3 .94 -I - 0.212 - 6.36
I
6 - 39.4 - 1 2.22 - 1 5.07 5 71 - 0.84 - 1 .97 - 3.55
-I
- 1.85
0.7 2.475 - 3.83 4.94 - 0.77 - 2. 1 7 - 2 1.7 - 25.28 - 6.73 - 33.01 5 71 - 0.465 - 1 1.49 - 1 3.95 - 1 .08 - 1 .38
0.8 0 2.010 - 5.21 2.62 - 1 .04 - 1 .58 - 1 5.8 - 4.90 - 39.29 5 71 - 0.554 - 16.21 - 1 5.63 - 0.79 0.21
+ 1.16
0 - 34.39
0.9 0 1 .456 - 5.00 - 0. 1 6 - 1 .00 1 1 .6 0 - 33.00 3.60 - 29.40 5 71 - 0.414 - 1 2.42 - 1 5.00 0.58 2.00
1.0 0 1 .042 - 3.00
<.0
<.0
100 DINAMIKA STRUKTUR
J.oi------+--T-- l;:y•: �
V
Perpindahan statik /
R esp o ns
�.
e 1 ast op1 ast 1" k
•
- - j; _
// ··-..
.�
�
2 ,0
·
,\
.s ,'::. I
�
//
I -�-�' \
"
"
l
.g I /v• = batas ' ' \ Vt
�r
1'
I
I , \
perpindahan
-g
=
]' // t
V Stik
'-, -.. ._�\. t a k-e1I
t"k
0 �-=�-;--���------+---��------��--�
\�,!>- R esponsI elast1" k
\
-I
'·-
,Of-----1----+---+---+---"'· .-c.t-----1
Waktu, s
GAMBAR EB-2 Perbandingan respons elastoplastik dengan elastik (kerangka Gambar E 8- 1 ) .
an statik pjk, yaitu lendutan yang mestinya telah terjadi seandainya tidak terdapat efek
/ I ll
redam dan inersia.
SOAL-SOAL
8-1 Seh;saikan respons e1astik linear Soa1 7-4 dengan integrasi bertahap, dengan mengguna
kan metode percepatan linear.
8-2 Se1esaikan Soa1 8-1 dengan menggunakan hubungan perpindahan gaya e1astop1astik un
tuk ko1om dan menghasilkan tingkat gaya sebesar 8 kip, seperti yang diperlihatkan
pada Gambar P8- 1a.
r, [,
8k
8k
''
(a) (b) [, = 12 i v - � 1l 3
( - I .S < v < l .5 )
GAMBAR P8-1
8-3 Se1esaikan Soa1 8 - 1 dengan mengasumsikan hubungan perpindahan gaya e1astik non
linear, fs = 1 2 [ 2!J u - 1!3 (2u/3)3 ] , yang disketsa pad a Gambar P8- l b ifs da1am kip, u
'
dalam in).
8-4 Se1esaikan Soa1 8- 1 dengan mensubstitusikan peredam viskos dengan suatu a1at redam
I
histeretik yang menimbu1kan gaya redam yang diberikan o1eh Pers. ( 5 . 5 1 ) , di mana
�k = 4 k/in , yaitu,
ti
ID = 4/vl
lvl
BAB
SEMBILAN
ANALISIS GETARAN
DENGAN METODE RAYLEIGH
w = J� (9-1)
Pernyataan ini secara langsung berlaku untuk sistem massa-pegas yang sederhana dengan ke
kakuan pegas k dan massanya m . Pernyataan ini dapat pula diterapkan untuk setiap struk
tur yang dapat dinyatakan sebagai sistem SDOF dengan menggunakan bentuk perpindahan
yang diasumsikan l/1 . Dalam hal ini besaran-besaran pada Pers. (9- 1 ) menunjukkan kekaku
an tergeneralisasi k* dan massa tergeneralisasi m * , yang masing-masing didefinisikan oleh
Pers. (2-27) dan Pers. (2-39).
(b)
(9-3b)
Sekarang dengan memperhatikan waktu t = T/4 rr/2w, dari Gambar 9- 1 [atau dari Pers.
=
(9-3)] jelas bahwa energi kinetik sama dengan nol dan energi potensial telah mencapai nilai
maksimumnya:
(9-4a)
Demikian pula, pada waktu t = T/2 = rr/w, energi potensial akan hilang dan energi kinetik
maksimum
(9-4b)
Dengan demikian, jika total energi pada sistem yang selalu bergetar konstan (karena harus
dalam getaran be has tak-teredam), jelas bahwa energi kinetik maksimum harus sama dengan
energi potensial maksimum, Vmaks = Tmaks ; yaitu,
l/2kvo2 = l/2mvo2w2
dari sini
OJ 2 k
= -
m
Tentu saja ini merupakan pernyataan frekuensi yang sama dengan yang disebutkan sebelum
nya; dalam keadaan ini pernyataan tersebut telah diperoleh melalui konsep Rayleigh yang
menyamakan pernyataan untuk energi regangan dan energi kinetik maksimum.
an hanyak. Sehagai contoh, perhatikan halok sederhana yang non-seragam yang diperlihat
kan pada Gamhar 9-2. Balok ini sehenarnya mempunyai derajat kehehasan yang tak-hingga;
yaitu, dapat herpindah dalam herhagai pola perpindahan yang tak-hingga. Untuk menerap
kan prosedur Rayleigh, perlu diasumsikan hentuk yang akan diamhil halok dalam modus
getaran dasarnya. Seperti dijelaskan pada Bah 2 dalam pemhahasan fungsi-fungsi hentuk
yang diasumsikan, asumsi ini dapat dinyatakan oleh Pers. (2-29), atau dengan catatan koor
dinat tergeneralisasi harmonik pada getaran hehas
v(x,t) = t/J(x)Z0 sin rot (9-5)
di mana l/J(x) adalah fungsi hentuk, yang menyatakan perhandingan antara perpindahan pa
da setiap titik x dan perpindahan referensi atau koordinat tergeneralisasi Z(t). Persamaan
(9-5) menggamharkan asumsi hahwa hentuk halok yang hergetar tidak heruhah menurut
waktu ; hanya amplitudo yang heruhah, dan akan heruhah secara harmonis dalam kondisi
getaran-be has.
Asumsi fungsi bentuk l/J(x) secara efektif menjadikan balpk sebagai sistem SDOF. Ka
renanya, frekuensi getaran dapat diperoleh dengan me.nyamak:an energi regangan maksimum
yang terjadi selama gerak dengan energi kinetik maksimum. Energi regangan sistem lentur
ini diherikan oleh
V = !
2
rJoL El(x) (oo2x2v)2 dx (9-6)
Jadi, dengan mensuhstitusikan fungsi hentuk yang diasumsikan Pers. (9-5) dan memholeh
kan amplitudo perpindahan mengambil nilai maksimumnya, dihasilkan
T = !
2 JorL m(x)(v)2 dx (9-8)
Dengan demikian, hila Pers. (9-5) didiferensiasikan terhadap waktu untuk mendapatkan ke
cepatan dan amplitudo diholehkan untuk mencapai maksimumnya,
Tmaks = 1/ Z02ro2
2 IL m(x)[t/J(x)]2 dx (9-9)
Akhirnya, sesudah menyamakan energi potensial maksi'mum dengan energi kinetik maksi
mum, diperoleh
Dalam hal ini, hisa dilihat bahwa pemhilang Pers. (9- 1 0) semata-mata merupakan kekakuan
halok tergeneralisasi k* untuk hentuk yang diasumsikan ini, sedangkan penyebut merupa
kan massa tergeneralisasi m* [lihat Pers. (2-37)] . Dengan demikian metode Rayleigh secara
langsung menghasilkan hentuk tergeneralisasi Pers. (9- 1 ), seperti yang diinginkan karena
metode ini menggunakan konsep koordinat tergeneralisasi untuk menguhah sistem menjadi
suatu sistem berderajat kehehasan tunggal.
taran. Pada pokoknya, setiap bentuk yang_ memenuhi kondisi batas geometrik dari balok
dapat dipilih, yaitu, yang konsisten dengan kondisi tumpuan yang ditentukan. Akan tetapi,
setiap bentuk yang lain daripada bentuk getaran yang sebenarnya akan memerlukan aksi
pembatas-luar tambahan untuk mempertahankan kesetimbangan; pembatas tambahan ini
akan menyebabkan naiknya frekuensi yang dihitung. Oleh karena itu, dapat diakui bahwa
bentuk getaran yang sebenarnya akan menghasilkan frekuensi terendah yang dapat diper
oleh melalui metode Rayleigh , dan dalam pemilihan di antara hasil kira-kira yang diperoleh
melalui metode ini, frekuensi terendahlah yang selalu merupakan perkiraan yang paling
baik.
CONTOH E9- l Untuk menjelaskan masalah ini, asumsikan bahwa balok Gambar 9-2
mempunyai massa m dan kekakuan yang seragam. Sebagai perkiraan pertama untuk
fL
=
V. 1/zZo 2 El d 1/
2
( 2) 2 4EI
maks .= 2 x = 2Zo LT
0 L
sedangkan
dari sini
Vmaks
( 1/w 2 )Tmaks
= 1 20E/
rnL4
Jika bentuk yang diasumsikan berupa kurva sinus, 1/l(x) = sin (rrx/L), tipe analisis
yang sama akan memberikan hasil
2 Eln4/2L3 El
eo = = n 4 --
mL/2 rnL4
pir 20 persen lebih kecil); jadi merupakan perkiraan yang jauh lebih baik. Ternyata,
Frekuensi yang kedua ini ternyata lebih kecil daripada yang pertama (sebenarnya ham
inilah merupakan jaWaban yang tepat karena bentuk kurva sinus yang diasumsikan me
rupakan bentuk getaran yang sebenarnya dari batang sederhana yang seragam. Asumsi
pertama diharapkan akan memberikan hasil-hasil yang sangat baik; bent1.1k parabola
yang ·diasumsikan menyatakan momen lentur yang seragam sepanjang bentangan dan
tidak tergantung dari kondisi-kondisi tumpuan ujungnya yang sederhana. Bentuk ini
IIII
merupakan bentuk yang berlaku , karena memenuhi persyaratan geometris dari perpin
dahan ujung no!, tetapi bukan merupakan asumsi yang nyata.
Sekarang timbul pertanyaan bagaimanakah bentuk lendutan yang pantas dapat dipilih
agar menjamin hasil-hasil yang baik dengan menggunakan metode Rayleigh (atau pendekat
an koordinat tergener<Jlisasi ekivalen yang telah diutarakan sebelumnya). Konsep yang akan
digunakan pada pemilihan bentuk getaran ialah bahwa perpindahan pada getaran bebas yang
diakibatkan oleh penggunaan gaya inersia (yang merupakan perkalian massa dan percepat-
Be ba n inersia
kira-kira : p(x) = m(x) "f(x)
an) adalah sebanding dengan distribusi massa dan dengan amplitudo perpindahan. Karena
nya, bentuk getaran t/1c(x) yang tepat adalah bentuk lendutan yang diakibatkan oleh pem
bebanan Pc(x) sebanding dengan m(x)l/lc(x). Tentu saja, tidak mungkin memprediksi ben
tuk eksak t/Jc(x), tetapi bentuk lendutan yang dihitung dari pembebanan p(x) m(x)(p(x) =
[seperti diperlihatkan pada Gambar 9-3, di mana l/l(x) adalah salah satu perkiraan bentuk
sebenamya yang pantas] akan memberikan penyelesaian dengan ketelitian yang sangat baik.
Pada umumnya, evaluasi bentuk koordinat tergeneralisasi berdasarkan cara ini memer
lukan usaha perhitungan yang lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk analisis kira-kira .
Prosedur Rayleigh akan memberikan ketelitian yang baik dan tidak memerlukan pendekat
an selengkap cara terse but. Salah satu asumsi yang umum adalah bahwa beban inersia p(x)
(lihat Gambar 9-3) hanya bobot balok, yaitu p(x) m(x )g-, di mana m(x) adalah distribusi
=
massa dan g adalah percepatan gravitasi . Kemudian frekuensi dievaluasi berdasarkan bentuk
lendutan vd(x) yang diakibatkan oleh beban bobot-mati ini. Energi regangan maksimum da
pat diperoleh dengan mudah dalam keadaan ini dari kenyataan bahwa energi yang disirnpan
harus sama dengan kerja yang dilakukan pada sistem oleh beban yang dikenakan :
Vmaks
1
= -
fL p(x)vix) dx = 1/2 gZ0
fL m(x)lj;(x) dx (9- 1 1 )
2 0 0
Energi kinetik masih yang diberikan oleh Pers. (9-7), di mana t/J(x) = vd(x)/Z0 merupakan
fungsi bentuk yang dihitung dari be ban mati (tetap ) Dengan demikian pernyataan frekuensi
.
yang diperoleh dengan menyamakan energi regangan dan energi kinetik adalah
w2 .!!._
f m(x)ljl(x) dx g J: m(x)v..(x) dx
f m(x)[lj;(x)Y dx J: m(x)[v..(x)Jl dx
= = (9-12)
Zo
Persamaan (9- 1 2) biasanya digunakan untuk analisis frekuensi kira-kira dari suatu tipe sis
tem . Perlu dicatat bahwa amplitudo referensi Z 0 harus dimasukkan ke dalam pemyataan
jika bentuknya didefinisikan oleh fungsi bentuk tanpa dirnensi t/J(x), tetapi tidak dimasuk
kan jika digunakan lendutan-lendutan beban-mati yang sebenarnya.
Pembebaban p(x) yang digunakan untuk menghitung lendutan beban-mati vd(x) pada
Pers. (9- 1 2) sebenarnya hanya merupakan suatu pembebanan gravitasi di mana gerak getat
an utama terdapat dalam arah vertikal . Untuk struktur seperti kantilever vertikal Gambar
9-4a, di mana gerak utamanya adalah horisontal, pembebanan haruslah dikenakan dalam
arah lateral, seperti terlihat pada gambar tersebut ; sebenarnya untuk maksud ini telah di
asumsikan bahwa gravitasi bekerja dalam arah horisontal. Suatu bentuk lendutan yang tepat
untuk memperkirakan frekuensi getaran kerangka yang simetris Gambar 9-4b dapat diper-
p(x) = m(x)g
I I
I I
I I p(x ) = m (x)g
I I _ ! /::: � _
I I
I
I
I
I
� - -Y- -
z:=::� p(x) = m(x)g
(c)
(a) (b)
oleh dengan menggunakan suatu beban getaran yang vertikal, seperti terlihat. Akan tetapi,
getaran utama tipe ini pada umumnya akan terdapat dalam arah horisontal; untuk mem
peroleh bentuk 1/J (x) guna memperkirakan frekuensi getaran lateral, gaya-gaya gravitasi hen
daknya digunakan dalam arah lateral. Selanjutnya, pada modus getaran utama dari balok
yang mempunyai dua bentang yang diperlihatkan pada Gambar 94c, kedua bentang ini
akan melendut dalam dua arah yang berlawanan. Karenanya, untuk memperoleh bentuk
lendutan dalam keadaan ini, gaya-gaya gravitasi harus dikenakan dalam arah yang berlawan
an. Dari bentuk lendutan yang diakibatkan oleh beban-beban arah ke bawah yang bekerja
pada kedua bentang akan diperoleh getaran yang sangat tinggi.
Walaupun demikian, pembaca haruslah berhati-hati, agar terhindar dari pemakaian wak
tu yang terlalu banyak dalam perhitungan b entuk-b entuk lendutan yang akan memberikan
hasil-hasil yang sangat teliti. Nilai utama dari metode Rayleigh adalah dalam memberikan
perkiraan untuk frekuensi pribadi yang sederhana dan dapat dipercaya. Hampir setiap asum
si bentuk yang memadai akan memberikan hasil-hasil yang bermanfaat.
=:�======•
IF======f'0]
Berat =
: �· Balok seragam
El = kekakuan
I.
·-
I . . L
2
iii = massajpanjang
Bentuk asumsi
CONTOH E9-2 Kegunaan metode Rayleigh ·untuk menghitung frekuensi getaran suatu
sistem praktis akan diperlihatkan melalui analisis balok kantilever seragam yang me
numpu suatu beban pada bagian tengah bentang, seperti diperlihatkan pada Gambar
E9- 1 ._ Untuk pembahasan ini, bentuk getaran telah diambil seperti yang ditimbulkan
oleh be ban yang dikenakan pada ujung kantilever, seperti terlihat pada gambar. Bentuk
lendutan yang dihasilkan adalah
3
v(x) pL3 3x 2 L -
x
= z 1/J(x)
0
=
3EI 2L3
Energi potensial maksimum dari balok dalam keadaan ini dapat diperoleh
1/ Zo 1 3EJ
Zo
2
Vmaks = 2P = - -3
2 L
di mana Z0 adalah lendutan akibat be ban dan p telah dinyatakan dalam bentuk lendut
an ujung ini.
Energi kinetik maksimum dari balok dapat dihitung dalam dua bagian, yaitu dengan
meninj au secara terpisah berat balok dan beban yang ditumpu:
Balok:
ANALISIS GETARAN DENGAN METODE RAYLEIGH 107
Beban : w
Tmaks = W
2g
- m
2 [ ( L) ]2
V X = -
2
= W- m
2 (s/
t6Zo)2
2g
= � W w2zo2
256 2g
Karenanya energi kinetik total adalah
7'
1 maks = ( 33
-
140
+
25 w
- --
256 mLg
) mL
-- m
2
2Zo 2
dan dengan menyarnakan pemyataan energi kinetik dan energi potensial didapatkan
p�rsamaan frekuensi
3 El
33 25 w mL4
- + - -- Ill/
140 256 mLg
Energi potensial dan kinetik maksimum yang berkenaan dengan ini kemudian diberikan
oleh
Vmaks = !
2 Jo
fL
EI (x) ( �)a2v > 2
dx =
z0<0 >2
fL J
EI (x)(tf/'<0 >) 2 dx (9-14)
iL iL
ax 2 o
Tmaks =
1 Z (0)2
m(x)(v<0>) 2 dx = -0- w2 m(x)(tjl<0 >) 2 dx (9-15)
-
2 0 2 0
Metode R 00 Pernyataan frekuensi Rayleigh standar, yang ditandai sebagai metode R00 ,
adalah
(9-16)
Akan tetapi, perkiraan frekuensi yang lebih baik dapat diperoleh dengan menghitung
energi potensial dari kerja yang dilakukan pada pelendutan struktur oleh gaya inersia sesuai
dengan lendutan yang diasumsikan. Gaya inersia terdistribusi (pada waktu perpindahan
maksimum) adalah
p<O>(x) = ro2m(X)V(O) = Zo(Oloim(x)tji(O) (9- 1 7)
Lendutan yang ditimbulkan oleh beban ini dapat dituliskan
v<l)
v< l ) = wt. - = w2 y,< t > _o
(1)2 (1)2
Z (l)
_ = w2 y,< l )zo< t >
(9-18)
di mana w2 adalah frekuensi yang tak diketahui. Frekuensi ini dapat dianggap sebagai suatu
faktor kesebandingan pada kedua Pers. (9- 1 7) dan (9- 1 8) ; ini tidak digabung ke dalam per-
108 DINAMIKA STRUKTUR
nyataan karena nilainya tidak diketahui. Energi potensia1 regangan yang ditirnbulkan oleh
pembebanan ini diberikan oleh
fL Z 0 ( Ol,Z (I)
2 °
f
2
1 p<Olp< l l dx w4
Vmaks = = m(x) t/J<0ltfJ( I l dx (9-19)
0
Metode R0 1 Dengan menyamakan pemyataan untuk energi p otensial ini dengan energi ki
netik yang diberikan oleh bentuk asumsi sebelumnya [Pers. (9- 1 5)] dihasilkan pernyataan
frekue_nsi Rayleigh yang disempurnakan, dan di sini dinyatakan sebagai metode R0 1 :
Z (0 ) rL m(x)(t/1( 0))2 dx
�J�iO�--------- 2
W
2
=
0
'lo< l l s: m(x)t/J< o >t/1< 1 > dx
(9- 0)
Pemyataan ini seringkali lebih dianjurkan daripada Pers. (9- 1 6), karena pernyataan ini me
niadakan operasi diferensiasi yang dibutuhkan dalam perumusan standar. Pada umumnya,
kelengkungan t/J"(x) yang sesuai dengan bentuk lendutan akan j auh lebih sederhana diban
ding fungsi bentuk t/l(x), dan dengan demikian Pers. (9-20) , yang tidak mengandung turun
an, akan memberikan ketelitian yang bertambah.
Meskipun demikian, suatu perkiraan yang lebih b aik 1agi dapat dipero1eh dengan usaha
tambahan yang relatif keci1, yaitu dengan menghitung energi kinetik dari bentuk yang di
hitung v<0> bukan dari bentuk awal v<1 > . Dalam ha1 ini hasilnya ada1ah
Metode R 1 1 Dengan menyamakan persamaan ini dengan energi regangan Pers. (9- 1 9) di
pero1eh hasil yang lebih sempurna lagi (di sini dinyatakan sebagai metode R 1 1 ):
Z rL
m(x)t/J(O)t/J( I ) dx
""-J-':: 2
rL
(
w2 _ o 0) oc ----------
(9-2 )
_
'l ( I ) -;--
=
0 ( 1 >)2 dx
J o m(x)(t/1
Penyempumaan lebih lanjut dapat dilakukan dengan meneruskan proses tahap yang lain,
yaitu dengan menggunakan be ban inersia yang berhubungan dengan l/J(1 ) untuk menghitung
suatu bentuk baru 1/1 (2). Nyatanya, seperti yang akan diperlihatkan kemudian, proses ini
akhirnya akan menemukan bentuk getaran yang tepat jika dibantu dengan siklus yang cu
kup dan karenanya akan memberikan frekuensi yang tepat. Akan tetapi, dalam pengguna
an praktis, metode Rayleigh tidak perlu melampaui prosedur yang disempurnakan yang di
nyatakan oleh Pers. (9-22). Juga h arus dicatat bahwa amplitudo koordinat tergeneralisasi
Z0 (o) dan Z0 (I ) pada Pers. (9-20) dan (9-22) adalah sembarang dan dapat dirnulai dengan
suatu bentuk fungsi 1/J(o ) dan 1/J (1 ) yang ditentukan secara tepat. Walaupun demikian, di
anjurkan untuk membiarkan koordinat tergeneralisasi pada persamaan agar terlihat bahwa
amplitudo relatif v(o) dan v(l ) merupakan suatu faktor dalam perhitungan frekuensi.
CONTOH E9-3 Kedua versi metode Rayleigh yang disempumakan akan diperlihatkan
dan dibandingkan dengan metode standar dalam melakukan analisis frekuensi kerangka
tiga-tingkat yang diperlihatkan pada Gambar E9-2a. Massa kerangka ini tergumpal pada
girder, dengan nilai-nilai seperti terlihat, dan kolom diasumsikan tanpa bobot. Juga gir
der diasumsikan kaku, sehingga kolom pada masing-masing tingkat bekerja sebagai pe
gas lateral sederhana yang mempunyai koefisien kekakuan seperti ditunjukkan.
= l
m ,O
�
I sl
Ro
k = 600 "'·
..!-
2
I 5
1 .200
n (a)
800
/
1/,
(b)
tJ
(Gay a geser = l ,Ow2 )
f------+---+ l ,Sw2
Geseran = 2 ,5 w2)
2.0w2
(c)
GAMBAR E9-2 Kerangka untuk analisis frekuensi metode Rayleigh : (a) nilai-nilai massa dan kekakuan ;
(b) bentuk asumsi awal ; (c) lendutan yang diakibatkan oleh gaya inersia awal
dari kerangka. Bentuk ini terdiri atas perpindahan-perpindahan yang sama untuk ke
tiga tingkat, seperti terlihat pada Gambar E9-2b ; jadi
v1 <0l = v2 <0l = v3 < 0 l = 1 .0 = Z <0 l i/J ? l
0 di mana l/l/0l =
Z <0l
0 = 1 .0
Dari bentuk ini, energi kinetik maksimum diberikan oleh
r:�ki = 1/
2 L o
m;(v/ )) 2 = 1/ w2zo< O J 2
2 L m;(I/J?l)2 = 1/ w 2 (4. 5)
2
Energi potensial maksimum bergantung pada deformasi relatif dari tingkat-ke-tingkat
�u; dan diberikan oleh
v:.� = 1/ L k;(l:l.v/ 0))2 = 1/ Zo( 0 ) 2 L k;(I11/J / 0 )) 2 = 1Ml,800)
2 2
Dengan demikian, bila energi potensial dan energi kinetik disamakan, frekuensi adalah
Avt pada masing-masing tingkat dihasilkan oleh geseran tingkat dibagi dengan kekaku
an tingkat. Energi potensial maksirnum bentuk vp ) yang baru dapat diperoleh sebagai
berikut :
4
- 1/2 L..,
4
y< 1 > "" p.<o> v.< l ) � Z0< 1 > L.., t <o>.t < 1 >
"" m o'l'' � Z 00 >(2,90)
'I''
_ = .• •. •. =
Terlihat bahwa frekuensi yang jauh lebih kecil ini menggambarkan penyempurnaan ha
sil yang lebih sempuma daripada yang diperoleh dengan metode standar R 0 0 .
METODE YAN G DISEMPURNAKAN R 1 1 Hasil-hasil yang lebih baik lagi dapat diperoleh
dengan menggunakan bentuk l/1 1<1 > yang disempurnakan, seperti dalam perhitungan
energi kinetik dan energi potensial. J adi energi kinetik maksirnum adalah
r < �>
maks
= �:C (Z
2
°
( 1 )) 2 L..,
"" m · ( 'l'
·t o< t )) 2
'
•. =
w6
2
( )2
22, 5
3.600
(2 1 24)
'
SOAL-SOAL
9-1 Dengan menggunakan metode Rayleigh, hitunglah periode getaran balok seragam yang
menumpu massa terpusat m 1 yang diperlihatkan pada Gambar P9- l . Untuk bentuk
yang diasumsikan, gunakan lendutan yang ditimbulkan oleh beban terpusat p ; yaitu,
v(x) = px(3L 2 - 4x2 )/4 8EI. Tinjaulah keadaan-keadaan: (a) m 1 = 0, dan (b) m 1 = 3iiiL .
. {m
-
= panjang
massa
/ El
� X
.-:- - - -- - - - - - - - - ....:----
:: - - �--
Bentuk asumsi
L L
T T
GAMBAR P9-l v(x)
9-2 (a) Tentukan periode getaran kerangka yang diperlihatkan pada Gambar P9-2, dengan
mengasumsikan girder tegar dan bentuk lendutan kolom ada1ah lendutan yang di
sebabkan o1eh be ban lateral p yang bekerja pada girder v(x) = p(lL 3 3L 2x + x3 )/
1 2EI;
-
(b ) Berapa bagian dari be ban balok total yang dianggap tergumpal dengan berat girder
akan memberikan periode getaran sama dengan yang diperoleh pada bagian (a)?
ANALISIS GETARAN DENGAN METODE RAYLEIGH 111
li
X
Massa tegar:
m 1 : 4iii L
{ iij : m�sa
El
pamang
L
Bentuk asumsi
(masing-masing I
I
kolom) I
v(x)
GAMBAR P9-2-
9·3 Bangunan geser Gambar P9-3 seluruh massanya tergumpal pada girder tegar. Untuk
sifat-sifat massa dan kekakuan yang diberikan, dan dengan menganggap bentuk awal
linear (seperti yang diperlihatkan), evaluasilah periode getaran dengan :
(a) Metode Rayleigh Roo
(b ) Metode Rayleigh R0 1
(c) Metode Rayleigh R 1 1
\
m I : 2 � s2
k I : 400 �
I
I
I
1I
3 m2 ; 2
I
I k2 : soo �
!
I
) :
3 m3 ; 2
I
I
I k3 ; 1 200 �
� GAMBAR P9-3
9-4 Ulangi Soal 9-3 jika sifat-sifat bangunan adalah m 1 = 1, m1 = 2, m1 = 3 k· det2 fin dan
k 1 = k2 = k 3 800 k/in.
=
,.. ,
I
BAB
SEPULUH
Pembebanan yang diutarakan pada Bagian Satu telah memperlihatkan bahwa setiap struk
tur dapat digambarkan sebagai sistem SDOF yang respons dinamiknya dapat dievaluasi me
lalui persamaan gerak diferensial tunggal. Jika sifat-sifat fisik sist em sedemikian rupa sehing
ga geraknya dapat diuraikan menurut koordinat tunggal dan tidak ada gerak lainnya yang
mungkin terjadi, maka ini benar-benar merupakan sistem SDOF dan penyelesaian persama
an memberikan respons dinamik yang tepat. Sebaliknya, jika struktur ternyata mempunyai
lebih dari satu modus pe1pindahan yang mungkin terjadi dan ini secara matematis dibuat
menjadi suatu pendekatan SDOF dengan mengasumsikan bentuk deformasinya, penyelesai
an persamaan gerak hanya merupakan suatu pendekatan sifat dinamik yang sebenarnya.
Ketelitian hasil yang diperoleh melalui pendekatan SDOF tergantung dari beberapa
faktor, terutama distribusi ruang dan variasi waktu pembebanan, sifat-sifat kekakuan dan
massa struktur. Jika sifat-sifat fisis sistem pengendalaannya bergerak secara sangat mudah
menurut bentuk yang diasumsikan, dan jika beban misalnya akan membangkitkan respons
yang berarti pada bentuk ini, penyelesaian SDOF kemungkinan akan merupakan perkiraan
yang baik; sebaliknya, sifat yang sebenarnya mungkin mirip dengan perhitungan respons.
Salah satu kerugian yang paling besar dari pendekatan SDOF adalah sulitnya untuk me
netapkan hasil-hasil yang diperoleh dari pendekatan ini.
Pada umumnya, respons dinamik dari struktur tidak dapat diuraikan secara memadai
dengan suatu model SDOF, respons biasanya mencakup variasi waktu dari bentuk perpin<\ah
an demikian pula amplitudonya. Sifat-sifat seperti ini hanya dapat diuraikan dalam bentuk
lebih dari satu koordinat perpindahan; yaitu, gerak harus dinyatakan lebih dari satu deraj at
kebebasan. Seperti diperlihatkan pada Bab 1, derajat kebebasan pada sistem parameter dis
krit dapat diambil sebagai amplitudo perpindahan dari beberapa titik yang dipilih pada
struktur, atau dapat berupa koordinat tergeneralisasi yang menunjukkan amplitudo sekum
pulan tertentu dari perpindahan. Dalam pembahasan ini, pendekatan yang terdahulu akan
diadaptasi; ini meliputi tipe idealisasi elemen-terhingga maupun massa-tergumpal. Prosedur
koordinat-tergeneralisasi akan dibahas pada bagian akhir dari Bagian Dua (Bagian 16-2).
Dalam pengembangan persamaan gerak sistem MDOF yang umum, akan memudahkan
untuk meninjau batang sederhana yang umum yang diperlihatkan pada Gam bar 10-1 sebagai
suatu contoh yang khas. Pembahasan ini sama berlaku untuk setiap struktur, tetapi visuali
sasi faktor-faktor fisik yang terdapat dalam evaluasi semua gaya yang bekerja untuk tipe
struktur ini menjadi sederhana.
Gerak struktur di sini diasumsikan akan ditentukan oleh perpindahan sekumpulan titik
titik yang diskrit pada batang: u 1 (t), u2 (t), . .., u;(t), ..., uN(t).Pada dasarnya, titik-titik
ini dapat ditempatkan secara sembarang pada struktur; pada prakteknya, titik-titik tersebut
harus berhubungan dengan setiap ciri-ciri spesifik dari sifat-sifat fisik yang mungkin sesuai
dan harus terdistribusi sedemikian rupa sehingga memberikan definisi bentuk lendutan yang
116 DINAMIKA STRUKTUR
Persamaan gerak sistem Gambar 10-1 dapat dirumuskan dengan pernyataan kesetimbangan
gaya-gaya efektif yang berhubungan dengan masirig-masing derajat kebebasannya. Pada
umumnya akan terdapat empat tipe gaya pada setiap titik i: beban-luar yang dikenakan P;(t)
dan gaya-gaya yang diakibatkan oleh gerak, yaitu inersiafJ;, peredamanfDi dan elastikfsi
·
Jadi untuk masing-masing dari sejumlah derajat kebebasan kesetimbangan dinamik dapat di
nyatakan sebagai
Ill +ID! +!SI Pl(t)
f12 + fn2 + fS2
=
= P2(t) (10-1)
Ji3 +!DJ + fs3 = P3(t)
I
I)
� ' �
\ £/(<)
{.nt(;t)
Dalam bentuk matriks, susunan lengkap hubungan gaya elastik dapat dituliskan
(10..5)
di mana matriks koefisien kekakuan k disebut matriks kekakuan struktur (untuk sejurnlah
tertentu koordinat perpindahan) dan v adalah vektor perpindahan yaug menyatakan bentuk
perpindahan struktur.
Jika diasumsikan bahwa peredaman bergantung pada kecepatan, yaitu tipe viskos, gaya
[/lllj [ lf l
gaya redam yang sesuai dengan derajat kebebasan yang dipilih dapat dinyatakan dengan
menggunakan koefisien-koefisien pengaruh redam dengan cara serupa. Analog dengan Pers.
(10-5), susunan lengkap gaya-gaya redam diberikan oleh
f0 = cv (10-9)
di mana matriks koefisien redam c disebut matriks redam struktur (untuk derajat kebebas
an tertentu) dan v adalah vektor kecepatan.
[/1 ] [ "] r· I]
Gaya inersia dapat juga dinyatakan oleh sekumpulan koefisien pengaruh yang disebut
koefisien massa. lni menunjukkan hubungan antara percepatan derajat kebebasan dan gaya
inersia yang dihasilkan; analog dengan Pers. (10-5), gaya inersia- dapat dinyatakan sebagai
�l �l
'
. (H)·IO)
fu. .
"'11 . .
'"u
. . .
· · mu
·
· ·
·
· .
·. . · · muv..
.
"'u
. . . . ..... .....
• •
il1
.. .
di mana vi adalah percepatan koordinat perpindahan i dan mii adalah koefisien pengaruh
massa, yang didefinisikan sebagai berikut:
di mana matriks koefisien massa m disebut matriks massa struktur dan v adalah vektor per
cepatannya, keduanya didefinisikan untuk sejumlah tertentu koordinat perpindahan.
Dengan mensubstitusikan Pers. (I 0-6), (I 0-9) dan (1 0-1 2) ke dalam Pers. (I 0-2) didapat
kan kesetimbangan dinamik struktur dengan memperhitungkan semua derajat kebebasan:
mv + cV + kv = p(t) (I 0-!J)
Persamaan ini adalah ekivalen MDOF dari Pers. (2-3); masing-masing bentuk persamaan
SDOF ditunjukkan oleh sebuah matrJks pada Pers. ( 1 0- 1 3), deraJal matriks sesuai dengan
jumlah derajat kebebasan yang digunakan dalam pernyataan perpmdahan struktur. Dengan
demikian, Pers. (10-13) menyatakan V per�amaan gerak yang digunakan untuk menentu
kan respons sistem MDOF.
l::'1 l'·
�c, "···· /..,,
I t.,, l
�··-· .•
( 1 0-15)
;.; ,, A.,,. "·
1..(•.
,
"''•" ,,
. . ...
l
'
di mana koefisien pengaruh kekakuan geometrik kcu mempunyai definisi sebagai berikut:
di mana
(10-20)
disebut matriks kekakuan gabungan, yang mencakup baik pengaruh elastik maupun geome
tris. Sifat-sifat dinamik struktur selanjutnya dinyatakan secara lengkap oleh matriks koefi
sien pengaruh Pers. (10-18), sedangkan pembebanan dinamik didefinisikan secara lengkap
oleh vektor beban. Evaluasi sifat-sifat fisik dari matriks ini dan evaluasi vektor beban yang
diakibatkan oleh gaya-gaya yang dikenakan dari luar akan dibahas secara terinci pada bab
yang berikut. Vektor beban efektif yang diakibatkan oleh eksitasi tumpuan akan dibahas
berkenaan dengan analisis respons gempa bumi pada Bab 27.
I
J
I
I
BAB
SEBELAS
Fleksibilitas
Sebelum membahas matriks kekakuan elastik yang dinyatakan pada Pers. (10-5), adalah
berguna untuk menentukan hubungan invers, yaitu fleksibilitas. Definisi koefisien pengaruh
fii adalah
/;i = lendutan koordinat i yang disebabkan oleh satuan
beban yang dikenakan terhadap koordinat j (Il-l)
Untuk balok sederhana yang diperlihatkan pada Gambar 11-1, arti fisik dari beberapa ko
efisien pengaruh fleksibilitas akan dijelaskan berkenaan dengan susunan derajat kebebasan
perpindahan vertikal. Derajat kebebasan horisontal atau rotasi yang barangkali juga sudah
dipertimbangkan, dalam hal mana perlu untuk menggunakan satu satuan beban horisontal
atau rotasi yang sesuai dalam menentukan susunan lengkap koefisien pengaruh; akan tetapi,
untuk memudahkan, pembahasan ini dibatasi untuk gerak yang vertikal.
Evaluasi koefisien pengaruh fleksibilitas untuk setiap sistem tertentu merupakan masa
lah standar dari analisis struktur statik; setiap metode analisis yang diinginkan bisa diguna
kan untuk menghitung lendutan yang diakibatkan oleh satu satuan beban yang dikenakan
tersebut. Bila susunan lengkap koefisien-koefisien pengaruh sudah ditentukan, koefisien ter
sebut dapat digunakan untuk menghitung vektor perpindahan yang berasal dari setiap kom-
binasi beban yang dikenakan. Sebagai contoh, lendutan pada titik 1 yang disebabkan oleh
suatu kombinasi beban dapat dinyatakan
(11-2)
Karena pemyataan yang sama dapat dituliskan untuk masing-masing komponen perpindah
an, susunan lengkap perpindahan dapat dinyatakan
EVALUASI MATRIKS SIFAT STRUKTUR 121
(11-3)
V= fp (11-4)
(11-5)
Kekaku an
Pengertian fisik koefisien pengaruh kekakuan yang ditetapkan pada Pers. (10-4) dijelaskan
untuk heherapa derajat kehehasan pad a Gamhar 11-2; yang menyatakan gaya,gaya yang ter
jadi pada struktur hila dimasukkan satu satuan perpindahan yang sesuai dengan satu derajat
kehehasan dan tidak diholehkan terjadi perpindahan simpul yang lainnya.
Perlu diperhatikan hahwa pengaruh kekakuan pada Gamhar 11-2 secara numeris sesuai
dengan gaya-gaya yang dikenakan yang dihutuhkan untuk mempertahankan kondisi per
pindahan yang ditetapkan. Koefisien-koefisien ini positif hila pengertian gaya yang dikena
kan sesuai dengan perpindahan positif, dan yang sehaliknya negatif.
Energi regangan Energi regangan yang disimpan dalam setiap struktur dapat dinyatakan se
cara mudah haik dalam hentuk fleksihilitas maupun matriks kekakuan. Energi regangan U
sehanding dengan kerja yang dilakukan dalam mendistorsikan sistem;jadi
N
U - 1� P
iVi =
- 2� 11 PTV
2
i= 1
(11-6)
T
di mana p menyatakan transpos p. Dengan mensuhstitusikan Pers. (11-4), persamaan ini
menjadi
122 DINAMIKA STRUKTUR
(11-7)
Sebagai kemungkinan lain, dengan menstransposkan Pers. (11-6) dan mensubstitusikan Pers.
(I 0-6) diperoleh pernyataan energi regangan yang kedua (perhatikan bahwa p f8): =
(11-8)
Akhimya, bila dicatat bahwa energi regangan yang disimpan dalam struktur yang stabil se
lama setiap distorsi harus selalu positif, jelas bahwa
Matriks-matriks yang memenuhi kondisi ini, di mana v atau p merupakan vektor sembarang
yang bukan no!, dikatakan sebagai definit positif (berarti matriks fleksibilitas dan matriks
kekakuan) adalah nonsingular dan dapat diinversikan.
Lendutan a: Lcndutan b:
GAMBAR 1 1 -3 Dua sistem beban yang bebas dan lendutan yang terjadi.
yangjika dibandingkan dengan Pers. (11-5) terlihat bahwa matriks fleksibilitas adalah invers
dari matriks kekakuan:
(11-10)
Dalam praktek, evaluasi koefisien kekakuan dengan penggunaan langsung definisi seperti
yang dinyatakan pada Pers. (11-2), mungkin akan terdapat masalah perhitungan yang mem
bosankan. Dalam banyak hal, prosedur yang paling cocok untuk memperoleh matriks ke
kakuan adalah dengan mengevaluasi koefisien kekakuan secara langsung dan menginversikan
matriks fleksibilitas.
Hukum Betti S uatu sifat yang sangat peoting dala.m analisis dinamika struktur uapat diper
oleh dengan menggunakan dua susunan beban pada suatu struktur dalam urulan yang ter
balik dao kemudian membandingkan pemyaman kerja yang dilakukan dalam kedua keada
an tersebut. Misalnya, tinjau kedua sistem beban yang berbeda dan perpindahan yang ter
jadi yang diperlihatkan pada Gambar 11-3. Jika heban a dikenakan pertama diikuti oleh
beban b, kerja yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
Keadaan l:
Catatlah bahwa kerja yang dilakukan oleh beban a selama penggunaan beban b tidak dikali
kan dengan Yz; beban-beban tersebut bekerja dengan nilai penuh selarna keseluruhan per
pindahan vb. Sekarang jika beban-beban dikenakan dalarn urutan sebaliknya, kerja yang di
lakukan adalah:
Keadaan 2:
Beban b: wbb = 1/2p/vb
1/zP. 1 v. r
Beban a: w •• + Wba = + Pb v.
Total: wl = whh T w" + wba = : 2Pbrvb + yzp/v, + p/v. (11-12)
Akan tetapi, deformasi struktur tidak tergantung dari urutan beban, oleh karena itu
energi regangan dan karenanya juga kerja yang dilakukan oleh beban akan sarna dalarn ke
dua keadaan ini; yaitu, W1 = W2• Dari perbandingan Pers. (11-11) dan (11-12) dapat disim
pulkan bahwa Wab = Wba;jadi
(I 1-13)
Persarnaan (11-13) adalah suatu pernyataan hukum Betti; yang menyatakan bahwa kerja
yang dilakukan oleh satu susunan beban terhadap lendutan yang disebabkan oleh susunan
beban kedua sama dengan kerja susunan beban kedua yang bekerja terhadap lendutan yang
disebabkan oleh yang pertarna.
Jika Pers. (I 1-14) dituliskan untuk kedua susunan gaya dan perpindahan dan disubsti
tusikan ke dalam kedua ruas Pers. (I 1-13):
jelas bahwa
(11-14)
Jadi rnatriks fleksibilitas haruslah simetris; yaitu, hi= i;i. lni merupakan suatu pernyataan
hukum Maxwell tentang lendutan bolak-balik. Dengan mensubstitusikan me1alui cara yang
sarna dengan Pers. (10-6) (dan dengan mencatat bahwa p = f8) dihasilkan
k = k1 (11-15)
Maka, matriks kekakuan juga hams simetrik.
Kekakuan Elemen-Terhingga
Pac,la dasarnya, koefisien fleksibilitas atau kekakuan yang dihubungkan dengan setiap susun
an perpindahan simpul yang sudah ditetapkan dapa1. diperoleh dengan menerapkan secara
langsung definisi-definisinya. Tetapi daiam prakteknya, konsep elemen -hingga yang di
uraikan pad a Bab 1, seringkali merupakan car a yang paling cocok untuk mengevaluasi sifat
sifat elastik. Melalui pendekatan ini struktur diasumsikan terbagi menjadi sejurnlah terhingga
titik-titik simpul. Kemudian sifat-sifat struktur yang lengkap didapatkan dengan mengeva
luasi sifat-sifat elemen terhingga secara tersendiri dan menernpatkannya secara tepat.
Masalah penentuan sifat-sifat kekakuan suatu struktur dengan demikian pada dasarnya
disederhanakan menjadi evaluasi kekakuan suatu elemen yang khas. Sebagai contoh, per
hatikan segmen balok lurus non-seragam yang diperlihatkan pada Gambar 11-4. Kedua titik
simpul melalui mana tipe ini dapat dipasang rnenjadi suatu struktur terdapat pada ujung
ujungnya, dan jika hanya perpindahan bidang lintang saja yang diperhatikan, struktur ter
sebut mernpunyai dua derajat kebebasan pada masing-masing simpul, yaitu translasi vertikal
atau rotasi. Bentuk-bentuk lendutan yang terjadi akibat penggunaan satu satuan perpindah
an tiga simpul kendala lainnya diperliliatkan pada Gambar 11-4. Fungsi perpindahan ini
dapat berupa setiap bentuk sembarang yang memenuhi simpul dan persyaratan kontinuitas
dalam, tetapi fungsi tersebut biasanya diasumsikan berupa bentuk yang terjadi pada suatu
124 DINAMIKA STRUKTUR
Ef«tl
\
JL
!=x-i 1.-----�
T I
tI
.:.,Ltl
V ;; l't ";I"
• l L __ _
I
balok seragam yang dikenakan perpindahan simpul ini. lni merupakan polinomial hermitian
pangkat tiga yang dapat dinyatakan sebagai berikut
(- GY GY
�1(x) = (ll-16a)
1 3 + 2
�3(x)= x t- iJ (11-16b)
Fungsi-fungsi bentuk yang ekivalen untuk perpindahan yang dikenakan pada ujung kanan
(x'"L)2 - ("L)
adalah
x 3
/Jix) = 3 2 (11-16c)
1/Jix) =
x2 ( )
x
""L "L- t (ll-16d)
Dengan keempat fungsi interpolasi ini, bentuk lendutan elemen sekarang dapat dinyatakan
dalam bentuk perpindahan-perpindahan simpul
v(x) = 1/11(x) v1 + �2(x) v2 + 1/13(xh + 1/14(x)v4 (11-17)
(11-17a)
Perlu diperhatikan b ahwa baik rotasi maupun translasi dinyatakan sebagai derajat simpul
-
dasar v;.
Menurut defi.nisJ. koefisien ke kak ua n clemen menggambarkan g aya gay a simpul yang
di.sebabkan oleh per pi.n da h a n simpul. Ga ya -g aya simpul yang berhubu n ga n dengan setia p
komponcn perp i.ndahan simpul dapat d i t e n t ukan melaJui prinsip perpi.ntlahan semu, seperti
yang diuraikan pad a Bag.tan 1-5. Sebagat contoh, perhatik a n koefisien keka k ua n k13 untu k
elemen balok Gambar 11-4. ya1tu gay a vertikal akan terbentuk pada ujung a yang disebab
kan oleh sa tu satuan rotasi yang dlkenakan pa da tili.k itu.
Komponen gaya i.ni dapat dievaluasi dengan memasukkan suatu perpindahan vertikal
semu dari ujung a, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 11-5, sedangkan satu satuan
rotasi di.kenakan seperti terlihat dan dengan me nyamakan kerja yang dilakukan oleh gaya
gaya l uar dengan kerja yang dilakukan terhadap gaya-gaya dalam WE 1111. Dalam hal ini,
=
kerja-da.lam d.ilakukan hanya oleh komponen gaya verti.kal pada a oleh karena perpi.ndal1an
EVALUASI MATR IKS SIFAT STRUKTUR 125
6v(x) = >J!1(x)6••1
(dengan mengabaikan efek distorsi geser). Akan tetapi, momen-momen dalam yang disebab
kan 8 1 dapat dinyatakan sebagai
a =
..4/(x) = El(x)I/J�(x)
Jadi kerja-dalam diberikan oleh
Bila pemyataan keija Pers. (11-18) dan (11-19) disamakan, pernyataan untuk koefisien ke
kakuan adalah
k 13 = �L EI(x)lj;�(x)ljl�(x) dx
Jo
(11-20)
01eh karena itu setiap koefisien kekakuan yang berkenaan dengan lenturan balok dapat di
tuliskan secara ekivalen sebagai
ki
i
= f El (xli/JZ(x)l/lj(x) dx (11-21)
Dari ben tuk pemyataan ini, terlihat kesimetrisan matriks kekakuan; yaitu, k;j kii· Ekiva
lensinya terhadap suku yang bersangkutan pada Pers. (2-39) untuk i j harus dicatat.
=
[fsfs'z] [
Untuk hal yang khusus dari segmen ba1ok seragam, matriks kekakuan yang dihasilkan
oleh Pers. (11-21) bila digunakan fungsi interpolasi Pers. (11-16) dapat dinyatakan oleh
fs4 3L
6 -6 3L
2EI -6 6 -3L
= (11-22)
!SJ L3 3L -3L 2J!
-3L Lz
di mana perpindahan simpul v ditentukan oleh Pers. (11-17a) clan fs adalah vektor gaya
simpul yang sesuai. Nilai koefisien kekakuan ini adalah tetap untuk balok seragam tanpa dis
torsi geser karena fungsi interpolasi yang digunakan pada Pers. ( 11-21) merupakan bentuk
sebenarnya untuk keadaan ini. Jika kekakuan balok tidak seragam, penggunaan fungsi ben
tuk ini pada Pers. (11-21) hanya akan memberikan suatu perkiraan untuk kekakuan yang
sebenamya, tetapi hasil akhir untuk seluruh balok struktur akan sangat baik jika balok di
bagi menjadi sejumlah elemen terhingga yang cukup.
Seperti dijelaskan sebelumnya, bila koefisien kekakuan dari semua elemen terhingga
dalam suatu struktur sudah dievaluasi, kekakuan struktur yang lengkap dapat diperoleh
dengan hanya menambah koefisien kekakuan elemen secara tepat; ini disebut metode ke
kakuan langsung. Sebenarnya, setiap koefisien kekakuan struktur k;j yang lengkap dapat di
peroleh dengan menambahkan secara bersama-sama koefisien kekakuan yang sesuai dari
126 DINAMIKA STRUKTUR
elemen yang berhubungan dengan titik-titik simpul. Maka jika elemen m, n dan p semuanya
tersambung dengan titik-titik simpul i dari struktur yang lengkap, koefisien kekakuan untuk
titik ini menjadi
(11-23)
•. ,
,.,---..
4£/
r------=--------, �
fl
(a)
�'"""
P
\1 Ll
,.1 �I
(bJ Y.>.
CONTOH Ell -1 Evaluasi matriks kekakuan struktur merupakan suatu operasi dasar
dari metode matriks-perpindahan analisis struktur statik; meskipun pembahasan umum
tentang persoalan tersebut di luar lingkup buk\,1 dinamika struktur ini, mungkin ber
guna untuk menerapkan prosedur ini pada struktur kerangka sederhana guna memper
lihatkan cara penggunaan koefisien kekakuan elemen Pers. (11-22).
Perhatikan struktur Gambar Ell -la. Jika diasumsikan bahwa balok-balok tidak
mengalami distorsi dalam arah aksial, kerangka ini akan mempunyai tiga derajat ke
bebasan sambungan seperti terlihat. Koefisien-koefisien kekakuan yang sesuai dapat di
evaluasi dengan mengenakan secara berturut-turut satu satuan perpindahan terhadap
masing-masing derajat kebebasan, sedangkan dua yang lainnya terkendala dan kemu
dian menentukan gaya-gaya yang terjadi pada masing-masing bagian dengan koefisien
Pers. (11-22).
EVALUASl MATRlKS SIFAT STRUKTUR 127
Bila dikenakan perpiridahan ke arah samping seperti terlihat pada Gambar E11-1b,
jelas bahwa yang mengalami deformasi hanya bagian-bagtan yang vertikal saja gaya
gaya pada ujungnya akan diberikrm oleh etemen 1, 3 clan 4 pada kolom pert ama matriks
kekakuan Pers. (11-22). Akan terlihat bahwa koefisien struktur k11 menenma kontri
busi dari masing-masing kolom.
Perhatikan rotasi sambungan yang diperlihatkan pada Gambar Ell-le, baik girder
rnaupun kolom vertikal di sebelah kiri berkontribusi pada koefisien struktur k22, kon
tribusi yang diberikan oleh elemen 3 kolom 3 pada matriks kekakuan Pers. (11-22)
(tentu saja dengan memperhatikan sebaik-baiknya sifat-sifat girder). Hanya kolom ver
tikal yang di sebelah kiri saja yang berkontribusi terhadap k 12 dan hanya girder saja
terhadap k12. Koeflsien kekakuan struktur yang disebabkan oleh rotasi sambungan
kanan analog dengan bentuk ini.
Akhirnya diperoleh matriks kekakuan struktur dengan menggabungkan semua ko
efisien ini, yaitu
',II
r 1· �l
0 0
m2 0 0
0 m3 0 0
.
l>:·:: J
. • . .
(11-24)
m . •
0
. . . . . - . . . .
0 mN
128 DINAMIKA STRUKTUR
di mana terdapat suku-suku sebanyak derajat kebebasan. Suku mu di luar diagonal matriks
ini h ilang karena percepatan setiap titik massa hanya menimbulkan gaya inersia pada titik
tersebut. Gaya inersia pada i yang disebabkan oleh satu satuan percepatan titik i jelas sama
dengan massa yang terpusat pada titik tersebut; dengan demikian koefisien pengaruh massa
pada sistem tergumpal adalah mii mi.
=
Jika pada setiap titik simpul ditetapkan lebih dari satu derajat kebebasan translasi,
massa titik yang sama akan berkaitan dengari masing-masing derajat kebebasan. Sebaliknya,
massa yang berkaitan dengan setiap derajat kebebasan rotasi akan menjadi nol oleh karena
asumsi bah wa massa tergumpal pada titik-titik yang tidak mempunyai inersia rotasi. (Tentu
saja, jika massa yang kaku mempunyai inersia rotasi yang terhingga dikaitkan dengan derajat
kebebasan rotasi, koefisein massa diagonal untuk derajal kebebasan tersebut akan merupa
kan inersia rotasi massa) . Jadi matriks massa tergumpal pada umumnya adalal1 matriks dia
gonal yang akan mencakup elemen diagonal nol untuk detajat kebebasan rotasi.
mlt) b
A
�---L
--- --------�
GAMBAR ll-7 Simpul yang dikenakan percepatan sudut dan translasi semu.
Jika ujung kiri balok dikenakan satu satuan percepatan sudut, ii3 =ea= 1, akan terjadi
percepatan sepanjang panjangnya, sebagai berikut:
(11·25)
yang dapat diperoleh dengan mengambil turunan kedua dari Pers. (11-17). Menuru t prinsip
d' Alembert, gaya inersia yang menah an percepatan ini adalah
fr(x) = m(x)V(x) = m(x)l/J3(x)v3 (11-26)
ekarang koefisien pengaruh yang berkaitan dengan percepatan tersebut ditetapkan se
bagai gaya inersia simpul yang ditimbulkan; ini dapat dievaluasi dari gaya iners.ia yang ter
distribusi Pers. (11-26) melalui prinsip perpindahan semu. Misalnya. gaya vertikal pada ujung
kiri dapat dievaluasi dengan memasukkan perpindahan semu vertikal dan menyamakankelja
yang dilakukan oleh gaya simpul-Juar Pa dengan kerja yang dilakukan oleh gaya inersia yang
f
terdistribusif1(x ). Maka
P. ov. = IJ(x) ov(x) dx
---
Dengan menyatakan perpindahan-dalam semu dalam bentuk fungsi interpolasi dan mensub
stitusikan Pers. (11-26) akhirnya diperoleh
L
m(x)l/!1(x)l/lix) dx (11-27)
D
Pada Gambar 11-7 perlu diperhatikan bahwa koefisien pengaruh massa menunjukkan gaya
inersia yang melawan percepatan, tetapi secara numeris sama dengan gaya-luar yang me
nirnbulkan percepatan.
Dari Pers. (11-27) jelas bahwa setiap koefisien pengaruh massa mu dari segmen balok
yang sembarang dapat dievaluasi dengan pernyataan yang ekivalen
(11-28)
Bentuk persamaan yang simetrik ini memperlihatkan bahwa matriks massa ( dan juga matriks
kekakuan) adalah simetrik; yaitu, mii mj;; juga dapat dilihat bahwa pernyataan ini ekiva
=
len dengan bentuk Pers. (2-37) yang sesuai dengan keadaan bila i j. Bila koefisien massa
=
dihitung dengan cara ini, dengan menggunakan fungsi interpolasi yang sama dengan yang di
gunakan untuk menghitung koefisien kekakuan, hasilnya disebut matriks massa konsisten.
Pada umumnya, polinomial hermitian pangkat tiga Pers. (11-16) digunakan untuk meng
[!11] [
evaluasi koeifisen massa setiap segmen balok lurus. Dalam keadaan khusus, balok dengan
massa yang terdistribusi secara seragam hasilnya adalah
1 56 54
_!;2 mL 54 156
420 + 22L l3L
= ( ll-29)
JIJ
f14 -l3L -22L
Bila koefisien massa elemen-elemen struktur telah dievaluasi, matriks massa dari kum
pulan elemen yang lengkap dapat ditentukan dengan tipe prosedur superposisi yang persis
sama dengan yang diuraikan untuk mendapatkan matriks kekakuan dari kekakuan elemen
[Pers. (11-23)]. Biasanya matriks massa yang dihasilkan akan mempunyai koefisien yang
sama dengan matriks kekakuan, yaitu terdiri dari susunan suku-suku yang bukan nol.
Analisis dinamik sistem massa yang konsisten umumnya membutuhkan usaha perhitung
an yang jauh lebih besar daripada yang dibu tuhkan untuk sist em massa tergumpal, karena
dua hal: (I) matriks massatergump_ll).adal?}l_m_atriks_..diagonaL sedangkan matriks konsisten
mempunyai banyak suku di luar diagonal (menghasilkan apa yang disebut dengan massa
sqlil!g_berga.ntung) ; (2) derajat kebebasan rotasi dapat dieliminasi melalui analisis massa ter
gumpal (dengan kondensasi statik, yang dijelaskan kemudian), sedangkan semua derajat ke
bebasan rotasi dan translasi harus termasuk dalam analisis massa konsisten.
CONTOH Ell-2 Struktur Contoh E11-2 yang diperlihatkan kembali pada Gambar
E11-2a, akan digunakan untuk menjelaskan evaluasi matriks massa struktur. Pertama
tama digunakan prosedur massa tergumpal: setengah massa dari masing-masing bagian
tergumpal pada ujung-ujung balok-balok terse but, seperti yang diperlihatkan pada Gam:·
bar E11-2b. Kemudian jumlah keempat kontribusi pada permukaan girder bekerja pada
derajat kebebasan ke arah samping m 11 ; tidak terdapat koefisien massa yang berkaitan
dengan derajat kebebasan yang lain karena massa-massa titik ini tidak mempunyai
inersia rotasi.
Matriks massa konsisten diperoleh dengan mengenakan satu satuan percepatan ter
hadap masing-masing derajat kebebasan dalam urutan yang membatasi massa lainnya
dan 'kemudian menentukan gaya-gaya inersia dari koefisien Pers. (11-29). Tinjaulah
pertama-tama percepatan ke arah samping, seperti diperlihatkan pada Gambar E11-2c,
perlu diperhatikan bahwa koefisien Pers. (11-29) dihitung hanya untuk inersia lintang
130 DINAMIKA STRUKTUR
l
m11 = 4mL
Um J.SmL - 1.5mL
,-----'-:::..CC--
- ·-, ___. vi <>------
O.Silr/
�---2- L----�
la)
].,.,
O.SmL
\hi
o.5mL
�) I . -;:
, " "'
V
•
., '
......
I •
f l
m 12 :fo I: =1 I = ��� I I I L I
�-----��- ----.
=
(d)
GAM BAR E 11 -2 Analisis matriks massa tergumpal dan massa konsisten: (a) massa seragam pada balok;
(b) penggumpalan massa pada ujung balok; (c) gaya-gaya yang disebabkan oleh percepatan ii1 = 1 (kon
sisten); (d) gaya-gaya yang disebabkan oleh percepatan ii2 = 1 (konsisten).
dari kolom. lnersia girder yang disebabkan oleh percepatan yang sejajar dengan sumbu
nya harus ditambahkan seperti massa benda tegar (3m.L), seperti terlihat.
Percepatan rotasi sambungan hanya menyebabkan percepatan melintang terhadap
balok, dan kontribusi girder dan kolom yang dihasilkan diberikan oleh Pers. (11-29),
seperti diperlihatkan pad a Gambar E11-2£1. Matriks massa yang terakhir dari perumus
[ ] [ : :z l
an massa tergumpal dan konsisten adalah
_ 840 0 0 _L 7 86 liL 11 L
L m
m=� 0 0 0 m = 26L2 -tse /Ill
210 0 0 0 2io -18L2 26L2
Tergumpal Konsisten
(11-30)
EVALUASI MATRIKS SIFAT STRUKTUii 131
di mana c(x) menunjukkan sifat re dam viskos terdistribusi. Setelah koefisien pengaruh re
dam ditentukan, matriks redam struktur yang lengkap dapat diperoleh dengan proses super
posisi yang ekivalen dengan met ode kekakuan langsung. Akan tetapi, biasanya, evaluasi sifat
redam c(x ) (a tau setiap sifat re dam spesifik lainnya) tidak dapat dipraktekkan. Oleh karena
nya, peredaman biasanya lebih baik dinyatakan dalam bentuk perbandingan redam yang �i
tentukan melalui eksperimen pada struktur yang sama daripada dengan menggunakan ma
triks redam eksplisit, ini biasanya akan dihitung dari perbandingan redam yang tertentu,
seperti diuraikan pada Bab 13.
1 1 -4 PEMBEBAN AN LUAR
Jika pembebanan dinamik yang bekerja pada suatu struktur terdiri dari gaya-gaya terpusat
yang bersangkutan dengan perpindahan elemen, maka vektor be ban Pers. (1 0-2) dapat di
tuliskan secara langsung. Akan tetapi, biasanya beban bekerja pada titik-titik yang lain dan
juga simpul-simpul dan mungkin mencakup pemb ebanan terdistribusi. Dalam ha! ini, suku
suku be ban pada Pers. (1 0-2) merupakan gaya-gaya tergeneralisasi yang berkaitan dengan
komponen perpindahan yang bersangkutan. Dua prosedur yang dapat digunakan dalam
mengevaluasi gaya tergeneralisasi ini akan dijelaskan pada paragraf berikut .
plx tj
Resultan Statik
Cara yang paling langsung untuk menentukan gaya-gaya simpul e fektif yang ditimbulkan
oleh be ban terdistribusi di antara simpul-simpul adalah dengan menggunakan prinsip-prinsip
statika biasa ; dengan kata lain, gaya-gaya simpul ditetapkan sebagai sekumpulan beban ter·
konsentrasi yang secara statis ekivalen dengan beban terdistribusi. Pada pokoknya, analisis
dilakukan seolah-olah pembebanan yang sebenarnya dikenakan terhadap struktur melalui
serangkaian balok-balok se derhana yang bertumpu pada titik-titik simpul. Gaya-gaya reaksi
yang terjadi pada tumpuan kemudian menjadi gaya-gaya simpul terkonsentrasi yang bekerja
pada struktur. Dalam tipe analisis ini jelas bahwa gaya tergeneralisasi akan terjadi hanya
yang berhubungan dengan derajat kebebasan translasi; gaya-gaya simpul rotasi akan menjadi
nol jika momen-momen luar tidak dikenakan secara langsung pada sambungan-sambungan.
Beban tergeneralisasi p3 yang sesuai dengan u3 Ba adalah momen-luar yang terdapat pada
=
titik a. Tanda beban tergeneralisasi positif sesuai dengan sumbu koordinat positif. Kesama
an Pers. ( 1 1 -32) dengan Pers. (2- 1 1 ) perlu diperhatikan.
Untuk beban yang layak disebut konsisten, fungsi interpolasi 1/i;(x) yang digunakan pa
da Pers. ( 1 1 -32) harus sama dengan yang digunakan untuk menentukan koefisien kekakuan
gabungan. Jika fungsi interpolasi linear
X X
t/12(x) = - (11-33)
L L
digunakan sebagai pengganti, Pers. (1 1 -3 2) akan memberikan resultan simpul statik; biasa
nya ini merupakan cara termudah untuk menghitung beban ekivalen secara statis.
Dalam beberapa hal, pembebanan yang dikenakan dapat mempunyai bentuk khusus
p(x,t) = x(x)((t) (11-34)
yaitu, bentuk distribusi beban x(x) tidak berubah menurut waktu; hanya amplitudonya
yang berubah. Dalam keadaan ini gaya tergeneralisasi menjadi
yang menunjukkan bahwa gaya tergeneralisasi mempunyai variasi waktu sama dengan pem
bebanan yang dikenakan ; integral menunjukkan sejauh mana kontribusi beban dalam pem
bentukan gaya tergeneralisasi.
Bila gaya tergeneralisasi yang bekerja pada masing-masing elemen telah dievaluasi de
ngan Pers. (1 1 -3 2), beban efektif total pada simpul dari gabungan struktur dapat diperoleh
melalui prosedur superposisi yang ekivalen dengail proses kekakuan langsung.
Perkiraan Linear
,,
--
oleh pembebanan statik yang bebas dan tidak banyak dipengaruhi oleh respons dinan'lik
struktur. (Bila gaya tersebut benar-benar nyata perubahannya menurut waktu, akan dihasil
kan sifat kekakuan yang berubah menurut waktu, dan prosedur analisis berdasarkan super
posisi tidak berlaku untuk sistem nonlinear seperti itu).
Pada umumnya, dapat dilakukan dua level perkiraan yang berbeda untuk mengevaluasi
sifat-sifat kekakuan geometrik, yang kira-kira sama dengan pembahasan untuk matriks mas
sa dan vektor beban yang terdahulu. Perkiraan yang paling sederhana dapat diperoleh de
ngan mudah dari model fisik yang ditunjukkan pada Gambar 1 1 -9 , di mana diasumsikan
bal1wa semua gaya aksial bekerja pada struktur bantu yang terdiri dari segmen-segmen ha
tang tegar yang disambung dengan engsel. Engsel ditempatkan pada titik-titik di mana de
rajat kebebasan perpindahan lintang balok yang sebenarnya ditetapkan, dan engsel tersebut
disambung dengan balok utama oleh penghubung yang akan memindahkan komponen gaya
lintang e tetapi tanpa gaya aksial.
Bila balok yang sebenamya dilendutkan oleh suatu bentuk pembebanan, sistem peng
hubung b an tu dipaksa melendut bersan1a-sama, seperti yang diperlihatkan pada sketsa. Se
bagai akibatnya, lendutan dan gaya-gaya pada penghubung saling bergantung dengan balok
utama. Dengan kata lain, tahanan balok utama akan diperlukan untuk menstabilkan sistem
bantu.
Gaya-gaya yang dibutuhkan untuk kesetimbangan pada segmen i yang khas dari sistem
bantu diperlihatkan pada Ganlbar 11-10. Komponen gaya lintang fa ; dan fc i tergantung
dari nilai komponen gaya aksial pada segmen Ni dan dari kemiringan segmen. Gaya-gaya ini
diasumsikan positif bila bekerja dalam arah perpindahan yang positif pada balok utama.
Dalam bentuk matriks, gaya-gaya tersebut dapat dinyatakan
[fGifai] 11 [ =
N
;
-1
1
-1
1
] [V;] vi
( 1 1 -35)
No N _N
+ t t 0 0 V!
!G t
lo 11 11
_N Nt N _N
fGl
t + -l 2 0 v2
/ 1 11 12 12
. . . .. . . . ' . . .. . . . . . .
( 1 1 -36)
N; - t N.
t'l
I; � t I;
/G; 0 0 0 + --!
faN
. . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . .
0 0 0 0 VN
134 DINAMIKA STRUKTUR
di niana perlu dicatat bahwa besarnya gaya aksial dapat berubah dari segmen ke segmen;
untuk pembebanan yang diperlihatkan pada Gamb ar 1 1 -9 semua gaya aksial akan sama, dan
suku N dapat ditentukan faktornya dari matriks.
Secara simbolis, Pers. (1 1 -36) dapat dinyatakan
( 1 1 -3 7 )
Konsep elemen terhingga dapat digunakan untuk memperoleh pendekatan kekakuan geo
metrik yang berderajat lebih tinggi , seperti dijelaskan untuk sifat-sifat fisis yang lain. Per
hatikan elemen balok yang digunakan mula-mula tetapi sekarang dikenakan beban aksial
terdistribusi yang menghasilkan variasi gaya aksial N(x) yang sembarang, seperti terlihat
pada Gambar 1 1 - 1 1 . Pada sketsa bawah, terlihat balok dikenakan satu satuan rotasi pada
ujung kiri v3 = 1. Menurut definisi, gaya-gaya simpul yang b erkaitan dengan komponen per
pindahan ini merupakan koefisien pengaruh kekakuan geometrik yang sesuai ; misalnya,
ka 1 3 adalah gaya vertikal yang terbentuk pada ujung kiri.
1--
� rTIIJ �
T
f+ ---- L --
---.._....,
Koefisien-koefisien ini dapat dievaluasi dengan menerapkan perpindahan semu dan me
nyamakan komponen kerja-dalam dan kerja-luar. Perpindahan semu 8 v 1 yang dibutuhkan
untuk menentukan ka 13 diperlihatkan pada sketsa. Kerja semu-luar untuk keadaan ini ada
lah
(I I -38)
di sini perlu diperhatikan bahwa pengertian koefisien kekakuan geometrik positif sesuai de
ngan pe rpindahan p ositif. Untuk menentukan pernyataan kerja semu-dalam, perlu ditinjau
suatu segmen kecil sepanjang dx , yang diambil dari sistem Gambar 1 1-1 1 dan terlihat diper
besar pada Gambar 1 1 - 1 2. Kerja yang dilakukan pada segmen ini oleh gaya aksial N(x) se
lama perpindahan semu adalah
= -
dv
d (be) a (bv)
dx
EVALUASI MATRIKS SIFAT STRUKTUR 135
.V(<)
Segmen kcdl balok yang
dideformasikan Gambar I l -l ! .
GAMBAR 1 1 -1 2
Dengan mempertukarkan simbol diferensiasi clan variasi pada ruas kanan diperoleh
d (be) =
( )
dv t5 dv dx
dx dx
clan karenanya dengan memasukkan persamaan ini ke dalam Pers. ( 1 1 -39) dihasilkan
d W1 = N (x )
dv t5 dv ()
dx
dx dx
Dengan menyatakan perpindahan lateral dalam bentuk fungsi interpolasi rum mengintegrasi
kannya akhirnya diperoleh
wl = bv , IL
0
d x d
N (x) i/J 3 ( ) ljl , (x) dx
dx dx
(1 1 -40)
kGiJ = t•L
N (x )tjl; (x)ljl�(x ) dx (1 1-42)
Kesamaan persamaan ini dengan Pers. (2-40a) akan terlihat ; kesimetrisannya juga jelas ter
lihat, yaitu k c ;j kcji·
=
Jika fungsi interpolasi hermitian [Pers. ( 1 1 -1 6)] digunakan dalam penentuan koefisieh
kekakuan geometrik, hasilnya disebut matriks kekakuan geometrik konsisten. Dalam hal
[/GI] [
khusus di mana gaya aksial adalah konstan sepanjang elemen, matriks kekakuan geometrik
konsisten adalah
/G4
36 - 36
=
!Gl N - 36 36
( 1 1 -43 )
fG 3 30L 3L - 3L
3L - 3L
Sebaliknya, jika fungsi interpolasi linear [Pers. ( 1 1 -33)] digunakan pada Pers. ( 1 1 42), clan
jika gaya aksial konstan melalui elemen, kekakuan geometriknya akan berbentuk seperti
yang diperoleh sebelumnya pada Pers. ( 1 1 -3 5).
Penggabungan koefisien kekakuan geometrik struktur dapat dilakukan persis seperti
untuk matriks kekakuan elastik, dan hasilnya akan mempunyai koefisien yang sama (posisi
suku-suku yang bukan nol). Karenanya matriks kekakuan geometrik konsisten menunjuk
kan derajat kebebasan rotasi dan juga translasi, sedangkan pendekatan linear [Pers. ( 1 1 -3 5)]
hanya berkaitan dengan perpindahan translasi. Akan tetapi, tipe hubungan yang manapun
dapat dinyatakan secara simbolis oleh Pers. ( 1 1 -3 7).
/
Dalam pembahasan terdahulu , telah ditinjau dua level pendekatan yang berbeda untuk
mengevaluasi sifat massa, kekakuan geometrik dan beban-luar: (I ) pendekatan dasar yang
hanya memperhatikan derajat kebebasan translasi struktur dan (2) pendekatan "konsisten",
ya�g memperhatikan perpindahan rotasi dan juga translasi. Pendekatan dasar jauh lebih
mudah diterapkan ; tidak hanya sifat elemen yang dapat ditentukan secara lebih mudah te
tapi jumlah koordinat yang akan ditinjau dalam analisis jauh lebih kecil untuk susunan struk
tur tertentu . Pada dasarnya, hasil-hasil pendekatan konsisten akan menghasilkan ketelitian
yang lebih tinggi, tetapi dalam praktek peningkatannya seringkali kecil. Ternyata derajat ke
bebasan rotasi jauh lebih tidak sesuai untuk analisis daripada suku-suku translasi. Keuntung
an utama pendekatan konsisten adalah bahwa semua kontribusi energi terhadap respons
struktur dievaluasi melalui cara yang konsisten, yang memungkinkan untuk menarik se
jumlah kesimpulan yang berkenaan dengan batas frekuensi getaran ; akan tetapi, keuntung
an ini jarang melebihi usaha tambahan yang dibutuhkan.
Pendekatan dasar massa tergumpal akan menimbulkan masalah khusus bila matriks ke
kakuan elastik telah dirumuskan melalui pendekatan elemen terhingga atau melalui setiap
prosedur lainnya yang memasukkan derajat kebebasan rotasi ke dalam matriks. Jika evaluasi
semua sifat yang lain telah meniadakan derajat kebebasan ini, perlu pula untuk meniadakan
nya dari matriks kekakuan sebelum persamaan gerak dapat dituliskan.
Proses peniadaan derajat kebebasan yang tak diinginkan dari matriks kekakuan disebut
kondensasi statik. Untuk pembahasan ini, anggaplah bahwa derajat kebebasan rotasi dan
translasi telah dipisahkan, sehingga Pers. ( 1 0-5) dapat dituliskan dalam bentuk terpisah.
(11-44)
di mana v 1 menyatakan translasi dan v8 menyatakan rotasi, dengan subskrip yang sesuai de
ngan identitas submatriks koefisien kekakuan. Sekarang, jika tidak satupun vektor gaya lain
nya yang bekerja pada struktur mencakup komponen rotasi, jelas bahwa gaya rotasi elastik
harus juga sama dengan no!, yaitu, f88 _0. Bila kendala statik ini dimasukkan ke dalam
=
Pers. ( 1 1 44), dimungkinkan untuk menyatakan perpindahan rotasi dalam bentuk translasi
dengan menggunakan persamaan submatriks kedua, yang menghasilkan
(1 1 -45)
Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam persamaan submatriks pertama Pers.
( 1 1 44), diperoleh
(ku - k,ekee - t k e,)v, =
fs,
di mana (1 1 -47)
adalah kekakuan elastik translasi. Matriks kekakuan ini sesuai untuk digunakan pada per
nyataan sifat dasar yang lain ; dengan kata lain, ini adalah tipe matriks kekakuan yang di
nyatakan pada Pers. 1 1 -2.
Bila persamaan ini digunakan pada Pers. ( 1 1 45), derajat kebebasan rotasi dapat di
nyatakan dalam bentuk tr anslasi:
� � 2�1 _ =
Ill/
SOAL-SOAL
1 1 -1 Dengan menggunakan polinomial hermitian, Pers. ( 1 1 - 1 6), sebagai fungsi bentuk l/J;(x ) ,
evaluasilah koefisien kekakuan elemen terhingga k23 untuk balok yang mempunyai
variasi ketegaran lentur sebagai berikut: EI(x ) £/0 ( 1 + x/L ) dengan menggunakan
=
Pers. ( 1 1 -2 1 ).
1 1 -2 Dengan menggunakan Pers. ( 1 1-28), hitunglah koefisien massa konsisten m23 untuk
balok yang mempunyai distribusi massa yang tidak seragam sebagai berikut : m (x )
m ( l + x fL ). Asumsikan fungsi bentuk Pers. ( 1 1 - 1 6) dan evaluasilah integral me1alui
=
aturan Simpson, dengan membagi balok menjadi empat segmen dengan panjang yang
sama.
1 1 -3 Distribusi beban yang dikenakan pada balok tertentu dapat dinyatakan sebagai
p(x,t) = fJ ( �)
2 + sin w t
Dengan menggunakan Pers. ( 1 1 -3 4a), tuliskan pernyataan variasi waktu untuk kom
ponen beban konsisten p2 (t) berdasarkan fungsi bentuk Pers. ( 1 1 - 1 6).
/>f I f\ � pfi / 1
'· )I
r
GAMBAR Pl l-1
138 DINAMIKA S T R UKTUR
l l -5 Kerangka bidang pada Gambar P 1 1 - 1 dibentuk dari bagian-bagian yang seragam, de
ngan sifat masing-masing seperti terlihat. Dengan susunan matriks kekakuan yang di
batasi untuk tiga DOF seperti t erlihat , evaluasilah koefisien kekakuan balok dengan
menggunakan Pers. ( 1 1 -22).
1 1 -6 Susunlah matriks massa untuk struktur Soal 1 1 -5 dan eva1u asilah koefisien massa ba-
lok secara tersendiri dengan menggunakan Pers. ( 1 1 -2 9 ) .
1 1 - 7 Susunlah vektor beban untuk struktur Soal 1 1 -5, evaluasilah beban-beban simpul ba
lok secara tersendiri dengan m enggunakan Pers. ( 1 1 -3 2).
1 1 -8 Untuk suatu kerangka bidang yang bentuk umumnya sama seperti pad a Soal 1 1 -5, te
tapi mempunyai panjang balok dan sifat fisis yang berbeda, m atrik kekakuan dan
Ell. [
massa tergumpal adalah sebagai beriku t :
20 I OL 5L 3o o o'
(a)
k
L'
1 0 /.
5L
1 5L'
8L'
8U
1 2Pl m III L ()
()
()
()
0
0J
Dengan menggunaki!n kondensasi statik, �liminasilah kedua deraj at kebebasan ro
t asi dari matriks kekakuan.
(b) Dengan menggunakan matriks kekakuan kondensasi, tuliskan persamaan gerak
SDOF untuk getaran bebas tak-teredam.
BAB
DUA BELAS
Persamaan gerak untuk suatu sistem yang bergetar bebas dapat diperoleh dengan menghi
langkan matriks redam dan vektor b eban yang dikenakan dari Pers. ( 1 0- 1 3)
mv + kv = 0 (12-1)
di mana 0 adalah vektor no!. Masalah analisis getaran terdiri dari penen:tuan kondisi di da
lam mana Pers. ( 1 2 1 ) akan memungkinkan terjadinya gerak. Secara analog dengan kelaku
-
an sistem SDOF, akan diasumsikan bahwa gerak getaran bebas adalah harmonik sederhana,
yang dapat dinyatakan untuk suatu sistem MDOF sebagai
yang (karena bentuk sinus sembarang dan dapat dihilangkan) dapat dituliskan
[k - w2m] v = 0 (1 2-4)
Sekarang dapat diperlihatkan melalui atu ran Cramer bahwa penyelesaian dari kumpulan per
samaan simultan ini adalah b erbentuk
0
V
"
( 12-5)
Dengan dernikian pemecahan nontrivial dimungkinkan hanya bila penyebut persamaan de
terminan hilang. Dengan kata lain, amplitudo terhingga dari getaran bebas dimungkinkan
hanya bila
(1 2-6)
pulan frekuensi modus, yang disusun secara berurutan, akan disebut vektor frekuensi w:
(1 2-7)
Dapat dilihat bahwa untuk matriks massa dan kekakuan tertentu yang nyata, simetrik dan
positif yang termasuk sistem struktur yang stabil, semua akar persamaan frekuensi akan
nyata dan positif.
v, = I
"2 I
1,0 � ·2 -600
=
k,l
.,
=
600 �
I,S
.1
1 .�00
20 kJ J 3,000
I)
=
..___...,.__,
I .HOO
:?.'.!>7- 0
�
(al (b)
GAMBAR El2-l Kerangka yang digunakan pada centoh analisis getaran: (a) sistem struktur; (b)
koefisien pengaruh kekakuan.
m = (I kip · s2jin)
[�
Jadi matriks massa dan kekakuan untuk kerangka ini adalah
1 .0 0
1.5
0
0
] k = (600 kip/in)
[I �I- - ]
0 2.0
-
dari sini
B - ] 0
k w2m = (600 kipsjin) 3 l , 5B -2 (a)
-2 5 - 2ll
di mana
B3 -
derhanakan dan menyamakan dengan nol diperoleh persamaan pangkat tiga
5.5B2 + 1.5B - 2 = 0
G E TARAN BEBAS TAK�EREDAM 141
Akar-akar persamaan ini dapat diselesaikan dengan cara coba-coba; nilai-nilainya adalah
B1
21 0
w> - w3
14
966 = 31 1 radls IIII
2, 1 24 46 1
( 1 2-8)
di mana
( 1 2-9)
Jadi .E<�J menyatakan matriks yang diperoleh dengan mengurangkan Wn 2 m dari matriks ke
kakuan ; karena ini bergantung pada frekuensi, maka akan berb eda untuk masing-masing
modus. Persamaan ( 1 2-8) secara identik dipenuhi karena fre kuensi dievaluasi dari kondisi
ini; dengan demikian amplitudo getaran tidak tertentu. Akan tetapi, bentuk sistem getaran
dapat ditentukan dengan menyelesaikan semua perpindahan dalam bentuk salah satu koor
dinat.
Untuk maksud ini akan diasum sikan bahwa elemen pertama vektor perpindahan mem
[�: ] [b:J
punyai amplitudo satu satu an, yaitu,
(12- 1 1 )
di sini perrusahan ditunjukkan sesuai de n gan amplitudo pe rpindahan yang tak diketahui se
belumnya. Untuk meny e derh an akan , Pers. ( 1 2- 1 1 ) akan dinyatakan secara simbolis sebagai
( 1 2- l l a)
di mana
( 1 2- 1 2)
demikian pula
( 1 2- 1 3)
tetapi Pers. ( 1 2- 1 3) adalah redun dan ; redundansinya sesuai dengan kenyataan bahwa Pers.
{ 1 2-7) sama-sama dipenuhi. Akan tetapi, vektor perpindahan yang diperoleh pada Pers.
142 DINAMIKA STRUKTUR
( 1 2- 1 4) harus memenuhi Pers. ( 1 2- 1 3), dan keadaan ini meru pakan pemeriksaan yang ber
guna bagi ketelitian penyelesaian. Perlu dipe rhatikan bahwa vektor pe rpindahan tersebut
tidak selalu menyebabkan elemen yang pertama dari vektor perpindahan menjadi satu; ke
telitian numerik akan bertambah jika elemen satuan digabungkan dengan salah satu ampli
tudo perpindahan yang lebih besar. Akan tetapi, proses penyelesaian yang sama dapat di
iakukan pada setiap keadaan , .. dengan hanya menyusun kembali orde baris dan kolom dari
:E<•> yang sesuai.
Amplitudo perpindahan yang diperoleh dari Pers. (1 2 - 1 4) serta amplitudo satuan dari
j
komponen yang pertama merupakan vektor perpindahan yang berkaitan dengan modus
getaran yang ke-n . Untuk menyederhanakan vektor ini biasanya dinyatakan dalam bentuk
tanpa dimensi dengan membagi semua komponen dengan salah satu komponen referensi
(biasanya yang terbesar ). Vektor yang dihasilkan disebut bentuk modus yang ke-n
cp , ., r. : tl>n ; jadi
cfi2n .
cfi. =
cfiln = -
{)3• (12-15)
{)kn
cf!Nn {)Nn
tP .1. t[,
Harus diperhatikan bahwa analisis getaran suatu sistem struktur adalah berbentuk nilai
karakteristik, atau nilai eigen yang merupakan masalah aljabar matriks. Bentuk frekuensi
kuadrat adalah nilai eigen, dan bentuk modus adalah vektor eigen. Pembahasan ringkas ten
tang penyederhanaan persamaan gerak dalam getaran bebas menjadi bentuk masalah eigen
yang standar diberikan pada Bab 1 4.
CONTOH E 1 2-2 Analisis bentuk modus getaran dengan menggunakan Pers. ( 1 2- 1 4)
akan diperlihatkan dengan mene rapkannya pada struktur Gambar E 1 2- l . Matriks un
tuk getaran sistem ini telah diutarakan pada Contoh E 1 2- l , dan bila baris kedua dan
� �
B :� r1 [ -�]
ketiga dari matriks ini digunakan, Pers. { 1 2- 1 4) dapat dinyatakan sebagai
[:::] =
_ [3 --1 5 . � B. 5
Jadi bentuk modus dapat diperoleh dengan memasukkan nilai Bn yang dihitung pada
Contoh E 1 2- 1 , menginversikan dan mengalikannya seperti yang diperlihatkan. Per
hitungan untuk ketiga bentuk modus sistem ini sebagai berikut.
Modus 1 :
i'< ( 1 ) - [2 . 475 -2 :E ( I J _ 1 1
B1
14.300 2
= 0.35 l'.oo -
-2 4.300 J ( oo ) =
6.68 L 2 2,4 7 5
J
[f/Jl 1] 1 [ 4 300] [0 . 644 ]
f/Jll =
6.68 2 ()()()
=
0 300
Modus 2 :
-2 = 1 _ [ 1 . 7 80
B2
[0 . 585
[f/J2 2] J
E: < 2 J (E <l)) - 1
1 .6 1 00
_ _
=
°0
-2 1. 780 2.959 2
=
1 [ 1 . 780] [0.60 1 ]
- 2.959 -
=
Modus 3:
1 [ - 2.08 2]
83
[ - 2. 3 1 -2 (EW) _ 1 __
[f/J2 3] J
=
3 _ 54 E o<J )
0 = =
=
1 [ - 2 .08 ] [ - 2 . 57]
f/J33 0.81 2.00 = 2.47
Tentu saja, perpindahan m assa a pada masing-masing modus telah diasumsikan sam a
dengan satu. Ketiga bentuk modus untuk struktur ini disketsa pada Gambar E 1 2-2. I II I
Pembahasan analisis getaran yang terdahulu didasarkan pada perumusan matriks kekaku
an persamaan gerak. Dalam banyak hal, mungkin lebih sesuai untuk menyatakan sifat elas-
tik struktur dengan menggunakan matriks fleksibilitas daripada matriks kekakuan. Persama
an ( 1 2-4) dapat dikonversikan dengan mudah menjadi bentuk fleksibilitas dengan mengali
kan dengan ( 1 I w2 ) f, di mana matriks fleksibilitas f adalah invers dari matriks kekakuan k.
Hasilnya adalah
[� I - ]
(U
rm v = o
( 1 2- 1 7)
di man a I menyatakan m atriks identitas dengan orde N. Seperti sebelurnny a, kumpulan per
samaan yang homogen ini dapat mempunyai penyelesaian yang bukan nol seandainya deter
rninan matriks kuadrat sama dengan nol ; j adi persamaan fre kuensi dalam hal ini adalah
1 ,I w--2 I - fm 11i [
11 I •
= 0 ( 1 2- 1 8 )
1
Evaluasi akar-akar persamaan ini dapat dilakukan seperti pada Pers. ( 1 2-6); demikian pula
bentuk modus yang sesuai dengan masing-masing frekuensi dapat dievaluasi seperti sebelum
nya. Perbedaan dasar antara penyelesaian-penyelesaian ini hanyalah bahwa akar-akar Pers.
( 1 2-8) rnerupakan kebalikan nilai frekuensi kuadrat, bukan frekuensi kuadrat .
Harus diperhatikan bahwa pada umurnny a perkalian matriks fm pada Pers. ( 1 2-8) tidak
simetrik, sungguh pun keduanya matriks massa dan fleksibilitas simetrik. Dalam analisis
komputer digital dari masalah nilai eigen dapat diharapkan untuk menjaga kesimetrisan
DINAMIKA STRUKTUR
;
144
matriks yang akan diselesaikan; cara untuk memperoleh bentuk persamaan fleksibilitas nilai
eigen yang simetrik diberikan pada Bab 14.
Getaran Bebas
Bentuk modus getaran dan frekuensi struktur yang dikenakan be ban gaya aksial yang kon
stan dapat dievaluasi dengan cara yang persis sama dengan pada sistem yang tidak dipenga
ruhi gaya aksial. Dalam hal ini kekakuan geometrik harus dimasukkan ke dalam persamaan
gerak; dengan demikian bentuk Pers. ( 1 2- 1 ) menjadi
mf + kv - kGV = mf + �V = 0 ( 1 2- 1 9)
dan persamaan frekuensi menjadi
( 12-20)
Dalam analisis bentuk m odus dan frekuensi, yang diperlukan hanyalah mensubstitusikan
kekakuan gabungan k untuk kekakuan elastik k; dalam hal-hal lain, analisis sama dengan
yang diutarakan sebelumnya. Untuk setiap kondisi pembebanan aksial yang tertentu, ma
triks kekakuan-geometrik (dan karenanya kekakuan-gabungan) dapat dievaluasi secara nu
meris. Efek sistem gaya aksial tekan adalah mengurangi kekakuan efektif struktur; dengan
demikian frekuensi getaran berkurang; tambahan lagi, bentuk modus biasanya dimodifikasi
oleh beban aksial.
Beban Tekuk
Jika frekuensi getaran no!, gaya inersia pada Pers. ( 1 2- 1 9) akan hilang dan persamaan kese
timbangan menjadi
(12-21)
Kondisi dalam hal mana dimungkinkan vektor perpindahan yang tidak nol adalah kondisi
tekuk statik; dengan kata lain, suatu definisi yang berguna dari tekukan adalah kondisi di
mana frekuensi getaran menjadi nol. Untuk mengevaluasi beban tekuk kritis dari struktur,
akan memudahkan dengan menyatakan kekakuan geometrik dalam bentuk beban referensi
yang dikalikan dengan faktor beban 'Ac . Jadi
(1 2-22)
di sini koefisien kekakuan geometrik elemen melalui mana ka0 terbentuk diberikan oleh
Dalam pemyataan ini N0 (x) adalah beban aksial referensi pada elemen. Dengan demikian
beban struktur sebanding dengan parameter 'Aa ; akan tetapi, distribusi relatifnya konstan.
Dengan mensubstitusikan Pers. ( 1 2-22) ke dalam Pers. ( 1 2-2 1) diperoleh persamaan nilai
eigen
(12-24)
Penyelesaian nontrivial persamaan ini dapat diperoleh hanya dalam kondisi
Il k - A.GkGo ll 0 = (1 2-25)
yang menyatakan kondisi tekuk untuk struktur. Akar-akar persamaan ini menyatakan nilai
nilai vektor beban aksial 'Aa di m ana tekukan akan terjadi. Bentuk modus tekuk dapat di
evaluasi persis seperti bentuk modus getaran. Pada prakteknya, hc;_nya beban tekuk dan ben
tuk modus yang pertama yang mempunyai arti yang nyata; tekukan pada modus yang lebih
besar biasanya tidak begitu penting karena sistem akan mengalami kegagalan bila be ban me
lebihi be ban kritis yang terendah.
GETARAN BEBAS TAK-TEREDAM 145
Walaupun konsep ini pada prakteknya tidak banyak digunakan, paling tidak dari segi ke
pentingan akademis perlu diperhatikan bahwa daerah beban "tekuk" yang berbeda dapat
ditetapkan untuk struktur yang dieksitasi secara harmonis, persis seperti daerah frekuensi
getaran yartg berbeda yang terjadi pada struktur yang diberi beban aksial. Andaikan struk
tur dikenakan eksitasi harmonik pada frekuensi w; yaitu dengan mengasumsikan bahwa
vektor beban yang dikenakan berbentuk seperti berikut sedang bekerja
di mana w adalah frekuensi beban yang dikenakan. Persamaan kesetimbangan yang teredam
dalam hal ini menjadi [ dari Pers. (I 0-18)] :
mv + kv - kGv = Po sin wt (12-27)
Maka respons keadaan stedi akan terjadi pada frekuensi beban yang dikenakan
(12-30b)
Jika amplitudo vektor beban yang dikenakan pada persamaan ini dibiarkan mendekati no!,
melalui pembandingan dengan Pers. (12-5) terlihat bahwa respons yang tidak nol masih
mungkin terjadi jika determinan matriks kuadrat adalah nol. Karenanya kondisi
(12-31)
Kondisi Dasar
Bentuk modus getaran c/Jn mempunyai beberapa sifat khusus yang sangat berguna dalam
analisis dinamika struktur. Sifat-sifat ini, yang disebut hubu ngan ortogonalitas, dapat diper-
146 DINAMIKA STRUKTUR
GAMBAR 12-1 Bentuk-bentuk modus getaran dan gaya-gaya inersia yang dihasilkan.
lihatkan dengan menggunakan hukum Betti. Misalnya, perhatikan dua modus getaran sis
tem struktur yang berbeda, seperti terlihat pada Gambar 12-1. Untuk menyederhanakan,
struktur ini telah diperlihatkan sebagai suatu sistem massa tergumpal, tetapi analisis yang
berikut juga berlaku untuk suatu idealisasi massa konsisten.
Persamaan gerak untuk sistem yang bergetar bebas, Pers. (I 2-4), dapat dituliskan kem
bali
(12-33)
di mana ruas kanan menyatakan vektor beban inersia yang dikenakan -f1 dan ruas kiri ada
lah vektor gaya tahanan elastik fs. Jadi gerak getaran bebas dapat dianggap mencakup len
dutan yang ditimbulkan oleh gaya inersia yang bekerja sebagai beban yang dikenakan, se
perti terlihat pada Gambar 12-1. Atas dasar ini, kedua modus getaran yang diperlihatkan
pada gambar menyatakan dua sistem beban yang dikenakan secara berbeda dan perpindah
an yang dihasilkannya; jadi hukum Betti dapat digunakan sebagai berikut:
Dengan mensubstitusikan pernyataan gaya inersia yang dikenakan ke dalam Pers. (I 2-33)
diperoleh
(12-34)
di mana telah dilakukan aturan perkalian matriks transpos dengan memperhatikan kesime
trisan m. Bila temyata bahwa perkalian matriks pada Pers. (12-34) adalah skalar dan dapat
ditranspos secara sembarang, jelas bahwa persamaan ini dapat dituliskan
(12-35)
Berdasarkan kondisi bahwa kedua modus frekuensi tidak sama, persamaan ini memberikan
kondisi ortogonalitas pertama
(12-36)
Kondisi ortogonalitas kedua dapat diturunkan secara langsung dari sini dengan mengali
kan kiri Pers. (12-33) dengan vmT;jadi
(12-37)
GETARAN BEBAS TAK-TEREDAM 147
yang memperlihatkan bahwa bentuk getaran adalah ortogonal terhadap matriks kekakuan
dan juga temadap massa.
Pada umumnya, lebih mudah untuk menyatakan kondisi ortogonalitas dalam bentuk
vektor bentuk-modus 1/>n tanpa dimensi daripada untuk amplitudo v. yang sembarang. Per
samaan (12-36) dan (12-3 7) jelas sama-sama berlaku bila dibagi dengan setiap nilai perpin
dahan referensi; karenanya kondisi ortogonalitas menjadi
t/JmTmt/J. = 0 (12-38a)
t/JmTkt/Jn = 0 (12-38b)
Untuk sistem di mana tidak ada dua modus yang mempunyai frekuensi sama, kondisi orto
gonalitas berlaku untuk salah satu dari dua modus yang berbeda, seperti terlihat pada Pers.
(12-38); persamaan tersebut tidak berlaku untuk dua modus yang mempunyai frekuensi
sama.
Hubungan Tambahan
Kelompok hubungan ortogonalitas yang lengkap dapat diperoleh secara langsung dari Pers.
(12-33) dengan pengalian secara berurutan. Agar diperoleh hasil-hasil dalam bentuk vektor
bentuk-modus, akan memudahkan dengan membagi kedua ruas Pers. (I 2-33) dengan ampli
tudo referensi, yang menghasilkan pernyataan yang ekivalen.
(12-39)
t/JmTkm-1kt/J. = w/t/J,/kt/Jn
t/JmTkm-1kt/J. = 0 (12-40)
t/JmTkm-1km-1kt/J. = w/t/JmTkm-1kt/J.
dari sini [ dengan menggunakan Pers. (12-40))
tPmTkm-1km-1kt/Jn = 0 (12-41)
Dengan cara yang sama dengan sebelumnya, berapapun jumlah hubungan ortogonalitas tipe
ini dapat dibentuk.
Hubungan yang pertama dari deret yang kedua dapat diperoleh dengan mengalikan kiri
Pers. (12-39) dengan (1 fwn2 )1/>m Tmf, yang menghasilkan
1
-z t/JmTmt/J. = t/JmTmfmt/J.
-
w.
dari sini [ dengan menggunakan Pers. (12-3 8a)]
tPmTmfmtfJ. = 0 (12-42)
Kedua hubungan dasar, Pers. (12-38a) dan Pers. (12-39b), masing-masing dinyatakan oleh
eksponen b = 0 dan b = + 1 pada Pers. (12-44).
Penormalan
Te1ah diperlihatkan sebelumnya bahwa amplitudo modus getaran yang diperoleh dari pe
nyelesaian masalah eigen adalah sembarang; setiap amplitudo akan memenuhi persamaan
frekuensi dasar (12-4), dan hanya bentuk yang dihasilkan saja yang ditetapkan. Dalam pro
ses analisis yang diuraikan di atas, amplitudo dari saiah satu derajat kebebasan (yang per
tama, sebenamya) telah diambil sama dengan satu, dan perpindahan lainnya telah ditentu
kan relatif terhadap nilai referensi ini. lni disebut penonnalan bentuk modus yang berkena
an dengan koordinat referensi tertentu.
Prosedur penormalan lainnya yang juga lebih sering digunakan; misalnya, dalam banyak
program komputer lebih sering digunakan bentuk-bentuk yang dinormalisasi relatif terha
dap nilai perpindahan maksimum dalam masing-masing modus daripada yang berkenaan
dengan koordinat khusus. Dengan demikian, nilai maksimum pada masing-masing vektor
modus besamya sa tu, yang merupakan angka yang sesuai untuk digunakan dalam perhitung
an berikutnya. Prosedur penormalan seringkali digunakan dalam program komputer untuk
analisis getaran struktur, tetapi dengan menyesuaikan masing-masing amplitudo modus ter
hadap amplitudo �. yang memenuhi kondisi
,f,/m�. = 1 (12-45)
Persamaan ini dapat diselesaikan dengan menghitung faktor skalar
v/mv. =
M .
(12-46)
di m ana v. menyatakan amplitudo modus yang ditentukan sembarang, dan kemudian meng
hitung bentuk modus yang diiiormalisasikan sebagai berikut:
(12-47)
Dengan substitusi yang sederhana, mudah untuk memperlihatkan bahwa ini akan memberi
kan hasil yang dibutuhkan.
Sebagai akibat dari tipe penormalan ini, bersama-sama dengan hubungan ortogonalitas
modus relatif terhadap matriks massa [Pers. (12-38a)] , adalah
(12-48)
di mana cf, adalah kumpulan lengkap dari N bentuk modus yang dinormalisasi dan I adalah
matriks identitas N X N. Bentuk modus yang dinormalisasi melalui cara ini disebut sebagai
ortonormal relatif terhadap matriks massa. Meskipun kegunaan bentuk modus yang dinor
malisasi sesuai dalam pengembangan program komputer digital untuk analisis dinamika
struktur, namun tidak mempunyai kegunaan khusus bila dilakukan dengan tangan. Oleh
sebab itu, tidak ada prosedur yang khas yang diasurnsikan pada pembahasan yang berikut.
Nilai-nilainya adalah
M2 = 2.455 M3 = 23,10
GETARAN BEBAS TAK-TEREDAM 149
Dengan membagi masing-masing bentuk modus dengan akar dari faktor-faktor ini 'ke
[ ]
mudian diperoleh matriks bentuk modus yang dinormalisasi
fbT m& =
[1.000 1.000
0.006
(12-48) diperoleh
0.006 0,000
-0.003
]
0.000 -0.003 0.998
Perbedaan kecil antara hasil ini dan matriks identitas yang diinginkan adalah karena ke
salahan pembulatan dalam perhitungan bentuk modus dan dalam melakukan perkalian
terse but karena semua perhitungan dilakukan dengan mistar hitung. 1I I I
SOAL-SOAL
12-1 Sifat-sifat dari suatu bangunan geser tiga-tingkat di mana diasumsikan bahwa se1uruh
massa tergumpa1 pada girder yang tegar diperlihatkan pada Soa1 9-3.
(a) Dengan menye1esaikan persamaan determinan, eva1uasilah frekuensi getaran tak
teredam dari struktur ini.
(b) Berdasarkan frekuensi yang dihitung, evaluasilah bentuk modus getaran yang se
suai, dengan menorma1isasikannya menjadi satu pada tingkat atas.
(c) Tunjukkan secara numeris bahwa bentuk modus yang dihitung rriemenuhi kon
disi ortogonalitas yang berkenaan dengan massa dan kekakuan.
12-2 Ulangi Soa1 12- 1 untuk sifat-sifat massa dan kekakuan yang diberikan pada Soal 9-4 .
12-3 Dua balok yang sama disusun seperti diperlihatkan dalam pandangan isometrik pada
Gambar P 12-1 yang menumpu sebuah alat yang beratnya 3 kip. Ketegaran lentur ba
lok dan beratnya per kaki seperti terlihat. Dengan mengasumsikan massa yang ter
distribusi dari masing-masing balok akan tergumpal setengah di pusatnya dan seper
empat di masing-masing ujungnya, hitunglah kedua frekuensi dan bentuk modus da-
1am bentuk v1 dan v2. [Syarat: Catat bahwa lendutan di tengah balok yang seragam
dengan beban terpusat adalah PL 3j48El. Gunakan perumusan fleksibilitas metode pe
nyelesaian determinan, Pers. (12 -18) ].
GAMBAR Pl2-l
12-4 Sebuah pelat segi-empat yang tegar ditumpu oleh tiga kolom yang disambung secara
tegar dengan pe1at dan pada,bagian dasarnya (seperti yang diperlihatkan pada Gambar
P l2-2).
(a) Evaluasilah matriks massa dan kekakuan untuk sistem ini (dalam suku-suku m, El
dan L), dengan menganggap ketiga koordinat perpindahan seperti ter1ihat. (Sya
rat: Gunakan satu satuan perpindahan atau percepatan yang sesuai dengan ma
sing-masing koordinat yang dibutuhkan untuk kesetimbangan).
150 DINAMIKA STRUKTUR
L L
.,/
Pelat tegar: l
Massa total = m
(terdistribusi
secara merata)
Kolom
tanpa-bobot
(b) Hitunglah frekuensi dan bentuk modus sistem ini dengan menormalisasikan ben
tuk modus sehingga v2 maupun v3 adalah satu.
12-5 Ulangi Soal 12-4 dengan menggunakan rotasi dan translasi (sejajar dan tegak-lurus
dengan sumbu simetris) dari pusat massa sebagai koordinat perpindahan.
12-6 Sebuah batang tegar ditumpu oleh kolom tanpa bobot seperti yang diperlihatkan pada
Gambar P l2-3.
Batang tegar
(m= massa/panjang) 2L
Kolom tanpa-bobot
lentur = El)
(Ketegaran
GAMBAR P12-3
(a) Evaluasilah matriks massa dan fleksibilitas sistem yang ditetapkan untuk -
kedua koordinat yang diperlihatkan 1nl.
(b) HTtunglah kedua bentuk modus dan trekuensi sistem ini. Normalisasikan bentuk
modus sehingga massa tergeneralisasi untuk masing-masing modus adalah satu;
yaitu, supayaM1 M2 M3 1 .
= = =
BAB
TIGA BELAS
Dalam pembahasan setiap sistem N-DOF sembarang yang terdahulu, posisi perpindahan di
tetapkan oleh N komponen vektor perpindahan v. Akan tetapi, untuk analisis respons di
namik sistem linear, pemyataan perpindahan yang jauh lebih berguna ditetapkan oleh ben
tuk modus getaran-bebas. Bentuk-bentuk ini merupakan N pola perpindahan bebas yang
amplitudo-amplitudonya berguna sebagai koordinat tergeneralisasi untuk menyatakan suatu
bentuk perpindahan. Dengan demikian bentuk modus dapat digunakan sama dengan fungsi
trigonometrik dalam suatu deret Fourier, dan bentuk modus tersebut berguna dengan alas
an yang sama - disebabkan oleh sifat-sifat ortogonalitasnya dan karena bentuk modus ter
sebut menentukan perpindahan secara efisien sehingga dapat dibuat perkiraan yang baik
dalam beberapa bentuk.
Sebagai contoh, tinjaulah kolom kantilever yang diperlihatkan pada Gambar 13-1, yang
bentuk lendutannya ditetapkan oleh koordinat perpindahan translasi pada tiga tingkat. Se
tiap perpindahan vektor v untuk struktur ini dapat diperoleh dengan mensuperposisikan
amplitudo dari tiga modus getaran yang sesuai, seperti yang diperlihatkan. Untuk setiap
komponen modus v,., perpindahan dinyatakan oleh perkalian vektor bentuk modus <Pn
dengan amplitudo modus Yn; jadi
v. = t/J.Y. (13-1)
Perpindahan total kemudian diperoleh sebagai jumlah komponen-komponen modus
"
+ +
v=</JY
Pada persamaan ini terlihat bahwa bentuk modus matriks <I> berguna untuk mentransfor
masikan koordinat tergeneralisasi Y menjadi koordinat geometrik v. Koordinat amplitudo
modus ini disebut koordinat nonnal dari struktur.
01eh karena matriks bentuk-modus <I> untuk sistem dengan N derajat kebebasan mem
punyai N vektor modus yang bebas, matriks tersebut ada1ah nonsingu1ar dan dapat diinvers
kan. Jadi se1a1u dimungkinkan untuk menye1esaikan Pers. (13-2) secara langsung untuk am
plitudo koordinat normal Y yang berkaitan dengan setiap vektor perpindahan v yang ter
tentu. Akan tetapi, sifat ortogonalitas menyebabkan tidak perlu untuk menye1esaikan se
tiap persamaan yang simultan dalam mengevaluasi Y. Untuk mengevaluasi koordinat nor
mal Yn yang sembarang, Pers. (13- 1 2) dapat dikalikan dengan perkalian antara transpos
vektor modus yang sesuai dan matriks massa if>nTm;jadi
tf>.Tmv = 4>/m<bY ( 1 3 3)
-
(13-4)
Akan tetapi, semua suku deret ini akan hilang kecuali yang sesuai dengan if>n o1eh karena
sifat ortogonalitas yang berkenaan dengan massa;jadi dengan memasukkan salah satu suku
ini ke dalam ruas kanan Pers. (13-3) diperoleh
4>/mv = 4>/mtf>. Y.
dari sini
Y. tf>.Tmv
= (13-5)
• 4>/mtf>.
Tentu saja, masing-masing koordinat normal dihasilkan o1eh pernyataan tipe ini. Kesamaan
proses analisis dengan penurunan pernyataan yang standar [seperti Pers. (5-2)] untuk meng
evaluasi koefisien deret Fourier hams diperhatikan.
(13-8)
tetapi jika kedua suku pada ruas kanan diperluas seperti terlihat pada Pers. (13-4), semua
suku kecuali yang ke-n akan hilang oleh karena sifat ortogonalitas bentuk modus; dengan
demikian hasilnya adalah
4>.Tmtf>. Y. tf>.Tktf>.Y.
�
+ = 4>/p(t) ( 1 3-9)
Sekarang akan ditetapkan simbol-simbol baru sebagai berikut:
M. = 4>/mtf>. (13-IOa)
ANALI SIS RESPONS DINAMIK 153
(13-IOb)
yang secara berturut-turut disebut koordinat normal massa tergeneralisasi, kekakuan ter
generalisasi dan beban tergeneralisasi untuk modus n. Dengan persamaan-persamaan ter
sebut Pers. ( 13-9) dapat dituliskan
(13-11)
yang merupakan persamaan gerak SDOF untuk modus n. Jika kedua ruas Pers. (12-39),
kl/>n = wn2ml/>n, dikalikan dengan 1/>nT, kekakuan tergeneralisasi untuk modus m akan di
hubungkan dengan massa tergeneralisasi oleh frekuensi getaran
t/J/kt/J. = w/t/J/mtfJ.
atau
K. = w.2M. (13-lOd)
(Huruf-huruf besar digunakan untuk menyatakan semua sifat koordinat tergeneralisasi).
Prosedur yang diuraikan di atas dapat digunakan untuk memperoleh persamaan SDOF
yang bebas untuk masing-masing modus getaran struktur. Jadi penggunaan koordinat nor
mal adalah untuk mentransformasikan persamaan gerak dari kumpulan sebanyak N per
samaan diferensial simultan, yang saling tergantung dengan suku di luar diagonal pada ma
triks massa dan kekakuan, menjadi kumpulan sebanyak N persamaan koordinat normal
yang bebas. Karenanya respons dinamik dapat diperoleh dengan menyelesaikan secara ter
pisah untuk respons masing-masing koordinat normal (modus) dan kemudian mensuper
posisikannya dimgan Pers. (13-2) untuk memperoleh respons dalam koordinat semu1a. Pro
sedur ini disebut metode superposisi modus.
Penurunan Persamaan
Sekarang penting kiranya untuk memeriksa kondisi di mana transformasi koordinat normal
ini juga akan berguna untuk membuat persamaan gerak teredam tidak saling tergantung.
Persamaan ini [Pers. (1 0- 13)] adalah
mv + CV + kv = p(t)
Dengan memasukkan pernyataan koordinat normal Pers. (13-2) dan turunannya terhadap
waktu dan mengalikan kiri dengan transpos vektor bentuk-modus 1/>nT yang ke-n diperoleh
t/J/m«<IY + t/J/c«<IY + t/J/k«<IY = t/J/p(t) (13-12)
Te1ah diperlihatkan di atas bahwa kondisi ortogonalitas
tPmTmt/Jn = 0
tPm Tkt/Jn = 0
mengakibatkan semua komponen kecuali suku modus yang ke-n da1am pemyataan massa
dan kekakuan pada Pers. (13-12) sama dengan nol. Suatu cara yang sama akan digunakan
untuk mempero1eh pernyataan redam jika diasumsikan bahwa kondisi ortogonalitas yang
sesuai berlaku untuk matriks redam; yaitu, dengan asumsi bahwa
P.(t)
Y. + 2e.w.Y. + w. 2 Y. = -
•• •
(13-14b)
M.
di mana
Koordinat-normal massa, kekakuan dan beban tergeneralisasi untuk sistem teredam identik
dengan untuk sistem tak-teredam [Pers. (13-10)]. Peredaman tergeneralisasi untuk modus
n, yang diberikan oleh Pers. (13-15), adalah bentuk yang ekivalen. Suku pada ruas kanan
persamaan ini merupakan definisi dari perbandingan redam �n modus yang ke-n, oleh karena
faktor lainnya pada pemyataan tersebut diketahui. Seperti diperlihatkan sebelumnya, biasa
nya secara fisis, jauh lebih tepat dan dapat dipercaya untuk menentukan peredaman dengan
perbandingan redam masing-masing modus daripada dengan mencoba mengevaluasi koefi
sien matriks redam c.
Dalam penurunan persamaan gerak koordinat normal ini, telah diasumsikan bahwa trans
formasi koordinat normal berguna untuk membuat gaya redam tidak saling tergantung de
ngan cara yang sama dengan membuat gaya inersia dan elastik tidak saling terg;mtung. Ben
tuk modus getaran pada sistem teredam kemudian akan sama dengan bentuk modus tak-te
redam. Sekarang berguna kiranya untuk meninjau pada kondisi mana tidak saling tergantung
tersebut akan terjadi, yaitu. pada bentuk matriks redam di mana berlaku Pers. (13-13).
Rayleigh memperlihatkan bahwa suatu matriks re dam yang berbentuk
(13-16)
di manaa0 dana1 adalah faktor kesebandingan sembarang, akan memenuhi kondisi ortogo
nalitas Pers. (13-13). Ini dengan mudah diperlihatkan dengan menerapkan operasi ortogo
nalitas pada kedua ruas Pers. (13-16); jadi jelas bahwa matriks redam yang sebanding dengan
matriks massa dan/atau kekakuan akan menghasilkan persamaan-persamaan gerak yang ti
dak saling tergantung. Akan tetapi, telah diperlihatkan sebelumnya bahwa sejumlah tak
hingga dari matriks yang dibentuk dari matriks massa dan kekakuan juga memenuhi kondisi
ortogonalitas [Pers. (12-42)] ; berarti matriks redam dapat juga dibentuk dari gablingan
gabungan ini. Maka, pada umumnya, matriks redam ortogonal bisa berbentuk
c = mLab[m-1kr = L Cb ( 1 3- 1 7)
b b
di mana bisa dimasukkan suku-suku sebanyak yang diinginkan.
Peredaman Rayleigh [Pers. (13-16) memang termuat dalam Pers. (13-17); akan tetapi,
dengan memasukkan suku-suku tambahan ke dalam persamaan ini dimu�gkinkan untuk
-memperoleh derajat kontrol yang leb1h besar melalui perbandingan redam modus yang di
akibatkan oleh matriks redam. Dengan menggunakan tipe matriks redam ini, dimungkinkan
untuk menghitung koefisien pengaruh redam yang diperlukan untuk menghasilkan sistem
yang tidak saling tergantung yang mempunyai perbandingan redam yang.diinginkan dalam
jumlah modus yang ditetapkan. Untuk masing-masing modus n, peredaman tergeneralisasi
diberikan oleh Pers. (13-15):
Tetapi jika c diberikan oleh Pers. (13-17), kontribusi suku deret b terhadap peredaman ter
generalisasi adalah
(13-18)
ANALISIS RESPONS DINAMIK 155
Sekarang jika kedua ruas Pers. (12-39) (kif>n = wn2mif>n) dikalikan kiri dengan if>nrkm-1,
hasilnya adalah
(13-19)
Melalui operasi yang sama, dapat diperlihatkan bahwa
b
.P.Tm[m-'k] .P. = w.2bM. (13-20)
""
dan oleh Rarenanya
( 1 3- 21)
Atas dasar ini, matriks redam yang berkaitan dengan setiap modus n adalah
w,
w,3 w,
[i:] r::·]
1
())2 (13-24)
2 ())2 3 ())2
1
())3
w/ WJ
� = '/2Qa (13-25)
di mana Q adalah matriks bujur-sangkar yang memuat pangkat freRuensi modus yang ber
beda. Persamaan (I 3-25) kemudian dapat diselesaikan untuk koefisien a
(13-26)
dan akhirnya matriks re dam dapat diperoleh dari Pers. (I 3-17).
Pad a Pers. (13-23) [atau (13-24)] perlu diperhatikan bahwa bila matriks re dam seban
ding dengan matriks massa (c = a0m; yaitu, b 0), perbandingan redam akan berbanding
=
terbalik dengan frekuensi getaran; dengan demikian modus struktur yang lebih tinggi akan
mempunyai peredaman yang sangat kecil. Dernikian p ula, bila peredaman sebanding dengan
matriks kekakuan (c = a 1 k; yaitu, b = 1), perbandingan redam berbanding langsung dengan
freRuensi; dan modus struktur yang lebih tinggi akan teredam sangat besar.
Metode kedua yang dapat digunakan untuk mengevaluasi matriks kekakuail berhubung
an dengan sekumpulan perbandingan redam modus yang tertentu. Pada dasarnya, prosedur
dapat dijelaskan dengan memperhatikan matriks diagonal yang lengkap dari koefisien re dam
tergeneralisasi, yang dapat diperoleh dengan mengalikan kiri dan kanan matriks-matriks re
dam dengan matriks bentuk-modus:
156 DINAMIKA STRUKTUR
(13-27)
Dari persamaan ini jelas bahwa matriks re dam dapat diperoleh dengan mengalikan kiri dan
kanan C dengan invers matriks bentuk modus atau transposnya:
(13-28)
Jadi untuk setiap kumpulan perbandingan redam modus �n yang ditetapkan dapat dievaluasi
koefisien redam tergeneralisasi C, seperti yang ditunjukkan pada Pers. (13-27), dan kemu
dian dievaluasi matriks redam c seperti pada Pers. (13-28).
Akan tetapi, pada prakteknya, ini tidaklah merupakan prosedur yang sangat mudah ka
rena inversi matriks bentuk modus merupakan suatu pekerjaan perhitungan yang besar. Se
bagai pengganti adalah berguna untuk memanfaatkan sifat ortogonalitas bentuk modus re
latif terhadap matriks massa. Matriks diagonal massa tergeneralisasi dari sistem tersebut
diperoleh dengan mengalikan kiri dan kanan matriks dengan matriks bentuk-modus yang
lengkap:
(13-29)
Dengan mengalikan kiri persamaan ini dengan invers matriks massa tergeneralisasi kemudian
diperoleh
1
I = M-1M = [ M- cDTm] cD = cD-1CI) (13-30)
dari sini jelas bahwa invers matriks-bentuk-modus adalah
cD-1 = M-1CI)Tm (13-31)
Sekarang matriks redam dapat diperoleh dengan mensubstitusikan Pers. (13-31) ke da-
1am Pers. (13-28):
(13-32)
Karena Cn 2�n wn Mn , elemen-elemen matriks diagonal diperoleh sebagai perkalian ketiga
=
(13-34)
di mana t adalah matriks diagonal elemen t n. Pada prakteknya adalah lebih mudah untuk
memperhatikan bahwa masing-masing perbandingan redam akan memberikan kontribusi
bebas terhadap matriks redam sebagai berikut:
c. = mifJ.(.cfJ.Tm (13-35)
Dengan demikian matriks redam total diperoleh sebagai jumlah kontribusi modus
c = .t c. = m [J J
1 ifJ.,.c/J/ m (13-36)
(13-37)
Dalam persamaan ini kontribusi masing-masing modus terhadap matriks redam sebanding
dengan perbandingan redam modus; karenanya setiap modus yang tak-teredam sama sekali
ANALI SIS RESPONS DINAMIK 157
tidak memberikan kontribusi terhadap matriks redam. Dengan kata lain, hanya modus khu
sus yang termasuk dalam pembentukan matriks redam yang akan mempunyai peredaman;
semua modus lainnya tidak akan teredam.
Dalam hal ini, baik sekali untuk meninjau seberapa jauh keadaan tersebut dapat di
harapkan untuk mengevaluasi elemen matriks redam secara eksplisit, seperti dengan Pers.
(13-17) atau (13-37). Telah diperlihatkan bahwa perbandingan redam modus merupakan
ukuran peredaman yang paling efektif pada sistem bila analisis dilakukan dengan metode
superposisi modus. Dengan demikian matriks redam akan diperlukan dalam bentuk ekspli
sit terutama bila respons dinarnik ditentukan me1alui prosedur analisis yang lain, misalnya
dengan integrasi bertahap sistem nonlinear.
Dalam paragraf yang terdahulu, telah ditekankan bahwa bila bentuk matriks re dam struktur
memenuhi kondisi ortogonalitas modus, transformasi menjadi koordinat modus tak-teredam
akan menghasilkan sekumpulan persamaan yang tidak saling tergantung. Oleh karena res
pons sistem kemudian dapat diperoleh dengan mensuperposisikan respons yang diberikan
oleh persamaan SDOF ini, ketidaktergantungan ini akan merupakan keuntungan utama ko
ordinat normal. Begitu juga, telah dijelaskan sebelumnya bahwa koordinat ini mempunyai
keuntungan utama lainnya yang sama pentingnya: respons dinarnik utama seringkali ber
kaitan dengan beberapa koordinat modus yang terendah, yang berarti bahwa perkiraan res
pons yang baik seringkali dapat diperoleh dengan jurnlah koordinat yang sangat berkurang.
Bila respons dinarnik terdapat hanya pada beberapa modus yang rendah, jelas akan ber
manfaat menerapkan transformasi koordinat normal, sekalipun terhadap struktur di mana
matriks re dam tidak memenuhi kondisi ortogonalitas. Dalam hal ini, matriks redam tergene
ralisasi tidak akan berbentuk diagonal; yaitu, persamaan modus akan saling tergantung de
ngan gaya redam tergeneralisasi. Karenanya, respons lebih baik diperoleh dengan menginte
grasikan persamaan tersebut secara simultan daripada secara tersendiri. Akan tetapi, inte
grasi ini dapat dilakukan dengan metode bertahap (lihat Bab 15), dan tentu saja lebih efi
sien melakukan integrasi untuk beberapa sistem persamaan koordinat normal yang tidak
saling tergantung daripada untuk persamaan yang saling tergantung semula.
Prosedur alternatif untuk menyelesaikan masalah eigen yang kompleks (yang dihasil-.
kan bila matriks berbentuk umum) dan kemudian untuk mendapatkan sekumpulan per
samaan yang tidak saling tergantung dengan mentransforrnasikannya menjadi koordinat
modus1 yang teredam. Akan tetapi, evaluasi bentuk modus yang teredam membutuhkan
perhitungan yang jauh lebih besar daripada yang digunakan untuk penyelesaian mas3lah
eigen yang tak-terdam; masalah tersebut adalah berderajat 2N untuk sistem yang mem
punyai N derajat kebebasan karena sudut fase harus dievaluasi untuk masing-masing derajat
kebebasan dan demikian juga amplitudo relatifnya. Oleh sebab itu penggunaan bentuk mo
dus tak-teredam biasanya lebih efisien.
Transformasi koordinat normal, yang berguna untuk mengubah kumpulan seban yak N per
samaan gerak suatu sistem MDOF yang saling tergantung menjadi suatu kumpulan sebanyak
N persamaan yang tidak saling tergantung, merupakan dasar metode superposisi modus ana
lisis dinamik. Metode ini dapat digunakan untuk mengevaluasi respons dinamik setiap struk
tur linear di mana perpindahan telah dinyatakan dalam bentuk suatu kumpulan sebanyak N
koordinat diskrit dan di mana peredaman dapat dinyatakan dengan perbandingan redam
modus. Prosedur terdiri dari tahapan berikut.
1 Pendekatan yang seperti itu diuraikan dalam Dynamics of Structures oleh W.C. Hurty dan M.F. Rubin
stein, Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N.J., 1964, bab 9.
158 DINAMIKA STRUKTUR.
TAHAP 1: PERSAMAAN GERAK Untuk golongan sistem ini, persamaan gerak dapat dinyata
kan [Pers. (10-13)] sebagai
mv + d + kv = p(t)
TAHAP 2: ANALISIS BENTUK MODUS DAN FREKUENSI Untuk getaran bebas yang tak-te
redam, persamaan matriks ini dapat disederhanakan menjadi persamaan nilai eigen [Pers.
(12-4)]:
(k - w2 m]v = 0
melalui mana matriks bentuk modus <t> dan vektor frekuensi w getaran dapat ditentukan.
TAHAP 3: BEBAN DAN MASSA TERGENERALISASI D engan masing-masing vektor bentuk
modus <Pn yang digunakan secara berturut-turut, massa dan beban tergeneralisasi untuk ma
sing-masing modus dapat dihitung [Pers. (13- 10)] :
M. = t/J/mt/1. P.(t) = t/J/p(t)
TAHAP 4: PERSAMAAN GERAK YANG TIDAK SALING TERGAN TUNG Persamaan gerak un
tuk masing-masing modus kemudian dapat dituliskan; yaitu dengan menggunakan massa
dan gaya tergeneralisasi untuk modus bersama-sama dengan frekuensi modus Wn dan nilai
spesifik dari perbandingan redam modus �n, sebagai berikut [Pers. 13-14b )] :
P.(t)
Y. 2�.w.Y. w.2 Y.
•• •
+ + = - (13-38)
M.
TAHAP 5: RESPONS MODUS TERHADAP PEMBEBANAN Hasil dari tahap 4 adalah kumpul
an sebanyak N persamaan gerak yang bebas, satu untuk masing-masing getaran modus. Per
samaan SDOF ini dapat diselesaikan dengan menggunakan salah satu metode yang sesuai,
yang tergantung dari tipe pembebanan. Pernyataan respons umum yang diberikan oleh inte
gral Duhamel [Pers. (7-14)] untuk masing-masing modus adalah
(13-39)
TAHAP 6: GETARAN BEBAS MODUS Persamaan p-14) dapat digunakan untuk sistem da
lam keadaan diam pada waktu t = 0. Jika kecepatan dan perpindahan awal tidak nol, suatu
respons getaran bebas harus ditambahkan ke dalam pernyataan integral Duhamel untuk
masing-masing modus. Respons getaran bebas tak-teredam yang umum diberikan [Pers.
(3-26)] untuk masing-masing modus oleh
(
Y. t) = e-�""'"' [ Y.(O ) + Y.(O)�.w. sin w .t
wD•
D + Y,(O) cos wD•t] (13-40)
di mana Yn(O) dan Yn(O) menyatakan perpindahan dan kecepatan modus awal. lni dapat
diperoleh dari perpindahan v(O) dan kecepatan v(O) awal yang telah ditentukan, yang di
nyatakan dalam koordinat geometrik semula untuk masing-masing komponen modus [Pers.
(13-5)] sebagai berikut:
Y.(O) = t/1.
;
T v(O)
(13-41)
•
Y.(O) = t/1.
; v(O)
(13-42)
•
v(t) =
tf>tYl(t) + t/>2Y2(t) + t/>3Y3(t) + · · ·
TAHAP 8: RESPONS GAYA ELASTIK Riwayat perpindahan struktur dapat dianggap se-
bagai ukuran dasar responsnya terhadap pembebanan dinamik. Pada umumnya, parameter
respons yang lain seperti tegangan atau gaya yang terjadi pada berbagai komponen struktur
dapat dievaluasi secara langsung dari perpindahan. Misalnya, gaya elastik fs yang melawan
deformasi struktur diberikan secara langsung [Pers. (1 0-6)] oleh
fs(t) = kv(t) = klllY(t) (13 -43)
Suatu pernyataan alternatif untuk gaya elastik mungkin berguna dalam hal di mana
frekuensi dan bentuk modus telah ditentukan dari bentuk fleksibilitas persarnaannilai eigen
[Pers. (12-17)]. Dengan menuliskan Pers. (1343) dalarn bentuk kontribusi modus
f5(t) =
kt/>1 Y1(t) + ktf>2Yz(t) + ktj>3Yit) + · . ·
Pada Pers. (13-44) gaya elastik yang berhubungan dengan masing-masing komponen
modus telah diganti dengan pemyataan gaya inersia modus yang ekivalen. Kesarnaan per
nyataan ini telah diperlihatkan dari persarnaan kesetimbangan getaran bebas [Pers. (13-29) ];
akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa penggantian ini berlaku pada setiap waktu, bahkan
untuk analisis statik.
CONTOH E13- l Berbagai aspek prosedur superposisi modus akan dijelaskan berkena
an dengan struktur kerangka tiga tingkat Contoh E12- l (Garnbar E12-1). Untuk me
mudahkan, di sini sifat-sifat fisis dan getaran struktur diringkaskan:
-
2,�]0 kip·s2/in
·-�H[14,31,51] �l
w = radfs
46,1
[1,0,064400 -0,1,060001
CfJ =
0,300 -Oy676
Sekarang getaran bebas yang akan diakibatkan oleh kondisi awal sembarang yang ber
ikut akan dievaluasi, yaitu dengan mengasumsikan struktur teredam:
Y(t = 0) = M-1CfJTmv(t =
0) (13-31)
[yang juga dapat ditentukan dengan menggabungkan Pers. dan (13-2)]. Dari
data massa dan bentuk modus yang diberikan di atas, matriks massa tergeneralisasi ada
lah
M=
[1,8001 2,4055 00 l
0 0 23,10
(di mana akan terlihat bahwa suku-suku ini sama dengan faktor-faktor yang dinormali
sasi yang dihitung pada Contoh E l 2-3). Dengan mengalikan kebalikan dari suku-suku
ini dengan transpos bentuk modus dan matriks massa kemudian diperoleh
M-1CfJTm =
r0,0,545507 -0,0,533666 -0,Oj3533]50
Lo,o43 -0,167 o,214
Karenanya akan diperoleh amplitudo koordinat modus awal yang merupakan perkalian
antara matriks ini dan perpindahan awal yang ditetapkan
Y(t = 0) = M-1CfJTm
[0,0,54] [ -0,0,5192]08
= in
0,3 0,019
dan kecepatan koordinat modus yang dihasilkan dari perkalian ini dengan kecepatan
awal yang tertentu
w.t
redam adalah berbentuk
= O)
= ---'!___ sin + = 0)cos
Maka dengan menggunakan kondisi awal koordinat modus yang dihitung di atas, serta
[Y1Yz((tt))] [ w1t] [
frekuensi modus, diperoleh
ww1tl
Y3(t) w3t w3t
0;332 sin 0,592cos
= -O,l06 sin w2t + - 0,108cos 2t
-0,033 sin 0,019cos
Dari hasil-hasil modus ini akhirnya dapat diperoleh gerak getaran-i>ebas untuk masing
masing tingkat dari hubungan superposisi v(t) <I>Y(t). Jelaslah bahwa gerak masing
=
CONTOH E13-2 Sebagai penjelasan laiimya dari superposisi modus, akan dihitung res
pons struktur Gambar E12-1 terhadap suatu beban tekanan-ledak pulsa-sinus. Untuk
[p1p2((tt))l [1]
maksud ini, beban dapat dinyatakan sebagai
PJ(t)
= 2 (500kip)cos�t
2 2tt
tl
di mana -- t1 t1
0.02 s
<t<-
2
=
Dengan pembebanan yang berlangsung singkat ini, dapat diasumsikan bahwa respons
pada masing-masing modus adalah getaran bebas serta amplitudonya dapat ditentukan
melalui spektrum pulsa-sinus Gambar 6-6. Jadi selama masa respons yang pertama, bila
efek peredaman diabaikan, respons modus dapat dinyatakan sebagai
Y.(t) = D, ;�n
5in w.t (a)
m
di mana
[K1K2] [ ] [ ]
Dengan menggunakan data yang diringkaskan pada Contoh E13-1 dihasilkan
[pp12] [ ] [ ]
= =
500 1,444
= l/JT 1,000 = -777 kip (c)
p3 1,000 400
Demikian pula, perbandingan periode dan panjang impuls untuk modus struktur ini
adalah
[w'] [ ]
w3
0 046
_ 0,02 ,
-- Wz 0,099
2n 0,147
162 DINAMIKA STRUKTUR
[�:] [�:�:]
dim dariDarilbar 6-6, ini memberikan faktor pembesaran dinamik modus yang berikut:
= (d)
D3 0,57
Karenanya, dengan menggunakan hasil-hasil yang diberikan pada Pers. (b ) sampai de
[ ] [
ngan (d) pada Pers. (a) diperoleh
Y1(t)
Y2(t) =
(0,686) sin 14,5t
( -0,128) sin 31,1t in
] (e)
Y3(t) (0,005) sin 46,1t
Akan terlihat bahwa gerak tingkat atas semata-mata merupakan jumlah pernyata
an modus Pers. (e), karena untuk masing-masing modus, bentuk modus mempunyai
satu satuan amplitudo di puncaknya. Akan tetapi, untuk tingkat 2, misalnya, perpin
dahan modus relatif di tingkat ini harus diperhitungkan, yaitu, pernyataan superposisi
modus akan menjadi
V2(t) =
L rP2nY.(t)
(0,442 in) sin 14,5t + (0,077 in) sin 31,1 t
-(0,013 in) sin 46. l t (f)
Demtktan pula, gaya-gaya elastik yang terjadi pada struktur ini akibat beban ledakan
akan diberikan oleh Pers. (13-39), yang mana untuk sistem massa tergumpal ini dapat
dievaluasi.pada tingkat 2 sebagai berikut
fn(t) = L m2w/Y.(t)rf>2n
= (139 kip)(sin 14.5t) + (112 kip)(sin 31.1t)
- (41 kip)(sih 46.1t) (g)
Bahwa kontribusi modus yang lebih tinggi adalah lebih penting terhadap respons gaya
daripada terhadap perpindahan adalah jelas sekali dengan membandingkan pernyataan
(f)dan(g). ////
CONTOH E13-3 Untuk struktur Contoh E12-1, akan ditentukan matriks redam yang
eksplisit sehingga perbandingan re dam dalam modus pertama dan ketiga akan menjadi
5 persen dari kritis. Dengan mengasumsikan peredaman Rayleigh, yaitu dengan meng
ambil b sama dengan 0 dan 1 pada Pers. (13-17), faktor kesebandingan a0 dan a1 dapat
dievaluasi dari persamaan yang berbentuk umum, Pers. (13-24), dengan menggunakan
data frekuensi yang terdapat pada Contoh E13-1, sebagai berikut
[:�] [�:�� ]
= 165
[ ]
=
Sekarang pentinglah kiranya untuk menentukan apa yang akan dihasilkan dari per
bandingan re dam matriks ini dalam modus kedua. Dengan mengambil persamaan kedua
dari pemyataan matriks Pers. (13-24) ( dengan mengambil a_1 0) diperoleh =
�2 = 0,0433 = 4,33%
Oleh karena itu, meskipun hanya perbandingan redam yang pertama dan kedua yang
ditentukan, perbandingan redam yang dihasilkan untuk modus kedua merupakan nilai
yang. pantas. I II I
SOAL-SOAL
13-1 Sebuah ba1ok kantilever yang menumpu tiga massa tergumpa1 yang sama, diperlihat
kan pada Gambar P l3-1; pada gambar tersebut juga dicantumkan bentuk modus tak
teredam <I> dan frekuensi getaran w. Tuliskan suatu pernyataan untuk respons dina
mik dari massa 3 pada sistem ini sete1ah dikenakan beban fungsi tangga pada massa 2
sebesar 8-kip (yaitu, 8k dikenakan secara tiba-tiba pada waktu t 0 dan tetap bekerja =
secara permanen pada struktur), dengan memasukkan ketiga modus dan mengabaikan
peredaman. P1ot1ah riwayat respons v3 (t) untuk interval waktu 0 < t < T1•
m= 0.4 f. s2
<I>=
�
,054
0,406
0,283
0,870
0,957
-0,281
] { }; w =
3,61
24,2 rad/s
0,913 --0,402 0,068 77,7 GAMBAR P 13-1
13-2 Tinjau1ah ba1ok Soa1 13-1, tetapi dengan mengasumsikan bahwa beban harmonik di
kenakan pada massa 2, p2(t) 3k sin wt, di mana w = 3(4w1.
=
(a) Tuliskan pernyataan untuk res pons keadaan stedi dari massa 1, dengan meng
asumsikan bahwa struktur tak-teredam.
(b) Evaluasilah perpindahan dari semua massa pada waktu terjadi res pons maksimum
dan p1otlah bentuk 1endutan pada waktu tersebut.
13-3 Ulangi bagian (a) dari Soa1 13-2, dengan mengasumsikan bahwa struktur mempunyai
peredaman kritis pada masing-masing modus.
�
k3 = 2,400
{ }
J
,000 1,000 1,00 11,62
<I> = 0,548 -1,522 -6I26 . w = 27,5 rad/s
>
13-4 Sifat-sifat massa dan kekakuan dari suatu bangunan geser tiga tingkat, serta bentuk
bentuk modus getaran tak-teredam dan frekuensi-frekuensinya, diperlihatkan pada
Gambar Pl3-2. Struktur dikenakan getaran bebas dengan memindahkan lantai-lantai
sebagai berikut: v1 0,3 in; v2 -0,8 in dan v3 0,3 in, dan kemudian me
== == =
13-5 Bangunan pada Soal 13-4 dikenakan pembebanan harmonik yang bekerja pada lantai
atas: P1 (t) 5k sin wt, di mana w l ,lw1. Evaluasilah amplitudo gerak keadaan ste
= =
di pada ketiga tingkat lantai dan sudut fase e antara vektor beban yang dikenakan dan
vektor respons perpindahan pada masing-masing lantai.
13-6 Dengan mengasumsikan bahwa bangunan pada Soall34 mempunyai peredaman Ray
leigh, evaluasiiah matriks redam untuk struktur tersebut yang akan menghasilkan per
bandingan redam sebesar 5% dan 15% pada masing-masing modus pertama dan modus
ketiga. Berapakah besarnya perbandingan redam yang akan dihasilkan matriks ini pa
da modus kedua?
13-7 Ulangi Soal 13-6, dengan menyelesaikan untuk matriks redam menggunakan Pers.
(13-37).
BAB
EMPAT BELAS
rangan terse but akan merupakan langkah yang efektif sekali dalam penanganan sistem yang
besar. Selanjutnya sejumlah konsep dasar yang berkenaan dengan iterasi matriks ikut men
dasari pengembangan dan generalisasi metode analisis Stodola. Ini diikuti dengan tinjauan
singkat masalah pengembangan matriks dinamik dalam bentuk simetrik, sehingga analisis
getaran struktur dapat dilakukan dengan penyelesaian masalah eigen secara efisien sekali
dengan program yang dapat diperoleh pada beberapa pusat komputer. Akhirnya bab ini
mengutarakan secara singkat suatu masalah analisis getaran kelas khusus yang menyangkut
struktur tak-terkendala atau hanya terkendala sebagian, yang membutuhkan suatu modifi
kasi prosedur analisis struktur yang khas.
Barangkali prosedur perhitungan dengan tangan yang paling baik adalah metode analisis
iteratif yang dikembangkan oleh Stodola. Dalam penggunaan modern, prosedur ini biasa
nya dirumuskan dalam notasi matriks; sehingga prosedur ini disebut juga iterasi matriks.
Metode ini didasarkan pada Pers. ( 1 2- 1 7), yang dapat dituliskan
1
-
(0 2
v = fmv
� •
(14-1)
Perkalian matriks fm pada persamaan ini menyatakan semua sifat dinamik struktur; ini di
sebut matriks dinamik D ; jadi
D fm == (1 +2)
(14-3)
Persamaan ( 14-3) tentunya akan dipenuhi hanya oleh vektor-vektor yang menyatakan
suatu bentuk modus getaran yang sebenarnya; ada N bentuk seperti ini, dan masalah dasar
dari metode Stodola adalah untuk menentukan N (atau sebanyak yang diinginkan). Untuk
memulai proses, suatu bentuk trial v 1<0) harus diasumsikan; ini harus menyatakan taksiran
bentuk modus pertama yang mungkin terbaik;. amplitudo adalah sembarang. Subskrip 1
yang digunakan pada notasi ini menunjukkan bentuk modus pertama; tanda (0) menunjuk
kan asumsi bentuk awal. Bila bentuk ini dimasukkan ke dalam ruas kanan Pers. ( 1 4-3), sua
tu bentuk baru akan diperoleh dengan mengalikan kiri nilai terse but dengan D ; sehingga
( 1 4-4)
Umumnya, bentuk baru akan berbeda dari bentuk yang diasumsikan (kecuali kalau ini ada
lah bentuk modus yang &�benarnya); dengan demikian bentuk ini diberi tanda dengan super
skrip (1 ). Sebenarnya, Pers. ( 1 4-4) tidak dapat dituliskan secara langsung karena frekuensi
getaran tidak diketahui ; jadi perkalian D dan bentuk yang diasumsikan akan dinyatakan v<1 >,
yaitu
( 14-5)
di mana v 1<1 >
sebanding dengan bentuk yang dihitung, 1 /w 12 dikenal sebagai faktor kese
bandingan yang tidak diketahui, sehingga [bandingkan Pers. ( 1 4-4) dan ( 1 4-5)] :
_1_2 vl ( 1 ) = v/ o (14-6)
wl
Jika diasumsikan bahwa amplitudo yang dihitung adalah sama dengan amplitudo yang di
asumsikan mula-mula, persamaan yang sama dengan Pers. ( 1 4-6) dapat digunakan untuk
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 167
/ V _
=_ k _
1 ( 0)
atau w
(14-8)
Vu (1)
Jika bentuk yang diasumsikan adalah bentuk modus yang sebenarnya, maka frekuensi
yang sama akan diperoleh dengan mengambil perbandingan [Pers. (14-8)] untuk setiap ko
ordinat struktur. Umumnya bentuk yang diturunkan v(l) akan berbeda dari y(O)' dan hasil
yang berbeda akan diperoleh untuk setiap koordinat perpindahan. Dalam keadaan ini, fre
kuensi modus pertama yang sebenamya terletak antara nilai maksimum dan minimum yang
dapat diperoleh dari Pers. (14-8):
(14-9)
Karena kenyataan tersebut, terbukti bahwa pendekatan yang lebih baik untuk frekuensi
dapat diperoleh dengan proses perata-rataan. Seringkali prosedur perata-rataan terbaik me
merlukan penyertaan distribusi massa sebagai suatu faktor yang berpengaruh. Jadi dengan
menuliskan ekivalen vektor Pers. (14-7 ), mengalikan kiri kedua ruas dengan (v1<1))Tm, dan
menyelesaikannya untuk w12 dipero1eh
(14-10)
Persamaan (14-10) menyatakan pendekatan frekuensi terbaik yang dapat diperoleh pa
da umumnya dengan tahap iterasi tunggal dari setiap bentuk yang diasumsikan v1(0). [Eki·
valensinya dengan persamaan Rayleigh yang telah disempumakan Pers. (9-22) perlu diper
hatikan]. Akan tetapi, bentuk v1(t) yang dihitung adalah pendekatan bentuk modus per
tama yang lebih daripada asumsi mula-mula v1(0). Jadi jika v1(t) dan bentuk t urunannya
v1<2) digunakan pada Pers. (14-8) atau (14-10), pendekatan frekuensi yang dihasilkan akan
lebih baik daripada yang dihitung dari asumsi mula-mula. Dengan mengulangi proses se
cukupnya, pendekatan bentuk modus dapat disempurnakan sampai dicapai tingkat keteliti
an yang diharapkan. Dengan kata lain, setelah s siklus
(14-11)
di mana kesebandingan antara v1<•) dan v1<•-l) dapat dicapai sampai bilangan desimal ter
tentu. Bila proses iterasi telah mendekati batas tingkat ini, frekuensi yang sebenarnya akan
diperoleh dengan menyamakan perpindahan pada setiap posisi yang dikehendaki (terutarna
posisi perpindahan m'aksimum):
(14-12)
Bila bentuk modus getaran yang seoenarnya telah ditentukan dengan cara ini, proses perata
rataan dari Pers. (14-10) untuk peningkatan hasil tidak perlu dipakai.
CONTOH E14-1 Metode Stodola akan ditunjukkan dengan menghitung bentuk dan
frekuensi modus pertama dari kerangka bangunan tiga tingkat Gambar E12-1 (ditunjuk
kan lagi pada Gambar E14-1). Walaupun matriks fleksibilitas dari struktur ini dapat di
peroleh secara mudah dengan inversi matriks kekakuan yang diturunkan pada contoh
tersebut, tetapi akan diturunkan di sini untuk maksud penyelesaian dengan mengguna
kan secara berturut-turut satu satuan beban untuk setiap derajat kebebasan. Menurut
168 DINAMIKA STRUKTUR
definisi, 1endutan yang ditimbu1kan o1eh.beban satuan tersebut, yang ditunjukkan pada
[ ]
Gambar E 14- I , menyatakan koefisien pengaruh fleksibilitas.
Jadi matriks fleksibilitas dari struktur ini adalah
11 5 2
�
k- 1 = 1
f = -- 5 5 2 in/kip
3,600 2 2 2
fll=II p1=1
1,200
2.0
1,800
(a) (b)
GAMBAR El4-l Kerangka yang digunakan pada contoh analisis Stodola: (a) sistem struktur; (b) koefi
sien pengaruh fleksibilitas (X 3.600).
D = lm = --
1
[
11 7,5 4
5 7,5 4 s2
3.600 2 3
]
4
Proses iterasi yang ditunjukkan o1eh Pers. ( I4-5) dengan mudah dapat dilakukan
dalam bentuk daftar yang diperlihatkan di bawah, suatu vektor v1(o) yang re1atif kurang
["
baik sengaja digunakan pada contoh ini untuk memperlihatkan konvergensi yang baik
dari prosedur tersebut.
<o)
D v.
m:J
7.5
-
I
5 7.5
3.600
[n.sl
2 3
vl o> Vt (1) -
v. (2) Vt<l> -
v. (3) v.(3) v,<4) Vt<4> v,<')
1.00 I8.I 1.00 I7.26 1.00 I 7. 08 1.000 I 7.04
= I6.5 0,73 I2,I 0.67 11.26 0.65 I 1.08 0.646 I 1.04
9 0,40 5.8 0,3I 5,25 0.30 5,I5 0.30I 5,I4
Bentuk akhir)
Catat bahwa faktor I/3.600 tidak ditinjau pada tahap analisis ini karena hanya bentuk
re1atif yang penting. Bentuk-bentuk tersebut te1ah dinormalisasi dengan membagi de
ngan komponen perpindahan terbesar [1ihat Pers. (I4-1 I 4)). Sete1ah empat sik1us, ben
tuk ini telah tepat untuk ketelitian mistar hitung dan sesuai dengan yang diperoleh me-
1alui pendekatan 'determinan (Contoh EI 2-2).
Dari Pers. (14-I 2), dengan komponen perpindahan terbesar [a tau Pers. (14-1 17)] ,
frekuensi modus pertama dipero1eh menjadi
0) 2 _1_1
V
(4)
_ 1 ()()()
•
1 = = = 211 14.5 radfs
B1 1 (S) (1/3.600)(17.04)
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 169
di mana di sini dapat dicatat bahwa faktor 1/3.600 sekarang telah termasuk nilai ii <5>.
11
Dalam hal ini juga penting untuk menentukan daerah frekuensi yang diperoleh se
telah satu siklus, seperti ditunjukkan oleh Pers. (14-9):
(w z) .
1 mm = v11(0)1 = 3.600 = 160 (W 1 2) maks =
V31(O) = 3.600
-- -- = 400
Vu ( ) 22,5 v31 (1) 9
Dengan demikian frekuensi dalam keadaan ini, setelah satu siklus tidak dapat ditetap
kan dengan baik (akibat kurangnya vektor trial). Akan tetapi, pendapatan yang sangat
[�]
baik dapat dicapai setelah siklus pertama dengan proses penita-rataan Pers. (14-10):
[ ]
[22.5 24.75 18.00] (3.600)
--------=-�--=-- 1 65.25(3.600)
= = 218
22.5 1.077
[22.5 24.75 18.00] 16.5
9.0
Perkiraan siklus-pertama ini sesuai dengan metode Rayleigh yang telah disempumakan
(R11 ) , yang diperlihatkan pad a Contoh E9-3. ////
Bukti Konvergensi
Bahwa proses iterasi Stodola harus konvergen ke arah bentuk modus pertama, umumnya
dapat diperlihatkan dengan mengenali bahwa proses ini pada dasarnya mencakup perhitung
an gaya inersia yang sesuai untuk setiap bentuk yang diasumsikan, lalu menghitung lendut
an yang dihasilkan dari gaya-gaya ini, kemudian menghitung gaya inersia akibat lendutan
yang dihitung, dan sebagainya. Konsep ini ditunjukkan pada Gambar 14-1 dan secara mate
matis diterangkan pada paragraf berikut.
Bentuk awal yang diasumsikan dinyatakan dalam koordinat normal [lihat Pers. {13-2)]
sebagai
(14-13)
di m ana Y1(0) akan menjadi relatif besar jika perkiraan yang baik pada bentuk trial telah di
buat. Gaya inersia yang sesuai dengan bentuk getaran ini pada frekuensi modus pertama
akan menjadi [lihat Pers. (12-33)]
(14-14)
(wdwn)2 diperoleh
0
Dengan menentukan v 1< ) seperti pada Pers. (14-13) dan dengan menuliskan w12 = wn2
v1<1> ff/0>
= = fm [�1w/Y/0> Cl>2w/Y2(0) (::Y ]
+ + · · ·
di mana
yn<ll (:J yn<O> =
(14-17)
l
1
V (I) =
n=Ltl o/nyn cJ>Y( )
N
" A. (I) = (14-19)
yang sama bentuknya dengan Pers. (14-13), tetapi menunjukkan perpindahan yang telah di
turunkan.
Prosedur yang sama untuk .siklus iterasi yang lain memberikan lendutan yang dihasil
kan dari siklus kedua
Bentuk terakhir dari persamaan ini diikuti karena koefisien untuk modus pertama jauh le
»
((1)(1):)2s >> ((1)(1):)2s
bih besar daripada semua koefisien lainnya; yaitu,
1 » . . . (14-22)
Dari Pers. {14-22) ini terbukti bahwa kontribusi modus yang lebih tinggi terhadap bentuk
v 1(s) dapat dibuat sekecil yang diinginkan dengan melakukan iterasi menurut jurnlah siklus
yang cukup; jadi pengaruh modus pertama menggambarkan bentuk yang dihasil)can. Atas
dasar ini, proses harus konvergen ke arah bentuk modus pertama selama kontribusi modus
pertama terhadap bentuk yang diasumsikan v1<0) tidak no!.
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 171
v<•> = tPl (:Jzs Y/o> tP2 (:J2s y2<o> + tP3 (:J2s y3<o>
+ + ...
(14-23)
dan dari persamaan ini jelas bahwa jika Y1(o) nol, proses harus konvergen ke arah bentuk
modus-kedua; jika, baik Y 1(0) maupun Y 2(0) nol, proses ini akan konvergen ke arah modus
ketiga, dan sebagainya. Jadi, untuk menghitung modus kedua dengan iterasi matriks, yang
diperlukan hanyalah mengasumsikan bentuk trial y'z{O) yang tidak mengandung komponen
modus-pertama. (Tanda tak-hingga pada simbol menunjukkan bentuk yang tidak mengan
dung kontribusi modus-pertama).
Arti dari penghilangan komponen modus-pertama dari setiap bentuk modus-kedua yang
diasumsikan, diperjelas dengan kondisi ortogonalitas. Tinjau suatu bentuk modus-kedua
yang diasumsikan secara sembarang, komponen modus ini dinyatakan sebagai berikut:
(14-24)
Jadi, jika komponen ini dihilangkan dari bentuk yang diasumsikan, vektor yang tinggal da
pat dikatakan telah dimurnikan :
(14-2 7)
Vektor trial yang telah dimurnikan ini sekarang akan konvergen ke arah bentuk modus-ke
dua pada proses Stodola. Akan tetapi, kesalahan pembulatan akan terdapat pada operasi
numerik yang memungkinkan komponen modus-pertama muncul lagi pada vektor trial; oleh
karena itu perlu untuk mengulangi operasi pemurnian ini untuk setiap siklus penyelesaian
iteratif guna menjamin konvergensinya ke arah modus kedua.
Pengertian sederhana dari pemumian vektor trial komponen modus-pertama diberikan
oleh matriks sapuan (sweeping), yang dapat diturunkan dengan mensubstitusikan nilai Y1(0)
dari Pers. (14-26) ke dalam Pers. (14-27), yaitu,
(14-29)
Seperti ditunjukkan oleh Pers. (14-28), matriks ini mempunyai sifat yang menghilangkan
komponen modus-pertama dari setiap vektor trial yang telah dikalikan kiri, dan hanya me
ninggalkan bentuk yang telah murni.
Prosedur Stodola sekarang dapat dirumuskan dengan matriks sapuan ini, sehingga nilai-
172 DINAMIKA STRUKTUR
nya konvergen ke arah modus getaran kedua. Dalam keadaan ini, Pers. (144) dapat ditulis
kan
1 - < 1) n- (0)
- Vz - v2 (14-30)
_
w/
yang menyatakan bahwa setiap bentuk trial modus-kedua yang tidak mengandung kompo
nen modus-pertama akan konvergen ke arah modus-kedua. Dengan mensubstitusikan Pers.
(14-28) ke dalam Pers. (14-3Q) dihasilkan
1
V (I) - V (O) -
= DV )
-2
w/
- DS12 2 2(O (14-31)
di mana
(14-32)
adalah suatu matriks dinamik baru yang menghilangkan komponen modus-pertama dari se
tiap bentuk trial v2<0) dan �batnya secara otomatis konvergen ke arah modus kedua. Bila
D2 digunakan, analisis modus-kedua keseluruhannya sama dengan analisis modus-pertama
yang dibicarakan di atas. Jadi frekuensi dapat diperkirakan dengan ekivalen Pers. (14-10)
(v (ll) Tmv (Ol
w2 2 - _,_ 2 2 (14-33)
v2
- (I) -(I)
mv2
di mana
atau analisis dapat dilakukan untuk setiap tingkat konvergensi yang diinginkan. Jelaslah
bahwa modus-pertama harus dievaluasi sebelum modus-kedua dapat ditentukan dengan me
tode ini. Bentuk modus-pertama. rjJ1 juga harus ditentukan dengan ketelitian ter;tentu dalam
mengevaluasi matriks sapuan S1jika hasil-hasil yang memuaskan ingin diperoleh pada anali
sis modus-kedua. Umumnya, ordinat bentuk-modus-kedua yang akan diperoleh mempunyai
gambaran yang kurang nyata dibandingkan nilai-nilai modus-pertama.
CONTOH E14-2 Untuk memperlihatkan anlllisis iterasi matriks dari modus getaran
yang lebih tinggi, modus kedua dari bangunan pada Contoh El4-1 akan dihitung. Un
tuk analisis ini, matriks sapuan akan ditentukan dalam bentuk Pers. (14-154) [lebih baik
dari Pe!s. (14-29)] karena persamaan ini lebih sesuai untuk dihitung dengan tangan,
khususnya bila hanya modus tunggal yang akati disapu. Bentuk matriks sapuan modus
pertama dari Pers. (14-154) adalah
[ -I T
- (,P /m.) (tP I m ,)
SI =
I J
di mana untuk struktur ini (dari Contoh E14-1) rp,r = [1.000 0.646 0.301] dan m8
adalah kolom pertama dari matriks massa: ml = [I 0 0]. Jadi rjJ1 Tm8 = 1. Juga mr
menyatakan kolom sisa dari matriks massa.
m, = [1�5 �] 0 2.0
yang menghasilkan rjJ1 Tmr = [0,969 0,602]. Dengan demikian modus-pertama matriks
[ ]
sapuan
-0.969 -0,602
S1 = I 0
0 I
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 1 73
D2 DS1
1
3·600
[ -3,2,�666 -2,0,6992]
= = --
1,06 2,80
Pe:nyelesaian iteratif untuk bentuk dan frekuensi modus-kedua, dengan mengguna
kan matriks dinamik ini, dilakukan berikut ini dengan format yang sama dengan yang
digunakan pada Contoh E l4- l . Terbukti bahwa hanya vl [v22 v32] yang perlu di =
masukkan ke dalam vektor trial v2<0> karena perpindahan v12 lantai puncak diatur me
nurut kondisi ortogonalitas. Perpindahan ini tidak perlu dievaluasi sampai penyelesaian
untuk Vr menjadi konvergen.
I - - I
1
p
0,1 0092 3,3,74417 1,0,0901 13,3,4761 -1.0,1,049061 [ -0682]
1 00
v2<2> - (3)
vl vz<3> - �4)
v2 v2c4>
-I �
'
-0, ,6
,
X �
r:entuk akhir
Pada penyelesaian ini, perpindahan telah dinormalisasi dengan membaginya dengan ke
dua perpindahan yang lebih besar yang ditinjau dalam iterasi. Akibatnya nilai v21 yang
dihitung setelah Vr konvergen, diperoleh lebih besar dari 1; hasil ini telah dinormalisasi
lagi pada kolom akhir sehingga bentuk yang diperoleh dapat dibandingkan dengan yang
diperoleh sebelumnya pada Contoh E12-2. Adanya sedikit perbedaan adalah akibat ke
salahan pembulatan dalam perhitungan dengan mistar hitung.
Frekuensi modus-kedua yang dihitung dari hasil-hasil yang diperoleh pada siklus
-
V
__g_
I
-
1'
= 958
yang perbandingannya kira-kira tepat dengan nilai 966 yang dihitung pada Contoh
E12-1. Tentu saja, metode akan konvergen ke arah hasil-hasil yang tepat jika angka
angka yang dibuat dalam perhitungan cukup nyata. / Il
Analisis Modus Ketiga dan yang Lebih Tinggi
Sekarang akan diperlihatkan bahwa proses sapuan yang sama dapat diperluas untuk me
murnikan vektor trial baik komponen modus-pertama rnaupun kedua, dengan hasil bahwa
prosedur Stodola akan konvergen ke arah modus-ketiga. Dengan menyatakan bentuk mo
dus-ketiga yang telah dirnurnikan [secara analogi dengan Pers. (14-27)] sebagai
13
( 4 4)
-
dan dengan menggunakan kondisi bahwa v3(0) adalah ortogonal baik terhadap <I>! dan <1>2
t/1/mvJ<o>
t;/'mv3<0l
=
=
00 =
= tP !rmv3<oJ - Mlyl<oJ
1{>2Tmv/0l - M2Y2< 0l
diperoleh persamaan untuk amplitudo modus-pertama dan kedua pada vektor trial v3(0)
174 DINAMIKA STRUKTUR
yl(OJ =
__
M
l q,lrmv}Ol
!
(14-35a)
Y
2(Ol -
-- 1 .�,. r
M '1'2
2
mv3 (OJ (14-35b)
yang ekivalen dengan Pers. (14-26). Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam Pers.
(14-34 ), dihasilkan
1
V- 3 (OJ -
- v (OJ
3 -M
- '1'1'1'1 rmv3
.�,. .�,. (Ol - _1_ '1'2'1'2
M
.�,. .�,. rmv (O)
3
I 2
atau
(14-36)
Persamaan (14-36) menunjukkan bahwa matriks sapuan S2 yang menghilangkan baik kom
ponen modus-pertama maupun kedua dari v3(o) dapat diperoleh hanya dengan proses peng
ambilan bentuk modus-kedua dari matriks sapuan modus-pertama yang diberikan oleh Pers.
(14-29), yaitu,
(14-37)
di mana operasi matriks-sapuan dinyatakan oleh
(14-38)
Hubungan Stodola untuk analisis modus ketiga sekarang dapat dituliskan secara analogi
dengan Pers. (14-31):
(14-39)
Maka matriks dinamik D3 yang telah dimodifikasi berfungsi untuk menyapu komponen
modus:pertama dan kedua dari vektor trial v3(o) dan dengan demikian menghasilkan kon
vergensi ke arah bentuk modus-ketiga.
Proses yang sama ini ternyata dapat dilanjutkan ke analisis modus sistem yang lebih
tinggi. Misalnya, untuk mengevaluasi modus keempat, matriks sapuan S3 akan dihitung se
bagai berikut:
(14-40)
di mana persamaan ini akan menjalankan fungsi
Matriks yang sesuai untuk menghitung setiap modus dapat diperoleh dengan mudah secara
analogi dari persamaan ini; yaitu,
S" =
sn-1 - -
M
1 .
tPntPn m
T
(14-42)
Jelaslah bahwa pembatasan yang paling penting dari prosedur ini adalah semua bentuk mo
dus yang lebih rendah harus dihitung sebelum suatu modus tertentu yang lebih tinggi dapat
dievaluasi. Demikian pula, penting untuk mengevaluasi modus yang lebih rendah tersebut
ANALISIS GE)'ARAN PRAKTIS 1 75
dengan ketelitian yang tinggi jika matriks sapuan untuk modus yang lebih tinggi ingin di
lakukan secara efektif. Umumnya proses ini digunakan langsung untuk meng.lJitung modus
yang tidak lebih dari empat atau lima.
Paling tidak secara akademis pedu untuk memperhatikan bahwa met ode Stodola juga dapat
digunakan untuk analisis modus getaran tertinggi dari suatu struktur. Jika Pers. (14-1) di
kalikan kiri dengan w2 m -l k, hasilnya dapat dituliskan
(14-43)
(14-44)
Jika suatu bentuk trial untuk modus getaran tertinggi (ke-N) dimasukkan, Pers. (1443)
menjadi
(14-45)
yang ekivalen dengan Pers. (144). Dengan analogi Pers. (14-8) dan (14-10), perkiraan fre
kuensi modus ke-N diberikan o1eh
vkN(I)
(J)N 2 = �•
(1 4-46a)
vkN
atau
w/ = (V(vN(<II))TIDVN(l) (1 4-46b)
N mvN<Ol
lf
di mana vN(l) = EvN(o).
Tambahan lagi, bentuk vN(l) yang dihitung adalah suatu perkiraan bentuk modus ter
tinggi yang lebih baik daripada asumsi mula-mula; jadi jika persamaan ini digunakan sebagai
suatu bentuk trial baru dan proses diulangi beberapa kali, bentuk modus tertinggi dapat di
tentukan sampai tingkat perkiraan yang diinginkan.
Bukti konvergensi proses ini ke arah modus tertinggi dapat dilakukan dengan tepat se
bagaimana untuk modus terendah. Perbedaan utama dalam membuktikan bahwa suku wN2
adalah pembilang yang lebih tinggi dari penyebut, yaitu dengan hasil yang ekiva1en dengan
( �: 2)2s
Pers. (14-22) yang berbentuk
((J)�: )2s OJ ((J)�: )2s
1 »
I » » 3 » ...
(1 4-47)
CONTOH El4-3 Analisis modus getaran ketiga untuk struktur tiga tingkat Contoh
E14-1 dapat dilakukan dengan mengevaluasi matriks sapuan modus-kedua dan meng
gunakannya untuk memperoleh suatu matriks dinarnik yang langsung akan konvergen
ke arah modus ketiga. Akan tetapi, analisis ini umurnnya lebih mudah dan lebih teliti
176 DINAMIKA STRUKTUR
untuk menilai modus tertinggi suatu struktur dengan iterasi menurut bentuk kekakuan
matriks dinamik; pendekatan tersebut diperlihatkan di sini.
Matriks kekakuan dan invers dari matriks massa untuk struktur Gambar El4-1 ada
] [ ]
lah (lihat Contoh E1 2- 1 )
-�
-1 -0 6 0 0
I
3 kips/in m-1 = - 0 4 0 in/kip·s2
-2 6
0 0 3
[ ]
Dengan demikian bentuk kekakuan dari matriks dinamik adalah
6 -6 0
E = m-1 k = lOO -4 I2 -8 s-2
0 -6 15
Penggunaan suatu bentuk awal adalah untuk perkiraan yang pantas dari modus ketiga,
di mana iterasi dilakukan seperti berikut, sesuai dengan format Contoh E1 4-l.
H
<O>
E vJ v3o> VJ(l) v3<2>
]
-6 -I -I2 -0.50 -9.0
1.00
�
!OO I2 I 24 21.0
-6 -
15 -I -21 -0.88 -19,2
< >
Va(l) V- a (3) v3 3 v3<4> V3(6) V- a {7)
-0.43 -8.58 -OAI -8.40 -0.394 - 8,36
X 1.00 21.00 l.OO 21.20 1.000 21.24
-0.9I -I9.65 -0.95 -20.10 -0.956 -20.34
\. B�ntuk akhir
Jelaslilh bahwa proses iterasi yang konvergen ke arah bentuk modus tertinggi ini jauh
lebih lambat dibandingkan yang konvergen �e arah modus terendah pada Contoh E1 4-l;
ini adalah karakteristik umum dari metode Stodola. Akan tetapi, bentuk akhir sangat
sesuai dengan yang diperoleh dari penyelesaian determinan (Contoh El2-l) dan ter
utama ditujukan untuk ketepatan mistar hitung. Frekuensi yang diperoleh dari siklus
iterasi akhir [lihat Pers. (1 4 -46a )] adalah
w/ =
ii23(7) =
21,24(100) =
2,124
v23 (6) 1
yang juga sesuai sekali dengan nilai yang diperoleh pada Contoh El2- 1 . Faktor 100 pa
da persamaan ini adalah angka yang harus dikalikan yang telah merupakan faktor ma
triks dinamik E. I II/
( 14-48a)
di mana
(14-48b)
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 177
(k - i.GkG0)v = 0 (12-24)
1
-v = Gv (14-49a)
AG
di mana
(14-49b)
Persamaan ( l449a) ben tuknya sama dengan persamaan Stodola dan bisa diselesaikan dengan
tipe prosedur iteratif yang sama. Nilai eigen yang memungkinkan nilai v tidak nol yang akan
ditentukan adalah beban tekuk yang dinyatakan oleh nilai parameter beban "-c· Jadi, jika
suatu bentuk trial untuk modus tekuk pertama dinyatakan v ,<o), proses iterasi ditunjukkan
oleh
(14-50)
Bila prosedur iterasi digunakan untuk menilai modus tekuk dengan cara ini, prosedur di
sebut metode Vianello, setelah orang yang pertama yang menggunakannya untuk maksud
ini.
Analisis tekuk Vianello ini prinsip dan tekniknya identik dengan analisis getaran Sto
dola dan tidak perlu dibicarakan lehih lanjut, kecuali untuk mengutarakan bahwa kondisi
ortogonalitas yang digunakan dalam menilai modus tekuk yang lebih tinggi adalah
(14-51)
Akan tetapi, umumnya hanya modus tekuk terendahlah yang penting, dan ada baiknya
untuk meninjau sedikit prosedur ini guna mengevaluasi modus tekuk yang lebih tinggi.
CONTOH E144 Metode analisis tekuk Vianello akan diperlihatkan melalui evaluasi
be ban tekuk awal dari suatu ko!om kantilever seragam yang dibebani o leh beratnya sen
diri (Gambar E1 4-2). Struktur yang telah didiskritisasi dengan membaginya menjadi
tiga segmen yang sama dan menggunakan perpindahan lateral dari setiap simpul sebagai
derajat kebebasan. Di sini diasumsikan bahwa berat kolom yang terdistribusi secara se
ragam tergumpal pada ujung-ujung segmen; dengan demikian seperenam dari berat total
nya terpusat pada puncak dan sepertiga pada kedua simpul sebelah dalam. Gaya-gaya
aksial pada tiga segmen kolom akibat berat yang terkonsentrasi ini ditunjukkan pada
gambar.
Bila pendekatan perpindahan linear [Pers. (1 1 -36)] digunakan, kekakuan geome
trik dari kolom ini diberikan oleh
N,
r
N,
�7H -:]
0
1, I,
-1
N, N1 N2 N
kG _ - + -
_ 2 4
= 1, 1, 12 12 - 3
N N2 N3
0 _ 2 -+ -
12 12 13
178 DINAMIKA STRUKTUR
T 2 ¥= 3W
N2
N3 =SW
(a) (b)
GAMBAR E l4-2 Analisis tekukan kolom akibat beratnya sendiri: (a) kolom seragam; (b) model yang
dipertimbangkan.
dan ini akan diambil sebagai referensi kekakuan geometrik ka0• Dengan mengenakan
beban-beban satuan secara berturut-turut pada ketiga simpul dan dengan menghitung
[ ]
lendutan yang dihasilkan melalui prosedur analisis statik standar, matriks fleksibilitas
dari kolom diperoleh menjadi
54 28 8
3
f = _I_ 28 16 5
6EI 8 5 2
[
Dengan demikian matriks stabilitas G diberikan oleh
26
Wl2
G = fkao = - 12
_ 6EI 3
Suatu parabola diarnbil sebagai suatu perkiraan yang pantas untuk bentuk tekukan mo
dus-pertama, dan iterasi Vianello dilakukan sebagai berikut, mengikuti format yang
sama dengan contoh getaran.
Wl'
- 12
6EI
26[ G
34
21
-20
-8
] v,<•
l
1.00 38.8
0,44 20.3
- (1)
v,
3 6 1 0.11 5.7
- (2) 2) - (J) >
v1< v 1<3 - (4)
1
v1 ° v, v, v,
'
1.00 40.7 1.00 41.1 1,000 41.1
X 0.52 21.7 0.534 22.0 0.535 22.0
0.15 6.3 j0.155 6.4 0,156 6.4
Bentuk sebenarnya
Proses ini konvergen secepat analisis getaran Stodola modus-pertama. Faktor beban
tekuk kritis yang diperoleh dari siklus iterasi terakhir adalah
1,315 E._
WL 2
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 179
di mana hasil ak:hir dinyatakan dalam bentuk panjang total L. Dari persamaan ini berat
kritis per satuan panjang diperoleh menjadi
wer
=
L/6 1.315(6)EL3l
J.c, W = =
7,89EL3l
Mengingat perbandingan ini dengan hasil sesungguhnya sebesar 7,83EI/L3 sangat baik,
jelaslah bahwa kekakuan geometrik yang diturunkan dari asumsi perpindahan-linear se
derhana adalah efektif sekali.
Pengaruh kekakuan geometrik pada frekuensi getaran dari kolom ini juga dapat di
hitung dengan iterasi matriks. Tentu saja, jika berat satuannya mempunyai nilai kritis
seperti yang dihitung di atas, frekuensi getaran akan menjadi no!. Akan tetapi, untuk
k = -- 44
Dengan demikian matriks kekakuan gabungan yang dihitung dari efek gaya aksial di
berikan oleh [Pers. ( 1 0-20))
-
k =
k - kG =
� �E l
26 13 24 -89 152
Akhirnya, analisis getaran dapat dilakukan dengan iterasi menurut matriks dina
mik yang telah dirnodifikasi D = k:- 1 m, di mana k-1 adalah invers dari matriks kekaku
an gabungan seperti ditunjukkan di atas. Penyelesaian contoh ini diserahkan kepada
pembaca. II II
Prosedur Dasar
Dasar dari metode Stodola adalah pengaturan yang berurutan dari setiap bentuk yang di
asumsikan sampai bentuk modus sebenarnya dicapai, yang diikuti dengan evaluasi frekuensi
modus. Metode yang akan dibahas sekarang, yaitu metode Holzer, dilakukan terutama da
lam urutan yang berlawanan: frekuensi secara berurutan diatur dari suatu asumsi awal sam
pai frekuensi sebenarnya diperoleh, bentuk modus akan dinilai secara simultan.
Metode Holzer paling baik digunakan untuk analisis struktur yang komponen-kompo
nennya diatur sepanjang suatu sumbu dasar, yaitu tipe sistem yang sering disebut struktur
rantai. Walaupun ada teknik yang dapat dikembangkan menggunakan cara yang lain dengan
susunan yang lebih kompleks, hanya pemakaian yang sangat dasar yang akan ditinjau di sini
mengingat tujuannya hanya untuk memperlihatkan konsep dasar prosedur, bukan untuk
mempelajari pemakaiannya secara terinci.
Suatu contoh praktis tipe sistem yang paling sederhana di mana metode ini dapat di
pakai adalah bangt.man geser, yang ditunjukkan pada Gambar 1 4-2. Pada struktur ini di-
180 DINAMIKA STRUKTUR
VN
N
I
KN-1 I
mN+I I
VN I I
N- I
I
I
�� ;
i+ I
m;+J v,•IJ I
I
k, I
m, I
v, I
I
I
I
'� I
m2 I
v21
2
kl
1I
I
ml
/ \b)
I VI
I
I
ko I
B %
(a)
GAMBAR 14-2 Analisis suatu bangunan geser menurut Holzer: (a) sistem struktur; (b) gaya-gaya dan
perpindahan lantai yang khas.
asumsikan bahwa pelat lantai adalah tegar, sehingga lendutan lateral hanya diakibatkan oleh
lenturan kolom dan tidak terjadi rotasi pada sambungan. Dalam keadaan ini kekakuan lantai
(gaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu satuan perpindahan relatif antara lantai)
pada tingkat i adalah
(14-52)
di mana I menyatakan momen: inersia total dari semua kolom pada tingkat i dan h adalah
tinggi lantai. Di sini juga diasumsikan bah wa semua massa tergabung dengan pelat lantai dan
bahwa gerak berlangsung pada bidang gambar.
Tipe sistem ini diberi karakteristik oleh kenyataan bahwa pertambahan perpindahan di
setiap lantai i hanya bergantung pada gaya geser total pada ketinggian I.\, sementara pada
getaran bebas pertambahan gaya geser pada setiap ketinggilin lantai hanya bergantung pada
lendutan total dari ketinggian tersebut karena gaya inersia sebanding dengan perpindahan.
Sifat ini memberikan kemungkinan untuk menghitung gaya-gaya dan perpindahan pada
struktur keseluruhan dengan perhitungan yang berurutan dari salah satu ujung jika suatu
asumsi dibuat dari frekuensi getaran dan dari kondisi batas pada ujung awal yang tak dike
tahui. Misalnya, jika analisis dimulai dari puncak bangunan Gambar 14-2 , maka perlu untuk
mengasumsikan suatu amplitudo perpindahan getilran pada titik ini, tetapi kondisi batas
gaya geser ternyata adalah nol di atas pelat puncak. Amplitudo perpindahan yang diasumsi
kan adalah sembarang karena getaran bebas dapat berlangsung pada setiap amplitudo. Akan
tetapi, frekuensi getaran bebas tersebut adalah terbatas, dan jika asumsi frekuensi tidak
tepat, kondisi batas yang dibutuhkan pada ujung struktur yang lain tidak akan terpenuhi.
Misalnya Gambar 1 4-2, jika analisis telah dimulai dari puncak dengan suatu frekuensi yang
tidak tepat, perpindahan yang dihitung pada dasar tidak akan sama dengan nol. Sebenar
nya, analisis tersebut tidak salah; ini adalah penyelesaian untuk rnasalah yang tidak benar.
Bentuk yang dihitung adalah yang akan dihasilkan jika dasar struktur digerakkan dengan
frekuensi yang diasumsikan pada amplitudo yang dihitung.
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 181
Frekuensi, w
wz
GAMBAR 14-3 Variasi perpindahan dasar dengan frekuensi yang dikenakan (mempertahankan perpin
dahan pada puncak).
Frekuensi getaran bebas yang sebenarnya dapat di.peroleh dengan cara coba-<:oba, de
ngan mengatur asumsi frekuensi secara berurutan sampai kondisi bat as yang dibutuhkan di
penuhi. Dalam praktek, penentuan frekuensi yang sebenarnya disederhanakan sepenuhnya
jika suatu plot dibuat dari nilai batas yang dihitung sebagai fungsi frekuensi yang diasumsi
kan. Suatu plot untuk amplitudo perpindahan dasar yang dihitung untuk bangunan Gambar
14-2, dengan mengasumsikan satu satuan perpindahan pada puncak, ditunjukkan secara
kualitatif pada Gambar 14-3, disertai dengan sketsa bentuk-bentuk yang sesuai untuk be
berapa frekuensi yang diasumsikan. Prosedur ini dapat digunakan untuk mengevaluasi �
tiap frekuensi getaran dan bentuk modus yang sesuaL Dalam kenyataan, inilah salah satu
keuntungan dasar dari metode Holzer: dimungkinkannya untuk menghitung setiap modus
getaran secara bebas dari yang lainnya. Untuk struktur bangunan geser, jumlah modus un
tuk setiap frekuensi yang sebenarnya sama dengan jurnlah simpul (titik-titik amplitudo per
pindahan nol) sepanjang sumbu, termasuk dasar sebagai salah satu simpul.
CONTOH E14-5 Analisis getaran metode Holzer akan diperlihatkan dengan mengeva
luasi kembali frekuensi modus-pertama dan bentuk modus dari bangunan tiga tingkat
Gambar E14-l . Sifat-sifat dasar dari bangunan diringkaskan pada Gambar E14-3, di
sertai dengan semua perhitungan yang u tarn a dari analisis Holzer. Tahap pertama dalam
prosedur ini adalah mengasumsikan frekuensi getaran trial; dalam keadaan ini frekuensi
2
tersebut d itetapkan secara sembarang pad a 10 rad /s, sehingga w 100. D engan =
perhitungan yang d itetapkan d engan label "Trial I" telah d ilakukan, yang d imulai d e
w2m1v1
ngan gaya inersia lantai-puncak
h = = 1 00(l)(VXlO) = 1 00 kip
Gaya ini kemud ian menyebabkan geseran lantai- puncak sebesar'D1 = 100, d an perubah
an bentuk lantai-puncak yang sesu ai d iberikan oleh
ilv1 'Dt
=- =- =
k!
100
600
0.167
.
m
h2 w2m2v2
B ila perpind ahan ini d iketahui, gaya inersia pada tingkat ini d iberikan oleh
= = 100(1,5)(0,833) = 1 25 kip
D engan menambahkan gaya ini ke inersia lantai- puncak d id apatkan geseran pad a lantai
ked ua sebesar 225 kip. D engan membagi gaya geser ini d engan kekakuan lantai ked ua
d iperoleh peru bahan bentuk pad a lantai ini �v 2 yang d ikurangi d ari v 2 untuk memper
oleh v3. B ila prosed ur d ilanjutkan untuk lantai d asar, d iperoleh bahw a perpind ahan
d asar ad alah 0.449 in. Hasil ini menunjukkan bahw a frekuensi sebesar 10 rad /s, akan
menghasilkan amplitud o getaran pad a puncak sebesar 1,000 in. J uga terlihat d ari ben
tuk perpind ahan (simpul perpind ahan tid ak nol) bahw a frekuensi w = 10 rad /s ad alah
lebih kecil d ari frekuensi pribad i mod us pertama.
D i samping kenyataan bahw a 10 rad /s ad alah terlalu rend ah, trial pertama hanya
memberikan sed ikit petunjuk d ari besarnya frekuensi mod us pertama yang akan d iper
2
oleh; d engan d emikian trial ked ua telah d itetapkan secara sembarang pad a w = 200.
D an lagi, perpind ahan puncak d iambil sebesar 1.000 in. d an bentuk lend utan telah
d ihitung seperti d itunjukkan oleh susunan perhitungan yang d iberi label ':Trial II".
Pad a saat ini perpind ahan d asar yang d iperoleh besarnya 0.038 in, d engan d emikian
200 yang d iasumsikan ad alah d ekat sekali d engan frekuensi pribad i yang sebenar
2
w =
nya.
D ari hasil kedua trial tersebut suatu taksiran yang baik d ari freku ensi yang sebenar
nya d apat d iperoleh d engan ekstrapolasi linear pad a graflk seperti Gambar 14-2. D engan
(ilw2) (ilw2)
melakukan ekstrapolasi secara analitis d ihasilkan
d i mana subskrip menunjukkan jumlah trial untuk pertambahan yang d iambil. D alam
kead aan ini hubungan ekstrapolasi ad alah
100
=
Llro�_3 ilwi-3
= 9
0.411 0.038
2
D engan d emikian pad a trial ketiga, frekuensi yang d iasumsikan ad alah w = 209. Per
pind ahan d asar yang d iakibatkan oleh asumsi ini telah d itentukan pad a susunan per
hitungan ketiga sebesar 0.007 in, yang sangat d ekat d engan nilai nol yang d ibutuh
kan. K enyataan bahw a perpind ahan nol tid ak d iperoleh secara tepat menunjukkan
2
bahw a v B bukanlah suatu fungsi linear d ari w ; akan tetapi, jika tipe ekstrapolasi yang
Llw�-4
sama d igunakan lagi,
_9_ =
0.031 0.007
w
2
211 yang d ihasilkan tepat sekali. Perpind ahan yang d iperoleh d engan frekuensi
=
ini ad alah vT = [1.000 0.648 0.301 0.000), yang menurut ketelitian mistar hitung
sesuai d engan bentuk yang d iperoleh sebelumnya. IIII
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 183
Prosedur Matriks-Transfer
Metocte analisis getaran menunit Holzer juga ctapat ctilakukan secara efektif ctengan cara
operasi matriks, yaitu ctengan menggunakan suatu tipe matriks khusus yang ctisebut matriks
transfer. Matriks ini menyatakan gaya ctan perpinctahan pacta salah satu bagian ctari struktur
tipe rantai ctalam bentuk gaya ctan perpinctahan yang sesuai pacta bagian yang berctekatan;
jacti profil gaya ctan perpinctahan yang sempurna ctari struktur ctapat ctiperoleh ctari serangkai
an perkalian matriks transfer.
Matriks transfer muctah ctibagi menjacti ctua bagian ctalam penurunan ini: matriks medan,
yang memberikan perpinctahan melalui segmen-segmen elastik antara massa-massa; ctan ma
triks titik, yang mempengaruhi perpinctahan melalui massa-massa yang tergumpal. Mectan
elastik untuk tingkat struktur i Gambar 1 4-2 ctitunjukkan pacta Gambar 14-4. Vektor ke
actaan 71; yang menyatakan gaya ctan perpinctahan pacta tingkat i ctapat ctinyatakan ctalam
bentuk vektor keactaan pacta tingkat i' (ujung segmen yang lain) oleh sua tu hubungan ma
triks mectan sebagai berikut:
['D·v;] [ -j�1 01] ['D'·]
= vi' (14-53a)
cti mana ?; = 1 /k; actalah fleksibilitas ctari lantai i, yaitu lenctutan yang ctihasilkan oleh satu
satuan gaya geser yang bekerja pacta lantai tersebut. Persamaan (14-5 3a ) ctapat ctinyatakan
secara simbolis sebagai
(14-53b)
cti mana T1;, matriks mectan untuk segmen i, acta1ah matriks bujur-sangkar pacta Pers. (14-5 3a).
Titik massa untuk tingkat i + 1 juga ctitunjukkan pacta Gambar 14-4, ctan matriks titik
yang meminctahkan vektor keactaan melalui tingkat ini, ctictefinisikan oleh
(14-54a)
[ -] 1] [ ] [ -]1
fer ctiperoleh menjacti
1 0 1 w2mi+ 1 2
J
1 w �i+ 1
Ti + 1 = = (14-56)
1 0 1 l- w'J1m1+1
di mana subskrip B dan N berkenaan dengan kedua ujung struktur, seperti ditunjukkan pada
Gambar 1 4-2a. Bila TN didefinisikan sebagai
(14-58)
Pers. ( 1 4-5 7) dapat ditulis
(14-59a)
Dengan demikian TN adalah suatu matriks 2 X 2 yang berhubungan dengan vektor keadaan
pada kedua ujung struktur.
Penulisan e1emen matriks pada Pers. ( 1 4-59a) memberikan
(1 4-59b)
dan hila kondisi batas yang diberikan dimasukkan, persamaan derajat ke-N yang dihasilkan
2
dalam w dapat diselesaikan untuk frekuensi pribadi sistem tersebut. Misalnya, kondisi ba
tas pada struktur Gambar 1 4- 2 adalah vB = 0 dan 'ON= 0. Jadi, jika diasumsikan bahwa am
plitudo getaran dinyatakan oleh vN = 1 , persamaan kedua dari Pers. ( 1 4-59b) adalah
(1 4-59c)
di mana terlihat bahwa tvv adalah fungsi dari w2 , dan nilai w2 yang menghasilkan kondisi
perpindahan nol yang dibutuhkan pada dasar adalah frekuensi getaran bebas.
Metode Holzer-Myklestad
Analisis tipe sistem bangunan geser akan sangat sederhana dengan menggunakan prosedur
Ho1zer (atau matriks transfer) karena prosedur ini hanya mempunyai satu derajat kebebas
an tiap sambungan. Perluasan metode menjadi analisis sistem lentur yang memj:mnyai dua
derajat kebebasan tiap sambungan pertama-tama diusulkan oleh Myklestad, dan prosedur
yang diperluas biasanya disebut metode Holzer-Myklestad. Idealisasi yang khas dari suatu
sistem lentur ditunjukkan pada Gambar 1 4-5. Massa diasumsikan terkonsentrasi pada se
deretan titik-titik sepanjang sumbu, dan derajat kebebasan struktur adalah translasi dan ro
tasi lateral dari titik-titik ini. (Inersia rotasi massa biasanya diabaikan, tetapi dapat dimasuk
kan tanpa kesukaran). Segmen balok yang menghubungkan titik-titik massa diasumsikan
tanpa bobot dan mempunyai kekakuan lentur El yang konstan pada setiap segmen.
Analisis dari tipe sistem ini juga dapat dinyatakan secara sederhana sekali dengan ope
rasi matriks transfer, dan di sini pun perlu untuk meninjau dua tipe matriks transfer: ma
triks medan dan matriks titik. Gaya dan perpindahan yang membentuk vektor keadaan yang
A N ALISIS GETARAN PRAKTIS 185
GAMBAR 14-6 Vektor keadaan yang dikaitkan dengan matriks medan dan titik pada struktur balok.
digabungkan dengan suatu matriks medan khusus diperlihatkan pada Gambar 14-6, dan
hubungan matriks medan diberikan oleh
0 0 0
-I; 0 0
[f:·]
1/
2El;
1/
6El;
_ __l_
El;
I;
2El;
-- I
;
0
1
[ u; l
<-'If'i
()'.I
v'I
.
(14-60a)
Koefisien pada matriks medan Tr; dapat diturunkan dengan mudah dari teori balok dasar.
Vektor keadaan yang digabungkan dengan matriks titik untuk titik i+ I juga ditunjuk
kan pada gambar, dan hubungannya dapat ditulis
0
I
(14-61a}
0
0
(14-61b)
Bila matriks medan dan titik dari Pers. (14-60) dan (14-61) digabungkan, matriks transfer
yang lengkap untuk segmen adalah
0 0 - ro2 mi+ 1
-I; 1 0 ro2l;m;+ 1
12 I _ ..!J__ - ro2 1/ mi+ 1
T;+t = TJ;Tp,i+t (14-62)
2El; El; 2El;
13 [2
__I_ _I_ -·I; (1)2 1/mi+ 1 +
6El; 2El; 6El;
Lalu vektor keadaan pada salah satu ujung struktur dapat dinyatakan dalam bentuk vektor
keadaan pada ujung yang lain, seperti ditunjukkan oleh Pers. (14-57) dan (14-59a), kalau
pada tipe sistem ini matriks transfer TN untuk struktur yang lengkap tidak berdimensi 4 x 4.
r 186 DINAMIKA STRUKTUR
I J ad i perl uasan P er s. (14-59 a ) untuk sistem lentur akan member ikan suatu hubungan tipe
( 1 4 -63)
J ika kond isi batas d imasukkan ke d alam P er s. ( 14-63 ), d ua d i antar a komponen vektor
kead aan pad a setiap ujung akan menjad i nol d an d engan d em ikian per samaan d apat di sed er
hanakan. Misalnya, untuk tumpuan balok sed er hana Gambar 14 -5, momen d an per pind ah
an menjad i nol pad a masing-masing ujung d an bagi an yang penting d ar i hubungan ini men
jad i
( 14 -64)
D engan memasukkan suatu amplitud o r otasi satuan sembar ang () N = 1, d imungkinkan un
tuk menentukan nilai geser yang sesuai d ar i per samaan per tama
L al u kond isi getar an bebas d iber ikan oleh P er s. ( 14 -6 4 ) yang ked ua:
(14-66)
Masing-masing koefi sien ini tentunya ad alah fungsi d ar i w2 ; jad i nilai fr ekuensi yang meng
hasilkan lend utan nol, vB = 0, ad alah fr ekuensi getar an bebas d ar i str uktur. [C ar a lain un
tuk memper oleh fr ekuensi getar an bebas d apat d ilakukan d engan menetapkan d eter minan
matr iks bujur -sangkar pad a P er s. (14-64 ) menjad i nol] .
P er hatikanlah bahw a pad a pr osed ur analisis ini kond isi batas pad a N har us d imasukkan
ke d alam hubungan matr iks-tr ansfer d ar i per mulaan, yaitu, pad a
( 1 4-67)
kar ena per kalian d itentukan d ar i kanan ke kir i, yang per lu d itinjau hanyalah d ua kolom pa
da akltir per kalian matr iks tr ansfer. Pr osed ur matr iks tr ansfer juga d apat d ipakai untuk
strukt ur tipe r antai yang lebih kompleks yang mempunyai lebih d ar i d ua d er ajat kebebasan
pad a setiap penampang. 1
Latar Belakang
W alaupun teknik analisis getar an mod em mampu menyelesaikan sistem-sistem d engan be
ber apa r atus d er aj at kebebasan, tel< nik ini masih tid ak memuaskan untuk mengolah secar a
langsung id ealisasi matematis yang d igunakan d alam analisis statik str ukt ur yang kompleks,
yang bisa meliputi r ibuan d er ajat kebebasan. L agipula, tid aklah begitu penting untuk me-
1 Untuk pembahasan yang ekstensif tentang pcmakaian teknik ini, lihat Matrix Methods in Elastome
chan ics oleh E. C. Pestel dan F.A. Leckie, McGraw-Hill Book Company; New York, 1 96 3 .
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 187
nentukan bentuk modus getaran yang lebih dari beberapa lusin meskipun pada sistem struk
tur yang paling kompleks, karena metode modus-superposisi umumnya digunakan untuk
struktur di mana beban secara nyata hanya menge ksitasi modus terendah. Dengan alasan
ini b e rbagai prosedur nilai egien yang lebih ekonomis telah dikembangkan, yang berguna
untuk mengurangi jumlah derajat kebebasan yang besar yang dilakukan dalam menetap
kan sifat-sifat elastik struktur menjadi jumlah yang lebih kecil yang dibutuhkan untuk sua
tu analisis dinamik.
Sepintas lalu , barangkali jelas lebih konsisten untuk menggunakan jumlah derajat ke
bebasan yang lebih kecil dalam perumusan awal sifat-sifat kekakuan struktur dan juga ana
lisis getaran. Akan tetapi, penggambaran sifat-sifat elastik suatu struktur secara teliti nyata
nya membutuhkan suatu model matematis yang lebih terinci daripada penggambaran sifat
sifat inersialnya. Hal ini adalah karena sifat-sifat inersial (atau energi kinetik) secara lang
sung bergantung pada pe rpindahan struktur, padahal sifat-sifat kekauan (a tau energi re gang
an) adalah fun gsi dari turunan perpindahan, dan telah cukup dikenal bahwa turunan adalah
lebih sukar untuk mempe rkirakan secara teliti daripada perpindahan. Lagipula pada bebe
rapa keadaan , tujuan utama analisis adalah mengevaluasi tegangan pada struktur, dan hal ini
membutuhkan suatu u raian sistem struktur yang lebih terinci daripada yang dibutuhkan
untuk menyatakan variabel-variabel lendutan yang termasuk dalam analisis dinamik. Alas
an-alasan ini mengusulkan (dan pengalaman telah me lahirkan kenyataan) bahwa suatu ana
lisis dinamik dapat dilakukan secara e fisien sekali yaitu dengan pertama-tama menetapkan
idealisasi struktur yang dibutuhkan untuk maksud analisis-tegangan statik dan kemudian
mengurangi jumlah derajat kebebasan secara berarti sebelum melakukan analisis dinamik.
Dua pendekatan umum telah digunakan secara efektif untuk mengurangi deraj at ke
bebasan dinamik. Yang paling sederhana didasarkan pada asumsi bahwa gaya inersia hanya
berkaitan dengan derajat kebebasan tertentu yang dipilih dari idealisasi awal ; de raj at ke
bebasan yang tersisa tidak secara e ksplisit termasuk termasuk dalam analisis dinamik dan
dapat dikondensasikan dari rumu s dinamik. Pad a pendekatan kedua, jumlah de raj at kebebas
an dinamik dibatasi dengan mengasumsikan bahwa pe rpindahan struktur tergabung pada
p ola-pola yang dipilih, amplitudo akan menjadi koordinat tergeneralisasi analisis dinamik.
Masing-masing pendekatan ini telah dilakukan dalam berbagai teknik yang spesifik; ciri-ciri
u tamanya akan dibahas pada b agian be rikut.
Alokasi Massa-Diskrit
Pada analisis struktur kerangka, dalam praktek biasa dilakukan pengurangan jumlah derajat
kebebasan dinamik dengan mengasumsikan massa terkonsentrasi pada gumpalan titik pada
sambungan struktur. Dengan mengabaikan inersia rotasi gumpalan dihasilkan penurunan
penurunan derajat kebebasan sebesar sepe rtiga pad a suatu kerangka bidang yang umum atau
setengah pada kerangka tiga-dimensi. Jika distorsi aksial dari batang diabaikan, sehingga se
cara relatif lebih sedikit de raj at kebeb asan translasi yang dibutuhkan, peniadaan derajat ke
bebasan rotasi dinamik jauh lebih berarti; pada analisis kerangka bangunan, derajat kebeb as
an dinamik biasanya lebih kecil daripada 10 persen dari jumlah yang digunakan pada anali
sis statik. Pada beberapa tipe sistem struktur , tambahan pengurangan dibuat dengan meng
asumsikan bahwa massa tergumpal hanya pada beberapa sambungan struktur yang dipilih.
Akan tetapi, pe ngembangan ide ini jauh lebih kecil untuk dapat dipercayai daripada peniada
an derajat kebebasan rotasi yang sederhana (yang hanya berhubungan dengan bagian yang
sangat kecil dari energi kinetik struktur).
Peniadaan derajat kebebasan yang bukan utama umumnya dilakukan dengan prosedur
kondensasi statik, yang diterangkan sebelumnya [Pers. ( 1 1 47)] . Tinjaulah, misaln ya, per
samaan gerak pada getaran bebas [Pers. ( 1 2-4)] yang ditulis dalam bentuk
( 1 4-68)
188 DINAMIKA STRUKTUR
di mana vektor perpindahan getaran t menyatakan semua derajat kebebasan. Jika perpin
dahan ini sekarang dibagi menjadi su atu subvektor t0, di mana diasumsikan bahwa tidak
ada gaya inersia yang terbentuk, dan suatu subvektor v,, yang digabungkan dengan koe fisien
massa yang tidak nol, dan jika matriks massa dan matriks kekakuan dibagi menjadi berse
suaian, Pers. ( 1 4-68) dapat ditulis
[Vo]
J
0
( 1 4-69)
m" v,
di mana diasumsikan bahwa matriks massa adalah diagonal, yaitu suatu sistem massa ter
gumpal. Dengan menggunakan kondensasi statik diperoleh pe rsamaan getaran tere duksi
( 1 4-70)
di mana k1 adalah matriks kekakuan tere duksi, yang dapat dinyatakan dalam bentuk yang
ekivalen dengan Pers. ( 1 1 -47).
Walaupun prinsip kondensasi statik cukup dikenal dan digunakan secara luas untuk me
niadakan derajat kebebasan yang bukan utama pada sistem yang kecil, tidaklah selalu me
rupakan p rosedur yang efisien untuk sistem y ang besar. Suatu pilihan yang bisa lebih efek
tif dalam beberapa hal adalah pembentukan matriks fleksibilitas tere duksi menjadi derajat
kebebasan yang diinginkan. Hal ini dapat diperoleh dengan menggunakan beban satuan se
cara berurutan, yang sesuai dengan masing-masing derajat kebebasan utama dan mengeva
luasi perpindahan yang ditimbulkan pada de rajat kebebasan u tama oleh masing-masing be
ban. Sistem koefisien fleksibilitas yang terbentuk adalah matriks fleksibilitas tereduksi f1,
yakni invers dari k1• Ini dapat diinverskan untuk menetapkan suatu persamaan getaran be
bas dalam bentuk Pers. ( 1 4-70), atau, yang lebih baik, bentuk fleksibilitas dari pe rsamaan
getaran bebas yang ekivalen dengan Pers. ( 1 4- 1 ) bisa digunakan ; untuk sistem tere duksi,
persamaan ditulis
-; v, = l,m"v' ( 1 4-71 )
w
D alam bentuk matriks, energi kinetik maksimum d ari stru ktur d iberikan o leh
( 1 4-73a)
( 1 4-73b)
B ila perpi nd ahan d an kecepatan maksimum, yang d ipero leh d ari P ers. ( 14-72) d isu bstitusi
kan, persamaan ini d apat d itulis
Vmaks =
1 /zZo 2 t/1Tk t/l ( 1 4-74b)
K emud ian frekuensi d apat di pero leh d engan menyamakan persamaan po tensial maksimum
d an energi kinetik sesuai d engan prinsip Ra yleigh, sehingga
t/fTk t/f k*
()) 2
=:;
= ( 1 4-75)
t/frmt/1 m*
P erlu d iperhatikan bahw a Pers. ( 1 4-75) ad alah semata-mata matriks ekivalen P ers. (9- 1 0).
Metod e R ayleigh yang telah d isempum akan P ers. (9-20) atau (9-32) juga d apat d ibuat
d alam bentuk matriks. J ika asu msi perpind ahan aw al d inyatakan
( 1 4-77)
yang meru pakan perkiraan yang lebih baik d aripad a bentuk mod us pertama seperti terlihat
pad a pembahasan metod e Stodo la. J ad i, jika bentuk yang d iturunkan ini di gunakan pad a
metod e R ayleigh, persamaan ini akan member ikan hasil yang lebih baik d aripad a asumsi se
mula. Hasil d engan mensu bstitusikan P ers. ( 14-78) ke d alam P ers. ( 1 4-73) d an menyam a
kannya ad alah
t/frmfmt/1
w2 = ----
(1 4-79)
t/! Tmlmlmt/1
yakni persamaan metod e R ayleigh yang d isempum akan (metod e R1 1 ) . D engan memban
d ingkan Pers. (1 4-79) d an P ers. ( 1 4- 1 0) d apat d ilihat bahw a freku ensi yang d ipero leh d ari
pro sed ur R ayleigh yang d isempum akan sama d engan yang d iberi kan o leh analisis S todo la
tahap- tunggal d engan menggunakan massa sebagai fakto r yang berpengaru h pad a pro ses pe
rata-rataan.
Metode Rayleigh-Ritz
W alaupun metod e R ayleigh d apat menghasilkan perki raan mod us pertama yang memuas
kan pad a beberapa stru ktur, metod e ini biasanya memerlukan lebih d ari satu mod us untuk
d imasukkan d alam analisis struktur gu na memberikan hasil ketelitian yang memuaskan. Me
tod e R ayleigh yang d ikembangkan o leh R itz ad alah salah satu d ari pro sed ur yang paling
190 DINAMIKA STRUKTUR
mudah untuk mengevaluasi beberapa modus getaran pertama. Asumsi dasar dari metode
Ritz adalah bahwa vektor perpindahan dapat dinyatakan dalam bentuk sekumpulan bentuk
'<¥ yang diasumsikan dengan amplitudo Z sebagai berikut:
atau
V = 'I'Z (14-80)
Dengan dernikian, vektor perpindahan yang lengkap juga dapat dinyatakan dalam bentuk
derajat kebebasan gaya yang tidak no!, semata-mata dengan menggabungkan suatu matriks
identitas dengan dimensi yang sesuai menjadi transformasi:
[] [ - ko o - 1 ko 1
J
, Vo ,
V1
_
,
=
V -
v, I
Di sini matriks kedua dalam tanda kurung segi-empat jelas ekivalen dengan bentuk-bentuk
'<¥ yang diasumsikan Pers. ( 1 4-80), dan vektor Vt menyatakan koordinat tergeneralisasi Z.
Sejumlah vektor trial yang diinginkan bisa digunakan pada analisis Ritz. Umumnya, dapat
disarankan untuk menggunakan sebanyak s bentuk '<¥ yang diasumsikan jika diinginkan un
tuk memperoleh bentuk dan fre kuensi modus getaran sebanyak s/2 dengan ketelitian yang
baik.
Persamaan untuk energi kinetik dan potensial maksimum pada sistem dapat diperoleh
dengan memasukkan Pers. ( 1 4-80)ke dalam Pers. ( 1 4-73) yang memberikan
2 zr'l'rk'I'Z _ k(Z)
(J) = = -- (14-82)
zr'I' Tm'I'Z fu(Z)
Persamaan ( 1 4-82) tentu saja udak mempakan persamaan eksplisit untuk frekuensi ge
taran ; baik pembilang maupun penyebut adalah fungsi dari amplitudo koordinat-tergenera
lisasi Z yang belum diketahui. Untuk mengevaluasi ini, kenyataan bahwa analisis Rayleigh
memberikan batas atas untuk frekuensi getaran akan digunakan ; dengan kata lain, setiap
bentuk yang diasumsikan memberikan suatu frekuensi yang dihitung yang lebih tinggi dari
frekuensi sebenarnya, dan dengan dernikian perkiraan bentuk terbaik, y aitu, pemilihan Z
terbaik, akan memperkecil freokuensi.
Jadi dengan mendiferensiasikan persamaan frekuensi terhadap setiap koordinat tergene
ralisasi Zn dan menyamakannya dengan nol diperoleh
ow2
= m(ak.;az.) -2 k.(am;az.) = 0 (14-83)
az. m
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 191
ak. am.
- w2 = 0 (14-84)
az. oz.
(1 4-85b)
Dengan mensubstitusikan Pers. ( 1 4-85) ke dalam Pers. ( 1 4-84) dan mentransposkan diper
oleh
(14-86)
Dengan notasi
(1 4-87a)
(1 4-87b)
ini menjadi
(1 4-88)
di mana Z menyatakan masing-masing vektor eigen (nilai re1atif dari Z) yang memenuhi per
samaan nilai eigen ini.
Dengan membandingkan Pers. ( 1 4-88) dengan Pers. ( 1 2-4) terlihat bahwa analisis Ray
leigh-Ritz mempunyai efek pengurangan sistem dari N derajat kebebasan, seperti dinyata
kan oleh koordinat geometrik v, menjadi s der.ajat kebebasan yang menyatakan jumlah ko
ordinat tergeneralisasi Z dan bentuk asumsi yang sesuai. Persamaan ( 1 4-80) adalah transfor
masi koordinat, dan Pers. ( 1 4-87) adalah matriks massa-tergeneralisasi dan matriks kekaku
an (dengan dimensi s x s). Masing-masing elemen matriks ini merupakan suku massa atau
kekakuan tergeneralisasi; jadi
( 1 4-89a)
(14-89b)
Umumnya, bentuk 1/J n yang diasumsikan tidak mempunyai sifat-sifat ortogonalitas bentuk
modus yang sebenarnya; jadi bentuk di luar diagonal tidak menjadi nol dengan adanya ma
triks massa-tergeneralisasi dan matriks kekakuan ini; akan tetapi, suatu pilihan yang baik
dari bentuk yang diasumsikan akan cenderung membentuk suku-suku di luar diagonal yang
relatif kecil. Pada setiap keadaan, cara ini jauh lebih memudahkan dalam memperoleh res
pons dinamik untuk jumlah koordinat s yang dikurangi daripada untuk persamaan N se
mula.
Persamaan ( 1 4-88) dapat diselesaikan dengan prosedur penyelesaian persamaan nilai
eigen standar, termasuk pendekatan persamaan determinan yang dibicarakan terdahulu un
tuk sistem yang hanya mempunyai sedikit koordinat tergeneralisasi Z. Vektor frekuensi w
192 DINAMIKA STRUKTUR
yang diperoleh menyatakan perkiraan untuk frekuensi yang sebenarnya dari modus getar
an yang lebih rendah, ketelitian biasanya merupakan yang terbaik untuk modus terendah
(1 < n < s/2) dan relatif jelek pada modus tertinggi. Bila vektor bentuk-bentuk Zn dinor
malisasi dengan membagi dengan sejumlah koordinat referensi, vektor terse but akan dinyata
kan dengan cf>zn , di mana subskrip Z menunjukkan bahwa vektor tersebut merupakan ben
tuk-modus yang dinyatakan pada koordinat tergeneralisasi. Kumpulan lengkap dari bentuk
bentuk modus koordinat-tergeneralisasi kemudian dapat diberi notasi <l>z , yang menyata
kan suatu matriks bujur-sangkar s X s.
Koordinat tergeneralisasi Z yang dinyatakan dalam bentuk amplitudo modus [ dengan .
ana1ogi Pers. ( 1 3 -2)] adalah
( 1 4-90)
Persamaan ini penting mengingat bahwa bentuk-bentuk modusnya adalah ortogonal ter
hadap matriks-massa dan matriks kekakuan:
tPzmm *c/Jzn = 0
m # n ( 1 4-9 1 )
tPzmk* tPzn = 0
Dengan memasukkan Pers. ( 1 4-90) ke dalam Pers. (1 4-80) koordinat geometrik dapat di
nyatakan dalam bentuk koordinat modus normal
V = 'I'$LY
Jadi terlihat bahwa pendekatan bentuk modus pada koordinat geometrik dihasilkan oleh
perkalian bentuk yang diasumsikan dan bentuk modus koordinat tergeneralisasi
( 1 4-93)
yang berdimensi N x s. Dengan mensubstitusikan Pers. ( 1 4-87) ke dalam Pers. ( 1 4-9 1 ) dan
dengan menggunakan Pers. ( 1 4-92) akan terlihat bahwa pendekatan bentuk modus geome
trik ini adalah ortogonal terhadap massa dan kekakuan yang dinyatakan dalam koordinat
geometrik. Oleh karena itu bentuk ini dapat digunakan pada prosedur analisis dinamik su
perposisi modus standar.
Penting untuk dicatat bahwa tipe penyempumaan seperti yang diuraikan di atas untuk
metode Rayleigh dapat digunakan untuk prosedur Rayleigh-Ritz. Jadi, dengan analogi Pers.
( 1 4-79), matriks kekakuan dan massa koordinat-tergeneralisasi yang telah disempumakan
diberikan oleh
k* = 'P Tmfm'l' ( 1 4- 94a)
m* = 'P Tmfmfm'l' ( 1 4-94b)
sebagai pengganti Pers. ( 1 4-87). Keuntungan utama dari persamaan ini adalah bahwa lendut
an gaya-inersia yang menjadi dasar persamaan dapat memberikan bentuk-bentuk yang di
anggap pantas untuk asumsi-asumsi awal yang sangat kasar. Pada struktur yang besar dan
kompleks, sukar sekali untuk memperkirakan bentuk-bentuknya secara terinci, dan hal ini
dimungkinkan dengan menggunakan prosedur yang telah disempumakan, yangsemata-mata
untuk menunjukkan karakter umum dari setiap bentuk. Keuntungan u tama lainnya dalam
beberapa analisis yaitu dihindarkannya penggunaan matriks kekakuan. Dalam kenyataan
nya, jika bentuk awal yang diasumsikan dinyatakan \[t (o) dan lendutan yang diakibatkan
oleh gaya-gaya inersia digabungkan dengan bentuk-bentuk yang disebut \[1(1) , yaitu,
( 14-95)
maka Pers. ( 1 4-94) dapat dituliskan
k = ('l'(lllm'I'<Ol (14-96a)
*
m* = ('l'(llfm'l'<tl (14-96b)
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 193
Akibatnya di sini tidak perlu menggunakan pemyataan eksplisit untuk fleksibilitas; yang di
perlukan hanyalah adanya kemampuan untuk menghitung lendutan yang diakibatkan oleh
suatu beban tertentu (yang dalam keadaan ini adalah m'l'(o)).
Proses penyempurnaan pada metode Rayleigh-Ritz ini dapat dipandang sebagai siklus
pertama dari suatu penyelesaian iteratif, sehingga metode Rayleigh yang telah disempuma
kan sama dengan siklus tunggal dari metode Stodola. Akan tetapi, analisis Stodola hanya
menghasilkan bentuk dan frekuensi modus tunggal, padahal kelanjutan dari proses Ritz
yang telah disempurnakan akan mengevaluasi secara simultan kumpulan bentuk dan fre
kuensi modus yang telah dikurangi. Metode ini disebut iterasi simultan atau subspasi, yang
akan diuraikan bersama-sama dengan aspek-aspek iterasi matriks yang lain pada Bagian 1 4-6.
( 1 4-97)
di mana An = Wn2 . Dari pendekatan persamaan determinan untuk mengevaluasi nilai eigen
jelas bahwa nilai eigen dari matriks' yang ditranspos sama dengan matriks awal. Akan tetapi,
vektor eigen transpos matriks yang tak simetrik seperti E berbeda dengan yang awal. De11gan
demikian untuk transpos ET, masalah eigen dapat dituliskan
ETcP Ln = cP Ln}•n
di mana (/>Ln adalah vektor eigen yang ke-n dari Er. Transpos hubungan ini memberikan
( 1 4 9 8)
-
Jadi vektor eigen (/>Ln biasanya dikatakan �·ektor eigen sebelah kiri E dan (/>n vektor eigen se
befah kanan.
Sifat ortogonalitas dari vektor eigen sebelah kiri dan kanan secara mudah dapat diper
lihatkan jika Pers. ( 1 4-97) dikalikan kiri dengan vektor eigen (/>L mT
cPLmTEc/J. = cPLmTc/J.}
.• ( 14 99)
-
sedangkan Pers. (14-98) dituliskan untuk modus m dan dikalikan kanan dengan (/>n
cPu/Ec/J. = AmcPLmTcPn (14-100)
Pers. ( 1 4- 1 00) dikurangkan dengan Pers. ( 1 4-99) menghasilkan
0 = (1. -
Am)cPLmTcPn
yang menyatakan sifat ortogonalitas
(14-101)
Jika vektor eigen dinormalisasikan untuk memenuhi kondisi (/>LnT(/>n 1 {dengan catat
=
an bahwa persamaan ini tidak menetapkan amplitudo (/>L n atau (/>n secara tersendiri tetapi
hanya perkaliannya), dan jika matriks bujur-sangkar dari semua vektor eigen ruas kanan dan
194 DINAMIKA STRUKTUR
kiri masing-masing dinyatakan dengan <t> dan <t>L , dari kondisi n ormalisasi dan ortogonalitas
jelas bahwa
(14-1 02a)
Dengan demikian transpos dari vektor eigen ruas kiri adalah invers dari vektor eigen ruas
kanan
(14-102b)
Pers. ( 1 4-97) untuk kumpulan lengkap vektor eigen dan nilai eigen:
Ell> = II>A (14-103)
di m ana A adalah matriks diagonal nilai eigen. Dengan mengalikan kiri Pers. ( 1 4- 1 03) dengan
<t>LT dan dengan bantuan Pers. ( 1 4- 1 02b) diperoleh persamaan untuk nilai eigen .
(14-104)
Cara lain, E dapat dinyatakan dalam bentuk nilai eigen dan vektor eigen dengan mengalikan
kiri Pers. (1 4-1 04) dengan <t>, mengalikan kanan dengan <t>LT dan dengan bantuan Pers.
(1 4-1 02b)
E = II>AII>LT (14-105)
(14-107)
Haruslah diingat bahwa perluasan Pers. (I 4-1 07) didasarkan pada tipe penormalisasian
vektor eigen yang telah digunakan (<t>LT<t> = I). Suatu persamaan khusus untuk vektor eigen
sebelah kiri dapat diperoleh jika suatu kondisi normalisasi tambahan dimasukkan. Misalnya,
jika Pers. ( 1 4 - 1 03) dikalikan kiri dengan <t>Tm (catat bahwa E = m- 1 k), persamaan menjadi
(14-108)
Sekarang jika vektor eigen ruas kanan dinormalisasi sehingga
II>TmcJ) = I {14-109)
dari pembandingan transpos Pers. ( 1 4- 1 02a) dengan Pers. (I 4- 1 00) dan ( 1 4- 1 08) jelas b ahwa
[lihat Pers. ( 1 4- 1 3 )] . Prosedur iterasi diawali dengan menghitung vektor vN(t) yang te1ah
disempurnakan da1am dua tahap. Pertama, bentuk yang telah disempurnakan dipero1eh
dengan perkalian matriks
vN<ll = EvN<o>
dan kemudian amplitudonya dinormalisasikan dengan membaginya dengan suku yang ter
besar
(14-1 12)
Dengan cara yang sama, hasil dari siklus iterasi selanjutnya diberikan oleh
(14- 1 13)
V (s)
E'vN<O>
N
_
(14-1 14)
- maks(E'vN<0>)
[ (.2'..)
Tetapi penjumlahan ini juga dapat dituliskan dalam bentuk
� ' N- 1
) ' y
6 J
( ) A-N___ y +
VN s
_
cf>N N cf>n n ( 14- 1 1 5)
- maks (E•vN(O)) AN
VN (s ) =
.
A ../c/>_, YN =
�- = cp
N (14- 1 1 6)
maks. (AN'cf>N YN) maks (</JN )
di mana perlu die atat bahwa bentuk modus telah dinormalisasikan sedernikian rupa sehingga
suku terbesarnya sama dengan satu. Lagi pula, jika iterasi dilanjutkan satu tahap lagi,
terlihat nilai eigen untuk modus tertinggi diberikan oleh suku terbesar dari vektor eigen se
belum normalisasi
(1 4-117)
(14- 1 1 8)
196 DINAMIKA STRUKTUR
dan setelah s siklus, berdasarkan analogi prosedur iterasi langsung [Pers. ( 1 4- 1 1 5)] , perpin
dahan dapat dinyatakan sebagai
( 1 4-1 19)
Tetapi karena A.1 < A.2 < A.3 , menurut definisi, masing·masing suku pada penjumlahan
• • •
menjadi kecil dan dapat diabaikan setelah siklus yang cukup dan bentuk modus yang di
hitung konvergen ke arah
(14-120)
Juga dengan analogi pembicaraan terdahulu, terlihat bahwa nilai eigen yang sesuai diberi
kan oleh
(14- 1 2 1 )
Suatu tanggapan akhir pada pembicaraan ini adalah bahwa iterasi invers dengan m atriks
E = m- 1 k adalah sama dengan iterasi langsung dengan matriks E - 1 D = fm dan bahwa ite
=
rasi langsung ini akan konvergen ke arah frekuensi terendah (seperti dinyatakan sebelum
nya menurut metode Stodola). Akan tetapi, pada analisis sistem struktur yang kompleks,
seringkali lebih mudah untuk bekerja dengan merumuskan kekakuan E daripada dengan me
rumuskan fleksibilitas D, dan untuk keadaan inilah iterasi invers menjadi sangat efektif, se
bagaimana akan diuraikan kemudian.
An =
bn + J.1 ( 1 4- 1 22)
( 1 4- 1 23)
di mana 8 adalah matriks diagonal dari sisa dan akan terlihat bahwa pergeseran yang sama
berlaku untuk setiap nilai eigen.
Pergeseran dapat dipandang sebagai suatu perpindahan dari titik awal di mana nilai
eigen diplot, seperti ditunjukkan pada Gambar 1 4-7. Efeknya adalah untuk mentransfor
masikan masalah nilai eigen menjadi analisis sisanya yang lebih baik daripada nilai eigen
yang sesungguhnya, seperti akan terlihat jika Pers. ( 1 4- 1 23) disubstitusikan ke dalam Pers.
( 1 4- 1 03):
.....
L
I
I
Pergeseran = !L
�-- 8· ----+�
------- 83
..
__ ___..,I., 1
I
� Awal
XJ
suku dalam tanda kurung di sini menggambarkan matriks yang dimodifikasi di mana ber
laku nilai eigen sisa 8 , dan untuk memudahkan, suku tersebut akan dinyatakan sebagai (
jadi
(14- 125)
Jelaslah bahwa Pers. (1 4- 1 25) secara keseluruhan ekivalen dengan Pers. (14-1 03) dan bahwa
matriks yang digeser ll: mempunyai vektor eigen yang sama dengan E.
Penyelesaian masalah eigen yang baru ini akan dilakukan dengan iterasi invers. Dengan
analogi Pers. ( 1 4- 1 1 8), tahap pertama dari prosedur tersebut dapat dinyatakan sebagai
£: - 1 v (Ol
Vm( 1 ) =
m
maks(ll: - 1 vm(Q))
di mana Vm(o) adalah suatu perkiraan awal dari bentuk modus ke-rn . Setelah s siklus, hasil
nya adalah
N
L "· - ·,p. Y.
m(s)
n=l
V
[ m-1 (" ) ( )s
yang dapat dituliskan kembali
� 6
c5 -s ' N "
m m m
J
(s) Y. Y. + Y.
m tPm m
_
+
b. tf>. • b. tPn n (14-126)
maks (£: -'v..( O ))
V -
. 1
dan
Jadi jelas bahwa kedua penjurnlahan pada Pers. (1 4- 1 26 ) akan menjadi kecil dan dapat di
abaikan setelah sejurnlah siklus iterasi yang cukup, dan bentuk modus yang dihitung kon
vergen ke arah
b
V <•l = ..- •,pmym 4>.. = 4>.. (14-127)
"' maks(b., - •,p., Y.,) maks (t/>.,)
Oleh karena itu analisis ini menunjukkan bahwa proses iterasi invers dengan pergeseran nilai
eigen akan konvergen ke arah bentuk modus di mana nilai eigen paling dekat ke posisi per
geseran ; misalnya, nilai tersebut akan konvergen ke arah modus kedua untuk keadaan pada
Gambar 1 4-7. Dengan analogi Pers. ( 1 4- 1 2 1 ) dapat dilihat bahwa nilai eigen sisa untuk mo
dus ini diberikan oleh suku maksimum pada vektor eigen yang dihitung, sebelum normali
sasi :
198 DINAMIKA STRUKTUR
Dengan demikian nilai eigen yang sebenarnya dapat diperoleh dengan menambahkan per
geseran terhadap nilai ini
(14- 1 28)
Dengan pemilihan yang tepat titik-titik yang mengalami pergeseran, proses iterasi invers
dapat dibuat menjadi konvergen ke arah setiap atau semua modus sistem struktur. Dan lagi,
mengingat laju konvergensi dapat dipercepat dengan pergeseran ke arah suatu titik yang
sangat dekat dengan akar yang dicari, praktek yang baik adalah dengan menggeser pada in
terval-interval selama iterasi, sehingga perkiraan akar yang lebih baik dapat diperoleh. Ru
mus yang baik untuk memperkirakan titik yang mengalami pergeseran dapat diturunkan
dari Pers. { 1 4- 1 0) :
(14-129)
Jelaslah bahwa proses pergeseran adalah kurang efektif dengan iterasi langsung, yang
akan konvergen ke arah akar tertinggi, karena hanya sisa pertama atau terakhir (o 1 atau 8 N)
yang dapat dibuat paling besar dengan pergeseran. Sebaliknya, dengan iterasi invers, sisa
untuk setiap modus d<.pat dibuat paling kecil dengan pemilihan pergeseran yang tepat.
Sedikit perubahan pada iterasi invers ini bisa memberikan keuntungan dalam perhitung
an untuk tipe sistem struktur tertentu. Tinjaulah persamaan getaran bebas yang dituliskan
dalam bentuk Pers. {1 2-33):
k,P. = w. 2m ,P.
Jika nilai irii dikalikan kiri dengan m -I , hasilnya akan sama dengan Pers. {1 4- 1 24 ), karena
E = m -I k. Akan tetapi, jika baik m maupun k adalah matriks dengan pita sempit (seperti
keadaan yang sering terdapat pada idealisasi elemen terhingga), dibutuhkan usaha perhitung
an yang lebih kecil jika iterasi dilakukan secara langsung dengan Pers. {14-130). (Catat
bahwa matriks perkalian E = m -I k akan betul-betul dipenuhi walaupun m dan k berpita).
Iterasi yang didasarkan pada Pers. {1 4-1 30) diawali dengan mengasumsikan vektor trial
vn(o) dan mengalikannya dengan matriks massa untuk memperoleh vektor hasil trial Wn(o) =
mvn(o). Jadi bentuk iteratif Pers. {14-1 30) menjadi
( 1 4- 1 3 1 )
di mana '- = k pm adalah matriks kekakuan yang telah mengalami pergeseran. Akhirnya,
-
persamaan ini diselesaikan untuk vektor modus yang telah disempurnakan, dengan hasil
yang bisa dinyatakan [dengan analogi Pers. (14- 1 1 8)] sebagai
( 1 4-1 32)
Dalam penyelesaian Pers. (14- 1 32), hendaknya diambil manfaat sepenuhnya dari sifat
berpita dari '- (yang akan mempunyai lebar pita sama dengan k dalam keadaan normal). Di
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 199
samping melakukan inversi k, yang langsung seperti terdapat pada persamaan tersebut, pe
nyelesaian yang lebih efisien dapat diperoleh d engan uraian Choleski. Jadi matriks kekaku
an yang telah mengalami pergeseran diuraikan menjadi bentuk
(14-133)
di mana L a dalah matriks segi-tiga yang lebih rendah. Penyelesaian untuk vektor yang telah
disempurnakan tetapi tak berskala kemudian dilakukan dalam dua tahap :
1 Penyelesaian untuk Yn(o) pada Lyn(o) = wn(o) (pengurangan ke depan)
2 Penyelesaian untuk vn( l ) pada LTvn(l) = Yn(O) (substitusi ke belakang)
di mana masing-masing penyelesaian persamaan dapat dilakukan dengan mudah karena ben
tuk L segi-tiga.
Karena iterasi invers dalam bentuk Pers. ( 1 4- 1 3 2) membutuhkan suatu perkalian ma
triks tambahan untuk setiap siklus iterasi [ seperti dibandingkan dengan Pers. ( 1 4- 1 1 8) da
lam penentuan Wn = mvn , versi dari metode ini akan menguntungkan hanya jika matriks
kekakuan k adalah berpita sempit, sehingga efisiensi tambahan dari penyelesaian ini akan
membenarkan adanya operasi matriks tambahan tersebut.
lterasi Subspasi
Dalam pembahasan sebegitu j auh dari iterasi matriks, telah diasumsikan bahwa hanya suatu
vektor modus tunggal yang ditinjau pada suatu waktu. Akan tetapi, prosedur dapat diper
luas untuk mengerjakan setiap jumlah vektor yang diinginkan secara sirnultan , dan dalam
bentuk ini hal tersebut dapat dipandang sebagai suatu perluasan proses penyempurnaan me
tode Rayleigh-Ritz. Jadi akan mudahlah untuk menggunakan notasi prosedur Ritz dalam
pembahasan ini.
Agar diperoleh suatu sistem secara teliti dengan bentuk dan frekuensi modus p, kiranya
layak untuk memulainya dengan sejurnlah vektor trial q yang cukup besar. Dengan vektor
vektor trial yang dinyatakan dengan subskrip (0) ini, perpindahan dapat dinyatakan sebagai
konfigurasi bentuk-bentuk ini [lihat Pers. ( 1 4-80)] sebagai
( 1 4- 1 34)
di mana matriks koordinat tergeneralisasi awal semata-mata merupakan matriks i dentitas
(yang menunjukkan bahwa vektor-vektor trial adalah bentuk-bentuk Ritz yang diasumsi
kan '11 ( 0>).
Untuk sistem yang besar di mana metode ini biasanya digunakan, penting untuk meng
ambil keuntungan sifat-sifat pita dari matriks massa dan kekakuan ; dengan demikian per
samaan getaran-bebas dituliskan dalam bentuk Pers. ( 1 2-33), yang dapat dituliskan untuk
kumpulan sebanyak p nilai eigen dan vektor eigen sebagai
k$ = m$A (14-135)
Dengan memasukkan vektor trial q ke dalam ruas kanan persamaan ini diperoleh
kip( ! ) = m\f' ( 0 1 =:=
W( 0 1 ( 1 4- 1 36)
yang ekivalen dengan Pers. ( 1 4-1 3 3 ) yang dituliskan untuk vektor-vektor ganda dan tanpa
pergeseran. Bentuk-bentuk tak berskala yang telah disempurnakan dapat diperoleh dengan
menye1esaikan Pers. ( 1 4- 1 3 6) ; jadi
(14-137)
dan, seperti yang dijelaskan di atas, akan lebih efisien untuk menggunakan k menurut urai
an Choleski [Pers. ( 1 4- 1 33)] daripada inversnya dalam memperoleh penyelesaian.
Sebelum bentuk-bentuk yang telah disempurnakan tersebut Pers. ( 1 4- 1 3 7) dapat di-
200 DINAMIKA STRUKTUR
gunakan pada siklus iterasi yang baru, bentuk tersebut harus diubah dalam dua cara, yaitu
normalisasi untuk menjaga besamya ukuran yang pantas dalam perhitungan dan ortogona
lisasi sehingga setiap vektor akan konvergen ke arah modus yang berbeda (yang lebih baik
daripada semua yang menuju modus terendah). Operasi-operasi ini dapat dilakukan dalam
beberapa cara yang berbeda, tetapi di sini mudah untuk melaksanakan kedua-duanya dengan
melakukan analisis masalah eigen Ritz. Jadi matriks kekakuan dan massa koordinat tergene
ralisasi siklus pertama dihitung [lihat Pers. (14- 87)] seperti berikut:
kt = 'iji" ( l ) Tk\ji" ( l ) = 'iji"( l )Tm'l'(O)
di mana subskrip menetapkan nilai-nilai siklus pertama, dan kemudian masalah eigen yang
sesuai
(14-1 39)
(14-140)
Proses keseluruhan sekarang dapat diulangi secara iteratif, dengan menyelesaikan untuk
bentuk-bentuk yang telah disempurnakan yang tak b_erskala 'lr( 2 ) , seperti ditunjukkan oleh
Pers. (14-137), dan kemudian menyelesaikan masalah eigen dari metode Ritz yang sesuai
[Pers. (14-139)] untuk memperoleh skala dan ortogonalisasi :
'1'(2)
= 'iji"<2 > zp>
dan seterusnya. Dengan demikian proses akan konvergen ke arah bentuk dan frekuensi mo
dus yang sebenarnya, yaitu,
as s -+ oo (14-141)
Umumnya, konvergensi 111odus yang lebih rendah paling cepat, dan proses dilanju tkan hanya
sampai modus p yang diinginkan diperoleh, dengan ketelitian yang diperlukan. Vektor trial
q - p tambahan dimasukkan karena vektor tersebut mempercepat proses konvergensi, te
tapi hal ini membutuhkan usaha perhitungan tambahan pada setiap siklus, sehingga suatu
keseimbangan yang pantas antara jumlah vektor yang digunakan dan jumlah siklus yang di
perlukan untuk konvergensi harus dijaga. Melalui pengalaman telah ditemukan bahwa sua tu
pilihan yang sesuai diberikan oleh q = 2p dan q p + 8 yang lebih kecil.
=
Subspasi ini, atau iterasi-simultan, merupakan prosedur yang telah terbukti sebagai sa
lah satu metode yang paling efisien untuk penyelesaian masalah-masalah getaran struktur
skala besar di mana barangkali dibutuhkan tidak lebih dari 40 modus dalam sistem yang
mempunyai beberapa ratus sampai beberapa ribu derajat kebebasan. Walaupun hal ini bisa
dianggap sebagai suatu skema pengurangan koordinat Rayleigh-Ritz, hal ini mempunyai ke
untungan besar di mana koordinat modus yang dihasilkan dapat diperoleh sampai derajat
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 201
ketelitian yang diinginkano Semua prosedur pengurangan koordinat yang lain termasuk pen
dekatan yang menghasilkan ketelitian hasil-hasil akhir yang tak tentu ; dengan demikian ite
rasi subspasi sangat disarankan untuk pemakaian praktiso
dan sejumlah teknik yang efisien untuk penyelesaian masalah eigen ini telah dibahaso Akan
tetapi, harus dicatat bahwa matriks E m -i k tidak sirnetrik, walaupun m dan k sirnetrik,
=
dan dengan demikian masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan beberapa prosedur penye
lesaian standar yang efisien yang dikembangkan untuk mengambil keuntungan dari simetri
nya masalah eigen, misalnya, met ode Householder. Dengan alasan inilah perlunya kemampu
an untuk mentransformasikan bentuk masalah eigen getaran umum [Perso ( 1 4- 1 42)] men
jadi bentuk sirnetrik yang standar
(14- 1 43)
Transformasi dari bentuk umum menjadi standar dapat dilakukan dengan manipu1asi
matriks massa, dan tipe perubahan bentuk yang dikehendaki bergantung pada bentuk ma
triks massao Dua keadaan yang akan ·ditinjau di sini : ( 1 ) suatu matriks massa diagonal yang
menyatakan suatu sistem massa-tergumpal dan (2) suatu matriks massa umum (nondiagonal)
yang bisa dihasilkan dari suatu rumusan elemen-terhingga yang konsisten atau sebagai ma
triks massa-tergeneralisasi dari suatu analisis Rayleigh- Ritzo Pada kedua keadaan ini, matriks
transformasi yang mengubah Perso ( 1 4- 1 42) menjadi Perso ( 1 4- 1 43) diperoleh dengan meng
uraikan matriks massa menjadi perkalian dari suatu matriks dan transposnyao
dan matriks akar pangkat dua diperoleh dengan semata-mata mengambil akar pangkat dua
dari bentuk diagonal (tentu saja matriks diagonal tidak berubah pada transposisi)o Transfor
masi dari Perso ( 1 4- 1 42) dilakukan dengan menyatakan vektor eigennya sebagai
(14-144)
di mana invers dibentuk menurut kebalikan dari suku-suku diagonal pada m - 1 /2 Dengan 0
mensubstitusikan Perso ( 1 4- 1 44) ke dalam Perso ( 1 4- 1 42) dan dengan mengalikan kiri dengan
m-1 /2 diperoleh
(14-145)
yaitu berbentuk Perso ( 1 4- 1 43 ) dengan B = m-1/ 2 km-1 /2 Maka dengan menyelesaikan ma
0
salah nilaoi eigen simetrik ini langsung diperoleh frekuensi dari persamaan awal ( 1 442); vek
tor eigen Yn dari masalah eigen yang baru ini harus ditransformasikan untuk memperoleh
bentuk modus getaran yang diinginkan <Pn dengan Perso ( 1 4- 1 44)0
Jelaslah bahwa prosedur transformasi ini tidak dapat digunakan jika ada elemen massa
202 DINAMIKA STRUKTUR
diagonal yang nol. Oleh karena itu, perlu untuk meniadakan derajat kebebasan tersebut dari
analisis melalui kondensasi statik (seperti ditunjukkan oleh Pers. ( 1 4-70)] sebelum melaku
kan transformasi ke bentuk simetrik standar.
Matriks Massa-Konsisten
Dua metode dapat digunakan untuk transformasi hila matriks massa berpita lebih besar dari
diagonal. Yang lebih dapat diandalkan dari metode tersebut adalah yang didasarkan pada
evaluasi nilai eigen v" dan vektor eigen tn matriks massa dari persamaan
Vektor eigen dari matriks simetrik ini memenuhi kondisi ortogonalitas tm Ttn = 0 (jika m *
n); dengan demikian jika matriks ini juga dinormalisasi, sehingga tn T tn = I, kumpulan leng
kap vektor eigen T adalah ortonormal :
[Persamaan ini sesuai dengan Pers. ( 1 4- 1 02a); dengan catatan bahwa ruas-kiri dan ruas-kanan
vektor eigen· adalah sama untuk matriks yang simetrik] . Akhirnya, matriks massa dapat di
nyatakan dalam bentuk vektor eigen dan kumpulan nilai eigen tersebut i• [ dengan analogi
Pers. ( 1 4- 1 05)] :
( 1 4- 1 46)
·T
Dari Pers. ( 1 4-1 46) terlihat bahwa matriks transformasi adalah v 1 1 2, dan dengan de
mikian transformasi Pers. (14-1 42) dilakukan dengan menyatakan vektor eigennya sebagai
( 14- 1 47)
Dengan mensubstitusikan persamaan ini ke dalam Pers. ( 1 4- 1 42) dan mengalikan kiri dengan
v - 1 1 2 Tr diperoleh
( 1 4- 1 48 )
di mana Pers. ( 1 4- 1 46) telah digunakan untuk menye derhanakan ruas-kanan. Persamaan
( 1 4- 1 48) adalah berbentuk Pers. ( 1 4- 1 43 ) dengan B v - 1 1 2 TTkTv - 1 1 2 ; sehingga penyelesai
=
an dari masalah eigen simetrik ini memberikan frekuensi getaran yang diinginkan secara
langsung, dan bentuk modus getaran diperoleh dari vektor eigen Yn dengan Pers. ( 1 4-1 47).
Oleh karena transformasi ini membutuhkan penyelesaian masalah eigen awal dengan
or de masalah eigen semula, ternyata b ah wa penggunaan prosedur analisis getaran berdasar
kan penyelesaian masalah eigen simetrik Pers. ( 1 4- 1 43) akan menjadi relatif mahal jika ma
triks massa tidak diagonal. Di sini mungkin untuk memperoleh sua tu transformasi yang le
bih sederhana dengan melakukan penguraian matriks massa menu rut Choleski, yaitu,
m = LLr
di mana L adalah komponen segi-tiga yang lebih rendah [ sama dengan penguraian k pada
Pers. ( 1 4- 1 33)] . Kemudian transformasi dapat dilakukan seperti dijelaskan di atas dengan
(LTrt menggantikan TV - 1 12 (pada Pers. ( 1 4- 1 47)] atau dari m-1 /2 (pada Pers. ( 1 4- 1 44)] .
Akan tetapi, dalam beberapa keadaan praktis telah diperoleh bahwa masalah eigen yang di
hasilkan dari transformasi Choleski kemungkinan sangat sensitif dan sukar untuk diselesai
kan secara tepat. Oleh karena itu, penguraiat!. vektor eigen Pers. ( 1 4- 1 46) lebih disukai un
tuk penggunaan yang umum, walaupun ha! ini lebih mahal.
Struktur-struktur yang tak-terkendala atau hanya dibatasi sebagian oleh sistem tumpuan
luarnya terhadap perpindahan benda tegar menimbulkan masalah yang khusus dalam ana-
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 203
lisis getaran karena matriks kekakuan adalah tunggal dan "frekuensi" getaran yang sesuai
dengan gerak henda tegar adalah nol. Walaupun pendekatan persamaan determinan (dan se
jumlah prosedur matematis formal lainnya) dapat secara langsung menyelesaikan sistem di
namik yang mempunyai matriks kekakuan tunggal, ternyata metode Stodola (atau setiap
metode yang lain langsung menggunakan inversi kekakuan) tidak dapat digunakan tanpa
peruhahan. Tiga dari metode y.ang paling sederhana yang menghilangkan kesukaran dengan
matriks kekakuan tunggal akan diuraikan di sini.
Cara yang paling langsung untuk menangani struktur yang tak-terkendala adalah me
lakukan modifikasi dengan menamhahkan kendala pegas kecil .terhadap derajat kehehasan
yang tak-terkendala. Pertama-tama sekumpulan minimum kendala yang cukup untuk men
cegah setiap gerak henda tegar harus ditetapkan. Lalu jika sehuah pegas dihuhungkan di
antara struktur dan tanah pada masing-masing derajat kehehasan tersehut, singularitas ma
triks kekakuan akan ditiadakan. Secara analitis pegas-pegas ini dinyatakan oleh suku-suku
tamhahan pada elemen-elemen diagonal dari matriks kekakuan untuk derajat kehehasan ini.
Jika kekakuan pegas yang ditamhahkan relatif kecil sekali dihanding koefisien matriks ke
kakuan awal, pegas akan merilpunyai pengaruh yang dapat diahaikan pada hentuk dan fre
kuensi modus getaran yang herhuhungan dengan deformasi struktur, tetapi akan ditetapkan
sekumpulan tamhahan modus henda tegar yang mempunyai frekuensi jauh lehih kecil dari
pada modus deformasi. Pegas kendala ini dapat dimasukkan secara otomatis melalui pro
gram komputer hila masalah eigen diselesaikan dengan iterasi invers. Jika persamaan ke
kakuan diselesaikan dengan uraian Choleski atau Gauss, setiap singularitas akan menjadi nol
pada posisi diagonal dan akan mencegah lanjutan dari penguraian itu. Akan tetapi, program
dapat dituliskan sedemikian rupa sehingga setiap diagonal nol digantikan oleh suatu hilang
an kecil yang secara fisis menyatakan kendala pegas; dengan cara ini singularitas dapat di
atasi dan proses penguraian dapat dilakukan dengan sempuma.
Efek yang sama dapat dicapai secara matematis dengan menggunakan pergeseran nilai
eigen. Dari
[k - ttml4>. = b.m4>. ( 1 4-1 30)
ternyata hahwa matriks kekakuan 1{ = k- pm yang telah mengalami pergeseran pada umum
nya hukan matriks tunggal meskipun k tunggal. Jika matriks massa adalah diagonal, dengan
memasukkan suatu pergeseran negatif akan menyehahkan sua tu jumlah positif akan ditam
hahkan ke elemen-elemen diagonal dari matriks kekakuan ; sehingga hal ini sama dengan
menghuhungkan sehuah pegas dengan masing-masing derajat kehehasan. Perhedaan utama
antara prosedur ini dan pendekatan fisik yang telah diutarakan mula-mula adalah hahwa se
huah "pegas" ditamhahkan sesuai dengan masing-masing koefrsien massa, lehih haik dari
pada hanya sekumpulan minimum. Pendekatan pergeseran mempunyai keuntungan hahwa
hentuk modus tidak akan heruhah dan pengaruh frekuensi dapat diperhitungkan secara te
pat dengan pergeseran.
Kedua prosedur ini disesuaikan dengan haik untuk penyelesaian komputer-digital dari
sistem komputer yang hesar. Dalam komputer modem, analisis akan dilakukan dengan angka
angka yang cukup herarti, sehingga memungkinkan pegas kendala huatan menjadi heherapa
tingkat hesaran lehih kecil daripada koefisien kekakuan yang sehenarnya; dalam keadaan
ini kendala huatan tidak akan mempunyai pengaruh yang herarti terhadap sifat-sifat getar
an deformasi; akan tetapi, hila analisis dilakukan dengan tangan, di mana lehih sedikit
angka-angka yang herarti dan lehih sedikit derajat kehehasan yang ditinjau dalam analisis,
pendekatan yang herheda kemungkinan akan lehih efektif. Ini terutama adalah metode trans-
formasi Ritz, di mana bentuk-bentuk yang diasumsikan dipilih untuk memenuhi kondisi
kesetimbangan dinamik benda tegar. Dalam analisis ini, kumpulan lengkap dari derajat ke
bebasan v dibagi menjadi kumpulan yang digabungkan dengan sistem tumpuan minimum v8
dan kumpUlan yang tersisa v, ; jadi
V= [::] (14-149)
204 DINAMIKA STRUKTUR
Suatu sistem pola perpindahan benda tegar dapat ditetapkan untuk struktur. Untuk struk
tur yang tak-terkendala dalam ruang tiga-dimensi, pola perpindahan ini akan terdiri dari
translasi dan rotasi sekitar masing-masing sumbu tegak lurus; tetapi jika struktur tersebut
dikendala sebagian, beberapa dari pola ini akan ditiadakan. Kumpulan pola benda tegar
yang cocok dengan struktur tertentu akan dinyatakan dengan tjJ8, di mana jumlah kolom
sesuai dengan jumlah elemen pada v• .
Hubungan antara v8 dan derajat kebebasan sisa diberikan oleh kondisi bahwa gaya iner
sia yang bekerja selama getaran bebas harus dalam kesetimbangan dinamik. Gaya inersia ini
dapat dinyatakan
Pembagian matriks massa menjadi sesuai dengan Pers. ( 14- 149 ) memb erikan
Jika gaya inersia ini dalam keadaan setimbang, gay a terse but tidak akan bekerja selama per
pindahan benda-tegar; sehingga dengan mempertimbangkan semua gerak benda-tegar di
hasilkan
( 14- 15 1)
( 14- 152)
Persamaan ini sekarang dapat diselesaikan untuk perpindahan yang bergantung pada "tum
puan" dalam bentuk kumpulan -sisa:
( 14- 153)
Akhirnya, vektor perpindahan yang lengkap dapat dinyatakan dalam bentuk Vr dengan
menggabungkan hasil ini dengan matriks identitas :
_
V - [v,v·J -_ [ - [tJ»/m.r1tJ»/m,J V,
I
( 14- 15 4)
( 14- 155)
di mana S,. adalah matriks transformasi segi-empat pada Pers. (14- 15 4).
Sekarang masalah nilai eigen dapat dinyatakan secara langsung dalam bentuk derajat
kebebasan yang bebas Vr dengan menggunakan S,. sebagai transformasi standar Ritz. Dengan
kata lain, massa dan kekakuan tergeneralisasi dihitung dari
dan
dan kemudian masalah eigen yang dihasilkan dengan orde yang telah dikurangi
( 14-156)
diselesaikan untuk bentuk modus Vr dan frekuensi. Tentu saja, ketergantungan derajat ke
bebasan v. kemudian dapat diperoleh dengan menggunakan Pers. (14- 153 ).
Sebagai catatan akhir pada metode ini sehubungan dengan struktur yang tak-terken
dala, perlu dikemukakan bahwa kendala kesetimbangan Pers. ( 14 - 15 1 ) dapat diartikan se
bagai kondisi di mana modus getaran deformasi adalah ortogonal untuk perpindahan benda
tegar tjJ8 • Hubungan matriks transformasi S,. Pers. (14 - 15 5 ) dapat dipandang sebagai matriks
ANALISIS GETARAN PRAKTIS 205
SOAL-SOAL
1 4-1 Eva1uasilah bentuk dan frekuensi modus getaran dasar untuk bangunan pada Soa1 9-3
dengan menggunakan metode Stodo1a (iterasi matriks). Catat bahwa ma triks fleksibi
litas dapat dipero1eh dari kekakuan geser lantai yang diberikan baik dengan invers ma
triks kekakuan atau dengan menggunakan satu satuan beban secara berturut-turut pa
da setiap lantai, dan dengan mengeva1uasi perpindahan yang dihasilkan pada setiap
1antai.
1 4-2 Evaluasilah bentuk dan frekuensi m odus tertinggi untuk bangunan Soal 1 4-1 dengan
iterasi matriks.
1 4-5 Evaluasi bentuk dan frekuensi modus kedua untuk bangunan geser Soa1 1 3 4 dengan
iterasi matriks. Untuk membentuk matriks sapuan modus pertama S 1 , gunakan ben
tuk modus pertama yang dihasilkan cj)1 dan Pers. ( 1 4- 1 54).
14-6 Ulangi Soa1 1 4-5 dengan menggunakan persamaan matriks sapuan Pers. ( 1 4-29).
1 4- 7 Ulangi Soa1 1 4-5 dengan menggunakan iterasi invers dengan pergeseran seperti ditun
jukkan o1eh Pers. ( 1 4- 1 2 5 ) dan pembahasan yang sesudahnya. Untuk soal penjelasan
ini, gunakan pergeseran /J = 98%(w2 )2 , di mana w2 diberikan seperti pada Soal. 1 3 4 .
14-8 Sebuah balok dengan tiga massa tergumpal diperlihatkan pada Gambar P 1 4-l ; juga di
perlihatkan matriks fleksibilitas dan kekakuannya. Dengan iterasi matriks (metode
Vianello), tentukan gaya aksial Ncr yang akan menyebabkan baiok ini menjadi ter
tekuk. Dalam analisis ini, gunakan pendekatan linear Pers. ( 1 1 -36) untuk menyatakan
kekakuan geometrik ba1ok .
Ill , = ����
/ I l l � /}/ m2 = 111
.,fk ® @ � €).---�
-
I.I
[ 8 .\. 7 .t. ·I· ·I
I
1
1�l
[ 9'
--88 - 6'
J
-
r3
= 8 k = 1 28
2 4J
-88 �
f �43Tt 7 168 1 3
4
8 -10 --6 2 15
4
' �3 Cl_ GAMBAR P 14-1
206 DINAMIKA STRUKTUR
1 4-9 Dengan iterasi matriks, hitunglah frekuensi getaran balok Soa1 1 4-8 jika gaya aksial
mempunyai nilai N= 2(EI/L 2 ).
14-1 0 Evaluasilah bentuk dan frekuensi modus dari dua modus getaran pertama untuk
bangunan geser Soa1 1 4- 1 dengan menggunakan metode Ho1zer.
14-1 1 Dengan menggunakan prosedur matriks transfer, Pers. ( 1 4-62) dan ( 1 4-6 3 ) , perlihat
kan bahwa frekuensi dan bentuk modus dasar dari ba1ok kantilever Soa1 1 3 -1 seperti
yang diberikan pada soa1 tersebut.
14-1 2 Kerangka geser empat tingkat Gambar P 1 4-2 mempunyai massa m yang sama yang
tergumpal pada masing-masing girder tegar dan kekakuan k lantai demi 1antai sama
pada ko1om masing-masing lantai. Dengan menggunakan fungsi bentuk linear dan
kuadrat yang ditunjukkan 1/li sebagai koordinat tergeneralisasi, tentukan bentuk dan
frekuensi kira-kira dari dua modus getaran pertama dengan metode Ray1eigh-Ritz,
Pers. ( 1 4-88).
fl .oo J ,oi11
1 o.75 O , S ii I
1 o.5o 0.25 1
Lo.25 0.06_)
GAMBAR P l4-2
14-13 Ulangi Soal 1 4- 1 2 dengan menggunakan pernyataan Pers. ( 1 4-96 ) yang "disempurna
kan" untuk menentukan sifat-sifat koordinat massa dan kekakuan tergeneralisasi.
BAB
LIMA BELAS
1 5- 1 PENDAHULUAN
Dalam semua pemabahasan respons sistem MDOF yang terdahulu, telah diasumsikan bahwa
struktur adalah linear, yaitu bahwa gaya tahanan dinamik dapat dikaitkan dengan vektor
percepatan, kecepatan atau perpindahan dengan menggunakan koefisien pengaruh. Akibat
dari karakteristik fisis ini, dimungkinkan untuk menghitung bentuk modus getaran dan fre
kuensi untuk struktur·struktur dan mengevaluasi respons dalam bentuk koordinat modus.
Pendekatan ini mempunyai keuntungan yang sangat besar sehingga taksiran respons dina
mik y ang memadai seringkali dapat diperoleh dengan meninjau b eberapa modus getaran
saja, meskipun dalam sistem yang barangkali mempunyai lusinan atau ratusan derajat ke
bebasan ; dengan demikian usaha perhitungan bisa b erkurang· sekali.
Walaupun demikian, seperti yarrg telah ditunjukkan dalam pembahasan sistem SDOF,
terdapat banyak contoh di mana sifat·sifat fisis tidak dapat diasumsikan selalu konstan se
lama respons dinamik. Koefisien pengaruh kekakuan dapat berubah menurut pemuluran
(yielding) dari bahan struktur atau menurut perubahan yang berarti dari gaya aksial pada
bagian-bagian struktur (yang akan menyebabkan berubahnya koefisien kekakuan geome
trik). Atau kemungkinan terjadi bahwa baik massa maupun koefisien redam akan meng
alami perubahan selama respons dinamik. Setiap perubahan yang semacam ini akan meng
ubah karakteristik getaran sistem (sebenarnya konsep getaran bebas sederhana tidak luas
pemakaiannya dalam sist em yang nonlinear) . dan karenanya ketidaktergantungan koordinat
dari persamaan gerak tidak dimungkinkan.
Satu-satunya metode yang pada umumnya dapat digunakan untuk analisis sistem non
linear sembarang adalah integrasi numerik b ertahap dari persamaan gerak yang sating ter
gantung. Prosedur ini dapat dilakukan seperti analog MDOF yang eksak dari analisis sistem
SDOF nonlinear yang diutarakan pada Bab 8. Riwayat respons dibagi menjadi pertambahan
waktu yang singkat, sama, dan responsnya dihitung selama setiap pertambahan untuk suatu
sistem linear yang mempunyai sifat-sifat yang ditentukan pada awal interval. Pada akhir in
terval sifat-sifat tersebut dim odifikasi sesuai dengan keadaan deformasi dan tegangannya
pada waktu terse but ; jadi analisis nonlinear diperkirakan seperti suatu rangkaian analisis
perubahan yang berurutan dari sistem linear.
Seperti dij elaskan pada Bab 8, prosedur integrasi bertahap dapat juga dipakai untuk
struktur linear , dan di sini prosedur perhitungan menjadi sangat sederhana karena tidak
perlu memo difikasi sifat-sifat struktur pada masing-masing tahap. Dalam beberapa hal ke
mungkinan, lebih bermanfaat menggunakan pendekatan integrasi-langsung ini daripada
superposisi modus karena pendekatan ini tidak memerlukan evaluasi bentuk modus getaran,
yang akan membutuhkan upaya perhitungan yang sangat besar dalam sistem yang mem
punyai derajat kebebasan banyak. Pada umumnya, integrasi bertahap akan menjadi amat
berguna dalam mengevaluasi respons struktur yang besar dan kompleks terhadap be ban im -
208 DINAMIKA STRUKTUR
pulsif yang berlangsung singkat yang cenderung untuk mengeksitasi beberapa modus getar
an tetapi yang perlu dievaluasi hanya riwayat respons yang berlangsung singkat.
Salah satu kesulitan yang mungkin timbul dalam integrasi respons bertahap dari sistem
MDOF ialah bahwa matriks redam c harus ditetapkan secara eksplisit, bukan dalam bentuk
perbandingan redam modus. Sangat sulit untuk memperkirakan besaran-besaran koefisien
pengaruh re dam dari matriks re dam yang lengkap. Pada umumnya, cara yang paling efektif
untuk menentukan matriks redam yang cocok adalah dengan mengasurnsikan nilai perban
dingan modus yang sesuai untuk semua modus yang dianggap penting dan kemudian meng
hitung matriks redam ortogonal yang memiliki sifat-sifat tersebut, seperti yang diutarakan
pada Bab 1 3 .
Sebaliknya, kenyataan bahwa matriks redam yang ditetapkan secara eksplisit dan bu
kan dengan perbandingan redam modus ini akan lebih berguna untuk meningkatkan gene
ralitas metode bertahap daripada superposisi modus. Tidak perlu untuk membuat respons
modus ;;aling tergantung ; sehingga matriks redam tidak perlu dipilih untuk memenuhi orto
gonalitas modus. Setiap set koefisien matriks redam yang diinginkan dapat digunakan da
lam analisis, dan koefisien tersebut dapat menyatakan seluruh tingkat perbedaan peredam
an pada bagian struktur yang berbeda. Misalnya, dalam analisis gempa burni dari suatu ba
ngunan, koefisien tersebut barangkali pantas menggunakan koefisien re dam yang menyata
kan perbandingan redam yang tinggi untuk derajat kebebasan fondasi sedangkan pemilihan
koefisien re dam untuk struktur tambahan yang menyatakan perbandingan re dam yang jauh
lebih rendah.
Akhirnya, perlu dicatat bahwa transformasi menjadi koordinat normal akan berman
faat bahkan dalam analisis sistem yang nonlinear pun. Bentuk modus getaran bebas yang
tak-teredam tentu saja akan berguna untuk membuat persamaan-persamaan gerak menjadi
tidak saling tergantung asalkan matriks kekakuan tidak bef'Jbah dari keadaan analisis getar
an yang dilakukan sebelumnya. Bila kekakuan tersebut berubah disebabkan oleh pemulur
an atau kerusakan lain, transformasi koordinat-normal akan memasuki suku-suku diagonal
luar pada matriks kekakuan tergeneralisasi, yang menyebabkan persamaan respons modus
menjadi saling tergantung. Akan tetapi, jika mekanisme deformasi nonlinear pada struktur
tidak menyebabkan perubahan yang besar pada·pola lendutannya, respons dinamik masih
dapat dinyatakan secara efisien dalam bentuk modus mula-mula yang tak-teredam. Dengan
demikian seringkali bermanfaat untuk mengevaluasi res pons struktur yang kompleks dengan
integrasi pertahap yang langsung dari sekumpulan terbatas persamaan gerak koordinat nor
mal, meskipun persamaan akan segera menjadi saling tergantung setelah nonlinearitas yang
berarti terbentuk dalam respons. Perlakuan terhadap suatu sistem dengan kekakuan yang
saling tergantung dari persamaan koordinat normal ekivalen dengan pendekatan yang di
usulkan sebelumnya untuk analisis sistem di mana matriks redam diperlakukan seperti un
tuk memasukkan koordinat normal yang saling tergantung.
Persamaan yang menyatakan kesetimbangan pertambahan gaya yang terjadi selama pertam
bahan waktu At dapat ditentukan seperti ekivalen matriks dari persamaan pertambahan
gerak yang ditentukan untuk sistem SDOF Pers. (8-2). Jadi dengan mengambil perbedaan
antara hubungan kesetimbangan yang ditetapkan untuk waktu t dan t + At dapat diperoleh
persamaan kesetimbangan pertambahan
Pertambahan gaya pada persamaan ini, secara analogi dengan pernyataan SDOF [Pers. (8-3)] ,
dapat dinyatakan sebagai
ANALISIS SISTEM NONLINEAR 209
= = --- (1 5-3)
Bila Pers. ( 1 5-2) disu bstitusikan ke dalarn Pers. ( 1 5- 1 ) , persamaan pertambahan menjadi
(, .
Kekakuan tangens
----�t�'l tJ.��/ 1
Peredaman tangens
(,(! + tJ.t )
T
I Mu,Ul / " l ' j_
f[l , U I ·--- -- I - __i__
_
1 - � Kekakuan
I I I sekans
1 Peredaman
r1 u ) i
I .6---- I tJ. : , I / 1 I
1--- -+j sekans
I
;�
I
___L__, __L____ ' •
'', 1 1 I 1·1 ( 1 + tJ. t I
(a) (b)
GAMBAR IS-I Definisi koefisien pengaruh nonlinear: (a) peredaman viskos nonlinear cii; (b) ke'kaku
an nonlinear kij ·
Pernyataan gaya pertambahan pada ruas kiri Pers. ( 1 5-4) hanya merupakan perkiraan
karena digunakan nilai-nilai tangens awal untuk c(t) dan k(t). Walaupun demikian, akumu
lasi kesalahan yang disebabkan oleh faktor ini dapat dihindari jika percepatan pada awal
masing-masing pertambahan dihitung dari kesetimbangan total gaya-gaya pada waktu ter
sebut, seperti yang diuraikan untuk keadaan SDOF.
Operasi dasar dalam penyelesaian bertahap persamaan diferensial simultan gerak, Pers. ( 1 5-4) ,
adalah pengubahannya menjadi sekumpulan persamaan aljabar simultan. Ini dilakukan de
ngan memasukkan perpindahan antara suatu hubungan sederhana antara perpindahan, ke
cepatan, dan percepatan yang bisa diasumsikan berlaku untuk pertambahan waktu yang
singkat. Atas dasar ini, perubahan pertambahan dari kecepatan dan percepatan dapat di
nyatakan dalam bentuk perubahan percepatan, atau cara yang lain, perubahan kecepatan
dan percepatan dapat dinyatakan dalam bentuk perpindahan pertambahan. Dalam kedua
210 DINAMIKA STRUKTUR
keadaan ini, hanya satu vektor yang tak diketahui yang terdapat dalam persamaan kese
timbangan pertambahan, dan ini dapat dievaluasi dengan prosedur persamaan simultan
standar yang mana saja.
Seperti disebutkan pada pembahasan sistem SDOF, hubungan antara perpindahan, ke
cepatan dan percepatan dapat ditetapkan dengan mudah dengan mengasumsikan cara variasi
vektor percepatan menurut waktu. Untuk sistem SDOF, akan memudahkan dengan meng
asumsikan percepatan linear sama dengan yang digunakan pada Bab 8, yang kemudian akan
menghasilkan variasi kuadrat vektor kecepatan dan variabel pangkat tiga vektor perpindah
an . Penurunan prosedur analisis MDOF dapat dilakukan persis seperti yang dihikukan pada
Bab 8, d an hasilnya, secara analogi dengan Pers. (8-8) dan (8-9) dituliskan
k(t ) Av(t ) = Ap(t ) ( 1 5-5)
di mana
k- (t) = k(t) + -6 m + -3 c(
Lll 2 At
t
) (15- 6a)
Persamaan ( 1 5-5) mempunyai bentuk seperti persamaan kekakuan statik standar untuk
vektor perpindahan pertambahan .:lv(t), di mana k(t) dan .:lp(t) masing-masing dapat di
interpretasikan sebagai matriks kekakuan dinamik efektif dan pertambahan beban e fektif.
Analisis dilakukan dengan mengevaluasi k(t) dari sifat-sifat massa, pere daman dan .kekaku
an yang ditetapkan untuk kondisi yang ada pada permulaan tahap waktu dan mengevaluasi
.:lp(t) dari vektor kecepatan dan percepatan pada permulaan tahap sama d engan pertambah
an beban yang ditetapkan selama langkah tersebut. Kemudian pertambahan pe rpindahan
.:lv(t) dihitung dengan menyelesaikan Pers. ( 1 5-5), yaitu dengan menggunakan prosedur pe
nyelesaian persamaan statik yang standar. Penguraian Gauss atau Choleski seringkali diguna
kan untuk maksud ini dalain program komputer-digital ; harus diperhatikan bahwa perubah
an nilai k(t) dan c(t) dalam masalah yang nonlinear mengharuskan agar dilakukan pemisah
an untuk masing-masing tahap waktu, yang meme rlukan usaha komputasi yang besar untuk
sistem persamaan yang besar. Banyak cara khusus telah dipakai untuk menyederhanakan
bidang analisis inj, tetapi pembahasan yang seperti itu di luar lingkup penyajian ini.
Bila pe rtambahan perpindahan .:lv(t) tclah ditentukan, pertambahan kecepatan dapat
diperoleh dari pernyataan yang analog dengan Pers. (8-7b ) :
M(t) = �
/',.(
Av(t ) - 3v(t) - t.t
2
v(t ) (1 5-7)
Vektor-vektor yang diberikan oleh Pers. ( 1 5-8) menyatakan kondisi awal prosedur analisis
tahap berikutnya. Tambahan pula, vektor percepatan diperlukan pada waktu yang bersan1a·
an. Seperti disebutkan di atas, vektor percepatan tersebut dihitung dari kondisi kesetimbang
an dinamik dengan waktu t + .:lt; dengan demikian
( 1 5-9)
di mana f0 (t + .:lt) dan f8(t + .:lt) masing-masing menunjukkan vektor gaya redam dan ke
kakuan yang dievaluasi dari kondisi kecepatan dan perpindahan pada waktu t + M (sama
Asumsi percepatan linear yang merupakan dasar dari Pers. (1 5-6) merupakan prosedur inte
grasi bertahap yang efisien asalkan digunakan pertambahan waktu yang cukup singkat. Pada
umumnya, analisis alcin memberikan ketelitian yang baik untuk struktur yang berkenaan
dengan periode-periode getaran paling tidak 5 sampai 1 0 kali lebih b esar dari interval inte
grasi (periode-periode inilah yang sekarang merupakan sistem linear yang akan ditinjau se
lama pertambahan waktu yang berurutan). Dalam banyak hal, respons struktur yang ber
arti terdapat dalam komponen periode getaran yang lebih panjang ; karenanya pertambahan
waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh ketelitian yang memadai dari respons yang ber
arti tidaklah terlalu pendek. Walaupun demikian, seperti yang dijelaskan pada Bab 8, me
tode percepatan linear hanyalah yang kondisinya stabil, metode ini akan gagal bila diterap
kan pada komponen respons modus yang mempunyai periode getaran lebih kecil daripada
sekitar 1 .8 kali interval integrasi. Dengan demikian pertambahan waktu harus dibuat relatif
pendek dibandingkan periode terkecil getaran yang terdapat dalam sistem struktur, tanpa
memperhatikan apakah modus-modus yang lebih tinggi m emberikan kontribusi yang ber
arti terhadap respons dinamik atau tidak.
{ + b. t t + r
linear yang standar, tetapi untuk (} > 1 .3 7 ini berubah menjadi kondisi yang tak stabil.
Prosedur analisis dapat diperoleh dengan hanya menuliskan kembali hubungan-hubung
an dasar metode percepatan linear untuk tahap waktu yang diperpanjang r . Jadi, secara ana
logi dengan Pers. (8-6),
di mana topi menunjukkan pertambahan yang dikaitkan dengan tahap yang diperpanjang.
Dengan menyelesaikannya untuk menyatakan Av(t ) dan Av(t ) dalam bentuk Av(t) dan
mensubstitusikan ke dalam persamaan gerak, diperoleh pernyataan yang ekivalen dengan
Pers. (1 5-5) dan ( 1 5-6) tetapi dituliskan untuk langkah waktu yang diperpanjang:
't" 't"
Akhirnya, hubungan statik-semu Pers. (1 5- 1 2) dapat diselesaikan untuk .::lv(t) dan disubsti
tusikan ke dalam persamaan berikut [analogi dengan Pers. (8-7a)] untuk memperoleh per
tambahan percepatan selama tahap waktu yang diperpanjang:
A.v(t) = i
't"2
Av(t) - � t(t) - 3v(t) (15-14)
't"
Dari sini, pertambahan percepatan untuk langkah waktu normal .::lt dapat diperoleh dengan
interpolasi linear :
dan kemudian vektor-vektor pertambahan kecepatan dan perpindahan yang sesuai diberi
kan oleh pernyataan seperti Pers. (1 5-1 1 ) tetapi dituliskan untuk tahap waktu normal .::lt.
Dari hasil-hasil ini, kondisi-kondisi awal untuk tahap waktu berikutnya diberikan oleh Pers.
(1 5-8) dan ( 1 5-9), dan seluruh proses kemudian dapat diulang sebanyak tahap yang diingin
kan.
Dalam hal ini adalah berguna untuk meninjau prestasi umum dan efisiensi metode integrasi
waktu yang kondisinya stabil ini. Untuk maksud tersebut, cukup dengan membahas pres
tasinya untuk menangani suatu sistem SDOF karena ternyata nispons sistem yang linear
A N A LISIS SISTEM NONLINEAR 213
�PED
30.0
/
���O�
27,0
23,0
� /
V
1 9,0
I
� /V/
1-8 = 2,0
1 5.0
�
,;
V
I
'tl
'ii
0
1 1 ,0
V
I I)6=1,4
Q,
c
IlL
c
·..=
a.
7.0
8. V
5,0
3,0
I I
/;
I
1 ,0
� /
0,02 0.06 0,10 0, 1 4 0. 1 8 0,22 GAMBAR 1 5-3 Perpanjangan pe
l!.t/T riode, metode 0 Wilson.
maupun (} = 1 ,4 menunjukkan bahwa ketelitian akan menjadi sangat baik untuk nilai (} yang
makin kecil.
Baik efek perpanjangan periode maupun penurunan amplitudo dapat merupakan hal
yang penting untuk keadaan tertentu, tetapi umumnya penurunan amplitudo merupakan
hal yang lebih penting. Mekanisme penurunan ini dapat dipandang sebagai suatu peredam
an buatan yang ditambahkan pada setiap peredaman nyata yang bisa terjadi, dan perlu di
ingat bahwa penurunan amplitudo 6 persen per siklus akan mengakibatkan peredaman se
kitar 1 persen. Jadi, pada Gambar 1 5-4 jelas bahwa peredaman buatan ini akan mempunyai
arti yang kecil dalam analisis struktur-struktur khas yang mempunyai peredaman kritis 5
persen atau lebih, asalkan perbandingan tahap waktu l::.t/T < 1 I 1 0 , karena dalam hal ini pe
redaman buatan yang bertambah akan terletak dalam batas ketidaktentuan peredaman yang
nyata. Akan tetapi, jelas bahwa setiap komponen res pons di mana llt/T > 1 I 4 akan teredam
secara cepat.
Analis dinamik harus menjaga efek peredaman buatan ini dalam perspektif yang baik.
Jelasnya dia hams memilih tahap waktu yang cukup pendek untuk respons semua kompo-
�/
r
214 DINAMIKA STRUKTUR
to'! 30.0
___.d._ L_
���
27,0
1.0 T PE
23,0 r-
1 9 ,0
I /
/
f
1::1
8
-.:
�
= 2,0
/
V
1 5,0
0
I
0
:I
ie 1 1 ,0 I
!--- 8 = 1 ,4
I
I
..
=
..
=
2
:I
=
" 7,0
""
"
.,
..
i: 5.0 I I
I I
11)
.,
..
11)
""
3,0
I
1 ,0
/;
L.
0,02
/ 0,06 0,10 0, 1 4 0. 1 8 0,22 GAMBAR 1 5-4 Penurunan am pli
6t/T tudo, metode e Wilson.
nen modus yang berarti yang ingin diperoleh tanpa pengurangan buatan. Sebaliknya, dia
harus hati-hati bahwa komponen-komponen modus tertinggi dari model matematisnya se
ringkali tidak menggambarkan mekanisme perilaku struktur yang nyata; komponen ter
sebut sering sangat terdistorsi oleh proses diskritisasi. Tambahan lagi, dalam beberapa ke
adaan, pembebanan sedemikian rupa sehingga hanya modus getaran yang lebih rendah yang
memb erikan respons yang berarti; jadi tidak perlu untuk mengintegrasikan komponen mo
dus yang lebih tinggi secara teliti. Dari pertimbangan ini, jelas bahwa penurunan amplitudo
yang berarti dapat diterima dengan komponen frekuensi yang lebih tinggi, dan dalam be
berapa keadaan akan menguntungkan dengan mengeluarkannya dari respons. Dalam hal ter
sebut , mekanisme penurunan amplitudo dengan metode (} Wilson dapat dianggap sama de
ngan pemotongan modus secara sengaja yang digunakan dengan metode superposisi modus.
Penurunan amplitudo jelas bukan me rupakan faktor yang penting berkenaan dengan ada
nya modus yang tidak akan disertakan dalam analisis superposisi modus.
-�
BAB
ENAM BELAS
�--------�--------� m z
xz
Dalam merumuskan berbagai teknik MDOF, akan digunakan secara luas koordinat ter
generalisasi, dan dalam pengembangan ini definisi konsep yang tepat lebih dibutuhkan dari
pada terminologi yang kurang tepat yang kiranya sudah cukup sampai saat ini. Koordinat
tergeneralisasi suatu sistem dengan N derajat kebebasan didefinisikan sebagai suatu kumpul-
216 DINAMIKA STRUKTUR
an sebanyak N b esaran bebas yang menentukan secara lengkap posisi setiap titik pada sis
tem. Karena benar-benar b ebas, koordinat tergeneralisasi sama sekali tidak boleh dihubung
kan dengan kendala geometrik yang ditentukan pada sistem .
Pada pendulum ganda klasik yang diperlihatkan pada Gambar 1 6- 1 posisi kedua massa
m 1 dan m2 dapat ditetapkan dengan menggunakan koordinat x 1 , y 1 , x2 , Yz ; akan tetapi,
dua kondisi kendala geometrik harus ditentukan dalam koordinat-koo_rdinat ini, yaitu,
xl 2 + Yl 2 - L/ = 0
(16-1)
(x2 - x 1) 2 + (Yi - y1) 2 - L/ = 0
Oleh karena hubungan-hubungan kendala ini,· x 1 , y 1 , x2 dan y 2 tidak bebas dan dengan
demikian tidak dapat dianggap sebagai koordinat tergeneralisasi.
Sebaliknya, andaikan sudut 8 1 dan 8 2 ditetapkan sebagai koordinat yang hams diguna
kan dalam menentukan p osisi massa m 1 dan m 2 • Jelas salah sa tu dari koordinat-koordinat
ini dapat diubah sedangkan konstanta lainnya tetap; jadi, terlihat koordinat-koordinat ini
benar-benar bebas dan oleh karenanya merupakan sekumpulan koordinat tergeneralisasi
yang sesuai.
(16-2)
dengan menyatakan energi kinetik total T, energi potensial total V, dan kerja semu total
8 Wnc secara se derhana dalam bentuk sekumpulan koordinat tergeneralisasi, q 1 , q 2 , . . . , qN .
Untuk sebagian b esar sistem mekanis atau struktur, energi kinetik dapat dinyatakan
dalam bentuk koordinat tergeneralisasi dan turunan pertamanya, dan energi potensial dapat
dinyatakan dalam bentuk koordinat te rgeneralisasi saja. Sebagai tambahan , kerja semu yang
ditimbulkan oleh gaya-gaya nonkonservatif pada saat bekerja melalui perpindahan-perpin
dahan semu yang disebabkan oleh sekumpulan variasi yang sembarang dalam koordinat ter
generalisasi dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi linear dari variasi-variasi itu. Dalam ben
tuk matematik ketiga pernyataan di atas dinyatakan dalam bentuk
(1 6-3a)
(16-4)
PERUMUSAN VARIASI PERSAMAAN GERAK 217
Dengan mengintegrasikan suku-suku yang tergantung kecepatan pada Pers. ( 1 6-4) sebagian
sebagian dihasilkan
Karena semu a variasi o q ;(i = 1, 2, . . . , N) adalah sembarang, Pers. ( 1 6-6) pada umumnya
dapat dipenuhi hanya bila suku dalam tanda kurung hilang, yaitu,
(16-7)
Persamaan ( 1 6 - 7) adalah pe rsamaan gerak Lagrange yang sudah d ikenal , yang telah diterap
kan secara luas dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknik.
Mahasiswa permulaan dari dinamika struktu r hendaknya menaruh pe rhatian khusus
mengenai kenyataan bahwa persamaan Lagrange me rupakan suatu h asil langsung dari peng
gunaan p rinsip variasi Hamilton yang mempunyai kondisi khusus di mana suku energi dan
kerja dapat dinyatakan dalam bentuk koordinat tergeneralisasi, dan turunannya terhadap
waktu dan variasinya, seperti yang ditunjukkan pada Pers. ( 1 6-3). Jadi pe rsamaan Lagrange
dapat digunakan untuk semua sistem yang memenuhi batasan-batasan ini, dan persamaan
tersebut bisa nonlinear ju ga bisa linear. Contoh-c ontoh yang berikut akan menjelaskan pe
ne rapan persamaan Lagrange dalam analisis dinamika struktur.
x1 = L1 s i n q1 XI = Llq l cos ql
y1 = L 1 cos q1 YJ =
- Llq t sin q l
( a)
x2 = L1 s in q1 + L2 sin q2 x2 = L1q 1 c o s q1 + L2q2 c o s qz
y2 = L1 cos q1 + L2 sin q2 Yz = - L1 q 1 sin q1 - L2 q2sin q2
(b)
dihasilkan
Energi potensial yang ada pada pen dulum ganda Gambar 1 6- 1 hanyalah yang disebab
kan oleh gravitasi. Jika energi potensial diasumsikan no! hila q 1 = q2 = 0, hubungan
energi p otensial adalah
(d)
218 DINAMIKA STRUKTUR
di mana g adalah percepatan gravitasi. Tentu saja, tidak terdapat gaya-gaya nonkonser
vatif yang bekerja pada sistem ini; oleh karena itu, fungsi pemaksa yang tergeneralisasi
Q1 dan Q2 sama dengan nol.
Dengan mensubstitusikan Pers. (c) dan (d) ke dalam persamaan Lagrange ( 1 6-7)
untuk i = 1 dan i = 2 secara terpisah diperoleh dua persamaan gerak
Persamaan-persamaan ini benar-benar nonlinear untuk osilasi amplitudo besar; akan te
tapi, untuk amplitudo kecil Pers. (e) dapat disederhanakan menjadi bentuk linearnya
Bentuk modus dan frekuen•i dengan amplitudo kecil dapat diperoleh dengan mudah
dari persamaan gerak yang dilinearisasikan melalui setiap metode analisis masalah eigen
standar , yaitu , prosedur penyelesaian determinan. I III
CONTOH E1 6-2 Asumsikan suatu batang tegar yang seragam dengan panjang L dan
massa total m yang ditumpu oleh suatu pegas elastik yang lentur tanpa massa dan di
kenakan suatu pembebanan-luar yang berubah menurut waktu dan terdistribusi secara
merata seperti yang diperlihatkan pada Gambar E 1 6-l . Jika lendutan vertikal 1 dan 2
�k/[p:
iiWl
:1 �L: -�
--4--=
----
-'---
0 ----:-- ' ----'-�
Pegas lentur
g tegar
t-o----, , ---�
I
Koordinat tergeneralisasi
Posisi kese
timbangan
statik
k e arah bawah dari posisi kesetimbangan statiknya masing-masing dipilih sebagai koor
dinat tergeneralisasi q 1 dan q2 , persamaan gerak yang berlaku untuk teori perpindahan
kecil dapat diperoleh dari persamaan Lagrange sebagai b erikut.
Energi kinetik total dari batang tegar merupakan jurnlah energi translasi dan rotasi
nya, yaitu,
(a)
Karena q 1 dan q2 merupakan perpindahan dari posisi kesetimb;mgan statik, gaya gravi
tasi dapat diabaikan asal saja energi potensial sistem dievaluasi sebagai energi regangan
yang hanya tersimpan dalam pegas lentur. Bila energi regangan ini dinyatakan dalarn
bentuk koefisien pengaruh kekakuan (yang ditentukan pada Gambar E 1 6- l ), energi po
tensial menjadi
(b)
Kerja semu yang dilakukan oleh beban takkonservatif p�(t) pada saat bekerja melalui
perpindahan semu yang dihasilkan oleh variasi sembarang o q l (t) dan oq2 (t) diberikan
oleh
(c)
cz
N (konstan)
r---
Posisi din . yg berubah . .
oq , P ostst ct·m. yg sebenarnya
I I
GAMBAR E l 6-2 Suatu susunan batang tegar 2-DOF dengan pegas rotasi dan daspot .
pL .
Q1(t) = Q 2(t) = - C(t ) (d)
2
Dengan mensubstitusikan Pers. (a), (b ), dan (d) ke dalam Pers. Lagrange (I 6-7) diper
oleh persamaan gerak linear untuk struktur ini :
pL
!?:. ( 2ijl + ij2) + kuql + k 1 2q 2 = C(t )
6 2
L (e)
!?:. (ijt + 2ij2 ) + k 1 2q1 + k22q 2 = p C(t )
6 2 /Ill
�'
(
220 DINAMIKA STRUKTUR
C ONTOH E 1 6-3 Tiga batang tegar yang s eragam dengan p anjang L dan massa m di
hubungkan dengan engse1 bersama-sama pada titik 1 dan 2, seperti yang diperlihatkan
pada Gambar E 1 6-2, dan ditumpu dengan sebuah rol pada titik 3 dan sebuah engsel
pada titik 0. Pegas-pegas elastik penahan momen yang terkonsentrasi dan daspot rotasi
yang viskos diikat pada ha tang yang berdekatan pada titik 1 dan 2, yang masing-masing
mempunyai konstanta sifat k 1 , c 1 , k2 , c 2 . Suatu beban aksial konstan N bekerja pada
titik 3. Jika sistem ini dieksitasi dengan beban lateral yang dikenakan p 1 (t) dan oleh
suatu gerak tumpuan vertikal yang kecil v0 (t) pada ujung 0, persamaan gerak yang ber
laku berdasarkan teori lendutan kecil dapat diperoleh secara langsung dari persamaan
Lagrange sebagai b erikut.
Energi kinetik ketiga ha tang adalah
(a)
Gerak ke arah kiri ujung 3 yang disebab kan oleh perpindahan sambungan vertika1 ada
lah
(b)
Rotasi relatif dari ha tang pada sambungan 1 dan 2 dan masing-masing variasinya diberi
kan oleh
(c)
(d )
Oleh karena itu energi potensial dari pegas dan gaya aksial adalah
(e)
a tau
(f)
( g)
Dengan mensubstitusikan Pers. (a), (e) dan (g) ke dalam Pers. ( 1 6-7) dihasilkan kedua
persamaan gerak yang berikut, dengan mana respons dinamik dapat dihitun g :
PERUMUSAN VARIASI PERSAMAAN GERAK 221
(h)
(i)
Dengan mengamhil percepatan dan kecepatan nol dan dengan menghilangkan sumher
sumher eksitasi p 1 (t) dan v0 (t) dari sistem, Pers. (h) dan (i) akan menjadi kondisi ke
setimhangan statik
(j)
Sekarang suatu penyelesaian non trivial untuk Pers. (j) hanya mungkin hila struktur ter
tekuk akihat aksi gaya aksial N, dan ini terlihat hila determinan matriks koefisien sama
dengan nol, yaitu, hila
= 0 (k)
Dengan memperluas determinan yang diherikan oleh Pers. (k) dan dengan menyelesai
kan untuk N diperoleh
(I)
Persamaan (/) menghasilkan dua nilai untuk Ne r yang sesuai dengan modus tekukan
yang pertama dan kedua. Kedua hentuk modus diperoleh dengan mensubstitusikan ke
dua hehan kritis ini secara terpisah ke dalam salah satu dari Pers. (k) dan dengan me
nyelesaikan untuk salah satu koordinat tergeneralisasi dalam hentuk yang lainnya. IIII
Seperti terlihat pada hagian ketiga contoh di atas, energi kinetik dan potensial dari sistem
teknik linear y ang mengalami osilasi amplitudo kecil dapat dinyatakan dalam b entuk kua
drat
222 DINAMIKA STRUKTUR
(16-8)
(16-9)
di mana N adalah jumlah derajat kebebasan pada sistem. Untuk sistem seperti ini, suku ke
dua Pers. (1 6-7), yaitu 8 T/l>qi (i = 1 , 2, . . . , N), sama dengan nol, yang akan menjadikan per
samaan Lagrange berbentuk
a ar
- -
( ) + -
av
= Q'· i = 1, 2, . . . , N (16-10)
ar a4i aqi
Bila Pers. (1 6-8) dan (1 6-9) disubstitusikan ke dalam Pers. (1 6-1 0), persamaan gerak tag
range, bila disusun dalam bentuk matriks, menjadi
mq + kq = Q (16- 1 1)
yang sama dengan persamaan koordinat diskrit yang dirumuskan sebelumnya melalui kerja
semu. Akan tetapi, harus diingat bahwa semua gaya nonkonservatif, termasuk gaya redam ,
terdapat pada fungsi pemaksa tergeneralisasi Q1 , Q2 , • • • , QN .
Sekarang akan ditinjau masalah diskritisasi, yaitu dengan memperkirakan sistem DOF
yang dibatasi oleh jumlah koordinat yang terhingga. Sebagai c ontoh, lendutan lateral v(x, t)
dari suatu balok lentur dapat diperkirakan melalui hubungan
(16- 1 2)
di mana
m11 = f m(x)l/l1(x)t/Jj(x) dx (16-14)
(16-9)
PERUMUSAN.VARIASI PERSAMAAN GERAK 223
di mana
kti = f El(x)I/Ji(x)I/Jj(x) dx (16-16)
harus dievaluasi. Iru merupakan kerja yang ditimbulkan oleh semua gaya nonkonservatif
yang bekerja pada atau di dalam balok lentur sedangkan sekumpulan perpindahan semu
yang sembarang bq1 , bq2 , •, o qN dikenakan pada sistem. Untuk menjelaskan prinsip
• •
prinsip yang tercakup dalam evaluasi iru, akan diasumsikan bahwa matriks balok lentur me
menuhi hubungan tegangan-regangan uruaksial
di mana E adalah modulus elastisitas Young dan c8 adalah modulus redam. Dengan meng
gunakan Pers. ( 1 6- 1 7) dan hipotesis Bernoulli-Euler bahwa regangan normal berubah secara
linear di atas penampang lintang balok, diperoleh hubungan momen-perpindahan
m(x,t) = El(x)v"(x,t) + cj(x)il'(x,t) (16- 1 8)
Suku pertama ruas-kanan Pers. ( 1 6 - 1 8) berasal dari gaya konservatif-dalam, yang sudah di
terangkan dalam bentuk energi potensial V, sedangkan suku kedua berasal dari gaya-gaya
nonkonservatif-dalam. Kerja semu yang dilakukan oleh gaya-gaya nonkonservatif ini per
satuan panjang sepanjang balok sama dengan negatif perkalian momen nonkonservatif
Csl(x)v"(x, t) dikali variasi pada kelengkungan o v"(x, t). Oleh karena itu, kerja semu total
yang dilakukan oleh gaya-gaya nonkonservatif-dalam ini adalah
Jika gaya-gaya nonkonservatif yang dikenakan dari luar diasumsikan dalam keadaan iru
akan terbatas pada suatu be ban 1intang terdistribusi p(x, t), kerja semu yang dilakukan oleh
gaya-gaya ini sama dengan
Dengan mensubstitusikan Pers. (16- 1 2) ke dalam Pers. (1 6- 1 9) dan (1 6-20) dan dengan me
nambahkannya diperoleh
(16-2 1 )
di mana
p1 = f p(x,t)l/!1(x) dx (1 6-22)
(16-24)
Akhirnya, .dengan mensubstitusikan Pers. (1 6-8), (1 6-9) dan (1 6-24) ke dalam persamaan
l.agrange (1 6-7) dihasilkan persamaan gerak yang berlaku dalam bentuk matriks.
mq + cq + kq = p {1 6-25)
224 DINAMIKA STRUKTUR
Dari definisi mii, cii, kii yang masing-masing diberikan oleh Pers. ( 1 6- 1 4), ( 1 6-23), dan
( 1 6- 1 6 ), terlihat bahwa
(1 6-26)
Oleh karena itu, matriks-matriks massa, redam dan koefisien kekakuan Pers. ( 1 6-25) bentuk
nya simetrik.
CONTOH E 1 6-4 Perumusan persamaan gerak me1a1ui persamaan Lagrange yang diuraikan di
atasakan d ijelaskan untuk susunan batang tegar yang d iperlihatkan pada Gambar £ 1 6-3.
Batang-batang terse but saling dihubungkan o l e h engsel-engsel, dan rotasi relatifnya ditahan oleh
pegas dan daspot rotasi yang d ipasang pada tiap-tiap engsel dengan nilai-nilai seperti terlihat.
Koordinat tergeneralisasi sistcm ini diambil sebagai sudut rotasi batang kaku qi seperti yang di
perlihatkan pada sketsa; akan diasumsikan di sini bahwa perpindahan kecil sehingga berlaku
teori lendutan kecil.
Dengan energi kinetik dari batang-batang tegar yang disebabkan oleh rotasi di sekitar
m asing-masing titik pusatnya, dan oleh karcna translasi titik pusat ditinjau secara terpisah,
energi kinetik total adalah
1 WL2 ( . 2 2 2)
• •
T = - -- q l + q2 + q3
2 1 2g
+.� ;[(4;Ly ( + ci 1 L +
4 L
; y ( + q 1 L + 42L + �
4 L
YJ
WI! (2 . 2 2
4
. . + 3q. lq. 3)
+ 9q. ! q. 2 + 3q2q3
•
= -- ql
·
-r q2
· 2
+ q3 (a)
Gg
TL
-+-ql
+
L
2
+L
+-
+
"
+
+-
L
1 2
�-.-----� �
GAMBAR 1 6-3 Sua tu susunan benda-tegar 3-DOF (termasuk efek keKaKuan geometrik yang disebabkan
oleh bobot mati).
Juga dengan energi potensial yang berkenaan d engan deformasi pegas rotasi, dan oleh
karena kenaikan batan g-batang di atas posisi alasnya yang vertikal ditinjau secara ter
pisah (besarnya perpindahan vertikal pusat-pusat gravitasi ditunjukkan pada sketsa),
energi potensial total sistem diberikan oleh
+ 1/ 2 [k 1q/ k 2 (q2 - qt )2
+ + k3(q3 - q2)2]
1M(s WL + lOk)q/ + WL (3 + 6k)q/
(WL + + 4k)q/ - 8q1 q2 - 4q2q3] (b)
PERUMUSAN VARIASI PERSAMAAN GERAK 225
Akhirnya, keija semu yang dilakukan oleh daspot selama perpindahan semu struktur
diberikan oleh
o wnc = c,4, oq, - c2(42 - 4,)(oq2 - oq,) - c3(43 - 42)(oq3 - oq2)
= c[( - 54 , + 242) oq, + (24, - 342 + 43) Oqz + (42 - 43) oq3]
di mana gaya-gaya nonkonservatif yang hanya disebabkan oleh peredaman, menjadi
Q1 = c( - 5 4 1 + 2th )
Q2 = c(2q, - 34z + 43) (c)
Q3 = c(q2 - 43)
Dengan mensubstitusikan Pers. (a) sampai dengan (c) ke dalam
d aT
- -
( ) av
+ - = Qi i = 1 , 2, 3 (16-lOa)
dt a4 i aqi
dapat diperoleh ketiga persamaan gerak sistem, yang disusun dalam bentuk matriks,
yaitu
. . · · · · · · · . · .· . . . . . .
.
tak diketahui A.;(t) dan hasilnya diintegrasikan dengan interval waktu t 1 sampai t2 (dengan
mengasumsikan Pers. ( 1 6-3) yang berlaku, bila dinyatakan dalam bentuk koordinat-koordi
nat g1 , g2 , , gc] , kemudian jika masing-masing integral di atas ditambahkan ke dalam
. • •
persamaan variasi Hamilton Pers. ( 1 6-2), persamaan yang berikut diperoleh setelah menyem
purnakan variasi :
}
,, i=! dt og; a9i a9i
, o-ft + ofz + · · · + A ---.!
of,
+ At m !! bg; dt
J
•
1'.2 -;::- =
0 • (16-29)
cgi o gi cg;
Karena variasi og; (i = 1 , 2, . . . , c) semuanya sembarang, perlu agar setiap suku yang b erada
da1am kurung persegi pada Pers. ( 1 6- 29) sama dengan no!, yaitu,
!!.- (aT ) _ aT av · =
+ Q
dt og; a9i a9; '
/
+ ;. 1 c 1 + ;.2 ofz + . . . + ;.'" ofm = 0 i = 1, 2, . . . ' c (16-30)
og; og ; og m
Persamaan ( 1 6-30) merupakan suatu b entuk modifikasi dari persamaan l.agrange yang me
mungkinkan digunakannya koordinat g1 , g2 , , gc . Prosedur penentuan Pers. ( 1 6-30) ini
• . .
mungkin kelihatannya trivial pada saat pertama karena sejumlah integral yang sama dengan
no! sudah d itambahkan ke dalam persamaan Hamilton; akan tetapi, perlu· dicatat bahwa se
lama masing-masing ofi (i 1 , 2 . . . . , m ) sama dengan no!, masing-masing suku-suku yang
=
terdapat pada ruas-kanan Pers. ( 1 6-28) tidak sama dengan no!. Fungsi yang tergantung pada
waktu A.; (i 1 , 2. . . . , m ) dikenal sebagai pengali Lagrange.
=
yang mengandung fungsi-fungsi waktu yang tak diket ahui g1 , g2 , , gc, A. 1 , A.2 , . . . , Am . . •
Karena terdapat fungsi waktu c + m yang tak diketahui, dibutuhkan persamaan c + m untuk
menyelesaikannya. Persamaan-persamaan ini mengandung c persamaan l.agrange yang di
modifikasi [Pers. ( 1 6-3 2)] dan m pe rsamaan kendala [Pers. ( 1 6 - 27)] .
CO::\TOH El 6-5 Penggunaan pengali Lagrange dalam memenuhi kondisi kendala ter
tentu akan dijelaskan b erkenaan dengan balok kantilever yang ditumpu ujungnya pada
Gambar E 1 6-4. Balok ini dikenakan beban yang berubah menurut waktu, yang terdis-
v(x. 1\
pl>.l) � prft)
0 :lLlJJ)'
1 � , , m, t l
�-----
--- --- L --------�
GAMBAR El6-4 Balok seragam yang di
gunakan u ntuk memperlihatkan pengali
Lagrange.
PERUMUSAN V ARIAS! PERSAMAAN GERAK 227
tribusi secara seragam sepanjang panjangnya p�(t), dan juga dikenakan gaya aksial N
yang konstan, seperti diperlihatkan pad�_, sketsa ; kekakuannya seragam sepanjang pan
jangnya, dan tidak terdapat peredaman. Untuk memperoleh suatu penyelesaian kira
kira yang agak mendekati jika komponen fre kuensi pada fungsi beban cukup rendah,
akan diasumsikan bahwa lendutan balok dapat dinyatakan sebagai
. n:x . 2n:x
v( x,t ) = U t ( t ) sm - + u 2( t ) sm - (a)
L L
Dengan menyatakan energi kinetik, energi potensial dan kerja semu yang dilakukan
oleh b eban-luar dalam bentuk koordinat g1 dan g2 dihasilkan
T = -1 iL - (
m
. 2
Ut
•
Sill
2 n:x
- +
. .
2U t U 2 Sill
. n:x
-
.
Sill
2n:x
-
. 2
-f- U 2
. 2 2n:x
Sin - ) dX ( b)
2 0 L L L L
L (
J0
1 2 7!4 • 2 nx 8n: 4 • nx . 2n:x
V = - El
ut - s m -· +- ut u2 s m - s m -
2 L4 L L4 L L
. 2 1 6n:4 . 2 2n:x
+ U z -- sm -
L4
) d
x
iL (
L
2 2
N n: 2 2 n:x 4n: n:x 2n:x
- -
2 U 1 cos - + - 2 Ut U z cos - cos -
2 0 L L L L L
+
4n
-
2
2 2 2n:x
2 U 2 cos -
L L
) d
x (c)
b W•c = hU1 rL p(x,t) sin 7tX dx + hU2 rL p{x,t) sin 27tX dx (d)
Jo L Jo L
T = 4mL . 2
(U t + 2
U2 )
•
(e)
n4EI Nnz
= (Utz + 16u/ ) -
V
4L
3
4L
(g/ + 4u/ ) (f)
dan dengan membandingkan Pers. (g) dengan Pers. (1 6-3c) diperoleh beban-luar
(h)
Bila kondisi tumpuan yang tetap pada ujung kiri balok diperhatikan, j elas bahwa
penyelesaian harus memenuhi kondisi kendala
(i)
Jadi dengan mensubstitusikan Pers. (j) dan (i) ke dalam Pers. (1 6-3 1 ) akan diperoleh
potensial yang berkurang
Dengan mensubstitusikan Pers. (e), (h) dan (j) ke dalam persamaan gerak La grange yang
dikurangi, Pers. (1 6-32), akhirnya diperoleh
228 DINAMIKA STRUKTUR
(k)
Dari keadaan ini penyelesaian lengkap dari soal dapat diperoleh dengan menyelesaikan
Pers. (i) dan Pers. (k) untuk g 1 (k), g2 (t) dan :\1 (t). Hasil penyelesaian memperlihatkan
bahwa A.1(t) proporsional dengan momen ujung yang tetap pada x = 0. Momen ini me
lakukan kerja semu no! pada balok -karena kendala pada balok itu tidak memungkin
kan terjadinya rotasi semu dari penampang balok. IIII
SOAL-SOAL
1 6-1 Dengan menggunakan persamaan Lagrange, Pers. ( 1 6-7), ctan ctengan memb o1ehkan
perpinctahan yang besar, tentukan persamaan gerak untuk sistem yang ctiperlihatkan
pacta Gambar E2-4. Bagaimanakah persamaan gerak yang ctilinearisasi untuk osilasi
amplitucto keci1?
1 6-2 Dengan menggunakan persamaan Lagrange ctan cten gan memb o1ehkan perpinctahan
yang besar, tentukan persamaan gerak untuk sistem yang ctiperlihatkan pacta Gambar
P 1 6- 1 . Bagaimanakah persamaan gerak yang dilinearisasi untuk osilasi amplitucto kecil?
GAMBAR Pl6-l
1 6-3 U1angi Soa1 1 6- 1 untuk sistem yang diperlihatkan pada Soa1 2-2.
1 6-4 U1angi Soal 1 6 - 1 untuk sistem yang diperlihatkan pad a Soa1 2-3.
1 6-5 Tentukan persamaan gerak untuk ba1ok kantilever seragam yang ctiperlihatkan pacta
Gambar 1 6-2 bila b entuk 1enctutan ctapat diperkirakan me1a1ui hubungan
,�= -N (konstan)
1---- L GAMBAR Pl 6-2
1 6-6 Sebuah bo1a ctengan jari-jari R 1 ctan massa m 1 ditempatkan ctiam pacta puncak sebuah
permukaan silincter yang tetap ctengan jari-jari R 2 • Asumsikan suatu gangguan yang
sangat ringan yang mu1ai menggelinctingkan bo1a ke arah kiri, seperti yang ctiperlihat
kan pada Gambar P 1 6-3 , di bawah pengaruh gravitasi. Jika bo1a menggelinding tanpa
slip ctan suctut 01 ctan 02 ctiambil sebagai koordinat perpindahan :
PERUMUSAN V ARIAS! PERSAMAAN GERAK 229
(b) Tuliskan persamaan gerak dalam bentuk salah satu koordinat perpindahan dengan
menghilangkan yang lainnya melalui persamaan kendalao
GAMBAR Pl6-3
1 6- 7 Suatu batang tegar yang seragam dengan massa total m 1 dan panjang L b erayun se
perti sebuah pendulum di bawah pengaruh gravitasi. Suatu massa yang terkonsentrasi
m2 dikendalai untuk meluncur sepanj ang sumbu b atang dan diikat pada sebuah pegas
tanpa massa, seperti yang diperlihatkan pada Gambar P l 6-4o Dengan mengasumsikan
sistem tanpa gesekan dan perpindahan dengan amplitude besar, tentukan persamaan
gerak dalam b entuk koordinat tergeneralisasi q1 dan q2 0
GAMBAR P 1 64
\
1 6-8 Tentukan persamaan gerak yang dilinearisasi untuk osilasi amplitude kecil dari sistem
yang ditentukan pada Soal 1 6-70