Anda di halaman 1dari 9

Hak Asasi Manusia

‘’Pelanggaran HAM yang terjadi di Abepura’’

Disusun oleh
Baiq Rossa Sephira Irne Putri
120118332
KP F
UNIVERSITAS SURABAYA
FAKULTAS HUKUM
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga
saya pada akhirnya bisa menyelesaikan tugas individu Hak Asasi Manusia yang
berjudul
saya berharap dengan selesainya tugas individu ini dapat menambah pengetahuan
bagi para pembaca. Namun daripada itu makalah ini masih jauh dari kata
sempurna maka dari itu saya masih butuh saran atau kritik dari para pembaca agar
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR ISI
Cover Makalah....................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................iii
Pendahuluan........................................................................................1
Isi.....................................................................................................6-9
Penutup.............................................................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Undang-Undang No.39 tahun 1999 telah dijelaskan bahwa pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM) yaitu setiap perbuatan seseorangatau kelompok
termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja ataupun kelalaian
yang secara hukum melawan ,mengurangi, menghalangi, membatasi dan
mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin undang-undang ini
dan tidakbisamendapat atau dikhawatirkan tidak akanbisamemperoleh
penyelesaian hukum secaraadil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang
berlaku.
Undang-undang tersebut yang saat ini sudah berubah menjadi UU No.26 tahun
2000 tentang pengadilan HAM yangmenjelaskan bahwa pelanggaran HAM
adalah setiap perbuatan individu atau kelompok termasuk aparat negara yang baik
disengaja atau tidak disengaja ataupun kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok
yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan atau dikhawatirkan
tidak akanbisamemperoleh penyelesaian hukum yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana anilisis penyelesaian kasus pelanggaran HAM Berat di Abepura ?

1.3 Latar Belakang


Untuk mengetahui bagaimana pemerintah dalam menyelesaikan kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di Abepura.

1.4 Kajian Teori


Pelanggaran HAM Berat
Merupakan pelanggaran HAM yang bisa membahayakan atau mengancam nyawa
orang lain. Pada penggolongan ini termasuk sebuah perbuatan besar dan di
pastikan mendapatkan hukuman yang sepadan sesuai dengan tingkatan
pelanggaran yang dilakukan.
Beberapa diantaranya yakni ada perbudakan, pembunuhan, penyanderaan,
perampokan dan lain sebagainya. Kiranya anda harus mengerti tentang
pengertian HAM terlebih dahulu untuk memberikan pemahaman dalam jenis
pelanggaran HAM berat ini antara lain :
1. Genosida
Kejahatan genosida, adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
memusnahkan atau menghancurkan sebagian atau seluruh kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara sebagai berikut:
 Membunuh anggota-anggota dari suatu kelompok;
 Mengakibatkan penderitaan fisik dan juga mental yang berat terhadap para
anggota kelompok;
 Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang dapat mengakibatkan
kemusnahan secara fisik;
 Memaksakan tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran di dalam
suatu kelompok; atau
 Memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok tertentu.
2. Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan, adalah perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang terencana atau meluas yang diketahui bahwa serangan tersebut
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
 Pembunuhan;
 Pemusnahan;
 Perbudakan;
 Pengusiran atau pemindahan penduduk asli secara paksa;
 perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan secara fisik atau
tidak secara sewenang-wenang yang melanggar ketentuan pokok hukum
internasional;
 Penyiksaan;
 Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk lain dari
kekerasan seksual;
 Penganiayaan terhadap suatu kelompok atau perkumpulan tertentu yang
didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui sebagai hal yang dilarang
menurut hukum internasional;
 Penghilangan orang secara paksa

BAB II
ISI
2.1 Kasus Pelanggaran HAM Berat yang terjadi di Abepura
Abepura 7 Desember 2000, sebuah peristiwa pelanggaran HAM berat
yang telah dilakukan oleh pihak aparat kepolisian ketika itu. Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia yang menyimpulkan bahwa tindakan pelanggaran HAM berat
ini dilihat karena tindakan aparat kepolisian ketika itu melakukan secara
sistematik serta meluas berupa penyiksaan, pembunuhan kilat, penganiayaan,
perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lainnya secara
sewenang-wenang yang ditujukan kepada kelompok sipil. Hal tersebut secara
jelas di atur pada pasal 9 UU. No. 26 tahun 2000 tentang Peradilan HAM.
Peristiwa pelanggaran HAM berat di Abepura Papua berawal dari sebuah
peristiwa penyerangan Mapolsek Abepura, pembakaran Ruko di Lingkaran
Abepura dan pembunuhan Satpam di Kantor dinas Otonom Kotaraja oleh
sekolompok orang. Peristiwa ini kemudian di respon oleh pihak aparat kepolisian
dalam hal ini Polisi Resort Jayapura yaitu Kapolres Jayapura AKBP Drs. Daud
Sihombing, SH dengan mengeluarkan perintah untuk pengejaran dan penyekatan,
yang kemudian melakukan penangkapan dan penyiksaan terhadap beberapa
orang. Beberapa tempat yang dilakukan pengejaran, penyekatan, penangkapan
dan penyiksaan oleh aparat kepolisian yaitu Asrama Ninmin, pemukiman warga
asal Kobakma Mamberamo, Asrama Mahasiswa Yapen Waropen, kediaman
Masyarakat Suku Lani asal Mamberamo, Pemukiman Masyarakat asal Suku Yali,
Anggruk di daerah Skyline Jayapura Selatan, dan Asrama Ikatan Mahasiswa
Ilaga.
Dari tindakan aparat kepolisian yang melakukan penangkapan,
penahananan yang sewenang-wenang dan penyiksaan terdapat 105 orang korban
yang terdiri dari 9 orang perempuan dan 96 orang laki-laki. Akibat yang terburuk
dalam penangkapan dan penahanan yang sewenang-wenang dua orang meninggal
yaitu Orry Doronggi dan Johni Karunggu. Selain itu Elkius Suhuniap meninggal
ditempat karena ditembak oleh aparat kepolisian.
Pasal 24 tegas menyebutkan bahwa 'penuntutan wajib dilaksanakan
paling lambat 70 (tujuh puluh) hari terhitung sejak tanggal hasil penyidikan
diterima'. Penyerahan tersangka sendiri sudah dilaksanakan pada 4 Februari 2004
lalu. Celakanya, setahun sebelumnya Jaksa Agung MA Rachman pernah
mengatakan bahwa berkas penyidikan kasus Abepura sudah rampung.
Dalam kasus pelanggaran HAM di Abepura ini Komisi Hak Asasi
Manusia menetapkan dua tersangka yaitu Brigjen Polisi Drs. Johny Wainal
Usman saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade Mobil Jayapura dan
Kombes Polisi Drs. Sihombing, SH saat itu menjabat Kapolres Jayapura. Saat ini
kasus pelanggaran HAM berat Abepura akan diadili di Pengadilan Hak Asasi
Manusia di Makassar (tanggal 7 Mei 2004). Sebuah proses persidangan
pelanggaran Hak Asasi Manusia pertama kalinya digelar di Makassar, sejak
Pengadilan HAM ada di Makassar.
Menurut saya, dari tindakan HAM berat yang telah dilakukan oleh pihak
aparat kepolisian. Mengapa hal tersebut terklasifikasi HAM berat? Karena
menurut Komisi Nasional Hak Asasi Manusia tindakan aparat kepolisian ketika
itu melakukan secara sistematik serta meluas berupa penyiksaan, pembunuhan
kilat, penganiayaan, perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik
lainnya secara sewenang-wenang yang ditujukan kepada kelompok sipil.
Di dalam kasus ini terdapat pelanggaran berupa penyiksaan,
pembunuhan kilat, penganiayaan, perampasan kemerdekaan atau perampasan
kebebasan fisik.Hal tersebut melanggar ketentuan pasal 9 UU. No. 26 tahun 2000
tentang Peradilan HAM. Di dalam ketentuan pasal 9 UU. No. 26 tahun 2000
tentang Peradilan HAM, melanggar point pasal :
a.pembunuhan.
e.perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional.
f. penyiksaan.
h.penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya,
agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal
sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
j. penghilangan nyawa orang secara paksa.
Berikut kelanjutan kasus Abepura, yang saya kutip dari kompasiana.com,
Namun dalam keputusan sidang di pengadilan HAM permanen di Makassar 8-9
Sebtember 2005, para hakim memutuskan, 2 orang pelaku, Jonny Wainal Usman
dan Daud Sihombing dibebaskan tanpa jeratan hukum satupun justru
memberikan impunitas (pengampunan) kepada pelaku kejahatan kemanusian.
Persidangan itu telah berakhir dengan tangisan dan histeris para korban dan
perjuangan korban hanya menjadi sebuah tragedy yang berakhir dengan tragis
(kompasiana.com).
Menurut saya itulah bentuk ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat
sipil.Seharusnya, aparat hukum lebih tegas lagi dalam penanganan hukum yang
melibatkan Warga Negara Indonesia, apalagi masyarakat biasa yang memiliki
keterbatasan segala aspek.
Sifat hukum yang seharusnya adil terhadap berbagai kalangan juga harus
dijunjung tinggi.Jika tidak, maraknya pelanggaran Hak Asasi Manusia yang
dilanggar oleh pelaku yang mempunyai jabatan atau wewenang yang tinggi di
Indonesia, karena hukum itu bersifat adil, tidak boleh tumpul ke atas dan tajam
ke bawah.
Kasus ini juga harus menjadi cambukan oleh aparat penegak hukum di
Indonesia, agar kasus yang seperti ini tidak terulang lagi di Indonesia.Kasus ini
juga seharusnya penuntutan nya wajib dilaksanakan paling lambat 70 (tujuh
puluh) hari terhitung sejak tanggal hasil penyidikan diterima. Pasal 24 tegas
menyebutkan bahwa 'penuntutan wajib dilaksanakan paling lambat 70 (tujuh
puluh) hari terhitung sejak tanggal hasil penyidikan diterima'. Penyerahan
tersangka sendiri sudah dilaksanakan pada 4 Februari 2004 lalu. Celakanya,
setahun sebelumnya Jaksa Agung MA Rachman pernah mengatakan bahwa
berkas penyidikan kasus Abepura sudah rampung.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal
yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang
lain.
Dalam kehidupan bernegara, HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-
undangan, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh
seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses
pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam
Undang-Undang pengadilan HAM.

Anda mungkin juga menyukai