Anda di halaman 1dari 60

BAB III

ANALISA DAN PERHITUNGAN

3.1 Data Perhitungan


Diketahui data perhitungan sebagai berikut :
- Jarak titik buhul (λ) =3m
- Tinggi jembatan (H) = 5,7 m
- Panjang jembatan (L) = 12 x λ = 36 m
- Lebar lantai kendaraan ( b1 ) =6m
- Lebar trotoar ( b2 ) = 2 x 0,5 m
- Lebar Jembatan ( b = b1 + ( 2 x b2 ) =7m
- Tebal plat lantai ( ts ) = 20 cm
- Tebal plat trotoar ( tt ) = 0,20 m
- Tebal lapis aspal ( ta ) = 6 cm
- Mutu baja (Fy) = 240 Mpa
- Tinggi sandaran (hs) = 1,2 m

3.2 Perhitungan Sandaran


Sandaran direncanakan dari profil circular hollow2 inchi ( profil pipa )
yang disandarkan pada batang diagonal da ditahan oleh profil persegi. Tegangan
leleh yang direncanakan adalah fy = 240 Mpa. Posisi sandaran diperlihatkan pada
gambar dibawah ini :
Data – data profil dari tabel sebagai berikut :
D = 76,3 mm
t = 4,2 mm
d = 65,9 mm
q = 9,12 kg/m
I = 111,143 cm4
i = 2,520 cm
w = 19,332 cm3

a. Pembebanan
Beban sendiri profil = 9,12 kg/m
Beban hidup sendiri = 100,00 kg/m +
qt = 109,12 kg/m

b. Momen yang bekerja pada sandaran

λ 𝐿
= H −hs
𝐻
3 𝐿
= 5,7 −1,2
5,7

3 𝑥 4,5
𝐿 = 5,7

L = 2,37 m

1
Mlapangan = .q.L2
8
1
= x 109,12 kg/m x (2,37 m)2
8
= 76,61 kg.m
= 7,661 kN.m
c. Cek kelangsingan penampang
𝐷 76,3
- λ = = = 18,17 mm
𝑡 4,2
𝐸
- λp = 0,07 x
𝑓𝑦
200000
= 0,07 x
240
= 58,33 mm
Karena λ < λp maka penampang kompak

d. Cek momen ( momen desain > Mu)


Di = D – 2t
= 76,3 – 2(4,2)
= 67,9 mm

1
I = π ( D4 – Di4)
64
1
= 3,14 ( 76,34 – 57,94 )
64
= 1278616 mm4
= 127,86 cm4

𝐼
S =
0,5 𝑥𝐷

127,86 𝑐𝑚4
=
0,5 𝑥 7,63 𝑐𝑚

= 33,52 cm3
=33520 mm3

1
Z = (D3 – Di3)
6
1
= (76,33 – 57,93)
6
= 12234,87 mm3
= 12,234 cm3
Mn = My = fy x S
= 240 N/mm2 x 33520 mm3
= 8044800 Nmm
= 8,0448 kN.m

Mu = 1,5. Mlapangan = 1,5 x 8,0448 kN.m = 12,0672 kN.m

Mp = fy x Z
= 240 N/mm3 x 12234,87 mm3
= 2936368,8 Nmm
= 2,936 kNm
Maka momen desain (Mdesain )
Mdesain = Ø x Mn
= 0,90 x 2,165
= 1,948 kN.m > Mu = 8,217 kN.m

Jadi, profil sandaran yang digunakan Circular Hollow Section berdiameter


60,5 mm dan tebal 3,8 mm untuk railing (sandaran) dapat digunakan.

3.3 Perhitungan lantai kendaraan


Beban yang bekerja pada perencanaan pelat lantai adalah beban mati dan
beban hidup. Lantai jembatan terdiri dari dua jalur dan direncanakan dengan data
sebagai berikut :
Lebar lantai kendaraan :9m
Lebar lantai trotoar : 2 x 1 m direncanakan ruang bebas masing-
masing diambil 0,10 meter =10 cm.
Tebal lapisan aspal : 0,06 m
Tebal plat beton bertulang : 0,20 m
Untuk gelagar yang memanjang direncanakan 5 buah gelagar seperti pada
gambar berikut:

0,06 m
0,20 m

1,5 m

3.3.1 Pembebanan lantai


Lantai kendaraan pada konstruktsi jembatan ini terletak dibawah, terdiri
dari plat lantai beton bertulang. Untuk pembebanan maka dapat ditinjau terhadap :
a) Beban Mati
Menurut PPPJJR – 1987, nilai dari berat isi masing-masing material yaitu :
- Beton bertulang : 2,4 ton/m3
- Lapisan aspal : 2,2 ton/m3
- Air : 1,0 ton/m3
Berat beban mati konstruksi yang direncanakan adalah:
Beban plat lantai = 0,20 m x 2,40 t/m3 = 0,480 t/m2
Beban lapisan aspal = 0,06 m x 2,20 t/m3 = 0,132 t/m2
Beban air hujan = 0,05 m x 1,00 t/m3 = 0,050 t/m2
+
q = 0,662t/m2
b) Muatan Hidup
Untuk perhitungan lantai kendaraan, digunakan beban T yang merupakan
kendaraan truk dengan beban roda ganda sebesar 10 ton untuk jembatan kelas
I dengan bidang sebaran gaya antara ban dengan lantai berukuran 1,75 m x
4,00 m yaitu pada luas bidang penempatan gelagar memanjang dan
melintang.
Bidang kontak kendaraan untuk jembatan kelas I adalah 30 cm x 50 cm
dan menyebar dengan sudut 450 ( PPPJJR – 1967 ). Besar T diambil sebesar
100 % yaitu untuk jembatan permanen kelas I.

10 10

6 6
20 20

50 cm 30 cm
b a

T = 100 % x 10 ton = 10 ton


Penyebaran gaya untuk potongan memanjang lantai :
= U + 2 ( ½ tebal plat beton + tebal aspal )
= 30 + 2 ( ½ x 20 + 6 )
= 62 cm
Penyebaran gaya untuk potongan melintang lantai :
= v + 2 ( ½ tebal plat beton + tebal aspal )
= 50 + 2 ( ½ x 20 + 6 )
= 82 cm
Jadi luas bidang kontak setelah disebarkan ke lantai adalah 60 cm x 80 cm.
𝑇
Q =
𝑎𝑥𝑏
10
=
0,62 𝑥 0,82
= 19,67 t/m2

c) Beban angin
Muatan angin merupakan muatan sekunder. Berdasarkan PPPJJR – 1987,
tekanan angin diambil sebesar 150 kg/m2. Luas bidang beban hidup yang
bertekanan angin ditetapkan setinggi 2 m diatas kendaraan, sedangkan
jarak as roda kendaraan adalah 1,75 m. Reaksi roda akibat angin :
1
𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑔𝑒𝑙.𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑥 𝑏.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑥 ( 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛)
2
RA = 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑠 𝑟𝑜𝑑𝑎

2,55 𝑥 2 𝑥 0,15 𝑥 1
= = 0,43 ton
1,75

Beban angin akan menyebar dengan beban akibat muatan hidup sehingga
beban menjadi beban hidup + beban angin :
P = 10 ton + 0,43 ton
= 10,43 ton

3.3.2 Pembebanan trotoar


Dalam perencanaan ini diambil tebal plat trotoar 0,20 m, menggunakan
beton bertulang dengan Bj 2,4 t/m3 dan diambil tebal air hujan 0,05 m
dengan Bj air 1 t/m3.

a. Beban mati
Berat beban mati konstruksi yang direncanakan adalah:
Berat Trotoar = 0,20 x 2,4 t/m3 = 0,48 t/m2
Berat Air Hujan = 0,05 x 1,0 t/m3 = 0,05 t/m2
+
q = 0,53 t/m2

b. Beban hidup
Menurut PPPJJR – 1987, muatan hidup untuk konstruksi trotoar
diperhitungkan sebesar 500 kg/m2. Beban hidup ini disebarkan seluas :
= beban trotoar (lebar trotoar x jarak gelagar melintang)
= 500 ( 1 x 4 )
= 2000 kg
= 2 ton
Dari pembebanan lantai kendaraan dan trotoar dapat ditabelkan sebagai
berikut:

Kondisi Pembebanan Beban Mati t/m2 Beban Hidup (t)

I Lantai kendaraan 0,662 10,43


II Lantai Trotoar 0,53 2

3.3.3 Akibat beban Perhitungan Momen (selesai)


a. Akibat beban mati (berat sendiri)
q = 0,662 t/m2
ukuran plat = 2,55 m x 1,5 m
diasumsikan plat bertumpu pada keempat tepinya ( jepit – jepit)
Dengan Ly/Lx = 2,55 m /1,5 m = 1,7
Menurut Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, momen pada plat
dapat dihitung dengan peraturan tabel 13.3.1 (Skema II jepit – jepit)

MIx = + 0,001.q.Lx2.x x = 42
= + 0,001 x 0,662 x (1,5)2 x 42
= + 0,0625
MIy = + 0,001.q.Lx2.x x=8
= + 0,001 x 0,662 x (1,5)2 x 8
= + 0,011

Mtx = - 0,001.q.Lx2.x x = 83
= - 0,001 x 0,662 x (1,3)2 x 83
= - 0,123

Mty = - 0,001.q.Lx2.x x = 57
= - 0,001 x 0,662 x (1,3)2 x 57
= - 0,084
b. angin dan beban hidup
Dihitung berdasarkan PBI – 1971 pasal 13.4.3, momen negative
rencana harus dianggap menangkap pada bidang muka tumpuan persegi,
dimana tumpuan – tumpuan bulat atau bentuk lain harus dianggap sebagai
tumpuan bujur sangkar dengan luas yang sama.
Keadaan I
Plat menerima satu roda ( ditengah plat )
a = 62 cm
b = 82 cm
Berada ditengah – tengah diantara kedua tepi yang tidak ditumpu untuk
Ly > 3 x r x Lx r = ½ ( tumpuan jepit)
2,55 > 3 x ½ x 1,5
2,55 > 2,25
Sehingga :
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Lx (Sa) dicari :
3 3
Sa = .a + r.Lx
4 4
3 3 1
= .0,62 + . . 1,5
4 4 2
= 1,0275 m

Momen arah bentang Lx :


𝑀𝑜
MLx =
𝑆𝑎

Dimana Mo dianggap sebagai momen maksimum balok di atas dua


tumpuan.
Mo = ¼ x P x Lx
= ¼ x 10,43 x 1,5
= 3,9 tm

Sehingga :
𝑀𝑜
MLx =
𝑆𝑎
3,9
=
1,0275

= 3,79 tm/m

Momen diarah bentang Ly ( momen positif ) :


Ly < 2 x Lx
2,55 < 2 x 1,5
2,55 > 3

Sehingga :
𝑀𝐿𝑥
MLy = 4𝑎
1+ 3𝐿𝑥

3,79
= 4 . 0,62
1+ 3(1,5)

= 2,44 tm/m

Keadaan II
Beban terpusat dua roda simetris terhadap sumbu plat

Momen akibat roda A :


Untuk :
Ly > r x Lx r = ½ ( tumpuan jepit)
2,55 > ½ x 1,5
2,55 > 0,75
Sehingga :
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Lx (Sa) dicari :
3 1
Sa = .a + r.Lx + v
4 4
3 1 1
= .0,62 + . . 1,5 + 1
4 4 2
= 1,652 m

Momen arah bentang Lx :


𝑀𝑜
MLx =
𝑆𝑎

Dimana Mo dianggap sebagai momen maksimum balok diatas dua


tumpuan.
Mo = ¼ x P x Lx
= ¼ x 10,43 x 1,5
= 3,91 tm

Sehingga :
𝑀𝑜
MLx =
𝑆𝑎
3,91
=
1,652

= 2,36 tm/m

Momen diarah bentang Ly ( momen positif ) :


Ly < 2 x Lx
2,55 < 2 x 1,5
2,55 > 3

sehingga
𝑀𝐿𝑥
MLy = 4𝑎
1+ 3𝐿𝑥
2,36
= 4 . 0,62
1+ 3(1,5)

= 1,52 tm/m
Momen akibat roda B :
Untuk :
Ly > r x Lx r = ½ ( tumpuan jepit)
2,55 > ½ x 1,5
2,55 > 0,75

Sehingga :
Lebar kerja maksimum pelat dalam arah bentang Lx (Sa) dicari :
3 1
Sa = .a + r.Lx + v
4 4
3 1 1
= .0,62 + . . 1,5 + 3,3
4 4 2
= 3,952 m

Momen arah bentang Lx :


𝑀𝑜
MLx =
𝑆𝑎
Dimana Mo dianggap sebagai momen maksimum balok diaatas dua
tumpuan.
Mo = ¼ x P x Lx
= ¼ x 10,43 x 1,5
= 3,91 tm

Sehingga :
𝑀𝑜
MLx =
𝑆𝑎
3,91
=
3,952

= 0,989 tm/m
Momen diarah bentang Ly ( momen positif ) :
Ly > 2 x Lx
2,55 >2 x 1,5
2,55 > 3
Sehingga :
𝑀𝐿𝑥
MLy = 4𝑎
1+ 3𝐿𝑥

0,989
= 4 . 0,62
1+ 3(1,5)

= 0,637 tm/m

Dari persamaan momen roda A dan B, dapat ditabelkan sebagai


berikut:

Roda MLx (tm/m) MLy (tm/m)

A 2,36 1,52

B 0,989 0,637

Dari tabel tersebut dipilih roda A ( diambil momen maksimum yang


lebih besar), yaitu:
MLx = 2,36 tm/m
MLy = 1,52 tm/m

Kesimpulan :
1. Dengan memperhatikan kedua keadaan tersebut diatas dapat ditabelkan
sebagai berikut :

Keadaan MLx (tm/m) MLy (tm/m)

I 3,79 2,44
II 2,36 1,52

Dari tabel tersebut dipilih keadaan I ( diambil momen maksimum yang lebih
besar), yaitu:
MLx = 3,79 tm/m
MLy = 2,44 tm/m

2. Momen yang terjadi seluruhnya pada plat lantai ( akibat beban mati ) +
(beban hidup + beban angin) adalah :
MLx = 0,0625 + 3,79 = 3,852 tm = 38,52 kNm
MLy = 0,011 + 2,44 = 2,451 tm = 24,51 kNm
Mty = - 0,123 = - 0,123 kNm
Mtx = - 0,084 = - 0,84 kNm

3.4 Perencanaan penulangan untuk plat lantai kendaraan (selesai)


Mutu baja (fy) = 365 Mpa
Mutu beton Fc’ = 25 Mpa

Ukutan plat beton yang direncanakan :


Tebal plat lantai = 0,20 m = 200 mm
Lebar plat lantai = 1,5 m = 1300 mm
Diameter tulangan lapangan (D) = 14 mm
Diameter tulangan tumpuan (D) = 14 mm
Selimut beton (d) = 5 cm = 50 mm

Maka :
Untuk tulangan lapangan D – 14
Tinggi efektif arah x (dx) D – 14 =h–d–½Ø
= 200 – 50 – ½ 14
= 143 mm
Tinggi efektif arah y (dy) D – 14 = h – d – D – ½ 14
= 200 – 50 – 14 – ½ 14
= 129 mm

Untuk tulangan tumpuan D – 14


Tinggi efektif arah x (dx) D – 14 =h–d–½Ø
= 200 – 50 – ½ 14
= 143 mm
Tinggi efektif arah y (dy) D – 14 = h – d – D – ½ 14
= 200 – 50 – 14 – ½ 14
= 129 mm
Lebar tinjauan sejarak (b) = 1000 mm

a. Ditinjau terhadap arah x (dx)


1. Tulangan untuk lapangan
𝑀𝑢
k =
∅𝑥𝑏𝑥𝑑 2

38,52 𝑥106
=
0,8 𝑥 1000 𝑥1432

= 2,354 kNm2

0,85 𝑥𝑓𝑐 2.𝑘


ρ = x (1 − √1 − 0,85 𝑥𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 25 2 𝑥 2,354
= x (1 − √1 − 0,85 𝑥 25)
365

= 0,0068 = 0,0070

1,4 1,4
ρmin = = = 0,0038
𝑓𝑦 365

0,85.𝑓𝑐 600
ρb = β ( 𝑓𝑦 ) (600+𝑓𝑦)

0,85 𝑥 25 600
= 0,85 ( ) ( )
365 600+365
= 0,030

ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,030
= 0,0225

Kontrol rasio penulangan :


ρmin < ρ < ρmax
0,0038 < 0,007 < 0,0225 ...................... OK !
Jadi, digunakan ρ = 0,0070
As =ρxbxd
= 0,0070 x 1000 x143
= 1001 mm2
Direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm:
Astul = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 142
= 153,86 mm2

Dengan :
1001
Jumlah tulangan (n) = = 6,50 ~ 7 batang
153,86
1000 1000
Jarak tulangan (s) = = = 166,67 ~ 160 mm
𝑛−1 7 −1
Jadi, digunakan tulangan D14 – 140 mm

2. Tulangan untuk tumpuan


𝑀𝑢
k =
∅𝑥𝑏𝑥𝑑 2

0,123 𝑥106
=
0,8 𝑥 1000 𝑥1432

= 0,075 kNm2

0,85 𝑥𝑓𝑐 2.𝑘


ρ = x (1 − √1 − 0,85 𝑥𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 25 2 𝑥 0,075
= x (1 − √1 − 0,85 𝑥 25)
365

= 0,0002
1,4 1,4
ρmin = = = 0,0038
𝑓𝑦 365
0,85.𝑓𝑐 600
ρb = β ( 𝑓𝑦 ) (600+𝑓𝑦)

0,85 𝑥 25 600
= 0,85 ( ) (600+365)
365
= 0,030
ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,030
= 0,0225

Kontrol rasio penulangan :


ρmin < ρ < ρmax
0,0038 < 0,0002< 0,0225 ...................... Not ok!
Jadi, digunakan ρmin = 0,0038
As = ρmin x b x d
= 0,0038 x 1000 x143
= 543,4 mm2

Direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm:


Astul = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 142
= 153,86 mm2

Dengan :
543,4
Jumlah tulangan (n) = = 3,53 ~ 4 batang
153,86
1000 1000
Jarak tulangan (s) = = = 350 mm
𝑛−1 4−1
Jadi, digunakan tulangan D14 – 350 mm
b. Ditinjau terhadap arah y (dy) :
1. Tulangan untuk lapangan
𝑀𝑢
k =
∅𝑥𝑏𝑥𝑑 2

24,51 𝑥106
=
0,8 𝑥 1000 𝑥1432

= 1,50 kNm2

0,85 𝑥𝑓𝑐 2.𝑘


ρ = x (1 − √1 − 0,85 𝑥𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 25 2 𝑥 1,50
= x (1 − √1 − 0,85 𝑥 25)
365

= 0,0042

1,4 1,4
ρmin = = = 0,0038
𝑓𝑦 365

0,85.𝑓𝑐 600
ρb = β ( 𝑓𝑦 ) (600+𝑓𝑦)

0,85 𝑥 25 600
= 0,85 ( ) (600+365)
365
= 0,030

ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,030
= 0,0225

Kontrol rasio penulangan :


ρmin < ρ < ρmax
0,0038 < 0,0042< 0,0225 ...................... OK !
Jadi, digunakan ρ = 0,0042
As =ρxbxd
= 0,0042 x 1000 x143
= 600,6 mm2

Direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm:


Astul = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 142
= 153,86 mm2

Dengan :
600,6
Jumlah tulangan (n) = = 3,9 ~ 4 batang
153,86
1000 1000
Jarak tulangan (s) = = = 350 mm
𝑛−1 4−1
Jadi, digunakan tulangan D14 – 350 mm

2. Tulangan untuk tumpuan


𝑀𝑢
k =
∅𝑥𝑏𝑥𝑑 2

0,84 𝑥106
=
0,8 𝑥 1000 𝑥1432

= 0,051 kNm2

0,85 𝑥𝑓𝑐 2.𝑘


ρ = x (1 − √1 − 0,85 𝑥𝑓𝑐)
𝑓𝑦
0,85 𝑥 25 2 𝑥 0,051
= x (1 − √1 − 0,85 𝑥 25)
365

= 0,00013

1,4 1,4
ρmin = = = 0,0038
𝑓𝑦 300
0,85.𝑓𝑐 600
ρb = β ( 𝑓𝑦 ) (600+𝑓𝑦)
0,85 𝑥 25 600
= 0,85 ( ) (600+365)
365
= 0,030

ρmax = 0,75 x ρb
= 0,75 x 0,030
= 0,0225
Kontrol rasio penulangan :
ρmin < ρ < ρmax
0,0038 < 0,00013< 0,0225 ...................... Not ok!
Jadi, digunakan ρmin = 0,0038
As = ρmin x b x d
= 0,0038 x 1000 x143
= 543,4 mm2
Direncanakan menggunakan tulangan diameter 14 mm:
Astul = ¼ x π x d2
= ¼ x 3,14 x 142
= 153,86 mm2
Dengan :
543,4
Jumlah tulangan (n) = = 3,53 ~ 4 batang
153,86
1000 1000
Jarak tulangan (s) = = = 350 mm
𝑛−1 4−1
Jadi, digunakan tulangan D14 – 350 mm

Tabel rekapitulasi tulangan :

Mu K As Tulangan
Momen ρ ρ min
(kNm) (kNm2) (mm2) Dipakai

1 2 3 4 5 6 7
Mlx 38,52 2,354 0,0070 0,0038 1001 D14-140
Mly 24,51 1,50 0,0042 0,0038 600,6 D14-350
Mtx 0,123 0,075 0,0002 0,0038 543,4 D14-350
Mty 0,84 0,051 0,00013 0,0038 543,4 D14-350

3.5 Perhitungan gelagar jembatan


Direncanakan :
- Jarak gelagar memanjang = 1,50 m
- Jarak gelagar melintang = 2,55 m
- Panjang jembatan = 35,7 m
- Lebar lantai kendaraan = 9,00 m
- Lebar trotoar = 2x1m

3.5.1 Perencanaan gelagar memanjang

4m

b b
m a a a

q plat = 0,662 t/m2


qeq tipe b :
𝐿𝑥 (3 𝐿𝑦2 − 𝐿𝑥 2 )𝑞
qeq = 6𝐿𝑦 2

1,3 (3 𝑥 42 − 1,32 )𝑥 0,662


= 6 𝑥 42

= 0,415 t/m
qeq tipe a :
1
qeq = 3x Lx x q
1
= 3 x 1,3 x 0,662

= 0,287 t/m

Gelagar memanjang direncanakan menggunakan profil H 250 x


250 x 9x 14 dengan data sebagai berikut :
q = 72,36 kg/m = 0,072 t/m
tw = 9 mm
tf = 14 mm
A = 92,18 cm2
d = 250 mm
bf = 250 mm
Sx = 864 cm3
Ix = 10800 cm4

1. Pembebanan
a. Beban mati
- Berat sendiri profil = 0,072 t/m
- Berat lantai = 2 x qeq tipe b
= 2 x 0,415
= 0,830 t/m
- q = 0,072 + 0,830
= 0,902 t/m
- momen yang timbul:
Mmaks = 1/8.q.l2
= 1/8 x 0,902 x 42
= 1,804 tm
- gaya lintang yang timbul
Dmaks = 1/2 .q.l
= ½ x 0,902 x 4
= 1,804 t
b. beban hidup
Menurut PPPJJR – 1987 beban hidup pada jembatan yang
harus ditinjau dinyatakan dalam dua macam, yaitu beban “T”
yang merupakan beban terpusat untuk lantai kendaraan dan
beban “D” yang merupakan beban lajur untuk gelagar.
Kemudian dari pembebanan tersebut diambil beban yang
maksimum
Beban “D” ata beban jalur adalah susunan beban pada
setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terbagi rata
sebesar “q” t/m panjang perjalur. Beban “D” adalah seperti
yang tergambar pada gambar berikut :

beban garis P = 12 t
beban terbagi rata q t/m
1 jalur

Gambar beban “D”

Muatan terbagi rata (q)


1,1
q = 2,2 t/m – x (L – 30 ) t/m untuk 30 m < L < 60 m
60
1,1
= 2,2 t/m - x (40 – 30) t/m = 2,017 t/m
60

Menurut PPPJJR – 1987, bila beban tersebut bekerja selebar


jembatan, maka beban q t/m per jalur harus dibagikan dengan
lebar jalur minimum 3,00 m sehingga didapatkan beban q per
meter lebar jembatan yang terdistribusi merata dalam arah
melintang. Kemudian beban tersebut dilimpahkan ke gelagar
memanjang dengan mengalikan jarak gelagar memanjang.
1. Beban terbagi rata (q)
2,017 𝑡/𝑚
q = x 1,3 m
2,75 𝑚

= 0,874 t/m
2. Muatan garis (P)
Menurut PPPJJR – 1987 beban garis diambil 12 ton, untuk
jembatan kelas 1 P diambil 100 %
P = 100 % x 12 = 12 ton
12 𝑡
Beban garis (p) = x 1,3 m = 5,20ton
2,75 𝑚

3. Koefisien kejut (K)


Menurut PPPJJR – 1987, koefisien kejut ditetapkan sebagai
berikut :
20
K=1+
50+𝐿
20
=1+ = 1,222
50+40

Momen yang timbul :


1 1
Mytb = K ( 4.P.Ly + 8.q.(Ly)2)
1 1
= 1,222 (4 x 12 x 4 + 8 x 0,874 x (4)2)

= 16,80 tm
Gaya lintang yang timbul :
1 1
Dytb = K ( P + q . Ly)
2 2
1 1
= 1,222 (2 x 12 + 2 x 0,874 x 4)

= 9,468 tm

c. Muatan angin
Besarnya tekanan angin w = 150 kg/m2, dan luas bidang
yang menerima tekanan angin (h) setinggi 2 m diatas lantai
kendaraan (PPPJJR - 1987), jarak gelagar melintang 4,00 m,
jarak as ke as roda 1,75 m.
Reaksi pada roda akibat angin :
1
(𝑗𝑟𝑘 𝑔𝑒𝑙.𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔)𝑥 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛)𝑥 (𝑏.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛) 𝑥 ( 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛
2
A= 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑠 𝑟𝑜𝑑𝑎
1
4,00 𝑥 2 𝑥 0,15 𝑥 2
2
= = 0,685 ton
1,75

Momen yang timbul :


M = ¼ x A x Ly
= ¼ x 0,685 x 4,00
= 0,685 tm

Gaya lintanag yang timbul


D=½xA
= ½ x 0,685
= 0,342 t

d. Muatan gempa
Pengaruh gempa bumi pada jembatan diperhitungkan
senilai dengan suatu pengaruh gaya horizontal yang bekerja
pada titik berat konstruksi yang paling berbahaya. Untuk
wilayah Aceh memiliki daerah gempa VI dengan koefisien
gempa bumi 0,30 (berdasarkan RSNI-T-02-2005). Berdasarkan
PPPJJR-1987, pengaruh gempa bumi pada jembatan
diperhitungkan senilai dengan suatu pengaruh gaya horizontal
yang bekerja pada titik berat konstruksi yang paling berbahaya.
Gaya horizontal tersebut ditentukan besarnya dengan rumus :

K = E.G
Dengan :
K = gaya horiontal
E = koefisien gempa bumi ( 0,30 untuk daerah gempa VI)
G = berat sendiri ; q = 0,856 t/m

K = 0,30 x ( 4,00 m x 0,902 ) = 1,082 t

Maka :
- Momen yang timbul
1
M = x K x Ly
4
1
= 4 x 1,082 x 4

= 1,082 tm
- Gaya lintang yang timbul :
1
D =2xK
1
= 2 x 1,056

= 0,541 t

e. Gaya rem dan traksi


Berdasarkan PPPJJR – 1987, besarnya gaya ini
diperhitungkan 5 % dari muatan D tanpa koefisien kejut dan
dianggap bekerja horizontal dengan titik tangkap setinggi h =
1,80 m diatas lantai kendaraan.
Jarak gaya yang bekerja adalah :
H = h + ta + ts
= 1,8 + 0,06 + 0,20
= 2,06 m

Besarnya gaya rem dan traksi ini adalah :


R = 5% x [( q x Ly) + P]
= 5% x [( 0,874 x 4) + 5,20]
= 0,434 t
Momen yang timbul :
M =RxH
= 0,434 x 2,06
=0,894 tm

Gaya lintang yang timbul :


D= ½ x R
= ½ x 0,434
= 0,217 t

f. Kombinasi pembebanan
1. Momen akibat beban mati ( M) = 1,804 tm
2. Momen akibat beban hidup (H) = 16,80 tm
3. Momen akibat beban angin (A) = 0,685 tm
4. Momen akibat beban gempa (G) = 1,082tm
5. Momen akibat rem dan traksi (R) = 0,894 tm

I. M + H = (1,804 + 16,80) : 100 % = 18,604tm


II. M + A = (1,804 + 0,685) : 125% = 1,991 tm
III. M + A + H + R = (1,804 + 0,685 + 16,80 + 0,894 )
: 140 % = 13,90tm
IV. M + G = (1,804 + 1,082) : 150% = 1,924 tm

Dari kombinasi beban diatas, yang menentukan adalah


kombinasi I dengan momen sebesar 18,604 tm.

1. Gaya lintang akibat beban mati ( M) = 1,804 t


2. Gaya lintang akibat beban hidup (H) = 9,468 t
3. Gaya lintang akibat beban angin (A) = 0,342 t
4. Gaya lintang akibat beban gempa (G) = 0,541 t
5. Gaya lintang akibat rem dan traksi (R) = 0,217 t
I. M + H = (1,804 + 9,468) : 100 % = 11,272 t
II. M + A = (1,804 + 0,342) : 125% = 1,717 t
III. M + A + H + R = (1,804 + 0,342 + 9,468 + 0,217)
: 140 %
= 8,451 t
IV. M + G = (1,804 + 0,541) : 150% = 2,345 t
Dari kombinasi beban diatas, yang menentukan adalah
kombinasi I dengan gaya lintang sebesar 11,272 tm.

g. Pengecekan terhadap kondisi momen dominan


Dari data kombinasi didapatkan :
Mumax = 18,604 tm
Vumax = 11,272 ton
Fy = 300 Mpa
E = 200000 Mpa

h. Penampang yang digunakan


Direncanakan girder memanjang dari profil H dengan
tegangan ijin 2500 kg/cm2. Dari data profil dapat 250 x 250 x 9
x 14 dengan data sebagai berikut :
Nilai tabel pada buku teknik sipil diperoleh :
D = 250 Mm S = 864 Cm3
bf = 250 mm x = 292 Cm3
tw = 9 mm S = 10800 Cm4
tf = 14 mm y = 3650 Cm4
r1/r = 16 mm Ix = cm
0 = 92,18 cm2 Iy = 10,82 cm
A = 72,36 kg/m ix 6,29
Q iy
2. Cek kelangsingan pelat badan dan sayap
a. Sayap
𝑏𝑓 250
λf = = = 8,929
2.𝑡𝑓 2 𝑥 14

170 170
λp = = = 9,815
√𝑓𝑦 √300

fr = 0,3 x fy = 0,3 x 300 = 90


370 370
λr = = = 25,53
√𝑓𝑦 −𝑓𝑟 √300−90

karena λf < λp< λr , maka penampang sayap kompak


b. Badan
h = d - 2 (tf+ r0)
= 250 – 2 (14 + 16) = 190
ℎ 190
λf = = = 21,11
𝑡𝑤 9
1680 1680
λp = = = 97
√𝑓𝑦 √300
2550 2550
λr = = = 147,22
√𝑓𝑦 √300

karena λf <λp < λr , maka penampang badan kompak

1
Zx = b.tf (d - tf) + 4 tw ( d – 2 tf)2
1
= 250 x 14 ( 250 – 14 ) + 4 9 (250 – 2(14))2

= 936889 mm3
Mp = Zx . fy
= 936889 mm3x 300 N/mm2
= 281066700 N.mm
= 28,106 ton.m
Mp ( 28,106 ton.m) > Mu/Ø (18,604 / 0,90 = 20,671 ton.m)

3. Menentukan kuat lentur rencana balok φ Mn


Mp = Mn = 28,106 tm
Maka :
φ Mn = 0,9 (28,106)
= 25,295 tm > 18,604 tm

4. Cek kelangsingan penampang terhadap geser


ℎ 190 1100 1100
. = = 21,111< = = 63,51
𝑡𝑤 9 √𝑓𝑦 √300

Karena persamaan terpenuhi, maka :


Vn = 0,6 x fy x d x tw
= 0,6 x 300 x 250 x 9
= 405000 N = 40,5 ton

5. Menentukan kuat geser rencana balok φ Vn


Vd = φ Vn
= 0,90 x 40,5
= 36,45 ton

6. Kombinasi momen lentur dan geser


𝑀𝑢 𝑉𝑢
+ 0,625 x < 1,375
𝜑𝑀𝑛 𝜑𝑉𝑛
18,604 11,272
+ 0,625 x < 1,375
25,295 36,45

0,952< 1,375
Dari hasil pengecekan diatas semuanya telah memenuhi
syarat -syarat, maka profil H 250 x 250 x 9 x 14 dengan berat
profil 72,36 kg/m dapat digunakan untuk gelagar memanjang.
3.5.2 Perencanaan gelagar melintang
Direncanakan :
Jarak antara gelagar memanjang : 1,3 m
Jarak antara gelagar melintang : 4,00 m
Lebar trotoar :2x1m

Gelagar melintanng direncanakan menggunakan profil H 900 x 300


x 16 x 28 dengan data sbb:
d = 900 mm S = 9133 Cm3
bf = 300 mm x = 840 Cm3
tw = 16 mm S = 411000 Cm4
tf = 28 mm y = 12600 Cm4
r1/r = 28 mm Ix = 36,42 cm
0 = 309,8 cm2 Iy = 6,38 cm
A = 0 kg/m ix
Q = 243,1 ton/m iy
9
0,243

1. Pembebanan
a. Beban mati
- Berat sendiri profil = 0,243 t/m
- Berat lantai = 2 x qeq tipe a
= 2 x 0,287
= 0,574 t/m
- q = 0,243 + 0,574
= 0,817 t/m

b. Beban hidup
Menurut PPPJJR-1987, beban hidup berupa muatan D yang
terdiri dari muatan terbagi rata ( q ) dan muatan garis ( P ).
hidup
Untuk beban harus ditinjau terhadap gelagar tepi dan
gelagar tengah. Kemudian dari pembebanan tersebut diambil
beban yang maksimum. Menurut PPPJJR-1987 beban “D”
ataubeban jalur adalah susunan beban pada setiap beban lalu
lintas yang terdiri dari beban q (beban jalur ) t/m dan P (ton
perjalur). Karena lebar lantai kendaraan > dari 5,5 m, maka
beban D sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,5
m sedangkan lebar selebihnya hanya dibebani 50 % beban D.

a. Muatan terbagi rata (q)


1,1
q = 2,2 t/m – x (L – 30 ) t/m untuk 30 m < L < 60 m
60
1,1
= 2,2 t/m - x (40 – 30) t/m = 2,017 t/m
60

Menurut PPPJJR – 1987, bila beban tersebut bekerja selebar


jembatan, maka beban q t/m per jalur harus dibagikan dengan
lebar jalur minimum 2,75 m sehingga didapatkan beban q per
meter lebar jembatan yang terdistribusi merata dalam arah
melintang. Kemudian beban tersebut dilimpahkan ke gelagar
memanjang dengan mengalikan jarak gelagar memanjang.
Beban tersebut merupakan salah satu beban yang diterima oleh
gelagar melintang dan dikelompokkan kedalam distribusi
beban terpusat.
2,017
q = x 100 % x 4,00 = 2,933 t/m
2,75
2,017
q = x 50 % x 4,00 = 1,466 t/m
2,75

b. Muatan garis ( P )
Menurut PPPJJR-1987, beban garis ( P ) diambil 12 ton.
untuk jembatan kelas A, P diambil 100 %
P = 100 % x 12
= 12 t
12
P = x 100 % = 4,364 t
2,75
12
P = x 50 % = 2,182 t
2,75

c. Distribusi beban terbagi rata (M)


Beban yang bekerja d atas gelagar melintang didistribusikan
secara merata searah gelagar melintang. Beban tersebut adalah
berat gelagar melintang, berat plat lantai dan beban hidup
garis. Sedangkan beban yang lainnya didistribusikan searah
gelagar memanjang atau dijadikan beban terpusat.

CL

q1 q2 q3 q4 q3 q2 q1
Pelimpahan beban :
q1 = berat gelagar melintang
= 0,243 t/m
q2 = berat sendiri gel. Melintang + berat plat lantai
= 0,243 + 0,574
= 0,817 t/m
q3 = q2 + beban terbagi rata 50%
= 0,817 + 1,466
= 2,283 t/m
q4 = q2 + beban terbagi rata 100 %
= 0,817 + 2,933
= 3,750t/m

Reaksi tumpuan :
1
RA = RB = 2 [(2 x q1 x 0,10) + (2 x q2 x 1) + (2 x q3 x 0,75) +

(q4 x 5,5)
1
= 2 [(2 x 0,243 x 0,10) + (2 x 0,817 x 1) + (2 x

2,283 x 0,75) + (3,750 x 5,5)


= 13,288 ton

MMaks = RA (4,65) - q1 (0,10) (4,575) – q2 (1) (4) –


q3 (0,75) (3,125) - q4 (2,75)(1,375)
= (13,288 x 4,65) – (0,243 x0,10 x 4,575) –
(0,817 x 1 x 4) – ( 2,283x 0,75 x 3,125)
– (3,750 x 2,75 x 1,375)
= 38,824 tm
DMaks = RA = 13,288 ton

d. Distribusi beban terpusat


Untuk distribusi beban terpusat, beban yang bekerja diatas
gelagar melintang didistribusikan searah gelagar memanajang.
Beban tersebut adalah berat gelagar tepi dan gelagar
memanjang. Beban hidup trotoar dan beban hidup q merata,
dimana berat gelagar tepi, tengah dan beban hidup trotoar
didapatkan dari perhitungan beban mati dan beban gelagar
memanjang.
CL

1,00 m 5,50 m 1,00 m


0,75 m 0,75 m

50% 100%

P1 P2 P2 P2 P2 P1

x1 = 0,15m

x2 =1,3 m 1,3 m 1,3 m 1,3 m 1,3 m

Pelimpahan beban :
Beban terpusat :
- Beban trotoar :
Beban hidup trotoar = 60% x 0,5 x 1 x 4 = 1,20 t
Berat sendiri trotoar = 0,48 x 1 x 4 = 1,92 t +
q = 3,12 t
- Beban lantai kendaraan
Berat plat lantai ( b ) = 0,574 x 4 = 2,296 t

- Beban sendiri gelagar memanjang = 0,072 x 4 = 0,288 t

- Beban terpusat 100 % :


x1 = 0,15 m 4,364 x 0,15 x 4 = 2,618 t
x2 = 1,3 m 4,364 x 1,3 x 4 = 22,692 t

- Beban terpusat 50 %
x = 0,75 m 2,182 x 0,75 x 4 = 6,546 t

- Pelimpahan beban :
P1 = berat gelagar memanjang + plat lantai + berat trotoar +
berat 50% + berat 100 %
= 0,288 + 2,296 + 3,12 + 6,546 + 2,618
= 14,868 t
P2 = berat gelagar memanjang + plat lantai + berat 100 %
= 0,288 + 2,296 + 22,692
= 25,276 t

- Akibat beban terpusat


Reaksi tumpuan :
RA = RB = P1 + (2 x P2 )
= 14,868 + (2 x 25,276 )
= 65,420 ton
MMaks = RA(4,65) - P1(3,25) –P2 (1,95) – P2 (0,65)
= (65,420 x 4,65) – (14,868 x 3,25) –(25,276 x
1,95) – (25,276 x 0,65)
= 190,164 tm
DMaks = RA = 65,420 t

e. Beban angin
Besarnya tekanan angin w = 150 kg/m2, dan luas bidang
yang menerima tekanan angin (h) setinggi 2 m diatas lantai
kendaraan ( PPPJJR – 1987), gelagar melintang 3 m jarak as
ke roda 1,75 m
Reaksi pada roda akibat angin :
1
(𝑗𝑟𝑘 𝑔𝑒𝑙.𝑚𝑒𝑙𝑖𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔)𝑥 (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛)𝑥 (𝑏.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛) 𝑥 ( 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑡𝑒𝑘.𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛
2
A= 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑎𝑠 𝑟𝑜𝑑𝑎
1
4,00 𝑥 2 𝑥 0,15 𝑥 2
2
= = 0,685 ton
1,75

Momen yang timbul :


M = ¼ x A x Ly
= ¼ x 0,685 x 4,00
= 0,685 tm

Gaya lintang yang timbul :


D=½xA
= ½ x 0,685
= 0,342 t

f. Gaya rem
Berdasarkan PPPJJR – 1987, besarnya gaya ini
diperhitungkan 5 % dari muatan D tanpa koefisien kejut dan
dianggap bekerja horizontal dengan titik tangkap setinggi h =
1,80 m diatas lantai kendaraan.
Jarak gaya yn bekerja adalah :
H = h + ta + ts
= 1,8 + 0,06 + 0,20
= 2,06 m

Besarnya gaya rem dan traksi ini adalah :


R = 5% x [( q x Ly) + P] x b
= 5% x [( 0,817 x 4) + 4,364] x 9
= 3,811 t

Momen yang timbul :


M =RxH
= 3,811 x 2,06
= 7,851 tm

Gaya lintang yang timbul :


D =½xR
= ½ x 3,811
= 1,906 t

g. Kombinasi beban
Dari kombinasi beban gelagar memanjang diketahui bahwa
yang menentukan adalah kombinasi I :
Momen total = Mmaks + Mmaks + A + R
= 38,824 + 190,164 + 0,685 +7,851
= 237,524 tm
Gaya lintang total = Dmaks + Dmaks + A + R
= 13,288 + 65,420 + 0,342 + 1,906
= 80,956 ton

h. Pengecekan terhadap kondisi momen dominan


Dari data kombinasi didapatkan :
Mumax = 237,524 tm
Vumax = 80,956 t
Fy = 300 Mpa
E = 200000 Mpa

i. Penampang yang digunakan


Direncanakan girder memanjang dari profil H dengan
tegangan ijin 2500 kg/cm2. Dari data profil dapat 900 x 300 x
16 x 28 dengan data sebagai berikut :
d = 900 Mm S = 9133 Cm3
bf = 300 mm x = 840 Cm3
tw = 16 mm S = 411000 Cm4
tf = 28 mm y = 12600 Cm4
r1/r = 28 mm Ix = 36,42 cm
0 = 309,8 cm2 Iy = 6,38 cm
A = 0 kg/m ix
Q = 243,1 ton/m iy
9
0,243

7. Cek kelangsingan pelat badan dan sayap


c. Sayap
𝑏𝑓 300
λf = = = 5,357
2.𝑡𝑓 2 𝑥 28

170 170
λp = = = 9,815
√𝑓𝑦 √300

fr = 0,3 x fy = 0,3 x 300 = 90


370 370
λr = = = 25,533
√𝑓𝑦 −𝑓𝑟 √300−90

karena λf < λp< λr , maka penampang sayap kompak


d. Badan
h = d - 2 (tf+ r0)
= 900 – 2 (28 + 28) = 788
ℎ 788
λf = = = 55,571
𝑡𝑤 14
1680 1680
λp = = = 96,992
√𝑓𝑦 √300
2550 2550
λr = = = 129,900
√𝑓𝑦 √300

karena λf <λp < λr , maka penampang badan kompak

1
Zx = b.tf (d - tf) + 4 tw ( d – 2 tf)2
1
= 300 x 28 ( 900 – 28 ) + 4.16 . (900 – 2(28))2

= 10174144 mm3
Mp = Zx . fy
= 10174144 mm3 x 300N/mm2
= 3052243200 N.mm
= 305,22 ton.m
Mp (305,220 tm) > Mu/Ø (237,524 / 0,90 = 263,916 tm)

8. Menentukan kuat lentur rencana balok φ Mn


Mp = Mn = 305,220 tm
Maka :
φ Mn = 0,9 (305,220)
= 274,698 ton.m >237,524 ton.m

9. Cek kelangsingan penampang terhadap geser


ℎ 788 1100 1100
. = = 49,250< = = 63,51
𝑡𝑤 16 √𝑓𝑦 √300

Karena persamaan terpenuhi, maka :


Vn = 0,6 x fy x d x tw
= 0,6 x 300 x 900 x 16
= 2592000N = 259,2 ton

10. Menentukan kuat geser rencana balok φ Vn


Vd = φ Vn
= 0,90 x 259,2
= 233,28 ton

11. Kombinasi momen lentur dan geser


𝑀𝑢 𝑉𝑢
+ 0,625 x < 1,375
𝜑𝑀𝑛 𝜑𝑉𝑛
237,524 80,956
+ 0,625 x < 1,375
274,698 233,28

1,082< 1,375
Dari hasil pengecekan diatas semuanya telah memenuhi
syarat -syarat, maka profil H 900 x 300 x 16 x 28 dengan berat
profil 243,19 kg/m dapat digunakan untuk gelagar melintang.

3.6 Perhitungan Vekwerk


Pembebanan yang diperhitungkan :
1. Muatan mati
2. Muatan hidup
3. Muatan angin

3.6.1 Muatan Mati


a. Berat vekwerk :
Berat sendiri 2 buah vakwerk ( L = 40 m ), menurut Prof. Ir. Loa. Wam
Kiong – 1976 ( Konstruksi Baja V, halaman 63) adalah :
G = (20 + 3 . L ) kg/m2
= (20 + 3 (40))
= 140 kg/m2

Semua beban yang bekerja pada jembatan dilimpahkan ke vekwerk


sepanjang 40 m dengan lebar jembatan 9m. Panjang gelagar melintang
yang direncanakan adalah 9,2 m (ruang bebas kiri dan kanan 0,10 m)

Berat sendiri 2 vakwerk berdasarkan rumus diatas adalah:


Berat vekwerk = 9,2 m x 40 m x 140 kg/m2
= 51520 kg

b. Berat sandaran
Beban – beban yang bekerja adalah :
Sandaran digunakan pipa baja berdiameter 60,5 mm
Berat profil = 2 ( 40 x 5,31 kg/m )
= 424,8 kg
- Type pengaku sandaran yaitu CNP – 12 dengan berat 13,4 kg
- Berat baut dan pengikat diasumsikan 10 % dari berat sandaran
= 10% x 424,8 kg
= 42,48 kg

Jadi berat total pipa sandaran :


= 424,8 kg + 42,48 kg
= 467,28 kg

Maka berat total gelagar utama yaitu :


= berat gelagar utama + berat pipa sandaran
= 51520kg + 467,28 kg
= 51987,28 kg
= 51,987 ton

Berat untuk satu gelagar adalah :


1
P = x berat total gelagar
2
1
= x 51,987 ton
2

= 25,994 ton

Untuk tiap – tiap titik buhul menerima beban sebesar :


1
- Titik buhul tengah (P) = x 25,994 = 2,599 ton
10
1 1
- Titik buhul tepi ( x P) = x 2,599 = 1,2995 ton
2 2

Reaksi tumpuan untuk satu gelagar utama sebesar :


∑𝑃 10 𝑥 2,599
RA = RB = = = 12,997 ton
2 2
Gambar Cremona (lampiran gambar nantinya)

Analisis dengan SAP ( mempunyai hasil analisis gaya batang Sama)


Gaya batang akibat berat sendiri dihitung dengan menggunakan
metode cremona :

Gaya batang (ton) Nomor batang Gaya batang (ton)


Nomor Batang
Tarik (+) Tekan (-) Tarik (+) Tekan (-)
A1 = A10 6,69 D1 = D10 13,48
A2 = A9 6,69 D2 = D9 10,48
A3 = A8 15,60 D3 = D8 7,49
A4 = A7 15,60 D4 = D7 4,49
A5 = A6 18,57 D5 = D6 1,5
B1 = B10 - - V1 = V11 11,70
B2 = B9 11,89 V2 = V10 - -
B3 = B8 11,89 V3 = V9 2,60
B4 = B7 17,83 V4 = V8 - -
B5 = B6 17,83 V5 = V7 2,60
V6 = - -

Berat lantai kendaraan diperhitungkan selebar 9 meter dan lebar 0,10 m


disebelah kanan dan kiri jembatan.
Berat lantai kendaraan dan lainnya adalah:
a. Berat ikatan angin atas dan bawah (10 kg/m2)
Aatas = P x L x 10 kg/m2 = 4 m x 9,2 m x 10 kg/m2 = 368 kg
Abawah = P x L x 10 kg/m2 = 4 m x 9,2 m x 10 kg/m2= 368 kg
b. Berat gelagar
Gel. Memanjang = 72,36 kg/m x 4 m x 6 = 1736,64 kg
Gel. Melintang = 243,19 kg/m x 9,2 m = 2237,35 kg
c. Lantai kendaraan
Plat lantai = 0,20 m x 9 m x 4 m x 2400 kg/m2 = 17280 kg
Lapisan aspal = 0,06 m x 7 m x 4 m x 2200 kg/m2 = 3696 kg
Air hujan = 0,05 m x 7 m x 4 m x 1000 kg/m2 = 1400 kg
d. Lantai trotoar
Lantai trotoar = 2 x ( 0,20 m x 1 m x 4 m x 2400 kg/m2) = 3840 kg
Air hujan = 2 x ( 0,05 m x 1 m x 4 m x 1000 kg/m2) = 400 kg
Pt = 30589,99 kg
Pt = 30,590 ton
Berat untuk satu gelagar adalah :
1
P= x Pt
2
1
= x 30,590 ton
2

= 15,295 ton

Reaksi tumpuan pada gelagar utama akibat berat lantai kendaraan


adalah :
∑V= 0
∑𝑃
RA = RB =
2
10 𝑃
=
2
10 (15,295)
=
2

= 76,475 ton

Gaya batang akibat lantai kendaraan dihitung dengan mengalikan


faktor perbandingan ( f ) dengan gaya batang yang diperoleh dari hasil
cremona untuk berat sendiri.
76,475
f= 12,997

= 5,884

Gaya batang akibat berat lantai kendaraan dihituung dengan rumus :


Sx = f x s
Dengan;
Sx = gaya batang akibat berat lantai kendaraan dan lainnya
f = faktor perbandingan reaksi tumpuan akibat berat lantai
kendaraan dengan reaksi tumpuan akiat berat sendiri gelagar
utama
s = berat batang akibat gelagar sendiri

Gaya batang akibat berat lantai dan lainnya :

Gaya batang (ton) Nomor batang Gaya batang (ton)


Nomor Batang
Tarik (+) Tekan (-) Tarik (+) Tekan (-)
A1 = A10 39,36 D1 = D10 79,31632
A2 = A9 39,36 D2 = D9 61,66432
A3 = A8 91,79 D3 = D8 44,07116
A4 = A7 91,79 D4 = D7 26,41916
A5 = A6 109,27 D5 = D6 8,826
B1 = B10 - - V1 = V11 68,8428
B2 = B9 69,96 V2 = V10 - -
B3 = B8 69,96 V3 = V9 15,2984
B4 = B7 104,91 V4 = V8 - -
B5 = B6 104,91 V5 = V7 15,2984
V6 = - -

3.6.2 Muatan hidup


Menurut PPPJJR-1987, beban hidup berupa muatan D yang terdiri dari
muatan terbagi rata ( q ) dan muatan garis ( P ). Untuk beban hidup harus ditinjau
terhadap gelagar tepi dan gelagar tengah. Kemudian dari pembebanan tersebut
diambil beban yang maksimum. Menurut PPPJJR-1987 beban “D” atau beban
jalur adalah susunan beban pada setiap beban lalu lintas yang terdiri dari beban q
(beban jalur ) t/m dan P (ton perjalur). Karena lebar lantai kendaraan > dari 5,5
m, maka beban D sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5,5 m
sedangkan lebar selebihnya hanya dibebani 50 % beban D seperti terlihat pada
gambar berikut:

a. Beban terbagi rata


Menurut PPPJJR beban terbagi rata untuk bentang jembatan 40 m
dapat dihitung dengan rumus berikut:

1,1
q = 2,2 t/m – x (L – 30 ) t/m untuk 30 m < L < 60 m
60
1,1
= 2,2 t/m - x (40 – 30) t/m = 2,017 t/m
60

Menurut PPPJJR – 1987, bila beban tersebut bekerja selebar jembatan,


maka beban q t/m per jalur harus dibagikan dengan lebar jalur minimum
2,75 m sehingga didapatkan beban q per meter lebar jembatan yang
terdistribusi merata dalam arah melintang. Kemudian beban tersebut
dilimpahkan ke gelagar memanjang dengan mengalikan jarak gelagar
memanjang. Beban tersebut merupakan salah satu beban yang diterima
oleh gelagar melintang dan dikelompokkan kedalam distribusi beban
terpusat.

Beban terbagi rata dalam jalur diambil 100%


2,017
q1 = x 100 % x 4,00 = 2,934 t/m2
2,75
Beban terbagi rata diluar jalur diambil 50%
2,017
q2 = x 50 % x 4,00 = 1,467 t/m2
2,75

Beban terbagi rata untuk trotoar diperhitungkan terhadap beban hidup


500 kg/m2 dan beban diambil 60 % dari beban hidup trotoar.
q3 = 0,5 t/m2 x λ x 60%
= 0,5 t/m2 x 4,00 x 60%
= 1,20 t/m
Beban terbagi rata (qt) pada satu gelagar utama adalah:
qt = ½ (q1 + q2 + q3 )
= ½ (2,934 + 1,467 + 1,20)
= 2,80 tm

b. Beban garis
Menurut PPPJJR-1987, beban garis ( P ) diambil 12 ton untuk
jembatan kelas A, P diambil 100 %
P = 100 % x 12 t
= 12 t
Untuk menghitung beban garis maka “P” harus dikalikan dengan
koefisien kejut Menurut PPPJJR – 1987, koefisien kejut ditetapkan sebagai
berikut :
20
K=1+
50+𝐿
20
=1+
50+40

= 1,22

Beban garis didalam jalur 100%


12
P1 = x 1,22 x 100 % = 5,324 t
2,75

Beban garis diluar jalur diambil 50%


12
P2 = x 1,22 x 50 % = 2,662 t
2,75
Jumlah beban garis (Pt) akibat beban hidup pada satu gelagar utama
adalah:
Pt = ½ (P1 + P2)
= ½ ( 5,324 + 2,662)
= 3,993 t

Gaya – gaya batang akibat beban hidup “D” ( beban terbagi rata dan
beban terpusat) dihitung dengan menggunakan metode garis pengaruh
dengan ketentuan P = 1 ton yang bergerak sepanjang jembatan. Beban P
tersebut ditentukan pada momen masing – masing ordinat.

𝑋 ( 𝐿 –𝑋)
Rumus, Y =
𝐿 𝑥𝐻
1. Perhitungan garis pengaruh batang atas (A)
a. Garis pengaruh batang A1 = A10 beban P = 1 ton diletakkan pada titik
II
4 ( 40−4)
Ya1 =Ya10= = 0,514 (-)
40 𝑥 7

b. Garis pengaruh batang A2 = A9 beban P = 1 ton diletakkan pada titik


III
8 ( 40−8)
Ya2 =Ya 9= = 0,914 (-)
40 𝑥 7

c. Garis pengaruh batang A3 = A8 beban P = 1 ton diletakkan pada titik


IV
12 ( 40−12)
Ya3 =Ya 8= = 1,20 (-)
40 𝑥 7

d. Garis pengaruh batang A4 = A7 beban P = 1 ton diletakkan pada titik V


16 ( 40−16)
Ya4 =Ya 7= = 1,371 (-)
40 𝑥 7

e. Garis pengaruh batang A5 = A6 beban P = 1 ton diletakkan pada titik


VI
20 ( 40−20)
Ya4 =Ya 7 = = 1,429 (-)
40 𝑥 7
2. Perhitungan garis pengaruh batang bawah (B)
a. Garis pengaruh batang B1 = B10 beban P = 1 ton diletakkan pada titik II
4 ( 40−4)
Yb1 =Yb10= = 0,514 (+)
40 𝑥 7
40
Ya1.1 = x 0,514 = 0,571 ( +)
36

b. Garis pengaruh batang B2 = B9 beban P = 1 ton diletakkan pada titik III


8 ( 40−8)
Yb2 =Yb 9= = 0,914 (+)
40 𝑥 7
36
Ya2.1 = x 0,914 = 1,028 (+)
32
4
Ya2.2 = x 1,028 = 0,514 (+)
8

c. Garis pengaruh batang B3 = B8 beban P = 1 ton diletakkan pada titik IV


12 ( 40−12)
Yb3 =Yb 8= = 1,20 (+)
40 𝑥 7
32
Ya3.1 = x 1,20 = 1,371 (+)
28
8
Ya3.2 = x 1,371 = 0,914 (+)
12

d. Garis pengaruh batang B4 = B7 beban P = 1 ton diletakkan pada titik V


16 ( 40−16)
Yb4 =Yb7= = 1,371 (+)
40 𝑥 7
28
Ya4.1 = x 1,371 = 1,600 (+)
24
12
Ya4.2 = x 1,600 = 1,20 (+)
16

e. Garis pengaruh batang B5 = B6 beban P = 1 ton diletakkan pada titik


VI
20 ( 40−20)
Yb5 =Yb 6 = = 1,429 (+)
40 𝑥 7
24
Ya4.1 = x 1,429 = 1,715 (+)
20
16
Ya4.2 = x 1,715 = 1,371 (+)
20

3. Perhitungan garis pengaruh batang diagonal (D)


Untuk perhitungan garis pengaruh pada batang diagonal ( D ) dapat
digunakan persamaan :
𝑅𝐴−1 𝑅𝐴
YD1.1 = YD1.2 =
sin 𝛼 sin 𝛼

r
y

α
x

x =4m
y =7m
untuk mencari nilai r maka dapat dihitung menggunakan teorima
phytagoras
simir2 = jumlah kuadrat kedua sisi yang lain
r2 = x2 + y2
r2 = 42 + 72
r2 = 65
r = √65
r = 8,062

𝑦 7
sin α = = = 0,868
𝑟 8,062

a. Garis pengaruh pada batang D1 = D10


P = 1 ton diletakkan pada titik I
40
RA = =1
40
1−1
YD1 = =0 (+)
0,868

P = 1 ton diletakkan pada titik II


36
RA = = 0,9
40
0,9
YD1.2 = = 1,036 (+)
0,868

b. Garis pengaruh pada batang D2 = D9


P = 1 ton diletakkan pada titik II
36
RA = = 0,90
40
0,9−1
YD2 = = 0,115 (-)
0,868

P = 1 ton diletakkan pada titik III


32
RA = = 0,80
40
0,80
YD2.2 = = 0,922 (-)
0,868

c. Garis pengaruh pada batang D3 = D8


P = 1 ton diletakkan pada titik III
32
RA = = 0,80
40
0,80−1
YD3 = = 0,230 (+)
0,868

P = 1 ton diletakkan pada titik IV


28
RA = = 0,70
40
0,70
YD3.2 = = 0,807 (+)
0,868

d. Garis pengaruh pada batang D4 = D7


P = 1 ton diletakkan pada titik IV
28
RA = = 0,70
40
0,70−1
YD4 = = 0,346 (-)
0,868

P = 1 ton diletakkan pada titik V


24
RA = = 0,60
40
0,60
YD4.2 = = 0,691 (-)
0,868

e. Garis pengaruh pada batang D5 = D6


P = 1 ton diletakkan pada titik V
24
RA = = 0,60
40
0,60−1
YD5 = = 0,461 (+)
0,868

P = 1 ton diletakkan pada titik VI


20
RA = = 0,50
40
0,50
YD5.2 = = 0,576 (+)
0,868

4. Perhitungan garis pengaruh batang vertikal (V)


Untuk perhitungan garis pengaruh pada batang vertikal (V) dapat
digunakan persamaan:
𝑅𝐴−1 𝑅𝐴
YV1.1 = YV1.1 =
sin 𝛼 sin 𝛼

a. Garis pengaruh pada batang V1 = V11


P = 1 ton diletakkan pada titik I
40
RA = =1
40
1−1
YD1 = =0
0,868

b. Garis pengaruh pada batang V2 = V10


P = 1 ton diletakkan pada titik II
36
RA = = 0,90
40
0,90
YD1.2= = 1,036
0,868

c. Garis pengaruh pada batang V3 = V9


P = 1 ton diletakkan pada titik III
32
RA = = 0,80
40
0,80
YD2.2 = = 0,922
0,868

d. Garis pengaruh pada batang V4 = V8


P = 1 ton diletakkan pada titik IV
28
RA = = 0,70
40
0,70
YD3.2 = = 0,807
0,868

e. Garis pengaruh pada batang V5 = V7


P = 1 ton diletakkan pada titik V
24
RA = = 0,60
40
0,6
YD4.2 = = 0,691
0,868

f. Garis pengaruh pada batang V6


P = 1 ton diletakkan pada titik VI
20
RA = = 0,50
40
0,50
YD5.2 = = 0,576
0,868

5. Luas diagram garis pengaruh


Luas garis pengaruh untuk setiap batang adalah sebagai berikut:
a. Luas garis pengaruh batang atas (A)
FA1 = FA10 = ½ x (40 x 0,514) = 10,28
FA2 = FA9 = ½ x (40 x 0,914) = 18,28
FA3 = FA8 = ½ x (40 x 1,200) = 24,00
FA4 = FA7 = ½ x (40 x 1,371) = 27,42
FA5 = FA6 = ½ x (40 x 1,429) = 28,58

b. Luas garis pengaruh batang bawah (B)


FB1 = FB10 = ½ x (40 x 0,571) = 11,42
FB2 = FB9 = ½ x (40 x 1,028) = 20,56
FB3 = FB8 = ½ x (40 x 1,371) = 27,42
FB4 = FB7 = ½ x (40 x 1,600) = 32,00
FB5 = FB6 = ½ x (40 x 1,715) = 34,30

c. Luas garis pengaruh batang diagonal (D)


FD1 = FD10 = ½ x (40 x 1,036) = 20,72
FD2 = FD9 = ½ x (40 x 0,922) = 18,44
FD3 = FD8 = ½ x (40 x 0,807) = 16,14
FD4 = FD7 = ½ x (40 x 0,691) = 13,82
FD5 = FD6 = ½ x (40 x 0,576) = 11,52

d. Luas garis pengaruh batang vertikal (V)


FV1 = FV11 = ½ x (40 x 0,000) = 0
FV2 = FV10 = ½ x (40 x 1,036) = 20,72
FV3 = FV9 = ½ x (40 x 0,922) = 18,44
FV4 = FV8 = ½ x (40 x 0,807) = 16,14
FV5 = FV7 = ½ x (40 x 0,691) = 13,82
FV6 = ½ x (40 x 0,576) = 11,52

6. Perhitungan gaya batang


Gaya setiap batang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Gb = ( P x Y ) + ( q x F)
Keterangan :
Gb = gaya batang
P = beban garis 3,993 t
Y = koordinat garis pengaruh
q = beban terbagi rata 2,80 tm
F = luas diagram garis pengaruh

Untuk perhitungan gaya batang yanng lain dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Gaya batang atas (A)

Nomor Batang P Y Q F Gb (-)


A1 = A10 3,993 0,514 2,80 10,28 30,836
A2 = A9 3,993 0,914 2,80 18,28 54,834
A3 = A8 3,993 1,200 2,80 24 71,992
A4 = A7 3,993 1,371 2,80 27,42 82,250
A5 = A6 3,993 1,429 2,80 28,58 85,730

Gaya batang bawah (B)


Nomor Batang P Y Q F Gb (+)
B1 = B10 3,993 0,571 2,80 11,42 34,256
B2 = B9 3,993 1,028 2,80 20,56 61,673
B3 = B8 3,993 1,371 2,80 27,42 82,250
B4 = B7 3,993 1,600 2,80 32 95,989
B5 = B6 3,993 1,715 2,80 34,30 102,888

Gaya batang diagonal (D)

Nomor Batang P Y Q F Gb
D1 = D10 3,993 1,036 2,80 20,72 62,153
D2 = D9 3,993 0,922 2,80 18,44 55,314
D3 = D8 3,993 0,807 2,80 16,14 48,414
D4 = D7 3,993 0,691 2,80 13,82 41,455
D5 = D6 3,993 0,576 2,80 11,52 34,556

Gaya batang vertikal (V)

Nomor Batang P Y Q F Gb
V1 = V11 3,993 0,000 2,80 0 0,000
V2 = V10 3,993 1,036 2,80 20,72 62,153
V3 = V9 3,993 0,922 2,80 18,44 55,314
V4 = V8 3,993 0,807 2,80 16,14 48,414
V5 = V7 3,993 0,691 2,80 13,82 41,455
V6 3,993 0,576 2,80 11,52 34,556

Maka gaya batang akibat beban hidup dapat ditabelkan sebagai berikut:

Gaya batang (ton) Nomor batang Gaya batang (ton)


Nomor Batang
Tarik (+) Tekan (-) Tarik (+) Tekan (-)
A1 = A10 30,836 D1 = D10 62,153
A2 = A9 54,834 D2 = D9 55,314
A3 = A8 71,992 D3 = D8 48,414
A4 = A7 82,250 D4 = D7 41,455
A5 = A6 85,730 D5 = D6 34,556
B1 = B10 34,256 V1 = V11 - -
B2 = B9 61,673 V2 = V10 62,153
B3 = B8 82,250 V3 = V9 55,314
B4 = B7 95,989 V4 = V8 48,414
B5 = B6 102,888 V5 = V7 41,455
V6 = 34,556
4. Beban angin
Besarnya beban angin yang bekerja pada jembatan berdasarkan PPPJJR
adalah sebesar 150 kg/m2. Tekanan–tekanan angin yang bekerja pada
jembatan adalah:
- Tekanan angin pada trotoar (wr)
- Tekanan angin pada kendaraan (wm)
- Tekanan angin pada rangka jembatan (wbr)
Luas bidang yang menahan angin adalah:
- Pada trotoar = Fr =(0,20 m + 0,2 m) x 40 m = 16 m2
- Pada kendaraan = Fm = 2,00 m x 40 m = 80 m2
- Pada rangka jembatan :
-

 Pada rangka jembatan


Fbr1 = 40 m x 7 m x 30%
= 84m2
 Pelengkap
Fbr2 = 40 m x 7 m x 15%
= 42m2

Fbrtotal = Fbr1 + Fbr2


= 84 m2 + 42 m2
= 126 m2
Jika titik tangkap gaya angin terhadap tumpuan adalah:
hr = (½ x tinggi trotoar) + tinggi plat lantai
= ( ½ x 0,2 m ) + 0,2m
= 0,30 m
hm = ( ½ x tinggi tinjauan beban angin dari lantai kendaraan )
= ( ½ x 2,00 m)
= 1,00 m
hbr = ( ½ x tinggi rangka)
= ( ½ x 7 m)
= 3,50 m

Besarnya tekanan angin yang bekerja pada jembatan adalah :


- Lantai trotoar (wr) = 16 m2 x 150 kg/m2 = 2400 kg
- Kendaraan (wm) = 80 m2 x 150 kg/m2 = 12000 kg
- Rangka Jembatan (wbr) = 126 m2 x 150 kg/m2 = 18900 kg

Reaksi tumpuan yang timbul akibat tekanan angin pada gelagar utama
adalah:
(𝑤𝑏𝑟 𝑥 ℎ𝑏𝑟)+ (𝑤𝑚 𝑥 ℎ𝑚)+ (𝑤𝑟 𝑥 ℎ𝑟)
K=
𝑏
(18900 𝑥 3,50)+ (12000 𝑥 1,00)+ (2400 𝑥 0,30)
K=
9,2

= 8572,83 kg
= 8,573 t

Akibat gaya K menimbulkan reaksi pada tumpuan gelagar utama sebesar:


RA = ½ K
= ½ x 8,573 ton
= 4,287 ton
Gaya batang akibat beban angin dihitung dengan mengalikan faktor
perbandingan ( f ) dengan gaya batang yang diperoleh dari hasil cremona
untuk berat sendiri.
4,287
f = 12,997

= 0,330
Gaya batang akibat berat lantai kendaraan dihituung dengan rumus :
Sx = f x s
Dengan;
Sx = gaya batang akibat berat lantai kendaraan dan lainnya
f = faktor perbandingan reaksi tumpuan akibat berat lantai
kendaraan dengan reaksi tumpuan akiat berat sendiri gelagar
utama
s = berat batang akibat gelagar sendiri

Maka gaya batang akibat beban angin dapat ditabelkan sebagai berikut:

Gaya batang (ton) Nomor batang Gaya batang (ton)


Nomor Batang
Tarik (+) Tekan (-) Tarik (+) Tekan (-)
A1 = A10 2,21 D1 = D10 4,4484
A2 = A9 2,21 D2 = D9 3,4584
A3 = A8 5,15 D3 = D8 2,4717
A4 = A7 5,15 D4 = D7 1,4817
A5 = A6 6,13 D5 = D6 0,495
B1 = B10 - - V1 = V11 3,86
B2 = B9 3,92 V2 = V10 - -
B3 = B8 3,92 V3 = V9 0,86
B4 = B7 5,88 V4 = V8 - -
B5 = B6 5,88 V5 = V7 0,86
V6 = - -

Kombinasi Beban Ultimit :

Kombinasi Gaya Berat Beeban Beeban


Berat Lantai Beban Kombinasi Gaya
Sendiri Hidup Angin
Nomor Batang (Ton) (Ton) (Ton) (Ton)
1,4 DL 1,2 DL + 1,6 LL 0,75(1,2DL +1,6LL + 1,6 W) (ton)
I II III IV
A1 = A10 -6,69 -39,36 -30,836 -2,21 -64,476 -104,603 -81,101
A2 = A9 -6,69 -39,36 -54,834 -2,21 -64,476 -142,999 -109,898
A3 = A8 -15,60 -91,79 -71,992 -5,15 -150,347 -244,055 -189,219 -290,571
A4 = A7 -15,60 -91,79 -82,250 -5,15 -150,347 -260,469 -201,529
A5 = A6 -18,57 -109,27 -85,730 -6,13 -178,970 -290,571 -225,282
B1 = B10 - - 34,256 - - 54,810 41,107
B2 = B9 11,89 69,96 61,673 3,92 114,591 196,897 152,381
B3 = B8 11,89 69,96 82,250 3,92 114,591 229,822 177,075 311,911

Anda mungkin juga menyukai