A. LandasanTeori
Asetosal atauasam asetilsalisilat adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang
sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor),
antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Asetosal juga memiliki
efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk
mencegah serangan jantung. Namun, efek jangka panjangnya menyebabkan darah
lambat membeku sehingga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan berlebih.
Efek samping yang kedua dari asetosal dan sering menimpa anak-anak, adalah
terjadinya Sindrom Reye, yaitu suatu penyakit mematikan yang mengganggu fungsi
otak dan hati. Gejalanya berupa muntah tak terkendali, demam, mengigau dan tak
sadar. Banyak studi telah menunjukkan adanya hubungan antara kejadian Sindrom
Reye pada anak-anak dengan penggunaan asetosal.
Dalam tablet asetosal sering kali masih terdapat asam salisilat di dalamnya, juga
ada tablet yang kadar aspirinnya tidak memenuhi standar, karena itu perlu diuji
kadarnya dengan titrasi asam basa. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan lebih
mendasar terhadap pemantauan kadar asetosal guna mempermudah pemantauan kadar
obat dalam darah. Hal ini dilakukan terutama pada pasien yang mengkonsumsi
asetosaldalam jangka waktu panjang, untuk meminimalisir efek samping obat.Asetosal
atau asam asetilsalisilat adalah sejenis obat turunan dari salisilat yang sering digunakan
sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau nyeri minor), antipiretik (terhadap
demam), dan anti-inflamasi (peradangan).Asetosal juga memiliki efek antikoagulan dan
dapat digunakan dalam dosis rendah dalam tempo lama untuk mencegah serangan
jantung. Namun, efek jangka panjangnya menyebabkan darah lambat membeku
sehingga dapat menyebabkan terjadinya pendarahan berlebih.
Prinsip penentuan kadar acetosal dapat dilakukan dengan metode titrasi asam-
basa. Metode titrasi yang digunakan adalah penetapan kadar dengan cara alkalimetri.
Alkalimetri merupakan titrasi menggunakan larutan standar basa yang digunakan untuk
menentukan asam. Untuk mengetahui konsentrasi asetosal dilakukan titrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N. Gugus asetil dalam reaksi netralisasi ini lebih sukar lepas daripada
gugus karbonil. Titrasidilakukandenganmenggunakan indicator
fenolftaleindengantrayek pH 8,3-10.
B. MONOGRAFI
Asetosal (asam asetil salisilat) BM = 180,16 (FI IV)
Asam asetil salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5 % dan tidak lebih dari
100,5 % C9H8O4, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : hablur putih, umumnya seperti jarum / lempengan tersusun, atau
serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Stabil diudara kering,
didalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat dan
asam asetat.
Kelarutan : sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam
kloroform, dan dalam eter, agak sukar larut dalam eter mutlak.
Susut pengeringan : tidak lebih dari 0,5 %, lakukan pengeringan diatas silica gel
p selama 5 jam.
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Indikasi : demam, rasa sakit setelah vaksinasi, sakit otot dan sakit gigi.
Kontra indikasi : demam berdarah, tukak lambung dan terapi antikoagulan,
hipersensitif.
Dosis :
1. Dewasa : 2-3 tablet sesudah makan, jika perlu diulangi tiap 4 jam.
2. Anak-anak 6-12 tahun : 1-2 tablet sesudah makan, jika perlu dapat diulang tiap
6 jam.
C. PROSEDUR KERJA
1. AlatdanBahan
Alat
1. Erlenmayer
2. Beaker Gelas
3. Pipetgondok
4. Pipet volume
5. Sendok spatula
6. Pipettetes
7. Buret
8. TiangPenyanggaBuret
9. TimbanganAnalitik
10. Labutakar
11. Gelasukur
Bahan
1. Baku Primer : kaliumbiftalat
2. Baku Sekunder : NaOH
3. Aquadest
4. IndikatorPhenolphtalein
5. Etanol 95 %
6. SampelAcetosal
D. Tabel Hasil Praktikum
5. PembuatanLarutan
5.1 Pembuatanlarutanbaku 500 ml kaliumbiftalat 0,1 N
5.1.1 Baku primer N X BE X Mr X Volume
Gram =
1000
0,1 x 1 x 204,22 x 500
=
1000
= 10,211 gram
Pembuatan :
1. Timbangseksamasejumlah ± 10,211 g yang
telahdihitung
2. Masukkandalamlabutakar
3. Tambahkansejumlahaquadest, kocok ad larut
4. Tambahkanaquadest ad 500 ml
5. Lalukocokdan ad homogeny
5.1.2 Baku sekunder 2000 ml NaOH 0,1 N
N X BE X Mr x V
Gram =
1000
0,1 x 1 x 40 x 2000
=
1000
= 8 gram
Pembuatan :
1. Siapkanlabutakar10 ml
2. TimbangseksamasejumlahNaOH yang
telahdihitung
3. Masukkankedalamlabutakar
4. Tambahkansejumlahaquadestkocok ad larut
5. Dinginkankemudiantambahkanaquadest ad ml
5.1.3 PembuatanIndikator A. Phenolphtalein (FI Edisi III)
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan yaitu
Pada penetapan kadar Asetosal dalam Laktosa dilakukan titrasi menggunakan metode
Alkalimetri
Hasil Praktikum yang diujikan didapatkan penyimpangan sebesar 3,7 % dari kadar
sebenarnya.
F. Lampiran
PENETAPAN KADAR NATRIUM BENZOAT
Teori Natrium Benzoat (C7H5NaO2)
A. MONOGRAFI
Natrium Benzoat (Natrium Benzoas) BM = 144,11 (FI III HAL 395)
Natrium benzoat mengandung tidak kurang dari 99,0% C7H5NaO2, dihitung terhadap
zat anhidrat.
Pemerian : butiran atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau hampir
tidak berbau
Kelarutan : larut dalam bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%) P
Identifikasi : menunjukkan reaksi Natrium dan Benzoat yang tertera pada
Reaksi identifikasi
Susut pengeringan : tidak lebih dari 1,5%
Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat dan penggunaan : zat pengawet
Buret 50 ml
Statif dan klem
Erlenmeyer 250 ml
Pipet tetes
Pipet gondok10 ml
Pompa Karet
Neraca analitik
Sendok spatula
Beaker glass
Corong gelas
b. Bahan :
5. Pembuatan Larutan
5.1 Pembuatan Laruatn Baku 500 ml Na2CO3 0,1 N (anhidrat)
1.1.1 Baku Primer
N x Mr x Vol 0,1 x 105,93 x 500
Gram ¿ =
1000 x valensi 1000 x 2
Gram ¿ 2,6497 gram
Pembuatan :
1. Timbang Na2CO3 sejumlah yang telah
dihitung.
2. Masukkan ke dalam labu takar 500 ml.
3. Tambahkan sejumlag aquadest, kocok
hingga larut.
4. Tambahkan aquadest ad 500 ml, kocok
hingga homogen.
LAMPIRAN
Praktikum Kimia Farmasi II
PENETAPAN KADAR PAPAVERIN HCI
PERCOBAAN III, Selasa 30 Maret 2021
D. LANDASAN TEORI
Highlight
Add Note
Share Quote
E. MONOGRAFI
OCH3
CH2O
OCH3
F. PROSEDUR KERJA
1. Alat dan Bahan
Alat
1. Erlenmayer
2. Beaker Gelas
3. Pipet gondok
4. Pipet volume
5. Sendok spatula
6. Pipet tetes
7. Buret
8. Tiang Penyangga Buret
9. Timbangan Analitik
10. Labu takar
11. Gelas ukur
Bahan
7. Baku Primer : Kalium Biftalat
8. Baku Sekunder : HCIO4
9. Lar Raksa
10. Indikator Kristal Violet
11. As Asetat Glasial
12. As Perkolat
13. Sampel Papaverin HCI
G. Tabel Hasil Praktikum
5. PembuatanLarutan
5.1 Pembuatanlarutanbaku Pembuatan :
5.1.1 Baku primer 6. Timbang seksama kalium biftalat sejumlah
7. Masukkan ke dalam erlemenyer
8. Tambahkan 100 ml asam asetat glasial kocok ad
larut
5.1.3 Pembuatan Larutan Indikator Larutan kristal violet P 0,2 % b/v dalam As Asetat
Glasial P
Timbang Kristal Violet = 50/100 × 120 = 60 mg
Tambahkan As Asetat Glasial hingga larut
Tambahkan As Asetat Glasial ad 120 ml
5.1.4 Pembakuan Lar Hg Asetat Larutkan Raksa II Asetat P 6,06 % dalam Asetat
Glasial P (120 ml)
Timbang Hg (II) Asetat
Tambahkan As Asetat Glasial hingga larut
Tambahkan As Asetat Glasial ad 120 ml
6. Prosedur Kerja Pembakuan Pembakuan HCI 0,1 N dengan kalium biftalat
1. Isi buret kering dengan HCIO4 0,1 N
2. Masukkan gr kalium biftalat ke dalam labu
erlemenyer.Tambahkan ml As Asetat Glasial
kocok kuat ad larut
3. Tambahkan 1-2 tts Indikator Kristal Violet
4. Titrasi dengan HCIO4 0,1 N sampai warna biru
hijau
5. Titrasi dilakukan 3×
6. 1 ml HCIO4 0,1 N setara dengan 20,43 Kal
Biftalat
7. Penetapan Kadar Papaverin HCI 4. Lakukan penetapan menurut cara I yang tertera
pada titrasi berat air menggunakan 600 mg yang
ditimbang seksama 1 ml HCIO4 0,1 N = 37,59 mg
C20H21NO4HCI
5. Larutkan 600 mg Papaverin HCI dalam 20 ml As
Asetat Glasial P pada erlemenyer . Jika zat uji
halogenik + 10 ml Lar Raksa (II) Asetat P , Titrasi
dengan As Perkolat 0,1 N menggunakan Indikator
Kristal Violet P Larutan ad warna biru hijau.
8. Persiapan Sampel 1. Pemindahan sampel ke dalam mortir gerus
homogen
2. Masukkan kembali kedalam pot
3. Timbang seksama sejumlah sampel setara dengan
300 mg papaverin HCI
9. Prosedur Kerja Penetapan Kadar Papaverin HCI
1. Timbang seksama sejumlah sampel setara dengan
300 mg papaverin HCI
2. Masukkan ke dalam erlemenyer 10 ml As Asetat
Glasial P
3. Kocok ad larut kuat-kuat + 5 ml Lar Raksa (II)
Asetat P
4. Titrasi dengan BS HCIO4 0,1 N menggunakan
indikator kristal violet P larutan ad warna biru
hijau
5. Titrasi 3×
10. Data dataperhitungan Massa Kalium Biftalat Massa Papaverin HCI
10.1 Data Penimbangan M1 = 108,7 mg M1 = 300,3 mg
M2= 109,1 mg M2 = 300,0 mg
10.2 Data – data Titrasi
10.2.1 TitrasiPembakuan Baku Volume HCIO4 untuk titrasi kalium biftalat
Sekunder V1 = 0 – 7,1 ml = 7,1 ml
V2 = 0 – 7,4 ml = 7,4 ml
7,1ml +7,4 ml
V BS= = 7,25 ml
2
Volume HCIO4 untuk titrasi Papaverin HCI
10.2.2 TitrasiPenetapankadar V1 = 0 ml - 3,2 ml = 3,2 ml
V2 = 0 ml – 3,3 ml = 3,3 ml
29,48 %+30,43 %
Kadar rata-rata =
2
= 29,9 %
10.3.4 Kadar sebenarnya 30 %
H. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan yaitu
Pada penetapan kadar Papaverin HCI dilakukan titrasi menggunakan metode Titrasi
bebas air Acidimetri
Hasil Praktikum yang diujikan didapatkan penyimpangan sebesar 0,3 % dari kadar
sebenarnya.
I. Lampiran
A. TEORI
Metampiron tidak larut dalam eter, aseton, benzen dan kloroform dan
memiliki bobot molekul 351,4. Titik lebur metampiron 17,2 C. Larut dalam 1,5
bagian air, 30 bagian etanol. Metampiron memiliki efek analgetik dan sering
digunakan sebagai Anti Inflamatory Drug (NSAID). Selain itu metampiron (antalgin)
juga bisa digunakan sebagai penekan rasa nyeri serta demam. Agranulositisis alergik
merupakan efek samping yang parah dari methampiron karena semakin tinggi dosis
dan jangka pengobatan, semakin besar pula resikonya (soewandhi, N, 2007)
Istilah okidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan
bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan biangan
oksidasi. Jadi proses oksidasi disertai dengn hilangnya electron sedangkan redulsi
disertai dengan pertamahan electron. Oksidator adalah senyawa di mna atom yang
terkadung mengalamipenurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor, atom
yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi.oksidasi-reduksi harus selalu
berlangsung bersama dan salingmengkompensasisatu sama lain.istilah oksidator dan
reduksi tidak mengacu pada atom saja akan tetapi juga pada suatu senyawa. Jika suatu
reagen berperan baik sebagai oksidator atau reduktor, maka dikatakan zat tersebut
mengalami autooksidasi atau disporposionasi.
Methampiron adalah obat untuk meredakan nyeri sedang hingga berat, obat ini
termasuk golongan NSAID (obat anti radang nonsteroid). Obat ini bekerja dengan
menghambat produksi zat tertentu yang menyebabkan peradangan dalam tubuh.
Metampiron dikenal juga dengan nama metamizole atau dipiron
Metampiron tidak dijual bebas karena obat ini harus dikonsumsi dengan resep
dokter, jadi obat ini tidak boleh dikonsumsi secara sembarangan
B. MONOGRAFI
1. Metampiron (Antalgin) (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : MHETAMPYRONUM
Sinonim : Antalgin
Berat Molekul : 351,57
Rumus Molekul : C13H16N3NaO4S.H2O
Pemerian : Serbuk hablur; putih atau putih kekuningan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Analgetikum, antiperetikum
2. Asam Klorida Encer (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi :ACIDUM HYDROCHLORIDUM DILUTUM
Pemerian : Cairan; tidak berwarna tidak berbau.
Bentuk Molekul : 36, 46
Rumus Molekul : HCl
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Khasiat : Zat tambahan
C. PROSEDUR KERJA
1. AlatdanBahan
a. Alat
1. Buret 25 ml
2. Erlenmeyer 250 ml
3. Gelas kimia 100 ml
4. Pipet tetes
5. Pipet ukur 5 mL
6. Timbangan analitik
7. Botol semprot
8. Sendok besi
b. Bahan
1. Aquadest
2. Metampiron
3. HCl 0,1 N
4. Larutan Na2C2O3
5. Larutan KIO3
6. Larutan I2
7. Larutan kanji
PRAKTIKUM KIMIA FARMASI II
Penetapan Kadar Metampiron dalam Lactosum
Selasa, 23 Maret 2021
N Prosedur Keterangan
o
1 Metode Penetapan Kadar Iodometri
2 Sampel Metampiron (Antalgin)
3 Prinsip Penetapan Kadar Oksidimetri
4 Reaksi Yang Terjadi
4.1 Baku Primer dan Baku Reaksi Pembakuan Na2S2O3 + KIO3
Sekunder Na2S2O3 + I3- 3I- + Na2S2O6
Reaksi Pembakuan I2 + Na2S2O3
KIO3 + KI + HClI2
I2 + Na2S2O3 Na2S4O6 + I2
4.2 Reaksi Penetapan Reaksi Penetapan Kadar Metampiron + Iodium
Kadar
5 Pembuatan Larutan
5.1 Pembuatan Larutan
Baku
5.1.1 Baku Primer Pembuatan larutan KIO3 (FI ed III hal. 689)
Pembuatan :
1. Timbang KIO3 1,7833 gram (1 ml Na2S2O3 0,1 N ≈ 3,567 mg
KIO3) 500 ml KIO3 0,1 N
N x BE x Mr x Vol 0,1 x 1 /6 x 214 x 500
gr= = = 1,7833 gr
1000 1000
2. Timbang seksama KIO3
3. Masukkan ke dalam labu takar
4. + Aquadest q.s ad larut
5. + Aquadest sampai batas ad, kocok ad homogen
5.1.2 Baku Sekunder Pembuatan Na2S2O3 500 ml
& Baku Primer Timbang 26 gram Na. Tiosulfat + 200 mg Na. Carbonat.
Dilarutkan dengan aqua bebas CO2 ad 1000 ml
Pembuatan :
1. Timbang seksama Na2S2O313 gram, masukkan ke dalam labu
takar
2. Timbang seksama Na. Carbonat 100 mg, masukkan ke labu
3. + Sedikit aquades, kocok ad larut
4. + Aquadest sampai batas ad
5.1.3 Larutan HCl
5.1.3.1 HCl 0,02 N N x BE x Mr x Vol 0,02 x 1 x 40 x 500
gr= = = 0,4 gr
1000 1000
Pembuatan :
1. Timbang seksama 400 mg HCl, masukkan ke dalam labu takar
2. Timbang seksama Na. Carbonat 100 mg, masukkan ke labu
3. + Aquades q.s, kocok ad larut
4. + Aquadest sampai batas ad, kocok ad larut
5.1.3.2 HCl 10% % dibuat 10 %
ml= x Vol ( ml )= x 250 ml = 67,56 ml = 68 ml
% HCl 37 %
Pembuatan :
1. Siapkan labu takar 250 ml
2. Ambil HCl dengan pipet ukur, masukkan dalam labu takar
melalui dinding labu
3. Dinginkan, + Aquades ad 250 ml
5.1.4.Pembuatan 1. Lar. Iodium 0,1 N
Indikator Pembuatan :
Lar. 12,6 gr Iodium P dalam larutan, 18 gr kalium Iodida P
dalam 100 ml air, encerkan dengan air ad 1000 ml
b. Pembakuan I2 + Na2S2O3
V1= 0 – 12,8 = 12,8 ml
V2= 0 – 12,7 = 12,7 ml
V3= 0 – 12,8 = 12,8 ml
12,8+12,7+12,8
ṽ= = 12,66 ml
3
10.2.1 Titrasi Vol I2 untuk Metampiron
Penetapan V1 = 0 – 5,7 = 5,7 ml
Kadar V2 = 0 – 5,6 = 5,6 ml
V3 = 0 – 5,7 = 5,7 ml
10.3 Data Perhitungan
10.3.1 Normalitas g x 1000 1,7833 x 1000
NBP (KIO3) = = = 0,0999 N
Baku Primer BE x Mr x Vol 1/6 x 214 x 500
V 1 x N 1 10 x 0 , 0999
NBP Na2S2O3= = = 0,1078 N
ṽa 9,26
10.3.2 Normalitas
Baku V 1 x N 1 10 x 0,1074
NBSI2= = = 0,0851 N
Sekunder ṽb 12,66
40 %−39,66 %
= x 100 % = 0,85 %
40 %
LAMPIRAN
A. Landasan Teori
Titrasi Iodimetri merupakan titrasi secara langsung dimana titrasi ini memiliki
oksidator yang sangat kuat. Titrasi iodimetri biasanya digunakan untuk menetapkan
kadar, asam askorbat, natrium askorbat, metampiron (antalgin), natrium tiosulfat dan
sediaan injeksi. Salah satunya ialah pada penetapan kadar vitamin C, iodium dapat
dilakukan dengan mereduksi menjadi iodida. Kemudian iodium akan mengoksidasi
suatu senyawa-senyawa yang memiliki potensial kemungkinan lebih kecil dari
iodium. Misalnya pada vitamin C yang memiliki potensial oksidasi yang kecil dari
iodium dengan ini mampu menetapkan kadar vitamin C dengan metode titrasi
iodimetri (Rohman, 2007).
Vitamin C adalah salah satu vitamin yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
Vitamin C mempunyai peranan yang penting bagi tubuh. Vitamin C mempunyai sifat
sebagai antioksidan yang dapat melindungi molekul-molekul yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh. Vitamin C juga mempunyai peranan yang penting bagi tubuh manusia
seperti dalam sintesis kolagen, pembentukan carnitine, terlibat dalam metabolism
kolesterol menjadi asam empedu dan juga berperan dalam pembentukan
neurotransmitter norepinefrin. (Arifin, dkk., 2007).
Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, penting bagi kesehatan
manusia. Memberikan perlindungan antioksidan plasma lipid dan diperlukan untuk
fungsi kekebalan tubuh termasuk (leukosit, fagositosis dan kemotaksis), penekanan
replikasi virus dan produksi interferon (Mitmesser et al., 2016).
B. MONOGRAFI
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
C. PROSEDUR KERJA
1. Alat dan Bahan
a. Alat
2) Buret 25 ml
3) Erlenmeyer 250 ml
4) Gelas kimia 100 ml
5) Pipet tetes
6) Statif dan klem
7) Pipet ukur 5 Ml
8) Timbangan analitik
9) Botol semprot
10) Sendok besi
b. Bahan
1) Aquades
2) Metampiron
3) HCl 0,1 N
4) Larutan Na2C2O3
5) Larutan KIO3
6) Larutan I2
7) Larutan kanji
2. Tabel Pengamatan
No Kegiatan Keterangan
.
1. Metode Penetapan Kadar Iodometri
2. Sampel Vitamin C (Asam Askorbat)
3. Prinsip Penetapan Kadar Oksidimetri
4. Reaksi yang terjadi
4.1 Baku Primer & Baku Reaksi pembakuan Na2S2O3 dengan KIO3
Sekunder
Na2S2O3 + KIO3 ―>
Reaksi pembakuan I2 dengan Na2S2O3
Na2S2O + I2 ―> I3 + Na2S4O6
4.2 Reaksi Penetapan Kadar Reaksi penetapan kadar Vit C dgn I2
5. Pembuatan Larutan
Pembuatan Larutan Baku
5.1.1 Baku Primer (KIO3) FI Edisi III hal 689
Primer dan Sekunder
Timbang KIO30,3567 gr
(Na.Tiosulfat)
Gram
Pembuatan
1. Timbang KIO3 sejumlah yang dihitung
2. Masukkan ke dalam labu takar 100 ml
3. Tambahkan aquadest ad 100 ml
5.1.2 Baku Sekunder 500 ml Na2S2O3 (FI Edisi III)
(Iodium)
Timbang 20 gr Na.Thiosulfat + 200 mg
Na.Carbonat larutkan dengan aquadest
bebas CO2 ad 100 ml
Dibuat 13 gr Na.Thiosulfat +100 mg
Na.Carbonat larutkan dengan aquadest
bebas CO2 ad 500 ml
5.2. Larutan HCl 0,05 N ml HCl 0,05 N = 0,05 N x 500 ml = 250 ml
0,1 N
Pembuatan
1. Ambil HCl 0,1 N sejumlah demikian
2. + Aquadest ad 100 ml, kocok ad homogen
NBP (Na2S2O3) = V1 x N1
V rata-rata
10.3.2 Normalitas Baku NBS = V1 x N1 =
Sekunder V rata-rata
10.3.3 Kadar Sampel M1 = V1 x kesetaraan x NBS
0,1
M2 = V2 x kesetaraan x NBS
0,1
M3 = V3 x kesetaraan x NBS
0,1
Kadar rata-rata =
11 Kadar Sebenarnya
12 Penyimpangan kadar sebenarnya−kadar sampel
x 100 %
kadar sebenarnya
A. LANDASAN TEORI
Kalium klorida (KCl / potassium chloride) adalah senyawa garam alkali tanah dengan
halida yang terbentuk dari unsur kalium dan klor. Wujud umumnya adalah garam kristal
berwarna putih atau tak berwarna. Senyawa ini sangat mudah larut dalam air dan terasa asin
di lidah, serupa garam dapur.
Kalium klorida merupakan salah satu jenis garam kalium yang dapat digunakan dalam
tata laksana hipokalemia dan sebagai suplemen untuk pasien hipertensi. Sediaan kalium
klorida tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, serbuk untuk oral, dan larutan untuk injeksi.
Serbuk kalium klorida berwarna putih dan tidak berbau.
Kalium klorida terdiri dari ion kalium dan ion klorida. Keduanya memiliki peran penting
dalam mengatur proses fisiologis di dalam tubuh. Kalium berperan dalam menjaga
isotonisitas antara cairan intraseluler dan ekstraseluler, keseimbangan cairan, dan
keseimbangan asam basa. Selain itu, kalium juga berperan dalam transmisi impuls saraf,
kontraksi otot, pemeliharaan fungsi ginjal, dan penurunan tekanan darah.
B. MONOGRAFI
Kalium Klorida ( KCL )
Kalium klorida diekstrak dari mineral silvit, karnalit, dan potas. Selain itu, senyawa ini
dapat diekstraksi pula dari air laut.
Pembuatan secara kimia teknik dilakukan melalui kristalisasi dari pelarutan, flotasi,
atau pemisahan elektrostatik dari mineral-mineral tersebut di atas. KCl juga merupakan
produk sampingan dari pembuatan asam nitrat melalui reaksi kalium nitrat dan asam
klorida.
Kalium Klorida mengandung tidak kurang dari 99,0 % dan tidak lebih dari 100,5%
KCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
Pemeriaan : Hablur bentuk memanjang, prisma atau kubus, tidak
berwarna, atau serbuk granul putih; tidak berbau; rasa garam; stabil di udara ; larutan
bereaksi netral terhadap lakmus.
pH :7
Kelaruta : Mudah larut dalam air , lebih mudah larut dalam air
mendidih ; tidak larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Cara sterilisasi : Autoklaf atau filtrasi.
Khasiat : Sumber Ion Kalium
Literatur : FI IV hal 477
C. PROSEDUR KERJA
1. Alat dan Bahan
Alat
1. Erlenmayer
2. Beaker Gelas
3. Pipet gondok
4. Pipet volume
5. Sendok spatula
6. Pipet tetes
7. Buret
8. Tiang Penyangga Buret
9. Timbangan Analitik
10. Labu takar
11. Gelas ukur
Bahan
1. Baku Primer : Natrium klorida ( Nacl)
2. Baku Sekunder : AgNO3
3. Indikator : K2CrO4
4. Sampel : Kalium Klorida (KCL)
5. Aquadest
2. Tabel Pengamatan
4.1 Baku Primer dan Baku Sekunder AgNO3 + NaCL AgCL + NaNO3
5. Pembuatan Larutan
5.1 Larutan baku primer NaCL 500 ml NaCL 0,05 N
N X BE X Mr X Volume
Gram =
1000
0,05 x 1 x 58 x 100
1000
= 1,4625 gram
Pembuatan :
1. Timbang seksama sejumlah NaCL yang
telah dihitung
2. Masukkan dalam labu takar
3. Tambahkan sejumlah aquadest, kocok ad
larut
4. Tambahkan aquadest ad 100 ml
5. Lalu kocok dan ad homogen
N X BE X Mr X Volume
Gram =
1000
58,5 x 500
7,15 ml
v titrasi x NBs x BE x Mr
¿
1000
%Kadar = M X 100 %
10 Kadar penyimpangan
.
= Kadar sebenarnya – kadar rata rata x 100%
Kadar sebenarnya
= 0,8 - 0,8066 x 100%
0,8
= 0,825 %
D. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam percobaan ini yaitu didapatkan kadar sampel (kalium
klorida) adalah sebesar 0,8066% dan dengan penyimpangan dengan kadar sebenarnya
( 0,8 %) sebesar 0,825%.
LAMPIRAN
Magnesium sulfat merupakan garam tak berbau yang memiliki rasa asin yang pahit
dan umumnya dijumpai sebagai kristal tak berwarna atau padatan kristalin putih. Senyawa ini
sangat mudah larut dalam air panas. Magnesium sulfat ialah suatu garam anorganik yang
mengandung unsur magnesium, sulfur dan oksigen, dengan rumus MgSO4. Dalam molekul
sulfat terdapat ikatan kovalen antara atom belerang (sulfur) dengan atom oksigen.
Magnesium sulfat umumnya terbentuk dalam formasi hidrat MgSO4.xH2O dan tergolong
senyawa ionik . Di alam senyawa ini terdapat dalam bentuk mineral sulfat. Magnesium sulfat
(MgSO4) atau yang sering disebut dengan garam Inggris yang dapat dijumpai dalam bentuk
magnesium sulfat heptahidrat (MgSO4.7H2O) merupakan salah satu produk industri.
MgSO4.7H2O atau magnesium sulfat heptahidrat sering dinamakan dengan garam Epsom.
Menurut Basset (1994), bahwa ada prosedur-prosedur yang paling penting untuk
titrasi ion-ion logam dengan EDTA, yaitu:
B. Monografi
1. MgSO4 7H2O(FI III,354)
Nama resmi : MAGNESII SULFAS
Nama lain : Magnesium sulfat, garam inggris
RM : MgSO.7H2O
BM : 246,47
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air:agak sekar larut dalam etanol.
Pemerian : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa asin, pahit, dan dingin
dalam udara kering dan panas merapu.
Kegunaan : Sebagai sampel
Penyimpanan : Dalam wada tertutup baik.
No Prosedur Keterangan
1 Metode Penetapan Kadar Kompleksometri
2 Sampel MgSO4
3 Prinsip Penetapan Kadar Terbentuk Ion Kompleks
Titrasi ini diterapkan untuk membentuk ion logam
yang tidak bereaksi kurang memuaskan dengan
indikator metal ion logam mula – mula direaksikan
dengan baku EDTA yang kurang stabil, yaitu mg-
EDTA kemudian Mg2+ yang dilepas dititrasi
kembali dengan larutan baku EDTA dengan
indikator yang cocok menggunakan indikator
metal. Perubahan indikator berlawanan dengan
titrasi langsung dari biru menjadi merah.
4 Reaksi yang terjadi
4.1 Baku Primer dan Baku Pembakuan dinatrii edetat dengan zinc sulfat
Sekunder Zn2+ + H2Y2 → ZnY3- + 2H+
5 Pembuatan larutan
5.1 pembuatan larutan baku 500 ml ZnSO4 0,05 M (Mr = 287,54)
5.1.1 Baku Primer M = v x Mr x M = 500 x 287,54 x 0,05 = 1,4377
gr
1000 1000
Pembuatan :
1. Timbang seksama ZnSO4
2. Masukkan ke labu takar 500 ml
3. Larutkan dengan aquadest secukupnya
4. Tambah aquadest ad 500 ml
5.2.2 Baku Sekunder
2000 ml dinatrii edetat 0,05 (FI ed III 745) Mr =
372,2
M = v x Mr x M = 2000 x 372,2 x 0,05 = 37,22 gr
1000 1000
Pembuatan :
1. Timbang EDTA 37,22
2. Masukkan ke dalam botol coklat
3. Masukkan aquadest, larutkan
5.2 Pembuatan Indikator 4. Tambah aquadest ad 2000 ml
E. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan yaitu
F. Lampiran
PENETAPAN KADAR KALSIUM LAKTAT DALAM LAKTOSA
A. LANDASAN TEORI
atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini
pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam
tinggi.
Selain titrasi kompleks biasa seperti di atas dikenal juga kompleksometri yang dikenal
EDTA merupakan salah satu jenis asam amino polikarboksilat EDTA sebenarnya
adalah ligan seksidentat yang terdapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua
nitrogen dan keempat gugus karboksilnya atau disebut ligan multidentat yang menagndung
(EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen
Penetapan titik akhir titrasi digunakan indikator biru hidroksi naftol yaitu indikator
yang membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ikatan kompleks antara indikator
dan logam harus lebih lama daripada ikatan kompleks antara larutan titer dan ion logam.
Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan larutan kompleks indikator.
Indikator yang banyak digunakan dalam kompleksometri adalah biru hidroksi naftol.
B. MONOGRAFI BAHAN
Kalsium laktat mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0 %
Syarat Kadar : Kalsium laktat mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
Pemerian : Serbuk atau granul putih, praktis tidak berbau, bentuk pentahidrat sedikit
Kelarutan : Kalsium laktat pentahidrat larut dalam air, praktis tidak larut dalam
etanol.
C. PROSEDUR KERJA
3. Alat dan Bahan
Alat
1. Erlenmayer
2. Beaker Gelas
3. Pipet gondok
4. Pipet volume
5. Sendok spatula
6. Pipet tetes
7. Buret
8. Tiang Penyangga Buret
9. Timbangan Analitik
10. Labu takar
11. Gelas ukur
Bahan
6. Baku Primer : ZnSO4
7. Baku Sekunder : Dinatrii Edetat
8. Aquadest
9. Indikator Asam Kalkon Karboksilat Campur P
10. Larutan dapar
11. NaOH
12. HCl P (10%)
13. Sampel Kalsium Laktat
4. Tabel Pengamatan
5. Pembuatan Larutan
5.1 Pembuatan larutan
baku ml ZnSO4 0,1 N
5.1.1 Baku primer N X BE X Mr X Volume
Gram =
1000
Pembuatan :
6. Timbang seksama sejumlah ZnSO4 yang telah
dihitung
7. Masukkan dalam labu takar
8. Tambahkan sejumlah aquadest, kocok ad larut
9. Tambahkan aquadest ad ml
10. Lalu kocok dan ad homogen
5.1.2 Baku sekunder ml Na2 EDTA 0,05 N (FI Edisi III hal 745)
Pembuatan :
5. Timbang seksama sejumlah Na2 EDTA
6. Masukkan ke dalam labu takar
7. Tambahkan sejumlah aquadest kocok ad larut
5.2 Pembuatan Indikator A. Kalkon Campur (FI Edisi III hal 693)
Campur 100 mg Kalkon P dengan 10 gr NaSO4
anhidrat P
B. As. Kalkon Karboksilat Campur P (FI edisi III)
Campur 100 mg As. Kalkon Karboksilat Anhidrat P
dengan 10 gr NaSO4 anhidrat P
C. Biru Naftol
CHNO5 diendapkan pada hablur NaCl P
5.3 Larutan Buffer Dapar ammonia pH 10 (FI Edisi III hal 665)
Larutkan 7,0 gr NH4Cl P dalam 65 ml ammonia P,
encerkan dengan air secukupnya ad 100 ml
10.2.2 Titrasi Penetapan Volume dinatrii edetat untuk Titrasi Kalsium Laktat
kadar V1 =
V2 =
V3 =
10.3 Data-data
Perhitungan
10.3.1 Normalitas Baku gr x 1000
N BP = =
Primer BE X Mr x Vol
V BP x N BP
N BS = =
V BS
10.3.2 Normalitas Baku
Sekunder
C. Massa 3
V 3 X N BS X Kesetaraan
m3 = =
0,05
Kadar massa 3
m3
= x 100 % =
penimbangan
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan: Jakarta.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Hal. 124-126.
Sudjadi, dan Rohman, A. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Gadjah Mada University: Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan: Jakarta.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Hal. 124-126.
Sudjadi, dan Rohman, A. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Gadjah Mada University: Yogyakarta.
BAB 1
PENDAHULUAN
Teori Umum
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah diazotasi (nitrimetri).
Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin
aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini diperoleh
dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam. Sudah kita lihat bahwa dalam
titrasi redoks ada dua jenis indikator, indikator khusus yang bereaksi dengan salah satu
komponen yang bereaksi, dan indikator oksidasi reduksi yang sebenarnya tidak
tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada potensial larutan selama titrasi.
Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran dan titrat,
dengan perkataan lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut. Bila potensial peralihan
indikator tergantung dari pH, maka juga harus diusahakan agar pH tidak berubah selama
titrasi berlangsung (Harjadi, 2003: 227).
Titrasi nitrimetri merupakan titrasi yang dipergunakan dalam analisa senyawa-
senyawa organik, khususnya untuk persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat
didasari oleh reaksi antara fenil amina primer (aromatic) dengan natrium nitrit dalam
suasana asam menbentuk garam diazonium. Reaksi ini dikenal dengan reaksi diazotasi
(Ghalib dan Rahman, 2007: 80).
Titrasi nitrimetri didasarkan pada pembentukan garam diazonium dari gugus amin
aromatis bebeas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit diperoleh
dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam (Watson, 2010: 65).
Titrasi diazotasi ini sangat sederhana dan sangat berguna untuk enetapkan kadar –
kadar senyawa antibiotik sulfonamida dan juga senyawa – senyawa anasetika lokal
golongan asam amina benzoat. Metode titrasi diazotasi disebut juga nitrimetri yaitu
metode penetapan kadar secara kualitatif dengan menggunakan larutan baku NaNO₂.
Metode ini didasarkan pada reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina aromatik primer
dengan asam nitrit dalam suasanaasam membentuk garam. Titik akhir titrasi diazotasi
tercapai apabila pada penggoresan larutan yang dititrasi pada pasta kanji iodida atau
kertas kanji iodida akan terbentuk warna biru juga (Ghalib dan Rahman, 2007: 81).
Nitrimetri merupakan cara analisa volumetri yang berdasarkan pada reaksi
pembentukan garam diazonium. Garam diazonium itu terbentuk dari hasil reaksi antara
senyawa yang mengandung gugus amin aromatis bebas, pada suhu di bawah 15°C dalam
senyawa asam. Titrasi diazotasi berdasarkan pada pembentukan garam diazonium dari
gugus amin aromatis bebas yang direaksikan dengan asam nitrit, dimana asam nitrit ini
diperoleh dengan cara mereaksikan natrium nitrit dengan suatu asam (Harjadi, 2003: 79).
Jenis titrasi diazotasi yang cukup sederhana untuk dilakukan dan sangat berguna
untuk analisis antibiotik sulfonamida dan anastatik lokal turun asam benzoat. Titrasi
dilakukan dengan menggunakan natrium nitrit yang diasamkan, menyebabkan fungsi
amih aromatik primer diubah menjadi garam diazonium, seperti pada reaksi
sulfasetamina dengan asam nitrit (Watson, 2010: 67).
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada reaksi diazotasi (Wunas, 2003: 105):
1. Suhu. Titrasi diazotasi sebaiknya dilakukan pada suhu rendah, lebih kecil dari 15°C
karena asam nitrit yang terbentuk dari reaksi natrium nitrit dengan asam tidak stabil
dan mudah terurai, dan garam diazonium yang terbentuk pada hasil titrasi juga tidak
stabil.
2. Kecepatan reaksi. Reaksi titrasi amin aromatis pada reaksi diazotasi barjalan agak
lambat, titrasi sebaiknya dilakukan secra perlahan-lahan, dan reaksi diazotasi dapat
dikatalisa dengan penambahan natrium dan kalium bromida sebagai katalisator.
Sudah kita lihat bahwa dalam titrasi redoks ada dua jenis indikator, indikator khusus
yang bereaksi dengan salah satu komponen yang bereaksi, dan indikator oksidasi reduksi
yang sebenarnya tidak tergantung dari salah satu zat, tetapi hanya pada potensial larutan
selama titrasi.Pemilihan indikator yang cocok ditentukan oleh kekuatan oksidasi titran dan
titrat, dengan perkataan lain, potensial titik ekivalen titrasi tersebut.Bila potensial
peralihan indikatortergantung dari pH, maka juga harus B.diusahakan agar pH tidak
berubah selama titrasi berlangsung (Marzuki, 2013: 84).
Sudah kita lihat bahwa dalaam titrasi redoks ada dua jenis indikator, indikator yang
kkhusus bereaksi dengan salah satu komponen yang bereaksi dan indikator oksidasi
reduksi yang tidak tergantung dari salah satu at tetapi hanya pada potensian larutan selama
titrasi. Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat
organik dan zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian agar tirasi
redoks ini berhasil dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi Harus tersedia
pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga terjadi pertukaran elektron secara
stokhiometri, Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur
(kesempurnaan 99%), Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai (Marzuki,
2013: 93).
Dalam titrasi diazotasi, digunakan dua macam indikator, yaitu indikator dalam dan
indikator luar.Sebagai indikator dalam digunakan campuran indikator tropeolin oo dan
metilen biru, yang mengalami perubahan warna dari ungu menjadi biru kehijauan.
Sedangkan untuk indikator luarnya digunakan kertas kanji iodida. Indikator Dalam,
Terdiri dari campuran 5 tetes tropeolin 00 0,1% dalam air dan 3 tetes larutan biru metilen
0,1% dalam air. (Wunas, 2003: 106).
Indikator Luar, Yaitu Indikator pada pasta kanji-jodida yang dibuat dengan cara
melarutkan 0,75 gram kalium jodida dalam 5 ml air dan 2 gram zink klorida dalam 10 ml
air, campurkan larutan itu dan tambahkan 100 mililiter air, panaskan sampai mendidih
dan tambahkan sambil diaduk terus suspense 5 gram pati dalam 35 ml air, didihkan
selama 2 menit dan dinginkan. Kanji jodida harus disimpan dalam wadah yang tertutup
baik dan diletakkan ditempat yang sejuk (Susanti, 2003: 72)
N Prosedur Keterangan
o
1 Metode Penetapan Kadar Nitrimetri
2 Sampel INH (Isoniazid)
3 Prinsip Penetapan Kadar PembentukanGaramDiazonium (Diazotasi)
4 Reaksi Yang Terjadi
4.1 Baku Primer dan Baku NaNO2denganAsamSulfanilat
Sekunder
5 Pembuatan Larutan
5.1 Pembuatan Larutan Baku
C. Massa3
v x N BS x kesetaraan ❑
= = 0,1
0,1
= g
m. sebenarnya
% Kadar = x 100 %
penimbangan
=❑
❑ x 100 % = %
❑
Kadar rata-rata = 3
= %
10.3.4Kadar
Sebenarnya
10.3.5Penyimpangan Kadar Sebenarnya−Kadar rata−rata
= x 100 %
Kadar Sebenarnya
=
B. MONOGRAFI
1.Sulfanilamida (Depkes RI, 1979)
Rumus bangun :
Kelarutan : Larut dalam 200 bagian air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
agak sukar larut dalam etanol (95%) P dan sangat sukar larut dalam kloroform P
Kegunaan : Antibakteri
RM/BM : NaNO2/69,00
Pemerian : Hablur atau granul, tidak berwarna atau putih kekuningan rapuh
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam etanol 95 % P
Kelarutan : Larut dalam lebihkurang 3500 bagian air, dalam 12 bagian etanol
(96%)P, dalam lebihkurang 80 bagian gliserol dalam kloroform P.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih;
larut dalam etanol (95%) P, mudah larut dalam gliserol P
Kegunaan : Antijamur
C. PROSEDUR KERJA
4. Titrasi perlahan-lahan dengan NaNo2 0,1 N sampai warna biru setelah didiamkan 1 menit
pada lempeng porselen yang telah ditetesi ujung tabung pengaduk yang dicelupkan pada
larutan titrasi
5. Lakukan 3x titrasi
a. Alat
2. Biuret 25 ml
3. Erlenmeyer 250 ml
4. Gelas kimia 100 ml
5. Pipet tetes
6. Pipet ukur 5 mL
7. Timbangan analitik
8. Botol semprot
9. Sendok besi
10. Porselen
a. Bahan
ii. Sulfanilamid
iii. Natrium Nitrat
iv. Larutan kanji
v. Kalium Iodida
vi. Methylenblue
vii. Trepeolin
1. Tabel Pengamatan
NO PROSEDUR KETERANGAN
1. Metode Penetapan Kadar Nitrimetri
2. Sampel Sulfanilamid
3. Prinsip Penetapan Kadar Pembentukan garam diazonium (diazotasi)
4. Reaksi yang terjadi
4.1 Baku primer dan baku Reaksi NaNO2 dengan asam sulfanilamid
sekunder
D. KESIMPULAN
LAMPIRAN