Anda di halaman 1dari 38

PENDEDERAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DENGAN

PENAMBAHAN RAGI ROTI (Saccharomyces cerevisiae) PADA

PAKAN

(Proposal Proyek Mandiri)

Oleh :

Dewi Okvita Sari

17742020

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul :
Pendederan Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Dengan Penambahan Ragi Roti
(Saccharomyces cerevisiae) Pada Pakan

2. Nama Mahasiswa : Dewi Okvita Sari

3. NPM : 17742020

4. Program Studi : Budidaya Perikanan

5. Jurusan : Peternakan

Bandar Lampung, September 2019

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Mengetahui,

Ketua Program Studi

Budidaya Perikanan

Dian Febriani, S.Pi, M.Si Dian Febriani, S.Pi, M.Si

NIP.19760203 200112 2002 NIP.19760203 200112 2002


KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur saya panjatkan Kepada Allah SWT, atas
segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Proposal Proyek Mandiri dengan judul
“Pendederan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Dengan Penambahan Ragi
Roti (Saccharomyces cerevisiae) Pada Pakan”

Dalam penyusunan proposal ini penulis menyampaikan ucapan


terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
proposal ini, diantaranya kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu memberi do’a, dukungan, perhatian,
semangat serta dukungan kepada anaknya.
2. Ibu Dian Febriani, S.Pi, M.Si selaku Dosen Pembimbing I
ketersediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, serta waktu dan
kesabarannya dalam membimbing penulis.
3. Seluruh dosen dan teknisi Program Studi Budidaya Perikanan yang
telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis.
4. Teman-teman Budidaya Perikanan Angkatan 2017 dengan
kekeluargaan yang luar biasa serta memberikan dukungan.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna.


Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila ada salah kata dalam
penulisan proposal ini, semoga proposal inidapat bermanfaat bagi yang
membacanya.

Bandar Lampung, 2019

Dewi Okvita Sari

i
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mudah dikembangbiakan

dan kelangsungan hidup tinggi, pertumbuhan relatif cepat dengan ukuran

badan relatif besar, serta tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan

(Sallata, 2015). Keunggulan ikan nila juga ikan nila dapat bertahan hidup

dan berkembang biak didataran rendah sampai dataran tinggi sekitar 500m

dpl (Rajagukguk, 2017 dalam Setiawan, 2018). Ikan nila tidak hanya

diminati pasar dalam negeri tetapi juga pasar luar negeri. Ekspor fillet nila

dari Indonesia hingga saat ini hanya mampu melayani tidak lebih dari 0,1%

dari permintaan pasar dunia. Berdasarkan data dari Food Agriculture

Organization (FAO), Hasil budidaya ikan diperkirakan akan meningkat

sekitar 172 ton pada 2021, jumlahnya naik 15% dari rata-rata kebutuhan

tahun 2009-2011 (Waluyuni 2012 dalam Setiawan, 2018).

Keberhasilan program intensifikasi usaha budidaya perikanan

dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah ketersediaan pakan

yang baik secara kualitas dan kuantitas. Pakan memegang peranan yang

sangat penting didalam keberhasilan suatu usaha pembudidayaan ikan,

dimana 70% dari total biaya produksi adalah pakan.

1
Penggunaan imunostimulan merupakan pilihan yang mampu untuk

meningkatkan kinerja pertumbuhan dan pengendalian penyakit dengan

meningkatkan kekebalan tubuh ikan (Manoppo et al. 2016).

Ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) merupakan salah satu agen

mikroba yang umum digunakan sebagai probiotik (Nayak, 2010).

Saccharomyces cerevisiae telah banyak diuji cobakan dalam komoditas

akuakultur maupun hewan ternak karena mempunyai beberapa kelebihan

diantaranya, bersifat non-patogenik,mampu bertahan pada kondisi asam dan

basa. Ekstrak dinding sel Saccharomyces cerevisiae (glucan, mannoprotein,

dan chitin) merupakan imunostimulan alami dan juga berperan sebagai

promotor pertumbuhan (Hurriyani, 2017). Ragi roti mengandung nilai

nutrisi tinggi yang meliputi protein, lemak, vitamin dan mineral (Babu et al.,

2013). S.cereviciae digunakan untuk meningkatkan sistem imun pada ikan.

Ikan yang sehat menentukan pertumbuhan ikan yang baik dan tingkat

keberhasilan yang tinggi (Anonimous, 2015).

Pendederan bertujuan untuk memperoleh ukuran ikan nila yang

seragam, baik panjang maupun berat dan untuk memberi kesempatan ikan

nila mendapatkan makanan yang sama sehingga pertumbuhannya seragam.

Apabila benih ikan nila hanya didederkan satu tahap, dikhawatirkan

diperoleh hasil ukurannya tidak seragam sehingga menimbulkan persaingan

dalam mendapatkan makanan yang menyebabkan kematian akibat dari

padat tebar yang tinggi (Amri dan Khairuman, 2003 dalam Chaniagung,

2
2019). Berdasarkan paparan diatas, Penambahan ragi roti pada pakan

diharapkan mampu membantu meningkatkan pertumbuhan ikan nila.

1.2 Tujuan

Kegiatan Proyek Mandiri ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

Pertumbuhan panjang dan bobot, LPH (Laju Pertumbuhan Harian) panjang

dan bobot dan SR (Survival Rate) melalui penambahan Ragi Roti

(Saccharomyces cerevisiae) Pada Pakan.

1.3 Kerangka Pemikiran

Pendederan ikan nila dengan penggunaan imunostimulan merupakan

alternatif bagi penggunaan antibiotik dan bahan kimia, Penggunaan

imunostimulan untuk mencegah munculnya wabah penyakit. Penggunaan

Ragi Roti dapat berpotensi sebagai imunostimulan untuk mempercepat

kinerja pertumbuhan ikan karena Ragi roti mengandung nilai nutrisi tinggi

yang meliputi protein, lemak, vitamin dan mineral. S.cerevisiae telah

banyak diuji cobakan dalam komoditas akuakultur maupun hewan ternak

karena mempunyai beberapa kelebihan diantaranya, bersifat non-patogenik,

bebas dari plasmid yang mengkodekan gen resisten terhadap antibiotik, dan

mampu bertahan pada kondisi asam dan basa.

Ekstrak dinding sel S. cerevisiae (glucan, mannoprotein, dan chitin)

merupakan imunostimulan alami dan juga berperan sebagai promotor

pertumbuhan (Esteban et al., 2004). S. cereviciae digunakan untuk

3
meningkatkan sistem imun pada ikan. Ikan yang sehat menentukan

pertumbuhan ikan yang baik dan tingkat keberhasilan yang tinggi

(Anonimous, 2015).

1.4 Kontribusi

Pelaksanaan Proyek Mandiri (PM) ini diharapkan dapat lebih

menambah wawasan dan menjadi sumber pengetahuan baru untuk penulis

dan untuk masyarakat perikanan khususnya pembudidaya ikan nila serta

seluruh warga Politeknik Negeri Lampung tentang pendederan ikan nila

dengan penambahan ragi roti pada pakan agar dapat diterapkan dan

mengembangkan penggunaan Ragi Roti (Saccharomyces cerevisiae) yang

diaplikasikan pada pakan.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Morfologi Ikan Nila

Ikan nila merupakan spesies yang berasal dari kawasan Sungai Nil

dan danau-danau sekitarnya di Afrika. Bibit ikan nila didatangkan ke

Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada

tahun 1969 dari Taiwan ke Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan

adaptasi, ikan nila disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia

(Wiryanta dkk. 2010).

Ikan Nila (Oreochromis niloticus

(Sumber : Ripaki, 2017)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang

memiliki bentuk tubuh pipih dan berwarna kehitaman. Spesies tersebut

mempunyai garis vertikal berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat

garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan (Ghufran,

2009). Warna tubuh yang dimiliki ikan nila adalah hitam keabu-abuan pada

bagian punggungnya dan semakin terang pada bagian perut ke bawah

(Cholik, 2005). Ikan nila juga memiliki mata yang besar dan menonjol

(Wiryanta et al, 2010). Spesies tersebut memiliki linea lateralis (gurat sisi)

5
yang terputus menjadi dua bagian. Bagian pertama terletak dari atas sirip

dada hingga hingga tubuh, dan bagian kedua terletak dari tubuh hingga ekor.

Jenis sisik yang dimiliki spesies tersebut adalah ctenoid (Cholik, 2005).

Ikan nila mempunyai lima buah sirip yang berada di punggung,

dada, perut, anus, dan ekor (Wiryanta et al, 2010). Sirip punggung (dorsal

fin) memiliki 17 jari-jari keras dan 13 jari-jari lemah (D.XVII.13); sirip

perut (ventral fin) memiliki 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lemah (V.I.5);

sirip dada (pectoral fin) memiliki 15 jarijari lemah (P.15); sirip anal (anal

fin) memiliki 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lemah (A.III.10); dan sirip

ekornya (caudal fin) memiliki 2 jari-jari lemah mengeras dan 16 jari-jari

lemah (C.2.16) (Ghufran, 2009).

2.2 Klasifikasi Ikan Nila

Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya.

Sekarang ikan nila telah tersebar ke Negara-negara dilima benua yang

beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila

tidak hidup dengan baik (Sugiarto 1988)

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai

konsumsi cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan

warna putih kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil

dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-

negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang

beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik (Sugiarto, 1988). Ikan nila

6
disukai oleh berbagai bangsa karena dagingnya enak dan tebal seperti

daging ikan kakap merah (Sumantadinata, 1981). Terdapat tiga jenis ikan

nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino

(Sugiarto, 1988).

Klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus), menurut Suyanto

(2003) adalah sebagai berikut :

Filum : Chordata

Sub-filum : Vertebrata

Kelas : Osteichthyes

Sub-kelas : Acanthoptherigii

Ordo : Percomorphi

Sub-ordo : Percoidea

Family : Cichlidae

Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus

Ikan nila (Oreochromis niloticus) pada awalnya dimasukkan ke

dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang mengerami

telur dan larva di dalam mulutnya. Pada tahun 1982 nama ilmiah ikan nila

menjadi Oreochromis niloticus. Perubahan nama tersebut telah disepakati

dan dipergunakan oleh ilmuan meskipun dikalangan awam tetap disebut

Tilapia niloticus (Khairuman dan Amri, 2008).

7
2.3 Habitat dan Kebiasaan Hidup Ikan Nila

Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan

tawar, terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin

(payau). Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup

pada kisaran salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air

tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan

nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan

hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena

ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup di perairan dingin, yang

umumnya bersuhu di bawah 21 ° C (Harrysu, 2012). Menurut Mudjiman

(2001), Ikan Nila (oreochormis niloticus) adalah termasuk campuran ikan

pemakan campuran(omnivora).

Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada

kisaran suhu 14-38°C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan

perkembangannya yaitu 25-30°C. Pada suhu 14°C atau pada suhu tinggi

38°C pertumbuhan ikan nila akan terganggu. Pada suhu 6°C atau 42°C ikan

nila akan mengalami kematian. Kandungan oksigen yang baik bagi

pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L, kandungan karbondioksida kurang

dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH) berkisar 5-9 (Amri, 2003).

Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi pertumbuhan nila yaitu antara

7-8 dan warna di sekujur tubuh ikan dipengaruhi lingkungan hidupnya. Bila

dibudidayakan di jaring terapung (perairan dalam) warna ikan lebih hitam

8
atau gelap dibandingkan dengan ikan yang dibudidayakan di kolam

(perairan dangkal).

Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan ikan, konsentrasi

karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh tanaman air. Nilai

CO2 ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di dalam

perairan yang bertambah akan menekan aktivitas pernapasan ikan dan

menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat

ikan menjadi stress. Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran

nila sebaiknya kurang dari 15 mg/liter (Sucipto dan Prihartono, 2005)

2.5 Makan dan Kebiasaan Makan

Pakan ikan nila di habitat asli berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-

tumbuhan lunak, seperti Hydrilla dan ganggang. Ikan nila tergolong ke

dalam hewan omnivora (pemakan segala/hewan dan tumbuhan) cenderung

herbivora. Pada masa pemeliharaan, ikan nila dapat diberi pakan buatan

(pelet) yang mengandung protein antara 20%-25%. (Ghufran, 2009). Pada

masa pemeliharaan tersebut ikan nila sangat responsif terhadap pakan

buatan (pelet) baik pelet terapung maupun pelet tenggelam (Cholik, 2005).

Pemberian pakan untuk benih ikan nila dilakukan 3-4 kali dalam sehari,

yaitu pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Jumlah pakan yang diberikan

untuk benih berukuran 5-7cm adalah sebanyak 4-6% dari total berat tubuh

ikan (Ghufran, 2010).

9
2.6 Pemilihan Benih

2.6.1 Ciri-Ciri benih ikan nila yang berkualitas baik :

 Ukuran dan bentuk tubuh benih ikan seragam,

 Benih terlihat aktif dan gesit,

 Tidak cacat atau luka,

 Tidak berpenyakit

2.6 Kualitas Air

Menurut Kaswanto (1986) kualitas air untuk keperluan budidaya

ikan adalah setiap perubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan dan

kelangsungan hidup, pengembangbiakan, pertumbuhan dan produksi ikan.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas air untuk kegiatan usaha

budidaya yang perlu diperhatikan yaitu :

Tabel kualitas Air menurut SNI Tahun 2019

Parameter Satuan Standar baku Sumber Pustaka


Suhu °C 25-30 SNI 6141 : 2009
pH 6,5-8,5 SNI 6141 : 2009
DO mg/l >5 SNI 6141 : 2009
Amoniakk mg/l 0,2 SNI 6141 : 2009

2.6.1 Suhu air


Suhu perairan dapat mempengaruhi metabolisme ikan terhadap

lingkungnya. Apabila suhu rendah, maka benih ikan yang diberikan

responnya akan menurun dan bahkan tidak mau makan. Apabila suhu tinggi,

benih yang diberikan pakan responnya akan meningkat. Untuk ikan yang

10
berukuran kecil konsumsi makanan harus lebih banyak daripada ikan yang

berukuran besar, berhubungan dengan kecepatan metabolismenya (Rukmini

2013 dalam Chaniagung 2019). Suhu air yang optimum berpengaruh

terhadap berbagai parameter, seperti pertumbuhan, perkembangan, konversi

makanan, ketahanan penyakit. Ghufran dan Tancung (2010) menyatakan

suhu air ideal dalam budidaya ikan nila adalah Suhu 25-33oC.

Rekomendasikan Balai Besar Budidaya Air Tawar tahun 2016 untuk

budidaya ikan nila antara lain suhu 25-30oC. Kualitas air yang ideal untuk

pemeliharaan nila sangat diperlukan (Khalil, Mehrim, & Hassan, 2012).

2.6.2 Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut sangat penting untuk kehidupan ikan dan hewan air

tawar lainnya. Apabila oksigen terlarut dalam air sangat rendah, maka

perairan tersebut tidak baik untuk kehidupan ikan dan mahluk lainnya.

Kandungan oksigen di perairan akan mempengaruhi kecepatan makan ikan

(Rukmini 2013 dalam Chaniagung 2019). Menurut Chakraborty (2010) DO

optimal untuk ikan nila yaitu kadar oksigen terlarut optimal dalam air > 5

ppm.

2.6.3 Derajat Keasaman (pH)

Menurut Rukmini (2013) dalam Chaniagung (2019), secara alami

pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa bersifat asam.

Phytoplankton dan tanaman air lainnya akan mengambil CO2 dari air

selama proses fotosintesa sehingga mengakibatkan pH air meningkat pada

sore harridan meurun pada malam hari. Ghufran dan Tancung (2010)

11
menyatakan pH air ideal dalam budi daya ikan nila adalah pada kondisi pH

7-9. Rekomendasikan Balai Besar Budidaya Air Tawar tahun 2016 untuk

budidaya ikan nila antara lain pH 6,5-8,5. Kualitas air yang ideal untuk

pemeliharaan nila sangat diperlukan (Khalil, Mehrim, & Hassan, 2012).

(Derajat keasaman) adalah ukuran untuk mengetahui asam atau basa suatu

zat, dalam ekosistem perairan.

2.6.4 Amonia

Amonia adalah hasil timbunan pakan (bahan organik) didasar

perairan yang dapat membawa pathogen yang dapat menyerang ikan hingga

mati. Menurut Effendie (2003) Amoniak optimal untuk ikan nila yaitu

amonia < 0,02 mg/L.

2.7 Ragi Roti

Ragi roti (Saccharomyces cerevisiae) merupakan salah satu agen

mikroba selain bakteri gram positif dan negatif, bakteriofage maupun alga

unisellular, yang umum digunakan sebagai probiotik (Nayak, 2010).

Saccharomyces cerevisiae berasal dari kata Saccharo (gula) dan Myces

(Fungi) yang artinya cendawan gula (Dube,1996). Warisah, 2015

Saccharomyces cerevisiae dikelompokkan ke dalam :

Super Kingdom : Eukaryota

Filum : Fungi

Subfilum : Ascomycota

Kelas : Saccharomycetes

12
Ordo : Saccharomycetales

Family : Saccharomycetaceae

Genus : Saccharomyces

Spesies : Saccharomyces

Saccharomyces cerevisiae dipilih untuk dimanfaatkan dalam

pembuatan bahan pakan untuk menghasilkan perubahan yang diinginkan

dalam hal tekstur, rasa, dan aroma yang lebih baik (Rajagukguk, 2017).

S.cereviciae digunakan untuk meningkatkan sistem imun pada ikan. Ikan

yang sehat menentukan pertumbuhan ikan yang baik dan tingkat

keberhasilan yang tinggi (Anonimous, 2015). Suplementasi β-glucan dari

ragi roti (S.cerevisiae) dalam pakan juga terbukti dapat meningkatkan

aktivitas fagositik dan total ptotein plasma ikan nila (Hastuti, 2012).

S.cerevisiae telah banyak diujicobakan dalam komoditas akuakultur

maupun hewan ternak karena mempunyai beberapa kelebihan diantaranya,

bersifat non-patogenik, bebas dari plasmid yang mengkodekan gen resisten

terhadap antibiotik, dan mampu bertahan pada kondisi asam dan basa.

Ekstrak dinding sel S. cerevisiae (glucan, mannoprotein, dan chitin)

merupakan imunostimulan alami dan juga berperan sebagai promotor

pertumbuhan (Esteban et al., 2004). S. cereviciae digunakan untuk

meningkatkan sistem imun pada ikan. Ikan yang sehat menentukan

pertumbuhan ikan yang baik dan tingkat keberhasilan yang tinggi

(Anonimous, 2015). Ragi roti meningkatkan kecernaan pakan dan protein

sehingga menghasilkan pertumbuhan dan efisiensi pakan yang lebih baik

13
(Wache’ et al. 2006). Salah satu jenis ragi yang berpotensi sebagai

imunostimulan untuk mempercepat pertumbuhan ikan adalah ragi roti

(Saccharomyces cerevisiae). Ragi roti mengandung nilai nutrisi tinggi yang

meliputi protein, lemak, vitamin dan mineral (Babu et al., 2013). Salah satu

cara yang efektif dalam penanggulangan penyakit adalah dengan

menggunakan bahan-bahan alami sebagai imunostimulan.

Penambahan ragi roti dalam pakan dapat meningkatkan imunitas

organisme akuatik terhadap sejumlah antigen yang berbeda serta berperan

dalam pertumbuhan. Ragi roti (S.cerevisiae) dapat menawarkan alternatif

bagi pengguna antibiotik atau bahan-bahan kimia sebab bahan ini tidak

meninggalkan residu dalam tubuh ikan serta tidak mengakibatkan kerusakan

lingkungan. Keuntungan Saccharomyces cerevisiae adalah golongan

sebagai probiotik adalah tiidak membunuh mikroba bahkan menambah

jumlah mikroba yang menguntungkan, berbeda dengan antibiotik dapat

membunuh mikroba yang merugikan maupun menguntungkan tubuh serta

mempunyai efek resistensi.

2.7.1 Pengunaan Ragi Roti Dalam Budidaya Perikanan

Ragi Roti yang digunakan dalam budidaya ikan yaitu Ragi Roti

(Saccharomyces cerevisiae) jenis ragi instan atau yang biasa dikenal dengan

sebutan Fermipan yang secara luas banyak diperdagangkan. Fermipan

dibuat di Prancis, Ragi Roti di produksi oleh S.I.L France dan di import oleh

14
PT.Sangra Ratu Boga. Kandungan dalam Fermipan yaitu terdapat Ragi Roti

(Saccharomyces cerevisiae), dan Penglumasi (Sorbitan monostearate E491).

Pengguanaan Ragi Roti (Saccharomyces cerevisiae) pada ikan dapat

menawarkan alternatif bagi pengguna antibiotik atau bahan-bahan kimia

sebab bahan ini tidak meninggalkan residu dalam tubuh ikan serta tidak

mengakibatkan kerusakan lingkungan. S.cerevisiae telah banyak diuji

cobakan dalam komoditas akuakultur maupun hewan ternak karena

mempunyai beberapa kelebihan. Saccharomyces cerevisiae dipilih untuk

dimanfaatkan dalam pembuatan bahan pakan untuk menghasilkan

perubahan yang diinginkan dalam hal tekstur, rasa, dan aroma yang lebih

baik (Rajagukguk, 2017). S.cereviciae digunakan untuk meningkatkan

sistem imun pada ikan. Ikan yang sehat menentukan pertumbuhan ikan yang

baik dan tingkat keberhasilan yang tinggi (Anonimous, 2015). Suplementasi

β-glucan dari ragi roti (S.cerevisiae) dalam pakan juga terbukti dapat

meningkatkan aktivitas fagositik dan total ptotein plasma ikan nila (Hastuti,

2012). Ragi roti mengandung nilai nutrisi tinggi yang meliputi protein,

lemak, vitamin dan mineral (Babu et al., 2013). Ekstrak dinding sel S.

cerevisiae (glucan, mannoprotein, dan chitin) merupakan imunostimulan

alami dan juga berperan sebagai promotor pertumbuhan (Esteban et al.,

2004). Keuntungan Saccharomyces cerevisiae adalah golongan sebagai

probiotik adalah tiidak membunuh mikroba bahkan menambah jumlah

mikroba yang menguntungkan, berbeda dengan antibiotik dapat membunuh

15
mikroba yang merugikan maupun menguntungkan tubuh serta mempunyai

efek resistensi.

Pakan dengan tingkat kecernaan tinggi diketahui mampu

memberikan pertumbuhan yang lebih baik pada ikan. Penelitian ini

dilaksanakan dengan tujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan ragi

roti S.cerevisiae pada pakan sebagai upaya peningkatan kecernaan pakan

terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan jelawat Leptobarbus hoevenii.

Benih ikan jelawat yang digunakan mempunyai berat awal rata-rata

9.77±0.03 g dan dipelihara dengan kepadatan 15 ekor per aquarium dengan

tiga ulangan. Lima jenis pakan yang disuplementasi dengan dosis ragi roti S.

cerevisiae berbeda yaitu 0,10, 20, 30, 40 g/kg pakan diberikan pada benih

ikan jelawat sebanyak 3 kali sehari secara at satiasi selama 30 hari. Hasil

penelitian menunjukkan suplementasi ragi roti dalam pakan memberikan

pengaruh yang nyata (p<0.05) terhadap laju pertumbuhan benih ikan

jelawat. Benih ikan jelawat yang diberi pakan yang disuplementasi dengan

ragi roti S. Cerevisiae sebesar 30 g/kg pakan menunjukkan laju

pertumbuhan tertinggi. Pemberian pakan dengan dosis ragi roti S. cerevisiae

yang berbeda juga secara nyata (p<0.05) berpengaruh terhadap efisiensi

pakan benih ikan jelawat. Tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05)

terhadap terhadap kelangsungan benih ikan jelawat selama masa

pemeliharaan pada semua perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

suplementasi ragi roti S. Cerevisiae sebesar 30 g/kg pakan terbukti mampu

meningkatkan kinerja pertumbuhan benih ikan jelawat.

16
Ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan penting di

Indonesia Sistem budidaya secara intensif seringkali membawa resiko

munculnya berbagai penyakit infeksius. Selama ini pengobatan penyakit

pada hewan akuatik yang dibudidayakan seringkali menimbulkan efek

negatif seperti resistensi bakteri dan penurunan kualitas lingkungan. Oleh

sebab itu pengendalian penyakit sebaiknya dilakukan lewat upaya

pencegahan misalnya dengan pemanfaatan β-glucan dari ragi roti

(Saccharomyces cerevisiae), β-glucan diketahui merupakan salah satu

immunostimulant yang bisa meningkatkan respon kekebalan nonspesifik

ikan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

suplementasi β-glucan pada berbagai dosis terhadap aktivitas fagositosis,

ledakan pernafasan yang diindikasikan dengan aktivitas Nitroblue

Tetrazolium (NBT), total protein plasma dan aktivitas aglutinasi darah ikan

nila uji. Metode penelitian yang dipakai adalah eksperimen dengan

Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari lima perlakuan dan tiga kali

ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah dosis β-glucan sebanyak 0

ppm/kg pakan; 2,5 ppm/kg pakan; 5 ppm/kg pakan; 7,5 ppm/kg pakan dan

10 ppm/kg pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jumlah

β-glucan dalam pakan berpengaruh nyata terhadap aktivitas fagositosis dan

total protein plasma darah ikan nila uji, tapi tidak berpengaruh terhadap

aktivitas NBT (ledakan pernafasan). Aktivitas fagositosis terbaik dicapai

pada perlakuan E dengan dosis β-glucan 10 ppm/kg pakan dengan nilai

aktivitas fagositosis sebesar 37,67%, sementara itu total protein plasma

17
tertinggi didapat pada perlakuan B (2,5 ppm/kg pakan) dengan nilai total

protein plasma sebesar 123,58 mg/ml.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ragi roti

terhadap pertumbuhan ikan bawal (Colossoma macropomum). Ikan bawal

yang digunakan berukuran 5-8 cm dengan berat awal 11,35 gr. Rancangan

penelitian berupa rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan yaitu,

A (0 gr ragi roti/ kg pakan), perlakuan B (5 gr ragi roti/kg pakan),

perlakuan C (10 gr ragi roti/kg pakan), perlakuan D (15 gr ragi roti/kg

pakan). Perlakuan E (20 gr ragi roti/kg pakan). Frekuensi pemberian pakan

dua kali sehari dengan jumlah pakan berdasarkan 5%bb. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penambahan ragi roti berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan dan sintasan hidup ikan bawal. Semakin tinggi dosis ragi roti

dalam pakan, semakin tinggi pertumbuhan ikan bawal.

Penelitian bertujuan untuk mengkaji efikasi ragi roti (Saccharomyces

cereviciae) dalam meningkatkan respons imun dan pertumbuhan ikan nila

(Oreochromis niloticus).Ikan uji diperoleh dari Balai Pembenihan Ikan

Tateli, Provinsi Sulawesi Utara. Setelah diaklimatisasikan selama dua

minggu dalam bak fiber berkapasitas 1000 L, ikan dengan rataan bobot 9 g

dipindahkan ke dalam lima buah akuarium masingmasing berkapasitas 45 L

dengan kepadatan 15 ekor per akuarium. Selama periode percobaan, ikan

diberi pakan dengan penambahan ragi roti 0, 10, 20, 30, dan 40 g/kg pakan

18
selama empat minggu sebanyak 5%/bb/hari dan diberikan dua kali

sehari.Parameter imun yang terdiri dari total leukosit dan aktivitas

fagositosis serta pertumbuhan ikan diukur setiap dua minggu sekali. Setelah

diberi perlakuan selama empat minggu, total leukosit dan aktivitas

fagositosis sel fagosit ikan yang diberi pakan dengan penambahan ragi roti

10 g/kg pakan meningkat secara signifikan dibandingkan dengan ikan

kontrol (p<0,01). Pertumbuhan ikan pada perlakuan 10 g/kg pakan juga

nyata lebih berat dibandingkan kontrol (p=0,01). Perolehan rataan bobot

ikan nila yang diberi pakan dengan penambahan 10 g ragi roti per kg pakan

sebesar 15,00±1,00 g sedangkan ikan kontrol hanya 8,33 g. Sebagai

simpulan, pemberian tambahan ragi roti dalam pakan dapat meningkatkan

respons imun dan pertumbuhan ikan nila.

2.8 Pendederan

Pendederan merupakan tahap lanjutan pemeliharaan larva ikan nila dari

hasil pembenihan untuk mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan.

Pendederan bertahap bertujuan untuk memperoleh ukuran ikan nila yang

seragam, baik panjang maupun berat dan untuk memberi kesempatan ikan

nila mendapatkan makanan yang sama sehingga pertumbuhannya seragam.

Apabila benih ikan nila hanya didederkan satu tahap, dikhawatirkan

diperoleh hasil ukurannya tidak seragam sehingga menimbulkan persaingan

dalam mendapatkan makanan yang menyebabkan kematian akibat dari

19
padat tebar yang tinggi (Amri dan Khairuman,2003 dalam Chaniagung,

2019).

20
III. METODE PELAKSANAAN

3.1.Waktu dan Tempat

Kegiatan Proyek Mandiri ini dilaksanakan pada bulan September

hingga Oktober 2019, Pelaksanaan kegiatan akan dilakukan di kolam yang

berada dilingkungan Laboratorium A Budidaya Perikanan, Politeknik

Negeri Lampung.

3.2.Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan pada Proyek Mandiri terdiri dari:

Tabel 1. Peralatan yang digunakan

No Nama Spesifikasi Kegunaan


1. Alat tulis 1 paket Untuk mencatat data-data
dalam kegiatan proyek mandiri
2. Kolam semen 1 m2 Untuk media pemeliharaan
(Ukuran 2x1) biota yang akan dibudidayakan
3. Timbangan digital 1 buah Untuk mengetahui berat pakan
dan bobot ikan saat sampling
4 Sprey 1 buah Untuk menyemprotkan ragi
roti pada pakan
5. Penggaris 1 buah Untuk mengukur panjang ikan
saat sampling.
6. Thermometer 1 buah Untuk mengukur suhu perairan
7. Teskit DO 1 buah Untuk mengukur oksigen
terlarut pada media budidaya
8. pH papper 1 buah Untuk mengukur tingkat
keasaman pada media
budidaya
9. Teskit Amoniak 1 buah Untuk mengukur ammonia
pada media budidaya
11. Baskom 1 buah Untuk tempat wadah ikan pada
saat penyamplingan ikan

21
12 Gelas ukur 1 buah Untuk media pencampuran air
dengan ragi
13 Waring 1 buah Untuk Penutup Kolam
14 Skopnet 1 buah Untuk Menangkap ikan

Bahan yang digunakan dalam kegiatan Proyek Mandiri ini yaitu :

Tabel 2. Bahan yang digunakan

NO Nama Bahan Jumlah Satuan Kegunaan


1. Benih Nila 100ekor/m2 Ekor Objek pengamatan yang
(3-5 cm) dipelihara dalam media
2. Pakan Ikan 2 Kg Untuk memberi asupan
nutri pada ikan
3. Ragi Roti 1 Pcs Untuk membantu
pertumbuhan ikan
4. Air 100 Ml Pelarut Ragi pada pada
pellet

3.3.Prosedur Kerja

3.3.1.Persiapan Media Pendederan

Persiapan media diawali dengan melakukan pembersihan di area

lokasi kolam guna agar kolam dalam keadaan baik dan terhindar dari

berbagai macam kotoran, Kolam yang sudah dibersihkan kemudian lakukan

pemasangan terpal dengan melapisi kolam dengan terpal dengan cara

memaku tepi terpal pada dinding kolam dengan menggunakan palu setelah

pemasangan terpal lalu lakukan penyekatan pada kolam dengan ukuran awal

2 x 1 x 1 m2 dibagi menjadi 2 bagian dengan ukuran 1 x 1 x 1 m3.

Pengisian air pada media yaitu setinggi 40 cm dengan kedalaman

terpal 1m dan dibiarkan selama 5-7 hari untuk adaptasi lingkungan perairan

pada media pemeliharaan.

22
3.3.2.Pembuatan dan Penambahan Ragi Roti pada Pakan

Hal utama yang harus dilakukan dalam pembuatan pakan yaitu

dengan menimbang ragi roti menggunakan timbangan dengan dosis ragi roti

5g/kg pakan memiliki kelangsungan hidup tertinggi setelah diuji tantang

dengan bakteri A. hydrophila (Manurung dkk., 2013; Manoppo dkk., 2015).

Pakan yang digunakan adalah pakan pellet sesuai bukaan mulut

benih ikan nila. Setelah proses penimbangan kemudian ragi roti dimasukkan

kedalam gelas ukur yang sebelumnya telah diisi air sebanyak 100ml untuk 1

kg pakan (10%). Setelah itu ragi roti diaduk hingga tersuspensi secara

merata dengan air, kemudian ragi roti yang yang telah tersuspensi lalu

campurkan pada pakan pellet secara merata dengan menggunakan alat

penyemprot (Sprayer). Kemudian setelah proses penyemprotan lalu

dikering-anginkan dalam suhu ruang. Setelah kering, pakan dimasukkan

dalam kantong plastik kemudian pakan yang sudah kering disimpan dalam

lemari pendingin (kulkas) dengan menggunakan kantong plastik sampai saat

digunakan.

3.3.3.Penebaran Benih Ikan Nila

Pertumbuhan ikan berhubungan erat dengan padat tebar, pakan dan

lingkungan. Menurut Hepher dan Priguinin (1981) Peningkatan padat tebar

akan diikuti dengan peningkatan jumlah pakan,buangan metabolisme tubuh,

konsumsi oksigen dan dapat menurunkan kualitas air. Padat tebar ikan

23
mempengaruhi derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, sehingga

memungkinkan terjadinya kegagalan dalam produksi.

Benih yang digunakan untuk Kegiatan Proyek Mandiri ini adalah

benih ditebar pada kolam ukuran 1 m yaitu dengan Penebaran benih

sebanyak 100 ekor/kolam. Penebaran optimal benih ikan nila di tebar 100

ekor/m2 atau 0,1 ekor/liter (Yuliati et al, 2003).

Penebaran benih dilakukan pada pagi ataupun sore hari saat kondisi

suhu rendah agar benih tidak stress dan dilakukan aklimatisasi sebelum

penebaran, Penebaran dilakukan aklimatisasi atau penyesuaian ikan

terhadap lingkunganya yang baru. Aklimatisasi yang dilakukan yaitu

aklimatisasi suhu. Aklimatisasi suhu pada media budidaya dilakukan dengan

meletakkan plastik berisi benih nila didekat media budidaya, harapannya

suhu pada plastik sama dengan suhu pada media budidaya. Aklimatisasi

dilakukan dengan memasukan plastik packing yang berisi benih ke dalam

kolam, lalu di biarkan selama 10-15 menit hingga plastik packing terdapat

embun di dalamnya, kemudian plastik packing dibuka dan dimasukan air

kolam secara perlahan hingga Benih perlahan-lahan mulai keluar dari

plastik ke media, biarkan benih keluar dengan sendirinya dari plastik dan

beradaptasi dengan lingkunganya. Adaptasi benih nila terhadap pakan ragi

roti, adaptasi ini berlangsung selama 1 minggu atau sampai benih nila mau

memakan pakan yang dicampur dengan ragi roti.

3.3.4.Pemeliharaan

24
Pemeliharaan dilakukan selama 4 minggu, Pemberian Pakan Uji

yang telah dibuat dengan campuran pellet PF 500 sebanyak 1kg dan larutan

ragi roti dengan dosis 5 gram/100ml air. Pakan diberikan dengan FR 5%

dari berat biomassa dengan frekuensi 3 kali sehari (Insana dan Wahyu,

2015) dalam (Chaniagung, 2019).

Pemberian pakan dilakukan pada Pagi pukul (06.30-07.30 WIB),

Siang Pukul (12.00-13.00 WIB), dan Sore pukul (16.00-17.00 WIB).

3.3.5 Sampling

Sampling dilakukan Setiap 1 minggu sekali pada pagi atau sore hari

dengan mengambil ikan sample sebanyak 50 % dari populasi. Sampling

dilakukan secara acak mendapatkan data yang dapat mewakili keadaan yang

sebenarnya. Pada saat melakukan sampling, sampling harus dilakukan

dengan secara hati-hati untuk menghindari ikan menjadi stress bahkan mati.

Sampling bertujuan untuk mengetahui panjang dan bobot benih ikan

selama proses pendederan.

3.3.6 Padat Tebar

Pertumbuhan ikan berhubungan erat dengan padat tebar, pakan dan

lingkungan. Menurut Hepher dan Priguinin (1981) Peningkatan padat tebar

akan diikuti dengan peningkatan jumlah pakan, buangan metabolisme

tubuh, konsumsi oksigen dan dapat menurunkan kualitas air. Padat tebar

ikan mempengaruhi derajat kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan,

sehingga memungkinkan terjadinya kegagalan dalam proses produksi.

25
Benih yang digunakan untuk Kegiatan Proyek Mandiri ini adalah

benih ditebar pada kolam ukuran 1 m yaitu benih masing-masing di tebar

dengan Penebaran benih yaitu sebanyak 100 ekor/kolam. Penebaran

Optimal Benih ikan nila yaitu 100 ekor/m2 atau 0,1 ekor/liter (Yuliati et al,

2003)

3.3.7 Penyiponan

Penyiponan dapat dilakukan pada saat air dasar kolam terlihat keruh

dan kotor yang di sebabkan oleh penumpukan kotoran ikan dan sisa pakan.

Penyiponan dilakukan dengan cara mengeluarkan air dasar kolam sebanyak

5-10% dengan bantuan selang, setelah penyiponan selesai lalu setelah itu

ditambahkan air lagi pada kolam sebanyak 5-10%.

3.4 Pengamatan

3.4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak

Rumus yang digunakan untuk menghitung pertumbuhan bobot

menurut Mulyani et al, (2014) adalah :

𝑊 = 𝑊𝑡 − 𝑊𝑜

Keterangan :

W : Pertumbuhan bobot mutlak (gr)

Wt : Bobot ikan akhir (gr)

Wo : Bobot ikan awal (gr)

3.4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak

26
Untuk menghitung pertumbuhan panjang mutlak menurut Mulyani

et al, (2014) adalah :

𝑃 = 𝑃𝑡 − 𝑃𝑜

Keterangan :

P : Pertumbuhan panjang (cm).

Pt : Panjang rata - rata akhir (cm).

Po : Panjang rata - rata awal (cm).

3.4.3 Food Convertion Ratio (FCR)

Rumus yang digunakan untuk mengitung Food Convertion Ratio

menurut (Effendie, 1997) adalah :

𝐹
𝐹𝐶𝑅 =
𝑊𝑡 − 𝑊𝑑 + 𝑊𝑜

Keterangan:

FCR : Food Convertion Ratio / Rasio konversi pakan

Wt : Bobot biomassa ikan pada akhir pemeliharaan (gr)

Wd : Bobot biomassa ikan yang mati (gr)

Wo : Bobot biomassa ikan pada awal pemeliharaan (gr)

F : Pakan yang dihabiskan (gr)

3.4.4 LPH (Laju Pertumbuhan Harian)

Pengamatan laju pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan

rumus Nasmi et al, (2017) :

𝑡 𝑊𝑡
𝐿𝑃𝐻 = √ − 1 × 100%
𝑊𝑜

27
Keterangan :

LPH : laju pertumbuhan harian (%)

Wt : berat rata-rata pada akhir pemeliharaan(gr)

W0 : berat rata-rata pada awal pemeliharaan (gr)

t : periode pemeliharaan (hari)

3.4.5 Kelangsungan hidup(Survival Rate)

Kelangsungan Hidup Rumus yang digunakan untuk mengetahui

persentase kelangsungan hidup ikan menurut Mulyani et al, (2014) :

𝑁𝑡
𝑆𝑅 = × 100%
𝑁𝑜

Keterangan :

SR : Survival Rate (%)

Nt : Jumlah ikan akhir pemeliharaan (ekor)

No : Jumlah ikan awal pemeliharaan (ekor)

3.4.6 Pengamatan Parameter Kualitas Air

Pemeliharaan ikan yang rentan terhadap perubahan parameter

kualitas air harus dihindari sehingga pengamatan kualitas air perlu

dilakukan meskipun pergantian air dilakukan secara teratur. Parameter

kualitas air yang diukur dalam pengamatan ini antara lain yaitu :

Tabel kualitas Air menurut SNI Tahun 2019

Parameter Satuan Standar baku Sumber Pustaka


Suhu °C 25-30 SNI 6141 : 2009
pH 6,5-8,5 SNI 6141 : 2009

28
DO mg/l >5 SNI 6141 : 2009
Amoniakk mg/l 0,2 SNI 6141 : 2009

A. Suhu

Ghufran dan Tancung (2010) menyatakan suhu air ideal dalam

budidaya ikan nila adalah Suhu 25-33oC. Rekomendasikan Balai Besar

Budidaya Air Tawar tahun 2016 untuk budidaya ikan nila antara lain suhu

25-30oC. Kualitas air yang ideal untuk pemeliharaan nila sangat diperlukan

(Khalil, Mehrim, & Hassan, 2012). Pengamatan suhu pada media

pemeliharaan dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi pukul (06.30 WIB) ,

siang pada pukul (12.00 WIB), dan sore hari pada pukul (17.00 WIB)

Pengamatan atau pengecekan suhu dilakukan dengan menggunakan

thermometer batang dengan cara memasukan termometer kedalam media

pada titik tertentu yang dapat mewakili data keseluruhan.

A. pH (Derajat Keasaman)

Ghufran dan Tancung (2010) menyatakan pH air ideal dalam budi

daya ikan nila adalah pada kondisi pH 7-9. Rekomendasikan Balai Besar

Budidaya Air Tawar tahun 2016 untuk budidaya ikan nila antara lain pH

6,5-8,5. Kualitas air yang ideal untuk pemeliharaan nila sangat diperlukan

(Khalil, Mehrim, & Hassan, 2012). pH (Derajat keasaman) adalah ukuran

untuk mengetahui asam atau basa suatu zat, dalam ekosistem perairan.

Pengecekan pH (Derajat keasaman) dicek dengan menggunakan kertas pH

yang dilakukan 2 minggu sekali pada sore hari pada pukul (15.00 WIB).

29
B. Oksigen Terlarut (DO)

Menurut Chakraborty (2010) DO optimal untuk ikan nila yaitu kadar

oksigen terlarut optimal dalam air > 5 ppm. Oksigen terlarut (DO) yang ada

didalam media pemeliharaan diukur dengan menggunakan Testkit DO.

Pengecekan DO dilakukan 2 minggu sekali pada sore hari pukul (15.00

WIB).

C. Amonia (NH3)

Menurut Effendie (2003) Amoniak optimal untuk ikan nila yaitu

amonia < 0,02 mg/L. Kadar Amonia (NH3) selama pemeliharaan diukur

menggunakan Testkit TAN sebanyak satu kali selama pemeliharaan yaitu

dilakukan perhitungan amonia pada akhir pemeliharaan dengan mengukur

NH4 Dan NH3 lalu dengan melakukan pencocokan dengan tabel fraksi

amonia.

3.4.7 Analisa Usaha

Analisa usaha di hitung melalui empat parameter menurut

Arddhiagung (2010) dalam Qodir (2019), yaitu :

 Keuntungan (profit) di hitung dengan rumus :

Keuntungan = Penerima total – Biaya produksi total

 R/C, di hitung dengan rumus :

R/C = Penerima total/Biaya total

 Break Even Point (BEP), di hitung dengan rumusan:

BEP (Rp) = Biaya tetap /(1-(Biaya fariabel/Penerimaan

modal))

30
BEP (ekor) = Biaya tetap / (Harga jual –(Biaya

variable/Jumlah produksi))

 Payback period (PP), di hitung dengan rumus :

PP = Investasi / Keuntungan x 1 tahun

3.4.8 Pemanenan Benih Ikan Nila

Pemanenan benih dilakukan setelah 1 bulan setelah benih telah

memasuki ukuran 5-7 cm, dengan cara melakukan pengurasan kolam atau

melepas pipa outlet pada kolam untuk membuang air pada kolam sampai air

tersisa 10cm pada media budidaya tersebut dan lakukan penyerokan ikan

dengan menggunakan skopnet secara perlahan dan secara hati-hati agar

tidak melukai ikan, menyebabkan ikan stress dan bahkan ikan mengalami

kematian atau pemasangan skopnet pada saluran outlet agar benih tidak ikut

keluar bersama air yang dikeluarkan, lalu benih dikumpulkan dalam ember

ataupun baskom yang berisi air.

3.5 Jadwal Kegiatan

Adapun rincian jadwal kegiatan Proyek Mandiri adalah sebagai

berikut :

Tabel 3. Jadwal Kegiatan Proyek Mandiri

Agustus September Oktober November


Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal

31
Pelaksanaan
PM
Laporan PM
Seminar Hasil
Ujian PM

32
IV. ANGGARAN BIAYA

4.1 Biaya Investasi

Tabel 5. Biaya Investasi


No Peralatan Volume Satuan Harga Satuan Jumlah
1 Thermometer 1 Buah Rp. 20.000-, Rp. 20.000-,
2 pH Paper 1 Buah Rp. 25.000-, Rp. 25.000-,
3 Penggaris 1 Buah Rp. 5.000-, Rp. 5.000-,
4 Alat Tulis 1 Buah Rp. 10.000-, Rp. 10.000-,
5 Sprey 1 Buah Rp. 20.000-, Rp. 20.000-,
6 Baskom 2 Buah Rp. 20.000-, Rp. 40.000-,
Ragi Roti
7 (Permipan) 1 Pcs Rp. 15.000-, Rp. 15.000-,
8 Benih Ikan Nila 200 Ekor Rp. 25.000-, Rp. 50.000-,
Kolam
9 Pendederan 1 Unit Rp. 200.000-, Rp. 200.000-,
10 Skopnet 1 Unit Rp. 15.000-, Rp. 15.000-,
11 Timbangan 1 Unit Rp. 80.000-, Rp. 80.000-,
12 Listrik 1 Unit Rp. 10.000-, Rp. 10.000-,
13 Air 1 Unit Rp. 10.000-, Rp. 10.000-,
14 Selang Aerasi 2 Buah Rp. 2.000-, Rp. 4.000-,
15 Batu Aerasi 2 Buah Rp. 3.000-, Rp. 6.000-,
16 Lem Tembok 1 Buah Rp. 50.000-, Rp. 50.000-,
17 Waring 1 Unit Rp. 15.000-, Rp. 15.000-,
JUMLAH BIAYA Rp. 525.000 -, Rp. 575.000-,

4.2 Biaya Operasional

33
Tabel 6. Biaya Operasional
No Nama barang Volume Satuan Harga Satuan Jumlah

1 Pakan PF 500 2 Kg Rp. 20.000-, Rp. 40.000-,


2 Tes Kit DO 2 Unit Rp. 15.000-, Rp. 30.000-,

3 Teskit NH3,NH4 2 Unit Rp. 15.000-, Rp. 30.000-,


JUMLAH TOTAL Rp. 50.000-, Rp. 100.000-,

4.3 Jumlah Total Biaya


Tabel 7. Total Biaya
No Nama Biaya Jumlah
1 Biaya Investasi Rp. 575.000-,
2 Biaya Operasional Rp. 100.000-,
3 Biaya Tak Terduga Rp. 100.000-,
TOTAL PENGELUARAN Rp. 775.000-,

34
V. PENUTUP

Demikian Proposal Kegiatan Proyek Mandiri (PM) ini saya buat.

Semoga Proposal ini dapat diterima dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tidak lupa kami ucapkan Syukur Kepada Allah SWT atas segala Rahmad

dan Hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan proposal Kegiatan Proyek

Mandiri (PM) ini.

Semoga proposal ini dapat diterima oleh semua pihak karena

Proposal ini merupakan awal saya dalam memulai Kegiatan Proyek Mandiri

(PM). Dengan terwujudnya Proposal Kegiatan ini, saya berharap dapat

segera mewujudkan Kegiatan Proyek Mandiri (PM) yang telah terencana.

Segala saran dan kritik yang membangun sangatlah saya harapkan

dari semua pihak, karena saya menyadari bahwa proposal saya masih jauh

dari kata sempurna. Saran dan kritik tersebut semoga saja dapat menjadi

acuan atau pelajaran bagi saya untuk menjadi lebih baik lagi dihari esok,

Atas Segala waktu dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Bandar Lampung , 2019

35

Anda mungkin juga menyukai