Pedoman Pelayanan CSSD PDF
Pedoman Pelayanan CSSD PDF
NOMOR : 254.2/PER/RSI-SA/IV/2019
1
DAFTAR ISI
2
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
Nomor : 254.2/PER/RSI-SA/IV/2019
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN CSSD
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
Bismillahirrahmanirrahiim
3
Rumah Sakit Islam Sultan Agung telah memenuhi prinsip syariah.
10. Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Sultan Agung Nomor : 1136/PER/RSI-
SA/III/2019 tentang Kebijakan Pelayanan dan Manajemen Rumah Sakit Islam
Sultan Agung.
11. Peraturan Direktur Rumah Sakit Islam Sultan Agung Nomor : 1138/PER/RSI-
SA/III/2019 tentang Pedoman Pelayanan Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
12. Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Sultan Agung Nomor :
1423/KPTS/RSI-SA/III/2017 tentang Pemberlakuan Fatwa Dewan Syariah
Nasional-Majelis Ulama Indonesia Nomor : 107/DSN-MUI/X/2016 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit Berdasarkan Prinsip Syariah di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung.
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN :
KESATU : Mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi Keputusan Direktur no. 1381/
PER/RSI-SA/I/ 2017 tentang Pedoman Pelayanan CSSD Rumah Sakit Islam Sultan
Agung
KEDUA : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Central Sterilization Supply Department
(CSSD) Rumah Sakit Islam Sultan Agung sebagaimana terlampir dalam keputusan ini
KETIGA : Keputusan ini berlaku selama 3 (tiga) tahun mulai tanggal ditetapkan dan akan
dilakukan evaluasi minimal 1 (satu) tahun sekali.
KEEMPAT : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perbaikan maka akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 04 Sya’ban 1440 H
20 April 2019 H
Tembusan Yth :
1. Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2. Unit terkait
3. Arsip
4
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG
Nomor : 253.2/PER/RSI-SA/IV/2019
Tentang : PEDOMAN PELAYANAN CSSD RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
BAB. I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan
dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan yang mengutamakan
keselamatan pasien dan petugas selalu berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi
rumah sakit. Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung dengan cara melakukan sterilisasi pada alat atau
bahan tertentu yang bertujuan untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba
termasuk endospora dan dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Salah satu indicator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka
infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk mencapai hal tersebut maka perlu dilakukan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
Pusat sterilisasi merupakan salah satu pemutus mata rantai kehidupan mikroba termasuk
endospora. Pusat sterilisasi adalah tempat yang penting di dalam rumah sakit untuk
mengendalikan infeksi dan punya peran yang sangat penting dalam upaya menekan kejadian
infeksi di rumah sakit. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, pusat sterilisasi sangat
tergantung dengan berbagai unit lain yang terkait antara lain, unsur pelayanan medik, unsur
penunjang medik, instalasi lain seperti perlengkapan, logistic, perlengkapan, rumah tangga,
pemeliharaan sarana, sanitasi dan lain-lain. Hal ini saling terkait, apabila terjadi hambatan
pada salah satu unit maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Alat dan bahan yang digunakan di rumah sakit sangat bervariasi dan banyak. Penggunaan
alat dan bahan yang disterilkan di rumah sakit juga demikian besar, dan hal ini merupakan
dasar pemikiran untuk Rumah Sakit Islam Sultan Agung harus memiliki pusat sterilisasi
tersendiri dan mandiri dengan pengelolaan yang baik. Pusat sterilisasi/ Central Sterile Supply
Department (CSSD) merupakan salah satu instansi yang berada dibawah kepala instalasi
kamar bedah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Pelayanan Rumah Sakit.
Pusat sterilisasi ini bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan
kondisi steril atau bebas dari mikroba (termasuk endospora) secara cepat dan tepat. Untuk
melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara professional, diperlukan pengetahuan
dan ketrampilan tertentu yang baik oleh perawat, apoteker, ataupun tenaga non medik yang
berpengalaman dibidang sterilisasi.
Angka infeksi nosokomial sangat tinggi, dibuktikan dari hasil survey prevalensi di 11 rumah
sakit di Jakarta dan RS. Prof. Dr. Sulianti Saroso pada tahun 2003 didap[atkan angka ILO
5
(infeksi Luka Operasi) 18,9 %, ISK (infeksi Saluran Kemih) 15,1 %, Pneumonia 24,5 % dan
Infeksi saluran nafas lain 15,1 % serta infeksi lain sebesar 32,1 %.
Maka peran pusat sterilisasi (CSSD) untuk meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah sangat perlu diterapkan. Hal ini juga
terkai dengan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan , pendidikan, pembinaan dan pelatihan serta monitoring dan
evaluasi terkait infeksi.
B. FALSAFAH
Pusat sterilisasi/ CSSD RS. Islam Sultan Agung Semarang memberikan pelayanan sterilisasi
alat dan bahan dengan sebaik-baiknya untuk melayani dan membantu kebutuhan alat dan
bahan steril seluruh unit di rumah sakit. Rumah sakit perlu mengembangkan proses sterilisasi
yang tersentral dan terkoordinir sehingga seluruh rangkaian perlakuan terhadap alat dan
bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril menjadi lebih efisien, ekonomis, dan terkontrol
dengan harapan safety patient semakin terjamin.
C. TUJUAN
Umum :
Sebagai pedoman dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian infeksi
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
Khusus :
1. Sebagai pedoman dalam pelayanan pusat sterilisasi RS. Islam Sultan Agung Semarang
(CSSD).
2. Sebagai kontrol mutu dan pengawasan terhadap hasil sterilisasi.
3. Dapat membantu menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial di RS
Islam Sultan Agung.
4. Sebagai panduan kerja bagi tenaga pemberi pelayanan pusat sterilisasi dalam
memberikan pelayanan.
5. Sebagai panduan kerja bagi tenaga di satelit CSSD sebagai tangan panjang pelayanan
pusat sterilisasi dalam memberikan pelayanan sterilisasi.
6. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pengendalian infeksi nosokomial di rumah
sakit.
D. ISTILAH
1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru disterilkan gas Etilen oksida pada sirkulasi
udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida.
2. AAMI adalah singkatan dari Associaton for the advancement of Medical Instrumentation
3. AHA adalah singkatan dari American Hospital Association
4. Antiseptik adalah disinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan membran
mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme
6
5. Autoclaf adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan
uap bertekanan
6. Bacillus stearothermophylus adalah mikroorganisme yang dapat membentuk spora
serta resisten terhadap panas dan digunakan untuk uji efektifitas sterilisasi
7. Bacillus subtilis adalah mikroorgisme yang dapat membentuk spora dan digunakan
untuk uji efektifitas sterilisasi etilen oksida
8. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda terkontaminasi
9. Bowie-Dick test adalah uji efektifitas pompa vakum pada mesin sterilisasi uap
berpompa vakum, penemu metodenya adalah j.h Bowie dan J. Dick
10. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme
atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut
11. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal (panas) atau
kimia
12. Goggle adalah alat proteksi mata
13. Inkubator adalah alat yang digunakan untuk dapat menghasilkan syhu tertentu secara
kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri
14. Inkubator biologi adalah sedian berisi sejumlah tertentu mikroorganisme spesifik dalam
bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu proses
sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah tercapai.
15. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai terjadinya
pemaparan sterilan pada obyek yang disterilkan, ditandai dengan adanya perubahan
warna
16. Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu dll pada mesin sterilisasi yang
menunjukkan mesin berjalan normal
17. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang diperoleh di Rumah Sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa inkubasi.
18. Lumen adalah lubang kecil dan panjang seperti pada kateter, jarum suntik maupun
pembuluh darah
19. Point of use : menunjukkan tempat pemakaian alat
20. Satelit CSSD adalah desentralisasi oleh unit, atas monitor dan kendali CSSD
21. Sentralisasi adalah sistem yang mencerminkan kegiatan terpusat, dalam satu atap
manajement agar kualitas yang dicapaidapat tersetandar. Tidak ada duplikasi
pelayanansehingga terjadi effisiensi cost.
22. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora
23. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui
cara fisika atau kimia
24. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
25. Termokopel adalah sepasang kabel termo-elektrik untuk mengukur perbedaan suhu dan
digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin sterilisasi.
7
E. MANFAAT
Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dan satelit CSSD yang berada di
unit kerja dalam meningkatkan mutu pelayanan yang bertujuan untuk mencegah resiko
terjadinya infeksi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
F. LANDASAN HUKUM
1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 1 tentang Keselamatan Kerja tahun 1970
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan
6. Permenkes no 1204 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Tahun
2004
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya tahun 2008
8. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan tahun 2010
9. The APSIC Guidlines For Desinfection and Sterilisation of Instruments In Healt Care
Facilities, 2017
8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Status Kesehatan
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD) dan di satelit CSSD
diharapkan:
1. Sehat jasmani, rohani
2. Tidak pernah menderita/ sedang menjalani proses pengobatan TBC pada setahun
terakhir.
3. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray untuk penyakit paru.
4. Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah dialami selama
bekerja di CSSD seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi gastrointestinal, infeksi
pada mata dan tertusuk jarum minimal setahun satu kali.
Kualifikasi Tenaga:
1. Pada RS kelas A dan B, minimal pendidikan S1 dibidang kesehatan atau S1 umum
dengan masa kerja minimal 5 tahun di Rumah Sakit
2. Pada RS kelas C, minimal pendidikan D3 kesehatan atau D3 umum dengan masa kerja
5 tahun di Rumah Sakit
3. Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis sterilisasi.
4. Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5. Mengetahui tentang psikologi personel.
6. Berpengalaman kerja dikamar operasi/ unit sterilisasi.
7. Mempunyai kemampuan mengajar dan menulis terkait sterilisasi.
8. Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
9
2. Penanggungjawab CSSD
Uraian tugas:
a. Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan proses sterilisasi di rumah
sakit.
b. Mengarahkan semua aktivitas terkait supply alat medis steril bagi perawatan pasien
di rumah sakit.
c. Mengikuti ilmu pengetahuan terkini dalam pengembangan diri/ personel lain demi
kemajuan CSSD.
d. Menentukan metode yang tepat dan effektif bagi pelayanan sterilisasi
e. Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan sterilisasi secara benar.
f. Memastikan bahwa proses yang diterapkan dalam pelayanan sterilisasi diterapkan
dengan baik.
g. Melakukan koordinasi dengan unit lain dan bekerjasama dalam mewujudkan mutu
pelayanan.
h. Memberikan masukan dan mengusulkan rencana program CSSD
i. Bertanggungjawab langsung kepada direktur pelayanan rumah sakit.
j. Membuat program orientasi tenaga baru.
k. Membuat rencana program terhadap kebutuhan alat dan bahan sesuai kebutuhan.
Kualifikasi Tenaga:
1. Minimal pendidikan S1 kesehatan atau D3 kesehatan dengan pengalaman kerja 3
tahun dibidang kesehatan
2. Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis sterilisasi.
3. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari unit yang
dipimpinnya.
4. Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
5. Mengetahui tentang psikologi personel.
6. Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi.
7. Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
8. Kondisi kesehatan baik secara jasmani maupun rohani.
3. Staf CSSD
Uraian tugas:
a. Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
b. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD
c. Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
d. Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
e. Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun melalui telp.
f. Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian yang relative membosankan.
g. Dapat menerima tekanan kerja.
h. Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
i. Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan, gedung/
bangunan dan aset yang ada.
10
Kualifikasi Tenaga:
1. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan kursus/ pelatihan
sterilisasi.
2. Dapat belajar dengan cepat.
3. Mempunyai ketrampilan yang baik.
4. Personal hygiene baik.
5. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
4. Administrator
Uraian tugas :
a. Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
b. Bertanggungjawab terhadap bahan yang digunakan di CSSD
c. Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
d. Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
e. Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun melalui telp.
f. Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian terkait pelaporan.
g. Dapat menjalankan tugas administrasi dan stok CSSD dengan baik.
h. Dapat menerima tekanan kerja.
i. Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
j. Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan, gedung/
bangunan dan aset yang ada.
Kualifikasi Tenaga:
1. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat.
2. Dapat belajar dengan cepat.
3. Mempunyai ketrampilan administrasi yang baik.
4. Personal hygiene baik.
5. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
7. Disiplin dalam mengerjakan pelaporan bulanan, stok opname, anfrah BMHP, dll.
Kualifikasi Tenaga:
1. Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan kursus/ pelatihan
sterilisasi.
2. Dapat belajar dengan cepat.
3. Mempunyai ketrampilan yang baik.
4. Personal hygiene baik.
5. Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
6. Disiplin dalam mengerjakan tugas harian.
12
BAB III
STANDAR FASILITAS
Sarana fisik dan peralatan di CSSD sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan membantu pelayanan
di pusat sterilisasi rumah sakit.Dalam perencanaan sarana fisik dan bangunan sebaiknya melibatkan
staf CSSD. Mengingat pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana CSSD mempunyai
tugas pokok menerima bahan dan alat medik dan menjadikan seluruh bahan dan alat medik dari
semua unit di rumah sakit dalam kondisi rsirsirsirsisteril serta mendistribusikannya sesuai kebutuhan
kondisi steril. Hal ini tidak lepas dari menentukan lokasi/ tempat CSSD berada.
A. Bangunan CSSD
Yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
1. RS dengan 200 TT, luas bangunan minimal 130 m2.
2. RS dengan 400 TT, luas bangunan minimal 200 m2.
3. RS dengan 600 TT, luas bangunan minimal 350 m2.
4. RS dengan 800 TT, luas bangunan minimal 400 m2
5. RS dengan 1000 TT, luas bangunan minimal 450 m2
Denah ruang CSSD (Lampiran 1)
B. Lokasi CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/ bahan steril terbesar di rumah
sakit seperti kamar bedah, ICU, unit perawatan, dll di rumah sakit. Penetapan/ pemilihan lokasi
yang tepat akan memudahkan dan berdampak pada efisiensi kerja dan meningkatkan
pengendalian infeksi di rumah sakit. Lokasi ytang tepat akan meminimalkan resiko kontaminasi
silang karena pengaruh lalu lintas/ transportasi alat steril. Unit CSSD diupayakan juga dekat
dengan loundry atau pencucian linen karena set linen untuk kebutuhan steril akan lebih mudah
dalam penyiapannya.
1. Ruang dekontaminasi
Ruang ini didesain untuk penerimaan barang kotor. Unit yang mengirimkan alat kotor setelah
digunakan melalui ruang ini. Ruang dekontaminasi harus dapat menampung semua barang
kotor yang akan dibersihkan dan akan menjalani proses sterilisasi. Ruang dekontaminasi
direncanakan, dipelihara dan selalu dikontrol untuk mendukung efisiensi proses
dekontaminasi dan untuk melindungi petugas penerimaan CSSD dari benda-benda tajam,
yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya.
Pada satelit pelayanan CSSD yang berada di unit, sebisa mungkin dibuat desain yang sama
dengan CSSD, sehingga keamanan dan keselamatan petugas juga tetap terjamin.
13
Ventilasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa mikroorganisme dari satu termpat ke
tempat lainsehingga dapat mengkontaminasi alat kesehatan yang sudah melewati
dekontaminasi, alat bersih siap disterilkan dan bahkan alat yang sudah steril. Oleh sebab itu,
ruang dekontaminasi harus mempunyai system ventilasi yang baik, yaitu:
a. Udara dapat keluar/ dengan dihisap. Ruang dekontaminasi dengan menggunakan system
sirkulasi udara yang mempunyai filter.
b. Tekanan udara harus negative supaya tidak mengkontaminasi udara ruang lainnya.
c. Tidak dianjurkan penggunaan kipas angin.
Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan ruang, alat dan bahan yang ada di
CSSd harus menggunakan pembersih yang sesuai.Debu, serangga dan vermin adalah
pembawa mikroorganisme penyebab/ penyebar infeksi. Harus ada peraturan tertulis
mengenai prosedur pengumpulan sampah, pembuangan limbah dan transportasinya. Hal ini
diberlakukan pada sampah dan limbah baik yang menyebabkan infeksi dan yang berbahaya
atau tidak.
14
2. Ruang Setting alat
Diruang ini dilakukan proses pengemasan alat. Alat kesehatan sebelum masuk mesin
sterilisasi disetting sesuai dengan kebutuhan alat yang dibutuhkan oleh berbagai unit/
ruangan. Diruang ini juga menyimpan alat dan bahan bersih dan dianjurkan ada tempat
penyimpanan barang bersih.
3. Ruang Produksi dan Setting Linen
Ruang ini adalah ruang untuk mempersiapkan bahan penunjang seperti kassa, kapas, cotton
swabs, handscoon, dan lain-lain. Diruang ini juga dilakukan pemeriksaan linen dari loundry,
dilipat dan dikemas berdasar setting linen kebutuhan kamar bedah, kamar bersalin,
poliklinik, IGD dan ruang lain yang membutuhkan. Pada daerah ini terdapat rak penyimpanan
barang dan linen untuk persiapan sterilisasi.
4. Ruang Sterilisasi
Dari ruang produksi dan setting linen, alat, bahan dan barang masuk ke mesin sterilisasi.
Proses sterilisasi ini dilakukan berdasar bahan dan jenisnya. Desain mesin sterilisasi pintu
masuk alat bersih berbeda dengan pintu keluar saat alat sudah steril. Hal ini untuk
mengurangi kemungkinan kontaminasi barang yang sudah steril terhadap kontaminan. Untuk
ruang sterilisasi dengan menggunakan Etilen Oksida, sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang
terpisah tetapi masih dalam satu unit dan memungkinkan udara keluar atau penggunaan
ekshouse.
5. Ruang Penyimpanan Barang Steril
Ruang ini berada dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila menggunakan mesin sterilisasi dua
pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang simpan barang steril.
Penerangan pada ruang ini harus memadai, suhu ruang antara 18- 22 Celcius dan
kelembaban 35-75 %, menggunakan tekanan positif dan mempunyai dinding lantai keras tapi
halus sehingga mudah dibersihkan. Alat steril yang disimpan ditata di atas rak penyimpanan
yang ada jarak dari lantai 19-24 cm dan minimum 43 cm dari langit-langit. Rak mempunyai
jarak 5 cm dari dinding untuk memudahkan pembersihan. Hindari terjadinya penumpukan
debu pada kemasan dan jangan letakkan rak dekat dengan kran atau saluran air lainnya.
Petugas yang berdinas di ruang penyimpanan barang steril adal;ah petugas yang terlatih,
sehat, terbebas dari penyakit menular terutama yang ditularkan melalui droplet. Petugas
didalam ruang penyimpanan bahan steril menggunakan jas khusus yang sesuai dengan
persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan barang steril tidak berada di lalu lintas utama
dengan pintu khusus dan jendela yang minim untuk mengurangi kemungkinan kuman dari
luar masuk.
D. Pemeliharaan Mesin Sterilisasi
Beberapa hal mengenai pembersihan dan pemeliharaan alat CSSD adalah :
1. Mesin sterilisasi harus benar-benar disiapkan setiap hari sebelum digunakan. Pembersihan
dilakukan setiap hari. Pembersihan mingguan atau periodic dilakukan sesuai dengan yang
disarankan produsen mesin.
2. Perbaikan terhadap komponen umum dapat dilakukan oleh RS dengan petugas yang telah
mendapat pelatihan dari supplier alat.
15
3. Perbaikan komponen hanya dilakukan oleh pihak supplier dan petugas RS yang
berkompeten.
4. Staf teknisi yang terlibat dalam pemeliharaan peralatan CSSD harus terlatih oleh lembaga
berwenang atau pihak pembuat mesin sterilisasi tersebut.
5. Produsen mesin harus membuat instruksi tertilis untuk pemeliharaan mesin sterilisasi.
E. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat secara periodic dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kalibrasi alat
harus dilakukan oleh orang terlatih terhadap jenis mesin sterilisasi. Secara periodic minimal
sekali dalam setahun dilakukan oleh BPFK atau Badan Pengamanan Fasilitas Kesehatan
Departemen Kesehatan atau agen tunggal pemegang merk alat.
F. Pendokumentasian
Setiap mesin yang ada mempunyai dokumentasi riwayat pemeliharaan/ perawatan mesin.
Dokumentasi ini tersimpan dan dilaporkan pada bagian pemelihgaraan sarana medis RS Islam
Sultan Agung Semarang, teknisi CSSD atau pihak yang membutuhkan perawatan mesin tersebut.
Informasi yang dimuat adalah:
1. Tanggal permohonan servis/ maintenance mesin.
2. Model dan jenis alat.
3. Nama teknisi servis.
4. Alasan/ hasil servis (deskripsi yang dilakukan).
5. Jenis dan kuantitas suku cadang jika ada yang diganti.
6. Keterangan/ lain-lain
16
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN CSSD
Pusat sterilisasi (CSSD) melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan alat dan bahan
kondisi steril. Dalam melaksanakan tugasnya, CSSD selalu berhubungan dengan unit lain diantaranya
yaitu :
Bagian loundry/ pencucian.
Instalasi pemeliharaan sarana.
Instalasi farmasi.
Sanitasi.
Satelit CSSD unit
PPI.
Gudang logistic/ perlengkapan.
Perawatan (rawat inap, unit khusus, dll).
2. Alur Kerja
Alur kerja yaitu urutan-urutan dalam melakukan proses terhadap alat/ bahan. Dibuatnya alur
supaya :
1. Pekerjaan dapat effektif dan efisien.
2. Menghindari terjadinya kontaminasi silang.
3. Jarak yang ditempuh pekerja lebih simple dan tidak bolak-balik.
4. Memudahkan dalam pemantauan.
Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar bersih sebelum
dilakukan sterilisasi.
19
Metode Merendam dan Membilas
Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan hampir
semua partikel yang tidak tampak, dan menyiapkan alat-alat agar aman untuk proses
desinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual maupun mekanikal atau
kombinasi keduanya. Untuk memastikan kebersihan al;at dan supaya tidak merusak alat,
maka:
- Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
- Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20 C-43 C selama 15-20 menit dan atau
dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah dan protein lainnya untuk
mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan juga membantu menghilangkan
mikroorganisme.
- Penggunaan enzymatic sesuai ketentuan produk pabrikan.
- Bilas dengan air keran yang mengalir untuk menghilangkan protein dan partikel-partikel
kotoran.
Mencuci Manual
- Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang lembut dan rumit.
- Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang disarankan oleh produsen
alat.
- Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi menggunakan air
deionisasi atau air sulingan.
- Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui proses berikutnya.
Mencuci Mekanik
- Menggunakan mesin cuci akan dapat meningkatkan produktifitas, lebih bersih dan lebih
aman untuk petugas.
- Pembersih ultrasonic melepas semua kotoran dari seluruh permukaan alat/ instrument.
- Alat pembersih juga perlu dilakukan pembersihan secara rutin.
Desinfeksi Kimia
- Pemilihan jenis desinfeksi berdasarkan pemakaian alat dan level desinfeksi yang
diperlukan untuk pemakaian tersebut.
- Harus sesuai label instruksi dari produsen alat dan bahan tersebut.
2. Pengemasan
Pengemasan yang dimaksud adalah termasuk semua material yang tersedia untuk
membungkus, mengemas dan menampug alat-alat yang dipakai ulang sebelum proses
sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan pengemasan adalah sebagai perlindungan
terhadap alat dan bahan terhadap segala penyebab yang merusak kondisi steril.
3. Metode Sterilisasi
a) Sterilisasi Panas Kering
Terjadi melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorbsi oleh
permukaan luar dari alat yang disterilkan lalu merambat ke bagian dalam permukaan
sampai akhirnya suhu sterilisasi tercapai. Biasanya digunakan pada bahan yang
terbuat dari kaca.
b) Sterilisasi Etilen Oksida (EtO)
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang baik, dan
juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya selama waktu
aerasi
21
c) Sterilisasi uap
Uap dapat membunuh mikroorganisme melalui denaturasi dan koagulasi sel protein
secara irreversible.
d) Mesin sterilisasi uap dan vacum (STEAM)
Proses sterilisasi yang menggunakan uap jenuh di bawah tekanan untuk waktu
paparan tertentu dan pada suhu tertentu.
e) Sterilisasi dengan Plasma
Pada plasma yang terbentuk dari hidrogen piroksida
f) Sterilisasi suhu Rendah Uap Formaldehid
Telah lama digunakan untuk mendisinfeksi ruangan, lemari, maupun instrumen.
Sayangnya formaldehid (dalam keadaan tunggal) tidak dapat digunakan untuk
sterilisasi alat rentan panas, khususnya dengan lumen kecil, karena daya
penetrasinya lemah serta aktivitas sporisidalnya juga lemah.
22
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :
a. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.
Setiap item/kemasan yang akan disterilkan harus mencantumkan identitas
berupa nomor lot yang mencakup nomor mesin sterilisasi, tanggal proses
sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari mesin sterilisasi.
Pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat diperlukannya melakukan
recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan.
c. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok,
walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada kejadian
yang dialami oleh kemasan tersebut.
Penetapan batas kadaluarsa pada semua peralatan sesuai kesepakatan dengan
komite PPI setelah melakukan pemeriksaan mikrobiologi. Batas kadaluarsa-
Shelf Life untuk kemasan steril lebih terkait pada suatu kondisi daripada waktu.
Semua peralatan yang telah benar penanganan, dibungkus, disterilkan dan
disimpan dengan baik pada kondisi lingkungan yang terkontrol dan ditangani
oleh tangan yang bersih akan selalu steril tanpa batas waktu, kecuali terdapat
kondisi kemasan terganggu (rusak, bocor, kotor, basah).
Tetapi jaminan penyimpanan di unit kerja masing-masing belum dapat
disamakan. Sehingga CSSD dan komite PPI membuat standar waktu sebagai
batas kadaluarsa.
a. Kadaluarsa alat kritikal/ instrumen adalah 6 (enam) bulan dari tanggal proses
sterilisasi
b. Tanggal kadaluarsa linen atau set yang dibungkus dengan linen adalah 3
(tiga) hari dari tanggal proses sterilisasi
23
c. Tanggal kadaluarsa untuk alat re use dengan menggunakan sterilisasi suhu
rendah (EO) adalah 1 (satu) tahun dari tanggal proses sterilisasi
d. Tanggal kadaluarsa untuk barang single use yang dilakukan reuse adalah
sesuai penanganan sterilisasinya. Jika penggunaan mesin steam/ suhu tinggi
sama halnya dengan yang 1(satu) bulan, jika penanganan menggunakan
mesin EO/ suhu rendah, masa kadaluarsa bisa 1 (satu) tahun dari tanggal
pemprosesan
Hal ini dilakukan sebagai antisipasi penggunaan alat medis steril yang tidak
steril. Jika sudah melewati tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan,
sementara keutuhan alat dan fungsi masih baik, unit pengguna dapat
mengembalikan produk ke CSSD untuk dilakukan proses sterilisasi kembali.
b. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam
rangka kinerja dari pengelolaan sterilisasi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang.
24
BAB V
LOGISTIK
Adapun prosedur yang perlu diperhatikan dalam proses permintaan barang (stock) ke logistik farmasi
yaitu :
1. Petugas Administrasi menulis permintaan barang (stock) secara tertulis di buku permintaan
barang dengan sepengetahuan penanggungjawab CSSD
2. Buku permintaan dicek dan ditanda tangani oleh penanggungjawab CSSD
3. Petugas Administrasi menyerahkan buku permintaan kepada Petugas pengadaan logistik
Farmasi.
4. Petugas Pengadaan farmasi menerima buku permintaan barang dan melakukan pengecekan.
5. Pada hari yang sudah disepakati, Petugas logistik farmasi menyampaiakan untuk pengambilan
barang yang sudah disiapkan sesuai pesanan ke gudang farmasi.
6. Petugas Administrasi melakukan pengecekan antara Bon permintaan dengan barang yang
diserahkan
7. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan, Administrasi menandatangani
penerimaan pada Bon permintaan.
8. Barang yang telah diterima di buatkan tanda terima barang oleh Petugas logistik farmasi.
9. Petugas Administrasi dibantu petugas lain menempatkan Barang ke dalam lemari stok barang.
Adapun prosedur yang perlu diperhatikan dalam proses permintaan barang (stock) ke logistik yaitu :
1. Petugas Administrasi /koordinator menulis bon permintaan barang (stock) secara tertulis di
form permintaan barang.
1. Bon permintaan dicek dan ditanda tangani oleh Penjab CSSD
2. Petugas Administrasi /koordinator menyerahkan bon permintaan kepada Petugas Pengadaan.
3. Petugas Pengadaan menerima bon permintaan barang.
4. Pada hari berikutnya sesuai yang disepakati petugas administrasi /koordinator mengambil
barang yang telah diminta ke pengadaan.
5. Petugas administrasi /koordinator melakukan pengecekan antara bon permintaan dengan
barang yang diserahkan.
6. Apabila barang yang diserahkan sesuai dengan permintaan, administrasi/koordinator
menandatangani penerimaan pada Bon permintaan.
25
7. Barang yang telah diterima dicatat oleh petugas administrasi /koordinator ke dalam kartu
inventaris barang pengadaan.
8. Petugas administrasi /koordinator menempatkan barang ke dalam lemari stok barang.
26
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Merupakan suatu system yang membuat asuhan pasien di Rumah Sakit menjadi lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.
B. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien (Patient Safety) :
27
C. Keselamatan Umum
1. Aturan Umum Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan aturan yang penting untuk mencegah penyebaran infeksi,
langkah – langkahnya sebagai berikut :
a. Tuangkan Cairan anti septik/ sabun ke telapak tangan secukupnya.
b. Gosokkan kedua telapak tangan.
c. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
d. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
e. Jari – jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tanagn kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
h. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
i. Keringkan kedua tangan dengan tissue.
b. MASKER harus cukup besar untuk melindungi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan
rambut pada wajah(jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar
sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta
untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau
mulut petugas kesehatan. Bila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka
masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua hal tersebut.
28
c. ALAT PELINDUNG MATA melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh
lain dengan cara melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata (goggles)
plastik bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor. Petugas kesehatan
harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah, jika melakukan
tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja ke arah wajah.
Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata
pelindung atau kacamata biasa serta masker.
d. TOPI digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak tercampur ke limbah infeksius. Topi harus cukup besar untuk menutup
semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah perlindungan pada
petugas, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya dari darah atau
cairan tubuh yang terpercik dari limbah infeksius.
e. APRON yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk
sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus
mengenakan apron ketika melakukan penghitungan dan pemilahan linen kotori. Apron
akan mencegah cairan tubuh pasien yang ada di linen mengenai baju dan kulit petugas
kesehatan.
f. PELINDUNG KAKI digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam
atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sepatu yang
tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus tersedia di Laundry.
30
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan,
kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang berhubungan
dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan
tidak langsung.
Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja
yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat K3RS adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber
daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah
sakit.
B. Tujuan
1. Keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan
cidera serta mempertahankan kondisi yang aman bagi sumber daya manusia Rumah
Sakit, pasien, pendamping pasien, dan pengunjung
2. Pengaturan K3RS bertujuan untuk terselenggaranya keselamatan dan Kesehatan Kerja
di Rumah Sakit secara optimal, efektif, efisien dan berkesinambungan
3. Manajemen risiko K3RS bertujuan untuk meminimalkan risiko keselamatan dan
kesehatan di Rumah Sakit sehingga tidak menimbulkan efek buruk terhadap
keselamatan dan kesehatan SDM Rumah Sakit, pasien, pendamping pasien, dan
pengunjung
31
1. manajemen risiko K3RS;
2. keselamatan dan keamanan di Rumah Sakit;
3. pelayanan Kesehatan Kerja;
4. pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan Kesehatan
Kerja;
5. pencegahan dan pengendalian kebakaran;
6. pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja;
7. pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan
8. kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.
G. Pelayanan Kesehatan Kerja dilakukan secara komprehensif melalui kegiatan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
1. Kegiatan yang bersifat promotif paling sedikit meliputi pemenuhan gizi kerja, kebugaran,
dan pembinaan mental dan rohani.
2. Kegiatan yang bersifat preventif paling sedikit meliputi imunisasi, pemeriksaan
kesehatan, surveilans lingkungan kerja, dan surveilans medik.
3. Imunisasi dilakukan bagi tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan serta SDM Rumah
Sakit lainnya yang berisiko
32
Jenis pemeriksaan kesehatan disesuaikan berdasarkan risiko pekerjaannya.
1. Kegiatan yang bersifat kuratif paling sedikit meliputi pelayanan tata laksana penyakit
baik penyakit menular, tidak menular, penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja,
dan penanganan pasca pemajanan (post exposure profilaksis).
2. Kegiatan yang bersifat rehabilitatif paling sedikit meliputi rehabilitasi medik dan program
kembali bekerja (return to work).
33
6. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa
kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-
rambu peringatan
7. Pada saat mencuci instrument di dalam sink, perhatikan untuk selalu menggosok
dibawah permukaan air untuk mencegah terjadinya aerosol yang dapat terhirup
K. Penyiapan Proses Sterilisasi dan Daerah Sterilisasi
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang sudah
mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara menggunakan mesin
sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja
dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-barang steril menjadi lebih terjamin.
Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini meliputi luka bakar pada kulit maupun
membran mukosa, akibat kelalaian pada penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu
dekatnya posisi terhadap sumber panas (sterilisasi uap atau kereta barang yang panas). Luka
bakar elektris, akibat penggunaan instrument/alat listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat
kimia sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan.
34
a. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai
desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan
virusidal
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi,
dan penatalaksanaan sirkulasi
b. Formaldehid
Formaldehid adalah gas tidak berwarna dengan bau menyengat. Umumnya digunakan
sebagai disinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung formaldehid dan
methanol dengan kadar bervariasi (biasanya antara 12-15 %)
35
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
c. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi kimia
alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam pembuatan
etilen glikol, fungisida, dan fumigan bahan makanan dan tekstil
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berupa penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi, dan penatalaksanaan sirkulasi
d. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat, hidroksibenzena,
asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak digunakan sebagai desinfektan
rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan untuk menghilangkan bau
busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan antiseptic dengan konsentrasi
antara 1-2 %. LDL oral pada manusia adalah 140 mg/kg.
Bahaya utama pada kesehatan
Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada keadaan
37
berulang atau berat : kemerahan, gatal dan luka
bakar
Kronis pada kulit : Eritema, vesikel, dan akhirnya padat
mengalami dermatitis kontak
Pemaparan mata : Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih, edema
palpebra dan iritis, nyeri abdomen, muntah dan rash.
Jika konsentrasi fenol > 5 % dapat menyebabkan luka
bakar pada pada mulut dan esophagus
Efek pada sistem kardiovaskuler : Hipotensi dan syok
Efek pada ginjal : Urin berwarna gelap karena hemoglobinuri
Efek pada pernafasan : Depresi pernafasan dan gagal nafas
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Berikan terapi suportif berup penatalaksanaan jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi
dengan oksigen lembab 100 %, dan penatalaksanaan sirkulasi
39
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan
dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu
pelayanan Rumah Sakit.
Definisi Indikator
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan suatu
variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi
juga spesifik.
Kriteria
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang dalam
situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat
performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip dasar
sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan petugas
d. Kepuasan pasien
e. Sarana dan lingkungan fisik
41
BAB IX
PENUTUP
Pedoman Pelayanan CSSD merupakan suatu panduan yang menjadi acuan dan diharapkan dapat
membantu rumah sakit pada umumnya dan bagian CSSD pada khususnya untuk menambah
pengetahuan tentang tata cara pelayanan CSSD di rumah sakit yang sesuai dengan prosedur dan
peraturan perundangan yang berlaku.
Mudah-mudahan buku ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman bagi petugas CSSD di
Rumah sakit.
Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 04 Sya’ban 1440 H
20 April 2019 H
Tembusan Yth :
1. Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2. Unit terkait
3. Arsip
42