Anda di halaman 1dari 22

PENGUJIAN SAFETY VALVE STANDAR ASME

Disusun Oleh : Laras Eunice T. S (1217020046)


Muhamad Fikri Iriansyah (1217020026)
Muhammad Akbar Ashidiq (1217020007)
Muhammad Ghpzy Wafi R (1217020027)
Kelas : EN – 5J
Tanggal Penyerahan :
Dosen Pembimbing : Cecep Slamet Abadi, ST., MT
Ir. Jusafwar, MT
Mata Kuliah : Pemeliharaan Sistem Pembangkit

PROGRAM STUDI TEKNIK KONVERSI ENERGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DEPOK
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dalam dunia industri ini merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi setiap perusahaan, terutama industri energi, minyak, dan gas bumi. Hal ini
dikarenakan citra perusahaan dilihat dari kinerja perusahaan dalam hal keselamatan
kerja. Keselamatan kerja bukan hanya mencakup keselamatan para pekerjanya
melainkan juga masyarakat dan lingkungan disekitar tempat kerja (Baskoro, 2010).
Kegagalan terhadap fasilitas bisa mengakibat kecelakaan terhadap pekerja, pencemaran
lingkungan yang berdampak terhadap masyarakat sekitar. Selain berdampak terhadap
pekerja dan lingkung sekitar, nama baik dari perusahaan juga akan tercemar dengan
adanya kegagalan terhadap fasilitas tersebut. Berbagai upaya dilakukan untuk
mengatasi semua kegagalan-kegagalan yang akan terjadi di lapangan.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bertujuan untuk memberikan


Pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah keselamatan dan
kesehatan yang terjadi dalam pekerjaan. Dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
terdapat tiga pokok masalah terjadinya kecelakaan, yaitu peristiwa yang terjadi secara
kebetulan, kondisi pekerja maupun kondisi di lapangan dan tindakan atau perbuatan
yang berbahaya sehingga mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.

Selain mengutamakan keselamatan pekerja, biasanya disuatu perusahaan besar juga


mempertimbangkan keselamatan untuk equipment yang digunakan sebagai penghasil
produk dari industri itu sendiri. Alat yang digunakan untuk melindungi equipment yaitu
safety valve yang bertujuan untuk melindungi equipment apabila adanya tekanan yang
berlebihan sewaktu proses produksi terjadi. Apabila safety valve tidak digunakan pada
setiap equipment yang berpengaruh dalam menghasilkan suatu produk dari industry
tersebut, maka kegagalan terhadap equipment itu tidak bisa terhindari. Salah satu
contoh yaitu pada pump. Apabila tidak dipasang safety valve pada pump, sewaktu
terjadinya tekanan yang berlebih maka pump tersebut akan meledak. Penggunaan
safety valve dilakukan yaitu untuk melindungi equipment ketika terjadi tekanan yang
berlebih atau over pressure pada saat proses operasi berlangsung.
1.2 Data dan Lokasi Pemasangan Safety Valve

Set Pressure (bar) Minimum Capacity (kg/ hr)

LP Drum #1 9.0 37, 404

LP Drum #2 9.3 38, 556

TOTAL 75, 960

HPSH Outlet 92.0 75, 564

HP Drum #1 99.0 102, 204

HP Drum #2 102.0 105, 012

TOTAL 282, 780

Valves didesain untuk beroperasi tanpa chatering dan untuk mencapai


pengangkatan penuh pada tidak lebih dari 3% diatas setting pressurenya.
Valves menutup dalam batas 4% dari setting tekanannya, tetapi tidak kurang dari 2%
dari Setting Pressurenya.

Code Boiler dan Bejana Bertekanan yang terdapat di American Soceiety of


Mechanical Engineers (ASME), menyatakan bahwa semua bejana tekan dan boiler
yang termasuk dalam ruang lingkup standar baik SII, ASME dan lain-lain harus dilengkapi
dengan piranti pelindung atau katup pengaman (dalam SII disebut katup pembebas
tekanan) apapun jenisnya asalkan sesuai.

Code Boiler dan Bejana Bertekanan juga menghendaki agar safety valve mempunyai
kapasitas pengamanan atau pembebasan terhadap tekanan lebih setidak tidaknya sama
dengan aliran uap pada rated full load boilernya.

Jumlah safety valve yang dipasang tergantung dari disain boilernya. Suatu contoh pada
suatu Boiler ada yang seperti berikut :

Aliran uap pada saat Full Load untuk Boiler yang didesain dengan Natural Gas pada sisi
HP adalah 213.500 kg/ jam (59.3 kg/s) pada tekanan 80.2 bar dan aliran uap disisi LP
adalah 62.640 kg/ jam (17.4 kg/ s) pada tekanan 5.5 bar.

Safety valve type spring didatangkan bersamaan dengan boiler dipasang pada drums dan
pada feed water (air pengisi) dan steam lines.
Contoh ini yang terdapat pada HRSG di suatu pembangkit :
 Safety valve (HAC15AA009) terpasang pada down stream dari Low Pressure
(LP) Economizer No.1.
 Ada dua drum safety valves (HAD10 AA001/ AA002) terpasang langsung pada LP.
Steam Drum.
 Ada dua drum safety valves (HAD50 AA001/ AA002) terpasang langsung pada HP.
Steam Drum.
 Ada satu Superhaeat Safety Valve (LBA50 AA001) terpasang langsung pada HP
Superheater Outlet.

1.3 Urutan Pembukaan (Opening Sequence)


Tekanan pembukaan safety valve atau pelepasan tekanan diatur untuk mencegah
semua safety valve dari terjadinya letupan (popping) dalam waktu yang bersamaan
(Lihat data 1).
Pengaman Superheater, atau HP Steam outlet Safety Valve, diset dengan tekanan
lebih rendah dari Drum Safety Valves. Hal ini menjamin bahwa aliran uap dipertahankan
menuju superheater jika terjadi kondisi over pressure. (Gambar 2)
 HP Steam Outlet Safety Valve (LBA50 AA001) diset untuk mengangkat pada tekanan
92. bar untuk membuat kapasitas pelepasan tekanan 75, 564 kg uap/ jam (20.99
kg/s). Dengan adanya kenaikkan tekanan pada drum, drum safety valve diset untuk
membuka pada urutan setelah superheater outlet safety valve.
 LP Drum Safety Valve yang pertama (HAD10 AA001) diset untuk mengangkat
pada tekanan 9.0 bar untuk membuat kapasitas pelepasan tekanan 37, 404 kg uap/
jam (10.39 kg/s).
 LP Drum Safety Valve yang kedua (HAD10 AA002) diset untuk mengangkat
pada tekanan 9.3 bar untuk membuat kapasitas pelepasan tekanan 38, 556 kg uap/
jam (10.71 kg/ s).
 LP Economicer 1 Safety Valve (HAC15 AA009) diset untuk mengangkat pada tekanan
21.0 bar untuk membuat kapasitas pelepasan tekanan 24,228 kg uap/ jam (6.73 kg/
s).
 HP Drum Safety Valve yang pertama (HAD50 AA001) diset untuk mengangkat
pada tekanan 99.0 bar untuk membuat kapasitas pelepasan tekanan 102, 204 kg
uap/ jam (28.39 kg/ s).
 HP Drum Safety Valve yang kedua (HAD50 AA002) diset untuk mengangkat
pada tekanan 102.0 bar untuk membuat kapasitas pelepasan tekanan 105, 012 kg
uap/jam (29.17 kg/s).
Gbr. 1 Cordinasi Setting Savety Valve
1.4 Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam yang ada dapat di selesaikan dengan baik dan pembahasan
menjadi lebih terarah , maka akan dilakukan beberpa pembatasan masalah sebagai
berikut:
a. Pengujian katup pengaman (Safety Valve) sesuai standar ASME.

1.5 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengujian katup pengaman (Safety Valve) sesuai standar
ASME.
b. Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Pressure reliefing devices atau biasa kita sebut katup pengaman ialah suatu peralatan
yang di design untuk melindungi suatu peralatan lain dari Internal Pressure yang di
akibatkan suatu kondisi yang tidak normal.

Katup pengaman didesign untuk membuka sendiri bila ia mendapat tekanan sebesar
tekanan yang telah diset/ ditulis pada rapture disk (set pressure).

Kondisi overpressure dapat terjadi didalam satu dari dua cara:


 Kenaikan tekanan secara gradual disebabkan oleh pengoperasian yang tidak
tepat atau malfunction dari peralatan.
 Kenaikan tekanan secara cepat dan tiba2 yang disebabkan oleh tertutupnya aliran.

Terdapat berbagai macam jenis valve, berserta dengan kriteria penggunaannya masing-
masing. Berikut fungsi-fungsi utama valve:
 Untuk menutup dan membuka aliran dengan syarat, ketika terbuka memiliki
hambatan aliran dan pressure loss yang minimum. Contohnya: gate, ball, plug dan
butterfly valve.
 Untuk mengatur aliran, dengan cara menahan aliran dengan perubahan arah atau
menggunakan suatu hambatan bisa juga dengan kombinasi keduanya.
 Untuk mencegah aliran balik (back flow), biasanya menggunakan check valve (lift
check dan swing check). Valve ini akan tetap terbuka dan akan tertutup apabila
terdapat aliran yang berlawanan arah.
 Untuk mengatur tekanan, dalam beberapa aplikasi valve, tekanan yang masuk (line
pressure) harus dikurangi untuk mencapai tekanan yang diinginkan. Biasanya
menggunakan pressure-reducing valve atau regulator.
 Untuk pressure relief dengan menggunakan relief valve dan safety valve. Relief
valve digunakan untuk mengatasi bila adanya tekanan yang berlebihan yang dapat
mengganggu proses aliran bahkan kegagalan proses. Sedangkan safety valve
mengunakan per (spring loaded), valve ini akan membuka jika tekanan melebihi
batas yang sudah ditentukan.

2.2 Bagian – Bagian dari Katup Pengaman


Safety Valve terdiri dari sebuah disc dan seat, yang membentuk seating surface. Disc
ini terpasang pada valve stem, yang seluruhnya pasangan ini disebut spindle.
Spindle terpasang langsung pada valve body.
• Pergerakan Spindle untuk membuka penuh katup dengan pengangkatan disc
dari seating surface. Spindle tersebut mempunyai sebuah stopper yang
membatasi jarak pembukaan.
• Sejumlah kecil dari total pergerakan adalah keseluruhan yang diharapkan untuk
mendapatkan jarak yang sesuai sehingga spindle harus begerak dari keadaan
posisi menutup keposisi membuka penuh.
Safety valve terdiri dari sebuah pegas, baut penekan, valve body, pengunci, dan
peralatan pengangkat secara manual.

Pegas berfungsi untuk mengkontrol tekanan pada saat valve membuka, dan juga
dimaksudkan untuk mengembalikan disc kepada posisi menutup.
 Ketika pegas menekan untuk memberikan daya yang diperlukan untuk
mendorong disc agar tetap menyentuh seat sampai tekanan uap yang
berada dibawah disc mendorong valve untuk membuka.
 Tekanan pegas atau tekanan pembukaan dapat diatur dengan pertahanan
tekanan dari baut tekan pada settingnya.
 Valve diperlengkapi dengan batang pengungkit (lever) untuk dapat
membuka secara manual dari jarak yang aman Pengungkit ini tidak perlu
dipergunakan kecuali untuk keperluan pengetesan dan oleh orang yang
qualified.
 Valve Body terpasang pada areal drum, steam line, pada discharge piping
yang akan membuang uapnya ke atmosphere. Didalam valve body ada upper
dan lower adjustment rings dan bagian pembuangan untuk menghilangkan
tekanan uap.
Discharge piping merupakan bagian yang terpisah dari safety valve tetapi
fungsi kegunaannya untuk memberikan laluan discharge dari uap yang
dilepaskan.

2.3 Fungsi Safety dan Relief Valve


A. Safety Valve
Safety valve adalah suatu alat pelepas tekan yang bekerja secara otomatis yang
diakibatkan oleh tekanan static pada valve dan biasanya digunakan untuk gas dan
uap (steam system). Safety valve tidak digunakan pada daerah-daerah korosif,
cairan dan peralatan yang bersifat korosif. Mulai bekerja / membuka pada posisi 60
– 80 % dan terbuka penuh pada saat tekanan mencapai setting (menutup dibawah
setting).

Pada safety valve terdapat 2 (dua) ring pengatur, Yaitu :


• Ring untuk blowdown.
• Ring untuk poping.

B. Relief Valve
Relief valve adalah suatu alat pelepas tekanan yang bekerja secara otomatis yang
diakibatkan oleh tekanan static pada valve. Relief valve biasanya digunakan untuk
pelayanan cairan dan biasanya tidak digunakan untuk pelayanan steam gas.
Karakteristiknya ialah bahwa seat pada valve membuka secara proporsional sesuai
dengan kenaikan
tekanan diatas setting pressure. Membuka karena tekanan melebihi setting dan
menutup pada saat tekanan sama dengan setting.

C. Safety Relief Valve


Safety relief valve adalah suatu alat pelepas tekanan yang bekerja secara otomatic
yang diakibatkan oleh tekanan static pada valve. Safety relief valve dapat
digunakan sebagai safety valve ataupun sebagai relief valve.

Safety relief valve biasanya digunakan pada :


1) Peralatan dengan service yang korosif.
2) Bila discharge (lubang pelepas tekanan) berada cukup jauh darai alat.

Tetapi safety valve tidak dapat digunakan untuk perlatan dengan service steam
boiler atau super heater.
2.4 Jenis – Jenis Safety Valve
A. Wing Guide Safety Valve.dan Reverse Buckling Disc Assembly (Gambar
3)

B. Connvensional Safety – Relief Valve With Adjusting Ring For Blow


Down Control (Gambar 4)
C. Balanced Bellows Safety – Relief Valve (Gambar 5)

D. Safety – Relief Valve With O – Ring Seal (Gambar 6)


E. Pilot – Operated Valve (Gambar 7)

F. High – Presure, Pilot Operated Vallve With Optional Dual Outlets


(Gambar 8)
G. Typical O-Ring Seat Seal Safety-Relief Valve (Gambar 9)

H. Cara Bekerjanya Katup (Gambar 10)


BAB III
LANGKAH – LANGKAH

3.1 Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Saat Baru
Seluruh jenis katup pengaman harus diinspeksi dan ditest sebelum dipasang pada
peralatan yang akan diamankan. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memeriksa
kemungkinan adanya kerusakan akibat transportasi.

2) Pemeriksaan Tak Terencana


Inspeksi ini biasanya dilakukan saat peralatan beroperasi (onstream), dikarenakan
terjadi over pressure tetapi pada saat kondisi tekanan normal kembali katup
pengaman tidak menutup kembali dengan benar atau juga jika katup pengaman
tidak mau membuka padahal set pressure-nya sudah terpenuhi.

Tindakan pencegahan yang harus segera dilakukan adalah :


a. Hystorical card dan seluruh dokumen harus diteliti ulang terlebih dahulu.
b. Hubungannya dengan rencana shutdown.
c. Pelaksanaan inspeksi harus dikoordinasikan dengan bagian operasi. d. Dilakukan
oleh petugas yang berwenang.

3) Pemeriksaan Saat Shutdown


Inilah saat yang paling ideal untuk melakukan inspeksi. Pada saat shutdown ini,
terutama pada katup pengaman yang tidak dilengkapi block valve harus di periksa
dan ditest, untuk mengurangi / menghindari resiko kegagalan pada saat peralatan
beroperasi.

4) Pemeriksaan Setelah Shutdown yang Panjang


Bila terjadi shutdown yang panjang maka pada katup pengaman yang sudah
terpasang, sebelum peralatan dioperasikan harus diperiksa, terlebih dahulu,
terutama pada katup pengaman yang tertinggal pada peralatan yang saat
pengujiannya belum sampai. Inspeksi ini dimaksudkan antara lain untuk memeriksa
kondisi katup pengaman dari keadaan karat dll.

5) Pemeriksaan Saat Peralatan Proteksi Ditest Ataupun Stand-by


Inspeksi ini dilakukan untuk memeriksa kebenaran:
a. Apakah katup pengaman telah dipasang dengan benar.
b. Tag number.
c. Tidak ada blind valve dan block valve pada posisi terbuka penuh.
d. Penyegelan katup pengaman telah benar.
e. Discharge ataupun ventnya telah benar.
f. Bila ada lifting apakah gerak posisinya benar.

6) Pemeriksaan Visual Pada Saat Onstream


Visual inspeksi saat peralatan onstream pelaksanannya semacam survey untuk
mengetahui kebenaran.
a. Katup pengaman sudah terpasang dengan benar.
b. Identitasnya jelas
c. Segel-segel tidak putus.
d. Block valve posisinya terbuka penuh.
e. Tidak terdapat kebocoran.
f. Tidak terdapat kerusakan maupun korosi.
g. Vent / dischargenya sudah benar.
h. Lifting gear posisinya benar.
i. Bila ada rupture disk diantara katup pengaman dan outlet nozzle, harus
dalam keadaan tidak bertekanan.

3.2 Perawatan dan Perbaikan Katup


1) Pemeriksaan Secara Visual
Hal – hal yang harus dicatat saat melakukan visual inspection :
a. Name plate dan informasi penting lain,
b. Periksa segel
c. Periksa bonnet untuk mengetahui apakah type venting atau bellow.
d. Periksa kondisi-kondisi yang tidak biasa dan bagian-bagian yang hilang.
e. Catat nomor identifikasi (dengan nomor).

2) Pembongkaran Katup
a. Buka cap dan Lever.
b. Buka release nut.
c. Longgarkan jam nut pada adjusting screw.
d. Lepaskan bonnet atau yoke.
e. Lepaskan spring dan washers.
f. Lepaskan spindle dan disk
g. Lepaskan ring pin.
h. Catat adjusting rings, nozzle guide seperlunya.

3) Pembersihan Bagian – Bagian Katup


a. Satukan (ikat) seluruh bagian-bagian yang kecil.
b. Jangan dibersihkan dengan bahan-bahan kimia kecuali dengan system yang
benar.
c. Lindungi setting surface dan name plates saat pembersihan.
d. Periksa spring dari kerusakan-kerusakan seperti erosi, kororsi, retak dan lain-
lain.
e. Periksa nozzle dari cacat atau kelainan (bila perlu dengan NDT).
f. Periksa disk dari retak atau kondisi tidak biasa (Bila perlu dengan NDT).
g. Periksa spindle, bearing areas, kondisi thread (tapak). h. Periksa guide.
h. Periksa adjusting ring.
i. Periksa ring pins.
j. Periksa bellows (Bila ada).
k. Periksa flange.
4) Machining
Machining nozzle dan disk seperlunya jangan melampui grafik penunjukan dimensi
kritis (critical dimension chart).

5) Lapping
Lapping secara manual atau dengan mesin pada disk maupun nozzle untuk
memastikan kerapatan/kerataan (flateness).

6) Adjusting Ring
Kembalikan lower ring dan guide ring pada posisi asal.

7) Borring Points
Bubut dan periksa kebulatannya.

8) Testing
Lakukan test sesuai dengan rekomendasi oleh pabrik pembuat atau sesuai
dengan standar.

9) Sealing
Setelah pengetesan dinyatakan berhasil dilakukan penyegelan oleh badan /
inspector /orang yang berwenang.

10) Name Plate


Pilih name plate dan tulis bila terjadi perubahan-perubahan.

Gbr. 11. Cara Lapping Disc dan Seat pada Safety Valve
3.3 Setting/Penyetelan
1) Persiapan
a. Peralatan / tools, pembersih abu dan benda asing lainnya didalam katup.
b. Pembersih instalasi dan perangkat keras lainnya
c. Persiapan braging untuk hydraulic test.
d. Bersihkan cat yang melekat pada permukaan dari kotoran didalam bagian
katup.

2) Pembongkaran
a. Buka lever pin, lepas lever, buka cap secrew dan buka cap.
b. Buka tutup spring.
c. Buka mur spindle.
d. Beri tanda pada kepala baut sampai ke top bonnet ukur dan catat hasil
pengukuran tersebut, maksudnya untuk mencocokan pada saat dirakit /
reassemble.
e. Buka baut adjust dan lock nut.
f. Buka baut-baut bonnet pada body.
g. Buka spindle, disc (holder dan insert), guide, (adjust) ring, bersihkan dan
periksa.
h. Beri tanda lokasi guide ring untuk setting gerakan katup.
i. Buka set screw nozzle ring dan beri tanda agar posisinya tidak tertukar.

3) Pemeriksaan Kerusakan
a. Pemeriksaan pada seat.
Akibat benda asing yang mengganjal pada seat dan disc, pada aliran uap yang
mengakibatkan seat ring tergores.

b. Pengencangan lifting gear.


Toleransi antara fork dan lifting nut, jika katup dibuka penuh dan berhubungan
dengan lifting mekanis seat akan tertekan hal ini akan menyebabkan katup
bocor, agar diusahakan toleransi seat / disc tidak melebihi (±) 1/16”

c. Distortion
Rusak akibat pengembangan yang tidak normal, karena berkembangnya atau
beratnya pipa itu sendiri terhadap katup, juga ketidak lurusan dari bagian katup
menjadi besar.

d. Impruper ring adjustment.


Ketika ring adjust dikendorkan keluar, katup akan bocor karena membuka.
Pada saat katup bergerak kearah menutup jadi kurang tepat, maka ring
harus diadjust lagi agar tidak terjadi pembukaan blowdown yang lama.

e. Wrong operating pressure


Jika tekanan operasi dan set tekanan katup rendah maka akan terjadi fluktuasi
didalam aliran uap, getaran dan sebagainya, biasanya juga terjadi kebocoran.
3.4 Perbaikan
1) Seat Nozzle
Letakan laping block yang diberi pasta yang kasar (gride 320) pada bagian atas seat
nozzle dan lakukan gesekan pada nozzle tersebut secara merata dan ganti pasta
dengan yang lebih halus dan seterusnya lebih halus sampai kontak 100%.

2) Pengencangan lifting gear.


Agar tidak terjadi kebocoran gerakan lifting gear pada saat full open lifting nut akan
menyentuh seat nozzle, untuk menghindari hal tersebut lifting nut diadjust
(dikendorkan) agar tidak melebihi kontak dengan seat nozzle tersebut.

3.5 Pemasangan Kembali


Apabila bagian – bagian yang rusak sudah diperbaiki / sudah di lapping, semua sudah
siap maka kita rakit sebagai berikut :

a. Seat nozzle ring agar dipasang kembali sesuai tanda pada waktu membongkar.
b. Nozzle dan disc seat dibersihkan dengan majun, guide ring dan spindle telah
dibaut pada body katup, guide ring posisinya disamakan pada waktu dibongkar.
c. Memasukan spindle assy kedalam rumah katup dengan hati-hati dan periksa
kelurusannya agar tidak terjadi misalignment.
d. Pasang spring spindle posisi bebas.
e. Pasang baut-baut bonnet dan adjust antara baut adjust sampai top bonnet
sesuai tanda yang sudah diberikan pada saat membongkar.
f. Kencangkan Guide (adjust) dan nozzle ring.
3.6 Pengetesan Dengan Safety Valve Test Gag

Gbr. 12 Safety Valve test Gag.

1) Lepas lifting gear, jangan sampai katupnya ikut membuka, kemudian pasang Gag
dan kencangkan dengan jari (lihat gambar berikut)
2) Setelah Gag terpasang dalam kondisi operasi penuh.
3) Kita set pressure 3 %, kemudian katup akan membuka untuk poping sampai
blowdown, setelah itu katup diset lagi 4 %.

Untuk ketepatan pembukaan katup sequen terus menerus ada 2 tingkat, yaitu :
a. Bila tekanan uap di bawah disc melebihi set point dari tekanan adjust / set katup,
maka disc akan mendorong spring naik keatas perlahan- lahan dan membuka katup
untuk popping, dengan tekanan rendah sebagian uap melewati nozzle ring (lihat
gambar).

Gbr.13. Guide (Adjusting) Ring


b. Uap masuk dibawah disc langsung mengangkat disc sehingga pembukaannya
tinggi, karena posisinya sudah di adjust 3 % diatas tekanan set pointnya dan katup
akan menutup cepat setelah diset 4 % tekanan dibawah settingnya (lihat gambar).
Dua Cara Pengujian Katup Pengaman :

a. Di tempat artinya pengujian dilakukan dilokasi katup terpasang, caranya


 Buka lifting gear.
 Buka cup.
 Pasang cage.
 Pasang sarana hydraulic test ke katup, set pressure pada katup sesuai
yang diinginkan.
 Catat data-datanya.

b. Di bongkar artinya pengetesan dilakukan pada saat overhaul (katup dibawa


kebengkel) :
 Setelah katup diadakan pekerjaan repair dan perbaikan serta ganti parts
siapkan hydraulic test.
 Pasang / katup yang akan di test.

Sambung slang hydraulic pada sisi suction katup, pompa sampai tekanannya
sesuai set point katup yang dikehendaki. Bila pada set point katup membuka
maka dinyatakan baik, tapi bila set pointnya tidak bisa membuka / kerja maka
harus dilakukan overhaul lagi.

3.7 Peralatan Uji Trevitest


Kini telah di kembangkan jenis perabotan pengujian yang tidak menggunakan test drum,
tetapi dapat dipakai untuk mengetes katup pengaman saat inline (unit dalam keadaan
operasi atau diistilahkan Hot testing). Alat tersebut juga dapat digunakan saat unit shut
off/down atau diistilahkan dengan cold testing. Kedua jenis tersebut hot / cold trevitest.

Adapun prinsip kerja trevitest ialah dengan menggunakan kekuatan spindle katup untuk
mengatasi tekanan dari spring / pegas katup. Ini dapat dicapai dengan digunakannya
sebuah hydrostatic power peak yang dirangkai dengan sebuah electronic force tranducer
yang disambungkan dengan recorder yang mencatat kekuatan yang digunakan.

Keuntungannya antara lain :


1. Beroperasinya unit tidak terganggu saat katup pengaman di test.
2. Lebih mudah dan relative lebih cepat sebab katup pengaman tidak perlu
dilepas.
3. Adanya recorder yang mencatat grafik performance katup pengaman.
4. Tidak bising.
Kelemahannya antara lain :
1. Bila lokasi katup berada pada platform dimana peralatan dipasang bertingkat, alat
tidak bisa dipasang.
2. Tidak dapat digunakan untuk test kebocoran tightness testing (buble test).
3. Bila katup pengaman dipasang pada peralatan yang medianya korosif atau beracun.

3.8 Power Control (Electromatic) Relief Valve


Relief Valve ini diset untuk mengangkat sebelum safety valve pertama
superheater mengangkat.
 Katup ini membatasi safety valves dari pembukaan pada
kelebihan tekanan yang kecil, tetapi tidak mencegah safety valves dari
over pressure yang besar.
 HP ERV diset pada 92 bar pada 46, 440 kg/ jam (12.9 kg/ s).
 Katup ini dapat dioperasikan secara automatic dengan
menggunakan sebuah controller yang menerima input signal dari
pressure switch yang terpasang pada steam line. Katup ini pun dapat
dioperasikan oleh operator dari control room dengan menggunakan
sebuah switch 3 posisi yang lokasinya di control panel.

Gbr. 14 ERV Piping Arrangement.


Gbr. 15 Penampang Melintang
ERV.

Anda mungkin juga menyukai