PENULIS:
Anggota IKAPI
Register 166/JTI/2016
All right reserved
Penulis :
Dr. H. Amka, M.Si.
Penulis
BAB I
HAKIKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ~1
B. Ruang Lingkup Pembelajaran~ 9
C. Proses Belajar dan Pembelajaran ~ 12
D. Modalitas Belajar ~ 17
BAB II
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
A. Teori Behavioristik ~ 25
B. Aplikasi Teori Behavioristik Dalam Pendidikan ~ 29
C. Teori Kognitif ~ 30
D. Teori Humanistik ~ 31
E. Teori Konstruktivistik ~ 34
BAB III
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
A. Prinsip Kesiapan ~ 38
B. Prinsip Motivasi ~ 39
C. Prinsip Perhatian ~ 41
D. Prinsip Persepsi ~ 41
E. Prinsip Retensi ~ 42
BAB V
KOMUNIKASI PEMBELAJARAN
A. Pengertian Komunikasi Pembelajaran ~ 63
B. Konsep dan Jenis Komunikasi ~ 67
C. Unsur dan proses Komunikasi ~ 68
BAB VI
PEMBELAJARAN ABAD 21
A. Model pembelajaran abad 21 ~ 78
B. Berpikir HOTS di Abad 21 ~ 90
C. Pilar Pendidikan UNESCO 21 ~ 91
BAB VII
MOTIVASI BELAJAR
A. Pengertian dan Teori Motivasi ~ 98
B. Peran Motivasi dalam Belajar ~ 109
BAB X
EVALUASI HASIL BELAJAR
A. Pengertian Evaluasi Belajar ~ 143
B. Ruang Lingkup Evaluasi Hasil Belajar ~ 149
C. Tujuan Evaluasi hasil pembelajaran ~ 159
DAFTAR PUSTAKA
TUJUAN PEMBELAJARAN
(Diambil dari
https://generusindonesia.wordpress.com/2012/12/24/
mata-pelajaran-banyak-ini-alasannya/anak-belajar-
banyak-mata-pelajaran/)
e. Waktu
Setiap peserta didik dan mahasiswa membutuhkan
jumlah waktu yang berbeda untuk mempelajari dan
menguasai satu mata pelajaran.
D. Modalitas Belajar
Potensi dasar dalam belajar adalah modalitas
belajar. Bobbi De Porter dan Mike Hernacki (2000: 113)
membagi modalitas belajar menjadi 3 (tiga), yaitu :
Peserta
Didik
Pendidik
Sumber Belajar
& Lingkungan
REFERENSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik menjelaskan perubahan
perilaku akibat belajar, yang bisa diamati, diukur dan
dinilai.
Teori behavioristik telah dikembangkan oleh para
ilmuwan psikologi. Kemudian banyak dikorelasikan
dengan psikologi belajar. Diantara tokoh behavioristik
antara lain:
C. Teori Kognitif
D. Teori Humanistik
Beberapa hal penting yang menandai teori
humanistis adalah :
E. Teori Konstruktivistik
Konstruktivisme saat ini semakin mempengaruhi
pembelajaran tradisional, khususnya pembelajaran pada
pendidikan tinggi. Sebagian pakar menganggap
konstruktivisme sebagai suatu aliran filsafat pengetahuan ,
namun sebagian lagi menganggapnya sebagai suatu teori
34 Dr. H. Amka, M.Si.
tentang pembelajaran. Menurut Kamus Merriam Webster,
teori ialah prinsip-prinsip umum yang masuk akal atau
dapat diterima secara ilmiah yang disajikan untuk
menjelaskan suatu fenomena, sedangkan filsafat
(philosophy) ialah pencarian akan pemahaman umum
tentang nilai-nilai dan realitas, yang dilakukan terutama
melalui cara yang spekulatif, bukan secara observasi.
Konstruktivisme bukan berakar pada penelitian
pendidikan dibanding dengan berbagai teori belajar yang
lain seperti behaviorisme dan kognitivisme. Namun
demikian, saat ini konstruktivisme banyak dikembangkan
oleh komunitas pendidik dalam melalukan desain atau
rancangan instruksional.
KESIMPULAN
Teori belajar sangat banyak dikaji oleh para pakar
psikologi pendidikan. Ada empat teori besar dalam
pembelajaran, yaitu teori behavioristik, teori kognitif, dan
teori humanistik, dan teori konstruktivistik.
Pertama, Teori behavioristik menjelaskan belajar
adalah perubahan perilaku. Berubahnya perilaku dapat
diamati, diukur, dan dinilai secara konkret. Perubahan
perilaku terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon).
Kedua, teori kognitif menjelaskan belajar
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan.
Menurut teori ini kemampuan merepresentasikan dunia
dan melakukan operasi logis berdasarkan pada kenyataan.
LATIHAN SOAL
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Prinsip Kesiapan
Keberhasilan seseorang dalam belajar sangat
terkait dengan kesiapan fisik-psikis (jasmani-mental)
agar seseorang dapat belajar.
Bruner mengatakan, kesiapan terdiri atas
penguasaan keterampilan sederhana untuk
keterampilan yang lebih tinggi (Ratna Wilis Dahar,
1988: 119). Kesiapan belajar menyangkut kematangan
pertumbuhan fisik, psikis, intelegensi, pengalaman,
hasil belajar, motivasi, persepsi, dan lainnya yang
B. Prinsip Motivasi
Motivasi merupakan tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke
arah tujuan tertentu (Morgan, 1986). Dapat pula
dipahami bahwa motivasi merupakan keinginan yang
terdapat dalam diri seseorang dan merangsangnya
untuk melakukan tindakan.
C. Prinsip Perhatian
Perhatian meliputi prinsip; 1) berorientasi pada
masalah; 2) mencermati isi masalah; 3) memusatkan
diri pada aspek yang relevan, dan 4) stimuli yang tidak
relevan diabaikan
Bila peserta didik mempunyai perhatian besar
terhadap bahan pelajaran, maka peserta didik dapat
menerima dan memilih stimulus yang dianggapnya
relevan untuk ditindaklanjuti.
D. Prinsip Persepsi
Persepsi adalah proses kompleks, yang
menyebabkan orang dapat menerima informasi dari
lingkungannya (Fleming dan Levie, 1981). Semua
proses belajar dimulai dengan persepsi, yaitu setelah
peserta didik menerima stimulus atau suatu pola
E. Prinsip Retensi
Retensi adalah sesuatu yang dapat diingat kembali
dari apa yang dipelajari. Kemampuan retensi adalah
kemampuan seseorang dapat mempertahankan apa
yang dipelajari lebih lama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi adalah;
1) pelajaran awal (original learning); (2) penguasaan
bahan (over learning), dan (3) sering mengulang
pelajaran (spaced review).
Menurut Chauham (1979), ada beberapa cara
untuk meningkatkan retensi belajar, diantaranya;
a. Usahakan agar isi pembelajaran yang dipelajari
disusun dengan baik dan bermakna;
b. Pembelajaran dapat dibantu dengan jembatan
keledai (macmonic);
KESIMPULAN
LATIHAN SOAL
1. Jelaskan prinsip kesiapan dalam belajar!
2. Bagaimanakah peran motivasi dalam belajar?
3. Mengapa peserta didik memerlukan perhatian dalam
belajar?
4. Bagaimana pesan persepsi dan retensi dalam belajar
REFERENSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
2. Pemusatan Perhatian
Pemusatan perhatian pada hal yang penting pada hal
yang penting dapat dilakukan tenaga pendidik dengan
perkataan.
3. Kesenyapan
Kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja tenaga
pendidik selagi mengajar merupakan alat yang baik
untuk menarik perhatian karena peserta didik ingin
tahu apa yang terjadi. Dalam mengajukan pertanyaan
tenaga pendidik menggunakan waktu tunggu atau
kesenyapan memberikan kesempatan peserta didik
berpikir.
1. Gaya dominan
Gaya ini ditandai dominasi pembicaraan baik
secara verbal maupun nonverbal. Seseorang yang
menggunakan gaya komunikasi dominan terlihat pada
terlalu banyaknya bicara, nada suara keras dan kuat,
menguasai pembicaraan baik formal maupun informal,
pembicaraan yang langsung dan terus terang.
Pengguna gaya ini berkomunikasi secara nonverbal
2. Gaya Dramatik
Tanda-tanda gaya ini antara lain hidup, gamblang,
menekankan setiap pokok pembicaraan, penuh
antusiasme, mencolok, dramatis. Seseorang yang
mengunakan gaya berkomunikasi dramatik baisanya
memiliki cara berbicara yang indah, menekankan setiap
pokok pembicaraan dengan membesar-besarkannya
baik secara verbal maupun nonverbal, berbicara sambil
memperagakan, menggunakan humor, menyampaikan
anekdot atau cerita, dan sering menekankan pokok-
pokok pembicaraan. Mereka kadang-kadang terlalu
keras menekankan, kurang menekankan, menceritakan
fantasi, menggunakan metafora, alegori, sarkartis atau
sartire, dan terus-menerus menggunakan tindakan
nonverbal untuk menambah kesan dramatis.
Seseorang yang menggunakan gaya dramatik
dipandang sebagai orang yang mudah diingat, tampil
mencolok, dapat diamati, atraktif, dan populer. Namun
banyak orang hanya dapat menggunakan gaya ini
pada saat-saat tertentu. Jika kita terlalu sering
3. Gaya Berdebat
Gaya ini biasanya ditandai dengan gaya
berargumentasi entah verbal maupun nonverbal.
Seseorang yang menggunakan gaya ini selalu
berbicara argumentatif. sulit menghentikan
pembicaraannya yang argumentatif, senang
berargumentasi, menunjukkan bukti-bukti untuk
mendukung argumentasinya kepada pihak lain, selalu
ingin mengalahkan argumentasi orang lain, suka
menantang orang lain, dan pada umumnya suka
bertengkar. Seseorang yang menggunakan gaya ini
dapat dipandang dalam dua tipe, yaitu orang tersebut
memang kompeten dan penuh percaya diri, seperti
orang yang memiliki tipe dominan, atau orang yang
merasa kurang puas, agresif, dan suka mengeluh. Jika
terlalu sering menggunakan gaya ini, kita akan menjadi
orang yang diasingkan dari lingkungan.
4. Gaya Animasi
Gaya ini ditandai dengan cara berkomunikasi yang
hidup, semangat, dan menggerakkan. Seseorang yang
menggerakkan gaya ini biasanya ekspresif baik secara
verbal maupun nonverbal, menggunakan banyak
bahasa tubuh, dan menggunakan banyak ekspresi
wajah, gerak, dan suara yang berbeda-beda. Situasi
perasaan mereka biasanya diketahui oleh yang ada
KESIMPULAN
REFERENSI
Darmani. Model Pembelajaran. Nizamia Learning Center
(Sidoarjo: 2016).
TUJUAN PEMBELAJARAN
3. Sifat Komunikasi
Komunikasi dapat bersifat tatap muka, bermedia,
verbal (lisan atau tulisan) serta nonverbal (kial) atau
isyarat badaniah (gestural) dan bergambar (pictoral).
4. Metode Komunikasi
Jenis-jenis metode komunikasi adalah:
c. Periklanan (advertising)
d. Pameran (exhibition/exposition)
f. Publisitas (publicity)
i. Penerangan
5. Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi dapat berupa:
6. Tujuan Komunikasi
a. Perubahan sikap (attitude change)
7. Model Komunikasi
a. Komunikasi satu tahap (one step flow
communication)
1. Pengalaman riil
Jenis pengalaman ini dapat menghasilkan
pengertian yang sangat teliti dan luwes yang tidak
didapati pada pengalaman lainnya. Peran tenaga
pendidik menyampaikan pesan melalui pengalaman
yang pernah dialami oleh tenaga pendidik, dosen, dan
memungkinkan pula para peserta didik, mahapeserta
didik mengutarakan pengalaman riilnya kepada rekan-
rekan.
LATIHAN SOAL
REFERENSI
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Informasi
2. Komputasi
3. Otomasi
1. Communication
Pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dan peserta
didik harus terjadi komunikasi muliti arah, terjadi
komunikasi timbal balik antar pendidik, peserta didik,
dan antar sesama peserta didik. Peserta didik
hendaknya diberi kesempatan untuk mengemukakan
pendapatnya dalam proses belajar mengajar, sehingga
mereka dapat mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri melalui komunikasi dan pengalaman yang
mereka alami sendiri. Hal ini sejalan dengan filsafat
2. Collaboration
Pada proses pembelajaran yang dilakukan pendidik
hendaknya menciptakan situasi kondusif bagi peserta
didik untuk dapat belajar bersama-sama/berkelompok
(team work), sehingga akan tercipta suasana
demokratis, peserta didik dapat belajar menghargai
perbedaan pendapat, menyadari kesalahan yang
mereka buat, serta dapat memupuk rasa tanggung
jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Selain itu, dalam
situasi ini peserta didik akan belajar tentang kerjasama
tim, kepemimpinan, ketaatan pada otoritas, dan
fleksibilitas dalam lingkungan kerja. Hal ini akan
mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi
dunia kerja dimasa yang akan datang.
PERBEDAAN PEMBELAJARAN
ABAD 20 DENGAN ABAD 21
Pembelajaran Pembelajaran
Jenis
Abad 20 Abad 21
Berpusat pada Berpusat pada
Lingkungan
pendidik peserta didik
Pendidik sebagai Peserta didik
Aktivitas Kelas sentral dan sebagai sentral dan
bersifat didaktis bersifat interaktif
Menyampaikan Kolaboratif,
Peran fakta-fakta, kadang-kadang
Pendidik pendidik sebagai peserta didik
ahli sebagai ahli
Penekanan Mengingat fakta- Hubungan antara
Pengajaran fakta informasi dan
https://image.slidesharecdn.com/paradigmapendidikan
indonesiaabad21-141130072107-conversion-
gate02/95/paradigma-pendidikan-indonesia-abad-21-
3-638.jpg?cb=1417332109
KESIMPULAN
http://alisistiqomahhayati.blogspot.co.id/2012/12/pembel
ajaran-abad-21-dan-peran-pendidik.html
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Pengertian Motivasi
3. Teori Motivasi
5) Aktualisasi diri
KESIMPULAN
REFERENSI
http://alisistiqomahhayati.blogspot.co.id/2012/12/pembel
ajaran-abad-21-dan-peran-pendidik.html
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Kurikulum
1) Prinsip Relevansi
Kurikulum secara internal memiliki relevansi dengan
komponen kurikulum seperti tujuan, bahan, strategi,
organisasi dan evaluasi. Secara eksternal komponen
kurikulum tersebut memiliki relevansi dengan
kebutuhan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Relevansi ini dikenal dengan istilah relevansi
epistemologis.
Dalam praktik kurikulum di sekolah biasanya disebut
dengan dokumen 1 kurikulum sekolah. Sedangkan
relevansi eksternal adalah untuk memastikan bahwa
e. Model Demonstrasi
Model pengembangan kurikulum ini semula
merupakan inovasi kurikulum dalam skala kecil yang
kemudian digunakan dalam skala yang lebih luas. Toto
Ruhimat dkk (Semit, Stanley, dan Shores) ada dua bentuk
pengembangan model ini. Pertama, kelompok tenaga
pendidik dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang
diorganisasi dan ditunjuk untuk melakukan uji coba.
Kedua, dari beberapa yang merasa kurang puas terhadap
kurikulum yang sudah ada, kemudian tenaga pendidik-
tenaga pendidik tersebut melakukan eksperimen, uji coba,
dan pengembangan secara mandiri.
Model ini sebenarnya berawal dari evaluasi praktis
yang dilakukan para tenaga pendidik dan kepala sekolah
terhadap kurikulum yang telah berlaku. Demonstrasi yang
disampaikan merupakan hasil dari pengembangan yang
berawal dari pengalaman di kelas dan di sekolah yang
kemudian menjadi bahan pengembangan kurikulum
secara nasional. Model ini termasuk model
f. Model Miller-Seller
Model pengembangan kurikulum Miller-Seller
merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari
model trasmisi dan model transaksi yang terdiri dari
beberapa komponen yaitu : klasifikasi orentasi kurikulum,
pengembangan tujuan, indentifikasi model mengajar, dan
implementasi. Dalam model ini lebih menekankan pada
pengembangan pelaksanaan kurikulum.
Implementasi kurikulum menjadi acuan pertama dalam
langkah pengembangan kurikulum dalam model ini.
Paradigma yang digunakan dalam model ini adalah inti
kurikulum sebenarnya terletak pada pelaksanaan
kurikulum. Kurikulum yang masih bersifat dokumen tidak
akan dapat dikembangkan sebelum dilihat
pelaksanaannya dalam proses pembelajaran. Oleh karena
itu, pengembangan kurikulum dilakukan secara
bersamaan dalam pelaksanaan kurikulum, yaitu proses
pembelajaran.
1. Komponen Tujuan
2. Komponen Isi
Komponen isi kurikulum adalah komponen yang
menyangkut semua aspek pengetahuan atau materi
setiap mata pelajaran. Termasuk pula di dalamnya
kegiatan dan pengalaman peserta didik dalam
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
3. Komponen Strategi
Komponen strategi adalah menitikberatkan pada
implementasi kurikulum. Strategi pembelajaran
sebagai pola tindakan pendidik dan peserta didik
dalam proses belajar dan mengajar.
4. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen keempat dalam
sistem kurikulum. Kurikulum perlu dievaluasi secara
periodik untuk mengetahui produktifitas dan
KESIMPULAN
LATIHAN SOAL
http://alisistiqomahhayati.blogspot.co.id/2012/12/pembel
ajaran-abad-21-dan-peran-pendidik.html
TUJUAN PEMBELAJARAN
KESIMPULAN
LATIHAN SOAL
http://alisistiqomahhayati.blogspot.co.id/2012/12/pembel
ajaran-abad-21-dan-peran-pendidik.html
https://image.slidesharecdn.com/paradigmapendidikanin
donesiaabad21-141130072107-conversion-
gate02/95/paradigma-pendidikan-indonesia-
abad-21-3-638.jpg?cb=1417332109
TUJUAN PEMBELAJARAN
3. Keterampilan/Psikomotorik
Sasaran Penilaian Hasil Belajar oleh tenaga pendidik
pada aspek keterampilan abstrak berupa kemampuan
belajar adalah sebagai berikut :
Kemampuan Deskripsi
Belajar
Mengamati Perhatian pada waktu mengamati suatu
objek/membaca suatu tulisan/mendengar
suatu penjelasan, catatan yang dibuat
tentang yang diamati, kesabaran, waktu
(on task) yang digunakan untuk
mengamati
Menanya Jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan
yang diajukan peserta didik (pertanyaan
faktual, konseptual, prosedural, dan
hipotetik)
Mengekplorasi Jumlah dan kualitas sumber yang
dikaji/digunakan, kelengkapan informasi,
validitas informasi yang dikumpulkan, dan
instrumen/alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data
KESIMPULAN
Evaluasi hasil belajar adalah untuk mengetahui
tingkat ketercapaian materi yang telah dipelajari peserta
didik bersama tenaga pendidik. Informasi ketercapaian
pembelajaran menjadi bagian penting dalam proses
belajar. Tenaga pendidik perlu mendapatkan informasi
hasil belajar untuk melakukan kegiatan pembelajaran
berikutnya, diantaranya remedial bagi yang belum tuntas
dan dan pengayaan materi bagi peserta didik yang sudah
tuntas. Evaluasi pembelajaran dilakukan dengan
memberikan penilaian kepada peserta didik dengan
berbagai bentuk penilaian. Dalam kerangka kurikulum
2013, penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan
dengan konsep penilaian otentik.
LATIHAN SOAL
REFERENSI