Anda di halaman 1dari 4

Nama : Masrawati Hulu

NIM : 180101053

Judul Thesis :

1. Faktor Faktor Yang Berhubungan Tentang Pengetahuan


Kesiapsiagaan Bencana Erupsi Gunung Sinabung Pada Masyarakat
Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019.

2. Faktor Faktor Yang Berhubungan Tentang Kesehatan Reproduksi


Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Di Kota
Telukdalam Kabupaten Nias Selatan

1. Faktor Faktor Yang Berhubungan Tentang Pengetahuan Kesiapsiagaan Bencana


Erupsi Gunung Sinabung Pada Masyarakat Kabupaten Karo Provinsi Sumatera
Utara Tahun 2019.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai negara yang tercakup pada satu planet yang bernama bumi memiliki
kemungkinan untuk terjadinya berbagai bencana alam mengingat beberapa struktur lapisan
yang membentuk bumi mengakibatkan perubahan, pergeseran ataupun kerusakan yang
berdampak pada suatu fenomena ataupun peristiwa yang menganggu penghidupan atau
kehidupan seluruh komunitas ataupun populasi yang menempati wilayah di suatu Negara.
Bencana alam terbagi atas bencana yang disengaja maupun disengaja, Bencana alam
yang disengaja merupakan bencana yang terjadi atas perilaku manusia yang mengganggu
ekosistem alam seperti masyarakat yang berada pada suatu daerah yang memiliki pola
perilaku tidak disiplin dan bertanggung jawab dengan membuang sampah sembarangan dan
membiarkannya tanpa mengolah dan mengacu pada prinsip 3R, serta bencana yang tidak
disengaja merupakan bencana yang disebabkan karena rusaknya ekosistem akibat perubahan,
pergesaran struktur bumi. Seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami, hingga gunung
meletus yang tercatat telah memberikan sumbangsih terhadap penekanan angka mortalitas.
Terutama peristiwa gunung meletus yang telah terjadi di Indonesia seperi peristiwa
gunung kelud, merapi, galunggung hingga Krakatau yang telah menyebabkan perubahan
iklim global dan menyebabkan gelapnya dunia hingga kurun waktu 2 setengah hari akibat
tertutupnya atmosfir oleh debu vulkanis.
Secara geografis Indonesia dikepung oleh tiga lempeng dunia, yaitu Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Sewaktu – waktu lempeng ini akan
bergeser patah dan menimbulkan gempa bumi. Akibatnya, tumbukan antarlempeng tektonik
dapat menghasilkan tsunami seperti yang terjadi di Aceh. Selain dikepung oleh tiga lempeng
dunia, Indonesia juga merupakan jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik) yang
merupakan rangkaian jalur gunung api aktif.
Berbagai ancaman bencana alam yang datang tanpa dapat direncanakan tersebut,
masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana seharusnya mempersiapkan diri
menghadapi musibah dan bencana alam sebagai upaya meminimalisasi jumlah korban.Salah
satu bentuk persiapan adalah mitigasi. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana
Salah satu bentuk penerapan mitigasi pada keadaan bencana sebagai upaya
meminimalisasi dampak musibah dapat dilihat dan diperhatikan pada penanganan bencana
Gunung Sinabung pada tahun 2016. Upaya mitigasi pemerintah adalah dengan Instruksi
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Willem Rampangilei kepada Pemerintah
Kabupaten Karo agar mengosongkan zona merah, tak bisa ditawar lagi, harus cepat
dilakukan. Pemerintah Karo harus tegas kepada mereka yang bertahan di kawasan bahaya
dan memindahkannya ke tempat yang aman dari ancaman bencana alam Sinabung. Bencana
alam kadang sulit ditakar dan diperkirakan tibanya. Cara termudah untuk mengantisipasinya
adalah menghindar. Penduduk yang telah turun-temurun tinggal di situ masih berpikir
pentingnya ikatan dengan daerahnya. Apalagi ladang tempat mereka menggantungkan hidup
berada di situ juga. Dengan belasungkawa yang dalam terhadap korban, serangkaian upaya
mengurangi risiko serta penyadaran menghadapi bencana alam di hari-hari mendatang
semestinya dilakukan lebih ketat dan tegas.
Di samping itu, penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana
Gunung Sinabung juga perlu disiapkan antara lain sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal
di sekitar rawan bencana Gunung Sinabung. Latihan evakuasi, persiapan dapur umum,
manajemen tandu dan tenda, manajemen pengungsi, dan koordinasi pemerintah desa adalah
beberapa contoh pelatihan bagi masyarakat sebagai upaya menghadapi bencana meletusnya
Gunung Sianabung.
Dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya mitigasi apa saja yang telah
dipersiapkan oleh pemerintah daerah dan masyarakat yang tinggal di sekitar kaki gunung
untuk menghadapi ancaman bencana adanya erupsi Gunung Sinabung. Peneliti juga
diharapkan mampu melihat kekurangan apa saja yang terdapat di lapangan sebagai upaya
mitigasi bencana Gunung Sinabung di Kabupaten karo. Selain itu, peneliti ini juga
diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai upaya mitigasi yang baik,
tepat, dan aman sehingga upaya yang terarah dan terencana dapat meminimalisasi kerugian
akibat bencana meletusnya Gunung Sinabung baik secara material maupun nonmaterial.
B. Tujuan Peneliti
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi serta
mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja
dengan aman (safe).
2. Dapat mengetahui ciri-ciri gunung meletus sehingga dapat mengurangi kehilangan
harta dan nyawa.
3. Untuk mengetahui tentang Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana erupsi gunung
sinabung.

C. Rumusan Masalah
1. Faktor faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya bencana alam gunung
meletus.
2. Dampak apa yang ditimbulkan dari bencana erupsi gunung sinabung.
3. Peran Pemerintah dalam penanggulangan bencana erupsi gunung sinabung.
4. Peran Perawat atau kesehatan Dalam Tanggap Bencana.
2. Faktor Faktor Yang Berhubungan Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku
Seksual Pranikah Pada Remaja Di Kota Telukdalam Kabupaten Nias Selatan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini
merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang
meliputiperubahan biologi, perubahan psikologi, dan perubahan sosial. Di sebagian masyarak
at dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada
usia 18-22 tahun. World Health Organization (WHO) remaja merupakan individu yang
sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan
seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-
kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan
menjadi relatif mandiri.

Mohammad (1994) mengemukakan bahwa remaja adalah anak berusia 13-25 tahun,
di manausia 13 tahun merupakan batas usia pubertas pada umummnya, yaitu ketika secara
biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25 tahun adalah usia ketika mereka
pada umumnya, secara sosial dan psikologis mampu mandiri. Berdasarkan uraian di atas ada
dua hal penting menyangkut, batasan remaja, yaitu mereka sedang mengalami perubahan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa dan perubahan tersebut menyangkut perubahan fisik dan
psikologi.

Mengakhiri pada abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ditandai oleh fenomena
transisi demografi ini menyebabkan perubahan pada struktur penduduk, terutama struktur
penduduk menurut umur. Apabila sebelumnya penduduk yang terbesar adalah anak - anak
maka dalam masa transisi ini proporsi penduduk usia remaja semakin besar. Terdapat
36.600.000 (21% dari total penduduk) remaja di indonesia dan diperkirakan jumlahnya
mencapai 43.650.000. Pada awal abad ke-21.

Dalam remaja yang tidak sedikit meripakan potensi yang sangat berarti dalam
meelanjutkan pembangunan di Indonesia. Seperti yang tercantum dalam garis garis besar
pembangunan indonesia bahwa peminaan anak anak dan remaja dilaksanakan melalui
peningkatan gizi, pembinaan perilaku kehidupan beragama dan budi pekerti luhur,
penumbuhan minat beelajar, peningkatan daya cipta dana daya nalar serta kreatifitas,
penumbuhan idealisme dan patriotisme. Akan tetapi adanya ketidakseimbangan upaya
pembangunan yang dilakukan terutama terhadap remaja, akhirnya mmenimbulkan masalah
bagi pembangunan itu sendiri.

Salah satu dampak ketidak seimbangan pembangunan itu adalah terjadinya perubahan
mendasar yang menyangkut sikap dan prilaku seksual pranikah dikalangan remaja. Di
amerika latin anak muda berusia 15-24 tahun melakukan intercourse (hubungan seksual) rata-
rata pada usia 15 tahun bagi laki-laki dan usia 17 tahun bagi perempuan, sedangkan di
indonesia satu dari lima anak pertama yang dilahirkan pada wanita menikah pada usia 20-24
tahun merupakan anak hasil hubungan seksual sebelum menikah. Tidak tepat dan tidak
benarnya informasi mengenai seksual dan reproduksi yang mereka terima semakin membuat
runyam masalah perilaku seksual remaja pranikah.

1.2 Rumusan Maslah

a. Apa yang dimaksud dengan remaja dalam konsep kesehatan masyarakat?


b. Apa saja Faktor yang mempengarui kesehatan reproduksi pada remaja?
c. Dampak apa yang terjadi pada remaja ketika melakukan hubungan seks pranikah?
d. Bagaimana solusi yang tepat mengatasi masalah kesehatan reproduksi pada remaja?

1.3 Tujuan Penelitia


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan pendidikan kesehatan demi tercapianya derajat kesehatan pada
semua remaja baik laki-laki maupun perempuan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep kespro serta faktor yang mempengaruhi kesehatan anak
remaja.
b. Mendiskusikan latar belakang tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Perilaku
Seksual Pranikah Pada Remaja.

Anda mungkin juga menyukai