a. Pembebanan
Beban sendiri profil = 9,12 kg/m
Beban hidup sendiri = 100,00 kg/m +
qt = 109,12 kg/m
λ 𝐿
= H −hs
𝐻
3 𝐿
= 5,7 −1,2
5,7
3 𝑥 4,5
𝐿 = 5,7
L = 2,37 m
1
Mlapangan = .q.L2
8
1
= x 109,12 kg/m x (2,37 m)2
8
= 76,61 kg.m
= 7,661 kN.m
c. Cek kelangsingan penampang
𝐷 76,3
- λ = = = 18,17 mm
𝑡 4,2
𝐸
- λp = 0,07 x
𝑓𝑦
200000
= 0,07 x
240
= 58,33 mm
Karena λ < λp maka penampang kompak
1
I = π ( D4 – Di4)
64
1
= 3,14 ( 76,34 – 57,94 )
64
= 1278616 mm4
= 127,86 cm4
𝐼
S =
0,5 𝑥𝐷
127,86 𝑐𝑚4
=
0,5 𝑥 7,63 𝑐𝑚
= 33,52 cm3
=33520 mm3
1
Z = (D3 – Di3)
6
1
= (76,33 – 57,93)
6
= 12234,87 mm3
= 12,234 cm3
Mn = My = fy x S
= 240 N/mm2 x 33520 mm3
= 8044800 Nmm
= 8,0448 kN.m
Mp = fy x Z
= 240 N/mm3 x 12234,87 mm3
= 2936368,8 Nmm
= 2,936 kNm
Maka momen desain (Mdesain )
Mdesain = Ø x Mn
= 0,90 x 2,165
= 1,948 kN.m > Mu = 8,217 kN.m
0,06 m
0,20 m
1,5 m
10 10
6 6
20 20
50 cm 30 cm
b a
c) Beban angin
Muatan angin merupakan muatan sekunder. Berdasarkan PPPJJR – 1987,
tekanan angin diambil sebesar 150 kg/m2. Luas bidang beban hidup yang
bertekanan angin ditetapkan setinggi 2 m diatas kendaraan, sedangkan
jarak as roda kendaraan adalah 1,75 m. Reaksi roda akibat angin :
1
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑒𝑙.𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑥 𝑏.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑥 ( 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛)
2
RA = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑠 𝑟𝑜𝑑𝑎
2,55 𝑥 2 𝑥 0,15 𝑥 1
= = 0,43 ton
1,75
Beban angin akan menyebar dengan beban akibat muatan hidup sehingga
beban menjadi beban hidup + beban angin :
P = 10 ton + 0,43 ton
= 10,43 ton
a. Beban mati
Berat beban mati konstruksi yang direncanakan adalah:
Berat Trotoar = 0,20 x 2,4 t/m3 = 0,48 t/m2
Berat Air Hujan = 0,05 x 1,0 t/m3 = 0,05 t/m2
+
q = 0,53 t/m2
b. Beban hidup
Menurut PPPJJR – 1987, muatan hidup untuk konstruksi trotoar
diperhitungkan sebesar 500 kg/m2. Beban hidup ini disebarkan seluas :
= beban trotoar (lebar trotoar x jarak gelagar melintang)
= 500 ( 1 x 4 )
= 2000 kg
= 2 ton
Dari pembebanan lantai kendaraan dan trotoar dapat ditabelkan sebagai
berikut:
MIx = + 0,001.q.Lx2.x x = 42
= + 0,001 x 0,662 x (1,5)2 x 42
= + 0,0625
MIy = + 0,001.q.Lx2.x x=8
= + 0,001 x 0,662 x (1,5)2 x 8
= + 0,011
Mtx = - 0,001.q.Lx2.x x = 83
= - 0,001 x 0,662 x (1,3)2 x 83
= - 0,123
Mty = - 0,001.q.Lx2.x x = 57
= - 0,001 x 0,662 x (1,3)2 x 57
= - 0,084
b. angin dan beban hidup
Dihitung berdasarkan PBI – 1971 pasal 13.4.3, momen negative
rencana harus dianggap menangkap pada bidang muka tumpuan persegi,
dimana tumpuan – tumpuan bulat atau bentuk lain harus dianggap sebagai
tumpuan bujur sangkar dengan luas yang sama.
Keadaan I
Plat menerima satu roda ( ditengah plat )
a = 62 cm
b = 82 cm
Berada ditengah – tengah diantara kedua tepi yang tidak ditumpu untuk
Ly > 3 x r x Lx r = ½ ( tumpuan jepit)
2,55 > 3 x ½ x 1,5
2,55 > 2,25
Sehingga :
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Lx (Sa) dicari :
3 3
Sa = .a + r.Lx
4 4
3 3 1
= .0,62 + . . 1,5
4 4 2
= 1,0275 m
Sehingga :
𝑀𝑜
MLx =
𝑆𝑎
3,9
=
1,0275
= 3,79 tm/m
Sehingga :
𝑀𝐿𝑥
MLy = 4𝑎
1+ 3𝐿𝑥
3,79
= 4 . 0,62
1+ 3(1,5)
= 2,44 tm/m
Keadaan II
Beban terpusat dua roda simetris terhadap sumbu plat
Sehingga :
𝑀𝑜
MLx =
𝑆𝑎
3,91
=
1,652
= 2,36 tm/m
sehingga
𝑀𝐿𝑥
MLy = 4𝑎
1+ 3𝐿𝑥
2,36
= 4 . 0,62
1+ 3(1,5)
= 1,52 tm/m
Momen akibat roda B :
Untuk :
Ly > r x Lx r = ½ ( tumpuan jepit)
2,55 > ½ x 1,5
2,55 > 0,75
Sehingga :
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Lx (Sa) dicari :
3 1
Sa = .a + r.Lx + v
4 4
3 1 1
= .0,62 + . . 1,5 + 3,3
4 4 2
= 3,952 m
Sehingga :
𝑀𝑜
MLx =
𝑆𝑎
3,91
=
3,952
= 0,989 tm/m
Momen diarah bentang Ly ( momen positif ) :
Ly > 2 x Lx
2,55 >2 x 1,5
2,55 > 3
Sehingga :
𝑀𝐿𝑥
MLy = 4𝑎
1+ 3𝐿𝑥
0,989
= 4 . 0,62
1+ 3(1,5)
= 0,637 tm/m
A 2,36 1,52
B 0,989 0,637
Kesimpulan :
1. Dengan memperhatikan kedua keadaan tersebut diatas dapat ditabelkan
sebagai berikut :
I 3,79 2,44
II 2,36 1,52
Dari tabel tersebut dipilih keadaan I ( diambil momen maksimum yang lebih
besar), yaitu:
MLx = 3,79 tm/m
MLy = 2,44 tm/m
2. Momen yang terjadi seluruhnya pada plat lantai ( akibat beban mati ) +
(beban hidup + beban angin) adalah :
MLx = 0,0625 + 3,79 = 3,852 tm = 38,52 kNm
MLy = 0,011 + 2,44 = 2,451 tm = 24,51 kNm
Mty = - 0,123 = - 0,123 kNm
Mtx = - 0,084 = - 0,84 kNm
Maka :
Untuk tulangan lapangan D – 14
Tinggi efektif arah x (dx) D – 14 =h–d–½Ø
= 200 – 50 – ½ 14
= 143 mm
Tinggi efektif arah y (dy) D – 14 = h – d – D – ½ 14
= 200 – 50 – 14 – ½ 14
= 129 mm
38,52 𝑥106
=
0,8 𝑥 1000 𝑥1432
= 2,354 kNm2
= 0,0068 = 0,0070
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0038
𝑓𝑦 365
0,85.𝑓𝑐 600
ρb = β ( 𝑓𝑦 ) (600+𝑓𝑦)
0,85 𝑥 25 600
= 0,85 ( ) ( )
365 600+365
= 0,030
ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,030
= 0,0225
Dengan :
1001
Jumlah tulangan (n) = = 6,50 ~ 7 batang
153,86
1000 1000
Jarak tulangan (s) = = = 166,67 ~ 160 mm
𝑛−1 7 −1
Jadi, digunakan tulangan D14 – 140 mm
0,123 𝑥106
=
0,8 𝑥 1000 𝑥1432
= 0,075 kNm2
= 0,0002
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0038
𝑓𝑦 365
0,85.𝑓𝑐 600
ρb = β ( 𝑓𝑦 ) (600+𝑓𝑦)
0,85 𝑥 25 600
= 0,85 ( ) (600+365)
365
= 0,030
ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,030
= 0,0225
Dengan :
543,4
Jumlah tulangan (n) = = 3,53 ~ 4 batang
153,86
1000 1000
Jarak tulangan (s) = = = 350 mm
𝑛−1 4−1
Jadi, digunakan tulangan D14 – 350 mm
b. Ditinjau terhadap arah y (dy) :
1. Tulangan untuk lapangan
𝑀𝑢
k =
∅𝑥𝑏𝑥𝑑 2
24,51 𝑥106
=
0,8 𝑥 1000 𝑥1432
= 1,50 kNm2
= 0,0042
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0038
𝑓𝑦 365
0,85.𝑓𝑐 600
ρb = β ( 𝑓𝑦 ) (600+𝑓𝑦)
0,85 𝑥 25 600
= 0,85 ( ) (600+365)
365
= 0,030
ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,030
= 0,0225
Dengan :
600,6
Jumlah tulangan (n) = = 3,9 ~ 4 batang
153,86
1000 1000
Jarak tulangan (s) = = = 350 mm
𝑛−1 4−1
Jadi, digunakan tulangan D14 – 350 mm
0,84 𝑥106
=
0,8 𝑥 1000 𝑥1432
= 0,051 kNm2
= 0,00013
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0038
𝑓𝑦 300
0,85.𝑓𝑐 600
ρb = β ( 𝑓𝑦 ) (600+𝑓𝑦)
0,85 𝑥 25 600
= 0,85 ( ) (600+365)
365
= 0,030
ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,030
= 0,0225
Kontrol rasio penulangan :
ρmin < ρ < ρmax
0,0038 < 0,00013< 0,0225 ...................... Not ok!
Jadi, digunakan ρmin = 0,0038
As = ρmin x b x d
= 0,0038 x 1000 x143
= 543,4 mm2
Direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm:
Astul = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 142
= 153,86 mm2
Dengan :
543,4
Jumlah tulangan (n) = = 3,53 ~ 4 batang
153,86
1000 1000
Jarak tulangan (s) = = = 350 mm
𝑛−1 4−1
Jadi, digunakan tulangan D14 – 350 mm
Mu K As Tulangan
Momen ρ ρ min
(kNm) (kNm2) (mm2) Dipakai
1 2 3 4 5 6 7
Mlx 38,52 2,354 0,0070 0,0038 1001 D14-140
Mly 24,51 1,50 0,0042 0,0038 600,6 D14-350
Mtx 0,123 0,075 0,0002 0,0038 543,4 D14-350
Mty 0,84 0,051 0,00013 0,0038 543,4 D14-350
4m
b b
m a a a
= 0,415 t/m
qeq tipe a :
1
qeq = 3x Lx x q
1
= 3 x 1,3 x 0,662
= 0,287 t/m
1. Pembebanan
a. Beban mati
- Berat sendiri profil = 0,072 t/m
- Berat lantai = 2 x qeq tipe b
= 2 x 0,415
= 0,830 t/m
- q = 0,072 + 0,830
= 0,902 t/m
- momen yang timbul:
Mmaks = 1/8.q.l2
= 1/8 x 0,902 x 42
= 1,804 tm
- gaya lintang yang timbul
Dmaks = 1/2 .q.l
= ½ x 0,902 x 4
= 1,804 t
b. beban hidup
Menurut PPPJJR – 1987 beban hidup pada jembatan yang
harus ditinjau dinyatakan dalam dua macam, yaitu beban “T”
yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan dan
beban “D” yang merupakan beban lajur untuk gelagar.
Kemudian dari pembebanan tersebut diambil beban yang
maksimum
Beban “D” ata beban jalur adalah susunan beban pada
setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata
sebesar “q” t/m panjang perjalur. Beban “D” adalah seperti
yang tergambar pada gambar berikut :
beban garis P = 12 t
beban terbagi rata q t/m
1 jalur
= 0,874 t/m
2. Muatan garis (P)
Menurut PPPJJR – 1987 beban garis diambil 12 ton, untuk
jembatan kelas 1 P diambil 100 %
P = 100 % x 12 = 12 ton
12 𝑡
Beban garis (p) = x 1,3 m = 5,20ton
2,75 𝑚
= 16,80 tm
Gaya lintang yang timbul :
1 1
Dytb = K ( P + q . Ly)
2 2
1 1
= 1,222 (2 x 12 + 2 x 0,874 x 4)
= 9,468 tm
c. Muatan angin
Besarnya tekanan angin w = 150 kg/m2, dan luas bidang
yang menerima tekanan angin (h) setinggi 2 m diatas lantai
kendaraan (PPPJJR - 1987), jarak gelagar melintang 4,00 m,
jarak as ke as roda 1,75 m.
Reaksi pada roda akibat angin :
1
(𝑗𝑟𝑘 𝑔𝑒𝑙.𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔)𝑥 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛)𝑥 (𝑏.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛) 𝑥 ( 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛
2
A= 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑠 𝑟𝑜𝑑𝑎
1
4,00 𝑥 2 𝑥 0,15 𝑥 2
2
= = 0,685 ton
1,75
d. Muatan gempa
Pengaruh gempa bumi pada jembatan diperhitungkan
senilai dengan suatu pengaruh gaya horizontal yang bekerja
pada titik berat konstruksi yang paling berbahaya. Untuk
wilayah Aceh memiliki daerah gempa VI dengan koefisien
gempa bumi 0,30 (berdasarkan RSNI-T-02-2005). Berdasarkan
PPPJJR-1987, pengaruh gempa bumi pada jembatan
diperhitungkan senilai dengan suatu pengaruh gaya horizontal
yang bekerja pada titik berat konstruksi yang paling berbahaya.
Gaya horizontal tersebut ditentukan besarnya dengan rumus :
K = E.G
Dengan :
K = gaya horiontal
E = koefisien gempa bumi ( 0,30 untuk daerah gempa VI)
G = berat sendiri ; q = 0,856 t/m
Maka :
- Momen yang timbul
1
M = x K x Ly
4
1
= 4 x 1,082 x 4
= 1,082 tm
- Gaya lintang yang timbul :
1
D =2xK
1
= 2 x 1,056
= 0,541 t
f. Kombinasi pembebanan
1. Momen akibat beban mati ( M) = 1,804 tm
2. Momen akibat beban hidup (H) = 16,80 tm
3. Momen akibat beban angin (A) = 0,685 tm
4. Momen akibat beban gempa (G) = 1,082tm
5. Momen akibat rem dan traksi (R) = 0,894 tm
170 170
λp = = = 9,815
√𝑓𝑦 √300
1
Zx = b.tf (d - tf) + 4 tw ( d – 2 tf)2
1
= 250 x 14 ( 250 – 14 ) + 4 9 (250 – 2(14))2
= 936889 mm3
Mp = Zx . fy
= 936889 mm3x 300 N/mm2
= 281066700 N.mm
= 28,106 ton.m
Mp ( 28,106 ton.m) > Mu/Ø (18,604 / 0,90 = 20,671 ton.m)
0,952< 1,375
Dari hasil pengecekan diatas semuanya telah memenuhi
syarat -syarat, maka profil H 250 x 250 x 9 x 14 dengan berat
profil 72,36 kg/m dapat digunakan untuk gelagar memanjang.
3.5.2 Perencanaan gelagar melintang
Direncanakan :
Jarak antara gelagar memanjang : 1,3 m
Jarak antara gelagar melintang : 4,00 m
Lebar trotoar :2x1m
1. Pembebanan
a. Beban mati
- Berat sendiri profil = 0,243 t/m
- Berat lantai = 2 x qeq tipe a
= 2 x 0,287
= 0,574 t/m
- q = 0,243 + 0,574
= 0,817 t/m
b. Beban hidup
Menurut PPPJJR-1987, beban hidup berupa muatan D yang
terdiri dari muatan terbagi rata ( q ) dan muatan garis ( P ).
hidup
Untuk beban harus ditinjau terhadap gelagar tepi dan
gelagar tengah. Kemudian dari pembebanan tersebut diambil
beban yang maksimum. Menurut PPPJJR-1987 beban “D”
ataubeban jalur adalah susunan beban pada setiap beban lalu
lintas yang terdiri dari beban q (beban jalur ) t/m dan P (ton
perjalur). Karena lebar lantai kendaraan > dari 5,5 m, maka
beban D sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,5
m sedangkan lebar selebihnya hanya dibebani 50 % beban D.
b. Muatan garis ( P )
Menurut PPPJJR-1987, beban garis ( P ) diambil 12 ton.
untuk jembatan kelas A, P diambil 100 %
P = 100 % x 12
= 12 t
12
P = x 100 % = 4,364 t
2,75
12
P = x 50 % = 2,182 t
2,75
CL
q1 q2 q3 q4 q3 q2 q1
Pelimpahan beban :
q1 = berat gelagar melintang
= 0,243 t/m
q2 = berat sendiri gel. Melintang + berat plat lantai
= 0,243 + 0,574
= 0,817 t/m
q3 = q2 + beban terbagi rata 50%
= 0,817 + 1,466
= 2,283 t/m
q4 = q2 + beban terbagi rata 100 %
= 0,817 + 2,933
= 3,750t/m
Reaksi tumpuan :
1
RA = RB = 2 [(2 x q1 x 0,10) + (2 x q2 x 1) + (2 x q3 x 0,75) +
(q4 x 5,5)
1
= 2 [(2 x 0,243 x 0,10) + (2 x 0,817 x 1) + (2 x
50% 100%
P1 P2 P2 P2 P2 P1
x1 = 0,15m
Pelimpahan beban :
Beban terpusat :
- Beban trotoar :
Beban hidup trotoar = 60% x 0,5 x 1 x 4 = 1,20 t
Berat sendiri trotoar = 0,48 x 1 x 4 = 1,92 t +
q = 3,12 t
- Beban lantai kendaraan
Berat plat lantai ( b ) = 0,574 x 4 = 2,296 t
- Beban terpusat 50 %
x = 0,75 m 2,182 x 0,75 x 4 = 6,546 t
- Pelimpahan beban :
P1 = berat gelagar memanjang + plat lantai + berat trotoar +
berat 50% + berat 100 %
= 0,288 + 2,296 + 3,12 + 6,546 + 2,618
= 14,868 t
P2 = berat gelagar memanjang + plat lantai + berat 100 %
= 0,288 + 2,296 + 22,692
= 25,276 t
e. Beban angin
Besarnya tekanan angin w = 150 kg/m2, dan luas bidang
yang menerima tekanan angin (h) setinggi 2 m diatas lantai
kendaraan ( PPPJJR – 1987), gelagar melintang 3 m jarak as
ke roda 1,75 m
Reaksi pada roda akibat angin :
1
(𝑗𝑟𝑘 𝑔𝑒𝑙.𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔)𝑥 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛)𝑥 (𝑏.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛) 𝑥 ( 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛
2
A= 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑠 𝑟𝑜𝑑𝑎
1
4,00 𝑥 2 𝑥 0,15 𝑥 2
2
= = 0,685 ton
1,75
f. Gaya rem
Berdasarkan PPPJJR – 1987, besarnya gaya ini
diperhitungkan 5 % dari muatan D tanpa koefisien kejut dan
dianggap bekerja horizontal dengan titik tangkap setinggi h =
1,80 m diatas lantai kendaraan.
Jarak gaya yn bekerja adalah :
H = h + ta + ts
= 1,8 + 0,06 + 0,20
= 2,06 m
g. Kombinasi beban
Dari kombinasi beban gelagar memanjang diketahui bahwa
yang menentukan adalah kombinasi I :
Momen total = Mmaks + Mmaks + A + R
= 38,824 + 190,164 + 0,685 +7,851
= 237,524 tm
Gaya lintang total = Dmaks + Dmaks + A + R
= 13,288 + 65,420 + 0,342 + 1,906
= 80,956 ton
170 170
λp = = = 9,815
√𝑓𝑦 √300
1
Zx = b.tf (d - tf) + 4 tw ( d – 2 tf)2
1
= 300 x 28 ( 900 – 28 ) + 4.16 . (900 – 2(28))2
= 10174144 mm3
Mp = Zx . fy
= 10174144 mm3 x 300N/mm2
= 3052243200 N.mm
= 305,22 ton.m
Mp (305,220 tm) > Mu/Ø (237,524 / 0,90 = 263,916 tm)
1,082< 1,375
Dari hasil pengecekan diatas semuanya telah memenuhi
syarat -syarat, maka profil H 900 x 300 x 16 x 28 dengan berat
profil 243,19 kg/m dapat digunakan untuk gelagar melintang.
b. Berat sandaran
Beban – beban yang bekerja adalah :
Sandaran digunakan pipa baja berdiameter 60,5 mm
Berat profil = 2 ( 40 x 5,31 kg/m )
= 424,8 kg
- Type pengaku sandaran yaitu CNP – 12 dengan berat 13,4 kg
- Berat baut dan pengikat diasumsikan 10 % dari berat sandaran
= 10% x 424,8 kg
= 42,48 kg
= 25,994 ton
= 15,295 ton
= 76,475 ton
= 5,884
1,1
q = 2,2 t/m – x (L – 30 ) t/m untuk 30 m < L < 60 m
60
1,1
= 2,2 t/m - x (40 – 30) t/m = 2,017 t/m
60
b. Beban garis
Menurut PPPJJR-1987, beban garis ( P ) diambil 12 ton untuk
jembatan kelas A, P diambil 100 %
P = 100 % x 12 t
= 12 t
Untuk menghitung beban garis maka “P” harus dikalikan dengan
koefisien kejut Menurut PPPJJR – 1987, koefisien kejut ditetapkan sebagai
berikut :
20
K=1+
50+𝐿
20
=1+
50+40
= 1,22
Gaya – gaya batang akibat beban hidup “D” ( beban terbagi rata dan
beban terpusat) dihitung dengan menggunakan metode garis pengaruh
dengan ketentuan P = 1 ton yang bergerak sepanjang jembatan. Beban P
tersebut ditentukan pada momen masing – masing ordinat.
𝑋 ( 𝐿 –𝑋)
Rumus, Y =
𝐿 𝑥𝐻
1. Perhitungan garis pengaruh batang atas (A)
a. Garis pengaruh batang A1 = A10 beban P = 1 ton diletakkan pada titik
II
4 ( 40−4)
Ya1 =Ya10= = 0,514 (-)
40 𝑥 7
r
y
α
x
x =4m
y =7m
untuk mencari nilai r maka dapat dihitung menggunakan teorima
phytagoras
simir2 = jumlah kuadrat kedua sisi yang lain
r2 = x2 + y2
r2 = 42 + 72
r2 = 65
r = √65
r = 8,062
𝑦 7
sin α = = = 0,868
𝑟 8,062
Untuk perhitungan gaya batang yanng lain dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Nomor Batang P Y Q F Gb
D1 = D10 3,993 1,036 2,80 20,72 62,153
D2 = D9 3,993 0,922 2,80 18,44 55,314
D3 = D8 3,993 0,807 2,80 16,14 48,414
D4 = D7 3,993 0,691 2,80 13,82 41,455
D5 = D6 3,993 0,576 2,80 11,52 34,556
Nomor Batang P Y Q F Gb
V1 = V11 3,993 0,000 2,80 0 0,000
V2 = V10 3,993 1,036 2,80 20,72 62,153
V3 = V9 3,993 0,922 2,80 18,44 55,314
V4 = V8 3,993 0,807 2,80 16,14 48,414
V5 = V7 3,993 0,691 2,80 13,82 41,455
V6 3,993 0,576 2,80 11,52 34,556
Maka gaya batang akibat beban hidup dapat ditabelkan sebagai berikut:
Reaksi tumpuan yang timbul akibat tekanan angin pada gelagar utama
adalah:
(𝑤𝑏𝑟 𝑥 ℎ𝑏𝑟)+ (𝑤𝑚 𝑥 ℎ𝑚)+ (𝑤𝑟 𝑥 ℎ𝑟)
K=
𝑏
(18900 𝑥 3,50)+ (12000 𝑥 1,00)+ (2400 𝑥 0,30)
K=
9,2
= 8572,83 kg
= 8,573 t
= 0,330
Gaya batang akibat berat lantai kendaraan dihituung dengan rumus :
Sx = f x s
Dengan;
Sx = gaya batang akibat berat lantai kendaraan dan lainnya
f = faktor perbandingan reaksi tumpuan akibat berat lantai
kendaraan dengan reaksi tumpuan akiat berat sendiri gelagar
utama
s = berat batang akibat gelagar sendiri
Maka gaya batang akibat beban angin dapat ditabelkan sebagai berikut: