OLEH
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kita panjatkan terhadap kehadirat Allah SWT,karena berkat dan rahmat karunia-
Nya,kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peranan Teknologi Informasi Bagi
Layanan Pemberian Asuhan Keperawatan”.
Dalam penyusunan makalah ini,kami banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu,pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih pada dosen
pembimbing kami, Dosen bidang keperawatan,Orang tua kami dan teman-teman kami.
Kritik dan saran sangat kami harapkan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat, Aamiin.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.2 TUJUAN 5
1.3 MANFAAT 5
3.1 KESIMPULAN 11
3.2 PENUTUP 11
DAFTAR PUSTAKA 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Dunia keperawatan terus berkembang, seiring dengan meningkatnya teknologi
keperawatan, sehingga dapat mengakses informasi yang sangat cepat di seluruh dunia. Hal
itu membawa efek pada kemajuan yang cukup berarti di keperawatan. Tenaga perawat
sebagai salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Salah satu kegiatan yang dapat mendukung adalah penerapan sistem informasi manajemen
keperawatan berbasis komputer.
Sistem Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK) disusun untuk memudahkan
manajemen dan proses pengambilan informasi serta digunakan untuk mendukung
pelaksanaan asuhan keperawatan. Artinya SIMK disusun untuk memudahkan pelaksanaan
manajemen asuhan keperawatan. Dan tujuan ini adalah tujuan paling dasar dalam
pemanfaatan teknologi informasi/komputer. Sehingga, pemanfaatan teknologi
informasi/komputer harus menjamin sebuah pekerjaan menjadi lebih mudah, bukanmalah
menjadi sulit. Aplikasi/system harus mampu memberikan informasi yang bermanfaat bagi
manajemen. SIMK bukan hanya sekedar mengganti dokumen manual menjadi
terkomputerisasi, tetapi lebih dari itu. Sebagai sebuah contoh, system mampu memfasilitasi
untuk memunculkan evidance base keperawatan. Mampu menampilkan laporan-laporan yang
dapat dijadikan rujukan akuntabilitas perawat, kinerja perawat, performa perawat,
kompetensi perawat dll.
Dengan informasi yang didapatkan, diharapkan pengambilan kebijakan yang
dilakukan oleh manajemen keperawatan memiliki dasar yang kuat karena berdasar data yang
ada di lapangan. Sistem informasi juga dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan
ilmu pengetahuan perawat. Menurut Hariyati, RT., (1999) Masalah yang sering muncul dan
dihadapi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah banyak perawat yang belum
melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan keperawatan. Pelaksanaan
asuhan keperawatan juga tidak disertai pendokumentasian yang lengkap. Pendokumentasian
yang dilakukan secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan yaitu sering
hilang. Pendokumentasian yang berupa lembaranlembaran kertas maka dokumentasi asuhan
keperawatan sering terselip. Selain itu pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan
tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang
penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika
terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang lemah dan
rentan terhadap gugatan hukum. (Haryati, RT, 2002 ) Realita dalam pendokumentasian
4
asuhan keperawatan, sebagian besar di beberapa rumah sakit di Indonesia saat ini umumnya
masih menggunakan pendokumentasian secara konvensional.
Dengan adanya pendokumentasian tertulis ini perawat sering mengeluh merasa berat
karena membutuhkan waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering
muncul adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering formpen
dokumentasian tidak tersedia. Akibatnya pendokumentasian menjadi terhambat.
Pendokumentasian asuhan keperawatan yang sudah modern dengan menggunakan
komputer, seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan pasien telah dimasukkan dalam
komputer, sehingga kasus hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian
tidak lagi menjadi masalah. Dengan informasi yang berbasis komputer diharapkan
pendokumentasian menjadi praktis, lebih cepat, lebih murah, lebih mudah mencari data yang
telah tersimpan dan resiko hilangnya data dapat dikurangi. Sehingga dapat memudahkan
perawat dalam melaksanakan tugasnya. Sistem pendokumentasian yang berbasis komputer,
pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan cepat dan lengkap.
Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive dan dapat menjadi sumber dari
penelitian, dapat melihat kelanjutan dari edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit
serta dapat memperhitungkan biaya dari pelayanan kesehatan. (Liaw,T. 1993). Menurut
Herring dan Rochman (1990) dalam Emilia, (2003) : beberapa institusi kesehatan
yang menerapkan system komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat menghemat sekitar
20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokumentasi keperawatan dan meningkat keakuratan
dalam dokumentasi keperawatan. Pendokumentasian keperawatan sudah saatnya untuk
dikembangkan dengan berbasiskomputer. Untuk menerapkan SIMK membutuhkan
komitmen dari semua pihak yang terkait terutama sumber daya manusia. Dan perlu adanya
komite yang akan mengevaluasi penerapan sistem tersebut (Mahler, 2007).
1.2.Tujuan
a. Mempermudah bagi tenaga medis dalam memberikan pelayan kesehatan yang efisien
dan efektif. 2. Merubah cara konvensional menjadi cara modern, sehingga dapat
bersaing secara globalisasi.
1.3.Manfaat
a. Memberikan kemudahan dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan
kepada pasien, juga dapat meningkatkan pelayanan kepada pasien secara optimal 2.
Mengurangi kekeliruan dalam pelayanan keperawatan serta dapat memotivasi perawat
untuk bekerja lebih praktis, cepat, tepat dan akurat yang akhirnya dapat meningkatkan
kinerja dan produktivitas. 3. Dengan sistem informasi keperawatan akan dapat
mengurangi resiko-resiko kehilangan data, memudahkan dalam mencari data yang
tersimpan.
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
7
menggunakannya untuk mengatur perawatan pasien, komponen klinis termasuk
riwayat pasien, rencana perawatan,pemantauan psikologislangsung dan tidak langsung,
catatan kemajuan perawatan pasien. Perawat klinis dapat menggunakan SIMK
untuk mengganti sistem manual daripencatatan data. Hal ini dapat
mengurangi biaya-biaya sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas perawatan
kepada pasien. Hasil penelitian telah membuktikan bahwa penggunaan sistem informasi
keperawatan yang efektif dan teknologi tepat guna akan dapat mengurangi
kesalahan dalammemberikan perencanaan keperawatan pada pasien. Sistem informasi
keperawatan jugaakan meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan ( lewis,
2005) Program-program yang dirancang dalam Sistem Informasi Manajemen
Keperawatan (SIMK) menurut Jasun (2006)
8
11. Daftar SAK Dalam SIMK, SAK berdasarkan rekapan dari sistem yang telah
dibuat.
12. Presentasi kasus on lineSistem dengan jaringan WiFi memungkinkan data
pasien dapat diakses dalam ruang converence. Maka presentasi kasus kelolaan
di ruang rawat dapat dilakukan secara online, ketika pasien masih di rawat.
13. Mengetahui jasa perawat Dengan system yang terintegrasi dengan SIM RS,
memungkinkan perawat mengetahui jasa tundakan yang dilakukannya.
14. Monitoring tindakan perawat & monitoring aktivitas perawat Manajemen
perawatan dapat mengakses langsung tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
perawat, dan mengetahui pula masing-masing perawat telah melakukan
aktivitas keperawatan apa.
15. Laporan shift Merupakan rekapan dari aktivitas yang telah dilakukan dan yang
akan dilakukan oleh perawat, tergantung item mana yang akan dilaporkan pada
masingmasing pasien.
16. Monitoring pasien oleh PN atau kepala ruang saat sedang rapat Monitoring
dapat dilakukan ketika PN atau Karu sedang rapat di ruang converence. Akan
diketahui apakah seorang pasien telah dilakukan pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi atau belum.
Faktor pendukung yang lain adalah adanya UU No 8 tahun 1997 yang mengatur
tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran kertas. Undang-
undang ini merupakan bentuk perlindungan hukum atas dokumen yang dimiliki
pusat pelayanan kesehatan, perusahaan atau organisasi. Aspek etik juga dapat
menjadi salah satu faktor pendukung karena sistem ini semaksimal mungkin
dirancang untuk menjaga kerahasiaan data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja
yang boleh mengakses data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien
sendiri. (Depkes, 2001)
9
Selain faktor pendukung, terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala
dalam penerapan SIM di Indonesia. Memutuskan untuk menerapkan sistem
informasi manajemen berbasis komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di
Indonesia tidak terlalu mudah. Hal ini karena pihak manajemen harus
memperhatikan beberapa aspek antara lain struktur organisasi, sebagai contoh
pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi perawat, sehingga seringkali
keputusan tentang pelaksanaan SIMK yang sudah disepakati oleh tim keperawatan
dimentahkan lagi karena tidak sesuai dengan keinginan pengambil kebijakan.
Pihak manajemen rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan apakah
Sistem Informasi keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas
pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.
Aspek kedua adalah kemampuan sumber daya keperawatan. Ada banyak sumber
daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum siap
menghadapi sistem komputerisasi, hal ini dapat disebabkan karena ketidaktahuan
dan ketidak mampuan staf terhadap sistem informasi teknologi yang sedang
berkembang. Pemahaman yang kurang tentang manfaat sistem informasi menjadi
salah satu faktor penyebab ketidaksiapan SDM keperawatan. Aspek ketiga yang
menjadi faktor penghambat atau kendala dalam pelaksanaan SIMK adalah faktor
sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan sistem informasi
manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan di rumah sakit,
membutuhkan biaya yang cukup besar . Masalahnya sekarang, tidak setiap rumah
sakit memiliki dana operasional yang cukup besar, sehingga seringkali SIM
keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada sumber dana yang cukup. Aspek
keempat adalah kurangnya fasilitas Information technology yang mendukung.
Pelaksanaan SIM keperawatan tentunya membutuhkan banyak perangkat
keras atau unit komputer untuk mengimplementasikan program tersebut.
10
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Pendokumentasian keperawatan merupakan hal yang penting dalam
menunjangpeningkatan mutu asuhan keperawatan, dan secara umum dapat berkontribusi
terhadapmutu pelayanan kesehatan. dengan adanya perkembangan teknologi sistem
informasimanajemen keperawatan, maka pendokumentasian asuhan keperawatan yang
sebelumnya dilakukan secara konvensional maka akan beralih ke pendokumentasian
berbasiskomputer, sehingga perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan
secara profesional kepada pasien.
3.2.Saran
a. Perlunya memberikan pemahaman kepada setiap anggota organisasi mengenai
pentingnya sistem informasi manajemen keperawatan.
b. Peningkatan kemampuan perawat dalam menggunakan komputerisasi sehingga bisa
memaksimalkan dalam pelaksanaan sistem informasi keperawatan.
c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait sistem informasi keperawatan yang
dilakukan di rumah sakit untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan terkait dengan
asuhan keperawatan dan juga berkontribusi positif bagi pengembangan sistem
informasi keperawatan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hariyati, R. T. (1999). Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat dan
karakteristik perawat terhadap kualitas dokuemntasi keperawatan diRS.Bhakti
Yudha, Tidak dipublikasikan
12