Laporan Surfaktan 1
Laporan Surfaktan 1
FARMASI FISIKA
Disusun oleh :
Kelompok 1
Kelas : 1A
Dosen Pembimbing :
JURUSAN FARMASI
2020
A. JUDUL PRAKTIKUM
Kelarutan dengan Pengaruh Surfaktan
C. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan kelarutan surfaktan.
2. Menjelaskan pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.
D. DASAR TEORI
Suatu sifat fisika yang penting dari suatu zat obat adalah kelarutan, terutama
kelarutan sistem dalam air. Jika kelarutan dari zat obat kurang dari yang diinginkan,
pertimbangan harus diberikan untuk memperbaiki kelarutannya (Ansel, 1989).
Kelarutan dari suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut dan
pelarut, juga bergantung pada temperatur, tekanan, pH larutan, serta bergantung pada
hal terbaginya zat terlarut (Martin, 1992).
Kelarutan merupakan keadaan suatu senyawa baii padat, cair, ataupun gas yang
terlarut dalam padatan, cairan, atau gas yang akan membentuk larutan homogen.
Kelarutan tersebut bergantung pada pelarut yang digunakan serta suhu dan tekanan
(Lachman, 1986). Di bidang farmasi, kelarutan memiliki peran penting dalam
menentukan bentuk sediaan dan untuk menentukan konsentrasi yang dicapai pada
situasi sistemik untuk menghasilkan respon farmakologi. Obat yang memiliki
kelarutan rendah dalam air sering membutuhkan dosis yang tinggi untuk mencapai
konsentrasi terapeutik setelah pemberian oral. (Savjani, 2012)
Surfaktan adalah zat-zat yang mengabsorbsi pada permukaan untuk mengurangi
tegangan suatu cairan. Karena sifatnya yang menurunkan tegangan permukaan,
surfaktan dapat digunakan sebagai bahan pembasah atau wetting agent, bahan
pengemulsi atau emulsifying agent, dan bahan pelarut atau solubilizing agent (Ansel,
1989).
E. ALAT DAN BAHAN
a. Alat b.Bahan
1. Mixer 1.Aquadest
2. Batang pengaduk 2.Kertas saring
3. Kaca arloji 3.Asam benzoat
4. Timbangan analitik 4.Fenolftalein
5. Gelas ukur 5.NaOH
6. Gelas kimia 6.Tween 80
7. Corong
8. Buret
9. Erlenmeyer
F. PROSEDUR KERJA
1. Dibuat larutan dengan komposisi berikut dalam gelas kimia:
a. W1 dibuat dengan 20 ml air dan tween 80 sebanyak 0.2 gram
b. W2 dibuat dengan 20 ml air dan tween 80 sebanyak 0.4 gram
c. W3 dibuat dengan 20 ml air dan tween 80 sebanyak 0.6 gram
d. W4 dibuat dengan 20 ml air dan tween 80 sebanyak 0.8 gram
e. W5 dibuat dengan 20 ml air dan tween 80 sebanyak 1 gram
2. Diaduk sampai homogen dan diberi label pada masing-masing gelas kimia.
3. Asam benzoat ditambahkan sedikit demi sedikit kedalam masing-masing larutan
hingga diperoleh larutan yang jenuh.
4. Larutan dikocok dengan batang pengaduk selama beberapa menit. Jika ada
terbentuk endapan yang larut selama pengocokan, ditambahkan lagi asam benzoat
sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
5. Larutan disaring menggunakan corong dan kertas saring.
6. Kadar asam benzoat yang terlarut dalam masing-masing larutan ditentukan
dengan cara titrasi:
a. 5 ml larutan zat dipipet.
b. Tiga tetes indicator fenolftalein ditambahkan.
c. Dititrasi dengan NaOH 0,1N sampai timbul warna merah muda.
d. Dilakukan penetapan triplo.
7. Kurva antara kelarutan asam benzoate dibuat dengan konsentrasi tween 80 yang
digunakan.
Perhitungan N :
N NAOH : V NAOH × N NAOH = V Asam Oksalat × N Asam Oksalat
5, 93 ml × N = 5 ml × 0,1000 N
5×0,1
N = 5,93 = 0,08430 𝑁
b. Konsentrasi Tween 80
Wadah W1 W2 W3 W4 W5
Konsentrasi (%) 1% 2% 3% 4% 5%
1.20%
1.00%
0.80%
Kurva Antara Kelarutan
0.60% Asam Benzoat dengan
Konsentrasi Tween 80
0.40%
0.20%
0.00%
W1 W2 W3 W4 W5
H. PEMBAHASAN
I. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengaruh Bentuk Sediaan Farmasi (edisi IV). Penerjemah: Farida
Ibrahim. Jakarta: Universitas Indonesia press.
Lachman dkk. 1986. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy (edisi III).
Amerika serikat: Lea&Febigen.
Martin A dan Swarbick. 1992. Physical Pharmacy (edisi II). Philadelyphia:
Lea&Febigen.
Savjani, Ketan. 2012. Drug solubility: Importance and Enhancement Techniques. ISRN
Pharmaceutics: 195727.
LAMPIRAN