Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR DAN KARAKTERISTIK YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA WANITA

Syahla Aqilla Arsya


Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No. 5, Malang
E-mail: rasyarsya@gmail.com

ABSTRAK: Leukorea merupakan salah satu gejala dari suatu penyakit


organ reproduksi wanita yang apabila tidak ditangani dengan segera akan
menyebabkan masalah yang serius, seperti kemandulan dan kanker serviks.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dan karakteristik wanita
dengan leukorea serta hubungan pengetahuan terhadap kejadian leukorea di
Indonesia menggunakan metode penelitian analitik observasional dengan
rancangan cross sectional dan dapat disimpulkan bahwasannya terdapat
hubungan antara pengetahuan dan kejadian leukorea.

Kata kunci: leukorea, hubungan, faktor, karakteristik.

ABSTRACT: Leukorrhea is one of the symptoms of a disease of the female


reproductive organs and if it is not treated immediately, it will cause serious
problems, such as infertility and cervical cancer. This study aims to
determine the factors and characteristics of women with leukorrhea and the
intercourse of knowledge to the incidence of leukorrhea in Indonesia using
observational analytic research method with cross sectional design and it can
be concluded that there is an intercourse between knowledge and incidence of
leukorrhea.

Key words: leukorrhea, intercourse, characteristic

Leukorea atau biasa yang dikenal dengan keputihan merupakan kejadian


yang dialami oleh wanita, yang mana alat genetalia wanita akan mengeluarkan cairan
putih bukan darah. Leukorea murupakan suatu keadaan yang normal (fisiologis), namun
juga dapat sebagai tanda adanya suatu penyakit (patologis) (Suliastianingsih dkk.,
2012). Hal ini dilihat dari karakteristik warna, bau, dan dampak yang ditimbulkan dari
keputihan tersebut. Pada kondisi normal (fisiologis), leukorea akan terlihat bening
sampai keputihan, tidak berbau, dan tidak menimbulkan keluhan. Sedangkan pada
kondisi tidak normal (patologis), memiliki warna kekuningan/kehijauan/keabu-abuan,
memiliki bau yang busuk/amis, jumlah sekret yang dihasilkan umumnya banyak, dan
menimbulkan keluhan seperti rasa gatal, kemerahan (eritema), edema, rasa terbakar
pada daerah intim, nyeri saat berhubungan seksual (dyspareunia), dan nyeri saat
berkemih (dysuria). Penanganan yang lamban dapat menimbulkan dampak yang serius
pada seseorang, tidak hanya kemandulan dan hamil di luar kandungan, melainkan juga
menjadi gejala awal dari kanker leher rahim yang berujung kematian. Penanganan

SYAHLA AQILLA ARSYA | ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI MALANG


pengobatan leukorea harus disesuaikan dengan jenis mikroorganisma penyebabnya.
Penyebab infeksi pada leukorea bisa disebabkan oleh gabungan beberapa
mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, virus, dan parasit. Selain itu, leukorea juga
dapat disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon, stress, kelelahan kronis,
peradangan alat kelamin, benda asing dalam vagina, dan adanya penyakit dalam organ
reproduksi seperti kanker leher rahim. Terdapat 3 (tiga) infeksi yang paling sering
menyebabkan vaginitis, yaitu kandidiasis, trikomoniasis, dan vaginosis bakterial,
sedangkan servisitis disebabkan oleh gonore dan klamidia. Infeksi ini dapat ditularkan
melalui hubungan seksual.
Latar belakang dilakukan penelitian mengenai leukorea atau keputihan ini
disebabkan karena tingginya persentase wanita di Indonesia, yaitu 75% di mana wanita
Indonesia mengalami paling tidak 1 (satu) kali dalam hidupnya dan 45% di antaranya
mengalami 2 (dua) kali atau lebih (BKKBN, 2009).
Kedua, di Indonesia sekitar 90% wanita mempunyai potensi mengalami
leukorea karena negara Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis, sehingga jamur
akan dengan sangat mudah berkembang yang mengakibatkan kasus leukorea. Gejala
leukorea dialami tidak hanya oleh wanita yang telah kawin, melainkan juga wanita yang
belum kawin atau remaja puteri yang berumur 14-24 tahun dengan persentase yang
mencapai 31,8%. Hal ini menunjukkan remaja lebih berisiko mengalami leukorea
(Azizah, 2015). Contohnya, seperti kejadian yang dialami oleh remaja puteri di DIY,
yaitu sekitar 2,9 juta jiwa berusia 15-24 tahun 68% mengalami leukorea patologis
berdasarkan data statistik tahun 2009.
Ketiga, leukorea yang sering terjadi di Indonesia saat ini dicenderungkan
oleh masih minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan, terutama kesehatan organ
genetalia. Leukorea juga tidak jarang dikaitkan dengan kadar keasaman daerah sekitar
vagina yamg tidak seimbang. Kadar keasaman ini disebabkan oleh 2 (dua) hal faktor,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain kurangnya
personal hygiene, pakaian dalam yang ketat, dan penggunaan WC umum yang tercemar
bakteri Clamydia, seperti yang diuangkapkan oleh Saraswati dalam Paryono.
Penelitian yang dilakukan tentang leukorea ini memuat beberapa pokok
permasalahan. Pertama, bagaimanakah karakteristik leukorea fisiologis dan patologis?
Kedua, apa saja faktor-faktor yang menyebabkan leukorea fisiologis dan patologis dan
penanganannya? Ketiga, hubungan pengetahuan terhadap kejadian leukorea di
Indonesia?
Teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini dibagi ke dalam 2
(tiga) pokok. Pertama, teori mengenai leukorea itu sendiri yang di dalamnya mencakup
definisi, klasifikasi, faktor, pencegahan, dan pengobatan. Menurut Wijayanti, 2009,
leukorea merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Sawono juga menyatakan
dalam bukunya di halaman 25 tahun 2005 bahwa keputihan (leukorea) adalah nama
gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak
berupa darah. Karakteristik dari leukorea ini dinyatakan oleh Sasmiyanti dan Handayani
yang ditulis di tahun 2008 jika slim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi

SYAHLA AQILLA ARSYA | ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI MALANG


persoalan. Klasifikasi dari leukorea dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu leukorea normal
(fisiologis) dan leukorea tidak normal (patologis) berdasarkan karakteristik yang
dikemukakan oleh Wijayanti dalam bukunya tahun 2009 di halaman 51. Wijayanti
dalam buku yang sama juga mengungkapkan bahwa penyebab dari leukorea itu sendiri
adalah infeksi gonore, di mana cairan yang dihasilkan bertekstur kental, bernanah, dan
berwarna kuning kehijauan, selain itu juga dapat disebabkan oleh parasit Trichomonas
vaginalis, cairan yang dihasilkan dominan banyak berupa cairan encer berwarna kuning
kelabu, lalu kanker apabila leukorea berbau busuk, namun juga bisa disebabkan oleh
kelelahan akibat aktivitas berlebih. Leukorea yang tergolong normal tidak memerlukan
penanganan medis secara khusus. Kondisi ini dapat ditangani dengan membersihkan
area kewanitaan secara rutin untuk menghilangkan cairan atau lendir. Sedangkan pada
leukorea patologis atau abnormal dilakukan berdasarkan penyebab yang mendasari.
Clindamycin merupakan obat antibiotik yang mampu untuk menghilangkan bakteri
penyebab leukorea. Clotrimazole dan miconazole merupakan obat antijamur untuk
5mengatasi infeksi jamur yang menyebabkan leukorea. Metronidazole atau tinidazole
dapat digunakan jika leukorea disebabkan oleh parasite penyebab penyakit
trikomoniasis. Langkah utama yang dapat dilakukan untuk mencegah leukorea
abnormal adalah menjaga kebersihan area kewanitaan dengan membersihkan vagina
dengan sabun yang tidak mengandung parfum, menggunakan celana dalam berbahan
katun, mengganti pembalut/panty liner setidaknya setiap 3-5 jam sekali, tidak berganti
pasangan seksual, dan melakukan pemeriksaan kesehatan vagina secara rutin kepada
dokter kandungan.
Kedua, pengetahuan adalah salah satu dari faktor predisposing
terbentungnya perilaku pada diri seseorang, yaitu faktor yang memotivasi. Faktor ini
berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Pentingnya wanita
Indonesia mengetahui tentang leukorea, tanda dan gejala leukorea, penyebab, dan dapat
membedakan antara fisiologis leukorea dan patologis leukorea sehingga dapat dicegah,
ditangani, dan segera dilakukan pemeriksaan apabila terdapat tanda dan gejala leukorea
abnormal (patologis).
Penelitian ini bertujuan untuk memahami tentang leukorea, mencakup juga
cara pencegahan, pengobatan, serta hubungan pengetahuan seseorang terhadap kejadian
leukorea di Indonesia, sehingga tingginya angka leukorea di Indonesia dapat
diminimalisir.

METODE
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian analitik observasional
dengan rancangan cross sectional. Lokasi penelitian dilakukan di SMP N 3 Depok yang
dilakukan pada tanggal 9 Mei 2014. Subyek penelitian adalah siswi kelas VII SMP N 3
Depok berjumlah 53 orang yang telah mengalami menstruasi, tidak sedang/pernah
mengalami penyakit organ kandunganu, dan tidak sedang mengalami stress. Jenis data

SYAHLA AQILLA ARSYA | ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI MALANG


yang digunakan adalah data primer, dan instrument penelitian menggunakan kuisioner
tertulis/angket.
Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) variable, yaitu variabel independent dan
dependent. Variabel independent dalam penelitian ini adalah hygiene genetalia dan
variabel dependent-nya adalah kejadian keputihan patologis. Perilaku hygiene genetalia
itu sendiri diukur menggunakan skala Likert yang dilakukan modifikasi menjadi 4
pilihan jawaban, di antaranya adalah selalu dilakukan (S), sering dilakukan (SR),
kadang-kadang dilakukan (KD), dan tidak pernah dilakukan (TP). Rentang nilai 1-4,
jawaban favourable dimulai dari 4, unfavourable dimulai dari 1 (Azwar, 2011).
Responden dikategorikan higienis apabila skor > mean, dan tidak higienis apabila skor
≤ mean. Perilaku siswi SMP dalam hygiene genetalia yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah bila mencuci alat reproduksi dari depan (vagina) kea rah belakang (anus),
mengeringkan organ genetalia dengan handuk/tisu setelah membasuh, minimal 2 (dua)
kali sehari dalam berganti celana dalam, tidak menggunakan deodorant atau sabun
antiseptik yang keras, tidak menggunakan bertukar handuk dan pakaian dengan orang
lain, mencukur/merapikan rambut kemaluan, dan mengganti pembalut secara teratur 4-5
kali dalam sehari saat menstruasi. Dimasukkan ke dalam kategori tidak higienis bila
syarat higienis tidak terpenuhi sebanyak rata-rata.
Kejadian patologis leukorea yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
patologis yang jika mengalami minimal 1 (satu) dari kriteria leukorea patologis sebagai
berikut: keluar cairan dari liang senggama dalam jumlah yang berlebih, kental, warna
kekuning-kuningan/kehijauan/putih seperti keju dengan rasa gatal, bau yang khas dan
menyengat, dan sampai rasa nyeri pada saat berkemih. Dan fisiologis jika tidak
mengalami satupun kriteria leukorea patologis. Kejadian patologis leukorea dinilai oleh
responden dengan menggunakan angket jawaban “Ya” atau”Tidak”. Jawaban “Ya”
adalah 1 dan jawaban “Tidak” adalah 0. Menggunakan skala pengukuran data nominal.
Teknis dilakukan dengan pengumpulan data yang diawali dengan subyek
mengisi lembar persetujuan menjadi responden, kemudian subyek dibagikan angket
tentang perilaku hygiene genetalia dan kejadian leukorea, selanjutnya diminta untuk
mengisi angket tersebut selama 10 menit dan setelahnya angket akan dikumpulkan
kembali.
Teknik pengolahan data dilakukan dengan cara memeriksa data, skoring,
koding, transferring, kategori, dan tabulasi. Analisis data dilakukan dengan metode uji
Chi-Square.

HASIL TELAAH
SMP Negeri 3 Depok, Sleman merupakan salah satu dari 5 sekolah negeri
yang ada di Kecamatan Depok, Sleman. SMP ini termasuk salah satu sekolah favorit di
Kecamatan Depok, Sleman. Sekolah ini juga termasuk sekolah yang sangat
memerhatikan bidang kesehatan, dengan menyediakan UKS yang mempunyai fasilitas
cukup lengkap untuk melayani siswa dan siswi yang sakit. Pembinaan yang dilakukan

SYAHLA AQILLA ARSYA | ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI MALANG


juga dapat dinilai baik, namun sekolah ini masih memiliki keterbatasan, yaitu
pembinaan dan pelayanan konseling atau organisasi tentang kesehatan reproduksi
khususnya untuk remaja dikarenakan belum memiliki sumber yang terpercaya untuk
mencari pengetahuan dan informasi yang jelas tentang kesehatan reproduksi. Selain itu,
sekolah juga belum melakukan kerjasama dengan pihak tenaga kesehatan setempat agar
dapat mengadakan penyuluhan tentang pentingnya kesehatan reproduksi sebagai upaya
pengetahuan dan pencegahan sejak dini. Dan berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan didapatkan penjelasan singkat sebagai berikut.
Pertama, merujuk pada data yang ditutujukkan pada Tabel 1, dapat
diketahui bahwa sebagian besar subyek memiliki perilaku hygiene genetalia yang tidak
higienis, yaitu sebanyak 66,04%. Sedangkan subyek lainnya memiliki perilaku hygiene
genetalia yang higienis dengan persentase 33,96%. Hasil penelitian membuktikan
bahwa siswi yang mengalami patologis leukorea sebanyak 82,9% berasal dari siswi
berperilaku hygiene genetalia yang tidak higienis dan sebanyak 55,6% adalah siswi
dengan perilaku hygiene genetalia yang higienis. Perilaku yang kurang baik ini lah yang
menjadi penyebab timbulnya infeksi saluran reproduksi (Ratna, 2010).
Kedua, data yang disajikan pada Tabel 2 menyatakan bahwa sebagian besar
subyek termasuk pada kategori patologis leukorea, dengan persentase sebesar 73,58%
dan hanya 26,54% subyek kelas VII yang mengalami fisiologis leukorea.
Ketiga, dari data Tabel 3 dengan hasil Prevalence Ratio 1.491 dengan Ha
diterima dan H0 ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terhadap hubungan antara
perilaku hygiene genetalia dengan patologis leukorea di mana siswi dengan perilaku
hygiene genetalia yang tidak higienis memiliki risiko 1,5 kali lebih besar untuk
mengalami patologis leukorea disbanding dengam sisa dengan perilaku higienis.
Kesimpulannya adalah sebagian besar responden memiliki perilaku
reproduksi yang tidak higienis dengan persentase sebesar 66,04% dan mengalami
kejadian patologis leukorea sebesar 75,58%. Siswi dengan perilaku tidak higienis
mengalami kejadian patologis leukorea sebesar 82,9% dan siswi dengan perilaku
higienis yang mengalami kejadian patologis leukorea sebesar 55,6%. Hasil analisis
bivariate ini menunjukan bahwa ada hubungan antara perilaku hygiene genetalia dengan
kejadian patologis leukorea. Dengan hasil Prevalence Ratio sebesar 1.491, maka siswi
dengan perilaku hygiene genetalia tidak higienis memiliki peluang risiko sebesar 1,5
kali lebih besar untuk dapat mengalami patologis leukorea daripada yang berperilaku
higienis.

SYAHLA AQILLA ARSYA | ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI MALANG


DAFTAR RUJUKAN

Katharini, Kusrini, Y. P. (2009). Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian


Keputihan pada Siswi SMU Muhammadiyah Metro Tahun 2009. Jurnal Kesehatan
“Metro Sai Wawai,” 2(2), 45–51.

Kristiana, Dita, Karijiyem, E. K. (2012). Hubungan Persepsi tentang Kesehatan


Reproduksi dengan Personal Hygiene pada Siswi Sekolah Menengah Pertama.
Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 8(1), 1–11.

Kusmiran, E. (2012). Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba


Medika.

Manuaba, I.A.C, I.B.G.F, Manuaba & I.B.G, M. (2009). Memahami Kesehatan


Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Merita Sari, P. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja dengan
Kejadian Fluor Albus Remaja Putri SMKF X Kediri. Jurnal Wiyata, 3(1).

Nanlessy DM. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Remaja Puteri
dalam Menjaga Kebersihan Alat Genetalia dengan Kejadian Keputihan di SMA
Negeri 2 Pineleng. Manado: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Nanlessy DM. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan dan Perilaku Remaja Puteri
dalam Menjaga Kebersihan Alat Genetalia dengan Kejadian Keputihan di SMA
Negeri 2 Pineleng. Manado: Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

Paryono. (2016). Perilaku Penggunaan Tisu Toilet terhadap Kejadian Keputihan pada
Remaja. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, 1(1), 25.

Persia, A. (2015). Hubungan Pemakaian Panty Liner dengan Kejadian Fluor Albus pada
Siswi SMA di Kota Padang Berdasarkan Wawancara Terpimpin (Kuisioner).
Artikel Penelitian, 4(2), 511.

Sunarti. (2015). Perbedaan Perilaku Remaja Putri dalam Mencegah Keputihan


Sebelum dan Sesudah Diterapkan Metode Think Pair Share di Pondok Pesantren

SYAHLA AQILLA ARSYA | ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI MALANG


As-Salafi Susukan Semarang. Semarang: STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.

SYAHLA AQILLA ARSYA | ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Anda mungkin juga menyukai