Anda di halaman 1dari 3

Hasil :

Perlakuan Hasil
1. Penimbangan berat 1. 135,1 gram
badan tikus
2. Pemberian 5 ml 2. -
suspensi natrium
diklofenak
3. Didiamkan selama 3. Detik pertama tikus
15 menit , dan di menjilat, detik ke
masukan ke hot plate lima tikus meloncat
4. Dimasukkan ke 4. Detik ke tiga tikus
dalam hot plate meloncat
kembali setelah
didiamkan selama 10
menit

Pembahasan :
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi
atau menghalau rasa sakit atau nyeri. Pada praktikum kali ini, dilakukan uji
analgesik pada hewan coba tikus dengan menggunakan obat natrium diklofenak
50 mg yang memiliki efek sebagai penghilang rasa sakit (analgetik), hal yang
pertama dilakukan adalah menimbang berat hewan coba, untuk menentukan dosis
obat yang akan diberikan, kemudian disiapkan obat yang akan di gunakan dalam
percobaan analgesik tersebut yaitu suspense natrium diklofenak sesuai dosis yang
telah diperhitungkan, lalu diberi perlakuan terhadap hewan coba dengan
memberikan 5 ml suspense natrium diklofenak tersebut kepada hewan coba
(tikus) secara oral.
Hewan coba (tikus) yang telah diberi perlakuan didiamkan selama 15
menit untuk memberi waktu terhadap obat hingga menimbulkan efek. Setelah itu
tikus dimasukkan ke dalam hotplate, dimana panas yang ditimbulkan oleh hot
plate akan direspon oleh reseptor nyeri (nosiseptor) di dalam kulit. dan diamati
pada detik keberapa tikus mulai menjilat dan meloncat. Didapatkan hasil dimana
tikus menjilat pada detik pertama dan melompat pada detik ke lima
Setelah percobaan pertama, tikus di istirahatkan selama 10 menit sebelum
percobaan kedua. Setelah 10 menit, tikus dmasukkan kembali ke dalam hotplate,
didapatkan hasil di mana tikus langsung meloncat pada detik ke tiga. Hal ini
disebabkan karena respon nyeri yang dirasakan tikus sehingga timbul respon
berupa menjilat dan juga melompat. Percobaan dengan stimulasi panas
menggunakan kulit sebagai daerah yang akan diberi rangsangan. Panas yang
merupakan sumber rangsangan pada percobaan ini jika mengenai kulit akan
mengaktifkan termoreseptor, yang pada akhirnya menyebabkan hewan coba
segera menjauhkan diri dari sumber rangsangan.
Ketika dimasukkan ke dalam hot plate, tikus langsung memberi respon
berupa menjilat dan melompat pada detik 1, 3 dan 5, dimana hal tersebut
menunjukkan tikus sudah merasakan nyeri pada kulitnya pada waktu – waktu
tersebut dan sekaligus menandakan bahwa efek dari natrium diklofenak yang
tidak bekerja secara optimal. Berdasarkan literature yang diperoleh, penyebab
natrium diklofenak yang tidak bekerja secara optimal disebabkan karena waktu
yang diberikan untuk obat menimbulkan efek hanya 15 menit sedangkan pada
literature waktu yang diberikan yaitu 30 menit. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan waktu praktikum yang tersedia.
Respon melompat pada tikus setelah 10 menit diistirahatkan menjadi lebih
cepat dari yang sebelumnya, hal ini dikarenakan suhu pada hotplate yang tidak
konstan yaitu suhu hotplate yang lebih tinggi dari sebelumnya. Hal ini tidak sesuai
dengan literature dimana seharusnya percobaan dengan hotplate ini dilakukan
dengan menepatkan hewan coba pada papan panas dengan temperature konstan.

Kesimpulan :
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa obat natrium
diklofenak tidak memberikan efek analgesik yang optimal, hal ini ditandai dengan
hewan coba yang meloncat dan menjilat tangannya sendiri pada detik – detik awal
saat diuji pada hotplate.

Daftar pustaka :
Le Bars, D., Gozariu M., and Cadden S.W. 2001. Animals Models
Nociception. Pharmacol Rev. 53(4): 597-652.

Lampiran :

Anda mungkin juga menyukai