Abstrak
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan diri sesorang untuk kesejahteraan
fisik dan psikisnya. Cara menjaga kesehatan tersebut meliputi menjaga kebersihan kulit, kebiasaan mencuci tangan dan
kuku, frekuensi mengganti pakaian, pemakaian handuk yang bersamaan, dan frekuensi mengganti sprei tempat tidur.
Skabies (gudik) adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya
pada kulit. Penyebab penyakit scabies sudah lama dikenal lebih dari 100 tahun yang lalu sebagai akibat infestasi tungau
yang dinamakan Acarus scabiei atau pada manusia disebut Sarcoptes scabiei varian hominis. Faktor yang menunjang
perkembangan penyakit ini antara lain sanitasi lingkungan yang kurang baik, kumuh, hygiene yang buruk.
Korespondensi:Setiawan Prayogi, Jl. Alimuddin Ummar Perum BBI blok 2 no. 25, Campang Raya, Tanjung Karang Timur,
Bandar Lampung HP 081368361413, e-mail setiawanprayogi15@gmail.com
terutama gangguan pada kulit. Cara menjaga aktualisasi diri. Ketiga, Scabies menyebabkan
kesehatan tersebut meliputi menjaga tanda kemerahan pada kulit,dan akan
kebersihan kulit, kebiasaan mencuci tangan ditemukan pada jari-jari, kaki,leher,
dan kuku, frekuensi mengganti pakaian, bahu,bawah ketiak, bahkan daerah kelamin (
pemakaian handuk yang bersamaan, dan daerah genital ). Gambaran scabies terlihat
frekuensi mengganti sprei tempat tidur.10 seperti kemerahan disertai dengan benjolan
yang kecil.7
Isi Terdapat empat tanda kardinal dari
Penyakit skabies adalah penyakit kulit penyakit skabies. Pertama, pruritus nokturna,
yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan
Sarcoptes scabiei varietas hominis. Siklus oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
hidup dari telur sampai menjadi dewasa yang lebih lembab dan panas. Kedua, penyakit
berlangsung satu bulan.11 Masa inkubasi ini menyerang manusia secara kelompok,
berlansung dua minggu sampai enam minggu misalnya dalam sebuah keluarga biasanya
pada orang yang sebelumnya belum pernah seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Pada
terpajan.12 sebuah perkampungan yang padat
Skabies adalah suatu infestasi pada kulit penduduknya, sebagian besar tetangga yang
manusia yang disebabkan oleh penetrasi berdekatan akan diserang oleh tungau
parasit obligat yaitu S. scabiei var hominis ke tersebut. Ketiga, adanya terowongan
dalam epidermis.13 Sarcoptes scabiei (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi
membuat terowongan pada stratum korneum yang berwarna putih dan keabu-abuan,
bagian bawah dan melepaskan substansi yang berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata
berefek pada sel keratinosit dan fibroblast panjangnya 1 cm, pada ujung terowongan itu
yang mengawali reaksi tubuh.14 Lesi skabies ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul
berupa erupsi papula kecil yang meradang infeksi sekunder lesi kulit polimorf. Tempat
terutama terdapat di sekitar aksila, umbilikus, predileksinya merupakan tempat dengan
dan paha.15 stratum korneum yang tipis. Keempat,
Spesies Sarcoptes scabiei (var.hominis) menemukan tungau, merupakan hal yang
diklasifikasikan ke dalam filum Arthropoda paling diagnostik.15
yang masuk ke dalam kelasArachnida, Faktor yang menyebabkan scabies
subkelas Acari (Acarina), ordo Astigmata, dan adalah keterkaitan antara faktor sosio
famili Sarcoptidae. Beberapa famili tungau demografi dengan lingkungan.17 Skabies dapat
yang bersifat obligat parasit pada kulit antara dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko
lain Sarcoptidae (menginfeksi mamalia), seperti rendahnya tingkat ekonomi,
Knemidokoptidae(menginfeksi burung atau higienisitas yang buruk, hunian padat,
unggas), dan Teinocoptidae(menginfeksi promiskuitas seksual, tingkat pengetahuan,
kelelawar). Famili Sarcoptidae yang mampu usia dan kontak dengan penderita baik
menular ke manusia, yaitu Sarcoptes scabiei, langsung maupun tidak langsung.18
Notoeders cati (host asalnya adalah kucing), Faktor yang paling berperan terhadap
dan Trixacarus caviae (host asalnya adalah kejadian skabies yaitu personal hygiene.
marmut).16 Personal hygiene seseorang menentukan
Dampak yang ditimbulkan akibat status kesehatan secara sadar dalam menjaga
skabies karena masalah personal hygiene yang kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit
pertama adalah dampak fisik, yaitu gangguan terutama gangguan pada kulit. Cara menjaga
fisik yang terjadi karena adanya gangguan kesehatan tersebut meliputi menjaga
kesehatan yang diderita seseorang karena kebersihan kulit, kebiasaan mencuci tangan
tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dan kuku, frekuensi mengganti pakaian,
dengan baik. Gangguan yang sering terjadi pemakaian handuk yang bersamaan, dan
adalah gangguan integritas kulit, gangguan frekuensi mengganti sprei tempat tidur.8
membran mukosa mulut, infeksi pada mata Kebersihan kulit, kebersihan individu
dan gangguan fisik pada kuku. Kedua, dampak yang buruk atau bermasalah akan
psikososial, yaitu masalah-masalah social yang mengakibatkan berbagai dampak baik fisik
berhubungan dengan personal hygiene seperti maupun psikososial.
gangguan rasa nyaman, interaksi social dan
dan pakaian memegang peranan penting. 12. Chin J. Control of Communicable Diseases
Penularan skabies yang utama adalah kontak Manual. 17th Edition. Washington DC:
langsung dan tidak langsung. America Public Health Association.
2000;44-447.
SIMPULAN 13. Badri M. 2008. Hygiene Perseorangan
Semakin baik personal hygiene pada Santri Pondok Pesantren Wali Songo
anak semakin mengurangi resiko penularan Ngabar Ponorogo. Media Penelitian dan
skabies lewat kontak langsung, maupun tidak
Pengembangan Kesehatan. Vol 17, No 2.
langsung.
Hlm 2.
DAFTAR PUSTAKA 14. Rakhmawati, D., dkk., 2012. Laporan
1. Steer AC, Jenney AWJ, Kado J, Batzloff Kasus: Crusted Scabies.Pertemuan Ilmiah
MR, Vincent SL, Waqatakirewa L, et al. Tahunan XII PERDOSKI. Solo.
High burden of impetigo and scabies in a 15. Brown, R.G. and Tony B., 2005. Lecture
tropical country. PLoSNegl Trop Dis. Notes Dermatology. 8th ed. Yogyakarta:
2009;3:e467. Erlangga.
2. Baker F. Scabies management. Paediatr 16. McCarthy, JS, Kemp, D, dan Currie, BJ.
Child Health. 2010;6:775-7. 2004. Scabies : more than just an
3. Shelley FW, Currie BJ. Problems in irritation. Postgraduate Medical Journal.
diagnosing scabies, a global disease in 80:382-387.
human and animal populations. CMR. 17. Baur B., Sarkar J.,Manna N., &
2007;268-79. Bandyopadhyay L. (2013). The Pattern of
4. Hengge UR, Currie BJ, Jäger G, Lupi O, Dermatological Disorders among Patients
Schwartz RA. Scabies: a ubiquitous Attending the Skin O.P.D of A Tertiary
neglected skin disease. Lancet Infect Dis. Care Hospital in Kolkata, India. Journal of
2006;6:769-79. Dental and Medical Sciences 3, 1-6.
5. Chowsidow O. (2006). Skabies. The new 18. Handoko R P. Skabies dalam Ilmu
england journal of medicine. 35,1-16. Penyakit Kulit dan Kelamin (Edisi
6. Azizah I.N. & Setiyowati W. (2011). keenam), Badan Penerbit FKUI, 2010.
Hubungan tingkat pengetahuan ibu Jakarta, 122-125.
pemulung tentang personal hygiene 19. Mansyur, M., Wibowo, A. A., Maria,A.,
dengan kejadian skabies pada balita di Munandar, Abdillah, A., Ramadora,A.
tempat pembuangan akhir kota F. 2007. Pendekatan Kedokteran
semarang. Dinamika Kebidanan 1, 1-5. Keluarga pada Penatalaksanaan
7. Tarwoto dan Wartonah., 2010. Skabies Anak Usia Pra-Sekolah.
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Majalah Kedokteran Indonesia, Vol.
Keperawatan. 4th ed. Jakarta: Salemba
57, No. 2, Februari 2007:63-67.
Medika.
20. Burkhart, C. G., C. N. Burkhart., and K. M.
8. Johnstone P, Strong M. Scabies. BMJ.
Burkhart. 2000. An Epidemiologic and
2008;8:1707.
Therapeutic Reassessment of Scabies.
9. Shelley FW, Currie BJ. Problems in
Cutis, (65): 233-240.
diagnosing scabies, a global disease in
21. Buchart CG> Scabies: An Epidemiologic
human and animal populations. CMR.
Reassessment. Ann. Int. Med. 98:
2007;268-79.
1983;498-503.
10. Desmawati. Hubungan Personal Hygiene
22. Kenneth AMD. Pedoman Terapi
Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Dermatologis. Edisi 2. Yogyakarta:
Scabies Di Pondok Pesantren Al-Kautsar Yayasan Essentica Medica : 1984;105.
Pekanbaru.2015: Vol. 2, No. 1.
11. Gandahusada S,ilahude H, dan Pribadi W.
Parasitologi Kedokteran. Edisi 3. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universita
Indonesia. 2004;264-266.