Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR

2.1 Wilayah Pesisir


Hakikat pembangunan adalah perubahan total suatu masyarakat atau
penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman
kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang
ada di dalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba
lebih baik secara material maupun spritual. Tiga hal tersebut bermuara pada
pencapaian tiga tujuan inti pembangunan :
1. Pemenuhan kebutuhan dasar
2. Peningkatan standar hidup
3. Perluasan pilihan-pilihan sosial dan ekonomi

Pembangunan dapat diartikan sebagai kenyataan fisik sekaligus tekad suatu


masyarakat untuk berusaha sekeras mungkin, melalui serangkaian kombinasi proses
sosial, ekonomi, dan institusional demi mencapai kehidupan yang lebih baik [M. P.
Todaro, 1998]. Sedangkan falsafah pembangunan suatu negara adalah upaya
meningkatkan kualitas hidup manusia dan lingkungannya dengan memperhatikan
kemampuan generasi masa kini dan masa mendatang. Pernyataan tersebut merupakan
konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) [Widiastuti, 2004].
Dalam konteks pembangunan wilayah pesisir dan laut, maka pembangunan
bermakna membuat potensi-potensi yang ada pada wilayah pesisir dan laut
bermanfaat bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat di masa sekarang dan yang
akan datang. Pemanfaatan potensi-potensi tersebut harus dilakukan melalui suatu
proses perencanaan pembangunan yang dibuat melalui pendekatan multidimensional.
Melalui pendekatan multidimensional tersebut, potensi-potensi sumber daya wilayah
pesisir dan laut dapat diubah menjadi sumber daya wilayah pesisir dan laut.
Proses multidimensional adalah mewujudkan kualitas kehidupan secara
bertahap dan berkesinambungan dalam berbagai bidang, dengan cara melakukan
perubahan mendasar dalam :
a. Struktur sosial
b. Sikap-sikap masyarakat
c. Institusi-intitusi nasional

8
Contoh kasus yang dapat menjelaskan proses multidimensional tersebut
diantaranya adalah mengenai penanggulangan sampah. Penyebab masalah sampah
dapat dilihat dari struktur sosialnya. Dapat dilakukan pendekatan melalui kesehatan
dan melalui kesejahteraan. Melalui pendekatan kesehatan, penanggulangan sampah
dapat melalui pemberian berbagai alternatif pola makan. Sedangkan melalui
pendekatan kesejahteraan, penanggulangan dilakukan dengan asuransi kesehatan.
Dilihat dari sikap-sikap masyarakat, ini menyangkut kultur yang ada pada
masyarakat. Yang diamati dari sikap-sikap masyarakat ini, apakah sudah ada niat
untuk membuang sampah pada tempatnya.
Dilihat dari institusi-institusi, yang merupakan pemerintah, apabila
pemerintah mengambil sikap yang membiarkan saja, tanpa adanya pembuatan
kebijakan yang berarti, maka ini sikap ini dapat diikuti oleh pihak-pihak yang lainnya,
sehingga dapat membentuk suatu kebenaran koherensi.

2.1.1. Pengertian Wilayah Pesisir


Dikaitkan dengan perencanaan, wilayah dapat diartikan sebagai ruang yang
merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang terbatas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.
Wilayah adalah ruang. Komponen ruang, yaitu :
(1) Unsur-unsur, manusia, fauna, flora (unsur alam), dan infrastruktur.
(2) Kesatuan Geografis, dikaitkan dengan ekosistem, hubungan semua
unsur/makhluk hidup dengan alamnya.
(3) Batas.

Glosari istilah perencanaan & pengelolaan sumber daya laut & pesisir,
sekretariat MREP, 1997 memberikan suatu definisi terhadap wilayah pesisir, yaitu :

” Suatu kawasan geografi luas dimana bercampur faktor-faktor terestrial & lautan
yang menghasilkan sistem-sistem bentuk daratan & ekologi yang unik.”

Jika kita berbicara mengenai pesisir, yang kita pikirkan adalah campuran.
Wilayah pesisir adalah wilayah yang rentan (memiliki sensitivitas yang tinggi),
artinya mudah rusak. [SULASDI, 2006].

9
Wilayah pesisir adalah pertemuan antara darat & laut. Ke arah darat wilayah pesisir
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat
laut seperti sifat pasut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ke arah laut wilayah
pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di
darat seperti sedimentasi & aliran tawar, juga yang disebabkan oleh kegiatan manusia seperti
penggundulan hutan & pencemaran. [Sugiharto, 1976, dalam SULASDI, 2006]

2.1.2. Batas Wilayah Pesisir


Batas wilayah pesisir tidak memiliki ketentuan yang pasti. Menurut PBB,
wilayah pesisir ke arah laut mencapai 3 mil, sedangkan yang masuk ke arah darat bisa
mencapai 60 km, akan tetapi, ukuran ini berlaku di daerah eropa, benua amerika, dan
afrika yang memiliki sungai-sungai dengan muara yang besar. Terminalisasi air laut
yang masuk ke darat tidaklah sama antara daerah eropa dengan Indonesia. Apalagi
apabila terjadi sedimentasi di wilayah estuari. Sehingga batas pesisir setiap negara
tidak sama, bergantung pada kondisi ekosistemnya.

Secara garis besar, batasan wilayah pesisir dapat dinyatakan sebagai berikut :
• Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut.
• Batas wilayah pesisir ke arah laut merupakan fungsi dari pengaruh sifat-sifat
alami darat (sedimentasi, pencemaran, aliran air tawar).
• Batas wilayah pesisir ke arah darat merupakan fungsi dari pengaruh sifat-sifat
laut (pasang surut, angin, salinitas, gelombang, arus).
• Batas-batas wilayah pesisir dipengaruhi oleh kondisi fisik alam dan letak
geografis dari masing-masing wilayah pesisir.

Khusus untuk Indonesia, batasan wilayah pesisir adalah sebagai berikut :


• Batas wilayah pesisir ke arah laut mengacu pada Undang-undang no.22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada Undang-undang ini dinyatakan bahwa
Propinsi terdiri dari wilayah darat dan wilayah laut sejauh 12 mil laut yang diukur
dari garis pantai ke arah dan/atau ke arah perairan kepulauan (pasal 3), sedangkan
kewenangan Daerah Kabupaten dan Kota di wilayah laut tersebut adalah
sepertiga dari luas wilayah laut propinsi (pasal 10).
• Batas wilayah pesisir ke arah darat mengacu pada karakteristik wilayah pesisir
masing-masing daerah. [Mutiara, 2001]

10
Beberapa visualisasi batasan wilayah pesisir dapat dilihat pada Gambar 2.1
dan Gambar 2.2 di bawah ini.

z z

CONTINENTAL z
COASTAL ZONE z OPEN
z z
INTERIOR z z
OCEAN
z z
z SHELF SEA z
z z

INTERFACE
LAND / SEA
z NEARSHORE WATERS z
z z
z z
z z SHELF
z z
EDGE ZONE
z z
UPLAND z z
z
ESTUARINE WATERS z
ESTUARINE PLUME

SEA / OCEAN
z z

INTERFACE
LOWLAND z z

SHELF
z ESTUARY z
z z
z BALTMARSH z
z DURES z
RIVER BASIN z NEARSHORE z
z z
z z

SHELF BREAK
z z
SHORE LINE

z
INNER SHELF OUTER SHELF z
z z
z
CONTINENTAL SHELF z
z z
z z
CONTINENTAL OCEAN
z z
SLOPE FLOOR
z z

Gambar 1. Batasan Wilayah Pesisir(Pernetta dan Milliman, 1995)

Gambar 2.1. Batasan wilayah pesisir (Parnetta & Milliman, 1995, dalam SULASDI, 2006)

Gambar 2.2. Batas-batas Fisik wilayah pesisir Pantai


(Brahtz, 1972, dalam SULASDI, 2006)

11
2.2 Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir
Komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir terdiri dari:
1. Komponen ekonomi, sosial, budaya, hukum;
2. Komponen kewilayahan;
3. Komponen ekosistem;
4. Komponen pengelolaan daerah aliran sungai (DAS); dan
5. Komponen oseanografi pantai dan estuari.

Kelima komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir tersebut


mempunyai keterkaitan erat satu sama lain, sehingga dalam pembangunan wilayah
pesisir kelima komponen utama ini harus dilibatkan secara terpadu. Maksud terpadu
ini adalah memandang komponen-komponen utama tersebut sebagai suatu kesatuan
yang utuh. Dengan demikian maka pembangunan wilayah pesisir dilakukan secara
terpadu mulai dari hulu hingga ke hilir. Penjelasan mengenai kelima komponen utama
tersebut akan penulis paparkan secara singkat sebagai berikut.

2.2.1. Komponen Ekonomi, Sosial, Budaya, Hukum


Komponen Ekonomi

Gambar 2.3. Visualisasi Skematik Pembangunan Ekonomi Wilayah Pesisir

Pembangunan ekonomi dilakukan dengan melakukan suatu transformasi


potensi sumber daya wilayah pesisir dan laut menjadi barang dan jasa, melalui proses
industri, sehingga memiliki suatu nilai finansial yang dapat dilihat dari meningkatnya
pendapatan masyarakat. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, daya beli
masyarakat juga ikut meningkat yang kemudian akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat seperti yang divisualisaikan secara skematik pada Gambar 2.3.

12
Ilmu ekonomi mempelajari :
(1) Mengapa & bagaimana sumber daya-sumber daya dialokasikan ke bidang
produksi barang-barang tertentu, dan bukan ke barang-barang lainnya.
(2) Mengapa & bagaimana barang-barang serta jasa dialokasikan kepada orang-
orang tertentu & bukan kepada orang lain.
(3) Landasan pemikiran yang menentukan keputusan-keputusan produksi suatu
perusahaan.
(4) Apa saja yang mempengaruhi distribusi barang-barang setelah selesai
diproduksi.
(5) Sumber daya yang digunakan untuk memproduksi barang tertentu, tidak dapat
digunakan untuk memproduksi barang lain. Barang-barang yang dibeli oleh
seorang konsumen tertentu, tidak dapat dikonsumsi oleh konsumen lain.

Secara singkat ekonomi merupakan :


Sumber daya Î proses pengolahan Î produksi barang & jasa Î distribusi Î
konsumen Î yang berkepentingan.

Secara singkat ekonomi merupakan suatu proses pengolahan produksi barang


dan jasa yang didistribsikan pada konsumen yang berkepentingan. Pada dasarnya
ekonomi merupakan pengelolaan sumber-sumber daya yang terbatas, contohnya
mineral (seperti minyak), yang dapat menyebabkan pencemaran baik di air maupun
udara. Menurut terminologi industri, mineral merupakan bahan baku yang kemudian
diolah menjadi bahan jadi. Industri hulu adalah industri yang berkaitan dengan bahan
baku. Sedangkan industri hilir adalah industri yang berkaitan dengan bahan jadi.

Transformasi sumber-sumber daya kewilayahan ke manusia :


Sumber daya Î industri primer Î industri sekunder Î industri tersier Î manusia.

• Sektor industri primer (bahan baku) adalah sektor industri yang berhubungan
langsung dengan pengelolaan sumber-sumber daya kewilayahan untuk
mendapatkan keperluan hidup (pertanian, kelautan, kehutanan, perkebunan,
pertambangan).
• Sektor industri sekunder (manufaktur/pabrik) adalah sektor yang mengolah bahan
hasil industri primer untuk bisa dipakai oleh manusia.

13
• Sektor industri tersier (industri jasa) adalah sektor yang memberikan pelayanan
dukungan dalam pengaturan jalannya arus barang dan arus uang tersebut.
Contohnya : perhubungan, perdagangan, perbankan, pariwisata, konsultasi,
pemerintahan. (Gambar 2.4)

Industri primer : kita berbicara mengenai gelombang, temperatur, pasut, ikan.

Laut
Pesisir Industri tersier : perhubungan, pariwisata, dll.

Industri sekunder : energi, tepung.

Gambar 2.4. Visualisasi Skematik Transformasi Sumber Daya ke Manusia

Untuk menunjang kegiatan perekonomian nasional, yaitu pembangunan


wilayah pesisir, sangat penting untuk mengetahui potensi pembangunan yang ada di
wilayah pesisir yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan optimal.
Potensi pembangunan yang terdapat di wilayah pesisir secara garis besar
terdiri dari tiga kelompok, yaitu sumber daya dapat pulih (renewable resources),
sumber daya tak dapat pulih (non-renewable resources), dan jasa-jasa lingkungan
(environmental services).
Sumber daya alam yang dapat pulih adalah sumber daya alam yang
keberadaannya dapat terus berlanjut baik karena sifat sumber daya alam tersebut dapat
bertahan dan berkembang biak secara alami maupun ada usaha dari luar untuk
mengembangkan dan melestarikannya. Sumber daya ini berasal dari penggunaan
langsung maupun tidak langsung ekosistem-ekosistem yang terdapat pada wilayah
pesisir dan laut.
Sumber daya alam yang tidak dapat pulih adalah semua sumber daya alam
yang keadaannya dapat berkurang sebanding dengan usaha pemanfaatannya. Sumber
daya ini dapat habis jika digunakan terus-menerus. Sumber daya alam tidak dapat
pulih meliputi seluruh minyak dan gas bumi serta mineral.
Jasa-jasa lingkungan adalah sumber daya wilayah pesisir sebagai tempat
hidup bagi manusia (pemukiman) dan pemanfaatan sumber daya pesisir sebagai
tempat pariwisata. [Widiastuti, 2004]

14
Komponen Sosial & kebudayaan

Konsep kebudayaan
(1) Koentjaraningrat (1984)
”...Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”

(2) Leslie White (1969)


Kebudayaan merupakan fenomena yang selalu berubah sesuai dengan
alam sekitarnya dan keperluan suatu komunitas. Berdasarkan pada kerangka
pemikiran tersebut di atas, maka melingkupi kehidupan manusia pendukungnya,
dan merupakan suatu faktor yang menjadi dasar tingkah laku manusia, baik
dalam kaitannya dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial-budaya.
Karenanya, bagaimanakah mutu suatu lingkungan fisik atau lingkungan sosial itu,
pada dasarnya adalah pencerminan kualitas kehidupan sosial masyarakat para
pendukung kebudayaan itu.

Konsep Sosiologi
(1) Sosiologi adalah ilmu tentang kehidupan manusia dalam lingkungan
kelompok.
(2) Sosiologi adalah ilmu tentang hubungan timbal balik antar manusia.
(3) Sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat.

Budaya merupakan gagasan tindakan hasil (cipta rasa karsa) manusia yang
berdampak pada komunitas, menjadi suatu sikap yang menjadi kebiasaan bentukan
perilaku keseharian. Budaya berpengaruh terhadap pembangunan, maksudnya budaya
berpengaruh terhadap perubahan. Dampak terhadap sosial / moral dipelajari dalam
sosiologi.
Tabel 2.1. Permasalahan-permasalahan pada Komponen Sosial dan Budaya
Komponen Masalah Masyarakat Pesisir
Pembangunan Wilayah Pesisir
Kemiskinan (Tingkat pendidikan, pengetahuan,
Komponen Sosial
keterampilan yang rendah)
dan
Prasarana fisik dan transportasi tidak memadai
Komponen Budaya
Kurangnya pengakuan hak-hak adat dan tradisional

15
Komponen sosial dan kebudayaan pada pembangunan wilayah pesisir
menyangkut permasalahan masyarakat pesisir sebagai salah satu pengguna sumber
daya pesisir yang paling rentan terhadap berbagai dampak pembangunan di wilayah
pesisir. Sekitar 60% dari penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai angka 225
juta jiwa pada tahun 2010, dapat dianggap hidup di wilayah pesisir. Berdasarkan data
Dirjen Perikanan tahun 1996, di Indonesia terdapat 67.514 desa serta 3.680
kecamatan. 34% diantaranya yaitu 22.917 desa tergolong dalam kategori desa miskin
yang terletak di 1.173 kecamatan, termasuk didalamnya 4.375 desa pesisir.
[Widiastuti, 2004]
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah kemiskinan merupakan
masalah terbesar yang terjadi. Masalah kemiskinan ini disebabkan karena rendahnya
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat pesisir, sehingga tingkat
pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki pun rendah.
Prasarana fisik seperti bank, koperasi, usaha pegadaian juga fasilitas
transportasi seperti jalan dan angkutan umum kurang dirasakan keberadaannya,
sehingga banyak masyarakat pesisir yang memiliki masalah yang berhubungan
dengan permodalan dan pemasaran sehingga kurang bisa memanfaatkan sumber daya
yang ada secara optimal.
Permasalahan air bersih dan sanitasi serta kondisi lingkungan yang kurang
terpelihara menyebabkan munculnya masalah-masalah kesehatan yang tidak didukung
dengan prasarana kesehatan seperti puskesmas yang memadai.
Tekanan dari pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
mengakibatkan pengekploitasian dan pengonsumsian sumber daya alam yang
berlebihan. Ancaman terhadap wilayah pesisir juga datang dari pencemaran.
Pada umumnya masyarakat pesisir masih menggunakan sistem adat yang
memiliki kearifan ekologis dalam mengelola sumber daya pesisir secara
berkesinambungan dan menguntungkan. Oleh karena itu, dalam menerapkan konsep
pengelolaan terpadu pada suatu wilayah pesisir perlu mempertimbangkan pengelolaan
sumber daya pesisir yang sudah menjadi tradisi yang digunakan oleh masyarakat
setempat. Kebanyakan program dan proyek-proyek pembangunan wilayah pesisir
masih menggunakan pendekatan dari atas ke bawah, masih dirasa kurang adanya
pengakuan terhadap hak-hak adat dan pengetahuan tradisional, peranserta masyarakat
serta pemberdayaan pemerintah lokal, sehingga sedikit program atau proyek yang
dikelola oleh masyarakat pesisir sendiri.

16
Komponen Hukum

Hukum merupakan suatu standar yang di buat oleh pemerintah atau pihak
yang berwenang membuat suatu peraturan hukum atau Undang-undang, yang
nantinya akan memberikan suatu kepastian hukum, yaitu penjaminan hak dalam
menjalankan kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan laut.
Salah satu permasalahan hukum di wilayah pesisir adalah mengenai hak
penguasaan atas ruang di wilayah pesisir. Pada wilayah pesisir terdapat banyak pihak
yang berkepentingan atas hak-hak atas ruang wilayah pesisir tersebut. Di dalam UU
No. 5/1960 tentang Ketentuan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) hanya diatur
sebatas pemilikan/penguasaan tanah sampai pada garis pantai. Memang ada ketentuan
tentang hak pemeliharaan dan penangkapan ikan di dalam UU ini, tetapi baru sekedar
disebutkan saja tanpa adanya rincian pengaturan. Di dalamnya terdapat aturan tentang
hak menguasai oleh negara atas bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya. Selain hak ulayat, hak-hak atas tanah dan hak atas air.
Hak atas tanah mencakup Hak Milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), Hak
Guna Bangunan (HGB) dan Hak Pakai (HP). Hak atas air adalah Hak Pemeliharaan
dan Penangkapan Ikan (HPPI). Perlu diperhatikan bahwa untuk semua wilayah laut,
tidak ada istilah laut milik A atau B dalam konteks hukum perdata, karena laut
Indonesia tidak boleh dikapling-kaplingkan mengingat negara Republik Indonesia
sebagai negara kesatuan dan adanya paradigma laut bahwa ruang laut adalah milik
bersama sehingga ia tidak bisa dimiliki siapapun.

17
2.2.2. Komponen Kewilayahan

Gambar 2.5. Visualisasi Skematik Wilayah

Kewilayahan merupakan komponen yang penting dalam pembangunan


wilayah pesisir karena dari komponen kewilayahan ini dapat diperoleh gambaran dari
suatu wilayah pesisir dan laut. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif atau aspek fungsional. Dari pengertian tersebut
terlihat bahwa wilayah pesisir mempunyai aspek keruangan (spasial) sehingga dapat
dipandang sebagai bagian dari sistem yang bergeoreferensi dan mempunyai
keterkaitan spasial dengan wilayah-wilayah lain dari sistem bumi. Secara spasial
semua aspek yang terdapat di wilayah pesisir tersebut di atas akan berinteraksi,
dimana interaksinya dapat dilihat melalui peta dasar (topografi dan batimetri), peta-
peta tematik, dan citra satelit dari wilayah. (Gambar 2.5)
Untuk melakukan perencanaan dan pembangunan wilayah pesisir dan laut,
diperlukan informasi mengenai interaksi komponen-komponen tersebut dan juga
informasi tentang potensi sumber daya alam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
perlu dilakukan pemetaan potensi sumber daya alam. Keberadaan data dasar spasial
menjadi penting artinya. Data dasar adalah data yang bersifat mendasar, atau data
yang bila tidak ada akan dihadapkan pada kesulitan untuk memahami secara benar
potensi sumber-sumber daya kewilayahan, terutama yang berkaitan dengan sumber
daya alam. [Widiastuti, 2004]
Salah satu bentuk data dasar adalah peta dasar dan peta-peta tematik yang
berkaitan dengan sumber-sumber daya dan lingkungan wilayah pesisir. Peta-peta
tersebut akan mampu memberikan informasi yang komprehensif dan holistik yang

18
digunakan sebgai dasar untuk melakukan perencanaan maupun analisis kewilayahan.
Peta dasar dan peta-peta tematik digunakan sebagai dasar untuk membuat sistem
informasi kewilayahan yang mempunyai peran penting dalam proses pengambilan
keputusan.

2.2.3. Komponen Ekosistem


Ekosistem merupakan komponen utama yang penting dalam pembangunan
wilayah pesisir. Ekosistem adalah sistem ekologi lengkap (hubungan timbal balik
yang terjadi antara makhluk hidup dan lingkungannya dan antara kelompok-kelompok
makhluk hidup dan lingkungannya dan antara kelompok-kelompok makhluk hidup)
yang berfungsi dalam suatu unit geografis tertentu. [Widiastuti, 2004]
Sedangkan pengertian ekosistem menurut Undang-undang Lingkungan
Hidup tahun 1982, ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara
segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi.

Gambar 2.6. Visualisasi Skematik Pembangunan Berkelanjutan

Kaidah-kaidah ekosistem [SULASDI, 2006] :


a. Suatu ekosistem diatur dan dikendalikan secara alamiah
b. Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal dalam keadaan
berimbang. Di atas kemampuan tersebut ekosistem tidak lagi terkendali,
dengan akibat menimbulkan perubahan-perubahan, atau krisis lingkungan
yang tidak lagi berada dalam keadaan lestari bagi kehidupan organisme.
c. Terdapat interaksi antara seluruh unsur-unsur lingkungan yang saling
mempengaruhi dan bersifat timbal balik.
d. Interaksi terjadi antara :
1. Komponen-komponen biotis dengan komponen-komponen abiotis.
2. Sesama komponen biotis.
3. Sesama komponen abiotis.

19
e. Interaksi tersebut senantiasa terkendali menurut dinamika yang stabil, untuk
mencapai suatu optimum yang dapat ditimbulkan terhadapnya dalam ukuran
batas-batas kesanggupannya dapat dilihat pada Gambar 2.7.
f. Setiap ekosistem memiliki sikap-sikap yang khas disamping memiliki sikap-
sikap yang umum dan secara bersama-sama dengan ekosistem lainnya
mempunyai peranan terhadap ekosistem keseluruhan (biosfer).
g. Setiap ekosistem bergantung dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
tempat, waktu, dan masing-masing basis-basis perbedaan di antara ekosistem
itu sendiri sebagai pencerminan sikap-sikap yang khas.
h. Antara satu dengan yang lainnya, masing-masing ekosistem juga melibatkan
diri untuk memilih interaksi pula secara tertentu.

Secara sederhana, ekosistem adalah suatu pola hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi antar komunitas yang ditempatkan dalam perspektif kerekayasaan
yaitu bersifat implementasi dalam jangka waktu yang lama (Gambar 2.6).

Gambar 2.7. Interaksi Komponen-komponen Ekosistem

Berdasarkan sifatnya, ekosistem pesisir dapat bersifat alami atau buatan.


Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah hutan mangrove,
terumbu karang (coral reefs), padang lamun (seagrass bed), rumput laut (seaweeds),
pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky beach), pantai berlumpur dan
estuari atau muara. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa waduk, tambak,
sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri, dan kawasan pemukiman.

20
2.2.4. Komponen Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah
topografis yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan, menyimpan
dan mengalirkannya melalui ke danau atau ke laut secara alami. [Sekretariat
TKPSDA, 2003, dalam SULASDI, 2006]
Komponen pembangunan wilayah pesisir dan laut ini membentuk suatu
model fungsional :
DAS = F (wilayah daratan, sungai, anak sungai, kesatuan)
Unsur kesatuan dari Daerah Aliran Sungai tersebut dicirikan oleh wilayah
darat di kiri dan di kanan sungai yang memiliki fungsi menampung dan mengalirkan
curah hujan yang turun ke laut. Pada definisi Daerah Aliran Sungai di atas dapat
ditemukan istilah topografi. Istilah topografi tersebut maksudnya adalah lembah.
Daerah Aliran Sungai merupakan salah satu komponen yang penting untuk
pembangunan wilayah pesisir dan laut. Dalam pembangunan wilayah pesisir dan laut
perlu diperhitungkan adanya sepadan sungai sejauh 100 meter ke arah kiri dan ke arah
kanan sungai. Hal tersebut dimaksudkan sebagai proteksi terhadap industri-industri
yang berada di sekitar sungai supaya tidak membuang limbahnya yang dapat
mencemari lingkungan ke sungai. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa Daerah
Aliran Sungai memerlukan suatu penataan ruang yang baik, yaitu bagaimana
memanfaatkan ruang dari hulu hingga ke hilir sehingga limbah industri yang
dihasilkan tidak dibuang begitu saja ke sungai dan mencemari lingkungan.
Sungai tidak bisa dipisahkan dari daur hidrologi, karena sungai merupakan
alat utama dalam proses tersebut. Daur hidrologi sendiri adalah suatu siklus yang
menentukan keberadaan air di bumi. Air merupakan unsur utama yang berperan
dalam kehidupan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan lingkungan. Sehingga,
kajian tentang daur hidrologi sangat penting jika dikaitkan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya air untuk keberlangsungan hidup makhluk hidup.
Daur hidrologi merupakan suatu siklus yang kompleks, yang terdiri atas
beberapa proses. Genangan air di lautan dan di daratan (danau, waduk, rawa)
menguap karena adanya radiasi matahari. Proses tersebut dinamakan Evaporasi.
Penguapan air tidak hanya terjadi pada daerah-daerah genangan air, melainkan juga
air yang dikandung oleh tumbuh-tumbuhan. Proses penguapan kandungan air yang
ada pada tumbuh-tumbuhan disebut Transpirasi. Uap air di atmosfer hasil proses

21
transpirasi dan evaporasi tersebut akan mengalami pergerakan dan mengalir akibat
adanya perbedaan tekanan udara. Kemudian, karena proses pendinginan, uap air
tersebut akan mengalami perubahan ke fase cair dan terjadilah hujan (Presipitasi) di
darat atau di laut. Air hujan yang jatuh di daratan akan mengalami 2 hal : sebagian
akan meresap ke dalam tanah melalui proses Infiltrasi, dan selebihnya akan mengalir
di permukaan tanah berupa air larian (runoff) dan mengalir menuju sungai. Aliran
permukaan ini akan mengalirkan air ke danau-danau atau kembali ke laut yang dapat
dilihat pada Gambar 2.8 (Soewarno,1991 dalam Adrian, 2008).
Secara tradisional, sungai merupakan suatu daerah yang mempunyai aktivitas
ekonomi, social, dan budaya yang sangat tinggi, terutama sebagai daerah penghasil
bahan pangan. Fungsi daerah aliran sungai, yaitu [Widiastuti, 2004]:
1. Fungsi dasar: produksi pangan (pertanian), suplai air dan energi.
2. Fungsi sosial: perumahan dan rekreasi.
3. Fungsi ekonomi: transportasi, pertambangan, dan pengembangan industri
4. Fungsi publik: transportasi publik, penyaluran air buangan, limbah, dan lain-lain.

Gambar2.8. Daur Hidrologi (www.euwfd.com dalam Adrian, 2008)

22
2.2.5. Komponen Oseanografi Pantai dan Estuari
Wilayah pesisir merupakan daerah dimana terjadi interaksi antara tiga unsur
alam yaitu daratan, lautan, dan atmosfer seperti pada gambar 2.9. Proses interaksi
tersebut telah berlangsung sejak unsur-unsur tersebut terbentuk. Bentuk wilayah
pesisir yang ditemui sekarang ini merupakan hasil keseimbangan dinamis dari proses
penghancuran dan pembentukan ketiga unsur alam ini. Sifat-sifat fisik dan dinamika
laut yang terjadi di wilayah pesisir mempunyai pengaruh yang besar terhadap
dinamika pesisir terutama pada sifat-sifat geomorfologi pantai dan ekosistem di
wilayah pesisir. Estuari merupakan tempat yang spesifik, dimana terdapat dua faktor
mendasar yang mempengaruhi keadaan hidrodinamisme estuari, yaitu aliran air
sungai dan arus pasang surut. [Widiastuti, 2004]

Gambar 2.9. Interaksi Darat, Laut, dan Atmosfer

Informasi yang perlu untuk dipelajari pada aspek oseanografi pantai & estuari, yaitu :
- Dari remote sensing, didapatkan data sungai-sungai yang bermuara ke pantai
tersebut (seberapa jauh tingkat pencemaran yang diakibatkan DAS).
- Erosi-erosi di sungai.
- Sedimentasi di pantai dipengaruhi oleh sedimentasi di sungai di muara-muara
sungai. Informasi bagaimana kondisi ekosistem di daerah hulu (konsep hulu-
hilir).

Faktor-faktor oseanografi pantai dan estuari yang banyak mempengaruhi


kondisi wilayah pantai dan estuari secara fisik maupun ekologis adalah pasang-surut,
gelombang, arus, suhu, salinitas, serta angin.

23

Anda mungkin juga menyukai