Anda di halaman 1dari 6

Cara Pencegahan dan Penatalaksanaan

Leukorea pada Anak-Anak


Raden Rara Pandhan Budi Larasati
Prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
radenrarapandhan@student.uns.ac.id

Abstract. Leucorrhea is a condition when there are vaginal discharges that comes out from
woman’s vagina. Leucorrhea can be physiological or pathological, depends on whether there
is itchy feeling or foul odor that comes together with vaginal discharges. Itchy feeling is the
most common irritation that happens when a woman gets leucorrhea infection. Both children
and adults can experience leucorrhea. The main cause of leucorrhea infection is because a
woman does not take care of their own genital hygiene. Activites that can prevent any
leucorrhea infection, especially for children, such as changing underwear routinely twice or
more a day, washing genital area from front to back, and washing genital area with flowing
water. Other activities that can manage leucorrhea infection, when a woman has already got
infected, such as using genital cleanser rarely, wearing loose pants, not using any underwear
at night, controlling pubic hair by cutting them whenever it already feels too much of them,
and taking a drug to cure leucorrhea infection by doctor’s order.

Keywords: leucorrhea, prevention, management, women, children

1. PENDAHULUAN

Leukorea, dapat juga disebut keputihan, merupakan cairan berwarna putih, kekuningan,
maupun kehijauan yang keluar dari alat kelamin wanita. Leukorea dapat dikatakan sebagai segala
cairan yang keluar dari daerah kewanitaan yang bukan merupakan darah. Cairan yang keluar
tersebut dapat berasal dari vagina, ovarium, tuba uterina, maupun serviks. Cairan tersebut
menunjukkan terjadinya proses deskuamasi pada epitel dinding vagina dikarenakan efek dari
hormone estrogen yang terdapat pada mukosa vagina (Inaam, 2015).
Leukorea dapat bersifat normal apabila terjadi pada saat masa subur, dimana lendir serviks
pada daerah kewanitaan akan menjadi lebih encer dan menyebabkan daerah kewanitaan menjadi
basah. Namun, leukorea juga dapat menjadi tanda-tanda terdapatnya infeksi pada daerah kewanitaan
apabila lama-kelamaan menimbulkan rasa gatal dan bau tidak sedap pada daerah kewanitaan (Abid,
Kumar, Ali, & Chandra, 2016).
Leukorea pada umumnya dikatakan fisiologis atau normal apabila berkaitan dengan fase dari
siklus menstruasi yang berbeda-beda pada wanita. Beberapa hal yang dapat menjadi landasan bahwa
leukorea tersebut dikatakan normal adalah apabila leukorea berkaitan dengan perubahan pada epitel
dinding vagina, perubahan pada bakteri baik yang terdapat pada daerah kewanitaan, dan perubahan
pH pada sekret yang keluar dari daerah kewanitaan (Tabassum, Begum, & Rais, 2014). Daerah
kewanitaan secara berkala menghasilkan pH yang bersifat asam yang dapat menjadi pelindung alami
dari bakteri maupun kuman yang dapat masuk. Selain itu, alat kelamin wanita mengeluarkan pH
bersifat asam untuk menetralkan lingkungan genital ketika melakukan konsepsi atau berhubungan
badan dengan pria, dimana alat kelamin pria menghasilkan sekret yang bersifat basa.
Pada kalangan wanita, baik anak-anak maupun wanita dewasa, pada umumnya tidak
menyadari bahwa leukorea yang mereka alami merupakan suatu tanda patologis (Zaher, Khedr, &
Elmashad, 2017). Pemikiran bahwa daerah kewanitaan selalu menghasilkan sekret secara berkala
dapat menjadi salah satu faktor para wanita menganggap bahwa infeksi leukorea yang mereka alami
merupakan hal yang wajar dan normal.
Gejala yang dapat menjadi tanda adanya leukorea adalah berupa rasa gatal pada daerah
kewanitaan yang semakin parah pada malam hari dan bau yang tidak sedap pada daerah kewanitaan.
Dua gejala tersebut adalah gejala yang paling sering terjadi pada anak perempuan usia sekolah, yaitu
sebesar 95% anak sekolah mengatakan mengalami gejala rasa gatal pada daerah kewanitaannya dan
sebesar 70% anak sekolah mendapati bahwa daerah kewanitaannya mengeluarkan bau yang tidak
sedap (Abid et al., 2016). Gejala lain yang dapat dijadikan tanda adanya leukorea adalah berupa
konstipasi atau sembelit, stres, perubahan suasana hati, rasa terbakar pada alat kelamin wanita, rasa
tidak nyaman pada alat kelamin wanita, mudah kelelahan, sakit pada perut bagian bawah maupun
punggung bagian bawah, nyeri ketika terjadi menstruasi atau dismenorea, dan siklus menstruasi
yang tidak teratur.
Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan leukorea dapat berupa nafsu makan yang
buruk, pola makan yang tidak teratur, tidak menjaga kebersihan daerah kewanitaan, dan pola diet
yang tidak sehat atau ekstrim (Tabassum et al., 2014). Beberapa kasus juga menunjukkan bahwa
bakteri yang masuk dan berkembang pada vagina juga dapat menjadi penyebab seorang wanita
terinfeksi leukorea (Chirenje et al., 2018).
Tidak menjaga kebersihan dan kelembaban daerah kewanitaan secara tepat menjadi faktor
yang paling utama dan paling umum terjadi di kalangan wanita, baik untuk anak-anak maupun
wanita dewasa, yang menyebabkan leukorea (Varghese, Kour, Chacko, Rathi, & Dhar, 2017). Alat
kelamin wanita yang terlalu lembab dapat menjadi sarang dari jamur penyebab leukorea, yaitu jamur
Candida albicans.
Selain beberapa hal tersebut diatas, penyebab leukorea yang sering dijumpai pada anak-anak
maupun wanita dewasa adalah memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan sintetis,
sehingga tidak menyerap keringat dan mengganggu sirkulasi udara pada daerah kewanitaan. Hal
tersebut dapat memudahkan pertumbuhan jamur penyebab leukorea. Penyebab yang sering terjadi
pada anak-anak adalah kurangnya ketelitian dalam memperhatikan kebersihan toilet yang
digunakan. Lingkungan yang kotor dapat menjadi sarang berbagai bakteri dan jamur sehingga dapat
lebih mudah menyebabkan leukorea pada wanita, dikarenakan lingkungan tersebut dapat
memberikan efek pada kebersihan daerah kewanitaan secara umum (Gobbur, Gobbur, Patil, &
Endigeri, 2015).
Membilas alat kelamin wanita dari arah yang salah, yaitu dari arah anus kemudian menuju
kearah depan vagina, juga menjadi penyebab yang umum terjadi pada anak-anak. Sejak dini, anak
perempuan harus diberi pemahaman bahwa pembilasan alat kelamin harus dengan arah dari depan
ke belakang, sehingga bakteri dan kuman yang melekat di anus tidak tersalurkan menuju ke vagina
melalui perantara handuk maupun alat pembilas lain.
Anak perempuan yang sering bertukar handuk maupun celana dalam dengan orang lain juga
dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya leukorea pada anak tersebut. Hal tersebut terjadi
dikarenakan bakteri baik yang terdapat dalam masing-masing alat kelamin wanita berbeda-beda,
sehingga apabila terjadi penyaluran bakteri dari satu wanita kepada wanita lainnya dapat
menyebabkan leukorea maupun penyakit lain pada alat kelamin wanita. Alat kelamin wanita juga
memiliki pH yang berbeda-beda antara satu wanita dengan wanita lainnya, sehingga apabila
pertukaran handuk maupun celana dalam tersebut terjadi antara wanita yang memiliki pH yang lebih
asam dengan wanita yang memiliki pH yang kurang asam, maka dapat muncul gangguan pada
daerah kewanitaan.
Dengan memperhatikan pengertian dari leukorea, gejala yang ditimbulkan yang dapat
menjadi pertanda adanya leukorea, serta hal-hal yang dapat menyebabkan leukorea, artikel ini secara
lebih mendalam akan mengulas mengenai cara pencegahan dan penatalaksanaan terhadap leukorea.
Artikel ini lebih menitikberatkan pembahasan mengenai cara pencegahan dan penatalaksanaan
leukorea pada anak-anak perempuan, serta akibat yang dapat ditimbulkan di usia mendatang apabila
leukorea yang terjadi sejak masa kanak-kanak tidak segera diberi pengobatan agar kembali normal
dan tidak bersifat patologis.

2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi kualitatif yang disusun
berdasarkan pengamatan terhadap dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dalam
memberikan edukasi mengenai leukorea dan melakukan wawancara mendalam dengan dokter
spesialis kebidanan dan penyakit kandungan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan leukorea. Selain
itu, penelitian ini juga disusun dengan cara melakukan kajian ilmiah berdasarkan publikasi ilmiah
mengenai leukorea, seperti jurnal ilmiah yang berkaitan dengan kasus leukorea.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil dari kajian ilmiah berdasarkan publikasi ilmiah mengenai leukorea, yaitu
menggunakan jurnal ilmiah yang berkaitan dengan leukorea, didapatkan bahwa leukorea merupakan
infeksi yang terjadi pada daerah kewanitaan yang menyebabkan pengeluaran cairan berwarna putih,
kekuningan, maupun kehijauan yang dapat menimbulkan gatal dan bau yang tidak sedap pada daerah
kewanitaan. Leukorea dapat dikatakan fisiologis atau normal apabila terjadi ketika masa subur dan
tidak disertai rasa gatal maupun bau yang tidak sedap (Varghese et al., 2017). Namun, leukorea dapat
bersifat patologis apabila mulai menunjukkan tanda-tanda yang mengganggu pada daerah kewanitaan,
seperti rasa gatal, sensasi terbakar, bau tidak sedap, dan lain sebagainya.

Berbagai jenis vaginal discharges pada wanita.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam mengenai leukorea dengan dokter spesialis


kebidanan dan penyakit kandungan, dr. Ivanna Beru Brahmana, Sp.OG(K), didapatkan bahwa infeksi
leukorea antara anak-anak dan wanita dewasa tidak memiliki perbedaan secara signifikan. Perbedaan
yang mendasari antara leukorea yang terjadi antara anak-anak dengan wanita dewasa hanyalah
mengenai faktor penyebabnya, dimana wanita dewasa cenderung memiliki penyebab yang lebih
kompleks, seperti penggunaan sabun pembersih kewanitaan yang terlalu sering, memilih memakai
celana ketat daripada celana longgar, melakukan hubungan suami istri, maupun tidak mencukur
rambut kemaluan sehingga rambut kemaluan tumbuh terlaly lebat.

Infeksi leukorea dapat dicegah oleh wanita dari berbagai kalangan. Cara pencegahan infeksi
leukorea yang sederhana dapat ditujukan untuk anak perempuan agar lebih mudah dalam
pengaplikasiannya dan dapat lebih mudah dipahami serta diingat oleh anak-anak. Pencegahan dari
infeksi leukorea adalah dengan metode mengeringkan daerah kewanitaan dengan handuk dari depan
ke belakang setelah buang air kecil, menghindari penggunaan celana dalam berbahan kain nilon, kain
likra, maupun kain lain yang dapat menghambat sirkulasi udara pada daerah kewanitaan, serta
menghindari mandi berendam, terutama mandi berendam menggunakan busa sabun yang terlalu
banyak (Ekinci, Karnak, Tanyel, & Çiftçi, 2016).

Cara pencegahan lain yang dapat dilakukan oleh anak-anak adalah dengan mengganti celana
dalam dua kali atau lebih dalam sehari, agar sirkulasi udara pada daerah kewanitaan tetap terjaga dan
mengurangi kemungkinan adanya penimbunan keringat yang terlalu banyak pada satu celana dalam.
Menggunakan air yang mengalir untuk membasuh organ kewanitaan dapat menjadi cara pencegahan
yang efektif agar bakteri, kuman, dan jamur ikut terbilas dan tidak mengendap maupun bersarang
pada daerah kewanitaan (Rakhmilla, Fah, Sofiatin, Widjadjakusuma, & Rosyada, 2016).

Leukorea dengan cairan berwarna putih.

Infeksi leukorea yang terjadi pada wanita.

Penatalaksanaan yang tepat yang dapat dilakukan oleh anak-anak adalah dengan tetap
menjaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak menjadi lembab. Pada umumnya, cara pencegahan
dan penatalaksanaan terhadap leukorea untuk anak-anak kurang – lebih adalah sama, dikarenakan
infeksi leukorea terutama disebabkan oleh area genital wanita yang terlalu lembab.

Mengeringkan daerah kewanitaan terlebih dahulu setelah buang air kecil, kemudian memakai
celana berbahan alami, tidak memakai sabun pembersih daerah kewanitaan terlalu sering, dan secara
rutin mengganti celana dalam merupakan penatalaksanaan sederhana namun efektif yang dapat
dilakukan anak-anak yang telah terinfeksi leukorea. Cara penatalaksanaan yang lain adalah dengan
menggunakan celana yang longgar dan tidak ketat sehingga dapat membantu proses sirkulasi udara
pada daerah kewanitaan dan tidak perlu menggunakan celana dalam di malam hari untuk menjaga
lingkungan daerah kewanitaan agar tidak lembab.
Apabila sudah mulai tumbuh rambut kemaluan pada anak-anak, biasakan agar anak-anak
mulai mengontrol dan menjaga rambut kemaluan agar tidak tumbuh terlalu lebat dengan cara
menggunting. Jangan melakukan pencukuran rambut kemaluan karena dapat berisiko menimbulkan
infeksi apabila kulit daerah kewanitaan tanpa sengaja ikut tercukur. Apabila anak-anak masih sulit
dalam proses pengguntingan, dan ditakutkan akan melukai dirinya sendiri, maka orang dewasa dapat
memberikan bantuan kepada anak tersebut.

Jika didapati bahwa infeksi leukorea pada anak-anak telah berlangsung lama dan semakin
parah, maka dapat dilakukan penatalaksanaan farmakologis atau dengan menggunakan obat. Obat
yang digunakan tersebut disesuaikan dosisnya dengan berat badan anak, kemudian diminum 1x sehari
dan hanya satu dosis saja. Apabila orang dewasa dianggap memiliki berat badan 50 kilogram dan
dapat meminum satu tablet obat utuh, maka anak-anak dapat dianggap memiliki berat badan kurang –
lebih 25 kilogram dan dapat diberi setengah tablet obat saja untuk dikonsumsi.

4. SIMPULAN

Setelah dilakukan pendekatan analisis isi dari hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa hal utama yang dapat dilakukan dalam melakukan pencegahan dan penatalaksanaan terhadap
leukorea pada anak-anak adalah dengan cara menjaga kebersihan daerah kewanitaan sehingga tidak
lembab. Cara pencegahan dan penatalaksanaan sederhana terhadap leukorea dapat diaplikasikan
kepada anak-anak dikarenakan caranya mudah, dapat diingat, dan anak-anak dapat dengan mudah
mengerti serta memahami cara melakukannya. Mengganti celana dalam secara rutin, mengeringkan
daerah kewanitaan setelah buang air kecil, membilas daerah kewanitaan dengan air mengalir,
mengurangi mandi berendam, serta membilas daerah kewanitaan dari depan ke belakang merupakan
cara sederhana yang dapat diterapkan oleh anak-anak sehingga dapat terhindar dari leukorea maupun
dapat menyembuhkan leukorea apabila sudah terinfeksi.

5. SARAN

Anak-anak perempuan pada usia dini sebaiknya telah dibiasakan melakukan kebiasaan yang
dapat memberikan dampak positif bagi organ kewanitaannya. Membiasakan untuk menjaga
kebersihan tubuh pada umumnya, dan daerah kewanitaan pada khususnya, dapat menjadi rutinitas
yang baik bagi anak-anak agar memiliki tubuh yang bersih dan sehat. Orang tua sebaiknya terus
mendorong anaknya untuk menjaga kebersihan diri agar terhindar dari berbagai penyakit. Kemudian
anak-anak diharapkan agar patuh dan menjalankan perintah orang tua yang berhubungan dalam
pembentukan kebiasaan baik agar anak-anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang
baik serta sehat.

6. DAFTAR PUSTAKA

Jurnal
Abid, M., Kumar, K., Ali, S., & Chandra, P. (2016). Assessment of Leucorrhea diseases in female
students. Journal of Scientific & Innovative Research, 5(4), 116–118.
Chirenje, Z. M., Dhibi, N., Handsfield, H. H., Gonese, E., Tippett Barr, B., Gwanzura, L., …
Rietmeijer, C. A. (2018). The Etiology of Vaginal Discharge Syndrome in Zimbabwe: Results
from the Zimbabwe STI Etiology Study. Sexually Transmitted Diseases, 45(6), 422–428.
https://doi.org/10.1097/OLQ.0000000000000771
Ekinci, S., Karnak, İ., Tanyel, F. C., & Çiftçi, A. Ö. (2016). Prepubertal vaginal discharge:
Vaginoscopy to rule out foreign body. Turkish Journal of Pediatrics, 58(2), 168–171.
https://doi.org/10.24953/turkjped.2016.02.007
Gobbur, V. R., Gobbur, R. H., Patil, A. G., & Endigeri, P. (2015). A rare case of foreign body causing
recurrent vaginal discharge in prebubertal child. Journal of Clinical and Diagnostic Research,
9(1), QD03–QD04. https://doi.org/10.7860/JCDR/2015/10227.5364
Inaam. (2015). Leucorrhea Symptoms and Care Seeking Behavior among Women in Port-Said City.
Med. J. Cairo Univ, 83(2), 193–199.
Rakhmilla, L. E., Fah, L. I., Sofiatin, Y., Widjadjakusuma, A., & Rosyada, N. A. (2016). Knowledge,
Attitude, and Practice about Vaginal Discharge on School-Age Girls in Jatinangor Senior High
School. OALib, 03(11), 1–9. https://doi.org/10.4236/oalib.1103130
Tabassum, K., Begum, S., & Rais, N. (2014). Analysis of leucorrhoea manifestations an observational
case study. International Journal of Herbal …, 2(2), 23–26. Retrieved from
http://www.cabdirect.org/abstracts/20143287073.html
Varghese, S., Kour, G., Chacko, J., Rathi, J., & Dhar, T. (2017). Knowledge, attitude and practices of
women towards vaginal discharge. International Journal of Advances in Medicine, 4(1), 188.
https://doi.org/10.18203/2349-3933.ijam20170109
Zaher, E. H., Khedr, N. F. H., & Elmashad, H. A. M. (2017). Awareness of Women Regarding
Vaginal Discharge. IOSR Journal of Nursing and Health Science, 06(01), 01–12.
https://doi.org/10.9790/1959-0601010112

Anda mungkin juga menyukai