Anda di halaman 1dari 169

BUKU AJAR

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

PENULIS:

Dr. H. Amka, M.Si.

Nizamia Learning Center 2018


BUKU AJAR
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Dr. H. Amka, M.Si.
© Nizamia Learning Center 2018

Anggota IKAPI
Register 166/JTI/2016
All right reserved

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang


Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku
ini tanpa izin tertulis dari Penerbit

Penulis :
Dr. H. Amka, M.Si.

Layout & Desain cover:


Aji Bagus

Diterbitkan pertama kali oleh


Nizamia Learning Center
Ruko Valencia AA-15 Sidoarjo
Telepon (031) 8913874
E-mail: nizamiacenter@gmail.com
Website: www.nizamiacenter.com

Cetakan pertama, Mei 2018


vi + 162 hlm 14; x 21

ii Dr. H. Amka, M.Si.


PRAKATA PENULIS
Bismillahirrahmanirrahim
Syukur alhamdulillah penulisan buku ajar Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran dapat terselesaikan. Dengan harapan
buku ini bisa menjadi bahan kuliah, terutama bagi mahasiswa
ULM Banjarmasin, tempat penulis mengabdi sebagai dosen.
Buku ini menekankan pada teori belajar dan pembelajaran,
serta dilengkapi dengan pembelajaran abad 21. Buku ajar ini
menjadi pegangan bagi mahasiswa dan dosen dalam
melaksanakan perkuliahan sebagaimana Rencana Program dan
Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) yang telah disesuaikan
dengan Kerangka Kurikulum Nasional Indonesia (KKNI).
Sasaran pembaca buku ini adalah seluruh mahasiswa prodi
pendidikan. Buku ini juga dilengkapi dengan beberapa lampiran
mengenai tugas mahasiswa dalam memahami konsep belajar
dan pembelajaran.
Melalui buku ajar ini diharapkan dapat memberikan modal
pengetahuan bagi para mahasiswa prodi pendidikan serta para
dosen. Selain itu, juga diperuntukkan bagi para mahasiswa untuk
mengembangkan buku ini dan menjadi rujukan referensi dalam
perkuliahan yang relevan.
Semoga apa yang telah diupayakan ini bermanfaat bagi
para pembaca. Selain itu, juga memberi manfaat bagi seluruh
civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat (ULM)
Banjarmasin. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis berserah diri
dan memohon hidayah-Nya, semoga kesahalan dalam penulisan
buku ajar ini mendapat ampunan dari-Nya.
Billahittaufiq wal hidayah
Banjarmasin, 17 Mei 2018

Penulis

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran iii


DAFTAR ISI

Prakata Penulis ~iii


Daftar Isi ~iv

BAB I
HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ~1
B. Ruang Lingkup Pembelajaran~ 9
C. Proses Belajar dan Pembelajaran ~ 12
D. Modalitas Belajar ~ 17

BAB II
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Teori Behavioristik ~ 25
B. Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pendidikan ~ 29
C. Teori Kognitif ~ 30
D. Teori Humanistik ~ 31
E. Teori Konstruktivistik ~ 34

BAB III
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
A. Prinsip Kesiapan ~ 38
B. Prinsip Motivasi ~ 39
C. Prinsip Perhatian ~ 41
D. Prinsip Persepsi ~ 41
E. Prinsip Retensi ~ 42

iv Dr. H. Amka, M.Si.


BAB IV
GAYA MENGAJAR
A. Pengertian Gaya Pembelajaran ~ 46
B. Jenis Dan Ciri Gaya Mengajar ~ 52
C. Strategi Gaya Mengajar ~ 59

BAB V
KOMUNIKASI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Komunikasi Pembelajaran ~ 63
B. Konsep dan Jenis Komunikasi ~ 67
C. Unsur dan proses Komunikasi ~ 68

BAB VI
PEMBELAJARAN ABAD 21
A. Model pembelajaran abad 21 ~ 78
B. Berpikir HOTS di Abad 21 ~ 90
C. Pilar Pendidikan UNESCO 21 ~ 91

BAB VII
MOTIVASI BELAJAR
A. Pengertian dan Teori Motivasi ~ 98
B. Peran Motivasi dalam Belajar ~ 109

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran v


BAB VIII
KURIKULUM PEMBELAJARAN
A. Pengertian Kurikulum ~ 113
B. Prinsip Pengembangan Kurikulum ~ 118
C. Komponen struktur kurikulum ~ 129
BAB IX
SUMBER BELAJAR
A. Pengertian Sumber Belajar ~ 134
B. Jenis dan Ciri sumber belajar ~ 137
C. Manfaat lingkungan sebagai sumber belajar ~ 138

BAB X
EVALUASI HASIL BELAJAR
A. Pengertian Evaluasi Belajar ~ 143
B. Ruang Lingkup Evaluasi Hasil Belajar ~ 149
C. Tujuan Evaluasi hasil pembelajaran ~ 159

DAFTAR PUSTAKA

vi Dr. H. Amka, M.Si.


BAB I
HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami


pengertian, ruang lingkup proses
belajar dan pembelajaran.

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran


Gordon Dryden dan Jeannete Vos (2002:99), jauh hari
sudah menegaskan bahwa belajar dan pembelajaran
merupakan kegiatan penting bahkan utama dalam proses
pendidikan. Kegiatan belajar dan pembelajaran, tidak
boleh dipandang sebelah mata oleh tenaga pendidik.
Keberhasilan anak didik menggapai tujuan pendidikan,
sedikit banyak ditandai dengan keberhasilan mereka
dalam kegiatan belajar dan pembelajaran. Dengan
demikian, para tenaga pendidik tidak boleh tidak
menaruh perhatian lebih pada kegiatan belajar dan
pembelajaran tersebut. Bahkan, tenaga pendidik dituntut
untuk terampil serta menguasai semua model belajar
serta strategi pembelajaran bagi peserta didik.
Berdasarkan pendapat Gordon Dryden dan Jeannete
Vos tersebut, menurut hemat penulis, seorang tenaga

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 1


pendidik harus “mempelajari cara belajar” yang berarti
mempelajari tentang cara otak bekerja, cara memori
bekerja, cara menyimpan informasi, mengambil,
menghubungkannya, dengan konsep lain dan mencari
pengetahuan baru kapanpun diperlukan dengan cepat.
Hal tersebut bertujuan agar proses pembelajaran bisa
berjalan dengan efektif dan efisien. Belajar dan
pembelajaran yang efektif merupakan tujuan belajar dan
pembelajaran, baik secara kuantitas dan kualitas tercapai
sesuai dengan waktu yang telah direncanakan atau
ditargetkan. Sementara efisien artinya tujuan belajar dan
pembelajaran tercapai secara tepat, baik menyangkut
biaya maupun tenaga. Lawan efisien ini adalah
pemborosan; tujuan belajar dan pembelajaran tidak
tercapai padahal sudah menghambur-hamburkan biaya,
pikiran maupun tenaga.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui betapa
pentingnya penguasaan tenaga pendidik tentang belajar
dan pembelajaran. Oleh karena itu, penulis merasa perlu
untuk mengulas secara lebih lengkap mengenai belajar
dan pembelajaran. Terdapat banyak definisi mengenai
belajar. Setiap pakar memberikan batasan masing-masing
sesuai dengan spesialisasi keilmuannya. Berikut ini akan
penulis uraikan beberapa definisi tentang “belajar”.
Menurut Gage (1984), belajar adalah proses
organisma berubah perilaku akibat pengalaman. Belajar
ditekankan bagaimana agar bisa merubah perilaku.
Dengan perubahan perilaku seseorang akan menjadi

2 Dr. H. Amka, M.Si.


lebih menguasai berbagai masalah dan bisa mencari
solusi pemecahan permasalahan.
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman (Oemar Hamalik, 2001:27).
Senada dengan Clifford, Hamalik memberikan pengertian
bahwa belajar didasari oleh pengalaman masa lalu.
Adapun simpulan lebih rinci mengenai belajar adalah
sebagai berikut:
1. Belajar pada hakikatnya selalu memiliki tujuan
2. Suatu usaha yang disengaja. Belajar merupakan upaya
sadar untuk menuju perubahan perilaku yang lebih
baik.
3. Proses asasi dalam belajar adalah penyelidikan dan
penemuan, bukan ulangan semata.
4. Perubahan dari hasil belajar diperoleh karena adanya
pengalaman masa lalu. Pengalaman menjadi dasar
seseorang mendapatkan pemahaman, dan
keterampilan baru. Semakin banyak memiliki
pengalaman semakin banyak mendapatkan
perubahan perilaku.
5. Perubahan yang didapat dari belajar bisa berupa
perubahan keterampilan, perubahan pengetahuan, dan
perubahan sikap secara hirarki.
6. Perubahan yang terjadi akibat dari belajar bersifat
simultan. Belajar merupakan suatu proses bukan
merupakan tujuan. Karena belajar merupakan proses
maka tidak ada kata berhenti untuk belajar.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 3


7. Hasil belajar tidak hanya digunakan secara terbatas
pada situasi tertentu, tetapi dapat digunakan dalam
situasi yang lain.
Sebagaimana belajar, definisi pembelajaran juga
sangat beragam dan tergantung dari sudut pandang
mana para ahli mendefinisikannya. Secara pokok
pembelajaran merupakan proses interaksi dua arah.
Interaksi pembelajaran terjadi karena adanya pendidik
dan peserta didik untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Sejalan dengan Slamet PH (2001), pembelajaran
merupakan pemberdayaan peserta didik oleh pengajar
yang berlangsung di dalam maupun di luar ruangan.
Oemar Hamalik (200:57) menekankan pembelajaran
merupakan kombinasi untur-unsur manusia, bahan
belajar, sarana dan prasarana.
Pengertian tentang pembelajaran dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran merupakan hasil interaksi
berkesinambungan antara pengembangan dan
pengalaman hidup.
2. Pada hakekatnya pembelajaran merupakan usaha
sadar dari seorang tenaga pendidik (orang dewasa)
untuk membelajarkan peserta didik dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan.
3. Pembelajaran merupakan pemberdayaan dan
interaksi perilaku pengajar dan perilaku peserta didik

4 Dr. H. Amka, M.Si.


4. Pembelajaran merupakan internalisasi makna
pelajaran dan berwujud dalam perilaku berkarakter.
5. Komunikasi pembelajaran dua arah atau secara
intens dan terarah untuk mencapai tujuan yang sudah
direncanakan.
6. Tujuan pembelajaran dicapai melalui kombinasi unsur
manusia, bahan ajarl, sarana dan prasarana.
7. Prosedur pembelajaran saling memengaruhi untuk
mencapai tujuan.
8. Proses pembelajaran terjadi atas tiga fase berupa
informasi, transformasi, dan evaluasi.
Keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh
strategi yang digunakan. Strategi pembelajaran sebagai
rancangan prosedural tindakan pendidik dalam proses
pembelajaran.
Secara sederhana, strategi pengajaran merupakan
siasat/taktik yang harus dipikirkan/direncanakan tenaga
pendidik untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Dengan demikian, strategi pembelajaran
mencakup : (a) Tujuan pembelajaran, (b) Materi/ bahan
pengajaran, (c) Kegiatan pembelajaran (metode/taktik),
(d) Media pembelajaran, (e) Pengelolaan kelas, dan (f)
Penilaian.
Kemp (1995) merumuskan strategi pembelajaran
sebagai kegiatan pendidik serta peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran secara sangkil dan
mangkus.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 5


Sanjaya (2007:126) mengartikan strategi
pembelajaran sebagai perencanaan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Berbagai pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan,
metode, dan pemanfaatan sumber belajar.

(Diambil dari
https://generusindonesia.wordpress.com/2012/12/24/
mata-pelajaran-banyak-ini-alasannya/anak-belajar-
banyak-mata-pelajaran/)

Belajar adalah proses kompleks, yang terjadi pada


setiap orang sepanjang hidupnya, mulai dari buaian
hingga liang lahat. Prosesnya terjadi karena interaksi
antara seseorang dan lingkungan sekitar. Terjadi tidak
dibatasi ruang dan waktu, kapan dan saja dan dimana
6 Dr. H. Amka, M.Si.
saja. Indikator yang dapat ditandai dalam belajar adalah
terjadinya perubahan perilaku ke arah yang lebih baik dan
benar dalam pola pikir pengetahuan, pola sikap, dan pola
tindak keterampilan.
Pembelajaran di sekolah dijalankan berdasarkan
kurikulum dan program pembelajaran yang telah disusun
secara sistematis.
Menurut Sabri (2005:20), belajar merupakan proses
perubahan perilaku karena dua hal, yaitu pengalaman dan
pelatihan. Artinya apa yang dialami dan apa saja
keterampilan merupakan kegiatan belajar menuju
perubahan perilaku, pengetahuan, keterampilan, sikap
seseorang.
Sementara itu, Sadiman (2005:2) mengatakan, belajar
suatu proses kompleks semua orang dan berlangsung
seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat.
Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning: The
View from Cognitive Psychology mendefinisikan belajar
dalam tiga macam rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif;
rumusan institusional; dan rumusan kualitatif.
Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar
berarti kegiatan pengisian atau pengembangan
kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa
banyak materi yang dikuasai peserta didik.
Secara institusional (ditinjau kelembagaan), belajar
dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan)
terhadap penguasaan peserta didik atau materi-materi

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 7


yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang
menunjukkan peserta didik telah belajar dapat diketahui
dalam hubungannya dengan proses mengajar. Ukurannya
ialah, semakin baik mutu mengajar yang dilakukan tenaga
pendidik maka akan semakin baik pula mutu perolehan
peserta didik yang kemudian dinyatakan dalam bentuk
skor atau nilai.
Adapun pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan
mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan
pamahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan
dunia di sekeliling peserta didik. Belajar dalam pengertian
ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan
yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah
yang kini dan nanti dihadapi peserta didik.
Pendek kata, seorang yang telah melakukan proses
belajar pasti terjadi perubahan pada dirinya. Perubahan
tersebut bersifat interpersonal, positif-aktif, dan afektif
fungsional.
1. Perubahan interpersonal, yaitu perubahan yang terjadi
karena pengalaman atau praktik yang dilakukan
dengan sengaja dan disadari tanpa kebetulan.

2. Terjadi perubahan positif-aktif. Perubahan bersifat


positif yaitu perubahan yang bermanfaat sesuai
dengan harapan pelajar, di samping menghasilkan
sesuatu yang baru dan lebih baik dibanding
sebelumnya, sedangkan perubahan yang bersifat aktif

8 Dr. H. Amka, M.Si.


yaitu perubahan yang terjadi karena usaha yang
dilakukan pelajar, bukan terjadi dengan sendirinya.

3. Perubahan yang bersifat efektif yaitu perubahan yang


memberikan pengaruh dan manfaat bagi pelajar.
Adapun yang bersifat fungsional yaitu perubahan yang
relatif tetap serta dapat diproduksi atau dimanfaatkan
setiap kali dibutuhkan.

Perubahan akibat belajar ditandai perubahan


kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan
atau apresiasi. Perubahan tersebut dapat meliputi
keadaan dirinya, pengetahuan atau perbuatannya. Inilah
tanda belajar yang berhasil dan optimal. Sebab ada juga
proses belajar yang tidak tuntas serta tidak bisa
menghantarkan anak menjadi dewasa pada setiap aspek
pribadi anak.
Menurut Prosser (1999:11), pembelajaran yang baik
adalah pembelajaran yang membawa anak didik pada
pemahaman. Selain itu, anak didik diberi pilihan-pilihan
materi agar sesuai dengan perkembangan dan modal
belajarnya.

B. Ruang Lingkup Belajar


Belajar dilakukan secara terencana, sehingga belajar
pasti memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai setelah
proses belajar terjadi. Tujuan belajar ini juga menjadi
bahasan tersendiri bagi para pakar pendidikan sehingga
menghasilkan beragam pandangan. Berikut ini disajikan
beberapa pandangan tentang tujuan belajar.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 9


Menurut Peter Kline dalam Angkowo dan Kosasih
(2007: 49), belajar akan efektif jika dilakukan dalam
suasana menyenangkan (fun and enjoy). Maka, perlu
diciptakan suasana dan sistem (kondisi) belajar yang
kondusif, di samping faktor lain yang akan menentukan
hasil belajar peserta didik. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah faktor pengajar. Oleh sebab itu,
mengajar yang diartikan sebagai suatu usaha
menciptakan sistem lingkungan, harus memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran yang fun and enjoy. Tetapi
perlu diketahui pula bahwa sistem lingkungan ini pun
dipengaruhi oleh berbagai komponen yang saling
berinteraksi, antara lain: tujuan pembelajaran, bahan
kajian yang disampaikan, tenaga pendidik, peserta didik,
jenis kegiatan yang dikembangkan, metode serta media
pembelajaran yang dipilih.
Rogers (dalam Angkowo, 2007: 49) sangat
menekankan pentingnya relasi dan komunikasi dalam
proses pembelajaran. Sebab menurut mereka, pendidikan
akan berfaedah besar apabila dapat menumbuh
kembangkan kepribadian manusia. Berkaitan dengan hal-
hal di atas, serta mencermati perkembangan dunia
sekarang. Tujuan pembelajaran adalah mengembangkan
strategi dan teknologi yang lebih manusiawi dalam
rangka menciptakan ketahanan dan keterampilan
manusia guna menghadapi kehidupan yang secara terus
menerus berubah. Oleh sebab itu, pembelajaran harus
mampu menjawab kebutuhan peserta didik, untuk

10 Dr. H. Amka, M.Si.


merencanakan tujuan hidup. Bagaimana membangun
identitas diri, bagaimana membentuk ketangguhan diri,
dan bagaimana mengupayakan relasi dan komunikasi
pribadi yang efektif dengan sesama dan lingkungannya.
Dengan demikian, secara umum ada tiga tujuan
pembelajaran, yaitu :
1. Meningkatkan pengetahuan;
2. Menanamkan konsep pengetahuan;
3. Membentuk kepribadian dan sikap.
Rita Dunn mengemukakan, variabel yang
mempengaruhi cara belajar adalah faktor fisik, emosional,
sosiologis, dan lingkungan (DePorter, 2002: 110).
Sementara ada orang yang merasa nyaman belajar
dengan duduk formal di kursi dan meja yang tertata rapi,
ada orang yang nyaman belajar dengan posisi tiduran.
Ada orang yang merasa nyaman belajar dengan ruangan
yang luas, sementara ada orang yang nyaman belajar di
ruangan yang sempit. Ada orang yang mudah
memahamai suatu permasalahan melalui diskusi
kelompok, ada juga yang mudah mencerna suatu
permasalahan dengan belajar sendiri. Begitupun ada
orang yang suka belajar dengan cahaya lampu yang
terang benderang, sementara ada yang nyaman belajar
dengan cahaya lampu yang tidak terlalu terang.
Cara belajar satu orang dengan orang lain tidak sama.
Masing-masing memiliki karakteristik belajar sendiri-
sendiri. Di sinilah pentingnya seorang pendidik
memahami karakteristik anak didiknya. Tipikal

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 11


pembalajar visual, berbeda dengan tipikal pembelajar
auditorial dan kinestetik. Agar proses pembelajaran dapat
berhasil dengan baik, seorang pendidik harus mengenal
karakteristik atau ciri-ciri peserta didik yang
dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu visual,
auditorial, dan kinestetik. Orang visual, yaitu orang yang
belajar dengan cara melihat. Tipikal orang visual, akan
lebih mudah menyerap materi pembelajaran dengan cara
membaca. Orang auditorial, yaitu orang yang belajar
dengan cara mendengar. Orang auditorial akan lebih
cepat memahamai suatu permasalahan dengan cara
mendengarkan. Orang kinestetik, yaitu orang yang
belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh.
Tipe orang kinestetik akan mudah memahami suatu
permasalahan dengan cara praktik, menyentuh langsung
pada objek pembelajaran.

C. Proses Belajar dan Pembelajaran


Belajar akan lebih berhasil bila bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik (S.
Nasution, 2005:23). Belajar akan lebih berhasil manakala
muncul dari hati sanubari individu. Belajar yang didorong
oleh kamauan secara internal akan lebih memberikan
hasil daripada karena dorongan dari luar. Belajar karena
kesadaran sangat membantu untuk mencerna materi
pembelajaran. Begitu pentingya motivasi internal untuk
menumbuhkan minat belajar, tenaga pendidik dituntut
untuk bisa berperan sebagai motivator terhadap peserta
didiknya. Tenaga pendidik perlu memberikan motivasi

12 Dr. H. Amka, M.Si.


agar peserta didik bisa menumbuhkan semangat belajar
dari dalam diri masing-masing.
Bentuk pemberian motivasi kepada peserta didik bisa
berupa harapan masa depan jika peserta didik bisa
menguasai suatu ilmu atau pengetahuan.Katakanlah jika
anak menguasai penggunaan busur derajat dengan baik,
maka kalau kelak menjadi pilot akan mudah
mengendalikan pesawat terbang. Karena pesawat terbang
diterbangkan dengan menggunakan prinsip kerja busur
derajat. Aplikasi penggunaan busur derajat dalam
kehidupan nyata bisa menumbuhkan semangat peserta
didik untuk belajar matematika dengan sungguh-
sungguh.
Begitupun halnya dalam pelajaran lainnya. Bagaimana
tenaga pendidik bisa mengkaitkan suatu ilmu dengan
kehidupan nyata. Ilmu yang dipelajari bukan sekedar
pengetahuan teoritis, namun bisa dipraktikkan dalam
kehidupan nyata. Ilmu yang dipelajari hendaklah
membawa manfaat dalam kehidupan nyata. Pembelajaran
yang menarik menuntut kepiawaian tenaga pendidik
dalam menggunakan media, model, dan strategi
pembelajaran bervariasi. Pembelajaran dengan
menggunakan media, model, dan strategi yang bervariasi
menjadikan suasana kelas lebih hidup. Peserta didik
menjadi lebih bergairah mengikuti pembelajaran.
Tenaga pendidik sebagai motivator dalam
pembelajaran perlu memahami kondisi kejiwaan peserta
didik. Tenaga pendidik yang memahami kondisi kejiwaan

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 13


peserta didik akan memberikan perlakuan sesuai dengan
keutuhan peserta didik.
Memperhatikan emosi peserta didik dapat membantu
tenaga pendidik mempercepat pembelajaran peserta
didik. Memahami emosi peserta didik dapat membuat
pembelajaran lebih bermakna dan permanen. Penelitian
otak semakin menunjukkan adanya hubungan antara
keterlibatan emosi, memori jangka panjang, dan belajar
(Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie,
2001:22).
Sangat sedikit pembelajaran terjadi ketika peserta
didik tertekan, dikecewakan, atau berada dalam kondisi
terganggu lainnya. Akan tetapi, ketika mereka didorong
kepada kondisi pembelajaran yang positif, mereka secara
alamiah akan menjadi lebih baik (Eric Jensen, 2008:201).
Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh
kondisi kejiwaan dan emosi yang melingkupi. Suasana
batin yang riang sangat mendukung keberhasilan
pembelajaran. Seseorang sulit untuk belajar dengan baik
ketika berada dalam tekanan dan keterpaksaan.
Agar pembelajaran berhasil dengan baik perlu
diciptakan suasana yang kondusif. Suasana ruangan yang
nyaman, penerangan yang memadai, pengendalian suara
secara ritmis, dan alunan musik instrumental yang lembut
akan membantu keberhasilan pembelajaran. Ruangan
belajar hendaklah diseting sedemikian rupa. Ruangan
belajar yang baik hendaklah memberikan keleluasaan
peserta didik untuk bergerak secara leluasa. Pencahayaan

14 Dr. H. Amka, M.Si.


hendaklah dibuat senyaman mungkin, tidak terlalu gelap
dan juga tidak terlalu silau. Jika memungkinkan di
ruangan belajar ada sound system yang bisa
menghantarkan alunan musik instrumental yang lembut
yang merangsang otak untuk beraktifitas secara optimal.
proses belajar bisa saja sama, namun hasilnya
berbeda. Hal ini disebabkan adanya berbagai faktor yang
mempengaruhi, sehingga hasilnya bisa beragam.
Ada dua faktor utama yang mempengaruhi Hasil
belajar, yakni faktor dalam dan luar diri. Sekitar 70% hasil
belajar dipengaruhi dari dalam diri dan sisanya sekitar
30% dipengaruhi dari luar diri (Clark dalam Angkowo dan
Kosasih; 2007: 50).
Kualitas pengajaran sangat dipengaruhi oleh
kompetensi pendidik. Di samping itu pendidik, kualitas
pengajaran dipengaruhi kondisi kelas, suasana belajar,
fasilitas penunjang, sumber belajar yang memadai,
kondisi lingkungan sekolah da, budaya sekolah yang
kondusif. Sabri, 2005:51 menyebutkan tiga unsur yang
mempengaruhi hasil belajar peserta didik, yaitu
kompetensi pendidik, karakteristik kelas, dan karakteristik
sekolah.
Faktor lingkungan juga berpengaruh pada hasil
belajar. Croxford dan Cowie, dalam John MacBeath dan
Peter Mortimore (2005: 23) yang menyimpulkan bahwa
Efek dari konteks sosial sekolah tidak sama untuk semua
murid. Suatu sekolah dengan konteks sosial tinggi punya
efek yang besar dalam memperbaiki hasil belajar murid

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 15


yang latar belakang keluarganya sendiri relatif tidak
menguntungkan, dibandingkan hasil belajar seorang
murid yang latar belakang keluarganya sendiri
menguntungkan. Sebaliknya, suatu sekolah dengan
konteks sosial rendah punya efek lebih menekan pada
hasil belajar seorang murid yang latar belakang
keluarganya sendiri secara relatif tidak menguntungkan.
Menurut Yamin (2007: 141), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar diantaranya :
a. Bakat dan kecepatan belajar
Masing-masing peserta didik dan mahasiswa
memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda dalam
mempelajari suatu pelajaran, dan kecepatan belajar
setiap peserta didik dan mahasiswa berbeda dalam
mempelajari pelajaran yang berbeda.

b. Kemampuan untuk menguasai pelajaran


Setiap mata pelajaran, tergantung dari mode
pembelajaran (Instructional mode) yang digunakan
dalam mata pelajaran tersebut, mempersyaratkan
kemampuan atau keterampilan peserta didik dan
mahasiswa yang berbeda (verbal ability, dan aural
ability.).

c. Mutu program pembelajaran


Mutu program pembelajaran harus memperhatikan
beberapa hal, sebagai berikut :

16 Dr. H. Amka, M.Si.


 Kejelasan dan ketepatan teknik pembelajaran
untuk setiap peserta didik dan mahasiswa didik
(berdasarkan perbedaan individu).
 Jumlah partisipasi dan latihan dalam belajar untuk
setiap mahasiswa.
 Jumlah dan jenis penguatan serta umpan balik
yang diberikan untuk setiap peserta didik dan
mahasiswa.
d. Ketahanan (perseverance)
Setiap peserta didik dan mahasiswa berbeda dalam
ketahanan atau keuletannya (persistence) dalam
mempelajari suatu mata pelajaran berdasarkan
pengalaman keberhasilannya dan kegagalannya
dalam mempelajari mata pelajaran tersebut.

e. Waktu
Setiap peserta didik dan mahasiswa membutuhkan
jumlah waktu yang berbeda untuk mempelajari dan
menguasai satu mata pelajaran.

D. Modalitas Belajar
Potensi dasar dalam belajar adalah modalitas
belajar. Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2000: 113)
membagi modalitas belajar menjadi 3 (tiga), yaitu :

a. Visual, yaitu belajar dengan cara melihat.


Modalitas ini mengakses citra visual, yang
diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang,
potret mental, dan gambar menonjol dalam

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 17


modalitas ini. Seseorang yang memiliki modal visual
bercirikan sebagai berikut (DePorter, 2000: 85)

 Teratur, memperhatikan dengan cermat sesuatu,


dan menjaga penampilan.
 Mengingat melalui gambar dan lebih suka
membaca dari pada dibacakan.
 Memerlukan gambaran, menangkap detail, dan
mengingat apa yang dilihat.
Belajar dengan pendekatan visual berarti belajar
melalui pandangan mata. Menurut Dave Meier
dalam Martinis Yamin (2007: 109), ketajaman visual
lebih menonjol pada sebagian orang dan sangat
kuat dalam diri seseorang. Bahkan sebagian besar
anak bertipe visual. Alasannya adalah bahwa di
dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk
memproses informasi visual dari pada semua indera
yang lain.

b. Auditorial, yaitu belajar dengan cara mendengar.


Sebagian anak ada yang lebih dominan aspek
pendengaran dalam memahami sesuatu. Modalitas
ini mengakses segala jenis bunyi.

c. Kinestetik, belajar dengan cara bergerak, bekerja,


dan menyentuh.
Bagi anak yang cenderung kinestetik maka
dalam kegiatan belajar lebih bisa menangkap materi
dengan melakukan sendiri, mempraktikkan dan

18 Dr. H. Amka, M.Si.


menyentuh media yang digunakan. Sehingga para
tenaga pendidik pun dituntut jeli dalam memilih
metode dan media pembelajaran untuk anak
kinestetik.

Modalitas belajar yang dimiliki manusia tidak


bisa lepas dari hakekat manusia itu sendiri. Karena
pada dasarnya, manusia itu terdiri atas jiwa dan raga.
Sebagai makhluk yang berjiwa terdiri atas aspek
cipta, rasa, dan karsa yang masing-masing
merupakan sumber daya psikis yang perlu
dikembangkan. Kalau ketiga aspek tersebut
berkarya akan menghasilkan kekreatifan. Cipta yang
berpusat di otak kalau dikembangkan akan
menghasilkan kecerdasan atau kepandaian. Rasa
yang berpusat di hati kalau dibina akan
menghasilkan manusia yang tahu keindahan,
kesenian, dan kesusilaan. Sedang karsa adalah suatu
sumber kemauan yang kalau dibina akan
menghasilkan kejujuran (Dakir, 2004: 26).
Sebagai makhluk jasmani (raga) manusia
membutuhkan raga yang sempurna yang berupa
kesehatan. Kalau raganya berkarya dan dibina akan
menghasilkan keterampilan atau keprigelan.
Kalau dilihat dari sifatnya, manusia adalah
sebagai makhluk sosial dan makhluk individu.
Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan
perkembangan sosialnya atau perkembangan

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 19


kemasyarakatannya. Sebagai makhluk individu
manusia membutuhkan perkembangan kemandirian.
Untuk itu, para pendidik perlu memahami
modalitas belajar yang dimiliki setiap peserta didik.
Kemampuan memetakan modalitas anak didik akan
mempengaruhi tingkat pencapaian hasil belajar
anak. Tenaga pendidik perlu menyesuaikan materi,
metode, media dan jenis evaluasi pembelajaran
sesuai modalitas belajar peserta didik.

Dapat dimaknai bahwa pembelajaran itu terjadi karena


ada interaksi, ada lingkungan belajar, ada peserta didik,
dan ada pendidik. Ketika empat komponen ini telah
terpenuhi maka terjadilah proses pembelajaran. Secara
lebih jelas komponen pembelajaran dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:

Peserta
Didik

Pendidik

Sumber Belajar
& Lingkungan

Dalam proses pembelajaran interaksi antar komponen


pembelajaran harus sinergis dan kolaboratif agar kualitas
pembelajaran menjadi sempurna.

20 Dr. H. Amka, M.Si.


Bagi peserta didik. keluarga merupakan tempat
pertama bersemainya bibit sikap spiritual dan sosial,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Oleh
karena itu, peran keluarga tidak dapat sepenuhnya
digantikan oleh sekolah. Sekolah merupakan tempat
kedua untuk pendidikan peserta didik yang dilakukan
melalui program intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler.
Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan melalui mata
pelajaran. Kegiatan kokurikuler dilaksanakan melalui
kegiatan-kegiatan di luar sekolah yang terkait langsung
dengan mata pelajaran, misalnya tugas individu, tugas
kelompok, dan pekerjaan rumah berbentuk proyek atau
bentuk lainnya. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler
dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yang bersifat
umum dan tidak terkait langsung dengan mata pelajaran,
misalnya kepramukaan, palang merah remaja, festival
seni, bazar, dan olahraga.
Masyarakat merupakan tempat pendidikan yang
jenisnya beragam dan pada umumnya sulit diselaraskan
antara satu sama lain, misalnya media massa, bisnis dan
industri, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga
keagamaan. Untuk itu para tokoh masyarakat tersebut
semestinya saling koordinasi dan sinkronisasi dalam
memainkan perannya untuk mendukung proses
pembelajaran. Singkatnya, keterjalinan, keterpaduan, dan
konsistensi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat
harus diupayakan dan diperjuangkan secara terus

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 21


menerus karena tripusat pendidikan tersebut sekaligus
menjadi sumber belajar yang saling menunjang.

“BELAJAR ITU MENYENENGKAN”

22 Dr. H. Amka, M.Si.


KESIMPULAN

Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah


laku yang relatif semakin baik. Belajar adalah usaha yang
disengaja dan selalu memiliki tujuan. Belajar merupakan
upaya sadar untuk menuju perubahan perilaku yang lebih
baik. Perubahan dari hasil belajar diperoleh karena
adanya pengalaman masa lalu. Pengalaman menjadi
dasar seseorang mendapatkan pemahaman, dan
keterampilan baru. Semakin banyak memiliki pengalaman
semakin banyak mendapatkan perubahan perilaku.
Perubahan-perubahan yang didapat dari belajar bisa
berupa perubahan keterampilan, perubahan pengetahuan,
dan perubahan sikap secara hirarki.
Perubahan yang terjadi akibat dari belajar besifat
simultan. Belajar merupakan suatu proses bukan
merupakan tujuan. Karena belajar merupakan proses
maka tidak ada kata berhenti untuk belajar. Hasil belajar
tidak hanya digunakan secara terbatas pada situasi
tertentu, tetapi dapat digunakan dalam situasi yang lain.
Agar pembalajaran berhasil dengan baik perlu
diciptakan suasana yang kondusif.
Ada tiga modalitas dalam pembelajaran, yaitu visual,
auditorial, dan kinestetik. Ketiga modalitas tersebut
sangat mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran.
Masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar sendiri
karena modalitas yang dimiliki berbeda-beda, antara
peserta didik satu dengan peserta didik lain.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 23


LATIHAN SOAL

1. Jelaskan pengertian belajar dan pembelajaran?


2. Analisis dan kritisi perbedaan belajar dan
pembelajaran!
3. Apa saja ruang lingkup belajar dan pembelajaran,
berilah contohnya!
4. Buatlah tabel perbedaan antara aktifitas belajar dan
pembelajaran.

REFERENSI

A. Yanuar. Rahasia Jadi Tenaga pendidik Favori-Inspiratif :


Seabrek Anjuran dan Pantangan saat Mengajar.
Yogyakarta: Diva Press.
Amka, Guru Profesional Berkarakter. Klaten, Cempaka
Putih: 2012.
Amka, Hati Pusat Pendidikan Karakter. Klaten, Cempaka
Putih, 2012.
Darmani. Model Pembelajaran. Nizamia Learning Center
(Sidoarjo: 2016).

Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen,


Kemendikbud, 2017.

24 Dr. H. Amka, M.Si.


BAB II
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami teori


behavioristik, teori kognitif, teori
humanistik, dan teori konstruktifistik

A. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan perubahan
perilaku akibat belajar, yang bisa diamati, diukur dan
dinilai.
Teori behavioristik telah dikembangkan oleh para
ilmuwan psikologi. Kemudian banyak dikorelasikan
dengan psikologi belajar. Diantara tokoh behavioristik
antara lain:

1. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori


Koneksionisme
Thorndike adalah pendidik, psikolog, berkebangsaan
Amerika, lulus S1 Universitas Wesleyen 1895, S2 Harvard
1896, dan doktor dari Columbia 1898.
Menurut Thorndike, belajar adalah terbentuk melalui
peristiwa stimulus (S) dan respon (R ). Stimulus dari

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 25


lingkungan eksternal. Sedangkan respon adalah tingkah
laku yang dimunculkan dari perangsang.
Sebuah eksperimen Thorndike menggunakan kucing
yang lapar dimasukkan dalam sangkar. Diketahui bahwa
supaya tercapai hubungan antara stimulus-respons, perlu
respons yang tepat melalui usah percobaan (trials) dan
kegagalan (error) berulang. Dengan demikian bentuk
paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning
atau selecting and connecting learning”. Teori Thorndike
sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau
teori asosiasi.

2. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)


Pavlov, dalam karyanya mengenai pengkondisian
sangat mempengaruhi psikologi behavioristik. Tulisnya
antara lain Work of Digestive Glands (1902) dan
Conditioned Reflexes (1927).
Teori pengkondisian Pavlov menggunakan
percobaan anjing. Perangsang asli dan netral dipasangkan
dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang
sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Eksperimen Pavlov dan ahli lain terpengaruh
pandangan behaviorisme. Gejala kejiwaan seseorang
dilihat dari perilakunya. Dengan menggunakan
rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah.
Pavlov bereksperimen menggunakan binatang (anjing)
karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan
dengan manusia. Dalam ajaran Islam, sesungguhnya
26 Dr. H. Amka, M.Si.
manusia adalah sebaik-baik ciptaan Allah. Berperan di
muka bumi sebagai abdi Allah dibekali petunjuk. Dengan
hatinya, manusia memahami petunjuk Allah.

3. Burrhus Frederic Skinner (1904-1990)


Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The
Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi
belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning.
Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi
tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The
Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi
dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental
Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di
Amerika (Sahakian,1970)
Skinner menyebutkan perilaku dikontrol melalui
proses operant conditioning. Seseorang dapat mengontrol
tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcemen.
Dalam beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel
daripada conditioning klasik.
Gaya mengajar pendidik dilakukan dengan
pengantar, secara searah, dan dikontrol melalui
pengulangan dan latihan. Skinner, menajemen kelas
adalah usaha untuk memodifikasi perilaku penguatan
dengan memberi penghargaan pada perilaku yang
diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada
perilaku yang tidak tepat. Operant Conditioning adalah
proses perilaku operant (penguatan positif atau negatif)

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 27


yang mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang
kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

4. Robert Gagne (1916-2002)


Gagne adalah seorang psikolog pendidikan
berkebangsaan Amerika yang terkenal dengan
penemuannya berupa condition of learning. Gagne
pelopor dalam instruksi pembelajaran yang
dipraktikkannya dalam training pilot AU Amerika. Ia
kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori
instruksionalnya untuk mendesain pelatihan berbasis
komputer dan belajar berbasis multi media. Teori Gagne
banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Gagne disebut sebagai Modern Neobehaviouris
mendorong tenaga pendidik untuk merencanakan
instruksioanal pembelajaran agar suasana dan gaya
belajar dapat dimodifikasi. Keterampilan paling rendah
menjadi dasar bagi pembentukan kemampuan yang lebih
tinggi dalam hirarki keterampilan intelektual. Tenaga
pendidik harus mengetahui kemampuan dasar yang harus
disiapkan. Belajar dimulai dari hal yang paling sederhana
dilanjutnkan pada yang lebih kompleks (belajar SR,
rangkaian SR, asosiasi verbal, diskriminasi, dan belajar
konsep) sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi
(belajar aturan dan pemecahan masalah). Praktiknya gaya
belajar tersebut tetap mengacu pada asosiasi stimulus
respon.

28 Dr. H. Amka, M.Si.


5. Albert Bandura (1925-masih hidup)
Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di
Mondare Alberta berkebangsaan Kanada. Teorinya dilihat
dalam kerangka Teori Behaviour Kognitif, karena
melibatkan atensi, ingatan dan motivasi.
Perilaku pemodelan atau keteladanan mempunyai
prinsip prinsip dalam teori Bandura sebagai berikut :
1. Level tertinggi belajar adalah dari pengamatan yang
diperoleh melalui pengorganisasian sejak awal.
Perilaku diulangi secara simbolik kemudian
melakukannya.
2. Sseorang suka meniru jika sesuai dengan nilai yang
dianutnya.
3. Seseorang suka meniru model yang disukainya.

B. Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pendidikan

Ciri-ciri yang perlu diperhatikan dalam terapan teori


behavioristik adalah pengaruh lingkungan, perubahan
perilaku, peranan reaksi, pembentukan hasil belajar
melalui stimulus dan respons, peranan kemampuan
sebelumnya, pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan, dan hasil belajar.
Beberapa kritik terhadap behavioristik adalah
pembelajaran tidak berpusat pada siswa, melainkan
berpusat pada pendidik, bersifat mekanistik, dan
berorientasi pada hasil.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 29


Kesalahan menerapkan teori behaviroristik
mengakibatkan pembelajaran tidak menyenangkan bagi
peserta didik yaitu tenaga pendidik sebagai central,
bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah,
tenaga pendidik melatih dan menentukan apa yang harus
dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi
dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang
diberikan tenaga pendidik. Murid hanya mendengarkan
penjelasan dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Hukuman
kepada peserta didik dihindari oleh tokoh behavioristik
justru dianggap metode paling efektif untuk menertibkan
peserta didik.

C. Teori Kognitif

Tokoh teori kognitif adalah J ean Piaget, seorang


psikolog Swiss. Teorinya menjadi konsep utama dalam
lapangan psikologi. Utamanya psikologi perkembangan
dan kecerdasan.

Piaget membagi empat periode utama yang


berkorelasi dengan perkembangan :

1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun). Tahap ini


menandai perkembangan kemampuan dan
pemahaman.
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun). Tahap ini
merupakan proses melakukan tindakan terhadap objek.

30 Dr. H. Amka, M.Si.


3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun). Tahap
ini muncul hingga usia 12 tahun dengan ciri
penggunaan logika.
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai
dewasa). Tahap ini merupakan tahapan akhir
perkembangan kognitif, yaitu mulai usia 12 tahun
hingga dewasa.

D. Teori Humanistik
Beberapa hal penting yang menandai teori
humanistis adalah :

1. Tujuan belajar untuk memanusiakan manusia. Proses


belajar dianggap berhasil jika peserta didik memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri.

2. Peserta didik dalam proses belajar berusaha agar


mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya.

3. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar


dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.

4. Tujuan utama para pendidik adalah membantu


peserta didik mengembangkan diri. Membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik. Membantu
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 31


Tokoh teori belajar humanistik adalah Arthur W.
Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

Implikasi Teori Belajar Humanistik


Dalam teori ini pendidik berperan sebagai fasilitator
untuk memberi kemudahan belajar termasuk
meningkatkan kualitas fasilitator dengan cara :

1. Fasilitator menciptakan suasana kondusif dalam


kelompok dan kelas
2. Pendidik menjelaskan tujuan individual dalam kelas
dan tujuan kelompok.
3. Pendidik mempercayai keinginan peserta didik agar
belajar bermakna bagi dirinya.
4. Fasilitatpr mengatur, mengelola, menyediakan sumber
belajar yang luas dan mudah dimanfaatkan peserta
didik.
5. Fasilitator menjadikan dirinya sebagai sumber.
6. Fasilitator menanggapi ungkapan, menerima pemikiran,
sikap, perasaan dengan baik bagi individual atau
kelompok
7. Bilamana kelas telah mantap, fasilitator turut
berpartisipasi dan turut menyatakan pandangannya.
8. Pendidik berperan aktif dalam kelompok
9. Pendidik mengendalikan ungkapan perasaan selama
belajar
10. Pendidik berupaya mengenal keterbatasannya.

32 Dr. H. Amka, M.Si.


Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran
Peserta didik

Peran pendidik dalam pembelajaran humanistik


menjadi fasilitator bagi peserta didik. Pendidik
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar.
Pendidik memfasilitasi pengalaman belajar kepada
peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.

Peserta didik berperan sebagai pelaku utama


(student center). Peserta didik diharapkan memahami
potensi diri, mengembangkan potensi diri secara positif,
dan meminimalkan potensi.

Tujuan pembelajaran fokus pada proses belajar


yang dibentuk dengan :

1. Menetapkan rumusan tujuan


2. Mengupayakan partisipasi aktif peserta didik melalui
kontrak belajar, jujur, dan positif.
3. Mendorong peserta didik mengembangkan
kesanggupan peserta didik belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong peserta didik peka berpikir kritis dan
memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5. Mendorong peserta didik untuk bebas
mengemukakan pendapat, memilih pilihan sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan, dan menanggung
resiko dari perilaku yang ditunjukkan.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 33


6. Pendidik menerima peserta didik apa adanya,
berusaha memahami jalan pikirannya, tidak menilai
secara normatif tetapi mendorong peserta didik
untuk bertanggungjawab atas segala resiko
perbuatan dalam proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan peserta didik untuk maju
sesuai dengan kecepatannya.
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan
perolehan prestasi peserta didik.

Teori humanistik cocok diterapkan pada materi-


materi pembelajaran terkait pembentukan kepribadian,
hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap
fenomena sosial.

Indikator keberhasilan aplikasi ini adalah peserta didik


merasa senang, bergairah, berinisiatif, perubahan pola
pikir, perilaku, dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta
didik menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat
oleh pendapat orang lain, dan mengatur pribadinya
secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain, melanggar aturan, norma, disiplin atau etika
yang berlaku.

E. Teori Konstruktivistik
Konstruktivisme saat ini semakin mempengaruhi
pembelajaran tradisional, khususnya pembelajaran pada
pendidikan tinggi. Sebagian pakar menganggap
konstruktivisme sebagai suatu aliran filsafat pengetahuan ,
namun sebagian lagi menganggapnya sebagai suatu teori
34 Dr. H. Amka, M.Si.
tentang pembelajaran. Menurut Kamus Merriam Webster,
teori ialah prinsip-prinsip umum yang masuk akal atau
dapat diterima secara ilmiah yang disajikan untuk
menjelaskan suatu fenomena, sedangkan filsafat
(philosophy) ialah pencarian akan pemahaman umum
tentang nilai-nilai dan realitas, yang dilakukan terutama
melalui cara yang spekulatif, bukan secara observasi.
Konstruktivisme bukan berakar pada penelitian
pendidikan dibanding dengan berbagai teori belajar yang
lain seperti behaviorisme dan kognitivisme. Namun
demikian, saat ini konstruktivisme banyak dikembangkan
oleh komunitas pendidik dalam melalukan desain atau
rancangan instruksional.

KESIMPULAN
Teori belajar sangat banyak dikaji oleh para pakar
psikologi pendidikan. Ada empat teori besar dalam
pembelajaran, yaitu teori behavioristik, teori kognitif, dan
teori humanistik, dan teori konstruktivistik.
Pertama, Teori behavioristik menjelaskan belajar
adalah perubahan perilaku. Berubahnya perilaku dapat
diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Perubahan
perilaku terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon).
Kedua, teori kognitif menjelaskan belajar
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan.
Menurut teori ini kemampuan merepresentasikan dunia
dan melakukan operasi logis berdasarkan pada kenyataan.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 35


Ketiga, teori humanistik mengatakan bahwa belajar
untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap
berhasil jika peserta didik memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri.
Keempat, teori konstruktivistik menekankan bahwa
pengetahuan kita merupakan konstruksi (bentukan) kita
sendiri, bukan imitasi dari kenyataan, bukan gambaran
dunia kenyataan yang ada. Pembelajaran berbasis
konstruktivistik menekankan pengalaman belajar pada
peserta didik.

LATIHAN SOAL

1. Analisis konsep pendidikan dalam perspektif teori


behavioristik
2. Analisis konsep pendidikan dalam perspektif teori
kognitif
3. Analisis konsep pendidikan dalam perspektif teori
humanistik
4. Analisis konsep pendidikan dalam perspektif dan
teori konstruktif
5. Buatlah peta konsep pendidikan berdasarkan teori
pendidikan.

36 Dr. H. Amka, M.Si.


REFERENSI

L. Silberman. Dr. Melvin. Active Learning. Bandung:


Nuansa Cendekia.
Lusita, Afrisanti. Buku Pintar Menjadi Tenaga pendidik
Kreatif, Inspiratif dan Inovatif. Yogyakarta: Araska.
M. Musfiqon. Desain Presentasi Pembelajaran Inovatif.
Jakarta: Prestasi Pustaka Raya
M. Musfiqon. Media dan Sumber Belajar. Prestasi Pustaka.
2014

Riyanto, Theo. Tenaga pendidik Komunikatif Pembelajaran


jadi Efektif. Yogyakarta: PT KANISIUS.
Rusydie, Salman. Jadi Tenaga pendidik Multitalenta.
Yogyakarta: Diva Press.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 37


BAB III
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami


prinsip kesiapan, motivasi, perhatian,
persepsi dan retensi

Agar kegiatan belajar mengajar bisa berjalan


secara efektif dan efisien, seorang tenaga pendidik
harus memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran
yang mengacu pada teori belajar dan pembelajaran.
Prinsip-prinsip tersebut di antaranya:

A. Prinsip Kesiapan
Keberhasilan seseorang dalam belajar sangat
terkait dengan kesiapan fisik-psikis (jasmani-mental)
agar seseorang dapat belajar.
Bruner mengatakan, kesiapan terdiri atas
penguasaan keterampilan sederhana untuk
keterampilan yang lebih tinggi (Ratna Wilis Dahar,
1988: 119). Kesiapan belajar menyangkut kematangan
pertumbuhan fisik, psikis, intelegensi, pengalaman,
hasil belajar, motivasi, persepsi, dan lainnya yang

38 Dr. H. Amka, M.Si.


memungkinkan seorang dapat belajar. Peserta didik
yang belum siap belajar, maka akan mengalami
kesulitan, tidak mau belajar, bahkan bisa putus asa.
Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran yang
bertumpu pada konsep kesiapan di antaranya:
a. Seseorang dapat belajar dengan baik apabila
memiliki kesiapan usia, kemampuan, minat.
b. Gambaran kesiapan belajar peserta didik dapat
dilakukan tes kesiapan atau kemampuan;
c. Bila seseorang belum siap belajar, maka akan
menghambat proses menghubungkan
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang
dimilikinya;
d. Kesiapan belajar mencerminkan kesiapan menerima
suatu yang baru dalam membentuk pengembangan
kemampuan yang lebih matang,
e. Bahan atau tugas belajar akan sangat baik bila
divariasi sesuai dengan kesiapan kognitif, afektif,
dan psikomotorik peserta didik (Muhaimin, 2002 :
138)

B. Prinsip Motivasi
Motivasi merupakan tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah tujuan tertentu (Morgan, 1986). Dapat pula
dipahami bahwa motivasi merupakan keinginan yang
terdapat dalam diri seseorang dan merangsangnya
untuk melakukan tindakan.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 39


Motivasi belajar misalnya, adalah keinginan yang
melatarbelakangi peserta didik sehingga terdorong
untuk bekerja. Motivasi dapat bersumber dari dalam
diri seseorang (intrinsik) dan motivasi dari luar diri
(ekstrinsik)
Motivasi belajar merupakan motor penggerak
yang mengaktifkan peserta didik untuk melibatkan diri
dalam kegiatan belajar-mengajar. Salah satu tugas
belajar tenaga pendidik di sekolah adalah
membangkitkan motivasi belajar itu kepada peserta
didik, terutama motivasi untuk berpretasi, sehingga
peserta didik secara bertahap berupaya
mengembangkan kepribadian yang mencirikannya
sebagai orang yang selalu ingin memperdalam
pengetahuan dan memperluas wawasan dan cara
pandangnya. Sosok ini dalam belajarnya selalu
mengejar “ sasaran belajar” dan bukan sekedar
“sasaran prestise”; dengan kata lain ia menggali ilmu
karena merasa tertarik dan kemajuan dalam belajar
memberikan kepuasan kepadanya. Baginya, belajar dan
studi bukan sekedar sarana untuk memperoleh sesuatu
yang lain; seperti penghargaan, dan bukan sekedar
kewajiban yang harus dilaksanakan.
Bagi tenaga pendidik, memotivasi diri apalagi
memotivasi peserta didik, bukanlah pekerjaan mudah.
Dalam hal ini tenaga pendidik memerlukan dua hal
penting, yaitu kemauan untuk memotivasi dan
kemampuan untuk memotivasi. Kemauan dapat diatasi

40 Dr. H. Amka, M.Si.


dengan memberikan motivasi terhadap diri sendiri,
sementara kemampuan bisa didapat dari berbagai
training atau pelatihan, diklat, dan sebagainya.
Ada tidaknya motivasi dalam diri peserta didik
dapat diamati melalui tingkah lakunya. Apabila peserta
didik memiliki motivasi, maka yang bersangkutan akan
melakukan hal-hal di antaranya: (1) kesungguhan
menunjukkan minat, mempunyai perhatian, dan rasa
ingin tahu yang kuat untuk belajar; (2) Berupaya keras
dan menyediakan waktu; (3) Menyelesaikan tugas
hingga tuntas (Worrel dan Stilwill, 1981).

C. Prinsip Perhatian
Perhatian meliputi prinsip; 1) berorientasi pada
masalah; 2) mencermati isi masalah; 3) memusatkan
diri pada aspek yang relevan, dan 4) stimuli yang tidak
relevan diabaikan
Bila peserta didik mempunyai perhatian besar
terhadap bahan pelajaran, maka peserta didik dapat
menerima dan memilih stimulus yang dianggapnya
relevan untuk ditindaklanjuti.

D. Prinsip Persepsi
Persepsi adalah proses kompleks, yang
menyebabkan orang dapat menerima informasi dari
lingkungannya (Fleming dan Levie, 1981). Semua
proses belajar dimulai dengan persepsi, yaitu setelah
peserta didik menerima stimulus atau suatu pola

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 41


stimuli dari lingkungannya. Persepsi bersifat relatif,
selektif, dan teratur. Karena itu, sejak dini perlu
ditanamkan kepada peserta didik untuk memiliki
persepsi yang baik dan akurat mengenai apa yang
dipelajari.
Untuk membentuk persepsi akurat mengenai
stimuli yang diterima, serta mengembangkannya
menjadi suatu kebiasaan, perlu dilakukan latihan-
latihan dalam bentuk dan kondisi atau situasi
bermacam-macam. Hal ini dilakukan agar peserta didik
tetap dapat mengenali pola stimuli tersebut, meskipun
disajikan dalam bentuk baru.

E. Prinsip Retensi
Retensi adalah sesuatu yang dapat diingat kembali
dari apa yang dipelajari. Kemampuan retensi adalah
kemampuan seseorang dapat mempertahankan apa
yang dipelajari lebih lama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi adalah;
1) pelajaran awal (original learning); (2) penguasaan
bahan (over learning), dan (3) sering mengulang
pelajaran (spaced review).
Menurut Chauham (1979), ada beberapa cara
untuk meningkatkan retensi belajar, diantaranya;
a. Usahakan agar isi pembelajaran yang dipelajari
disusun dengan baik dan bermakna;
b. Pembelajaran dapat dibantu dengan jembatan
keledai (macmonic);

42 Dr. H. Amka, M.Si.


c. Berikan resitas karena hal ini akan meningkatkan
aktivitas peserta didik;
d. Susun dalam sajian dan konsep yang jelas,
misalnya dengan bantuan media audio visual, dan
e. Berikan latihan pengulangan terutama untuk
pembelajaran keterampilan motorik.

BELAJAR ITU BERBASIS ALAM

KESIMPULAN

Pembelajaran memerlukan prinsip-prinsip agar tujuan


tercapai. Ada lima prinsip utama dalam pembelajaran,
yaitu Prinsip Kesiapan, Prinsip Motivasi, Prinsip Perhatian,
Prinsip Persepsi, dan Prinsip Retensi. Pertama, prinsip
kesiapan menyatakan bahwa proses belajar sangat
dipengaruhi oleh kesiapan individu. Bila beberapa taraf

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 43


persiapan belajar telah dilalui oleh peserta didik maka
yang bersangkutan akan siap untuk melaksanakan suatu
tugas khusus.
Kedua, dalam prinsip motivasi belajar merupakan
motor penggerak yang mengaktifkan peserta didik untuk
melibatkan diri dalam kegiatan belajar-mengajar. Salah
satu tugas belajar tenaga pendidik di sekolah adalah
membangkitkan motivasi belajar itu kepada peserta didik,
terutama motivasi untuk memperkaya diri sendiri melalui
pelajaran. Ketiga, prinsip perhatian menyatakan bahwa
perhatian menjadi faktor yang besar pengaruhnya. Jika
peserta didik mempunyai perhatian besar mengenai
bahan yang dipelajari, maka peserta didik dapat
menerima dan memilih stimuli yang dianggapnya relevan
untuk dipelajari selanjutnya. Keempat, prinsip persepsi
menyatakan semua proses belajar dimulai dengan
persepsi, yaitu setelah peserta didik menerima stimulus
atau suatu pola stimuli dari lingkungannya. Persepsi
bersifat relatif, selektif, dan teratur. Kelima, prinsip ini
menyatakan bahwa belajar dipengaruhi faktor-faktor
tertentu seperti bahan pelajaran awal, keluasan
penguasaan, dan pengulangan.

LATIHAN SOAL
1. Jelaskan prinsip kesiapan dalam belajar!
2. Bagaimanakah peran motivasi dalam belajar?
3. Mengapa peserta didik memerlukan perhatian dalam
belajar?
4. Bagaimana pesan persepsi dan retensi dalam belajar

44 Dr. H. Amka, M.Si.


5. Buatlah rencana pembelajaran dengan menggunakan
prinsip kesiapan?

REFERENSI

L. Silberman. Dr. Melvin. Active Learning. Bandung:


Nuansa Cendekia.
Lusita, Afrisanti. Buku Pintar Menjadi Tenaga pendidik
Kreatif, Inspiratif dan Inovatif. Yogyakarta: Araska.
M. Musfiqon. Desain Presentasi Pembelajaran Inovatif.
Jakarta: Prestasi Pustaka Raya
M. Musfiqon. Media dan Sumber Belajar. Prestasi Pustaka.
2014

Riyanto, Theo. Tenaga pendidik Komunikatif Pembelajaran


jadi Efektif. Yogyakarta: PT KANISIUS.
Rusydie, Salman. Jadi Tenaga pendidik Multitalenta.
Yogyakarta: Diva Press.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 45


BAB IV
GAYA MENGAJAR

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami


pengertian, jenis, ciri, dan strategi
gaya Mengajar

A. Pengertian Gaya Mengajar


Persoalan besar setiap tenaga pendidik adalah
kemampuan memilih gaya mengajar yang akan
digunakan. Karena kurang pengetahuan, belum pernah
mencoba, serta ketidakberanian menciptakan, maka
banyak tenaga pendidik yang sulit menghadirkan gaya
mengajar yang menjadi ciri khas dalam pembelajaran.
Monoton!. Inilah kata yang seringkali terlontar tanpa
sadar dari peserta didik. Perlu variasi dalam memilih gaya
mengajar.
Banyak faktor yang menyebabkan kebosanan peserta
didik terhadap pelajaran, salah satunya adalah tenaga
pendidik, tenaga pendidik yang tanpa menggunakan
variasi gaya mengajar, misalnya pada waktu menerangkan
materi, tenaga pendidik hanya duduk dikursinya saja dan

46 Dr. H. Amka, M.Si.


melihat buku bacaannya, jika ada peserta didiknya
bergurau dibiarkan saja, tenaga pendidik hanya
memandang kesatu arah atau satu peserta didik disaat
menerangkan, jadi peserta didik yang lain tidak begitu
diperhatikan, hal-hal yang seperti ini yang bisa
menjadikan situasi dan suasana kelas tidak kondusif,
dengan suasana seperti ini perhatian dan konsentrasi
peserta didik jadi berkurang alias terganggu. Oleh karena
itu, tenaga pendidik sebaiknya menggunakan variasi
dalam gaya mengajar, agar peserta didik termotivasi,
bergairah dan menciptakan suasana yang kondusif dalam
belajar.
Dalam menggunakan variasi gaya mengajar jangan
berlebihan, karena bisa mengganggu konsentrasi peserta
didik, biasanya jika tenaga pendidik melakukan variasi
gaya mengajar yang berlebihan itu terkesan kaku dan
tergesa-gesa, ini yang menjadi bahan tertawaan peserta
didik, jadi sebaiknya tenaga pendidik menggunakan
variasi gaya mengajar yang secukupnya dan disesuaikan
dengan kebutuhan atau materi yang disampaikan, agar
peserta didik perhatian dan bersemangat untuk
mengikuti pelajaran tersebut, jika peserta didik perhatian
terhadap pelajaran, otomatis peserta didik juga berminat
dalam belajar. Bila minat belajar peserta didik itu tinggi
maka tujuan pembelajaran pun akan tercapai dengan
mudah dan maksimal.
Bosan merupakan masalah yang selalu terjadi dimana
saja dan orang selalu berusaha menghilangkannya, bosan

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 47


terjadi jika seseorang selalu melihat, merasakan,
mengalami peristiwa yang sama secara berulang-ulang,
bertemu dengan hal-hal yang “itu-itu” juga dan tidak ada
sesuatu yang diharapkan.
Variasi dalam proses pembelajaran dimaksudkan
sebagai proses perubahan dalam pengajaran yang dapat
dikelompokkan dalam variasi :
1. Penggunaan alat dan media pengajaran
2. Pola interaksi dalam kelas.

Alat dan media pembelajaran yang digunakan relevan


dengan maksud dan tujuan yang hendak dicapai,
penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat
dianjurkan. Variasi gaya hendaknya digunakan dengan
secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak
merusak perhatian dan mengganggu pelajaran.
Mengadakan variasi tertentu sangat memerlukan
susunan dan perencanaan yang baik. Tenaga pendidik
yang memiliki perencanaan baik akan dapat
mengoptimalkan variasi yang dipilih. Sebenarnya gaya
mengajar adalah karakteristik ucapan, sikap, dan aksi
yang menjadi ciri khas seorang tenaga pendidik. Gaya
mengajar sebenarnya hanya dapat ditiru tetapi tidak
dapat disamakan. Gaya mengajar tenaga pendidik satu
pastilah berbeda dangan gaya mengajar tenaga pendidik
yang kedua.

48 Dr. H. Amka, M.Si.


Variasi Mengajar Tenaga Pendidik
1. Penggunaan Variasi Suara
Perubahan suara dari kelas menjadi lemah, gembira
menjadi sedih atau memberikan penekanan pada kata-
kata tertentu.

2. Pemusatan Perhatian
Pemusatan perhatian pada hal yang penting pada hal
yang penting dapat dilakukan tenaga pendidik dengan
perkataan.

“Perhatikan baik-baik “dengar baik-baik ”nah, ini


penting sekali”

Biasanya cara pemusatan ini diikuti dengan isyarat


menunjukkan kepapan tulis.

3. Kesenyapan
Kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja tenaga
pendidik selagi mengajar merupakan alat yang baik
untuk menarik perhatian karena peserta didik ingin
tahu apa yang terjadi. Dalam mengajukan pertanyaan
tenaga pendidik menggunakan waktu tunggu atau
kesenyapan memberikan kesempatan peserta didik
berpikir.

4. Mengadakan Kontak Pandang


Jika berinteraksi dengan murid sebaiknya pandangan
menjelajahi seisi kelas dan melihat murid-murid untuk
menunjukan hubungan yang intim dengan mereka.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 49


Kontak pandang dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi seperti : membesarkan mata
tanda tercengang.

5. Gerakan Badan dan Mimik


Ekspresi wajah tenaga pendidik, gerakan kepala,
gerakan badan adalah aspek yang sangat penting
dalam komunikasi. Ekspresi wajah misalnya tersenyum
cemberut, mengerutkan dahi berjalan mendekati
berdiri siap membantu dan lain-lain.

6. Penggantian Posisi Tenaga pendidik Dalam Kelas


Dimaksudkan berdiri di tengah, dapat di depan,
belakang, bagian kiri, atau kanan kelas. Yang perlu
diingat hal ini dilakukan dengan maksud tertentu dan
dilakukan secara wajar.

Variasi Penggunaan Media dan Bahan Pembelajaran

Bila dikaitkan dengan indera, maka media, sarana


atau alat pembelajaran dapat digolongkan menjadi:

1. Media yang dapat didengar

2. Media yang dapat dilihat dan dirasa

3. Media yang dapat dicium atau manipulasi

Pertukaran penggunaan dari jenis yang satu ke jenis


yang lain misalnya dari media gambar ke tulisan di papan
tulis mengharuskan anak menyesuaikan alat indranya

50 Dr. H. Amka, M.Si.


sehingga lebih dapat mempertinggi perhatianya. Jenis
variasi ini dapat digolongkan :

1. Variasi alat/bahan yang dapat didengar seperti : grafik,


gambar di papan tulis, film, tv, peta poster, dll.
2. Variasi alat/bahan yang dapat didengar

Variasi suara tenaga pendidik, dengan selingan suara


rekaman, radio.

3. Variasi alat / bahan yang dapat diraba.Sepe rti : patung,


alat mainan, bintang hidup yang memungkinkan untuk
dapat dimanipulasi/diraba.

Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Peserta Didik


Dengan mengubah pola interaksi ini tenaga pendidik
dengan sendirinya mengubah kegiatan belajar murid,
tingkat dominasi tenaga pendidik, keterlibatan murid
serta lingkungan di tempat pembelajaran. Variasi pola
interaksi dan kegiatan peserta didik dapat dilakukan
dengan :

1. Peserta didik bekerja dalam kelompok kecil,


2. Tukar pendapat melalui diskusi,
3. Demonstrasi tanpa campur tangan tenaga pendidik.

Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi


merujuk pada tindakan dan perbuatan pendidik,
disengaja atau spontan, dimaksudkan untuk memacu dan
mengikat perhatian peserta didik selama pelajaran
berlangsung. Tujuan utama variasi kegiatan pembelajaran

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 51


adalah agar peserta didik tidak bosan dan perhatian
mereka tetap fokus.

Ada tiga variasi dalam pembelajaran, yaitu variasi


gaya mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan
variasi pola interaksi. Variasi gaya mengajar meliputi suara
jeda, pemusatan, gerak dan kontak pandang. Variasi
pengalihan penggunaan indra dapat dilakukan dengan
pemanipulasian indra pendengaran, penglihatan,
penciuman, peraba dan perasa. Komponen variasi ini erat
kaitannya dengan variasi penggunaan media atau alat
bantu pembelajaran. Variasi pola interaksi mencakup pola
hubungan tenaga pendidik dan peserta didik.

B. Jenis dan Ciri Gaya Mengajar


Pilihan gaya mengajar sangat beragam. Anda pun juga
dapat menciptakan gaya anda sendiri. Dalam mengajar
sejatinya proses komunikasi yang paling dominan. Paling
tidak ada sembilan tipe gaya berkomunikasi. Kesembilan
tipe itu akan dibahas satu persatu secara singkat.

1. Gaya dominan
Gaya ini ditandai dominasi pembicaraan baik
secara verbal maupun nonverbal. Seseorang yang
menggunakan gaya komunikasi dominan terlihat pada
terlalu banyaknya bicara, nada suara keras dan kuat,
menguasai pembicaraan baik formal maupun informal,
pembicaraan yang langsung dan terus terang.
Pengguna gaya ini berkomunikasi secara nonverbal

52 Dr. H. Amka, M.Si.


dengan sangat dominan. Nada suaranya keras,
berbicara cepat, sedikit jeda, banyak gerak, dan bahasa
tubuh, dan kontak matanya sangat tajam serta
mengontrol. Seseorang yang menggunakan gaya
dominan dipandang sebagai seseorang yang dalam
kontrol diri, kompeten, penuh percaya diri, kuat, yakin
diri, dan kompetitif.

2. Gaya Dramatik
Tanda-tanda gaya ini antara lain hidup, gamblang,
menekankan setiap pokok pembicaraan, penuh
antusiasme, mencolok, dramatis. Seseorang yang
mengunakan gaya berkomunikasi dramatik baisanya
memiliki cara berbicara yang indah, menekankan setiap
pokok pembicaraan dengan membesar-besarkannya
baik secara verbal maupun nonverbal, berbicara sambil
memperagakan, menggunakan humor, menyampaikan
anekdot atau cerita, dan sering menekankan pokok-
pokok pembicaraan. Mereka kadang-kadang terlalu
keras menekankan, kurang menekankan, menceritakan
fantasi, menggunakan metafora, alegori, sarkartis atau
sartire, dan terus-menerus menggunakan tindakan
nonverbal untuk menambah kesan dramatis.
Seseorang yang menggunakan gaya dramatik
dipandang sebagai orang yang mudah diingat, tampil
mencolok, dapat diamati, atraktif, dan populer. Namun
banyak orang hanya dapat menggunakan gaya ini
pada saat-saat tertentu. Jika kita terlalu sering

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 53


menggunakan gaya ini, akan melelahkan baik bagi
pendengar maupun pembicara.

3. Gaya Berdebat
Gaya ini biasanya ditandai dengan gaya
berargumentasi entah verbal maupun nonverbal.
Seseorang yang menggunakan gaya ini selalu
berbicara argumentatif. sulit menghentikan
pembicaraannya yang argumentatif, senang
berargumentasi, menunjukkan bukti-bukti untuk
mendukung argumentasinya kepada pihak lain, selalu
ingin mengalahkan argumentasi orang lain, suka
menantang orang lain, dan pada umumnya suka
bertengkar. Seseorang yang menggunakan gaya ini
dapat dipandang dalam dua tipe, yaitu orang tersebut
memang kompeten dan penuh percaya diri, seperti
orang yang memiliki tipe dominan, atau orang yang
merasa kurang puas, agresif, dan suka mengeluh. Jika
terlalu sering menggunakan gaya ini, kita akan menjadi
orang yang diasingkan dari lingkungan.

4. Gaya Animasi
Gaya ini ditandai dengan cara berkomunikasi yang
hidup, semangat, dan menggerakkan. Seseorang yang
menggerakkan gaya ini biasanya ekspresif baik secara
verbal maupun nonverbal, menggunakan banyak
bahasa tubuh, dan menggunakan banyak ekspresi
wajah, gerak, dan suara yang berbeda-beda. Situasi
perasaan mereka biasanya diketahui oleh yang ada

54 Dr. H. Amka, M.Si.


disekitarnya, dan mereka biasanya komunikator yang
ekspresif. Oleh orang lain dia dilihat sebagai orang
yang sungguh hidup, sangat dikenang, ramah, gembira,
lincah, dan sangat berbeda atau unik. Orang lain
biasanya senang berada di sekitarnya dan
berkomunikasi dengan orang yang memiliki gaya
animasi. Namun kita tidak boleh menggunakan gaya
ini secara ekstrim. Jika kita selalu menggunakan gaya
ini, orang lain akan mengganggap kita sebagai orang
yang suka “meloncat-loncat” dan tidak fokus, tidak
matang secara emosional, gampang gembira atau
sedih, dan gampang “jatuh-bangun”.

5. Gaya yang Mengesankan


Gaya ini membuat si pengguna terus diingat
karena komunikasinya membangkitkan dan
mengesankan orang lain. gaya ini bergantung pada
orang yang memberi pesan yang sangat mengesan
dan si penerima pesan, serta proses bagaimana
memberikan pesan yang mengesankan tersebut.
Seseorang yang memberikan kesan yang mendalam
saat berbicara dan mempresentasikan sesuatu akan
sangat dikenang dan diingat karena menggunakan
gaya komunikasi yang mengesankan. Setiap orang
tentu saja ingin meninggalkan kesan yang positif
kepada orang lain. oleh karena itu memiliki gaya
komunikasi yang mengesankan amat baik dimiliki oleh
seorang tenaga pendidik.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 55


6. Gaya Relaks
Gaya ini ditandai dengan gaya berkomunikasi yang
kalem, tenang, dan sangat bertata tutur bahasanya.
Seseorang yang menggunakan gaya relaks ini baik
secara verbal maupun nonverbal biasanya tampak
relaks, tidak ada kecemasan, kalem baik secara oral
maupun secara fisik. Orang ini biasanya bebas dari
perasaan, kebiasaan, dan perilaku yang cemas.
Biasanya orang lain akan menilainya sebagai orang
yang tenang, kalem, kompeten, penuh percaya diri,
puas dengan dirinya sendiri, mudah melupakan
masalah, dan nyaman dalam berkomunikasi.

7. Gaya Penuh Perhatian


Gaya ini biasanya ditandai dengan si pelaku
sungguh mendengarkan, penuh perhatian, dan
berkonsentrasi terhadap pembicaraan dan situasi yang
ada. Seseorang yang penuh perhatian akan mengulang
apa yang dikatakan lawan bicaranya, mendengarkan
dengan penuh empati, penuuh perhatian, tampak
sungguh mendengarkan dan menanggapi tanpa
menyela pembicara, dan mengarahkan telinga serta
matanya kepada si pembicara. Seseorang yang
memiliki gaya ini dinilai sebagai orang yang
berorientasi pada pembicara, pendengar yang baik,
penuh perhatian, komunikator yang efektif, penuh
empati, dan baik hati.

56 Dr. H. Amka, M.Si.


8. Gaya Terbuka
Gaya ini ditunjukkan oleh komunikator yang
terbuka, jujur, dan memberitahukan sesuatu tanpa
merahasiakannya. Seseorang yang menggunakan gaya
ini baik verbal maupun nonverbal sangat terbuka.
Mereka sering mengekspresikan perasaan, sikap, dan
tindakan mereka dengan sangat terbuka. Mereka
sering menyampaikan rahasia hidup, termasuk
hubungan yang akrab dan intim dengan orang lain.
Gaya terbuka ini tentu ada untung-ruginya. Orang
yang gaya komunikasinya terbuka akan dipandang
orang lain sebagai orang yang sungguh terbuka,
membuka diri dan memberitahukan sesuatu tanpa
rahasia, sungguh jujur, dan tanpa topeng. Namun di
pihak lain, mereka dipandang sebagai terlalu terbuka
atau vulgar; menyampaikan sesuatu yang sebenarnya
perlu dirahasiakan, terlalu pribadi, terlalu intim, terlalu
ceplas-ceplos, dan kurang berhati-hati di dalam
berbicara. Orang ini tidak dapat menjaga rahasia.

9. Gaya Penuh Keramahan


Gaya ini baik secara verbal maupun nonverbal
ditunjukkan oleh orang yang suka berkomuniaksi,
mudah menyapa orang lain, menyukai pendengarnya,
sangat ramah kepada pendengar, mudah bergaul, dan
sangat bersahabat dengan para pendengar. Seseorang
yang menggunakan gaya ini biasanya banyak tertawa,
banyak tersenyum, menunjukkan perhatiannya baik

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 57


secara verbal maupun nonverbal kepada orang lain,
menunjukkan dukungan dan menguatkan orang lain,
mengekspresikan ketertarikan, memanggil orang lain
dengan nama panggilan, mengakui dan menghargai
kontribusi verbal maupun nonverbal dari orang lain,
dan pada umumnya bersikap serta berpandangan
positif tentang orang lain. seseorang yang
menggunakan gaya ini umunya dinilai sebagai orang
yang sangat suka beraktivitas sosial, senang bergaul,
sangat ramah, disukai, dan diterima oleh orang lain

10. Gaya Bicara Singkat Padat


Gaya ini baik secara verbal maupun nonverbal
ditandai dengan gaya bicara dan presentasi yang
padat, singkat, seperlunya, langsung, hati-hati, fokus.
Orang yang menggunakan gaya ini biasanya secara
verbal dan non verbal langsung pada sasaran, tidak
ambigu atau membingungkan, jelas, fokus, bicara
langsung pada inti, dan sering menggunakan aspek
nonverbal untuk menekankan poin yang penting atau
bernilai sewaktu ia berkomunikasi.

Gaya berkomunikasi tenaga pendidik menentukan


bagaimana situasi, kondisi, proses, suasana, dan hasil dari
pembelajaran di kelas. Setiap tenaga pendidik adalah
komunikator utama di kelas, maka ia harus berusaha
berkomunikasi secara tepat dan efektif. Pada dasarnya
tipe berkomunikasi tenaga pendidik didasarkan pada
tipe-tipe berkomunikasi seorang komunikator. Gaya

58 Dr. H. Amka, M.Si.


berkomunikasi tenaga pendidik adalah kemampuan
tenaga pendidik baik secara verbal maupun nonverbal
dalam berkomunikasi secara efektif dan penuh perhatian
kepada para murid, sehingga para murid memiliki
kemungkinan memperoleh nilai tinggi dari pelajaran yang
diikuti. Berdasarkan penelitian dan pengamatan, paling
tidak ada enam tipe komunikasi tenaga pendidik yang
sangat baik dan efektif membantu murid menguasai
pelajaran dan berhasil secara optimal. Keenam tipe itu
adalah tipe ramah atau bersahabat, padat/singkat, penuh
perhatian, hidup dan animatif, relaks, serta dramatif.

C. Strategi Gaya Mengajar

Strategi gaya mengajar itu penting, karena gaya


mengajar akan menjelaskan tentang bagaimana individu
belajar, cara yang ditempuh oleh setiap orang untuk
berkonsentrasi, dan menguasai informasi yang baru
melalui persepsi yang berbeda. Gaya mengajar bersifat
individual dan membedakan masing-masing orang.
Secara umum gaya belajar diasumsikan mengacu pada
kepribadian seseorang, kepercayaan diri, pilihan, perilaku
seseorang.
Gaya belajar dapat secara mudah digambarkan
bagaimana orang-orang memahami dan mengingat
informasi. Namun ternyata secara teoritis berisi berbagai
variasi tentang tema yang cukup rumit. (Ghufron, 2010:
39).

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 59


Ingatlah, belajar itu usaha terencana untuk
mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan
pengalaman agar perilaku anak berubah menjadi dewasa.
Artinya, tenaga pendidik jangan hanya memberi
pengetahuan saja, tetapi harus memberi pemahaman dan
pengalaman agar lebih bermakna pembelajaran yang
dilakukan. Gaya zoom sangat cocok digunakan untuk
tahapan memberi pemahaman dan pengalaman.

Dengan konsep ini sang tenaga pendidik tidak


pernah akan mati gaya di hadapan peserta didik yang
mungkin memalukan bagi tenaga pendidik. Semestinya
cukup banyak langkah yang dapat dikreasi oleh tenaga
pendidik dalam rangka memperkaya pengetahuan dan
pemahaman peserta didik melalui berbagai kegiatan yang
dapat menunjang keberhasilan pembelajaran. Untuk lebih
jelasnya perhatikan ilustrasi tahapan pembelajaran di
bawah ini:

60 Dr. H. Amka, M.Si.


Tenaga pendidik yang seperti ilustrasi di atas akan
selalu memberi penguatan, pengayaan, serta pembiasaan
bagi peserta didik. Ketika tahapan ini telah dilalui tujuan
pembelajaran akan tercapai dengan tuntas.

KESIMPULAN

Tenaga pendidik sebaiknya menggunakan variasi


dalam gaya mengajar, agar peserta didik termotivasi,
bergairah dan menciptakan suasana yang kondusif dalam
belajar. Dalam menggunakan variasi gaya mengajar
jangan berlebihan, karena bisa mengganggu konsentrasi
peserta didik, biasanya jika tenaga pendidik melakukan
variasi gaya mengajar yang berlebihan itu terkesan kaku
dan tergesa-gesa. Penggunaan gaya belajar adalah untuk

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 61


membuat variasi dalam pembelajaran agar peserta didik
meningkat minat belajarnya.

Dalam pembelajaran ada ciri dan jenis gaya belajar,


yaitu gaya dominan, gaya dramatik, gaya berdebat, gaya
animasi, gaya mengesankan, gaya rileks, gaya penuh
perhatian, gaya terbuka, gaya penuh keramahan, dan
gaya singkat padat. Dalam pembelajaran perlu strategi
penggunaan gaya belajar. Gaya belajar digambarkan
sebagaimana orang memahami dan mengingat informasi.
Namun ternyata secara teoritis berisi berbagai variasi
tentang tema pemahaman yang rumit.
LATIHAN SOAL
1. Jelaskan pengertian gaya belajar
2. Apa perbedaan gaya belajar dan gaya mengajar?
3. Identifikasi ciri-ciri gaya belajar!
4. Bagaimana strategi belajar yang efektif
5. Buatlah rancangan pembelajaran sesuai jenis gaya
belajar peserta didik

REFERENSI
Darmani. Model Pembelajaran. Nizamia Learning Center
(Sidoarjo: 2016).

M. Musfiqon. Media dan Sumber Belajar. Prestasi Pustaka.


2014

Rusydie, Salman. Jadi Tenaga pendidik Multitalenta.


Yogjakarta: Diva Press.

62 Dr. H. Amka, M.Si.


BAB V
KOMUNIKASI PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami


pengertian, konsep, jenis, unsur,
proses, dan teknik komunikasi
pembelajaran

A. Pengertian Komunikasi Pembelajaran


Pembelajaran hanya bisa dilakukan oleh lebih dari satu
orang. Dalam pembelajaran tidak hanya tenaga pendidik
dan peserta didik tetapi juga kepala sekolah, staff sekolah
hingga teman sejawat. Masing-masing elemen ini
melakukan interaksi dalam konteks pembelajaran untuk
menemukan makna dan pemahaman yang mengarah
pada pendewasaan anak didik sesuai tujuan pembelajaran.
Proses komunikasi terjadi dengan tujuan mentransfer
informasi dari orang satu kepada orang lain. Dalam
pembelajaran pun juga terjadi komunikasi antara tenaga
pendidik dan peserta didik. Komunikasi tidak hanya di
dalam kelas, tetapi juga di masyarakat. Dengan demikian,
komunikasi merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 63


hari, bahkan dapat dikatakan merupakan manifestasi dari
kehidupan itu sendiri.
Pada hakekatnya setiap kegiatan untuk memindahkan
ide atau gagasan dari satu pihak ke pihak lain, baik itu
antar manusia, antara manusia dengan alam sekitarnya
atau sebaliknya, di situ akan terjadi proses komunikasi.
Komunikasi adalah proses penyampaian lambang-
lambang yang berarti antar manusia. Seseorang
menyampaikan lambang-lambang yang mengandung
pengertian tertentu kepada orang lain. Lambang-
lambang yang mengandung pengertian tersebut disebut
“pesan” atau message.
Dalam penyebaran informasi ini, masalah kesamaan
pengertian dan pendapat antara komunikator dan
komunikan menjadi suatu hal yang sangat penting. Hal ini
disebabkan sesuai dengan pengertian kata komunikasi itu
sendiri, yang berasal dari kata comunis. Kata comunis
berarti “sama”. Sama dalam hal ini maksudnya adalah
sama dalam hal pengertian antara komunikator dan
komunikan. Sehingga, keberhasilan proses komunikasi
adalah jika antara komunikan dan komunikator sudah
memiliki pamahaman sama tentang apa yang
dikomunikasikan.
William Albig, dalam Darwanto (2007: 8), komunikasi
adalah dasar dari proses sosial. Dalam arti pelemparan
pesan, lambang, yang mau tidak mau akan menimbulkan
pengaruh pada proses yang berakibat pada bentuk,
perilaku dan adat kebiasaan.

64 Dr. H. Amka, M.Si.


Dampak komunikasi hanya bisa dinilai kalau ada
umpan balik dari khalayak sasaran, sebab dengan adanya
umpan balik, sudah membuktikan adanya jaminan bahwa
pesan telah sampai pada khalayak.
Interaksi pembelajaran merupakan suatu kegiatan
komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara
peserta didik dan tenaga pendidik, maha siswa dengan
dosen dalam memahami materi melalui diskusi, tanya
jawab, demonstrasi, praktik serta metode lain untuk
mengambil pemahaman dari materi pelajaran di kelas.
Komunikasi antara peserta didik dengan tenaga
pendidik adalah penyampaian pesan (materi) pelajaran. Di
dalamnya terjadi dan terlaksana hubungan timbal balik
(komunikatif). Tenaga pendidik menyampaikan pesan
(message), peserta didik menerima pesan dan kemudian
bertanya kepada tenaga pendidik. Atau sebaliknya tenaga
pendidik yang bertanya kepada peserta didik dalam
pembelajaran. Dalam komunikasi tidak lepas dari empat
unsur, yaitu: komunikator, komunikan, pesan, dan media.
Ini sesuai makna asal komunikasi yang merupakan kata
yang berasal communicare yang berarti “berpartisipasi,
memberitahukan, menjadi milik bersama” (Yamin, 2007:
162).
Sesungguhnya komunikasi itu terjadi apabila antara
komunikator dengan komunikan terdapat kesamaan
pengalaman, kesamaan bahasa, dan kesamaan tingkat
pengetahuan. Bisa dibayangkan apa bila antara
komunikator dan komunikan tidak memiliki pengalaman

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 65


yang sama, bahasa yang sama, dan pengetahuan yang
sama pula. Maka sudah tentu tidak akan terjadi
komunikasi yang baik dan efektif. Yang akan terjadi
adalah kebuntuan komunikasi. Jadi yang dikatakan
komunikatif adalah apabila terjadi kesamaan pengalaman,
bahasa dan pengetahuan yang sama. Dalam proses
pembelajaran keberhasilan komunikasi ini diukur dengan
kesamaan pemahaman peserta didik dan tenaga pendidik
tentang materi pembelajaran.
Alur dan komponen komunikasi antara pengirim,
materi, perantara, serta penerima perlu dipadukan agar
saling memberi fungsi dan manfaat. Sehingga proses
komunikasi menjadi bermakna dan berjalan secara
optimal sesuai tujuan dilakukan komunikasi. Sebab
keberhasilan komunikasi diukur dari pemahaman antara
pengirim pesan dengan penerima pesan tentang materi
yang dikomunikasikan.
Harold D. Lasswell dalam Darwanto (2007: 4),
menyatakan bahwa cara yang baik untuk berkomunikasi
ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says
What in Which Channel to Whom With What Effect?.
Dari susunan tersebut tampak bahwa proses
komunikasi meliputi kelima unsur dan masing-masing
unsur dapat dipisahkan satu dengan lainnya.
a. Who, merupakan unsur yang terdapat pada
sumber/komunikator.
b. Say What, merupakan unsur yang terdapat pada isi
pesannya (message).

66 Dr. H. Amka, M.Si.


c. In Which Channel, merupakan unsur media yang
dipergunakan.
d. To Whom, merupakan unsur sasarannya.
e. And What Effect, merupakan unsur akibat dari yang ada.

B. Konsep dan Jenis Komunikasi


Pembelajaran adalah proses interaksi dua arah antara
pendidik dengan peserta didik. Pendidik sebagai
penggerak situasi pembelajaran. Sedangkan peserta didik
sebagai pihak yang menerima pelajaran. Interaksi
pembelajaran pendidik dan peserta didik diperlukan
komponen pendukung :

1. Indikator tujuan yang hendak dicapai.

2. Materi interaksi atau materi pembelajaran.

3. Kemampuan awal peserta didik.

4. Keaktifan peserta didik.

5. Fasilitator sebagai peran pendidik

6. Metode yang sesuai.

7. Situasi lingkungan yang kondusif

8. Standar kompetensi yang ingin dicapai

Komponen tersebut saling terkait dan tidak dapat


dipisahkan satu sama lain dalam proses pembelajaran
(Yamin, 2007: 172).

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 67


Unsur-unsur komunikasi dalam proses pembelajaran
adalah :

1. Tenaga pendidik, yang berfungsi sebagai komunikator


atau penyampai pesan kepada peserta didik.
2. Peserta didik, yang berfungsi sebagai penerima pesan
pembelajaran
3. Materi pelajaran, sebagai pesan yang disampaikan
kepada peserta didik oleh pendidik.
4. Tujuan pembelajaran sebagai target dan tujuan yang
telah ditetapkan, sekaligus sebagai ukuran capaian
kesamaan pemahaman antara pendidik dan peserta
didik tentang materi yang dipelajari.
5. Media, sebagai sarana pendukung pengiriman pesan.
Media pembelajaran sangat penting agar kesamaan
pamahaman lebih cepat tercapai. Peserta didik lebih
mudah memahami materi.
6. Evaluasi, sebagai proses pengukuran keberhasilan
komunikasi pembelajaran. Evaluasi dapat melalui ujian,
praktik, portofolio dan sebagainya.

C. Unsur dan Proses Komunikasi


Keberhasilan komunikasi sangat dipengaruhi oleh
berfungsinya unsur komunikasi seperti berikut :

1. Pengirim pesan (Sender)


Pengirim pesan adalah komunikator yang berperan
sebagai pengirim pesan kepada penerima pesan
2. Penyandian (Encoding)

68 Dr. H. Amka, M.Si.


Penyandian adalah proses pengalihan fikiran ke dalam
bentuk lambang.
3. Pesan (Message)
Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna
yang disampaikan oleh komunikator.
4. Alat (Media)
Saluran yang digunakan dalam komunikasi dari
komunikator (pengirim pesan) kepada komunikan
(penerima pesan).
5. Pengsandian (Decoding)
Pengsandian adalah proses komunikan (penerima
pesan) menetapkan makna pada lambang dari
komunikator
6. Penerima (Receiver)
Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
7. Tangapan (Respon)
Tanggapan adalah reaksi pada komunikan setelah
diterima pesan.
8. Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik merupakan tanggapan komunikan
apabila tersampaikan atau disampaikan kepada
komunikator.
9. Gangguan (Noice)
Gangguan adalah hambatan yang terjadi dalam
komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan oleh
komunikan yang berbeda dengan pesan yang
disampaikan oleh komunikator (dalam Yamin, 2007:
166).

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 69


Menurut Syukur, Encoding adalah proses
pembentukan pesan melalui simbol komunikasi.
Sedangkan decoding adalah proses menafsirkan simbol
komunikasi yang mengandung pesan-pesan. Adakalanya
proses decoding berhasil sesuai kehendak pengirim pesan.
Namun adakalanya gagal (Syukur, 2005: 9).

Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat atau


penghalang proses komunikasi. Penghambat tersebut
biasa dikenal dengan istilah barriers atau noises.

Dalam komunikasi sering ditemukan hambatan


komunikasi, yaitu hambatan psikologis dan hambatan
fisik. Dua jenis hambatan yang lain adalah hambatan
kultural seperti perbedaan adat istiadat, norma-norma
sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan; dan hambatan
lingkungan, yaitu hambatan yang ditimbulkan situasi dan
kondisi keadaan sekitar (Sadiman, 2005: 14).

Sedangkan hambatan-hambatan komunikasi yang


ditemui dalam proses belajar mengajar menurut Asnawir
dan Basyiruddin Usman (2002: 6), antara lain:

1. Verbalisme, di mana tenaga pendidik menerangkan


pelajaran hanya melalui kata-kata atau secara lisan. Di
sini yang aktif hanya tenaga pendidik, sedangkan
peserta didik lebih banyak bersifat pasif dan
komunikasi bersifat satu arah.

70 Dr. H. Amka, M.Si.


2. Perhatian yang bercabang, yaitu perhatian peserta
didik tidak terpusat pada informasi yang disampaikan
tenaga pendidik, tetapi bercabang perhatian lainnya.
3. Kekacauan penafsiran, terjadi disebabkan berbeda
daya tangkap peserta didik, sehingga sering terjadi
istilah-istilah yang sama diartikan berbeda-beda.
4. Tidak adanya tanggapan, yaitu peserta didik-peserta
didik tidak merespon secara aktif apa yang
disampaikan oleh tenaga pendidik, sehingga tidak
terbentuk sikap yang diperlukan.
5. Kurang perhatian, disebabkan prosedur dan metode
pengajaran kurang bervariasi, sehingga penyampaian
informasi yang ”monoton” menyebabkan kebosanan
peserta didik.
6. Keadaan fisik dan lingkungan yang mengganggu,
misalnya besar kecilnya objek komunikasi, gerakan
yang terlalu cepat atau lambat, sehingga menyebabkan
tanggapan peserta didik menjadi mengambang.
7. Sikap pasif anak didik, yaitu tidak bergairahnya peserta
didik dalam mengikuti pelajaran disebabkan kesalahan
memilih teknik komunikasi.
Onong Uchjana Effendy dalam Darwanto (2007: 11-13)
membuat ikhtisar mengenai cakupan ilmu komunikasi
ditinjau dari komponen, bentuk, sifat, metode, teknik,
model, bidang, dan sistemnya, seperti tersebut di bawah
ini:

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 71


1. Komponen Komunikasi terdiri dari komunikator, pesan,
media, komunikan, dan dampak.
2. Bentuk Komunikasi
a. Komunikasi personal yang terdiri atas komunikasi
intrapersonal dan komunikasi antarpersonal.

b. Komunikasi kelompok, yang terdiri atas komunikasi


kelompok kecil, seperti ceramah, diskusi panel,
simposium, forum, seminar, sumbang saran, dan
komunikasi kelompok besar.

c. Komunikasi massa, yang dilakukan melalui koran,


radio, televisi.

3. Sifat Komunikasi
Komunikasi dapat bersifat tatap muka, bermedia,
verbal (lisan atau tulisan) serta nonverbal (kial) atau
isyarat badaniah (gestural) dan bergambar (pictoral).

4. Metode Komunikasi
Jenis-jenis metode komunikasi adalah:

a. Jurnalistik (journalism), berupa jurnalistik cetak,


elektronik, radio, dan televisi.

b. Hubungan masyarakat (publik relation)

c. Periklanan (advertising)

d. Pameran (exhibition/exposition)

f. Publisitas (publicity)

72 Dr. H. Amka, M.Si.


g. Propaganda

h. Perang urat syaraf (psychological warfare)

i. Penerangan

5. Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi dapat berupa:

a. Komunikasi informatif (informative communication)

b. Komunikasi persuasif (persuasive communication)

c. Komunikasi instruktif/kohersif (instructive coersive


communication)

d. Hubungan manusiawi (human relation)

6. Tujuan Komunikasi
a. Perubahan sikap (attitude change)

b. Perubahan pendapat (opinion change)

c. Perubahan perilaku (behavior change)

d. Perubahan sosial (social change)

7. Model Komunikasi
a. Komunikasi satu tahap (one step flow
communication)

b. Komunikasi dua tahap (two step flow


communication)

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 73


c. Komunikasi multi tahap (multi step flow
communication)

Secara garis besar, Surakhmad dalam Yamin (2007:


169) menggolongkan komunikasi dalam tiga jenis :

1. Pengalaman riil
Jenis pengalaman ini dapat menghasilkan
pengertian yang sangat teliti dan luwes yang tidak
didapati pada pengalaman lainnya. Peran tenaga
pendidik menyampaikan pesan melalui pengalaman
yang pernah dialami oleh tenaga pendidik, dosen, dan
memungkinkan pula para peserta didik, mahapeserta
didik mengutarakan pengalaman riilnya kepada rekan-
rekan.

2. Pengalaman buatan, yakni media yang sengaja


diciptakan untuk mendekatkan pada pengalaman riil

Pengalaman buatan dapat diciptakan untuk


mendekatkan peserta didik pada pengalaman riil, baik
dalam arti waktu, ruang, maupun situasi. Penggunaan
pengalaman buatan memudahkan tenaga pendidik
untuk menyusun rencana-rencana pengalaman
edukatif yang akan dilaksanakan di sekolah.
Karyawisata dan kemah misalnya, merupakan bentuk
pengalaman buatan yang baik karena memberikan
kesempatan riil secara terpimpin.

74 Dr. H. Amka, M.Si.


3. Pengalaman verbal, berupa ceramah, catatan
merupakan alat utama dalam komunikasi
Pada tingkat pengalaman verbal, kedua jenis
pengalaman yang terdahulu dapat diintegrasikan.
Malah sebenarnya pengalaman verbal ini tidak dapat
dipisahkan dari dua jenis pengalaman sebelumnya.

Berbicara tentang jenis komunikasi, Darwanto (2007:


9) membagi menjadi dua, yaitu:

1. Komunikasi yang tidak membutuhkan media


Komunikasi tidak menggunakan media berupa Inter
Communication yang berarti komunikasi dengan
dirinya sendiri dan dapat pula bersifat Intra
Communication atau yang lebih dikenal dengan
komunikasi tatap muka, artinya komunikator dengan
komunikan berhadapan secara langsung.

2. Komunikasi dengan membutuhkan media


Komunikasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
media nonmassa, seperti surat, telepon, telegram,
teleks dan bahkan seorang utusan pun dapat
dikategorikan sebagai media nonmassa. Untuk media
massa sendiri ada dua pengertian, pertama media
massa tradisional dan media massa modern. Media
massa tradisional misalnya madihin, wayang, dan
masih banyak lagi. Sedangkan yang dikategorikan
sebagai media massa modern seperti media cetak, film
dan elektronik, dalam hal ini Radio dan Televisi

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 75


KESIMPULAN

Proses pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari


komunikasi. Proses komunikasi terjadi dengan tujuan
mentransfer informasi dari orang satu kepada orang lain.
Dalam pembelajaran pun juga terjadi komunikasi antara
tenaga pendidik dan anak didik. Komunikasi tidak hanya
di dalam kelas, tetapi juga di masyarakat. Komunikasi
antara peserta didik dengan tenaga pendidik adalah
penyampaian pesan (materi) pelajaran. Di dalamnya
terjadi dan terlaksana hubungan timbal balik
(komunikatif). Tenaga pendidik menyampaikan pesan
(message), peserta didik menerima pesan dan kemudian
bertanya kepada tenaga pendidik. Atau sebaliknya tenaga
pendidik yang bertanya kepada peserta didik dalam
pembelajaran. Dalam komunikasi tidak lepas dari empat
unsur utama, yaitu: komunikator, komunikan, pesan, dan
media.

Dalam proses komunikasi akan terjadi encoding dan


decoding. Dalam komunikasi tenaga pendidik
memerlukan optimalisasi media, karena ada komunikasi
yang memerlukan media dan ada yang tidak memerlukan
media.

LATIHAN SOAL

1. Jelaskan pengertian komunikasi pembelajaran!


2. Bagaimana konsep komunikasi dalam pembelajaran?
3. Identifikasi unsur komunikasi pembelajaran!
4. Bagaimana proses dan teknik komunikasi pembelajaran
yang efektif?

76 Dr. H. Amka, M.Si.


5. Buatlah rancangan simulasi komunikasi pembelajaran

REFERENSI

Darmani. Model Pembelajaran. Nizamia Learning Center


(Sidoarjo: 2016).

M. Musfiqon. Media dan Sumber Belajar. Prestasi Pustaka.


2014

Rusydie, Salman. Jadi Tenaga pendidik Multitalenta.


Yogyakarta: Diva Press.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 77


BAB VI
PEMBELAJARAN ABAD 21

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami


model pembelajaran abad 21, HOTS,
dan pilar pendidikan UNESCO

A. MODEL PEMBELAJARAN ABAD 21


Abad 21 merupakan abad yang berbasis ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga menuntut sumber
daya manusia untuk menguasai berbagai bentuk
keterampilan, termasuk keterampilan berpikir kritis dan
pemecahan masalah dari berbagai permasalahan yang
semakin kompleks. Dengan kata lain, kunci keberhasilan
sebuah bangsa agar dapat menjadi masyarakat dunia
adalah keterampilan dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi perlu dikuasai oleh sumber daya
manusianya.

Keterampilan pembelajaran Abad 21


mengintegrasikan kemampuan literasi, pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan penguasaan teknologi. Semua
keterampilan tersebut menjadi penting untuk membetuk

78 Dr. H. Amka, M.Si.


kemampuan dari LOTS menuju HOTS. Proses
pembelajaran akan dilmulai dari hal yang mudah menuju
hal yang sulit. Dengan evaluasi LOTS akan menjadi tangga
bagi peserta didik untuk meningkatkan kompetensi
menuju seseorang yang memiliki pola pikir kritis.
Seseorang yang memiliki kemampuan berpikir kritis,
kreatif, kolaborasi dan mampu berkomunikasi dengan
baik akan memperkuat karakter diri bertanggung jawab,
bekerja keras, jujur dalam menjalani kehidupannya.

Seorang peserta didik yang mengalami proses


pembelajaran dengan melaksanakan aktivitas literasi
pembelajaran dan pendidik memberikan penguatan
karakter dalam proses pebelajaran dengan urutan dari
LOTS menuju kompetensi HOTS, maka akan
menghasilkan lulusan yang memiliki karakter dan
kompetensi.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, telah
mengadaptasi tiga konsep pendidikan abad 21 untuk
mengembangkan kurikulum di satuan pendidikan. Ketiga
konsep tersebut adalah 21st Century Skills (Trilling dan
Fadel, 2009), scientific approach (Dyer, et al., 2009) dan
authentic assesment (Wiggins dan McTighe, 2011);
Ormiston, 2011; Aitken dan Pungur, 1996; Costa dan
Kallick, 1992).

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 79


Tujuan mengadaptasi ketiga konsep tersebut
adalah untuk mengembangkan pendidikan menuju
Indonesia Kreatif tahun 2045. Uji publik kurikulum 2013
disebutkan mengenai pergeseran paradigma belajar
dengan mempertimbangkan beberapa ciri abad 21 serta
penerapan model pembelajaran yang sesuai.

Terdapat empat ciri abad 21 yang berdampak pada


pergeseran paradigma model pembelajaran, yaitu :

1. Informasi

Dalam penerapan pembelajaran di kelas, peserta


didik didorong untuk mencari tahu bukan sebaliknya
diberi tahu.

2. Komputasi

Pembelajaran diarahkan untuk mampu merumuskan


masalah (menanya), bukan hanya menyelesaikan
masalah (menjawab masalah yang ada)

3. Otomasi

Pembelajaran untuk mampu berpikir analitis dalam


pengambilan keputusan, bukan berfikir mekanistis
(rutin)

80 Dr. H. Amka, M.Si.


4. Komunikasi

Pembelajaran menekankan pentingnya kerjasama dan


berkolaborasi untuk menyelesaikan permasalahan.

Ciri-ciri abad 21 tersebut sekaligus menjadi tuntutan


dalam menghadapi era globalisasi yang terus bergerak
cepat. Bergerak untuk menjawab tuntutan kehidupan dari
berbagai segi kehidupan. Oleh karena itu lembaga
pendidikan sebagai pencetak sumber daya manusia masa
depan, harus mempersiapkan model pembelajaran sesuai
dengan tuntutan abad 21 dengan berbagai inovasi
pembelajaran, baik yang menyangkut pendekatan,
strategi, tekhnik, dan taktik pembelajaran.
Melalui model pembelajaran abad 21, diharapkan
akan terbetuk keterampilan peserta didik sebagai berikut :

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 81


1. Keterampilan Berpikir
Keterampilan dalam berpikir ditandai dengan
keterampilan berinovasi dan beradaptasi dengan
lingkungan, mampu memecahkan masalah yang
kompleks, dan dapat mengendalikan diri sendiri dalam
menghadapi tantangan yang ada, cerdas, kreatif, dan
berani ambil resiko dalam prinsip kebenaran.
Keterampilan berpikir akan menjadi ciri khas atau
karakter yang relevan dengan sistem kerja otak, yaitu
berpikir untuk tahu, berpikir untuk bersikap, dan
berpikir untuk bertindak atau berbuat.

2. Keterampilan Etos Kerja


Keterampilan dalam mewujudkan etos kerja yang
tinggi dan produktif ditandai dengan memiliki
kemampuan untuk menentukan prioritas,
mengembangkan perencanaan, memetakan hasil
pencapaian, terampil menggunakan perangkat kerja,
dan meningkatkan keterampilan yang sejalan dengan
perkembangan teknologi. Di samping itu, terampil
mengembangkan kecakapan yang relevan dengan
kebutuhan hidup, dan selalu menghasilkan mutu
produk yang tinggi. Keterampilan etos kerja akan
membentuk karakter yang relevan dengan disiplin,
pantang menyerah – tidak putus asa, bersih dan sehat,
sportif, tangguh, handal, berketetapan hati, kerja keras,
teliti, dan kompetitif.

82 Dr. H. Amka, M.Si.


3. Keterampilan Berkomunikasi
Keterampilan dalam berkomunikasi ditandai dengan
kemampuan bekerja dalam tim yang bervariasi,
berkolaborasi, dan cakap mengembangkan hubungan
interpersonal sehingga selalu dapat menempatkan diri
dalam interaksi yang harmonis. Memiliki kecakapan
komunikasi personal, sosial, dan terampil
mengejawantahkan tanggung jawab. Yang tidak kalah
pentingnya adalah terampil dalam komunikasi
interaktif dengan cerdas dan rendah hati. Keterampilan
berkomunikasi akan memperkuat karakter empati,
saling menghargai, saling menolong, saling peduli.

4. Keterampilan Teknologi dan Informatika


Keterampilan dalam memanfaatkan teknologi dan informasi
dengan tepat ditandai dengan kecakapan membangun
jaringan kerja yang harmonis dalam
memvisualisasikan informasi, mengembangkan
hubungan multikultural, bekerja sama dalam ruang
lintas bangsa. Keterampilan teknologi dan informasi
akan memperkuat karakter spasial, kesadaran
berbangsa dan bernegara baik dalam jaringan
masyarakat lokal, regional, maupun global, membuka
diri tanpa batas, menyadari kelemahan untuk merebut
peluang persaingan dan keunggulan.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 83


5. Keterampilan Religius
Keterampilan religius menjadi nilai fondasi bagi semua
keterampilan sumber daya manusia Indonesia yang
memiliki falsafah bangsa berdasarkan nilai-nilai
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Bangsa
Indonesia memandang bahwa kecakapan intelektual,
digital, sosial, dan akademik harus didasari dan
diarahkan untuk membentuk insan kamil yang religius.
Keterampilan religius memiliki dampak memperkuat
karakter keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
sebagai mana amanah untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional Indonesia.
Untuk mewujudkan keterampilan peserta didik
Indonesia agar mampu bersaing pada abad 21, maka
pembelajaran perlu disesuaikan dengan merujuk pada 4
karakter belajar abad 21 yang biasanya dirumuskan dalam
4C yakni :

1. Communication
Pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dan peserta
didik harus terjadi komunikasi muliti arah, terjadi
komunikasi timbal balik antar pendidik, peserta didik,
dan antar sesama peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya dalam proses belajar mengajar, sehingga
mereka dapat mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri melalui komunikasi dan pengalaman yang
mereka alami sendiri. Hal ini sejalan dengan filsafat

84 Dr. H. Amka, M.Si.


pembelajaran modern yang dikenal dengan filsafat
Kontruktifisme.

2. Collaboration
Pada proses pembelajaran yang dilakukan pendidik
hendaknya menciptakan situasi kondusif bagi peserta
didik untuk dapat belajar bersama-sama/berkelompok
(team work), sehingga akan tercipta suasana
demokratis, peserta didik dapat belajar menghargai
perbedaan pendapat, menyadari kesalahan yang
mereka buat, serta dapat memupuk rasa tanggung
jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Selain itu, dalam
situasi ini peserta didik akan belajar tentang kerjasama
tim, kepemimpinan, ketaatan pada otoritas, dan
fleksibilitas dalam lingkungan kerja. Hal ini akan
mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi
dunia kerja dimasa yang akan datang.

3. Critical Thinking and Problem Solving


Proses pembelajaran hendaknya membuat peserta
didik dapat berpikir kritis dengan menghubungkan
pembelajaran dengan masalah kontekstual atau faktual
terkait dengan kehidupan sehari-hari. Kedekatan
dengan situasi yang real yang dialami oleh peserta
didik ini akan membuat peserta didik menyadari
pentingnya pembelajaran tersebut sehingga peserta
didik akan menggunakan kemampuan yang

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 85


diperolehnya untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang dihadapinya.

4. Creativity and Innovation


Pembelajaran harus menciptakan sebuah kondisi dan
karakter peserta didik agar dapat berkreasi dan
berinovasi, bukannya didikte dan diintimidasi oleh
pendidik. Pendidik selalu hendaknya menjadi fasilitator
dalam menampung hasil kreativitas dan inovasi yang
dikembangkan oleh peserta didik.
(http://www.detiktenaga pendidik.com/2016/05/4-
Kompetensi-yang-Penting-Diterapkan-Tenaga
pendidik-Abad-21-Menurut-Mendikbud-Anies-
Baswedan.html)

Bila dicermati model pembelajaran abad 21 di atas


dan dibandingkan dengan model pembelajaran abad 20,
nampak terjadi pergeseran pola aktivitas pembelajaran
dari statis menjadi dinamis, dari pasif menjadi aktif, dan
dari keterampilan berpikir tingkat rendah (Lower Order
Thingking Skill) menjadi tingkat tinggi (Higher Order
Thingking Skill), diberi tahu menjadi mencari tahu.
Dengan demikian peserta didik mampu merumuskan
masalah, menganalisis, mencari solusi, kreatif, dan
mampu mentransfer ilmu pengetahuan sebagai solusi
hidup keseharian. Tahu apa, tahu mengapa, tahu
bagaimana adalah siklus penumbuhan pola berpikir HOTS
yang perlu dipersiapkan dalam membangun sumber daya

86 Dr. H. Amka, M.Si.


manusia yang berkarakter kuat dan handal untuk
menghadapi tantangan global yang kompetitif.
Sebaliknya bila model pembelajaran masih tetap
menganut pola konvensional abad 20 maka sumber daya
manusia Indonesia tidak akan beranjak dari kebiasaan
berpikir rendah seperti malas, curang, perkelahian,
narkoba, radikalisme, plagiarisme dan cenderung
menjadi generasi konsumtif, koruptif, dan manipulatif.

Perbedaan pembelajaran abad 20 dengan abad 21


dapat dilihat dalam tabel berikut ini.

PERBEDAAN PEMBELAJARAN
ABAD 20 DENGAN ABAD 21

Pembelajaran Pembelajaran
Jenis
Abad 20 Abad 21
Berpusat pada Berpusat pada
Lingkungan
pendidik peserta didik
Pendidik sebagai Peserta didik
Aktivitas Kelas sentral dan sebagai sentral dan
bersifat didaktis bersifat interaktif
Menyampaikan Kolaboratif,
Peran fakta-fakta, kadang-kadang
Pendidik pendidik sebagai peserta didik
ahli sebagai ahli
Penekanan Mengingat fakta- Hubungan antara
Pengajaran fakta informasi dan

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 87


temuan
Konsep Akumulasi fakta Transformasi fakta-
Pengetahuan secara kuantitas fakta
Protofolio,
Soal-soal pilihan pemecahan
Penilaian
berganda masalah, dan
penampilan
Penampilan Kuantitas
Keberhasilan Penilaian acuan pemahaman,
norma penilaian acuan
patokan
Penggunaan Latihan dan Komunikasi, akses,
Teknologi praktik kolaborasi, ekspresi

https://image.slidesharecdn.com/paradigmapendidikan
indonesiaabad21-141130072107-conversion-
gate02/95/paradigma-pendidikan-indonesia-abad-21-
3-638.jpg?cb=1417332109

Berdasarkan perbedaan tersebut maka semakin


jelas tuntutan kepada para pendidik untuk mengubah
paradigma model pembelajaranya agar peserta didik
memiliki kemampuan abad 21, yaitu menjadi :
1. Pendidik semula sebagai pengarah menjadi
fasilitator atau pembimbing.
2. Pendidik semula menjadi sumber pengetahuan
bergeser menjadi fartner belajar.

88 Dr. H. Amka, M.Si.


3. Belajar berpusat pada kurikulum menjadi berpusat
pada peserta didik.
4. Belajar ketat dengan waktu terbatas, menjadi
terbuka dan waktu fleksibel sesuai kebutuhan
belajar.
5. Belajar berbasis fakta menjadi berbasis proyek atau
survei.
6. Bersifat teoritik, prinsip dan survei menjadi dunia
nyata, refleksi prinsip dan survei.
7. Pengulangan dan latihan menjadi penyelidikan
dan perancangan.
8. Aturan dan prosedur menjadi penemuan dan
penciptaan.
9. Kompetitif menjadi collaboratif.
10. Berfokus pada kelas menjadi berfokus pada
masyarakat.
11. Hasilnya ditentukkan sebelumnya menjadi hasilnya
terbuka.
12. Belajar sangat normatif menjadi kreatif dan
beragam.
13. Komputer semula menjadi subjek belajar bergeser
menjadi peralatan semua jenis belajar.
14. Presentasi statis menjadi dinamis dan interaktif
dengan multimedia
15. Komunikasi terbatas dalam ruang, menjadi terbuka
tanpa batas
16. Tes diukur dengan norma menjadi unjuk kerja
diukur pakar, penasehat dan teman sebaya.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 89


http://alisistiqomahhayati.blogspot.co.id/2012/12/pe
mbelajaran-abad-21-dan-peran-pendidik.html

B. BERPIKIR HOTS DI ABAD 21


Menurut Dafik, berpikir tingkat tinggi (Higher Order
Thinking Skills - HOTS) adalah kegiatan berpikir pada level
kognitif hirarki tinggi dari taksonomi berpikir Bloom.

Hirarki berfikir taksonomi Bloom terdiri dari enam


level :

1. Knowledge (Recall or locate information),

2. Comprehension (Understand learned facts)

3. Application (Apply what has been learned to new


situations),

4. Analysis (“Take apart” information to examine different


parts ),

5. Synthesis (Create or invent something; bring together


more than one idea)

6. Evaluation (Consider evidence to support conclusions).

Anderson, L., and Krathwohl, D. (eds.) (2001) dalam


bukunya yang berjudul Assessing: A Revision of Bloom’s
Taxonomy yang dipublikasi oleh Publishing Co, New York,
US merevisi level taxonomi ini menjadi remembering,
understanding, applying, analysing, evaluating, creating.
Hasil revisi dari Anderson and Krathwohl ini sangat

90 Dr. H. Amka, M.Si.


mudah diterima oleh banyak saintis dan praktisi sehingga
keberadaannnya selalu menjadi rujukan dari
perkembangan teori pembelajaran.

Dalam perkembangannya remembering,


understanding, applying dikategorikan dalam recalling
dan processing, sedangkan analysing dan evaluating
dikategorikan dalam critical thinking dan yang terakhir
creating dikategorikan dalam creative thinking. Kemudian
bagaimana mewujudkan HOTS ini dalam pembelajaran?
Jawabannya adalah mengintegrasikan level berpikir ini
dalam proses belajar dan evaluasi. Dalam proses
pembelajaran paling sedikit harus melibatkan pendekatan
saintifik dengan 5 M.

C. PILAR PENDIDIKAN UNESCO 21


Sekitar 17 tahun silam, komisi pendidikan abad 21
UNESCO telah merekomendasikan empat pilar
pendidikan dalam menyambut abad baru ke 21.
Rekomendasi badan dunia PBB tersebut menarik untuk
dicermati mengingat sampai saat ini prosesi pendidikan
masih berlangsung dan ke-4 pilar pendidikan dimaksud
adalah :

1. Belajar untuk mengetahui (learning to know)


Aktifitas belajar merupakan kegiatan untuk mencari
dan mengetahui sesuatu bermanfaat bagi individu.
Berarti belajar itu mencakup seluruh aktivitas dalam
rangka mencari dan menggali ilmu pengetahuan guna

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 91


memperluas wawasan pemikiran. Pilar ini bertolak
pada pemberdayaan aspek intelektual (kognitif).
2. Belajar untuk mengerjakan (learning to do)
Untuk dapat mengerjakan sesuatu dengan baik, orang
harus memiliki keterampilan dan kecakapan dalam
hidup. Ilmu pengetahuan tidak selalu bersifat teoritis
namun ada pula yang memerlukan keterampilan untuk
menerapkannya. Kuncinya adalah orang selalu
berusaha untuk berlatih melakukan sesuatu agar mahir
dan terampil.
3. Belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be)
Pilar ini mendorong manusia untuk belajar
mengembangkan diri. Pendidikan yang dijalani harus
mampu memperkukuh jati diri individu sebagai umat
beragama, berbangsa dan bernegara dapat
menumbuhkan karakter yang baik pada individu.

4. Belajar untuk hidup bermasyarakat (learning to live


together)
Manusia adalah makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lainnya. Prinsip kerja sama
dan gotong royong menjadi satu aset berharga untuk
mengembangkan diri menjadi pribadi yang
mempunyai rasa sosial yang tinggi. Disinilah
pentingnya pendidikan berwawasan sosial dan
lingkungan.

92 Dr. H. Amka, M.Si.


5. Belajar untuk memperkuat keimanan, ketaqwaan, dan
akhlak mulia
Pilar yang ini tersirat dalam sistem pendidikan di
Indonesia, UU No 20 Tahun 2003, bahwa tujuan
Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Implementasi dari pilar tersebut
diwujudkan secara langsung dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, serta mata
pelajaran PPKn, dan dalam mata pelajaran lain sebagai
hasil pembelajaran tidak langsung melalui pencapaian
KI-1, yaitu Kompetensi Spiritual.
http://www.matrapendidikan.com/2013/12/pilar-
pendidikan-abad-21.html

Pilar kelima yang memuat aspek religious dalam


proses pembelajaran ini akan semakin memperkuat
pembentukan karakter peserta didik. Pendidikan
karakter bukan pendidikan yang bersifat fisik semata,
tetapi psikis dan berkaitan dengan hati (Amka, 2012:
187).
Melalui muatan agama dalam pendidikan karakter
akan membentuk manusia yang berada pada fitrahnya
sebagai hamba Allah. Pendidikan karakter akan
menekankan pada pendidikan psikis dan rohani

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 93


Karakter Akhlak Mulia
Secara definisi karakter adalah kualitas mental dan
moral seseorang yang bersifat kejiwaan, akhlak, tabiat,
yang membedakan seseorang dari yang lain.
Pendidikan karakter adalah pendidikan yang
menguatkan pada pembentukan kekuatan mental,
moral, budi pekerti, nilai keyakinan, serta kepribadian
khusus yang melekat pada peserta didik. (Amka,
2012:169)
Peserta didik dapat dikatakan berkarakter kuat dan
baik apabila memiliki keimanan kepada Tuhan YME
dan beramal Soleh. Keberadaan dirinya berguna bagi
orang lain di sekitarnya. Inilah karakter pendidikan
abad 21 yang secara tegas UNESCO menguatkan
pentingnya pendidikan agama pada peserta didik.
Proses pembelajaran merupakan upaya untuk
menyiapkan peserta didik yang menjadi sumber daya
manusia terpelajar, memiliki ilmu pengetahuan yang
mumpuni, memiliki kemampuan berpikir kritis,
memiliki keterampilan kreatif untuk memecahkan
berbagai persoalan kehidupan sehari-hari yang
semakin penuh tantangan, persaingan, dan kompleks
dalam era globalisasi abad 21.
Masyarakat abad 21 yang bercirikan masyarakat
melek informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi,
membuat tuntutan pembelajaran abad 21 mengalami
perubahan model pembelajaran untuk menciptakan
kualitas keterampilan peserta didik berpikir tingkat

94 Dr. H. Amka, M.Si.


tinggi (HOTS) untuk mewujudkan peserta didik yang
memiliki kompetensi sesuai dengan empat pilar
pendidikan yang telah ditetapkan oleh UNESCO.

KESIMPULAN

Keterampilan Abad 21 adalah integrasi kemampuan


literasi, kecakapan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan
penguasaan teknologi. Pembelajaran abad 21 diletakkan
pada dasar dan kompetensi. Pengukuran kompetensi
dengan urutan dari LOTS menuju HOTS. Proses
pembelajaran akan dimulai dari hal yang mudah menuju
hal yang sulit. Inilah ciri pembelajaran abad 21 yang
dikembangkan dalam system pendidikan Indonesia.
Tenaga pendidik harus mempersiapkan model
pembelajaran sesuai dengan tuntutan abad 21 dengan
berbagai inovasi pembelajaran, baik yang menyangkut
pendekatan, strategi, tekhnik, dan taktik pembelajaran.
Melalui model pembelajaran abad 21, diharapkan akan
terbentuk keterampilan peserta didik, yaitu: (1)
keterampilan berpikir, (2) keterampilan etos kerja, (3)
keterampilan berkomunikasi, (4) keterampilan teknologi
dan informasi, serta (5) keterampilan religious.
Pembelajaran abad 21 menguatkan cara berpikir
tingkat tinggi, yaitu mengintegrasikan level berpikir ini
dalam proses belajar dan evaluasi. Dalam proses
pembelajaran paling sedikit harus melibatkan pendekatan
saintifik.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 95


LATIHAN SOAL

1. Sebutkan, apa saja ciri-ciri abad 21 dan sertai


contoh faktual!
2. Bagaimana konsep pembelajaran pada abad 21?
3. Bagaimanakah konsep pembelajaran berbasis
HOTS itu?!
4. Jelaskan dan bedakan pilar pendidikan UNESCO
5. Buatlah rancangan pembelajaran berbasis HOTS

96 Dr. H. Amka, M.Si.


REFERENSI

Darmani. Model Pembelajaran. Nizamia Learning Center


(Sidoarjo: 2016).

Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen,


Kemendikbud, 2017.

http://alisistiqomahhayati.blogspot.co.id/2012/12/pembel
ajaran-abad-21-dan-peran-pendidik.html

L. Silberman. Dr. Melvin. Active Learning. Bandung:


Nuansa Cendekia.
Lusita, Afrisanti. Buku Pintar Menjadi Tenaga pendidik
Kreatif, Inspiratif dan Inovatif. Yogyakarta: Araska.
M. Musfiqon. Desain Presentasi Pembelajaran Inovatif.
Jakarta: Prestasi Pustaka Raya
M. Musfiqon. Media dan Sumber Belajar. Prestasi Pustaka.
2014

Riyanto, Theo. Tenaga pendidik Komunikatif Pembelajaran


jadi Efektif. Yogyakarta: PT KANISIUS.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 97


BAB VII
MOTIVASI BELAJAR

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami


pengertian, teori dan peran motivasi
dalam belajar

A. Pengertian dan Teori Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Banyak pengertian motivasi yang telah dikemukakan


oleh para ahli. Rumusan pengertian sangat dipengaruhi
oleh latar belakang pengalaman, pengetahuan, dan
pemahaman masing-masing. Dengan tidak
mengenyampingkan pendapat para ahli, dapat dicatat
bahwa motivasi merupakan kondisi batin yang
mendorong seseorang untuk berperilaku lebih baik.
Motivasi menjadi kata kunci seseorang mencapai prestasi
terbaiknya. Tidak seorangpun yang dapat merubah diri
seseorang, selain dirinya sendiri. Sehebat apapun sang
motivator memotivasi seseorang untuk berprestasi, tetap
berpulang kepada diri sendiri. Mau atau tidak seseorang
berprestasi, tergantung pada kondisi batinnya sendiri.
98 Dr. H. Amka, M.Si.
Oleh karena itu menjadi tugas pertama para pendidik
untuk membangkitkan motivasi peserta didik sebelum
memberi tugas pembelajaran. Berkenaan dengan strategi
memotivasi, ada pelajaan penting dari Allah yang perlu
direnungi baik-baik, yaitu bahwa Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri (QS: 13:11).
Pelajaran motivasi yang perlu diperhatikan adalah bahwa
pendidik perlu memberikan pemahaman kepada peserta
didik tentang perlunya tujuan pembelajaran untuk
mengubah diri peserta didik menjadi lebih baik dan
terbaik bagi diri sendiri. Apabila bila peserta didik sudah
termotivasi untuk mengubah diri sendiri akan menjadi
yang lebih baik melalui serangkan prestasi, maka barulah
strategi pemberian materi atau bahan dan media
pembelajaran dilakukan. Para pendidik tidak akan kuasa
merubah peserta didik untuk menjadi lebih baik, kecuali
diri peserta didik itu sendiri. Di sinilah seringnya kita
mengalami kegagalan memotivasi peserta didik. Kita
terlalu bersemangat untuk menjadikan peserta didik
berkembang dan berubah menjadi anak berprestasi
seperti pendidik atau orang sukses lainnya. Sementara
peserta didik sendiri belum memiliki kekuatan motivasi
yang ingin mereka wujudkan. Gali dan munculkan
terlebih dahulu dalam diri peserta didik motivasi untuk
berubah, sebelum kita membantu merubahnya melalui
berbagai strategi pembelajaran.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 99


Menurut Djamarah (2002: 34), motivasi sebagai
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya feelling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Perubahan energi
dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata
berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai
tujuan tertentu dan aktivitasnya, maka seseorang
mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya
dengan segala upaya yang dapat ia lakukan untuk
mencapainya.

Morgan (dalam Soemanto, 2001: 194), motivasi


bertalian dengan tiga hal, yaitu keadaan yang mendorong
tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang
didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior),
dan tujuan daripada tingkah laku tersebut (good or ends
of such behavior).

Hamalik (2002: 173-174), motivasi adalah suatu


perubahan energi di dalam peribadi seseorang yang
ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk
mencapai tujuan". Pendapat di atas, mengandung tiga
unsur yang saling berkaitan, yaitu : 1) motivasi dimulai
dari adanya perubahan energi dalam pribadi, 2) motivasi
ditandai dengan timbulnya perasaan (affective aronsal), 3)
motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai
tujuan.

100 Dr. H. Amka, M.Si.


Unsur-unsur yang dimaksud adalah:

1) Motivasi dibangun dari perubahan kekuatan batin


atau energi dalam diri sendiri. Perubahan energi
motivasi timbul dari perubahan kondisi batin pada
sistem neurofisiologis dalam organisme manusia.
Contoh adanya perubahan dalam sistem pencernaan
akan menimbulkan motif lapar. Dalam belajar perlu
dimunculkan motif keingintahuan atau lapar dan haus
pengetahuan terlebih dahulu. Dari motif itu baru ada
reaksi dan perilaku belajar.
2) Motivasi dibangun dari perasaan (affective arousal),
ketegangan psikologis, hingga suasana emosi.
Perubahan mungkin disadari, mungkin juga tidak. Kita
dapat mengamatinya pada perbuatan.

2. Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik

Beberapa definisi motivasi yang telah diuraikan


mengacu pada faktor-faktor personal, seperti kebutuhan,
minat, kuriositas, dan kesenangan. Sementara itu
beberapa definisi yang lain menunjuk kepada faktor-
faktor lingkungan atau faktor-faktor eksternal, seperti
hadiah, pujian, tekanan sosial, atau hukuman. Motivasi
yang muncul dari faktor-faktor seperti minat, atau
kuriositas dinamakan motivasi intrinsik, sedangkan
motivasi yang timbul dari keinginan untuk mendapatkan
pujian atau hadiah dan menghindari hukuman dinamakan
motivasi ekstrinsik (Woolfolk, 1993: 337).

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 101


Bila individu secara intrinsik termotivasi maka individu
tersebut tidak membutuhkan insentif atau perangsang
atau hukuman untuk membuatnya beraktivitas karena
aktivitas itu sendiri sudah merupakan hadiah. Sebaliknya
individu yang melakukan aktivitas karena motivasi
ekstrinsik maka individu tersebut beraktivitas hanya untuk
mendapatkan hadiah, menghindari hukuman,
menyenangkan tenaga pendidik, atau demi beberapa
alasan lain yang memiliki kaitan sedikit sekali dengan
aktivitas yang dilakukan. Sesungguhnya tidak ada rasa
tertarik yang muncul dari dalam diri individu tersebut
untuk melakukan aktivitas yang sedang dikerjakan.

Sesuai dengan teori atribusi, persepsi individu


terhadap penyebab perilakunya mempengaruhi cara
kerjanya di masa depan (Dimyati dan Mudjiono, 2001: 75).
Apabila individu bekerja karena motivasi eksternal maka
disimpulkan bahwa minatnya kurang, sebaliknya apabila
individu bekerja tanpa motivasi eksternal maka
disimpulkan bahwa individu tersebut tertarik secara
intrinsik terhadap pekerjaan yang dilakukan. Dengan
demikian penguatan ekstrinsik dapat menurunkan
motivasi intrinsik. Terkait dengan kondisi ini. Good dan
Brophy (1990: 367) menyatakan bahwa motivasi intrinsik
tergantung pada persepsi bahwa perilaku seseorang lebih
banyak muncul dari penyebab-penyebab internal
daripada tekanan eksternal dan bahwa motivasi instrinsik
akan menurun jika perasaan kompetensi dan self-

102 Dr. H. Amka, M.Si.


detenninasi seseorang berkurang. Lebih lanjut dikatakan
bahwa akibat-akibat tindakan, termasuk umpan balik dan
ganjaran terdiri dari dua bagian yakni elemen yang
mengontrol (controlling elements) dan elemen-elemen
informasional. Selanjutnya Good dan Brophy
mengidentifikasikan perilaku-perilaku yang termotivasi
secara intrinsik, yaitu: pertama, terjadi bila orang merasa
senang tetapi bosan sehingga termotivasi menemukan
rangsangan yang baru, dan yang kedua mencakup
penguasaan tantangan terhadap diri sendiri sehingga
mengurangi disonansi atau ketidakjelasan.

Hasil meta analisis Soedomo (2001: 81) menemukan


bahwa anak-anak yang dijanjikan hadiah untuk
melakukan suatu kegiatan dapat menyelesaikan kegiatan
tersebut dalam waktu yang lebih singkat daripada anak-
anak yang diberikan hadiah tanpa pemberitahuan atau
tanpa hadiah sama sekali. Artinya, motivasi ekstrinsik
masih diperlukan untuk mendorong individu dalam
beraktivitas. Nur et al. (2001: 124) mempertegas bahwa
tergantung kepada aktivitas yang dilakukah dan cara
pemberiannya, motivasi ekstrinsik dapat meningkatkan
minat, menurunkan minat, atau tidak memiliki pengaruh
sama sekali.

Untuk memperjelas uraian ini maka berikut ini


dikemukakan dimensi dan indikator motivasi berdasarkan
teori motivasi belajar dari Good & Brophy (1990: 418)
sebagai berikut:

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 103


1) dimensi intrinsik dengan indikatomya: dorongan
untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran,
dorongan untuk mencari tahu hal-hal yang
berhubungan dengan pelajaran, dorongan untuk
belajar secara mandiri, dan
2) dimensi ekstrinsik dengan indikatomya dorongan
untuk menghindari hukuman tenaga pendidik,
dorongan untuk mendapatkan pujian dari tenaga
pendidik, dorongan untuk menyenangi hati orang tua,
dorongan untuk mendapatkan nilai yang bagus dan
dorongan untuk mendapatkan pengakuan dari
teman-teman.

3. Teori Motivasi

Para pakar psikologi yang membahas tentang teori


motivasi sudah cukup banyak dengan perspektif berbeda.
Diantara tokoh psikologi yang mengkaji teori motivasi
adalah Abraham Maslow.

Abraham H. Maslow, sebagai salah seorang tokoh


motivasi menuangkan hasil pikirannya tentang motivasi
ke dalam buku "Motivation and Personality". Teori
tersebut sampai kini masih dianut oleh para teorites dan
praktisi.

Teori motivasi Maslow bersandar pada kebutuhan


manusia. Secara hirarki kebutuhan manusia adalah, yaitu:

104 Dr. H. Amka, M.Si.


a) Fisiologis (kebutuhan Pooh sandang pangan dan
perumahan.

b) Keamanan (Meliputi keamanan fisik dan nun fisik


seperti keadilan dll)

c) Sosial (Kebutuhan hidup bermasyarakat, diterima


dalam pergaulan). Biasanya kebutunan sosial tersebut
tercermin dalam empat bentuk 'perasaan' yaitu:

1) Perasaan bergaul diterima orang lain dan


berinteraksi dalam masyarakat serta sense of belongin.
Tidak ada seorang manusia normal yang senang
merasa terasing dari kelompok di mana ia menjadi
anggotanya. Sebaliknya kegairahan kerjanya akan
meningkat apabila ia diterima sebagai anggota yang
terhormat. Dengan perasaan demikian ia akan
berperilaku positif yang biasanya tercermin dalam
kemauan memberikan sumbangsih yang makin besar
kepada usaha bermasyarakat untuk mencapai
tujuannya. Agar setiap peserta didik merasa diterima
dalam kelompoknya, tenaga pendidik dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut: 1) praktikkan grup
atau individual konseling sehingga setiap anak
merasa betah di dalam kelompoknya, 2) susunlah
rencana, tugas, dan tanggung jawab sedemikian rupa
sehingga semua peserta didik menjadi anggota yang
berfungsi di dalam kelompoknya, 3) kelompokkanlah
para peserta didik berdasarkan sosiometri sehingga

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 105


ada persamaan, saling tertarik, dan saling membantu
di dalam kelompok (Hamalik, 2002: 177)

2) Setiap orang mempunyai kelebihan dan


kekurangan. Jati dirinya yang khas dari seseorang
membuat dia merasa penting. Hamalik (2002: 177)
menjelaskan bahwa seseorang akan merasa dirinya
dihargai orang lain kalau ia merasa bahwa dirinya
dianggap penting. Tidak ada manusia yang senang
apabila diremehkan. Artinya setiap orang memiliki
'sense of importance'. Jika seorang pimpinan atau
tenaga pendidik mengingkari kenyataan ini bukan
mustahil ia akan menghadapi berbagai kesulitan
dalam menggerakkan para bawahan atau peserta
didiknya.

3) Kebutuhan akan perasaan maju. Pada umumnya


manusia tidak senang menghadapi kegagalan, para
ahli merumuskan kebutuhan ini sebagai 'need for
achievement’. Ia akan merasa senang dan bangga
apabila ia meraih kemajuan, apapun bentuk
kemajuan itu. Tiap orang akan berusaha agar
keinginannya dapat berhasil. Untuk kelancaran belajar,
perlu optimis, percaya akan kemampuan diri, dan
yakin bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya
dengan baik (Slameto, 1995; 75), dan d) kebutuhan
akan perasaan diikutsertakan atau 'sense of
participation'. Kebutuhan ini sangat dirasakan,
terutama pada saat proses pengambilan keputusan

106 Dr. H. Amka, M.Si.


yang menyangkut diri dan lanjutan studinya. Slameto
(1995: 75) menjelaskan bahwa belajar bersama
dengan kawan-kawan, dapat meningkatkan
pengetahuan dan ketajaman berpikir peserta didik.

4) Esteem (kebutuhan harga diri)

Keberadaan dan status seseorang biasanya tercermin


pada berbagai lambang yang penggunaannya sering
dipandang sebagai hak seseorang di dalam dan di luar
organisasi. Harga diri seseorang terbentuk dari derajat
atau status dari berbagai lambang, seperti harta,
kekuasaan, dan pengetahuan. Penggunaan lambang-
lambang status tersebut dikenal baik di lingkungan
masyarakat tradisional maupun modern.

5) Aktualisasi diri

Dewasa ini makin disadari oleh berbagai kalangan yang


makin luas bahwa dalam diri seseorang ada potensi
terpendam yang belum seluruhnya dikembangkan.
Dengan pengembangan demikian, seorang dapat
memberikan sumbangan yang lebih besar bagi
kepentingan organisasi dan dengan demikian meraih
kemajuan profesional yang pada gilirannya
memungkinkan yang bersangkutan memuaskan berbagai
jenis kebutuhannya.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 107


4. Teori Tiga Kebutuhan

Teori ini dikemukakan olehl David Mc Cleland


beserta rekan-rekannya. Inti teori ini terletak pada
pendapat yang mengatakan bahwa pemahaman yang
mendalam tentang motivasi bila didasari tiga jenis
kebutuhan, yaitu: need for achievement, need for power,
dan need for affiliation.

Need for Achievement (nAch) adalah kebutuhan


berprestasi atau berhasil. Tidak ada orang yang senang
jika menghadapi kegagalan. Misalnya, keberhasilan
meraih prestasi dalam pendidikan, membina rumah
tangga yang bahagia dan sejahtera, usaha, pekerjaan.

Keberhasilan dalam biasanya ditandai dengan


capaian prestasi yang sesuai dengan standar kinerja.
Penetapan standar itu dapat bersifat intrinsik dan
ekstrinsik, artinya seseorang dapat menentukan bagi
dirinya sendiri standar karya yang ingin dicapainya.
Apabila peserta didik tergolong sebagai insan yang
maksimalist, standar yang ditetapkannya bagi dirinya
sendiri adalah standar yang tinggi bahkan mungkin
melebihi standar yang ditetapkan secara ekstrinsik, yaitu
oleh lembaga pendidikan atau sekolah. Sebaliknya
peserta didik yang tergolong sebagai insan yang
minimalist, standar yang ditetapkannya sebagai pegangan
lebih rendah dari standar yang ditetapkan secara
ekstrinsik.

108 Dr. H. Amka, M.Si.


Berarti peserta didik dengan Need for Achievement
yang besar adalah peserta didik yang berusaha berbuat
belajar secara maksimal. Contohnya dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan tenaga pendidik, dia berusaha
berbuat lebih baik dengan hasil yang maksimal
dibandingkan dengan peserta didik lainnya.

B. Peran Motivasi dalam Belajar

Peranan motivasi dalam belajar sangat penting.


Motovasi dapat membantu peserta didik meningkatkan
prestasi yang diinginkan. Pentingnya motivasi karena : (a)
dapat menjadi penguat dalam belajar. (b) menjadi dasar
yang jelas dalam mencapai target atau tujuan belajar. (c)
menjadi kendali terhadap stimulan atau rangsangan
belajar. (d) menjadi kekuatan ketekunan dalam belajar.
Peranan motivasi semakin tampak ketika peserta didik
mampu mengatasi masalah belajar. Berbagai upaya
pemecahan masalahan diupayakan hingga dia berhasil.
Misalnya, dewasa ini kebanyakan peserta didik
menggunakan kalkulator untuk menjawab soal
matematika. Ketika tidak tersedia kalkulator, bagi peserta
didik yang memiliki motovasi kuat, dia berupaya
mengatasi tanpa bantuan kalkulator dan berhasil dengan
baik.
Contoh di atas dapat dipahami bahwa sesuatu dapat
menjadi penguat belajar untuk seseorang, apabila dia
sedang benar-benar mempunyai motivasi untuk belajar
sesuatu. Dengan perkataan lain, motivasi dapat

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 109


menentukan hal-hal apa di lingkungan anak yang dapat
memperkuat perbuatan belajar. Seorang pendidik perlu
memahami suasana itu, agar dia dapat membantu peserta
didik dalam memilih faktor penguat belajar. Hal itu tidak
cukup dengan memberitahukan sumber-sumber yang
harus dipelajari, melainkan yang lebih penting adalah
mengaitkan isi pelajaran dengan perangkat apa pun yang
berada paling dekat dengan peserta didik di
lingkungannya.

KESIMPULAN

Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Namun


motivasi harus dipahami dengan baik. Pendidik yang
tidak memahami cara membangkitkan motivasi peserta
didik, maka diyakini proses pembelajaran dan hasilnya
akan gagal.

Motivasi merupakan kekuatan kondisi sikap mental


atau sikap batin dalam diri seseorang. Motivasi berperan
mendorong perilaku belajar yang baik. Bahkan motivasi
akan menjadi penting dimiliki dengan kuat ketika peserta
didik menghadapi masalah dan mampu mengatasinya.

Motivasi dibangkitkan bukan atas dasar keinginan


pendidik dan dengan model pendidik. Namun sebaliknya
motivasi berkembang sesuai dengan potensi yang
tumbuh dalam diri peserta didik. Oleh karena itu, sehebat
apapun seorang pendidik sebagai motivator, belum tentu

110 Dr. H. Amka, M.Si.


bisa berhasil motivasi peserta didiknya. Sesungguhnya
sang motivator terbaik adalah diri sendiri atau peserta
didik itu sendiri, dan bukan orang lain.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 111


LATIHAN SOAL

1. Jelaskan konsep motivasi dalam pembelajaran!


2. Berilah contok faktual tentang pentingnya motivasi
dalam pembelajaran
3. Carilah contoh kasus pentingnya motivasi dalam
pembelajaran!
4. Bagaimanakah peran motivasi dalam pembelajaran
5. Buatlah desain pembelajaran berbasis motivasi

REFERENSI

Amka, Tenaga Pendidik Profesional Berkarakter. Klaten,


Cempaka Putih: 2012.
Amka, Hati Pusat Pendidikan Karakter. Klaten, Cempaka
Putih, 2012.
Darmani. Model Pembelajaran. Nizamia Learning Center
(Sidoarjo: 2016).

Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen,


Kemendikbud, 2017.

http://alisistiqomahhayati.blogspot.co.id/2012/12/pembel
ajaran-abad-21-dan-peran-pendidik.html

112 Dr. H. Amka, M.Si.


BAB VIII
KURIKULUM PEMBELAJARAN

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami


pengertian, prinsip pengembangan
kurikulum dan komponen struktur
kurikulum

A. Pengertian Kurikulum

Kurikulum harus menyesuaikan dengan hakikat


pendidikan guna menyiapkan peserta didik dalam rangka
memenuhi kebutuhan pasar. Pengembangan kurikulum
ini diperlukan untuk menegaskan pencapaian tujuan
pendidikan.
Dalam pengertian ini tujuan inti pendidikan adalah
pengembangan pembelajaran yang akan selalu
bersinggungan dengan perubahan dan pengembangan
kurikulum. Karena perubahan dan pengembangan
kurikulum adalah salah satu usaha sadar yang dilakukan
para ahli dan para pendidik untuk mengembangkan
pendidikan mencapai tujuan pendidikan.
Perubahan kurikulum berkonsekuensi terhadap
perubahan kebijakan dalam standar pendidikan,

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 113


terutama standar lulusan, standar isi, standar proses dan
standar evaluasi. Oleh karena itu, pengembangan
kurikulum selalu bersinggungan dengan strategi,
pendekatan, metode, serta teknik pembelajaran yang
disesuaikan dengan pengembangan kurikulum. Misalnya,
dalam pengembangan kurikulum tahun 2013 terjadi
perubahan pendekatan pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan saintifik. Penentuan
pendekatan dalam K-13 ini telah dituangkan dalam
Permendikbud nomor 81a tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum 2013.
Konsekuensinya, ketika pendekatan pembelajaran
dalam kurikulum yang dikembangkan berubah maka
model pembelajaran pun juga menyesuaikan. Dalam K-13
model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran inquiry, model pembelajaran berbasis
masalah, dan model pembelajaran berbasis proyek. Ketiga
model ini menyesuaikan dengan pendekatan saintifik
yang telah ditetapkan pemerintah untuk digunakan dalam
Implementasi Kurikulum 2013.
Selain itu, pengembangan kurikulum juga
berkonsekuensi dengan perubahan penilaian
pembelajaran. Dalam kurikulum 2013 penilaian
pembelajaran menggunakan model penilaian autentik,
yaitu penilaian pembelajaran dengan menggunakan
berbagai teknik, metode serta jenis tes untuk menggali
informasi capaian prestasi secara holistik.

114 Dr. H. Amka, M.Si.


Dengan demikian, pengembangan kurikulum perlu
dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek
pendidikan. Ada tiga aspek landasan pengembangan
kurikulum, yaitu aspek filosofi, yuridis dan konseptual.
Adapun penjelasan ketiga aspek di atas sebagai berikut:
1. Landasan filosofis yaitu sistem nilai-nilai luhur budaya
bangsa yang tercermin dalam filosofi bangsa dalam
Pancasila (Shofwan.2007). Sebagaimana Priyono
(Jalaludin;1997:142) mengeluarkan instruksi menteri
yang terkenal dengan nama “Sapta Usaha Tama Dan
Pancawardhana” yang isinya antara lain bahwa
Pancasila merupakan asas pendidikan nasional.
Dengan demikian aspek filosofi menekankan bahwa
pengembangan kurikulum harus didasarkan pada nilai-
nilai luhur bangsa, nilai akademik, dan kebutuhan
peserta didik untuk menjawab tantangan di
masyarakat serta berorientasi pada pengembangan
kompetensi.
2. Aspek Yuridis, sesuai dengan Interuksi Presiden, no. 1
tahun 2010 yang menjelaskan bahwa “Percepatan
Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional:
Penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran
aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk
membentuk daya saing dan karakter bangsa”. Untuk
itu perlu adanya perubahan metodologi dalam
pembelajaran dan pengajaran dan penataan kembali
kurikulum yang disesuaikan dengan nilai-nilai budaya
dan kebutuhan masyarakat.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 115


3. Aspek Konseptual, menekankan pengembangan
kurikulum pada 5 Kriteria, yaitu:
a. Relevansi,
b. Berbasis pada kompetensi;
c. Bersifat tekstual dan kontekstual;
d. Proses pembelajaran berbasis aktivitas belajar,
output belajar dan outcome belajar;
e. Penilaian berdasarkan Kesesuaian teknik penilaian
dengan kompetensi dan penjenjangan penilaian
Ketiga landasan dasar pengembangan kurikulum
tersebut dijadikan acuan pengembangan kurikulum,
meskipun tidak dapat serta merta berubah begitu saja
melainkan perlu pemahaman yang komprehensif. Dalam
pengembangan kurikulum juga mencakup: perencanaan,
penerapan dan evaluasi yang patut diperhatikan para
pengembang kurikulum serta pengambil kebijakan
kurikulum nasional. Dalam perencanaan kurikulum hal
yang paling urgen adalah ketika keputusan dibuat dan
tindakan diambil serta merencanakan pembelajaran yang
akan digunakan oleh pendidik dan peserta didik.
Perencanaan kurikulum adalah kegiatan awal menyusun
kurikulum. Karena dengan perencanaan kurikulum yang
baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini
akan dapat menjawab permasalahan-permasalahan yang
ada di masyarakat dan menjadi solusi terbaik yang akan
diterima oleh masyarakat. Berawal dari hadirnya
pendidikan yang selalu dapat menjawab problem

116 Dr. H. Amka, M.Si.


masyarakat inilah kemudian masyarakat dapat menerima
serta mempercayai pendidikan.
Sementara itu, penerapan kurikulum mencoba untuk
menjelaskan dengan seksama perencanaan kurikulum ke
dalam tindakan operasional yang nyata. Maksud dari
penjelasan tindakan operasional yang nyata adalah
melakukan beberapa kegiatan nyata dan mengkonsep
secara sistematik yang tersirat maupun tersurat dalam
perancangan kurikulum sehingga akan mempermudah
tujuan yang dimaksud dalam perencanaan kurikulum.
Sedangkan tahap akhir dari pengembangan
kurikulum adalah evaluasi kurikulum untuk menentukan
seberapa besar hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian
program-program yang telah direncanakan, dan hasil
kurikulum, setelah melalui proses pembelajaran di
sekolah. Evaluasi kurikulum ini juga digunakan untuk
mengetahui produktifitas kurikulum, apakah kurikulum
yang diterapkan sudah menghasilkan lulusan yang
memenuhi kuantitas serta kualitas yang diharapkan atau
belum. Inilah fokus dari evaluasi kurikulum yang perlu
menjadi pertimbangan para pengembang kurikulum.
Pengembangan kurikulum melibatkan banyak pihak
seperti politikus, pengusaha, orang tua, serta unsur–unsur
masyarakat lainnya yang berkaitan dengan pendidikan,
selain unsur pendidikan yang paling utama Para
pengguna (user) lulusan lembaga pendidikan biasanya
lebih jeli serta dapat memberikan evaluasi praktis dalam

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 117


rangka memastikan relevansi kurikulum dengan dunia
nyata di masyarakat.

B. Prinsip Pengembangan Kurikulum

Terkesan bahwa setiap ganti pemimpin adalah ganti


kurikulum. Sesungguhnya kurikulum membutuhkan
pengembangan bukan perubahan. Pengembangan
dilakukan bisa dilakukan kapan saja. Pihak yang paling
berkepentingan dengan pengembangan kurikulum
bukanlah pemerintah. Sesungguhnya yang paling
berkentingan dengan pengembangan kurikulum adalah
pesta didik itu sendiri. Terutama kebutuhan belajar
peserta didik dan masa depan peserta didik. Oleh karena
itu pengembangan kurikulum perlu memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut :

1) Prinsip Relevansi
Kurikulum secara internal memiliki relevansi dengan
komponen kurikulum seperti tujuan, bahan, strategi,
organisasi dan evaluasi. Secara eksternal komponen
kurikulum tersebut memiliki relevansi dengan
kebutuhan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Relevansi ini dikenal dengan istilah relevansi
epistemologis.
Dalam praktik kurikulum di sekolah biasanya disebut
dengan dokumen 1 kurikulum sekolah. Sedangkan
relevansi eksternal adalah untuk memastikan bahwa

118 Dr. H. Amka, M.Si.


konsep dan praktik kurikulum di sekolah telah sesuai
dengan dinamika masyarakat yang sangat cepat dan
instan.
2) Prinsip Fleksibilitas
Pengembangan kurikulum harus memiliki sifat luwes,
lentur, dan fleksibel ketika dilaksanakan. Sangat
memadai untuk disesuaikan perkembangan situasi,
waktu, tempat, perkembangan, karakteristik peserta
didik. Prinsip ini menekankan pada praktik penerapan
kurikulum, seorang tenaga pendidik dapat
menggunakan berbagai pendekatan, metode serta
model pembelajaran yang berbeda asalkan standar
kompetensi lulusan yang dicanangkan dalam
kurikulum dapat tercapai. Fleksibilitas ini lebih
menekankan pada aspek praksis kurikulum di sekolah.
3) Prinsip Kontinuitas
Kontinuitas atau kesinambungan kurikulum, baik
secara vertikal maupun secara horizontal yang terkait
dengan pengalaman belajar peserta didik, baik
berdasarkan tingkat, jenjang, jalur pendidikan. Prinsip
ini dapat diartikan apa yang telah dipelajari oleh
peserta didik pada jenjang sebelumnya dapat
digunakan untuk pembelajaran pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi. Misalnya, pembelajaran
berhitung pada saat belajar di jenjang sekolah dasar
dapat digunakan untuk memahami materi berhitung
pada jenjang Sekolah Menengah, dan seterusnya.
4) Prinsip Efisiensi

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 119


Diusahakan agar dalam pengembangan kurikulum
dapat efesiensi dengan bertujuan untuk menghasilkan
produktifitas kurikulum dengan biaya, waktu, sumber
daya, serta tenaga yang sedikit tetapi memiliki hasil
yang optimal.
5) Prinsip Efektivitas
Diupayakan pengembangan kurikulum mencapai
tujuan sesuai dengan tujuan kualitas dan kuantitas
penidikan. Prinsip efektif ini menekankan pada
ketercapaian tujuan pendidikan secara tepat sasaran.
KURIKULUM

FILSAFAT NILAI-NILAI PENGETAHUAN PERBUATAN

AHLI PENDIDIKAN PAKAR PENDIDIK


PEJABAT
PENGUSAHA STAKEHOLDER
PENDIDIKAN
LAIN

PEDOMAN SISWA TUJUAN


PELAKSANA

Gambar : Pengembangan Kurikulum (Sudrajat.2007)

Sebagaimana pemaparan dan gambar pengembangan


kurikulum di atas, dapat dipahami bahwa dalam
pengembangan kurikulum perlu memperhatikan juga

120 Dr. H. Amka, M.Si.


sejumlah orientasi peserta didik seperti potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan karakteristik.
Pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan oleh satu
pihak melainkan berbagai pihak, mulai dari pemegang
kebijakan sampai pada pengguna hasil kurikulum.
Pemerintah, masyarakat, serta sekolah menjadi tiga
serangkai yang akan membuat kurikulum menjadi
sempurna.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum sebagaimana berikut:
1) Relevan Kebutuhan Hidup
Pengembangan kurikulum perlu memperhatikan
relevansi dengan kebutuhan kehidupan peserta didik dan
masyarakat setempat termasuk pula pemangku
kepentingan (stakeholders).

2) Komprehensip dan Kontinyuitas


Secara substansi, kurikulum mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi. Berbagai bidang kajian keilmuan
dan mata pelajaran yang direncanakan saling terkait dan
disajikan secara berkesinambungan antarjenjang
pendidikan seluruhnya. Keterkaitan antarkeilmuan yang
disusun dalam bentuk mata pelajaran akan memudahkan
peserta didik untuk memahami suatu bidang ilmu secara
sistematis dan logis. Hal ini akan menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih tertata serta memiliki makna
keberlanjutan.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 121


3) Belajar sepanjang hayat
Proses pengembangan kurikulum diarahkan kepada
upaya pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat
(Long life education). Hal ini menjadi landasan dalam
pengembangan kurikulum, karena manusia sebenarnya
belajar tidak hanya untuk kepentingan saat ini tapi juga
kepentingan masa yang akan datang. Oleh karena itu
pengembangan kurikulum merupakan keterkaitan antara
pendidikan formal, nonformal, dan informal.
Pengembangan kurikulum juga merupakan upaya untuk
menysiapkan peserta didik sebagai manusia seutuhnya.

4) Seimbang Kepentingan Pusat dan Daerah


Pengembangan kurikulum menjadi penting ketika
memperhatikan kepentingan NKRI. Kepentingan pusat
dan daerah menjadi kesatuan dalam kerangka pendidikan
nasional. Selakigus menjadi jawaban dalam pendidikan
Bhineka Tunggal Ika. Muatan kearifan lokal menjadi
pertimbangan penting dalam pengembangan kurikulum,
sehingga peserta didik tidak hanya mengenal content
nasional tetapi juga mengenal materi muatan lokal yang
berbasis kearifan daerah masing-masing. Dengan
demikian kelestarian budaya, nilai, serta norma sosial
yang bersumber dari kearifan lokal tetap terjaga secara
periodik dari generasi kepada generasi berikutnya. Nilai-
nilai lokal ini menjadi penting karena merupakan hasil
olah pikir serta budaya daerah.

122 Dr. H. Amka, M.Si.


Kurikulum dikembangkan sesuai dengan tuntutan
masyarakat terhadap output pendidikan. Sementara itu,
tuntutan masyarakat juga sangat komplek, seiring
dinamika kehidupan yang berubah sangat cepat.
Pengembangan kurikulum pun selalu diupayakan agar
dapat memenuhi kebutuhan pengguna lulusan lembaga
pendidikan, maka model pengembangan kurikulum pun
sangat beragam. Di satu sisi pemerintah sebagai regulator
berkepentingan untuk menjaga nilai filsafat bangsa dalam
rangka menjaga kesatuan nasional, sedangkan
pemerintah daerah juga ingin melestarikan budaya lokal,
sedangkan tuntutan internasionalisasi kurikulum juga
tidak dapat dielakkan. Bagaimana model-model
pengembangan kurikulum dapat dilakukan?. Pembahasan
secara detail sebagaimana berikut:
a. The Administrative Model
Dalam model ini pemerintah sebagai administrator
pendidikan lebih dominan. Model pengembangan
kurikulum ini disebut dengan istilah Top down atau lini
staf (Line-staff procedure), artinya pengembangan
kurikulum ini dimulai dengan langkah pertama yaitu
keputusan pejabat tingkat atas menetapkan
pengembangan kurukulum. Gagasan pengembangan
seperti ini merupakan model yang paling lama dan paling
banyak digunakan. Gagasan pengembangan kurikulum
datang dari para administrator pendidikan dan
menggunakan prosedur administrasi.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 123


Adapaun gambar pengembanganya kurikulum
dengan model Top-Down sebagai berikut:

b. The Grass Roots Model


Model pengembangan ini merupakan lawan dari
model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan
kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu
tenaga pendidik-tenaga pendidik atau sekolah.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
sebenarnya mengarah pada model grass roots ini dengan
memberikan keleluasaan kepada tenaga pendidik dan

124 Dr. H. Amka, M.Si.


sekolah untuk menyusun kurikulum masing-masing
meskipun pemerintah menentukan kaidah serta
ketentuan nasional. Desentralisasi pendidikan pasca
reformasi memberi arah untuk melakukan
pengembangan kurikulum model grass roots tersebut.
Namun belum sampai sempurna telah diganti dengan
kurikulum 2013 yang lebih mengarah pada model
administrative.
Adapaun gambar pengembanganya Kurikulum
dengan model Grass Roots sebagai berikut:

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 125


Dalam model grass roots memang terjadi kelemahan
yaitu masing-masing daerah dan satuan pendidikan
mengedepankan tujuan institusional dibandingkan tujuan
nasional atau regional. Kekhawatiran terhadap
disintegrasi bangsa yang bermula dari satuan pendidikan
menjadi salah satu titik lemah, terutama dalam
masyarakat yang masih belajar demokrasi berbangsa dan
bernegara.

c. Taba’ Inveret Model


Model ini dimodifikasi dari model Tyler. Penekanan
modifikasi terletak pada fokus pada pendidik. Pendidik
menjadi faktor utama dalam pengembangan kurikulum.
Tenaga pendidik menjadi pelaku pendidikan dinilai
memiliki pengetahuan, pengalaman praktis serta refleksi
tentang pelaksanaan kurikulum di sekolah. Maka tenaga
pendidiklah yang semestinya melakukan pengembangan
kurikulum. Adapun langkah-langkah pengembangan
kurikulum dengan model ini adalah sebagai berikut :
1) Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan
para pendidik
2) Unit eksperimen diuji
3) Merevisi dan mengkonsolidasi
4) Pengembangan seluruh komponen
5) Melakukan implementasi dan desiminasi

Pengembangan kurikulum dengan model ini sangat


sistematis. Diawali dengan diagnosis kebutuhan peserta

126 Dr. H. Amka, M.Si.


didik dan masyarakat baru menentukan tujuan. Setelah
tujuan ditentukan baru memilih isi kurikulum yang
kemudian diorganisasi serta disinkronkan sub komponen
internal kurikulum yang meliputi tujuan, isi, strategi, dan
evaluasi.
Kelebihan model ini juga terletak pada organisasi
materi kurikulum dan pemilihan pengalaman belajar yang
didalamnya meliputi strategi, pendekatan, metode, teknik
serta model pembelajaran yang sesuai dengan isi dan
tujuan kurikulum. Dengan langkah ini maka
pengembangan kurikulum sangat sistematis mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi kurikulum.
d. Model Ralph Tyler
Pengembangan kurikulum model ini lebih menekankan
pada sinkronisasi sub sistem kurikulum. Pelaku
pendidikan juga mendapatkan ruang dalam
pengembangan kurikulum model Ralph Tyler ini dengan
porsi kewenangan sangat luas. Pemberian ruang bagi
tenaga pendidik diutamakan untuk menentukan
pengalaman belajar yang akan digunakan dalam
penerapan kurikulum yang telah dikembangkan. Hal ini
memperhatikan bahwa tenaga pendidik yang memiliki
banyak pengalaman untuk memilih serta menentukan
pengalaman belajar yang diterapkan pada peserta didik.
Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam
pengembangan kurikulum model Ralph Tyler ini, yaitu:
menentukan tujuan pendidikan, menentukan proses
pembelajaran, menentukan organisasi kurikulum,

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 127


menentukan evaluasi pembelajaran. Dalam penentuan
organisasi kurikulum, model ini juga melakukan
sinkronisasi komponen kurikulum secara internal dan
eksternal. Kesesuaian tujuan, isi, strategi dan evaluasi
diperhatikan, begitu juga relevansi eksternal sesuai
kebutuhan masyarakat sebagai pengguna output
pendidikan.

e. Model Demonstrasi
Model pengembangan kurikulum ini semula
merupakan inovasi kurikulum dalam skala kecil yang
kemudian digunakan dalam skala yang lebih luas. Toto
Ruhimat dkk (Semit, Stanley, dan Shores) ada dua bentuk
pengembangan model ini. Pertama, kelompok tenaga
pendidik dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang
diorganisasi dan ditunjuk untuk melakukan uji coba.
Kedua, dari beberapa yang merasa kurang puas terhadap
kurikulum yang sudah ada, kemudian tenaga pendidik-
tenaga pendidik tersebut melakukan eksperimen, uji coba,
dan pengembangan secara mandiri.
Model ini sebenarnya berawal dari evaluasi praktis
yang dilakukan para tenaga pendidik dan kepala sekolah
terhadap kurikulum yang telah berlaku. Demonstrasi yang
disampaikan merupakan hasil dari pengembangan yang
berawal dari pengalaman di kelas dan di sekolah yang
kemudian menjadi bahan pengembangan kurikulum
secara nasional. Model ini termasuk model

128 Dr. H. Amka, M.Si.


pengembangan yang lebih praktis dibandingkan model
lain.

f. Model Miller-Seller
Model pengembangan kurikulum Miller-Seller
merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari
model trasmisi dan model transaksi yang terdiri dari
beberapa komponen yaitu : klasifikasi orentasi kurikulum,
pengembangan tujuan, indentifikasi model mengajar, dan
implementasi. Dalam model ini lebih menekankan pada
pengembangan pelaksanaan kurikulum.
Implementasi kurikulum menjadi acuan pertama dalam
langkah pengembangan kurikulum dalam model ini.
Paradigma yang digunakan dalam model ini adalah inti
kurikulum sebenarnya terletak pada pelaksanaan
kurikulum. Kurikulum yang masih bersifat dokumen tidak
akan dapat dikembangkan sebelum dilihat
pelaksanaannya dalam proses pembelajaran. Oleh karena
itu, pengembangan kurikulum dilakukan secara
bersamaan dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu proses
pembelajaran.

C. Komponen Struktur Kurikulum

Kurikulum memiliki empat komponen, yaitu tujuan, isi


kurikulum, metode atau strategi, dan evaluasi. Masing-
masing dapat dipahami sebagai berikut :

1. Komponen Tujuan

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 129


Komponen tujuan menitik beratkan pada arah yang
akan dicapai dalam pembelajaran. Secara makro,
tujuan berkaitan erat dengan filsafat sistem nilai
masyarakat. Bahkan rumusan tujuan
menggambarkan cita-cita yang dianut masyarakat.
Tujuan pendidikan dari mulai tujuan umum hingga
khusus dan dapat diukur. Tujuan ini dinamakan
kompetensi.
Klasifikasi tujuan pendidikan meliputi tujuan:
a. Pendidikan nasional
b. Institusional
c. Kurikuler
d. Instruksional atau tujuan pembelajaran

2. Komponen Isi
Komponen isi kurikulum adalah komponen yang
menyangkut semua aspek pengetahuan atau materi
setiap mata pelajaran. Termasuk pula di dalamnya
kegiatan dan pengalaman peserta didik dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Komponen Strategi
Komponen strategi adalah menitikberatkan pada
implementasi kurikulum. Strategi pembelajaran
sebagai pola tindakan pendidik dan peserta didik
dalam proses belajar dan mengajar.

4. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen keempat dalam
sistem kurikulum. Kurikulum perlu dievaluasi secara
periodik untuk mengetahui produktifitas dan

130 Dr. H. Amka, M.Si.


ketercapaian tujuan pendidikan. Dengan melakukan
evaluasi kurikulum akan mendapatkan data untuk
pengembangan kurikulum, baik dalam ranah revisi
atau pengembangan.

KESIMPULAN

Kurikulum sangatlah penting dalam sistem


pendidikan. Kurikulum merupakan komponen utama
dalam pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengembangan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Karena perubahan dan
pengembangan kurikulum adalah salah satu usaha sadar
yang dilakukan para ahli dan para pendidik untuk
mengembangkan pendidikan.

Perlu mendapat perhatian dalam pengembangan


kurikulum, yaitu menyangkut prinsip pengembangan
kurikulum yang meliputi prinsif relevansi, fleksibilitas,
kontinyuitas, efektifitas dan efesiensi. Selain itu ada
komponen kurikulum yang juga perlu diperhatikan, yaitu
komponen tujuan, isi, strategi, dan evaluasi.

LATIHAN SOAL

1. Jelaskan pengertian kurikulum dalam sistem


pendidikan!
2. Apa saja hambatan-hambatan dalam pelaksanaan
kurikulum 2013?

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 131


3. Sebutkan komponen kurikulum, dan berilah contoh
faktual dari setiap komponen!
4. Buatlah desain pengembangan kurikulum berdasarkan
prinsip pengembangan kurikulum!

132 Dr. H. Amka, M.Si.


REFERENSI

Amka, Tenaga Pendidik Profesional Berkarakter. Klaten,


Cempaka Putih: 2012.
Amka, Hati Pusat Pendidikan Karakter. Klaten, Cempaka
Putih, 2012.
Darmani. Model Pembelajaran. Nizamia Learning Center
(Sidoarjo: 2016).

Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen,


Kemendikbud, 2017.

http://alisistiqomahhayati.blogspot.co.id/2012/12/pembel
ajaran-abad-21-dan-peran-pendidik.html

L. Silberman. Dr. Melvin. Active Learning. Bandung:


Nuansa Cendekia.
Lusita, Afrisanti. Buku Pintar Menjadi Tenaga pendidik
Kreatif, Inspiratif dan Inovatif. Yogyakarta: Araska.
M. Musfiqon. Desain Presentasi Pembelajaran Inovatif.
Jakarta: Prestasi Pustaka Raya
M. Musfiqon. Media dan Sumber Belajar. Prestasi Pustaka.
2014

Riyanto, Theo. Tenaga pendidik Komunikatif Pembelajaran


jadi Efektif. Yogyakarta: PT KANISIUS.
Rusydie, Salman. Jadi Tenaga pendidik Multitalenta.
Yogyakarta: Diva Press.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 133


BAB IX
SUMBER BELAJAR

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami


pengertian, sumber, jenis, ciri
sumber belajar, kriteria memilih
sumber belajar, dan manfaat
lingkungan sebagai sumber belajar.

A. Pengertian Sumber Belajar


Definisi tentang sumber belajar telah dipaparkan para
pakar pendidikan dengan berbagai sudut pandang.
Sehingga memunculkan definisi berbeda karena aspek
analisis yang ditekankan tidak sama.

Pada dasarnya terdapat banyak sumber belajar.


Secara pokok terdapat dua macam sumber belajar, yaitu
sumber internal dan eksternal. Sumber belajar internal
adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam diri sendiri.
Sedangkan sumber belajar eksternal adalah yang berasal
dari luar diri sendiri. Baik secara internal maupun
eksternal merupakan sumber belajar yang saling
terhubung dan memberi dampak kepada pembelajar atau
peserta didik.

134 Dr. H. Amka, M.Si.


Kita belajar berbagai pengetahuan, keterampilan,
sikap, atau norma-norma tertentu dari lingkungan sekitar
kita baik itu tenaga pendidik, dosen, teman sekelas, buku,
laboratorium, perpustakaan maupun sumber-sumber
belajar lainnya. Di luar kelas (sekolah) kita banyak belajar
pula dari orang tua, saudara, teman, tetangga, tokoh
masyarakat, buku, majalah, koran, radio, televisi, film, atau
dari pengalaman, peristiwa dan kejadian-kejadian
tertentu. Semua sumber tersebut ternyata mempengaruhi
proses belajar anak didik dan terkadang membantu
memudahkan proses pembelajaran.

Berbagai sumber belajar tersebut juga


memungkinkan perubahan pada diri seseorang.
Perubahan merupakan dampak dari hasil belajar. Semua
tidak mengetahui, setelah belajar berubah menjadi
mengetahui. Setelah belajar memiliki kemampuan
membedakan, memilih, mengenalisa, dan membuktikan
dalam bentuk perilaku serta keterampilan. dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan
dari tidak terampil menjadi terampil.

Dalam Association of Education and Communication


Technology (AECT) (Soeharto, 2003: 73) diuraikan sebagai
berikut :

“Learning resources (for Educational


Technology) all of the resources (data, people,
and things) which may be used by the leaner in

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 135


isolation or in combination, usually in an
formal manner, to fasilitate learning: they
include messages, people, materials, devices,
techniques, and settings”.

Dari uraian ini dapat dipahami bahwa ada beberapa


komponen sumber belajar, yaitu manusia, material, pesan
(media-software), peralatan (hardware), teknik (metode),
dan lingkungan. Lebih lanjut dikemukakan oleh AECT,
bahwa sumber belajar dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: (1) resources by design – those resources which
have been specifically developed as “Instructional system
component” in order to facilitate purposive formal
learning, and (2) resources by utilization – those resources
which have not specifically been designed for instruction
but which can be discovered, applied and used for
learning purposes (Soeharto, 2003: 74).

Untuk lebih memberikan gambaran yang lebih rinci


selanjutnya diuraikan pengertian dari setiap jenis serta
contoh-contohnya, sebagai berikut:

a. Pesan (message); dalam bentuk ide, fakta, arti dan


data. Contoh: bidang studi seperti IPA, IPS, bahasa.
b. Manusia (people); sebagai penyimpan, pengolah, dan
penyampai pesan. Contoh: tenaga pendidik.
c. Media (software-materials); peralatan seperti
transparansi, slide, film, tape record, bahan
pengajaran, buku, jurnal.

136 Dr. H. Amka, M.Si.


d. Peralatan (hardware-divide); material (media) seperti
OHP, proyektor slide, video tape recorder.
e. Teknik (metode-technique); prosedur rutin atau acuan
menggunakan bahan, peralatan, lingkungan seperti
pengajaran dengan bantuan komputer.
f. Lingkungan; yaitu lingkungan sekitar pembelajaran,
seperti lingkungan fisik berupa: gedung sekolah,
laboratorium, perpustakaan, studio. Lingkungan non
fisik seperti: penerangan, sirkulasi udara.

B. Jenis dan Ciri-Ciri Sumber Belajar


Sebagaimana definisi di atas, sumber belajar
merupakan daya dan kekuatan yang diperlukan dalam
rangka proses pembelajaran.

Secara garis besar sumber belajar mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut:

a. Memperkuat proses pembelajaran untuk mencapai


tujuan.
b. Mengandung nilai-nilai edukatif. Artinya berdampak
pada perubahan perilaku sesuai tujuan.
c. Dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lebih luas.
d. Menjadi bahan merancang pembelajaran yang lebih
spesifik sesuai dengan ketersediaan bahan sumber.
e. Dapat dipergunakan baik secara tersendiri maupun
secara gabungan.
f. Dapat dirancang sebelum dipergunakan maupun
tinggal dipergunakan karena sudah tersedia.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 137


Sumber belajar by designed adalah sumber belajar
yang keberadaannya dihasilkan dari penemuan dan
diproduksi oleh pelaku pembelajaran, baik tenaga
pendidik maupun peserta didik. Contohnya, internet
pembelajaran merupakan sumber belajar yang didesain
untuk mempermudah proses pembelajaran. Sedangkan
sumber belajar by utilization adalah sumber belajar yang
keberadaannya tanpa melalui produksi manusia dan
sudah ada sejak awal. Sumber belajar ini biasanya berupa
lingkungan dan kondisi alam. Misalnya, tenaga pendidik
menjelaskan materi tentang thawaf dengan
menggunakan sumber belajar ka’bah. Keberadaan ka’bah
ini tidak didesain tetapi sudah ada sebelum pembelajaran
dilaksanakan.

C. Manfaat Lingkungan Sebagai Sumber Belajar


Pembelajaran tidak hanya terjadi di dalam kelas.
Dalam praktiknya, pembelajaran juga dilakukan di
lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Kondisi dan
sumber daya yang ada di masyarakat juga bisa
digunakan sebagai media pembelajaran.

Lingkungan yang berada di sekitar kita dapat


dijadikan sebagai sumber dan media pembelajaran.
Lingkungan yang dikategorisasikan dapat menjadi
media pembelajaran antara lain :

1) Masyarakat di sekeliling sekolah.

138 Dr. H. Amka, M.Si.


2) Lingkungan fisik di sekitar sekolah.
3) Bahan bekas dapat dimanfaatkan sebagai sumber
dan media dalam pembelajaran, seperti: tutup botol,
batu-batuan, kerang, kaleng bekas, bahan yang
tersisa dari kayu dan sebagainya.
4) Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat.
Namun tidak semua lingkungan bisa digunakan
sebagai media pembelajaran. Sebab media
pembelajaran memiliki ciri, karakter, prinsip, landasan,
serta ketentuan lain. Menurut Asnawir dan Basyiruddin
Usman (2002: 109), topik-topik yang dipilih untuk
memfungsikan lingkungan sebagai media
pembelajaran, hendaklah memenuhi syarat-syarat,
antara lain:

1. Harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.


2. Dapat menarik perhatian peserta didik.
3. Hidup dan berkembang di tengah-tengah
masyarakat.
4. Dapat mengembangkan keterampilan anak
berinteraksi dengan lingkungan.
5. Berhubungan erat dengan lingkungan peserta didik.
6. Dapat mengembangkan pengalaman dan
pengetahuan peserta didik.
Masyarakat merupakan salah satu aspek lingkungan
yang besar manfaatnya untuk dijadikan sumber dan
media pembelajaran. Hal ini akan memberikan manfaat

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 139


tidak saja kepada sekolah atau anak didik, tetapi juga
kepada masyarakat sendiri.

KESIMPULAN

Dalam pembelajaran diperlukan sumber belajar agar


dapat membantu efektifitas pencapaian tujuan
pembelajaran. Baik sevara internal maupun eksternal diri
peserta didik merupakan sumber belajar (learning
resources). Semua sumber belajar dimanfaatkan dalam
rangka memudahkan terjadinya proses belajar.

Jenis sumber belajar ada yang by utility dan ada yang


by design. Sumber belajar by designed adalah sumber
belajar yang keberadaannya dihasilkan dari penemuan
dan diproduksi oleh pelaku pembelajaran, baik tenaga
pendidik maupun peserta didik. Contohnya, internet
pembelajaran merupakan sumber belajar yang didesain
untuk mempermudah proses pembelajaran. Sedangkan
sumber belajar by utilization adalah sumber belajar yang
keberadaannya tanpa melalui produksi manusia dan
sudah ada sejak awal. Sumber belajar ini biasanya berupa
lingkungan dan kondisi alam.

Lingkungan yang berada di dalam maupun di luar


sekitar sekolah dapat dijadikan sebagai sumber dan
media pembelajaran. Masyarakat merupakan salah satu
aspek lingkungan yang besar manfaatnya untuk dijadikan

140 Dr. H. Amka, M.Si.


sumber dan media pembelajaran. Hal ini akan
memberikan manfaat tidak saja kepada sekolah atau anak
didik, tetapi juga kepada masyarakat itu sendiri.

LATIHAN SOAL

1. Jelaskan pengertian sumber belajar!


2. Apa saja jenis sumber belajar itu?
3. Sebutkan ciri sumber belajar yang efektif!
4. Buatlah tabel kriteria pemilihan sumber
belajar?
5. Berilah contoh kasus pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar!
REFERENSI

Darmani. Model Pembelajaran. Nizamia Learning Center


(Sidoarjo: 2016).

Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen,


Kemendikbud, 2017.

http://alisistiqomahhayati.blogspot.co.id/2012/12/pembel
ajaran-abad-21-dan-peran-pendidik.html

https://image.slidesharecdn.com/paradigmapendidikanin
donesiaabad21-141130072107-conversion-
gate02/95/paradigma-pendidikan-indonesia-
abad-21-3-638.jpg?cb=1417332109

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 141


M. Musfiqon. Desain Presentasi Pembelajaran Inovatif.
Jakarta: Prestasi Pustaka Raya
M. Musfiqon. Media dan Sumber Belajar. Prestasi Pustaka.
2014

Riyanto, Theo. Tenaga pendidik Komunikatif Pembelajaran


jadi Efektif. Yogyakarta: PT Kanisius.

142 Dr. H. Amka, M.Si.


BAB X
EVALUASI HASIL BELAJAR

TUJUAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu memahami


pengertian, fungsi, jenis, dan tujuan
evaluasi hasil belajar

A. Pengertian Evaluasi Belajar


Evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui
tingkat ketercapaian materi yang telah dipelajari peserta
didik bersama tenaga pendidik. Informasi ketercapaian
pembelajaran menjadi bagian penting dalam proses
belajar. Tenaga pendidik perlu mendapatkan informasi
hasil belajar untuk melakukan kegiatan pembelajaran
berikutnya, diantaranya remedial bagi yang belum tuntas
dan pengayaan materi bagi peserta didik yang sudah
tuntas.
Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan memberikan
penilaian kepada peserta didik dengan berbagai bentuk
penilaian. Dalam kerangka kurikulum 2013, penilaian hasil
belajar peserta didik dilakukan dengan konsep penilaian
otentik.
Wiggins (dalam Materi Pelatihan Tenaga Pendidik

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 143


Implementasi Kurikulum 2013) mendefinisikan penilaian
autentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta
didik yang mencerminkan prioritas dan tantangan yang
ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran, seperti
meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel,
memberikan analisis oral terhadap peristiwa,
berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat, diskusi
dan sebagainya.
Dari rumusan tersebut, penilaian autentik mampu
menggambarkan peningkatan belajar peserta didik, mulai
dari mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.
Jenis penilaian autentik di antaranya penilaian kinerja,
penilaian portofolio, dan penilaian projek, termasuk
penilaian diri peserta didik. Penilaian autentik disebut
juga penilaian responsif, yaitu suatu metode untuk
menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang
memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang
mengalami kelainan tertentu, memiliki bakat dan minat
khusus, hingga yang jenius. Penilaian autentik dapat
diterapkan dalam berbagai bidang ilmu dengan orientasi
utamanya pada proses dan hasil pembelajaran.
Hasil penilaian autentik dapat digunakan oleh tenaga
pendidik untuk merencanakan program perbaikan
(remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan
konseling. Selain itu, hasil penilaian autentik dapat
digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang memenuhi Standar Penilaian

144 Dr. H. Amka, M.Si.


Pendidikan.
Berkaitan dengan penilaian perlu diperhatikan
beberapa hal :
1. Bersifat assessment of learning dan assessment for
learning dan assessment as learning. Penilaian atas
pembelajaran untuk mengukur capaian peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditetapkan.
Penilaian untuk pembelajaran memungkinkan
pendidik menggunakan informasi kondisi peserta
didik untuk memperbaiki pembelajaran, sedangkan
penilaian sebagai pembelajaran memungkinkan
peserta didik melihat capaian dan kemajuan
belajarnya untuk menentukan target belajar.
2. Mengukur capaian Kompetensi Dasar (KD) pada
Kompetensi Inti (KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4).
3. Penilaian Acuan Kriteria (PAK), yaitu penilaian yang
membandingkan capaian peserta didik dengan kriteria
kompetensi yang ditetapkan. Penilaian seorang tidak
dibandingkan dengan hasil peserta didik lainnya.
Namun, dibandingkan dengan penguasaan
kompetensi yang ditetapkan. Kompetensi yang
ditetapkan merupakan ketuntasan belajar minimal
yang disebut juga dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM).
4. KKM ditentukan oleh satuan pendidikan mengacu
pada Standar Kompetensi Lulusan dengan
mempertimbangkan karakteristik peserta didik,

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 145


karakteristik mata pelajaran dan kondisi satuan
pendidikan.
5. Penilaian dilakukan secara terencana dan
berkelanjutan, artinya semua indikator diukur,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD
yang telah dan yang belum dikuasai peserta didik,
serta untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik
6. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak
lanjut, berupa program remedial bagi peserta didik
dengan pencapaian kompetensi di bawah ketuntasan
dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi ketuntasan. Hasil penilaian juga
digunakan sebagai umpan balik bagi pendidik untuk
memperbaiki proses pembelajaran.
Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil
belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Secara ringkas
sebagai dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Penilaian autentik merupakan penilaian yang
dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai
dari masukan (input), proses, dan keluaran (output)
pembelajaran dengan menggunakan beragam tehnik
dan alat penilaian.

b) Penilaian diri (self assessment) merupakan penilaian


yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara

146 Dr. H. Amka, M.Si.


reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya
dengan kriteria yang telah ditetapkan.

c) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian


yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas
proses belajar peserta didik termasuk penugasan
perseorangan atau kelompok di dalam (in class) atau
di luar kelas (out class) khususnya pada perubahan
sikap/perilaku dan keterampilan peserta didik.

d) Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk


mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran,
untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan.

e) Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan


secara periodik untuk menilai kompetensi peserta
didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar
(KD) atau lebih sesuai perencanaan yang dibuat
antara tenaga pendidik dan peserta didik .

f) Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang


dilakukan oleh tenaga pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran.
Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh
indikator yang merepresentasikan seluruh
kompetensi dasar pada periode tersebut.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 147


g) Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh tenaga pendidik untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik di akhir
semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator
yang merepresentasikan semua kompetensi dasar
pada semester yang sudah berjalan.

h) Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN


merupakan kegiatan pengukuran kompetensi
tertentu yang dicapai peserta didik dalam rangka
menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan,
yang dilaksanakan secara nasional.

i) Ujian Madrasah merupakan kegiatan pengukuran


pencapaian kompetensi di luar kompetensi yang
diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan Pendidikan.

Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan penilaian,


maka direkomendasikan menggunakan pendekatan
penilaian acuan kriteria (PAK). Penilaian acuan kriteria
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang
didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Penentuan KKM mengacu pada Peremendikbud Nomor
53 Tahun 2015 tentang penilaian hasil belajar oleh
pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah. KKM ketuntasan belajar minimal 2,67 sesuai
permendikbud tersebut.
Kriteria ketuntasan minimal merupakan kriteria
ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan
Pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik

148 Dr. H. Amka, M.Si.


kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan
karakteristik peserta didik .
Kriteria ketuntasan minimal memiliki konsekuensi
ganda yaitu, bagi tenaga pendidik dituntut untuk
sungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas mengajar
dan bagi peserta didik dituntut untuk bersungguh-
sunggguh dan optimal dalam menjalani proses
pembelajaran.

B. Ruang Lingkup Evaluasi Hasil Belajar


1. Aspek Sikap/Afektif (Spiritual dan Sosial)
Ranah sikap spiritual dan sikap sosial adalah sebagai
berikut (5 M)
Tingkatan Sikap Deskripsi
Menerima nilai Kesediaan menerima suatu
nilai dan memberikan
perhatian terhadap nilai
tersebut
Menanggapi nilai Kesediaan menjawab suatu
nilai dan ada rasa puas dalam
membicarakan nilai tersebut
Menghargai nilai Menganggap nilai tersebut
baik; menyukai nilai tersebut;
dan komitmen terhadap nilai
tersebut
Menghayati nilai Memasukkan nilai tersebut
sebagai bagian dari sistem nilai

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 149


dirinya
Mengamalkan nilai Mengembangkan nilai tersebut
sebagai ciri dirinya dalam
berpikir, berkata,
berkomunikasi, dan bertindak
(karakter)
( Sumber : Permendikbud Nomor;53/2015)

2. Aspek Pengetahuan/ Kognitif


Sasaran pada kemampuan berpikir Anderson dan
Krathwohl membagi enam katagori dimensi proses
kognitif yang merupakan revisi dari Taxonomy of
Educational Objectives yaitu : dengan rincian sebagai
berikut:
 Mengingat (remember) yaitu mendapatkan kembali
pengetahuan yang berhubugan dengan ingatan
jangka panjang meliputi: mengenali, dan merecall
 Memahami (understand) yaitu membangun
pemahaman dari pesan-pesan instuksional termasuk
lisan, tulisan, dan komunikasi graphis meliputi:
interpretasi, memberi contoh, klasifikasi, meringkas,
memasukkan, membandingkan dan menjelaskan.
 Menerapkan (apply) yaitu menggunakan prosedur
dalam situasi yang dihadapi meliputi: melaksanakan
dan menerapkan
 Menganalisa (analyze) yaitu memecah bahan menjadi
bagian-bagian dan menentukan bagaimana bagian
yang satu berhubungan dengan bagian yang lainnya
150 Dr. H. Amka, M.Si.
meliputi: membedakan, mengorganisir dan
pemberian atribut
 Mengevaluasi (evaluate) yaitu membuat penilaian
berdasarkan kriteria dan standar meliputi: mengecak,
dan mengkritik
 Mencipta (create) yaitu menyatukan elemen-elemen
untuk membentuk suatu hubungan dan menyusun
kembali elemen-elemen ke dalam pola baru
meliputi: membuat, merencanakan, dan
menghasilkan.

Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh tenaga pendidik


pada kemampuan berpikir adalah sebagai berikut :

Kemampuan Berpikir Deskripsi


Mengingat: Pengetahuan hafalan:
mengemukakan kembali ketepatan, kecepatan,
apa yang sudah dipelajari kebenaran pengetahuan
dari tenaga pendidik, buku, yang diingat dan
sumber lainnya digunakan ketika
sebagaimana aslinya, tanpa menjawab pertanyaan
melakukan perubahan tentang fakta, definisi
konsep, prosedur, hukum,
teori dari apa yang sudah
dipelajari di kelas tanpa
diubah/berubah
Memahami: Kemampuan mengolah

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 151


Sudah ada proses pengetahuan yang
pengolahan dari bentuk dipelajari menjadi sesuatu
aslinya tetapi arti dari kata, yang baru seperti
istilah, tulisan, grafik, tabel, menggantikan suatu
gambar, foto tidak berubah. kata/istilah dengan
kata/istilah lain yang sama
maknanya; menulis
kembali suatu
kalimat/paragraf/tulisan
dengan
kalimat/paragraf/tulisan
sendiri dengan tanpa
mengubah artinya
informasi aslinya;
mengubah bentuk
komunikasi dari bentuk
kalimat ke bentuk
grafik/tabel/visual atau
sebaliknya; memberi tafsir
sebuah kalimat
kalimat/paragraf/tulisan/d
ata sesuai dengan
kemampuan peserta didik ;
memperkirakan
kemungkinan yang terjadi
dari suatu informasi yang
terkandung dalam suatu

152 Dr. H. Amka, M.Si.


kalimat/paragraf/tulisan/d
ata.
Menerapkan: Kemampuan
Menggunakan informasi, menggunakan
konsep, prosedur, prinsip, pengetahuan seperti
hukum, teori yang sudah konsep massa, cahaya,
dipelajari untuk sesuatu suara, listrik, hukum
yang baru/belum dipelajari penawaran dan
permintaan, hukum Boyle,
hukum Archimedes,
membagi/
mengali/menambah/meng
urangi/menjum-lah,
menghitung modal dan
harga, hukum persamaan
kuadrat, menentukan arah
kiblat, menggunakan
jangka, menghitung jarak
tempat di peta,
menerapkan prinsip
kronologi dalam
menentukan waktu suatu
benda/peristiwa, dan
sebagainya dalam
mempelajari sesuatu yang
belum pernah dipelajari
sebelumnya.

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 153


Menganalisis:
Menggunakan keterampilan Kemampuan
yang telah dipelajarinya mengelompokkan benda
terhadap suatu informasi berdasarkan persamaan
yang belum diketahuinya dan perbedaan ciri-cirinya,
dalam mengelompokkan memberi nama bagi
informasi, menentukan kelompok tersebut,
keterhubungan antara satu menentukan apakah satu
kelompok/ informasi kelompok sejajar/lebih
dengan kelompok/ tinggi/lebih luas dari yang
informasi lainnya, antara lain, menentukan mana
fakta yang lebih dulu dan mana
dengan konsep, antara yang belakangan muncul,
argumentasi dengan menentukan mana yang
kesimpulan, benang merah memberikan pengaruh dan
pemikiran antara satu karya mana yang menerima
dengan karya lainnya pengaruh, menemukan
keterkaitan antara fakta
dengan kesimpulan,
menentukan konsistensi
antara apa yang
dikemukakan di bagian
awal dengan bagian
berikutnya, menemukan
pikiran pokok
penulis/pembicara/nara
sumber, menemukan

154 Dr. H. Amka, M.Si.


kesamaan dalam alur
berpikir antara satu karya
dengan karya lainnya, dan
sebagainya
Mengevaluasi: Kemampuan menilai
Menentukan nilai suatu apakah informasi yang
benda atau informasi diberikan berguna, apakah
berdasarkan suatu suatu informasi/benda
menarik/menyenangkan
bagi dirinya, adakah
penyimpangan dari kriteria
suatu
pekerjaan/keputusan/
peraturan, memberikan
pertimbangan alternatif
mana yang harus dipilih
berdasarkan kriteria,
menilai
benar/salah/bagus/jelek
dan sebagainya suatu hasil
kerja berdasarkan kriteria.
Mencipta: Kemampuan membuat
Membuat sesuatu yang suatu cerita/tulisan dari
baru dari apa yang sudah berbagai sumber yang
ada sehingga hasil dibacanya, membuat suatu
tersebut merupakan satu benda dari bahan yang
kesatuan utuh dan tersedia, mengembangkan
fungsi baru dari suatu

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 155


berbeda dari komponen benda, mengembangkan
yang digunakan untuk berbagai bentuk kreativitas
membentuknya lainnya

3. Keterampilan/Psikomotorik
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh tenaga pendidik
pada aspek keterampilan abstrak berupa kemampuan
belajar adalah sebagai berikut :

Kemampuan Deskripsi
Belajar
Mengamati Perhatian pada waktu mengamati suatu
objek/membaca suatu tulisan/mendengar
suatu penjelasan, catatan yang dibuat
tentang yang diamati, kesabaran, waktu
(on task) yang digunakan untuk
mengamati
Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan
yang diajukan peserta didik (pertanyaan
faktual, konseptual, prosedural, dan
hipotetik)
Mengekplorasi Jumlah dan kualitas sumber yang
dikaji/digunakan, kelengkapan informasi,
validitas informasi yang dikumpulkan, dan
instrumen/alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data

156 Dr. H. Amka, M.Si.


Mengembangkan interpretasi,
Mengasosiasi/ argumentasi dan kesimpulan mengenai
menalar keterkaitan informasi dari dua
fakta/konsep, interpretasi argumentasi
dan kesimpulan mengenai keterkaitan
lebih dari dua fakta/konsep/teori,
mensintesis dan argumentasi serta
kesimpulan keterkaitan antarberbagai
jenis fakta/konsep/teori/ pendapat;
mengembangkan interpretasi, struktur
baru, argumentasi, dan kesimpulan yang
menunjukkan hubungan fakta/
konsep/teori dari dua sumber atau lebih
yang tidak bertentangan;
mengembangkan interpretasi, struktur
baru, argumentasi dan kesimpulan dari
konsep/teori/pendapat yang berbeda dari
berbagai jenis sumber
Mengkomunikasi Menyajikan hasil kajian (dari mengamati
sampai menalar) dalam bentuk tulisan,
grafis, media elektronik, multi media dan
lain-lain.

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup


kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan
untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik
terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 157


penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi
mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program,
dan proses.
Penilaian hasil belajar peserta didik memperhatikan
prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:
1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur
dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau
merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus
serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
gender.
4. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu
komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan
pembelajaran.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria
penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat
diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian
mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang
sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan
peserta didik.

158 Dr. H. Amka, M.Si.


7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara
terencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-
langkah baku.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada
ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggung
jawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya.

C. Tujuan Evaluasi hasil pembelajaran


Evaluasi bertujuan untuk melihat dan mengetahui
proses yang terjadi dalam pembelajaran. Proses
pembelajaran memiliki 3 hal yaitu, input, output, dan
transformasi. Input adalah peserta didik. Transformasi
adalah segala unsur yang terkait dengan proses
pembelajaran yaitu ; tenaga pendidik, media dan bahan
belajar, metode pengajaran, sarana penunjang dan sistem
administrasi. Sedangkan output adalah capaian yang
dihasilkan dari proses pembelajaran.
Pendidik perlu terlebih dahulu mengetahui tujuan dan
fungsi evaluasi, supaya tidak mengalami kesulitan dalam
merencanakan dan melaksanakan evaluasi.
Gilbert Sax (1980 : 28) mengemukakan tujuan evaluasi
dan pengukuran adalah untuk “selection, placement,
diagnosis and remediation, feedback : norm-referenced
and criterion-referenced interpretation, motivation and
guidance of learning, program and curriculum

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 159


interpretation, formative and summative evaluation, and
theory development”.
Tujuan utama evaluasi untuk mendapatkan informasi
yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan
instruksional oleh peserta didik sehingga dapat
diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut merupakan
fungsi evaluasi dan dapat berupa:

1. Penempatan pada tempat yang tepat


2. Pemberian umpan balik
3. Diagnosis kesulitan belajar peserta didik
4. Penentuan kelulusan

KESIMPULAN
Evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui
tingkat ketercapaian materi yang telah dipelajari peserta
didik bersama tenaga pendidik. Informasi ketercapaian
pembelajaran menjadi bagian penting dalam proses
belajar. Tenaga pendidik perlu mendapatkan informasi
hasil belajar untuk melakukan kegiatan pembelajaran
berikutnya, diantaranya remedial bagi yang belum tuntas
dan dan pengayaan materi bagi peserta didik yang sudah
tuntas. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan
memberikan penilaian kepada peserta didik dengan
berbagai bentuk penilaian. Dalam kerangka kurikulum
2013, penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan
dengan konsep penilaian otentik.

160 Dr. H. Amka, M.Si.


Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan
mengetahui proses yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran memiliki 3 hal
penting yaitu, input, transformasi dan output. Input
adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya
dan siap menjalani proses pembelajaran. Adapun fungsi
penilaian hasil belajar adalah untuk penempatan pada
tempat yang tepat, pemberian umpan balik, diagnosis
kesulitan belajar peserta didik, dan penentuan kelulusan.

LATIHAN SOAL

1. Jelaskan pengertian evaluasi hasil belajar!


2. Apa saja jenis evaluasi belajar itu?
3. Mengapa tenaga pendidik perlu melakukan evaluasi hasil
belajar peserta didik?

REFERENSI

Djemari, Mardapi. Pengukuran Penilaian dan Evaluasi


Pendidikan, Nuha Medika.
Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Dikdasmen,
Kemendikbud, 2017.

Fatih, Arifah, Yustisianisa. Evaluasi Pembelajaran. Mentari


Pustaka, 2012
http://alisistiqomahhayati.blogspot.co.id/2012/12/pembel
ajaran-abad-21-dan-peran-pendidik.html

Buku Ajar Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran 161


https://image.slidesharecdn.com/paradigmapendidikanin
donesiaabad21-141130072107-conversion-
gate02/95/paradigma-pendidikan-indonesia-
abad-21-3-638.jpg?cb=1417332109

L. Silberman. Dr. Melvin. Active Learning. Bandung:


Nuansa Cendekia.
Lusita, Afrisanti. Buku Pintar Menjadi Tenaga pendidik
Kreatif, Inspiratif dan Inovatif. Yogyakarta: Araska.

162 Dr. H. Amka, M.Si.

Anda mungkin juga menyukai