Anda di halaman 1dari 4

Setiawan Prayogi & Betta Kurniawan | Pengaruh Personal Hygiene dalam Pencegahan Penyakit Skabies

Pengaruh Personal Hygiene dalam Pencegahan Penyakit Skabies

Setiawan Prayogi1, Betta Kurniawan2


1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikisnya. Cara menjaga kesehatan tersebut meliputi menjaga kebersihan kulit, kebiasaan mencuci tangan dan
kuku, frekuensi mengganti pakaian, pemakaian handuk yang bersamaan, dan frekuensi mengganti sprei tempat tidur.
Skabies (gudik) adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya
pada kulit. Penyebab penyakit scabies sudah lama dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai akibat infestasi tungau
yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Faktor yang menunjang
perkembangan penyakit ini antara lain sanitasi lingkungan yang kurang baik, kumuh, hygiene yang buruk.

Kata kunci:Personal Hygiene, Skabies

Effect of Personal Hygiene for Preventive Action for Scabies


Abstract
Maintenance of personal hygiene means the act of maintaining cleanliness and personal hygiene someone's physical and
psychological well-being. How to maintain the health of these include skin hygiene, washing hands and nails, the frequency
of changing clothes, use the same towel, and the frequency of changing the bed linen. Scabies (scabies) is a skin disease
caused investment and sensitization mite Sarcoptes scabiei hominis variants and products on the skin. The cause of scabies
disease has long been known for more than 100 years ago as a result of infestations of mites called acarus scabiei or in
humans is called Sarcoptes scabiei hominis variants. Factors that support the development of this disease include poor
environmental sanitation, slum, poor hygiene

KeywordsPersonal Hygiene, Scabies

Korespondensi:Setiawan Prayogi, Jl. Alimuddin Ummar Perum BBI blok 2 no. 25, Campang Raya, Tanjung Karang Timur,
Bandar Lampung HP 081368361413, e-mail setiawanprayogi15@gmail.com

Pendahuluan Faktor yang berperan pada tingginya


Skabies merupakan penyakit kulit yang prevalensi skabies di negara berkembang
endemis di wilayah beriklim tropis dan terkait dengan kemiskinan yang diasosiasikan
subtropics,1,2 seperti Afrika, Amerika selatan, dengan rendahnya tingkat kebersihan, akses
Karibia, Australia tengah dan selatan, dan air yang sulit, dan kepadatan hunian.8
Asia.3,4 Prevalensi skabies di seluruh dunia Tingginya kepadatan hunian dan
dilaporkan sekitar 300 juta kasus per tahun.5 interaksi atau kontak fisik antar individu
Prevalensi skabies di Indonesia menurut memudahkan transmisi dan infestasi tungau
Depkes RI berdasarkan data dari puskesmas skabies. Oleh karenaitu, prevalensi skabies
seluruh Indonesia tahun 2008 adalah 5,6%- yang tinggi umumnya ditemukan di
12,95%. Scabies di Indonesia menduduki lingkungan dengan kepadatan penghuni dan
urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering.6 kontak interpersonal tinggi seperti penjara,
Dampak yang timbul akibat skabies panti asuhan, dan pondok pesantren.1,9
yang disebabkan pada masalah personal Pemeliharaan personal hygiene berarti
hygiene antara lain dampak fisik yaitu tindakan memelihara kebersihan dan
munculnya gangguan kesehatan fisik berupa kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan
gangguan pada kulit, kuku, rambut, mulut, fisik dan psikisnya. Banyak manfaat yang
gigi, telinga, hidung dan tenggorokan, dampak dapat didapat dengan merawat personal
psikososial, yaitu terganggunya kebutuhan hygiene, memperbaiki personal hygiene,
akan rasa nyaman, kebutuhan mencintai dan mencegah penyakit, meningkatkan
dicintai, kebutuhan aktualisasi diri, harga diri kepercayaan diri dan menciptakan keindahan.
dan terganggunya interaksi sosial dengan Personal hygiene seseorang menentukan
lingkungannya.7 status kesehatan secara sadar dalam menjaga
kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit

MAJORITY | Volume 5 I Nomor 5|Desember 2016 |140


Setiawan Prayogi & Betta Kurniawan | Pengaruh Personal Hygiene dalam Pencegahan Penyakit Skabies

terutama gangguan pada kulit. Cara menjaga aktualisasi diri. Ketiga, Scabies menyebabkan
kesehatan tersebut meliputi menjaga tanda kemerahan pada kulit,dan akan
kebersihan kulit, kebiasaan mencuci tangan ditemukan pada jari-jari, kaki,leher,
dan kuku, frekuensi mengganti pakaian, bahu,bawah ketiak, bahkan daerah kelamin (
pemakaian handuk yang bersamaan, dan daerah genital ). Gambaran scabies terlihat
frekuensi mengganti sprei tempat tidur.10 seperti kemerahan disertai dengan benjolan
yang kecil.7
Isi Terdapat empat tanda kardinal dari
Penyakit skabies adalah penyakit kulit penyakit skabies. Pertama, pruritus nokturna,
yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan
Sarcoptes scabiei varietas hominis. Siklus oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
hidup dari telur sampai menjadi dewasa yang lebih lembab dan panas. Kedua, penyakit
berlangsung satu bulan.11 Masa inkubasi ini menyerang manusia secara kelompok,
berlansung dua minggu sampai enam minggu misalnya dalam sebuah keluarga biasanya
pada orang yang sebelumnya belum pernah seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Pada
terpajan.12 sebuah perkampungan yang padat
Skabies adalah suatu infestasi pada kulit penduduknya, sebagian besar tetangga yang
manusia yang disebabkan oleh penetrasi berdekatan akan diserang oleh tungau
parasit obligat yaitu S. scabiei var hominis ke tersebut. Ketiga, adanya terowongan
dalam epidermis.13 Sarcoptes scabiei (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
membuat terowongan pada stratum korneum yang berwarna putih dan keabu-abuan,
bagian bawah dan melepaskan substansi yang berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
berefek pada sel keratinosit dan fibroblast panjangnya 1 cm, pada ujung terowongan itu
yang mengawali reaksi tubuh.14 Lesi skabies ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul
berupa erupsi papula kecil yang meradang infeksi sekunder lesi kulit polimorf. Tempat
terutama terdapat di sekitar aksila, umbilikus, predileksinya merupakan tempat dengan
dan paha.15 stratum korneum yang tipis. Keempat,
Spesies Sarcoptes scabiei (var.hominis) menemukan tungau, merupakan hal yang
diklasifikasikan ke dalam filum Arthropoda paling diagnostik.15
yang masuk ke dalam kelasArachnida, Faktor yang menyebabkan scabies
subkelas Acari (Acarina), ordo Astigmata, dan adalah keterkaitan antara faktor sosio
famili Sarcoptidae. Beberapa famili tungau demografi dengan lingkungan.17 Skabies dapat
yang bersifat obligat parasit pada kulit antara dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko
lain Sarcoptidae (menginfeksi mamalia), seperti rendahnya tingkat ekonomi,
Knemidokoptidae(menginfeksi burung atau higienisitas yang buruk, hunian padat,
unggas), dan Teinocoptidae(menginfeksi promiskuitas seksual, tingkat pengetahuan,
kelelawar). Famili Sarcoptidae yang mampu usia dan kontak dengan penderita baik
menular ke manusia, yaitu Sarcoptes scabiei, langsung maupun tidak langsung.18
Notoeders cati (host asalnya adalah kucing), Faktor yang paling berperan terhadap
dan Trixacarus caviae (host asalnya adalah kejadian skabies yaitu personal hygiene.
marmut).16 Personal hygiene seseorang menentukan
Dampak yang ditimbulkan akibat status kesehatan secara sadar dalam menjaga
skabies karena masalah personal hygiene yang kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit
pertama adalah dampak fisik, yaitu gangguan terutama gangguan pada kulit. Cara menjaga
fisik yang terjadi karena adanya gangguan kesehatan tersebut meliputi menjaga
kesehatan yang diderita seseorang karena kebersihan kulit, kebiasaan mencuci tangan
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dan kuku, frekuensi mengganti pakaian,
dengan baik. Gangguan yang sering terjadi pemakaian handuk yang bersamaan, dan
adalah gangguan integritas kulit, gangguan frekuensi mengganti sprei tempat tidur.8
membran mukosa mulut, infeksi pada mata Kebersihan kulit, kebersihan individu
dan gangguan fisik pada kuku. Kedua, dampak yang buruk atau bermasalah akan
psikososial, yaitu masalah-masalah social yang mengakibatkan berbagai dampak baik fisik
berhubungan dengan personal hygiene seperti maupun psikososial.
gangguan rasa nyaman, interaksi social dan

MAJORITY | Volume 5 I Nomor 5|Desember 2016 |141


Setiawan Prayogi & Betta Kurniawan | Pengaruh Personal Hygiene dalam Pencegahan Penyakit Skabies

Kebersihan tangan dan kuku, menghilangkan rasa gatal dan perlu


dikarenakan sebagian besar masyarakat pemeriksaan rutin dengan cara mendatangi
menggunakan tangan untuk makan, puskesmas kembali. Sehingga penderita harus
mempersiapkan makanan, bekerja dan lain berkunjung kepuskesmas maksimal dua
sebagainya. Bagi penderita skabies akan minggu sekali agar penyembuhan scabies
sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah lebih intensif.20
tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh Pada pemeriksaan laboratorium bisa
perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan melakukan pemeriksaan kerokan kulit,
kuku sebelum dan sesudah beraktivitas. testinta, dan video dermatoskopi. Kerokan
Pertama, cuci tangan sebelum dan sesudah kulit dilakukan di daerah sekitar papula yang
makan, setelah ke kamar mandi dengan lama maupun baru. Hasil kerokan diletakkan
menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci di atas kaca objek dan ditetesi dengan KOH
harus meliputi area antara jari tangan, kuku 10% kemudian ditutup dengan kaca penutup
dan punggung tangan. Kedua, Handuk yang dan diperiksa di bawa hmikroskop. Diagnosis
digunakan untuk mengeringkan tangan scabies positif apabila ditemukan tungau,
sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. nimpa, larva, telur atau kotoran Sarcoptes
Ketiga, jangan menggaruk atau menyentuh scabiei.21
bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain- Penatalaksanaan secara umum pada
lain saat menyiapkan makanan. Keempat, pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan
pelihara kuku agar tetap pendek, jangan dan mandi secara teratur setiap hari. Semua
memotong kuku terlalu pendek sehingga pakaian, sprei, dan handuk yang telah
mengenai pinch kulit. digunakan harus dicuci secara teratur dan bila
Kebersihan pakaian perlu dijaga. perlu direndam dengan air panas. Syarat
Pakaian adalah bahan tekstil dan serat yang pengobatan yang harusdi perhatikan yaitu
digunakan untuk melindungi dan menutupi semua anggota keluarga harus diperiksa dan
tubuh. Alat penutup tubuh ini merupakan semua harus diberi pengobatan secarase
kebutuhan pokok manusia selain makanan rentak dan personal hygiene, penderita harus
dan tempat tinggal. Keringat, lemak dan mandi bersih, bila perlu menggunakan sikat
kotoran yang dikeluarkan tubuh akan terserap untuk menyikat badan. Sesudah mandi
pakaian. Dalam sehari, pakaian berkeringat pakaian yang akan dipakai harus disetrika.2
dan berlemak ini akan berbau busuk dan Semua perlengkapan rumah tangga
mengganggu. Dalam keadaan ini masalah seperti bangku, sofa, sprei, bantal, kasur,
kesehatan akan muncul terutama masalah selimut harus dibersihkan dan dijemur
kesehatan kulit karena tubuh dalam keadaan dibawah sinar matahari selama beberapa jam.
lembab. Untuk itu perlu mengganti pakaian Terapi penyakit skabies kadang-kadang
dengan yang bersih setiap hari. Pemakaian mengalami kegagalan atau pengobatan tidak
pakaian khusus saat tidur menjadi hal penting bisa mencapai optimal sehingga kasus masih
untuk menjaga tubuh. skabies masih ada.22
Kebersihan handuk, tempat tidur dan
sprei. Dapat terjadi penularan melalui kontak RINGKASAN
tidak langsung seperti melalui perlengkapan Pemeliharaan personal hygiene berarti
tidur atau handuk memegang peranan tindakan memelihara kebersihan dan
penting. Berdasarkan penelitian menunjukkan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan
44 orang (62,9%) terkena skabies dan ada fisik dan psikisnya. Banyak manfaat yang
hubungan antara kebiasaan pemakaian alat dapat didapat dengan merawat personal
mandi, kebiasaan tidur bersama, kebiasaan hygiene, memperbaiki personal hygiene,
pemakaian selimut tidur dan kebiasaan tidur mencegah penyakit.Cara menjaga kesehatan
bersama.15 tersebut meliputi menjaga kebersihan kulit,
Penularan skabies yang utama adalah kebiasaan mencuci tangan dan kuku, frekuensi
kontak langsung dan tidak langsung. Penyakit mengganti pakaian, pemakaian handuk yang
scabies dapat ditularkan melalui kontak tidak bersamaan, dan frekuensi mengganti sprei
langsung seperti melalui perlengkapan tidur, tempat tidur. Penyakit scabies dapat
handuk, dan pakaian memegang peranan ditularkan melalui kontak tidak langsung
penting.19 Butuh waktu yang lama untuk seperti melalui perlengkapan tidur, handuk,

MAJORITY | Volume 5 I Nomor 5|Desember 2016 |142


Setiawan Prayogi & Betta Kurniawan | Pengaruh Personal Hygiene dalam Pencegahan Penyakit Skabies

dan pakaian memegang peranan penting. 12. Chin J. Control of Communicable Diseases
Penularan skabies yang utama adalah kontak Manual. 17th Edition. Washington DC:
langsung dan tidak langsung. America Public Health Association.
2000;44-447.
SIMPULAN 13. Badri M. 2008. Hygiene Perseorangan
Semakin baik personal hygiene pada Santri Pondok Pesantren Wali Songo
anak semakin mengurangi resiko penularan Ngabar Ponorogo. Media Penelitian dan
skabies lewat kontak langsung, maupun tidak
Pengembangan Kesehatan. Vol 17, No 2.
langsung.
Hlm 2.
DAFTAR PUSTAKA 14. Rakhmawati, D., dkk., 2012. Laporan
1. Steer AC, Jenney AWJ, Kado J, Batzloff Kasus: Crusted Scabies.Pertemuan Ilmiah
MR, Vincent SL, Waqatakirewa L, et al. Tahunan XII PERDOSKI. Solo.
High burden of impetigo and scabies in a 15. Brown, R.G. and Tony B., 2005. Lecture
tropical country. PLoSNegl Trop Dis. Notes Dermatology. 8th ed. Yogyakarta:
2009;3:e467. Erlangga.
2. Baker F. Scabies management. Paediatr 16. McCarthy, JS, Kemp, D, dan Currie, BJ.
Child Health. 2010;6:775-7. 2004. Scabies : more than just an
3. Shelley FW, Currie BJ. Problems in irritation. Postgraduate Medical Journal.
diagnosing scabies, a global disease in 80:382-387.
human and animal populations. CMR. 17. Baur B., Sarkar J.,Manna N., &
2007;268-79. Bandyopadhyay L. (2013). The Pattern of
4. Hengge UR, Currie BJ, Jäger G, Lupi O, Dermatological Disorders among Patients
Schwartz RA. Scabies: a ubiquitous Attending the Skin O.P.D of A Tertiary
neglected skin disease. Lancet Infect Dis. Care Hospital in Kolkata, India. Journal of
2006;6:769-79. Dental and Medical Sciences 3, 1-6.
5. Chowsidow O. (2006). Skabies. The new 18. Handoko R P. Skabies dalam Ilmu
england journal of medicine. 35,1-16. Penyakit Kulit dan Kelamin (Edisi
6. Azizah I.N. & Setiyowati W. (2011). keenam), Badan Penerbit FKUI, 2010.
Hubungan tingkat pengetahuan ibu Jakarta, 122-125.
pemulung tentang personal hygiene 19. Mansyur, M., Wibowo, A. A., Maria,A.,
dengan kejadian skabies pada balita di Munandar, Abdillah, A., Ramadora,A.
tempat pembuangan akhir kota F. 2007. Pendekatan Kedokteran
semarang. Dinamika Kebidanan 1, 1-5. Keluarga pada Penatalaksanaan
7. Tarwoto dan Wartonah., 2010. Skabies Anak Usia Pra-Sekolah.
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.
Keperawatan. 4th ed. Jakarta: Salemba
57, No. 2, Februari 2007:63-67.
Medika.
20. Burkhart, C. G., C. N. Burkhart., and K. M.
8. Johnstone P, Strong M. Scabies. BMJ.
Burkhart. 2000. An Epidemiologic and
2008;8:1707.
Therapeutic Reassessment of Scabies.
9. Shelley FW, Currie BJ. Problems in
Cutis, (65): 233-240.
diagnosing scabies, a global disease in
21. Buchart CG> Scabies: An Epidemiologic
human and animal populations. CMR.
Reassessment. Ann. Int. Med. 98:
2007;268-79.
1983;498-503.
10. Desmawati. Hubungan Personal Hygiene
22. Kenneth AMD. Pedoman Terapi
Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Dermatologis. Edisi 2. Yogyakarta:
Scabies Di Pondok Pesantren Al-Kautsar Yayasan Essentica Medica : 1984;105.
Pekanbaru.2015: Vol. 2, No. 1.
11. Gandahusada S,ilahude H, dan Pribadi W.
Parasitologi Kedokteran. Edisi 3. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universita
Indonesia. 2004;264-266.

MAJORITY | Volume 5 I Nomor 5|Desember 2016 |143

Anda mungkin juga menyukai