Anda di halaman 1dari 77

Kelompok 4

Euis Rahmawati 2287180032

Ulfa

Sevia

Ristanti

Firda

Soal UAS Mata Kuliah Pendidikan IPS ABK

DIKERJAKAN SECARA BERKELOMPOK DAN MASING-MASING SOAL PALING


SEDIKIT 5 REFERENSI !!!

Dosen Pengampu : Yuni Tanjung Utami, M. Pd

IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga
tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social
science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri dalam Amalia dkk : 2016). Social Scince
Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS
sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti
cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti : geografi, ekonomi,
ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam
membentuk warga Negara yang baik. Ada tiga tujuan membelajarkan IPS kepada siswa, yaitu
agar setiap peserta didik menjadi Mempelajari konsep dasar IPS yang telah dipaparkan.
Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat !

1. Jelaskan konsep dasar ilmu pengetahuan sosial !


2. Sebutkan dan jelaskan tujuan dari pembelajaran IPS !
3. Sebutkan dan jelaskan karakteristik pembelajaran IPS di Skh !
4. Sebutkan dan jelaskan bagaimana Anda memaknai penanaman nilai dan sikap dalam
pembelajaran IPS di Skh
5. Bagaimana pendekatan pembelajaran IPS ABK , jelaskan !
6. Jelaskan Konsep IPS dalam konteks lokal , dan berikan contohnya dalam mata pelajaran
(Sejarah, Antropologi, Geografi dan Ekonomi) !
7. Jelaskan konsep IPS dalam konteks nasional,dan berikan contohnya dalam mata pelajaran
(Sejarah, Antropologi, Geografi dan Ekonomi) !
8. Jelaskan konsep IPS dalam konteks global, dan berikan contohnya dalam mata pelajaran
(Sejarah, Antropologi, Geografi dan Ekonom) !
SELAMAT BEKERJA

JAWABAN

1. 1. Referensi kesatu

(http://evayuliar17.blogspot.com/2015/10/konsep-abk.html?m=1)

Anak dengan kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang dalam pendidikan
memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada umumnya karena mengalami
hambatan dalam belajar dan perkembangannya.

Anak – anak yang memiliki kebutuhan individual yang bersifat khas tersebut dalam
proses perkembangannya memerlukan adanya layanan pendidikan khusus agar potensinya
dapat berkembang secara optimal.

Cakupan konsep anak berkebutuhan khusus dapat dikategorikan menjadi dua kelompok
besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementra (temporer) dan anak
berkebutuhan khusus yang besifat menetap (permanent):

1. Anak Berkebutuhan Khusus Bersifat Sementra (Temporer)

Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami
hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal.
Misalnya anak yang yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperekosa
sehingga anak ini tidak dapat belajar. Pengalaman traumatis seperti itu bersifat sementara tetapi
apabila anak ini tidak memperoleh intervensi yang tepat boleh jadi akan menjadi permanent.
Anak seperti ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang
disesuikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani di sekolah
khusus. Di sekolah biasa banyak sekali anak-anak yang mempunyai kebutuhan khusus yang
berssifat temporer, dan oleh karena itu mereka memerlukan pendidikan yang disesuiakan yang
disebut pendidikan kebutuhan khusus.

2. Anak Berkebutuhan Khusus yang Bersifat Menetap (Permanen)

Anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanen adalah anak-anak yang mengalami
hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung dari
kondisi kecacatan, yaitu seperti anak yang kehilangan fungsi penglihatan, pendengaran,
gannguan perkembangan kecerdasan dan kognisi, gannguan gerak (motorik), gannguan
iteraksi-komunikasi, gannguan emosi, social dan tingkah laku.

Dengan kata lain anak berkebutuhan khusus yang bersifat permanent sama artinya dengan anak
penyandang kecacatan.

2. referensi ke dua

(http://repository.upi.edu/10264/1/t_pips_049542_chapter1.pdf)

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) sebagai salah satu mata pelajaran pada
Sekolah Dasar (SD) bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia seutuhnya yang
mampu berkiprah dalam kehidupan masyarakat modern. Sasaran umum Pendidikan IPS adalah
menciptakan warga negara yang mampu mengerti masyarakatnya dan mampu berpartisipasi
aktif dalam proses perubahan dan perkembangan masyarakat. Mata pelajaran IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dan
kewarganegaraan. IPS di Sekolah Dasar berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai,
sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. (Kurikulum
2004). Dalam program pendidikan dasar di Indonesia, mata pelajaran IPS SD mempunyai
beban jam yang hampir sama dengan bidang studi IPA atau Matematika. Walaupun memiliki
beban jam pelajaran yang hampir sama dengan kedua bidang tersebut, IPS dianggap oleh
sebagian besar siswa Sekolah Dasar sebagai mata pelajaran yang membosankan. Hal yang
dianggap membosankan dalam pembelajaran IPS di SD diantaranya (1) siswa kurang
diikutsertakan dalam proses pembelajaran; (2) penggunaan media pembelajaran yang kurang
menarik; dan (3) guru menjadi pusat pembelajaran.

Menurut Al Muchtar (2004:5), “IPS merupakan bidang studi yang menjemukan dan
kurang menantang minat belajar siswa, bahkan lebih dari itu dipandang sebagai “kelas dua”
oleh siswa maupun oleh orang tua siswa “ . Hal ini diduga bersumber pada lemahnya mutu
proses belajar. Kelemahan pembelajaran IPS selama ini adalah kurang mengikutsertakan siswa
dalam proses pembelajaran. Selama ini guru tidak mengembangkan berbagai pendekatan
maupun metode dalam pembelajaran. Mereka menempuh cara yang mudah saja dengan
menggunakan metode ceramah dan mengandalkan penghafalan fakta-fakta belaka. Menurut
Somantri (2001:54) salah satu kelemahan dalam pembelajaran IPS adalah menekankan pada
strategi ceramah dan ekspositori atau transfer of knowledge yang menjadikan guru sebagai
pusat kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan pengalaman di lapangan dan analisis dari
beberapa sumber, ternyata banyak guru yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai untuk memilih dan mengaplikasikan berbagai metode atau pendekatan
pembelajaran yang mampu meningkatkan kegairahan, keaktifan, kreativitas, dan motivasi
belajar siswa. Siswa kesulitan dalam menangkap isi pesan yang disampaikan oleh guru selama
berlangsungnya pembelajaran, karena metode yang digunakan tidak sesuai dengan
karakteristik materi yang disampaikan. Selain itu, guru jarang menggunakan media
pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang guru pada tingkat SD dan
SLTP sebanyak 55% mereka mengaku sangat sulit mengajar karena keterbatasan alat peraga.
(Rahman, 2002:132). Penelitian lain membuktikan bahwa prestasi belajar siswa pada
kelompok yang menggunakan karya wisata lebih tinggi dibandingkan kelompok yang hanya
menggunakan metode ceramah.(Hadiyana,1994). Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan guru mengalami kesulitan dalam mengajar karena keterbatasan alat peraga serta
variasi metode belajar dan media belajar dalam proses pembelajaran, pada akhirnya
mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar. Dalam pendidikan IPS, nilai sosial dan budaya
yang berkembang di lingkungan masyarakat atau siswa belum dijadikan sebagai sumber
belajar, sehingga siswa tidak dapat merespon kejadian-kejadian yang di sekitarnya. Hal ini
sesuai yang diutarakan oleh Al Muchtar (2004:220), yaitu : “Nilai sosial budaya yang tumbuh
dan berkembang dalam masyarakat lingkungan peserta didik tidak dijadikan sumber pelajaran
IPS. Kalaupun dilakukan amat terbatas hanya sebagai bahan pelengkap tidak merupakan inti
bahasan untuk melatih kemampuan penalaran nilai. Dampaknya pendidikan IPS tidak
mendekatkan dan mengakrabkan peserta didik dengan lingkungan sosial budayanya.
Akibatnya pendidikan IPS belum mampu berperan sebagai media bagi pengembangan
kemampuan penalaran nilai bagi peserta didik. “ Dengan melihat pernyataan di atas, maka
upaya peningkatan kualitas proses belajar mengajar pendidikan IPS yang melibatkan peserta
didik dalam pembelajaran atau student centered, merupakan suatu kebutuhan yang sangat
mendesak untuk dilakukan. Menurut Wiriaatmadja (2002:307-308) proses belajar mengajar
ilmu-ilmu sosial akan tangguh apabila melakukan banyak kegiatan aktif, seperti: 1. Belajar
mengajar aktif harus disertai dengan berfikir reflektif dan pengambilan keputusan selama
kegiatan berlangsung, karena proses pembelajaran berlangsung dengan cepat dan peristiwa
dapat berkembang tiba-tiba. 2. Melalui proses belajar aktif, siswa lebih mudah
mengembangkan dan memahami pengetahuan baru mereka.

Proses belajar aktif membangun kebermaknaan pembelajaran yang diperlukan agar


peserta didik dapat mengembangkan pemahaman sosialnya. 4. Peran guru secara bertahap
bergesar dari berbagai sumber pengetahuan atau model kepada peranan yang tidak menonjol
untuk mendorong siswa agar mandiri dan disiplin. 5. Proses belajar mengajar ilmu-ilmu sosial
yang tangguh menekankan proses pembelajaran dengan kegiatan aktif di lapangan untuk
mempelajari kehidupan nyata dengan menggunakan bahan dan keterampilan yang ada di
lapangan. Untuk itu, dalam pembelajaran IPS diharapkan guru sebagai pengembang kurikulum
di tingkat implementasi di ruang kelas harus peka terhadap perkembangan siswanya terutama
dalam perkembangan kognitifnya. Materi yang disampaikan harus sesuai dengan tingkat
berpikir siswa.

Pada konsep pembelajaran IPS hampir sebagian besar bersifat abstrak, sedangkan masa
berpikir usia Sekolah Dasar adalah berpikir konkret. Menurut Piaget (dalam Dahar, 1996:48)
pada usia Sekolah Dasar daya pikir anak sudah berkembang ke arah berpikir konkret dan
rasional. Piaget menamakannya sebagai masa operasi konkret, masa berakhirnya khayal dan
mulai berpikir konkret. Implikasinya pada masa berpikir ini, perlu adannya proses
pembelajaran yang dapat memfasilitasi kemampuan anak Sekolah Dasar tersebut. Upaya yang
dapat dilakukan untuk melibatkan siswa dalam belajar atau siswa dijadikan sebagai pusat
pembelajaran (Student centered) diantaranya dengan memanfaatkan media pembelajaran, serta
peranan guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran dengan cara memilih pendekatan
yang sesuai dengan tingkat berpikir usia siswa Sekolah Dasar yaitu dengan materi
pembelajaran yang bersumber pada lingkungan siswa. Sehingga konsep pembelajaran IPS di
Sekolah Dasar yang sebagian besar bersifat abstrak dapat diaplikasikan dalam proses belajar
mengajar oleh siswa. Dengan melibatkan siswa sebagai pusat kegiatan pembelajaran,
diharapkan proses pembelajaran menjadi berkualitas serta peranan guru dalam proses
pembelajaran ini bukanlah sebagai instruktur tetapi sebagai fasilitator. Pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar IPS di Sekolah Dasar sangat
penting, karena lingkungan (fisik, sosial atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya
untuk bahan ajar anak. Lingkungan berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek
kajian (sumber belajar). Menurut Sumaatmadja (1980:16) bahwa: “Ilmu pengetahuan sosial
adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena
itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan obyeknya, merupakan
suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak kepada kenyataan. IPS yang tidak bersumber
kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan tujuannya, dan tidak akan memenuhi
tuntutan kemasyarakatan.” Menurut Poedjiadi (2005:79), dengan menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar, diharapkan siswa akan memiliki kepedulian terhadap lingkungannya
dan berawal dari pemahaman dan kepedulian itu siswa dapat mencari solusi, mengambil
keputusan dan melakukan tindakan nyata ketika menghadapi masalah dalam lingkungan
mereka sendiri. Hasil penelitian Sayakti (2003:133) menunjukkan bahwa pembelajaran yang
menggunakan konsep lingkungan hidup sebagai sumber belajar dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran dan perolehan hasil belajar yang diselenggarakan oleh guru menjadi bermakna.
Hasil penelitian lain (Istianti,2004:167) mengemukakan bahwa pemanfaatan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar efektif dalam memberikan kedalaman makna materi dan
pengertian kepada siswa berkenaan dengan topik yang menjadi bahan pelajaran. Pemanfaatan
lingkungan juga, dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan
seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat
tulisan dan membuat gambar/diagram (Totong, 2006:8). Dengan demikian, kebermaknaan
pengembangan materi dan penggunaan media terkait dengan kinerja guru dalam menciptakan
pola kegiatan belajar yang kreatif dan inovatif. Selain itu, dengan menurunnya kualitas
lingkungan hidup yang terkait dengan perilaku serta norma yang tidak dipatuhi. Dalam skala
kecil, masyarakat tidak toleran dengan perilaku sekitarnya yang ditandai dengan membuang
sampah tidak pada tempatnya merupakan contoh ketidakpedulian sosial yang berakibat pada
menurunya kualitas lingkungan hidup. Semua aspek yang terkait dengan lingkungan sosial
siswa dapat dilihat sebagai masalah dan sebagai sumber belajar. Siswa merupakan bagian dari
struktur, sistem serta kelembagaan yang ada di lingkungan sosialnya.

Mereka terkait dengan adat istiadat, norma, aturan hukum, sejarah, budaya dan lain-
lain sebagai konsep-konsep yang terkait dengan tuntutan kurikuler pelajaran IPS di Sekolah
Dasar. Masalah - masalah tersebut harus dapat diinvestigasi oleh para siswa dan dibawa ke
dalam kelas sebagai bahan pelajaran. Misalnya pasar sebagai sebuah institusi dan sistem sosial.
Semua siswa mengenal dan mengetahui pasar, hal dapat diinvestigasi tidak hanya melalui
pelajaran IPS melainkan juga pelajaran lain di tingkat Sekolah Dasar.
Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan untuk menghindari perbedaaan dalam
penelitian ini, penulis kemukakan beberapa istilah sebagai berikut : 1. Pemanfaatan Dalam
kamus besar Bahasa Indonesia (1997:629), kata manfaat dapat diartikan guna; faedah atau
keuntungan. Sedangkan kata pemanfaatan diartikan proses; cara atau cara perbuatan
memanfaatkan. Dalam penelitian ini pemanfaatan dapat diartikan sebagai proses perbuatan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran IPS. 2. Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (PIPS) IPS merupakan perpaduan antara konsep-konsep ilmu sosial dengan
konsepkonsep pendidikan yang disajikan secara sistematis, psikologis dan fungsional sesuai
dengan tingkat perkembangan anak didik (Somantri, 2001:45).

3. referensi ke tiga

(http://repository.ut.ac.id/3981/1/PDGK4102-M1.pdf)

Konsep dasar IPS pada Kegiatan Belajar 2, dapat dikemukakan butirbutir rangkuman
sebagai berikut. 1. Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di
masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek
kehidupan sosial apa pun yang kita pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya,
kejiwaan, sejarah, geografi ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat. Sebagai contoh,
secara langsung kita mengamati, mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial yang
kita sebut ekonomi, tidak terlepas dari masyarakat. Ataupun dengan perkataan lain, aspek
ekonomi ini bersumber dari masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan kegiatan
ekonomi, seperti pedagang, proses produksi, semuanya terjadi di masyarakat. Dengan
demikian, masyarakat ini menjadi sumber materi IPS. 2. Sebagai program pendidikan IPS yang
layak harus mampu memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai
keterampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi
warga masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. 3. Ketiga aspek
yang dikaji dalam proses pendidikan Ilmu Pengetahuan sosial (memberikan berbagai
pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap moral
yang dibutuhkan) merupakan karakteristik IPS sendiri.

Nu‟man Somantri, yang dikutip oleh Daldjoeni (1981) menyatakan bahwa


pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai
eksperimen. Adapun ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya memuat rincian sebagai berikut. a.
Bahan pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah
sosial dekat, keterampilan berpikir (khususnya tentang menyelidiki sesuatu), serta
pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam. b. Program studi IPS akan mencerminkan
berbagai kegiatan dasar dari manusia. c. Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan
yang integreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang seperated (terpisah). d.
Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara, fungsional,
humanistis sampai yang struktural. e. Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium
demokrasi. f. Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor saja, tetapi juga mencobakan mengembangkan apa yang disebut democratic
quotient dan citizenship quotient. g. Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya
akan melengkapi program pembelajaran IPS, demikian pula unsurunsur science, teknologi,
matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajarannya. 4. Pemilihan atau
seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna pengembangan materi pembelajaran IPS sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran pada tingkat yang berbeda tidaklah mudah, namun harus
didasarkan pada beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Buchori Alma dan
Harlasgunawan (1987) yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut, antara lain berikut ini. a.
Keperluan Konsep yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan oleh peserta didik dalam
memahami “dunia” sekitarnya. Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang berbeda memerlukan
konsep yang berlainan pula. b. Ketepatan Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga
tidak memberi peluang bagi penafsiran yang salah (salah konsep).

Mudah dipelajari Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta
dan contohnya harus terdapat di lingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal oleh para
peserta didik tersebut. d. Kegunaan Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar
berguna bagi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia pada umumnya
serta masyarakat lingkungan di mana ia hidup bersama dalam keluarga serta masyarakat
terdekat pada khususnya.

4. refensi ke empat

(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/sekar-purbarini-kawuryan-sip-mpd/bahan-ajar-
pendidikan-ips-sd.pdf)
Dalam bahasa sehari-hari, istilah konsep bisa diartikan sebagai ide. Salah satu
contohnya adalah ketika seseorang berkata, "konsep waktu luang saya tidak sama seperti milik
Anda." Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), konsep juga dapat dianggap sebagai ide yang
dinyatakan dengan sebuah kata, istilah atau frase. Konsep-konsep IPS yang berkembang dalam
arti luas sering diwujudkan dengan pengalaman dan pembelajaran selama bertahun-tahun. Mari
kita bahas secara detail beberapa makna dan implikasi konsep untuk mengajar dan belajar IPS.
a. Sifat Konsep Jika ditanya mengenai apa arti desa, kebanyakan orang dewasa mungkin akan
mengatakan sesuatu yang berkaitan dengan kalimat berikut ini: "Desa terdiri dari sekelompok
orang yang tinggal di daerah pedesaan dan menempati sekelompok rumah yang lebih kecil dari
sebuah kota" Definisi ini cukup memadai dan memungkinkan untuk terjadinya komunikasi.
Akan tetapi, desa memiliki makna yang jauh lebih rumit. Contoh tersebut bisa dikatakan
sebagai contoh yang luar biasa dari sebuah konsep karena menggambarkan dengan sangat baik
kekayaan dan kedalaman makna yang dapat melekat dalam satu kata. Selain itu, contoh itu juga
menggambarkan betapa pentingnya pengalaman dalam mengembangkan sebuah makna.
Seseorang yang tidak benar-benar hidup dan tinggal di suatu desa budaya akan sangat
diragukan untuk bisa memahami dan menghargai makna konsep desa tertentu. Begitu juga
dengan novelis yang menyampaikan makna kata secara terampil dalam bentuk gambar
bangunan, belum tentu mampu mendeskripsikan hal-hal yang asing karena mereka berasal dari
latar belakang yang berbeda dengan pengalaman yang dimiliki oleh penduduk desa tersebut.

Konsep kadang-kadang digambarkan sebagai makna yang termasuk dalam kategori


abstrak. Dikatakan abstrak karena konsep muncul dari instansi tertentu. Sebagai contoh, pulau
adalah label kata untuk fenomena geografis yang terdiri dari keseluruhan tanah dan dikelilingi
oleh air. Ada ribuan contoh spesifik lain dari konsep pulau. Sifat konsep terkadang
dimanfaatkan untuk mengklasifikasikan, mengkategorikan, dan mengatur sejumlah
pengetahuan spesifik dengan kesepakatan tertentu. Sebagai contoh, pohon memiliki atribut
tertentu, yaitu selalu berdaun hijau; yang lain, daun rontok sebagai atributnya. Beberapa
kelompok hewan yang dikenal sebagai mamalia; yang lain sebagai reptil, dan yang lainnya
sebagai burung-burung. Suatu bentuk pemerintahan tertentu disebut demokrasi; yang lain
sebuah otokrasi.

Kemampuan dan kecenderungan untuk mengklasifikasikan persepsi dari realitas


tertentu ke dalam kelompok-kelompok ini memiliki kualitas yang umum dan bisa disebut
dengan pemikiran konseptual. Pemikiran konseptual memungkinkan untuk memanipulasi
realitas intelektual, yaitu seseorang dapat mengetahui masalah yang kompleks "di kepala
seseorang". Ini adalah kualitas khas manusia. Konsep harus selalu dikaitkan dengan makna;
beberapa kata hanya dapat digunakan sebagai label saja. “Hewan” dapat dimaknai untuk
menanggapi kata-kata dan beberapa hal dapat diajarkan untuk mengucapkan kata-kata. Akan
tetapi, kata „hewan‟ tidak pernah menjadi arti kata sebuah konsep yang merupakan rujukan.
Selain itu, konsep dapat berkaitan dengan tempat, benda, institusi, atau peristiwa, sebagai
contoh banjir, susu, pulau, kelaparan, pembantu masyarakat, partai politik. Konsep mungkin
juga dimaknai sebagai cara berpikir abstrak, merasakan, dan berperilaku, seperti adaptasi,
demokrasi, toleransi, kejujuran, loyalitas, dan budaya. Pengertian konsep dapat dikembangkan
dengan deskripsi atau definisi, menyediakan deskripsi atau definisi, atau keduanya, yang
kesemuanya berakar pada pengalaman peserta didik, yaitu berkaitan dengan sesuatu yang
sudah dikenal. Hal ini berarti bahwa jika kita ingin mengembangkan konsep baru atau
memperpanjang makna yang dipahami secara parsial, sangat penting untuk
menghubungkannya dengan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Bahan-bahan IPS
secara harfiah sarat dengan konsep-konsep yang membawa banyak arti.

5. referensi kelima

(file:///C:/Users/USER/Downloads/Konsep%20Dasar%20IPS%20CS6.compressed.pdf)

Menurut Sapriya (2017, p. 19-20), IPS merupakan nama mata pelajaran di tingkat
sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan
istilah social studies dalam kurikulum persekolahan di negara lain seperti Amerika Serikat.
Nama IPS merupakan istilah hasil kesepakatan dari para ahli atau pakar di Indonesia tahun
1972 di Tawangmangu, Solo. IPS sebagai mata pelajaran di persekolahan, pertama kali
digunakan dalam kurikulum 1975.

Namun, pengertian IPS di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan


makna, disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik khususnya antara IPS
untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk
Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti
nama mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (integrated) dari sejumlah
mata pelajaran atau disiplin ilmu, dan ada yang berarti program pengajaran. Perbedaan ini dapat
pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang
persekolahan tersebut.

Menurut Sapriya (2017, p. 20-23) dalam struktur disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu sosial
maupun ilmu pendidikan, belum ditemukan adanya nama social studies ataupun pendidikan
IPS sebagai subdisiplin ilmu. Hal ini mungkin terjadi karena social studies adalah sebuah
program pendidikan dan bukan subdisiplin ilmu. Namun demikian, sampai saat ini peran ilmu-
ilmu sosial tetap menjadi konten utama untuk social studies atau pendidikan IPS. Pembahasan
pada bagian ini secara khusus difokuskan pada pengembangan program social studies terutama
yang memberikan kontribusi padapengembangan program social studies.

Ada beberapa pengertian ilmu-ilmu sosial yang dikemukan oleh para ahli. Istilah ilmu
sosial menurut Ralf Dahrendorf dalam Supardan (2011, p. 30). Ilmu sosial ialah suatu konsep
yang ambisius untuk mendefinisikan seperangkat disiplin akademik yang memberikan
perhatian pada aspekaspek kemasyarakatan manusia. Bentuk tunggal ilmu sosial menunjukkan
sebuah komunitas dan pendekatan yang saat ini hanya diklaim oleh beberapa orang saja,
sedangkan bentuk jamaknya. Ilmu-ilmu sosial mungkin istilah tersebut merupakan bentuk yang
lebih tepat. Ilmu-ilmu sosial mencakup sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, geografi
sosial, politik, bahkan sejarah walaupun di satu sisi ia termasuk ilmu humaniora.

Numan Somantri mengindentifikasi sejumlah karakteristik dari ilmuilmu sosial sebagai


barikut: 1. Berbagai batang tubuh disiplin ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan secara
sistematis dan ilmiah 2. Batang tubuh disiplin itu berisikan sejumlah teori dan generalisasi yang
handal dan kuat serta dapat diuji tingkat kebenarannya. 3. Batang tubuh disiplin ilmu-ilmu
sosial ini disebut juga struktur disiplin ilmu, atau ada juga yang menyebutnya dengan
fundamental ide. 4. Teori dan generalisasi dalam struktur itu disebut pula pengetahuan ilmiah
yang dicapai lewat pendekatan konseptual dan syntactis yaitu lewat proses bertanya,
berhipotesis, pengumpulan data (observasi dan eksperimen). 5. Setiap teori dan generalisasi ini
terus dikembangkan, dikoreksi, dan diperbaiki untuk membantu dan menerangkan masa lalu,
masa kini dan masa depan serta membantu memecahkan masalah-masalah sosial melalui
pikiran, sikap, dan tindakan terbaik.

Selain mengkaji perilaku manusia, disiplin ilmu-ilmu sosial memandang situasi


peristiwa umat manusia dari perspektif yang agak berbeda dan unik. Karena ada perbedaan
persepsi maka metodologi dan teknik penelitiannya pun berbeda. Setiap disiplin ilmu sosial
memiliki konsep-konsep, generalisasi dan teori yang dapat memberikan kontribusi dalam
penyusunan desain maupun dalam pelaksanaan proses belajar mengajar IPS pada sekolah dasar
dan menengah. Para ahli ilmu-ilmu sosial telah memerinci sekitar 8 disiplin ilmu sosial yang
mendukung untuk pengembangan program social studies yang meliputi: antropologi, ekonomi,
geografi, sejarah, filsafat, ilmu politik, psikologi dan sosiologi. Pada hakikatnya, semua
disiplin ilmu sosial tersebut memiliki objek kajian yang sama yakni manusia.

Kontribusi ilmu-ilmu sosial dalam pengembangan pendidikan IPS dalam kurikulum


sekolah tidak diragukan lagi sebagaimana pentingnya teori dalam pengembangan ilmu-ilmu
sosial. Namun, perlu ada klarifikasi tentang teori, khususnya teori ilmu sosial dalam konteks
pendidikan IPS. Bank mengakui bahwa sebenarnya banyak ahli yang menyarankan agar para
pengembang kurikulum melakukan identifikasi terhadap teori-teori ilmu sosial yang dapat
membantu para siswa dalam mengambil keputusan dan belajar konsep dan generalisasi.

Untuk mengenal lebih jauh tentang teori ilmu sosial, maka terlebih dahulu para
mahasiswa dianjurkan untuk mengenal disiplin ilmu-ilmu sosial tersebut. Disiplin ilmu apa
saja yang termasuk ilmu-ilmu sosial. Sedikitnya ada tujuh disiplin ilmu-ilmu sosial yang kita
kenal selama ini menurut tradisi yang telah cukup lama khususnya yang berkembang sejak
awal abad ke-20. Disiplin ilmu sosial tersebut dapat dijelaskan satu per satu sebagai berikut.

Menurut Astawa (2017, p. 23-25), ilmu sosial ialah bidang-bidang keilmuan yang
mempelajari manusia di masyarakat dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
Berikut akan dibahas beberapa Ilmu Sosial yang juga menjadi sumber IPS.

1. Konsep Dasar Sosiologi

a. Pengertian Sosiologi Istilah sosiologi sebagai cabang ilmu sosial dicetuskan pertama
kali oleh ilmuan Prancis, bernama August Comte tahun 1842 akan tetapi dalam catatan sejarah
Emile Durkheim melanjutkan istilah tersebut dan menerapkannya menjadi sebuah ilmu disiplin
ilmu. Kata sosiologi berasal dari dua kata dalam bahasa latin yaitu, socius yang artinya teman,
keluarga, masyarakat dan logos yang berarti ilmu. Secara keseluruhan diartikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang masyarakat.

2. Konsep Dasar Antropologi

a. Pengertian Antropologi Manusia merupakan makhluk yang memiliki kebudayaan


dan peradaban, hal ini dapat dibuktikan sejak zaman manusia purba sampai manusia modern.
Keunikan dalam hal peradaban ini tidak dimiliki oleh makhluk lainnya, sehingga para ilmuan
tertarik untuk mempelajari tentang manusia untuk itu ilmu yang mempelajari tentang manusia
disebut antropologi. Kata antropologi berasal dari bahasa Yunani yakni antrhopos yang berarti
manusia atau orang, dan logos yang berarti ilmu.
3. Konsep Dasar Ilmu Ekonomi

a. Pengertian Ekonomi Kajian konsep dasar Ilmu ekonomi sering kali dikenal dengan
bapak ekonomi yakni Adam Smith, bahwa Adam Smith mendefinisikan ilmu ekonomi
merupakan sebuah penyelidikan kedalam sifat dan penyebab kekayaan bangsa-bangsa. Secara
bahasa ekonomi berasal dari bahasa Yunani yakni oikonamos atau oikonomia yang berarti
manajemen urusan rumah tangga, khususnya penyediaan dan administrasi pendapatan.
Menurut Supardan (2011 p. 367) istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikosnamos
atau oikonomia yang artinya manajemen urusan rumah tangga, khususnya penyediaan dan
administrasi pendapatan. Namun, sejak perolehan maupun penggunaan kekayaan sumber daya
secara fundamental perlu diadakan efisiensi, termasuk pekerja dan produksinya maka dalam
bahasa modern istilah ekonomi tersebut menunjuk terhadap prinsip usaha maupun metode
untuk mencapai tujuan dengan alat-alat sesedikit mungkin.

4. Konsep Dasar Geografi

a. Pengertian Geografi Istilah ekonomi pertama kali muncul pada abad pertama di
bawah pengaruh Erastothenes. Seacara bahasa Geografi berasal dari kata Geo dan Graphein
yang berarti bumi dan tulisan, untuk itu ilmu geografi membahas tentang ilmu yang
mempelajari bumi. Menurut Supardan (2011, p. 227), geografi berasal dari bahasa Yunani,
yaitu geo yang berarti bumi dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan. Menurut pengertian
yang dikemukakan oleh Eratosthenes, geographika berarti tulisan tentang bumi.

5. Konsep Dasar Sejarah

a. Pengertian Sejarah Kajian Ilmu sejarah sangat menjadi sebuah kajian jejak dan
sejarah yang terjadi memuat kehidupan manusia dimasa lalu, sekarang dan masa yang akan
datang. Menurut Supardan (2011: 287), istilah sejarah berasal dari bahasa Arab yakni
syajaratun (dibaca syajarah), yang artinya pohoh kayu. Pengertian pohon kayu disini adalah
adanya suatu kejadian, perkembangan atau pertumbuhan tentang suatu hal (peristiwa) dalam
suatu kesinambungan (kontinuitas). History yang bersumber dari bahasa Yunani kuno historia
yang berarti belajar dengan cara bertanya-tanya. Kata historia diartikan sebagai telaahan
mengenai gejala-gejala (terutama hal ihwal manusia) dalam urutan kronologis.

2. 1. Referensi ke satu
(http://www.blogbarabai.com/2017/09/tujuan-pembelajaran-ilmu-pengetahuan.html?m=1)

Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di
sekolah diorganisasikan secara baik.

2. referensi ke dua

(https://www.silabus.web.id/pembelajaran-ips/)

Pertama, memberikan pengetahuan untuk menjadikan siswa sebagai warga negara yang
baik, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga
bangsa, bersifat demokratis dan kebanggaan nasional dan tanggung jawab, memiliki identitas
dan kebanggaan nasional.

Kedua, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan inkuiri untuk dapat


memahami, mengidentifikasikan, menganilisis, dan memiliki ketrampilan sosial untuk ikut
berpartisipasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial.

Ketiga, melatih belajar mandiri, disamping berlatih untuk membangun kebersamaan,


melalui program-program pembelajaran yang lebih kreatif inovatif.

Keempat, mengembangkan kecerdasan, kebiasaan dan ketrampilan sosial.

Kelima, pembelajaran IPS juga dapat diharapkan dapat melatih siswa untuk menghayati
nilai-nilai hidup yang baik dan terpuji termasuk moral, kejujuran, keadilan, dan lain-lain,
sehingga memiliki akhlaq mulia. Keenam, mengembangkan kesadaran dan kepedulian
terhadap masyarakat dan lingkungan.

Atau bisa juga

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui


pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi
dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
sosial.

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk
menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat

analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar
survive kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.

3. referensi ketiga

(https://www.asikbelajar.com/tujuan-pembelajaran-ips/)

1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui


pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang
diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan
untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat
analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri
agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.
pengembangan keterampilan pembuatan keputusan.
6. Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7. Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.
8. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan-nya “to
prepare students to be well-functioning citizens in a democratic society’ dan
mengembangkan kemampuan siswa mengunakan penalaran dalam mengambil
keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.
9. Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap
materi Pembelajaran IPS yang diberikan.

4. referensi keempat

(https://silabus.org/ilmu-pengetahuan-sosial/)

1.Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
2. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, bekerja sama dan berkompetensi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan tingkat global.

5. referensi kelima

(https://www.padamu.net/hakikat-dan-tujuan-pendidikan-ilmu-pendidikan-sosial-ips)

IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan
belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide,
konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan
datang. Sikap belajar tersebut diarahkan pada pengembangan motivasi untuk mengetahui,
berimajinasi, minat belajar, kemampuan merumuskan masalah, dan hipotesis pemecahannya,
keinginan melanjutkan eksplorasi IPS sampai ke luar kelas, dan kemampuan menarik
kesimpulan berdasarkan data.

Tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik
menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian
social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”

3. 1. Referensi kesatu

(https://www.google.com/amp/s/akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/03/12/karakteristik-mata-
pelajaran-ilmu-pengetahuan-sosial-ips/amp/ )
Karakteristik mata pembelajaran IPS
Menurut Sapriya (2009: 7), mengemukakan bahwa: “Salah satu karakteristik social
studies adalah bersifat dinamis, artinya selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan
masyarakat”. Perubahan dapat dalam aspek materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan
tingkat perkembangan masyarakat.
Berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah,
geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial
berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner.
Geografi, sejarah, dan antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan
yang tinggi. Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan
wilayah-wilayah, sedangkan sejarah memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-
peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan
dengan nilai-nilai, kepercayaan, struktur sosial, aktivitas-aktivitas ekonomi, organisasi politik,
ekspresi-ekspresi dan spiritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya
terpilih. Ilmu politik dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada
aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi dan psikologi
sosial merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses
interaksi dan kontrol sosial. Secara intensif konsep-konsep seperti ini digunakan ilmu-ilmu
sosial dan studi-studi sosial.

Karateristik mata pelajaran IPS antara lain sebagai berikut.


1. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan juga bidang
humaniora, pendidikan dan agama (Numan Soemantri, 2001).
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur keilmuan
geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.
3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah
sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan
kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat, kewilayahan, adaptasi dan
pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya
perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan
jaminan keamanan (Daldjoeni, 1981).
5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS menggunakan tiga dimensi dalam
mengkaji dan memahami fenomena sosial serta kehidupan manusia secara keseluruhan.
Ketiga dimensi tersebut terlihat pada tabel berikut:
2. referensi ke dua

(https://www.asikbelajar.com/karakteristik-mata-pelajaran-ilmu-sosial/)
3. referensi ketiga

(https://irwansahaja.blogspot.com/2014/08/karakteristik-tujuan-dan-ruang-lingkup.html?m=1 )

Ada beberapa karakteristik pembelajaran IPS yang dikaji bersama ciri dan sifat
pembelajaran IPS menurut A Kosasih Djahiri (Sapriya, 2007: 19) adalah sebagi berikut:
1. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta
dari segi ilmu).
2. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja
melainkan bersifat komrehensif (meluas) dari berbagai ilmu sosial dan lainnya sehingga
berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu digunakan untuk menelaah satu
masalah/tema/topik.
3. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu
mengembangkan berfikir kritis, rasional dan analitis.
4. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan atau menghubungkan bahan-
bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di
masyarakat, pengalaman, permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikannya kepada
kehidupan di masa yang akan datang baik dari lingkungan fisik maupun budayanya.
5. IPS dihadapkan pada konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah)
sehingga titik berat pembelajaran adalah proses internalisasi secara mantap dan aktif
pada diri siswa agar memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan
kehidupan nyata pada masyarakat.
6. IPS mengutamakan hal-hal arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat
manusiawi.
7. Pembelajaran IPS tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata juga nilai dan
keterampilannya.
8. Pembelajaran IPS berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui
program dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan
yang dekat dengan kehidupannya.
9. Dalam pengembangan program pembelajaran IPS senantiasa melaksanakan prinsip-
prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang terjadi ciri IPS itu
sendiri.

4. refensi keempat

(eprints.ums.ac.id › Bab_1PDF KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan
dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata
pelajaran IPS memuat materiGeografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS,peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia
yangdemokratis, dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. Dimasa yang
akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat
global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang
untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi
sosial masyarakatdalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis (Permendiknas RI
Nomor 22 tahun 2006). Secara umum penguasaan pengetahuan sosial lulusan pendidikan dasar
relatif cukup, tetapi penguasaan nilai dalam arti penerapan nilai, ketrampilan sosial dan
partisipasi sosial hasilnya belummenggembirakan. Kelemahan tersebut sudah tentu terkait atau
dilatarbelakangi oleh banyak hal, terutama proses pendidikan atau pembelajarannya,
parapengelola dan pelaksanaannya serta faktor- faktor yang berpengaruh.
Dalam implementasi materi Muchtar (1991) menemukan IPS lebih menekankan aspek
pengetahuan, berpusat pada guru, mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak
mengembangkan berpikir nilai serta hanya membentuk budaya menghafal dan bukan berpikir
kritis. Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikapmental
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, danterampil mengatasi setiap
masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP), meliputi bahan kajian: sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi. Bahan kajian itu menjadi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Mata
pelajaran IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah
sosial yang terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik
yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpakehidupan masyarakat.

5. referensi kelima
(file.upi.edu › kajian_ips_1PDF konsep pendidikan ips dan karakteristik pendidikan ips di sd -
Direktori File UPI)

Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Pengertian
terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu Sosial yang dipadukan dan tidak
terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu (Lili M Sadeli, 1986 : 21). Karena IPS terdiri dari disiplin Ilmu-
ilmu Sosial, dapat dikatakan bahwa IPS itu mempunyai ciri-ciri khusus atau karakterisitik tersendiri
yang berbeda dengan bidang studi lainnya. Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari
berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi
penyampaiannya.

1. Materi IPS

Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat
dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis
sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai
sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan. (Menurut
Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21).
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:

a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah,
desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai
permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi,
komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat
sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari
sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian
yang besar.
e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan,
keluarga.

2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS

Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi,
yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region,
negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment
Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tama dikenalkan atau
perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri.
Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari
lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-unsur
dunia yang lebih luas.

Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber materi IPS sekaligus
juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-teori IPS yang diperoleh anak di dalam
kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di
masyarakat. Dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran IPS adalah bersifat dinamis, artinya
selalu berubah sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat. Perubahan dapat dalam aspek
materi, pendekatan, bahkan tujuan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.

4.

5.

6. 1. Referensi kesatu

(http://putri-tya.blogspot.com/2013/05/konsep-konsep-ips-geografi-sejarah.html?m=1)

Dewasa ini kepedulian sosial warga masyarakat terasa sudah mulai sangat menurun.
Antara anggota masyarakat yang lain rasa kerjasama atau gotong royong yang pernah
dilaksanakan oleh generasi kita dahulu sudah mulai luntur.
Nilai-nilai hidup yang penuh dengan rasa kebersamaan, rasa simpati, dan empati pada
orang lain, rasa saling menghormati dan rasa toleransi sekarang ini sudah mulai memudar.
Pergaulan di masyarakat antara yang muda dengan yang lebih tua juga sudah mulai
meninggalkan etika pergaulan yang dalam bahasa jawa disebut unggah-ungguh. Perilaku hidup
yang menonjolkan sikap individual dan kompetitif lebih banyak ditampilkan daripada
berprilaku dengan penuh kebersamaan dan toleransi. Apabila ada pekerjaan yang
membutuhkan kerjasama dengan uang untuk menghargai pekerjaan secara professional.
Pada anak-anak usia sekolah dasar akan sangat baik untuk dibiasakan hidup gotong
royong dan bekerjasama melalui bimbingan dan tugas dari guru. Melalui konsep-konsep ilmu
sosial sebagai dasar pengajaran IPS siswa diberi pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
bersikap dan menjawab tantangan serta problematika sosial yang ada dilingkungan siswa. Guru
IPS harus dapat melihat isu-isu dan permasalahan sosial yang sedang berkembang, khususnya
di lingkungan siswa guna dijadikan bahan mengajar dikelas. Hal ini juga akan membuat mata
pelajaran IPS menarik perhatian siswa dikarenakan belajar IPS tidak hanya berupa hafalan dari
buku, tetapi langsung memecahkan persoalan sosial yang sedang dihadapi siswa
dilingkungannya.
B. Konsep Geografi dealam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Secara harfiah geografi, berarti lukisan atau tulisan tentang bumi. Menurut Richard
Hartshorne, geografi berkenaan dengan penyajian deskripsi sifat permukaan bumi yang
bervariasi secara tepat (akurat), berurutan, dan rasional. Sedangkan menurut Panitia Ad Hoc
Geografi, menyatakan bahwa geografi mencoba menjelaskan bagaimana subsistem lingkungan
alam terorganisasi di permukaan bumi, dan bagaimana manusia tersebar di permukaan bumi,
itu dalam hubungannya dengan gejala alam dan dengan sesama manusia.
Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa geografi berkenaan dengan
gejala yang terdapat dipermukaan bumi, baik gejala alam, lingkungan maupun manusia yang
meliputi sifat-sifat, penyebaran serta hubungannya satu sama lain. Geografi selau meninjau
lokasinya dalam ruang yang disebut permukaan bumi termasuk proses, perubahan, dan
perkembangannya..
Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks
keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang tiga
dimensi terdiri atas muka bumi yang berupa darat atau perairan serta udara diatasnya.
Ruang dalam geografi adalah meliputi lapisan atmosfer sampai ketinggian tertentu,
lapisan batuan sampai kedalam tertentu, lapisan air, dan proses alamiah yang terjadi
didalamnya. Oleh karena itu, konsep geografi adalah konsep keruangan yang bertahap dari
tingkat lokal, regional, sampai global.
Melalui proses pengamatan perspektif global,anda dapat menyaksikan bahwa
perkampungan satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk perkampungan yang
lebih luas dari perkampuangan-perkampungan semula. Sebagai penghubung perkampungan
satu dengan perkampungan yang lainnya, yaitu adanya jalan, alat angkutan atau transportasi,
juga karena arus manusia dan barang.
Disini terjadi proses sosial ekonomi dalam bentuk interaksi antar penduduk (manusia)
dan saling ketergantungan (interdepedensi) barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dalam
keadaan yang demikian, perspektif geografi anda tidak lagi hanya terbatas pada ruang yang
disebut kampung atau perkampungan melainkan terdorong pada kawasan-kawasan yang lebih
luas.
Selain areal atau kawasannya yang makin luas, isi kota itu juga mengalami
perkembangan. Pemukiman penduduk, tempat perbelanjaan, pasar, jaringan jalan, jumlah
penduduk, dan seterusnya mengalami perubahan serta perkembangan.
Dari pembahasan, konsep geografi atau keruangan itu, tidak lagi melihat kawasan lokal
semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu, konsep geografi
ini dapat disebut sebagai tingkat regional. Pengertian region atau wilayah atau kawasan
menurut Peter Hagget adalah bagian dari permukaan bumi, baik ilmiah maupun binaan manusia
yang membedakan diri dari areal yang disekitarnya. Pergeseran fungsi lahan dari kawasan
hutan menjadi pertanian, menjadi pemukiman, kawasan pertanian menjadi kawasan industri,
jalan, lapangan golf, dan sebagainya, membawa dampak pula pada perubahan tata air, tatanan
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan, serta mengakibatkan perubahan cuaca dan
seterusnya. Dengan menerapkal analisis perspektif region ini, anda akan mampu memprediksi
perkembangan dusun menjadi kota kecil.
Perkembangan dan interaksi serta interdependensi keruangan itu, tidak hanya terjadi
antar regional di dalam provinsi dan didalam negri, melainkan juga menembus batas-batas
negara. Hal tersebut terjadi karena adanya perkembangan transportasi, dan juga media
elektronika,. Interaksi keruangan antar regional ini tercermin dari pakaian, makanan, kesenian,
dan perdagangan.
Berdasarkan analisis konsep geografi atau konsep keruangan, penggundulan hutan yang
terjadi secara regional dikawasan tertentu dipermukaan bumi, pencemaran udara yang
berlebihan dikawasan tertentu, tidak hanya berdampak negatif pada kawasan yang
bersangkutan, melainkan juga berdampak global bagi seluruh dunia, contohnya pemanasan
global.
C. Konsep Sejarah dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Sejarah dan geografi merupakan ilmu “Dwitunggal” artinya jika sejarah
mempertanyakan suatu peristiwa itu “kapan” terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap,
jika tidak dipertanyakan “dimana” tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan
ruang saling melengkapi.
Konsep sejarah mengacu pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Dari
sudut pandang sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan,
perang, pertemuan internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki dampak luas
terhadap tatanan kehidupan global dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan
transformasi budaya serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi
muda untuk memasuki kehidupan global dimasa yang akan datang.
Bangunan-bangunan bersejarah seperti Ka’bah dan Masjidil Haram di Mekah, Piramida
di Mesir, adalah beberapa bangunan Keajaiban Dunia , tidak hanya bernilai dan bermakna
sejarah, melainkan memiliki nilai global yang mempersatukan umat.
Berbagai perang diberbagai kawasan, terutama perang dunia yang tercatat sebagai
peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari dahsyatnya penggunaan senjata dan ngerinya
pembunuhan umat manusia, namun dilihat dari sudut pandang global, dapat diungkapkan nilai
dan makna kemanusiaannya, ternyata setelah selesai perang tersebut menjadi alat pemersatu
berbagai bangsa dalam memikirkan umat secara global.
Pertemuan Internasional yang bernilai dan bermakna sejarah seperti antara lain
Konferensi Asia Afrika, telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia Afrika akan haknya
sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di negaranya sendiri, bernilai kemanusiaan
yang meningkatkan “martabat” manusia dikawasan ini.
D. Konsep Ekonomi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Menurut H. W Arndt dan Gerardo P. Sicat (Nursid Sumaadmadja), Ilmu ekonomi
adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok
masyarakat menentukan pilihan.
Untuk memuaskan bermacam-macam keinginan yang tidak terbatas, namun sumber
daya yang dapat digunakan terbatas. oleh karenanya, sumber daya ini langka dan mempunyai
berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat terjadi antara penggunaan sekarang
(hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan).
Pembahasan ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek yang meliputi :
1. Menentukan pilihan
2. Keinginan yang tidak terbatas
3. Persediaan sumber daya terbatas, bahkan ada yang langka
4. Kegunaan alternatif sumber daya
5. Penggunaan hari ini dan hari esok
Telah jelas bahwa konsep ekonomi terkait dengan waktu, hari ini, dan hari esok.
Sedangkan apa yang diprediksikan berkenaan dengan keinginan yang cenderung tidak terbatas,
persediaan sumber daya terbatas bahkan langka, dan adanya penggunaan alternatif sumber
daya.
Sumber daya yang sifatnya tidak terbarukan akan habis sekali pakai sehingga
persediaannya makin terbatas. sedangkan pihak lain, kebutuhan terus meningkat karena
pertumbuhan penduduk, dan keinginan yang cenderung tidak terbatas. kesenjangan ini bukan
bersifat lokal atau regional, melainkan telah menjadi masalah global. Disini dituntut kiat-kiat
ekonomi untuk menciptakan keseimbangan antara konsumsi disatu pihak, dan diproduksi
dilain pihak. Salah satu kiat itu, bagaimana kemajuan dan penerapan iptek berupaya mencari
jalan keluar dari masalah tersebut.
Dilema besar yang paling utama pada saat ini yaitu bahwa penduduk dunia telah sampai
pada ketergantungan terhadap teknologi untuk mempertahankan dan menopang kehidupan-
kehidupan secara berkelanjutan. Dalam menghadapi dilema yang demikian, kebutuhan kita
sebagai manusia menjadi tiga kali lipat yaitu pertama kita harus menguasai teknologi tersebut,
kedua menstabilkan penduduk, dan ketiga mengembangkan tatanan sosial yang mampu hidup
produktif dan sejahtera secara terpadu, dengan mengekosistemkan yang seimbang.
Dalam kondisi global yang penuh dengan kesenjangan, masalah dan tantangan baik
ekonomi, sosial, budaya, politik maupun lingkungan hidup, pengembangan dan pembinaan
akhlak menjadi kunci penyelamatan kehidupan dengan lingkungannya.
Oleh karena itu untuk menghadapi globalisasi ekonomi berupa perekonomian pasar bebas,.
Beralihkan kawasan ekonomi maju dari Atlantik ke Pasifik dan kebangkitan ekonomi Asia
Afrika, kita bangsa Indonesia wajib siap mental dengan akhlak yang tinggi.
E. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
1. Pengertian Sosiologi
Menurut Pitirin Sorokin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala
ekonomi dengan agama, dll). Selo Sumardjan menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu
masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya ia menyatakan bahwa struktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial(norma-
norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan
sosial.
Jadi sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat,dan merupakan
ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, dengan ciri-ciri utamanya adalah :
a) Sosiologi bersifat empirik
b) Sosiologi bersifat teoritis
c) Sosiologi bersifat nonetis
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam
masyarakat. Kelanjutan interaksi sosial terjadi interelasi sosial yang akhirnya membentuk
kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan
individu, oleh karena itu merupakan bagian yang aktif yang berinteraksi dari kelompok-
kelompok sosialnya.
2. Ruang Lingkup Sosiologi
Dalam sosiologi obyek yang menjadi sorotan utamanya adalah masyarakat yang dilihat
dari sudut hubungan antara manusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia
sendiri, atau yang disebut dengan lingkungan sosial. Apabila hubungan tersebut ditimbulkan
oleh manusia yang aktif satu sama lain, maka akan terjadi interaksi sosial.
Berhubungan dengan ruang lingkup, walaupun dalam sosiologi ada banyak
pengkhususan atau spesialisasi yang berhubungan dengan bagian dari kehidupan sosial,
dimana sosiologi dapat dipandang sebagai satu keseluruhan dari kelompok-kelompok ilmu
sosial, tetapi dilihat dari ruang lingkupnya, sosiologi mempunyai ciri-ciri tertentu, ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, merupakan spesialisasi yang obyeknya atau ruang lingkupnya adalah
menemukan hubungan-hubungan antara disiplin-disiplin lain dan memberikan keterangan
tentang sifat umum relasi-relasi sosial. Jadi, ruang lingkup sosiologi adalah (1) sosiologi
berusaha membuat klasifikasi tipe-tipe / bentuk-bentuk relasi sosial; (2) sosiologi berusaha
menemukan relasi faktor antara faktor-faktor atau bagian-bagian dari kehidupan sosial
misalnya relasi antara faktor politik dan ekonomi.
Kedua, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat kategorik, tidak normatif. Artinya
bahwa sosiologi membatasi pada persoalan “apa” dan “mengapa”, tetapi tidak pada persoalan
“bagaimana seharusnya”.
Ketiga, sosiologi adalah ilmu pengetahuan “murni” bukan ilmu yang diterapkan,
artinya tujuan langsung sosiologi adalah memperoleh pengetahuan tentang masyarakat
manusia, bukan menggunakan pengetahuan itu.
Keempat, sosiologi adalah ilmu pengetahuan abstrak, artinya ia lebih tertarik pada
bentuk-bentuk dan pola-pola yang diambil dari suatu pola.
Kelima, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang ,mencari generalisasi. Artinya
sosiologi mencari prinsip-prinsip umum tentang interaksi dan kumpulan manusia, tentang sifat,
bentuk, isi, dan struktur kelompok-kelompok sosial dan masyarakat pada umumnya.
Ada beberapa definisi mengenai pengertian masyarakat, mislanya Ralph Linton
menyatakan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerja sama yang cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dari mereka dan menganggap
diri mereka itu sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Sedangkan Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Dari definisi tersebut, masyarakat mengandung beberapa unsur, sebagai berikut:
a) Manusia yang hidup bersama, minimalnya dua orang yang hidup bersama
b) Bercampur untuk yang lama, sebagai hidup bersama timbullah sistem komunikasi dan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam kelompok tersebut
c) Mereka sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan
d) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama, setiap anggota kelompok merasa dirinta
terikat antara satu dengan yang lainnya
Park dan Burgess adalah ahli sosiologi, menganalisis interaksi sosial sebagai proses
sosial yang dapat diklasifikasikan dalam enam kategori :
a) Komunikasi
b) Konflik
c) Kompetisi
d) Akomodasi
e) Asimilasi
f) Kooperasi
Interaksi adalah dasar dari adaptasi, sebab sifat biologisnya yang khusus, dimana
manusia tidak dapat hidup menyendiri dan tergantung pada orang lain. Sedangkan yang
menjadi dasar interaksi sosial adalah komunikasi, yaitu proses penerusan dan penerimaan dari
stimulus simbolis dengan cara bercakap-cakap, gerakan, atau tanda-tanda lain.
Motif interaksi sosial yang terjadi, sangat beragam, bisa bermotif ekonomi, budaya, politik,
dan juga motifnya bisa majemuk. Motif dan tujuan dari pihak-pihak yang berinteraksi bisa
sama bisa berbeda, misalnya interaksi antara produsen dan konsumen motif ekonominya.
3. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Sebagai dampak kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan Iptek di bidang transportasi
dan komunikasi, interaksi sosial makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya jaringan
jalan, baik jalan darat, laut, dan udara interkasi sosialnya makin cepat dan meluas. Kemajuan,
penerapan, dan pemanfaatan media elektronik (TV, Radio, telepon, dan internet) telah makin
mengintensifkan interaksi sosial tersebut, walaupun tidak secara langsung. Salah satu
dampaknya yaitu pakaian, makanan, peralatan, tidak hanya dikenal dan digunakan oleh
masyarakat tertentu, tetapi telah memasuki segala lapisan masyarakat secara lokal, nasional,
maupun global.
Tatanan nonmaterial juga mengalami pergeseran, misalnya bersalaman, tepuk
punggung, tegur sapa ala Eropa, sampai dengan berciuman antar keluarga, antar teman, dan
sebagainya. Jenis permainan dan olahraga yang dahulu termasuk tradisional, sekarang
berkembang tidak hanya dinegerinya sendiri tetapi sudah menyebar kesegala penjuru dunia,
misalnya kesenian gamelan, kungfu, dan lain lain.
Pertukaran pemuda pelajar dan pertandingan olahraga, pertemuan pramuka tingkat
daerah, nasional, serta antar negara merupakan interaksi yang meluas. Hal seperti itu akan
berdampak lokal, nasional, maupun global, misalnya yang berdampak positif pertukaran
pengalaman, kemampuan, dan nilai. Sebagai akibat interaksi sosial yang semakin intensif
sampai ke tingkat global menunjukkan perubahan sosial dimasyarakat sampai ke proses
modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan,
sedangkan yang berdampak negatif harus kita waspadai, jika perlu kita cari cara
pemecahannya.
F. Konsep Antropogi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
1. Pengertian Antropologi
Secara harfiah antropologi, adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Artinya bahwa manusia dapat ditinjau dari dua
segi yaitu sudut biologi dan sudut sosiobudaya. Antropologi, khususnya antropologi budaya
oleh Koentjaraningrat dikatakan sebagai pengganti ilmu budaya, merupakan studi tentang
manusia dan kebudayaannya. Menurut Koentjaraningrat dalam perkembangannya, antropologi
dibagi atas empat fase:
Fase pertama (sebelum tahun 1800), merupakan kisah perjalanan atau laporan-laporan
yang merupakan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa diluar Eropa.
Fase kedua (kira-kira pertengahan abad ke-19), timbul karangan-karangan yang
menyusun bahan etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Masyarakat dan
kebudayaan manusia telah berkembang secara lambat (evolusi) dalam jangka waktu yang
sangat lama, atau dari bentuk yang belum beradab sampai bentuk masyarakat tertinggi.
Fase ketiga (permulaan abad ke-20), pada saat ilmu antropologi dirasa penting karena
bangsa Eropa sedang melancarkan penjajahannya diluar Eropa. Sehingga antropologi menjadi
ilmu praktis untuk penjajah.
Fase keempat (sesudah kira-kira tahun 1930), antropologi mengalami perkembangan luas ,
karena bertambahnya pengetahuan dan ketajaman metode ilmiahnya. Mengenai tujuan
antropologi pada fase keempat ini adalah :
a) Akademikal
b) Praktis
2. Ruang Lingkup Antropologi
Dilihat dari sudut antropologinya, manusia dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut
biologi dan sudut sosio-budaya. Cara peninjauannya tidak terpisah-pisah melainkan holistik
artinya merupakan satu kesatuan fenomena bio-sosial. Di Amerika Serikat, Antropologi telah
berkembang luas hingga ruang lingkup dan batas lapangan penyelidikannya paling sedikit
mempunyai lima masalah penelitian khusus yaitu :
a) Sejarah asal dan perkembangannya manusia secara biologis
b) Sejarah terjadinya aneka ragam makhluk manusia, dipandang dari sudut cirri-ciri
tubuhnya
c) Sejarah asal, perkembangan dan penyebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan
manusia diseluruh dunia
d) Perkembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka ragam kebudayaan manusia di seluruh
dunia
e) Mengenai asas-asas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua
suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia
3. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Pada hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari
tingkat lokal sampai dampai tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan
yang menjadi milik otentik umat manusia. Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin
dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal.
Perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga berkenaan dengan
perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek kebudayaannya, kita
telah melihat perspektif kebudayaan, menganalisi perkembangan kebudayaan dari masa yang
lalu, hari ini, dan kecendrungannya dimasa yang akan datang. Salah satunya yang terus
berkembang, baik perkembangan, penerapan, serta pemanfaatannya adalah iptek. Hanya saja
disini wajib kita sadari bahwa iptek itu produk akal pikiran manusia sehingga jangan terjadi
manusia seolah-olah dikendalikan iptek, justru sebaliknya manusia yang mengendalikan iptek.
Subunit 2
Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS SD
A. Pentingnya Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS
1. Pengertian Nilai dan Sikap
Menurut Purwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai adalah harga, hal-
hal penting atau berguna bagi manusia. Nilai atau sistem nilai adalah keyakinan, kepercayaan,
norma, dan kepatuhan-kepatuhan yang dianut oleh seseorang atau kelompok masyarakat.
Adapun menurut Sandin, bahwa sistem nilai seseorang terdiri dari seperangkat asumsi-asumsi,
pengertian-pengertian, keyakinan, dan komitmen kita untuk mengarahkan pilihan prilaku.
Secara teoritis Sandin mengklasifikasikan nilai menjadi:
a. Nilai-nilai hedonik
b. Niali-nilai estetika
c. Nilai etika
d. Nilai-nilai religious
e. Nilai-nilai logika
Apabila dilihat dari sifatnya, nilai dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu :
a. Nilai yang memiliki sifat relatif stabil
b. Nilai sebagai suatu bentuk keyakinan
c. Nilai memiliki dua kategori yaitu nilai instrumental dan nilai terminal
d. Nilai-nilai disusun atau diorganisasikan kedalam bentuk suatu sistem nilai
Sehubungan dengan hal itu, Koentjaraningrat mengemukakan pengertian sistem nilai
budaya yaitu suatu sistem nilai budaya yang terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam
alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka
anggap untuk bernilai dalam hidup. Oleh karena itu sistem nilai budaya berfungsi sebagai
pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa nilai secara umum merupakan ukuran tentang
baik-buruk, tentang tata laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai
merupakan pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Nilai apabila ditinjau sebagai
sistem nilai, merupakan pedoman kehidupan masyarakat yang lebih tinggi tingkatnya daripada
norma sosial, karena norma sosial itu juga bersumber dan berpedoman kepada sistem nilai.
Sistem nilai yang menjadi landasan dan pedoman hidup bangsa Indonesia yang paling
utama adalah Pancasila. Bagi dunia pendidikan, Pancasila menjadi dasar pendidikan nasional.
Dengan demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila harus ditanamkan
dalam pengajaran IPS.
Sikap merupakan suatu konsep psikologi yang kompleks. Dalam perkembangannya,
sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen
afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek, komponen kognitif adalah kepercayaan atau
keyakinan menjadi pegangan seseorang. Sedangkan komponen konatif, adalah kecenderungan
untuk berprilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap suatu obyek.
Sikap adalah sebagai keadaan yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk
bertindak, sikap menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi
obyek dan semua itu terbentuk atas pengalaman (Bimo Walgito). Selanjutnya Koentjaraningrat
menjelaskan bahwa suatu sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental jiwa dan diri
seseorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap atau sikap mental
adanya pada diri seseorang, jadi bukan ada pada alam pikiran orang sebagai anggota
masyarakat. Walaupun sikap mental ini ada pada diri seseorang tetapi sangat dipengaruhi oleh
sistem nilai. Pengalaman, dan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan, khususnya pengajaran
IPS dapat digunakan sebagai sarana untuk membina sikap mental anak didik.
2. Pembentukan Sikap
Dalam berbagai kasus kehidupan memang sukat dibedakan antara pembentukan sikap
dan perubahan sikap. Sejalan dengan pendapat Freedman et.al, bahwa senantiasa sikap
menjadi sasaran perubahan, walaupun suatu sikap sudah bertahan untuk jangka waktu yang
lama. Ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap yaitu :
a. Mengamati dan meniru
Pembelajaran model ini berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Berdasarkan
kenyataan, bahwa mayoritas prilaku manusia dipelajari melalui model yaitu dengan mengamati
dan meniru prilaku atau perubahan orang lain, terutama orang-orang yang berpengaruh.
Melalui proses pengamatan dan peniruan akan terbentuk pula pola sikap dan prilaku yang
seesuai dengan orang yang ditiru.
b. Menerima penguatan
Pembelajaran model ini berlangsung melalui pembiasaan operan yaitu dengan menerima atau
tidak menerima penguatan atas suatu respon yang ditunjukkan. Penguatan juga dapat berupa
hadiah dan dapat juga berupa hukuman.
c. Menerima informasi verbal
Informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan ataupun tulisan. Informasi tentang
suatu obyek yang diperoleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya
terhadap obyek yang bersangkutan.
3. Teori Perubahan Sikap
Teori perubahan sikap itu ada bermacam-macam, yaitu :
a. Teori Pembelajaran (Learning Theory)
Teori pembelajaran melihat perubahan sikap sebagai suatu proses pembelajaran. Teori ini
tertarik pada ciri-ciri dan hubungan antara stimulus dan respon dalam suatu proses komunikasi.
Menurut Yale (the Yale communication and change program), yaitu program komunikasi dan
perubahan sikap, telah memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan teori ini.
Program Yale mengidentifikasi unsur-unsur dalam proses pembujukan, yang dapat memberi
pengaruh terhadap sikap seseorang. Menurut program Yale, ada empat unsur dalam proses
pembujukan yang dapat mempengaruhi perubahan sikap yaitu :
1) Penyampai, sebagai informasi baru
2) Komunikasi atau informasi yang disampaikan
3) Penerima
4) Situasi
Kesan gangguan atas informasi yang disampaikan sebenarnya tergantung kepada
tingkat perhatian penerima. Seandainya penerima memberi perhatian penuh terhadap
gangguan, maka pengaruh pembujukan menjadi lemah atau bahkan tidak mempengaruhi sama
sekali. Sebaliknya, jika penerima member perhatian yang lebih besar terhadap informasi yang
disampaikan, gangguan akan memperkuat pembujukan dan akan memberi pengaruh terhadap
perubahan sikap.
b. Teori Fungsional ( Functional Theory)
Teori fungsional mengasumsikan bahwa manusia mempertahanan sikap yang sesuai
dengan kebutuhan dirinya sendiri. Perubahan sikap terjadi dalam rangka mendukung suatu
maksud atau tujuan yang ingin dicapainya. Berdasarkan teori ini, sikap merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk merubah sikap seseorang , terlebih dahulu harus
dipelajari dan diketahui kebutuhan khusus atau tujuan khusus yang ingin dicapai.
Memenuhi teori fungsional, perubahan sikap terjadi untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan individu. Ada beberapa fungsi sikap dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan
individu, yaitu :
1) Sebagai alat (instrumental), dengan perubahan sikap diharapkan akan memperoleh
hadiah yang sebesar-besarnya dan hukuman yang sekecil-kecilnya.
2) Sebagai pertahanan diri (ego-defensive), perubahan sikap didasarkan pada keinginan
seseorang untuk melindungi atau mempertahankan dirinya
3) Sebagai pernyataan nilai (value-expressive), perubahan sikap didasarkan pada keinginan
seseorang untuk menyatakan sikap yang selaras dengan nilai-nilai utama bagi dirinya
4) Sebagai pengetahuan ( knowledge), perubahan sikap didasarkan pada keperluan
seseorang untuk mendapatkan informasi, dan menyusunya dengan cara yang dapat member
makna bagi dirinya dalam rangka penyesuaian diri dan memberikan sumbangan untuk
kebaikan lingkungan hidupnya.
c. Teori Pertimbangan Sosial
Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali atau
pendefinisian kembali terhadap obyek. Sikap adalah sebagai suatu daerah posisi dalam suatu
skala, yang mencakup ruang gerak penerimaan (latitude of acceptance), ruang gerak tidak pasti
(letitude of noncommitment), dan ruang gerak penolakan (latitude of rejection). Proses
perubahan sikap tergantung kepada keteguhan individu dalam berpegang pada suatu
pandangan. Seandainya individu berpegang pada pandangan ekstrim dalam suatu hal, maka
ruang gerak penerimaannya sempit. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya perubahan sikap
bagi individu bersangkutan adalah kecil. Sebaliknya individu yang tidak begitu kuat berpegang
ada suatu pandangan memiliki ruang gerak penerimaan yang lebih luas. Semakin ruang gerak
penerimaan seseorang, maka semakin besar pula kemungkinan yang terjadi perubahan sikap
pada individu yang bersangkutan.
B. Hubungan Antara Sikap, Nilai, dan Prilaku
Hubungan antara sikap dengan nilai, sebagian pakar psikologi berpendapat bahwa nilai
lebih bersifat global daripada sikap lain. Pendapat lain mengatakan nilai merupakan sasaran
yang lebih abstrak, yang ingin dicapai oleh seseorang. Oleh karena itu, nilai tidak mempunyai
obyek yang spesifik , seperti dalam sikap.
Nilai mempengaruhi pembentukan dan arah sikap seseorang. Nilai juga dapat
mempengaruhi prilaku dan perbuatan seseorang dengan mempengaruhi sikap dan penilaian
terhadap konsekuensi daripada prilaku dan perbuatan seseorang tersebut. Melalui proses inilah
, nilai dapat dilihat sebagai kunci bagi lahirnya prilaku dan perbuatan seseorang. Oleh karena
itu, pengajaran dan penanaman nilai merupakan hal penting dalam rangka pembinaan sikap
dan kepribadian siswa.
Perilaku (behavior) dapat didefinisikan sebagai proses memberi reaksi terhadap suatu
stimulus dalam lingkungan, yang bermanfaat bagi kehidupan. Perilaku juga dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas anggota badan. Berdasar batasan ini prilaku merujuk kepada kegiatan
lahir yang dapat diamati dengan pancaindera. Namun demikian prilaku juga dapat merujuk
kepada aktivitas internal yang tidak dapat dilihat misalnya berpikir. Sikap pada hakikatnya
merupakan prilaku internal. Individu dapat mengekspresikan sikap sebagai prilaku internal
dalam bentuk prilaku eksternal.
Nilai dan sikap merupakan dua faktor penting yang menentukan prilaku seseorang.
Konsistensi hubungan antara sikap dan prilaku ditentukan oleh dua faktor yaitu motivasi dan
kesempatan. Jika seseorang memiliki motivasi yang kuat untuk berpikir tentang sesuatu obyek
serta memiliki kesempatan untuk berbuat, maka sikap akan memberi pengaruh kepada
prilakunya. Pendapat tersebut sejalan dengan teori “reasoned action” yang menyatakan bahwa
sikap dan nilai subyektif secara bersama-sama menentukan munculnya suatu prilaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara nilai, sikap, dan prilaku itu sangat erat kaitannya.
Nilai merupakan kepercayaan normatif, yang ikut menentukan apa yang disukai dan apa yang
tidak disukai oleh seseorang, sehingga terbentuk sikapnya terhadap sesuatu obyek. Selanjutnya
sikap akan mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang. Namun demikian, seperti yang
dijelaskan diatas bahwa konsistensi hubungannya antara sikap dan perilaku tersebut terjadi,
jika terpenuhi syarat-syarat tertentu.
C. Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS
Penanaman sikap atau sikap mental yang baik melalui pengajaran IPS, tidak dapat
dilepaskan dari mengajarkan nilai dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat. Dengan kata
lain, strategi pengajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan
mengembangkan sikap mental yang baik.
Materi dan pokok bahasan pada pengajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode
, digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan pemilikan nilai-nilai yang baik pada
diri siswa. Dengan terbinanya nilai-nilai secara baik dan terarah pada mereka, sikap mentalnya
juga akan menjadi positif terhadap rangsangan dan lingkungannya, sehingga tingkah laku dan
tindakannya tidak menyimpang dari nilai-nilai luhur.
Penanaman nilai dan sikap pada pengajaran IPS hendaknya dipersiapkan dan dirancang
berkesinambungan dengan penekanan pada setiap tingkat yang berbeda. Semakin tinggi
jenjangnya semakin besar unsur pemahaman dan pertanggungjawabannya. Pengajaran IPS
dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan
seluruh nilai-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu, ditanamkan kepada siswa
merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia.
Menurut Paul Suparno, SJ. Sikap dan tingkah laku yang berlaku umum yang lebih
mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat
perlu mendapatkan tekanan. Beberapa sikap dan tingkah laku itu antara lain sebagai berikut :
1) Sikap penghargaan kepada setiap manusia
2) Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia, sopan, dan tepat
janji
3) Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup bersama orang lain
yang berbeda
4) Kebebasan dan tanggung jawab
5) Penghargaan terhadap alam
6) Penghormatan kepada sang pencipta
7) Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin, bijaksana,
cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang penyempurnaan diri pribadi.
Sikap mental dan tingkah laku tersebut diatas harus selalu dikembangkan. Dalam
pengembangnnya harus dijiwai oleh nilai-nilai yang luhur dan latihan mengungkapkan sikap
mental secara baik, terarah, dan terpuji. Kesadaran dan penghayatan siswa terhadap nilai yang
menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia harus ditanamkan secara
berkesinambungan, sehingga sikap mental siswa menjadi benar-benar memancarkan
kebenaran, keluhuran, dan tanggung jawab.
Pada jenjang SD sudah harus diperkenalkan pada proses pengembangan pemahaman
alasan-alasan akan nilai-nilai yang diperkenalkan. Pada siswa kelas rendah, unsur-unsur
permainan dan penanaman nilai tidak boleh dilupakan. Sebab pada tahap ini, siswa harus
dikondisikan merasa senang dalam hidup bersama, bersosialisasi, dan mulai mengenal ilmu
pengetahuan.
Nilai-nilai yang ditanamkan kepada siswa harus semakin diperdalam dengan cara
memperkenalkan mengapa nilai-nilai itu ditanamkan. Tahap demi tahap mulai dikembangkan
unsur pemahaman kepada diri siswa, nilai-nilai kejujuran, keadilan, kepahlawanan harus sudah
mulai diperkenalkan dan harus mendapat tekanan serta perhatian. Cerita dan dongeng dapat
menjadi sarana yang baik untuk pengenalan dan penanaman nilai-nilai tersebut.
Pada kelas tinggi, harus ditambah porsi pemahamannya, kegiatan-kegiatannya harus
dipilih yang dapat membangun sikap tanggung jawab, keteraturan, kebersamaan dalam
kelompok yang saling membantu. Pemberian tugas baik yang bersifat individu maupun
kelompok, diskusi, dan Tanya jawab , keteraturan, kebersamaan dalam kelompok yang saling
membantu. Pemberian tugas baik, yang bersifat individu maupun kelompok, diskusi, dan tanya
jawab merupakan metode yang cocok untuk menanamkan nilai dan sikap dalam pengajaran
IPS.
Penanaman nilai dan sikap kepada siswa itu penting, ungkapan ini senada dengan tujuan
pengajaran IPS yang selain mengembangkan pengetahuan juga mengembangkan keterampilan
dan menanamkan nilai dan sikap kepada siswa. Leonard Kenworthy dalam dalam (Kosasih
Djahiri dan Fatimah Ma’mun) mengemukakan rumus sebagai berikut :
P (Pengetahuan ) + S (Sikap) + K (Keterampilan) = B (Behavior = kelakuan).
Hal ini menggambarkan bahwa sikap lahir secara bersamaan dan satu sama lain tidak
dapat dipisah-pisahkan. Bila keempat aspek tersebut mampu kita ajarkan atau kita bina kepada
siswa maka sikap seseorang akan terlatih dan terbina pula. Namun harus kita sadari bahwa
tidak selamanya kita dapat mengajarkan keempat aspek itu dalam pengajaran suatu konsep.
Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik dan langkah tertentu, nilai-nilai sopan
santun, baik, dan buruk, adil dan tidak adil, dan sebagainya dapat ditanankan kepada siswa
dengan cara menimbulkan kesadaran siswa sendiri dan melalui cara-cara kritis rasional dalam
proses belajar mengajar dan ditanamkan secara bertahap.
Penanaman nilai melalui drilling atau hafalan semua tidaklah tepat, sebab siswa
menerima suatu nilai hanya sebagai pengetahuan yang disimpannya dalam benaknya atau
berusaha kearah merubah sikap dengan secara terpaksa, semu atau pura-pura tanpa keyakinan.
Pengajaran nilai dan sikap hendaknya benar-benar mampu menyentuh kesadaran nilai siswa
itu sendiri dan tertanam melalui logika pembenaran yang dapat diterima siswa itu, sehingga
nilai-nilai tersebut menjadi milik dan keyakinan yang tidak mudah berubah.
Pengajaran IPS pada hakikatnya adalah pengajaran yang mensosialkan diri dan pribadi
siswa. Dengan demikian siswa dengan segala kepribadiannya atau sikapnya hendaknya mampu
meresapi (menghayati), mengadaptasi (menerima), dan/mempraktekkan nilai-nilai umum yang
berlaku dimasyarakat. Setiap konsep/topik/tema/pelajaran IPS memiliki nilai-nilai tertentu
yang oleh siswa perlu dikaji, diolah, dan ditelaah dan cocok dengan dirinya, diproses menjadi
miliknya untuk kemudian digunakan sebagai pola atau barometer perbuatannya dalam
hidupnya. Kalau nilai dan sikap tersebut memang dianggap baik untuk orang lain, maka dapat
dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada orang lain dengan cara yang wajar.

2. referensi ke dua
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603252001121-
MUNIR/Multimedia/Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/Peng_Pend_IPS/kajian_ips_4.pdf)

Pada dasarnya manusia hidup adalah saling membutuhkan, saling tergantung dengan
manusia lainnya dan saling tolong menolong. Hubungan antara manusia satu dengan manusia
lainnya dapat juga dikatakan sebagai hubungan sosial. Ketergantungan seseorang dengan orang
lain, manusia satu dengan manusia lain tidak hanya terbatas pada hubungan dalam satu
keluarga saja, tetapi menyangkut manusia lain pada masyarakat yang lebih luas. Seorang anak
dalam pertumbuhannya membutuhkan pendidikan, pergaulan dengan teman sebaya, juga
membutuhkan hiburan dan lain-lain. Jadi hubungan sosial yang dialaminya menjadi semakin
luas. Dari pengalaman bergaul untuk memenuhi kebutuhan hidupnya itu dalam diri seseorang
akan tumbuh pengetahuan tentang seluk beluk hidup bermasyarakat berkenaan dengan
kebutuhan hidupnya, sifat-sifat seseorang yang berbeda-beda, hal-hal yang baik dan hal-hal
yang buruk, dan teknonologi yang dapat digunakan untuk mempertahankan hidup. Menurut
Nursid Sumaatmadja (2006:1.3) pengalaman atau pengetahuan yang melekat pada diri
seseorang tersebut dapat dirangkum sebagai pengetahuan sosial. Lahirnya seseorang dalam
lingkungan keluarga yang diikuti oleh hubungan, pergaulan, pemenuhan kebutuhan, dan lain-
lain yang dialami dalam kehidupan bermasyarakat, telah membentuk pengetahuan sosial dalam
diri seseorang. Tujuan utama pendidikan IPS adalah menyiapkan peserta didik sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang baik serta memberi dasar pengetahuan sosial untuk
kelanjutan jenjang di atasnya. Di perguruan tinggi, IPS diberikan kepada para mahasiswa agar
supaya menghasilkan guru IPS yang dapat menguasai konsepkonsep dasar secara esensial
tentang ilmu-ilmu sosial dan mampu membelajarkan kepada peserta didiknya secara bermakna
(Udin S. Winataputra. 2003: 1.1). Dari para ahli IPS yang tergabung pada Konsorsium Program
PJJ S1 PGSD yang diterbitkan dalam bentuk Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar
(Depdiknas 2006:99) dikatakan, pendidikan IPS didesain untuk membantu meningkatkan
kemampuan warga negara dalam masyarakat demokrasi, bersifat integratif yaitu memadukan
berbagai bidang studi untuk mendapatkan pemahaman tentang fenomena yang ada dalam
masyarakat secara lebih komprehensip. Dalam kontek persekolahan di Indonesia, istilah yang
resmi digunakan dalam kurikulum ialah Pendidikan IPS.
Menurut Somantri (Depdiknas 2006:100), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu
Sosial Indonesia (HISPISI) dalam pertemuan mereka di Bandung tahun 1989 mengemukakan
batasan tentang Pendidikan IPS, yaitu sebagai “program pendidikan yang memilih bahan
pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniti, yang diorganisasikan dan disajikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”. Pengertian ilmiah ialah bahwa
pendidikan IPS disajikan secara sistematis dengan memperhatikan urutan isi yang logis.
Sedangkan secara psikologis dimaksudkan bahwa pendidikan IPS disusun berdasarkan kondisi
siswa, guru, ruang kelas, sekolah, yang berbeda dalam: kultur, harapan, aspirasi, perasaan,
lingkungannya dan faktor psikis lainnya. Hal ini berarti menuntut kemampuan guru dalam
membelajarkan IPS khususnya kepada siswa di SD. Oleh karena itu guru harus memahami
karakteristik dan tingkat perkembangan siswanya.
Menurut Hasan (Depdiknas, 2006:101), IPS sebagai Pendidikan Pengetahuan Sosial
bercirikan pada tujuan yang difokuskan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
melalui pengetahuan sosial dan budaya, dalam bentuk kemampuan berpikir, sikap, dan nilai
untuk dirinya sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial dan budaya. Kajian
yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini ialah kajian terhadap materi yang berhubungan
dengan kehidupan sosial dan budaya di sekitarnya, tanpa perlu membatasi diri pada salah satu
atau beberapa disiplin ilmuilmu sosial.
IPS sebagai Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial dikembangkan dalam bentuk kurikulum
akademik atau kurikulum disiplin yang memakai nama disiplin ilmu, contohnya geografi,
sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi secara terpisah. Tujuan pembelajaran IPS dengan
pendekatan monodisiplin ilmu ini sangat dekat dengan tujuan disiplin ilmu tersebut. Menurut
Mars (Depdiknas,2006), pengajaran IPS lebih cenderung sebagai Pendidikan Pengetahuan
Sosial. Mars mengemukakan bahwa Pendidikan IPS adalah studi tentang manusia sebagai
makhluk sosial yang tersusun dalam masyarakat, dan interaksi antara satu dengan lainnya, serta
dengan lingkungan mereka pada suatu tempat dan waktu tertentu. Ditambahkan bahwa
pendidikan IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang kompleks, yang tidak dapat
dipandang dari satu dimensi belaka, karena keterpaduan merupakan sifat alami dari pendidikan
IPS. Dengan belajar IPS diharapkan dapat membantu generasi muda mengembangkan
kemampuannya menjadi orang yang cerdas dalam mengambil keputusan untuk kehidupan di
masyarakat.
A. Menumbuhkan Kepekaan Sosial Melalui Belajar IPS Dewasa ini kepedulian sosial
warga masyarakat terasa sudah mulai sangat menurun. Antara anggota masyarakat satu dengan
anggota masyarakat yang lain rasa kerjasama atau gotong royong yang pernah dilaksanakan
oleh generasai kita dahulu sudah mulai luntur. Saat penulis masih duduk dibangku SD dahulu
nuansa kegotongroyongan dalam kehidupan di kampung (masyarakat) sangat terasa. Apabila
ada anggota masyarakat yang memilki hajatan atau keperluan yang harus memerlukan bantuan
tenaga dan pikiran, para tetangga akan dengan senang hati datang membantu baik diundang
ataupun datang atas inisiatif sendiri. Sebagai contoh, saat ada acara resepsi pernikahan,
sunatan, membangun rumah, membajak dan membersihkan rumput disawah sampai memanen
padi, dan bila ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Semua dikerjakan oleh anggota
masyarakat secara bergotong royong tanpa mengharapkan imbalan atau diberi upah. Biasanya
yang mempunyai hajat atau yang mempunyai kerja hanya menyediakan sekadar minuman dan
makanan untuk mereka yang membantu. Hampir seluruh warga masyarakat akan hadir untuk
ikut partisipasi membantu tetangga yang sedang punya hajat tersebut. Situasi kebersamaan
dalam hidup bergotong-royong seperti yang diceritakan di atas tersebut kini sangat sulit
ditemukan di kampung penulis dan sekitarnya. Fenomena yang sedang terjadi di banyak daerah
ternyata juga tidak jauh berbeda. Kehidupan sosial masyarakat dewasa ini cenderung sudah
mulai meninggalkan norma-norma sosial yang pernah hidup dan berkembang pada masa
generasi tua waktu itu. Nilai-nilai hidup yang penuh rasa kebersamaan, rasa simpati dan empati
pada orang lain, rasa saling menghormati dan rasa toleransi sekarang ini sudah mulai memudar.
Pergaulan di masyarakat antara yang muda dengan yang lebih tua juga sudah mulai
meninggalkan etika pergaulan yang dalam bahasa jawa disebut unggah-ungguh. Perilaku hidup
yang menonjolkan sikap individual dan kompetitif lebih banyak ditampilkan dari pada
berperilaku dengan penuh kebersamaan dan toleransi. Apabila ada pekerjaan yang
membutuhkan kerjasama dengan orang lain biasanya tidak lepas dari unsur balas jasa yang
berupa sejumlah uang untuk menghargai pekerjaan secara profesional. Kepekaan dan
kepedulian sosial yang pernah tumbuh dan berkembang pada masa generasi pendahulu kita
waktu itu harus kita upayakan dapat tumbuh kembang kembali. Inilah tugas kita semua,
terutama Anda sebagai guru SD. Kita sebagai guru yang mengajarkan IPS memiliki ruang yang
cukup strategis menumbuhkan sikap peka dan peduli anak pada lingkungan sosialnya. Kita
mulai dari diri kita dan anak didik kita nanti.
Pada anak-anak usia sekolah dasar akan sangat baik untuk dibiasakan hidup gotong
royong dan bekerjasama melalui bimbingan dan tugas dari guru. Melalui konsep-konsep ilmu
sosial sebagai dasar pengajaran IPS siswa diberi pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
bersikap dan menjawab tantangan serta problematika sosial yang ada di lingkungan siswa.
Guru IPS harus dapat melihat isu-isu dan permasalahan sosial yang sedang berkembang,
khususnya di lingkungan siswa guna dijadikan bahan mengajar di kelas. Tentu saja bahan
pengajaran yang diambil dari permasalahan yang terjadi di masyarakat (lingkungan sekitar
siswa) tersebut ada korelasinya dengan materi bahasan yang ada pada kurikulum/GBPP.
Dengan cara seperti ini, maka diharapkan siswa dapat mudah memahami konsepkonsep
IPS yang sekaligus dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan siswa. Hal ini juga akan
membuat mata pelajaran IPS menarik perhatian siswa dikarenakan belajar IPS tidak hanya
berupa hafalan dari buku, tetapi langsung memecahkan persoalan sosial yang sedang dihadapi
siswa di lingkungannya. Untuk dapat memberikan bekal kepada anak didiknya kelak terkait
dengan IPS maka Anda perlu mempelajari konsep-konsep dasar ilmu sosial. Konsep dasar
ilmu-ilmu sosial yang perlu dipelajari antara lain tentang geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi,
dan antropologi. Secara sederhana konsep ilmu-ilmu sosial tersebut akan kita bahas pada
bagian berikut.
B. Konsep Geografi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Secara harafiah
geografi, berarti lukisan atau tulisan tentang bumi. Menurut Richard Hartshorne, geografi
berkenaan dengan penyajian deskripsi sifat permukaan bumi yang bervariasi secara tepat
(akurat), berurutan, dan rasional. Sedangkan menurut Panitia Ad Hoc Geografi, menyatakan
bahwa geografi mencoba menjelaskan bagaimana subsistem lingkungan alam terorganisasikan
di permukaan bumi, dan bagaimana manusia tersebar di permukaan bumi, itu dalam
hubungannya dengan gejala alam dan dengan sesama manusia.
Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa geografi berkenaan dengan
gejala yang terdapat di permukaan bumi, baik gejala alam, lingkungan maupun manusia yang
meliputi sifat-sifat, penyebaran serta hubungannya satu sama lain. Dengan demikian dalam
mempelajari gejala-gejala tersebut, geografi selalu meninjau lokasinya dalam ruang yang
disebut permukaan bumi, termasuk proses, perubahan, dan perkembangannya.
Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks
keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang tiga
dimensi, terdiri atas muka bumi yang berupa darat dan perairan serta udara di atasnya. Ruang
permukaan bumi ini secara bertahap ukuran dan jaraknya mulai dari tingkat lokal, regional
sampai ke tingkat global. Selain itu yang dimaksud dengan ruang dalam geografi adalah
meliputi lapisan atmosfer sampai ketinggian tertentu, lapisan batuan sampai kedalaman
tertentu, lapisan air, dan proses alamiah yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu, konsep
geografi adalah konsep keruangan yang bertahap dari tingkat lokal, regional sampai global.
Ruang lingkup kajian konsep keruangan ini berkembang mulai dari konsep lokal, regional
sampai global. Perhatikan, amati dan hayati keadaan serta perkembangan yang terjadi di tempat
Anda dari waktu ke waktu. Bagaimana keadaan pemukiman, jalan, pertanian, pengairan,
perdagangan, dan keadaan penduduk setempat. Apakah tetap “begitu-begitu saja” dari waktu
ke waktu? Ataukah selalu mengalami perubahan? Apakah luas areal dan kawasan perumahan
setempat tetap begitu saja dari waktu ke waktu, ataukah mengalami perluasan?
Memperhatikan, mengamati, menghayati, sampai mengkaji keadaan yang demikian di tempat
anda, berarti anda telah melakukan kegiatan dalam konteks geografi atau konteks keruangan
pada tingkat lokal. Melalui proses pengamatan perspektif lokal, Anda dapat menyaksikan
bahwa perkampungan yang satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk
perkampungan yang lebih luas dari perkampungan-perkampungan semula. Sebagai
penghubung perkampungan satu dengan perkampungan lainnya, yaitu adanya jalan, alat
angkutan atau transportasi, juga karena arus manusia dan barang. Disini terjadi proses sosial
ekonomi dalam bentuk interaksi antar penduduk (manusia) dan saling ketergantungan
(interdependensi) barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dalam keadaan yang demikian,
perspektif geografi anda tidak lagi hanya terbatas pada ruang yang disebut kampung atau
perkampungan melainkan terdorong pada kawasan-kawasan yang lebih luas. Setelah anda
mengamati dan menghayati meluasnya perkampungan, Anda juga dapat mengamati serta
menghayati meluasnya suatu kota dari waktu ke waktu. Kota tempat tinggal Anda atau paling
tidak kota yang dekat dengan tempat tinggal Anda, apakah itu kota kecamatan ataukah kota
kabupaten. Anda dapat mengevaluasi perkembangan kota yang bersangkutan dari waktu ke
waktu. Selain areal atau kawasannya yang makin luas, juga isi kota itu mengalami
perkembangan. Pemukiman penduduk, tempat perbelanjaan, pasar, jaringan jalan, jumlah
penduduk, dan seterusnya mengalami perubahan serta perkembangan. Bahkan jika Anda
memperhatikan masa yang akan datang atau “memprediksi” bahwa kota-kota kecil itu akan
bersambung satu sama lain dan akan membentuk kota yang lebih besar dari keadaan semula.
Dari pembahasan yang baru kita ikuti, konsep geografi atau konsep keruangan itu, tidak lagi
melihat kawasan lokal semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu,
konsep geografi ini dapat disebut sebagai tingkat regional. Pengertian region atau wilayah atau
kawasan menurut Peter Hagget (1975: 6), adalah bagian dari permukaan bumi, baik alamiah maupun
binaan manusia yang membedakan diri dari areal yang ada disekitarnya. Dengan menerapkan
pengamatan, penghayatan, dan prediksi tingkat regional, Anda dapat mengkaji perubahan dalam
ruang yang disebut region atau wilayah. Pergeseran fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi
pertanian, menjadi pemukiman, kawasan pertanian menjadi kawasan industri, jalan, lapangan golf,
dan sebagainya, membawa dampak pula pada perubahan tata air, tatanan kehidupan tumbuh-
tumbuhan dan hewan, serta mengakibatkan perubahan cuaca dan seterusnya. Dengan menerapkan
analisis perspektif regional ini, anda akan mampu memprediksi perkembangan dusun menjadi kota
kecil.

C. Konsep Sejarah dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Sejarah dan geografi
merupakan ilmu “Dwitunggal” artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu
“kapan” terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap, jika tidak dipertanyakan “dimana”
tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi. Dengan
dipertanyakan waktu dan tempatnya maka karakter peristiwa itu menjadi lebih jelas adanya.
Dari uraian pendahuluan tadi, Anda mendapatkan gambaran bahwa konsep sejarah mengacu
pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Konsep sejarah suatu peristiwa,
membawa citra kepada kita tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari ini,
untuk memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. Selanjutnya, dari sudut pandang
sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan, perang, pertemuan
internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki dampak luas terhadap tatanan
kehidupan global, dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan transformasi budaya
serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki
kehidupan global di masa yang akan datang.
D. Konsep Ekonomi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Menurut H. W Arndt
dan Gerardo P Sicat (Nursid Sumaadmadja:2001), Ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah
yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan
pilihan. Manusia mempunyai keinginan yang tidak terbatas. Untuk memuaskan bermacam-
macam keinginan yang tidak terbatas tersebut, tersedia sumber daya yang dapat digunakan,
namun berbagai sumber daya ini tidak tersedia dengan bebas. Oleh karenanya, sumber daya ini
langka dan mempunyai berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat terjadi antara
penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan). Berdasarkan konsep
tersebut di atas, pembahasan ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek yang meliputi: 1.
menentukan pilihan 2. keinginan yang tidak terbatas Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 11
3. persediaan sumber daya terbatas, bahkan ada yang langka 4. kegunaan alternatif sumber
daya, dan 5. penggunaan hari ini dan hari esok? Dari aspek-aspek yang telah dikemukakan tadi,
jelas bahwa konsep ekonomi terkait dengan waktu, hari ini, dan hari esok. Sedangkan apa yang
diprediksikan terutama berkenaan dengan keinginan yang “cenderung” tidak terbatas,
persediaan sumber daya itu terbatas bahkan langka, dan adanya penggunaan alternatif sumber
daya.
E. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global 1. Pengertian
Sosiologi Secara sadar atau tidak sadar manusia membutuhkan manusia lain, ia tidak dapat
secara mutlak hidup menyendiri tanpa ada kontak dengan manusia lain. Manusia merupakan
anggota masyarakat selama ia hidup, dan selama itu pula ia mengadakan kontak dengan
manusia lain, sehingga terjadilah interpersonal relation. Dalam mengadakan kontaknya dengan
manusia lain, biasanya ia mempunyai maksud tertentu, dan tingkah lakunya itu disebut
kebudayaan. Sejak lahir manusia telah mengadakan hubungan dengan orang lain, yaitu orang
tuanya dan keluarganya. Setelah besar iapun mengembangkan pergaulannya hingga menambah
pengalaman, dan ia mulai menyadari bahwa dirinya dengan orang lain mempunyai persamaan
sifat, walaupun dalam dirinya ada satu ciri yang khas. Hal seperti itulah yang menjadi obyek
sosiologi. Jadi apa yang dimaksud dengan sosiologi itu sebenarnya? Menurut Pitirin Sorokin
(1928) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga
dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya).
2. Ruang Lingkup Sosiologi Dalam sosiologi obyek yang menjadi sorotan utamanya
adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia, terutama dalam
lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial. Apabila
hubungan tersebut ditimbulkan oleh manusia yang aktif satu sama lain, maka akan terjadi
interkasi sosial.
3. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Sebagai dampak
kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan Iptek di bidang transportasi dan komunikasi, interaksi
sosial ini makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya jaringan jalan, baik jalan darat,
laut, dan udara interkasi sosialnya makin cepat dan meluas. Interaksi tersebut telah dapat
menembus batas lokal, nasional, internasional sampai global.
F. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global 1. Pengertian
Antropologi Secara harafiah antropologi, adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Artinya bahwa manusia dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu sudut biologi dan sudut sosiobudaya. Namun dalam peninjauannya,
tidak melihat manusia sebagai makhluk biologis dan makhluk sosio-budaya secara terpisah-
pisah, melainkan secara keseluruhan yaitu sebagai satu kesatuan fenomena biososial.
Ruang Lingkup Antropologi Ruang lingkup antropologi itu sangat laus, perhatian ilmu
antropologi ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani dan cara-cara produksi, tradisitradisi,
dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya.
Dilihat dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua sudut, yaitun sudut biologi dan
sudut sosio-budaya. Cara peninjauannya tidak terpisah-pisah melainkan holistik, artinya
merupakan satu kesatuan fenomena bio-sosial.
Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Pada hakikatnya,
perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai tingkat
global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat
manusia. Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan
kehidupannya sampai mengglobal.

7. 1. Referensi ke satu

(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603252001121-
MUNIR/Multimedia/Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/Peng_Pend_IPS/kajian_ips_4.pdf)

Pada dasarnya manusia hidup adalah saling membutuhkan, saling tergantung dengan
manusia lainnya dan saling tolong menolong. Hubungan antara manusia satu dengan manusia
lainnya dapat juga dikatakan sebagai hubungan sosial. Ketergantungan seseorang dengan orang
lain, manusia satu dengan manusia lain tidak hanya terbatas pada hubungan dalam satu
keluarga saja, tetapi menyangkut manusia lain pada masyarakat yang lebih luas. Seorang anak
dalam pertumbuhannya membutuhkan pendidikan, pergaulan dengan teman sebaya, juga
membutuhkan hiburan dan lain-lain. Jadi hubungan sosial yang dialaminya menjadi semakin
luas. Dari pengalaman bergaul untuk memenuhi kebutuhan hidupnya itu dalam diri seseorang
akan tumbuh pengetahuan tentang seluk beluk hidup bermasyarakat berkenaan dengan
kebutuhan hidupnya, sifat-sifat seseorang yang berbeda-beda, hal-hal yang baik dan hal-hal
yang buruk, dan teknonologi yang dapat digunakan untuk mempertahankan hidup. Menurut
Nursid Sumaatmadja (2006:1.3) pengalaman atau pengetahuan yang melekat pada diri
seseorang tersebut dapat dirangkum sebagai pengetahuan sosial. Lahirnya seseorang dalam
lingkungan keluarga yang diikuti oleh hubungan, pergaulan, pemenuhan kebutuhan, dan lain-
lain yang dialami dalam kehidupan bermasyarakat, telah membentuk pengetahuan sosial dalam
diri seseorang. Tujuan utama pendidikan IPS adalah menyiapkan peserta didik sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang baik serta memberi dasar pengetahuan sosial untuk
kelanjutan jenjang di atasnya. Di perguruan tinggi, IPS diberikan kepada para mahasiswa agar
supaya menghasilkan guru IPS yang dapat menguasai konsepkonsep dasar secara esensial
tentang ilmu-ilmu sosial dan mampu membelajarkan kepada peserta didiknya secara bermakna
(Udin S. Winataputra. 2003: 1.1). Dari para ahli IPS yang tergabung pada Konsorsium Program
PJJ S1 PGSD yang diterbitkan dalam bentuk Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar
(Depdiknas 2006:99) dikatakan, pendidikan IPS didesain untuk membantu meningkatkan
kemampuan warga negara dalam masyarakat demokrasi, bersifat integratif yaitu memadukan
berbagai bidang studi untuk mendapatkan pemahaman tentang fenomena yang ada dalam
masyarakat secara lebih komprehensip. Dalam kontek persekolahan di Indonesia, istilah yang
resmi digunakan dalam kurikulum ialah Pendidikan IPS.
Menurut Somantri (Depdiknas 2006:100), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu
Sosial Indonesia (HISPISI) dalam pertemuan mereka di Bandung tahun 1989 mengemukakan
batasan tentang Pendidikan IPS, yaitu sebagai “program pendidikan yang memilih bahan
pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniti, yang diorganisasikan dan disajikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”. Pengertian ilmiah ialah bahwa
pendidikan IPS disajikan secara sistematis dengan memperhatikan urutan isi yang logis.
Sedangkan secara psikologis dimaksudkan bahwa pendidikan IPS disusun berdasarkan kondisi
siswa, guru, ruang kelas, sekolah, yang berbeda dalam: kultur, harapan, aspirasi, perasaan,
lingkungannya dan faktor psikis lainnya. Hal ini berarti menuntut kemampuan guru dalam
membelajarkan IPS khususnya kepada siswa di SD. Oleh karena itu guru harus memahami
karakteristik dan tingkat perkembangan siswanya.
Menurut Hasan (Depdiknas, 2006:101), IPS sebagai Pendidikan Pengetahuan Sosial
bercirikan pada tujuan yang difokuskan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
melalui pengetahuan sosial dan budaya, dalam bentuk kemampuan berpikir, sikap, dan nilai
untuk dirinya sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial dan budaya. Kajian
yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini ialah kajian terhadap materi yang berhubungan
dengan kehidupan sosial dan budaya di sekitarnya, tanpa perlu membatasi diri pada salah satu
atau beberapa disiplin ilmuilmu sosial.
IPS sebagai Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial dikembangkan dalam bentuk kurikulum
akademik atau kurikulum disiplin yang memakai nama disiplin ilmu, contohnya geografi,
sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi secara terpisah. Tujuan pembelajaran IPS dengan
pendekatan monodisiplin ilmu ini sangat dekat dengan tujuan disiplin ilmu tersebut. Menurut
Mars (Depdiknas,2006), pengajaran IPS lebih cenderung sebagai Pendidikan Pengetahuan
Sosial. Mars mengemukakan bahwa Pendidikan IPS adalah studi tentang manusia sebagai
makhluk sosial yang tersusun dalam masyarakat, dan interaksi antara satu dengan lainnya, serta
dengan lingkungan mereka pada suatu tempat dan waktu tertentu. Ditambahkan bahwa
pendidikan IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang kompleks, yang tidak dapat
dipandang dari satu dimensi belaka, karena keterpaduan merupakan sifat alami dari pendidikan
IPS. Dengan belajar IPS diharapkan dapat membantu generasi muda mengembangkan
kemampuannya menjadi orang yang cerdas dalam mengambil keputusan untuk kehidupan di
masyarakat.
A. Menumbuhkan Kepekaan Sosial Melalui Belajar IPS Dewasa ini kepedulian sosial
warga masyarakat terasa sudah mulai sangat menurun. Antara anggota masyarakat satu dengan
anggota masyarakat yang lain rasa kerjasama atau gotong royong yang pernah dilaksanakan
oleh generasai kita dahulu sudah mulai luntur. Saat penulis masih duduk dibangku SD dahulu
nuansa kegotongroyongan dalam kehidupan di kampung (masyarakat) sangat terasa. Apabila
ada anggota masyarakat yang memilki hajatan atau keperluan yang harus memerlukan bantuan
tenaga dan pikiran, para tetangga akan dengan senang hati datang membantu baik diundang
ataupun datang atas inisiatif sendiri. Sebagai contoh, saat ada acara resepsi pernikahan,
sunatan, membangun rumah, membajak dan membersihkan rumput disawah sampai memanen
padi, dan bila ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Semua dikerjakan oleh anggota
masyarakat secara bergotong royong tanpa mengharapkan imbalan atau diberi upah. Biasanya
yang mempunyai hajat atau yang mempunyai kerja hanya menyediakan sekadar minuman dan
makanan untuk mereka yang membantu. Hampir seluruh warga masyarakat akan hadir untuk
ikut partisipasi membantu tetangga yang sedang punya hajat tersebut. Situasi kebersamaan
dalam hidup bergotong-royong seperti yang diceritakan di atas tersebut kini sangat sulit
ditemukan di kampung penulis dan sekitarnya. Fenomena yang sedang terjadi di banyak daerah
ternyata juga tidak jauh berbeda. Kehidupan sosial masyarakat dewasa ini cenderung sudah
mulai meninggalkan norma-norma sosial yang pernah hidup dan berkembang pada masa
generasi tua waktu itu. Nilai-nilai hidup yang penuh rasa kebersamaan, rasa simpati dan empati
pada orang lain, rasa saling menghormati dan rasa toleransi sekarang ini sudah mulai memudar.
Pergaulan di masyarakat antara yang muda dengan yang lebih tua juga sudah mulai
meninggalkan etika pergaulan yang dalam bahasa jawa disebut unggah-ungguh. Perilaku hidup
yang menonjolkan sikap individual dan kompetitif lebih banyak ditampilkan dari pada
berperilaku dengan penuh kebersamaan dan toleransi. Apabila ada pekerjaan yang
membutuhkan kerjasama dengan orang lain biasanya tidak lepas dari unsur balas jasa yang
berupa sejumlah uang untuk menghargai pekerjaan secara profesional. Kepekaan dan
kepedulian sosial yang pernah tumbuh dan berkembang pada masa generasi pendahulu kita
waktu itu harus kita upayakan dapat tumbuh kembang kembali. Inilah tugas kita semua,
terutama Anda sebagai guru SD. Kita sebagai guru yang mengajarkan IPS memiliki ruang yang
cukup strategis menumbuhkan sikap peka dan peduli anak pada lingkungan sosialnya. Kita
mulai dari diri kita dan anak didik kita nanti.
Pada anak-anak usia sekolah dasar akan sangat baik untuk dibiasakan hidup gotong
royong dan bekerjasama melalui bimbingan dan tugas dari guru. Melalui konsep-konsep ilmu
sosial sebagai dasar pengajaran IPS siswa diberi pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
bersikap dan menjawab tantangan serta problematika sosial yang ada di lingkungan siswa.
Guru IPS harus dapat melihat isu-isu dan permasalahan sosial yang sedang berkembang,
khususnya di lingkungan siswa guna dijadikan bahan mengajar di kelas. Tentu saja bahan
pengajaran yang diambil dari permasalahan yang terjadi di masyarakat (lingkungan sekitar
siswa) tersebut ada korelasinya dengan materi bahasan yang ada pada kurikulum/GBPP.
Dengan cara seperti ini, maka diharapkan siswa dapat mudah memahami konsepkonsep
IPS yang sekaligus dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan siswa. Hal ini juga akan
membuat mata pelajaran IPS menarik perhatian siswa dikarenakan belajar IPS tidak hanya
berupa hafalan dari buku, tetapi langsung memecahkan persoalan sosial yang sedang dihadapi
siswa di lingkungannya. Untuk dapat memberikan bekal kepada anak didiknya kelak terkait
dengan IPS maka Anda perlu mempelajari konsep-konsep dasar ilmu sosial. Konsep dasar
ilmu-ilmu sosial yang perlu dipelajari antara lain tentang geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi,
dan antropologi. Secara sederhana konsep ilmu-ilmu sosial tersebut akan kita bahas pada
bagian berikut.
B. Konsep Geografi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Secara harafiah
geografi, berarti lukisan atau tulisan tentang bumi. Menurut Richard Hartshorne, geografi
berkenaan dengan penyajian deskripsi sifat permukaan bumi yang bervariasi secara tepat
(akurat), berurutan, dan rasional. Sedangkan menurut Panitia Ad Hoc Geografi, menyatakan
bahwa geografi mencoba menjelaskan bagaimana subsistem lingkungan alam terorganisasikan
di permukaan bumi, dan bagaimana manusia tersebar di permukaan bumi, itu dalam
hubungannya dengan gejala alam dan dengan sesama manusia.
Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa geografi berkenaan dengan
gejala yang terdapat di permukaan bumi, baik gejala alam, lingkungan maupun manusia yang
meliputi sifat-sifat, penyebaran serta hubungannya satu sama lain. Dengan demikian dalam
mempelajari gejala-gejala tersebut, geografi selalu meninjau lokasinya dalam ruang yang
disebut permukaan bumi, termasuk proses, perubahan, dan perkembangannya.
Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks
keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang tiga
dimensi, terdiri atas muka bumi yang berupa darat dan perairan serta udara di atasnya. Ruang
permukaan bumi ini secara bertahap ukuran dan jaraknya mulai dari tingkat lokal, regional
sampai ke tingkat global. Selain itu yang dimaksud dengan ruang dalam geografi adalah
meliputi lapisan atmosfer sampai ketinggian tertentu, lapisan batuan sampai kedalaman
tertentu, lapisan air, dan proses alamiah yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu, konsep
geografi adalah konsep keruangan yang bertahap dari tingkat lokal, regional sampai global.
Ruang lingkup kajian konsep keruangan ini berkembang mulai dari konsep lokal, regional
sampai global. Perhatikan, amati dan hayati keadaan serta perkembangan yang terjadi di tempat
Anda dari waktu ke waktu. Bagaimana keadaan pemukiman, jalan, pertanian, pengairan,
perdagangan, dan keadaan penduduk setempat. Apakah tetap “begitu-begitu saja” dari waktu
ke waktu? Ataukah selalu mengalami perubahan? Apakah luas areal dan kawasan perumahan
setempat tetap begitu saja dari waktu ke waktu, ataukah mengalami perluasan?
Memperhatikan, mengamati, menghayati, sampai mengkaji keadaan yang demikian di tempat
anda, berarti anda telah melakukan kegiatan dalam konteks geografi atau konteks keruangan
pada tingkat lokal. Melalui proses pengamatan perspektif lokal, Anda dapat menyaksikan
bahwa perkampungan yang satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk
perkampungan yang lebih luas dari perkampungan-perkampungan semula. Sebagai
penghubung perkampungan satu dengan perkampungan lainnya, yaitu adanya jalan, alat
angkutan atau transportasi, juga karena arus manusia dan barang. Disini terjadi proses sosial
ekonomi dalam bentuk interaksi antar penduduk (manusia) dan saling ketergantungan
(interdependensi) barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dalam keadaan yang demikian,
perspektif geografi anda tidak lagi hanya terbatas pada ruang yang disebut kampung atau
perkampungan melainkan terdorong pada kawasan-kawasan yang lebih luas. Setelah anda
mengamati dan menghayati meluasnya perkampungan, Anda juga dapat mengamati serta
menghayati meluasnya suatu kota dari waktu ke waktu. Kota tempat tinggal Anda atau paling
tidak kota yang dekat dengan tempat tinggal Anda, apakah itu kota kecamatan ataukah kota
kabupaten. Anda dapat mengevaluasi perkembangan kota yang bersangkutan dari waktu ke
waktu. Selain areal atau kawasannya yang makin luas, juga isi kota itu mengalami
perkembangan. Pemukiman penduduk, tempat perbelanjaan, pasar, jaringan jalan, jumlah
penduduk, dan seterusnya mengalami perubahan serta perkembangan. Bahkan jika Anda
memperhatikan masa yang akan datang atau “memprediksi” bahwa kota-kota kecil itu akan
bersambung satu sama lain dan akan membentuk kota yang lebih besar dari keadaan semula.
Dari pembahasan yang baru kita ikuti, konsep geografi atau konsep keruangan itu, tidak lagi
melihat kawasan lokal semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu,
konsep geografi ini dapat disebut sebagai tingkat regional. Pengertian region atau wilayah atau
kawasan menurut Peter Hagget (1975: 6), adalah bagian dari permukaan bumi, baik alamiah maupun
binaan manusia yang membedakan diri dari areal yang ada disekitarnya. Dengan menerapkan
pengamatan, penghayatan, dan prediksi tingkat regional, Anda dapat mengkaji perubahan dalam
ruang yang disebut region atau wilayah. Pergeseran fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi
pertanian, menjadi pemukiman, kawasan pertanian menjadi kawasan industri, jalan, lapangan golf,
dan sebagainya, membawa dampak pula pada perubahan tata air, tatanan kehidupan tumbuh-
tumbuhan dan hewan, serta mengakibatkan perubahan cuaca dan seterusnya. Dengan menerapkan
analisis perspektif regional ini, anda akan mampu memprediksi perkembangan dusun menjadi kota
kecil.

C. Konsep Sejarah dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Sejarah dan geografi
merupakan ilmu “Dwitunggal” artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu
“kapan” terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap, jika tidak dipertanyakan “dimana”
tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi. Dengan
dipertanyakan waktu dan tempatnya maka karakter peristiwa itu menjadi lebih jelas adanya.
Dari uraian pendahuluan tadi, Anda mendapatkan gambaran bahwa konsep sejarah mengacu
pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Konsep sejarah suatu peristiwa,
membawa citra kepada kita tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari ini,
untuk memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. Selanjutnya, dari sudut pandang
sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan, perang, pertemuan
internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki dampak luas terhadap tatanan
kehidupan global, dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan transformasi budaya
serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki
kehidupan global di masa yang akan datang.
D. Konsep Ekonomi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Menurut H. W Arndt
dan Gerardo P Sicat (Nursid Sumaadmadja:2001), Ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah
yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan
pilihan. Manusia mempunyai keinginan yang tidak terbatas. Untuk memuaskan bermacam-
macam keinginan yang tidak terbatas tersebut, tersedia sumber daya yang dapat digunakan,
namun berbagai sumber daya ini tidak tersedia dengan bebas. Oleh karenanya, sumber daya ini
langka dan mempunyai berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat terjadi antara
penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan). Berdasarkan konsep
tersebut di atas, pembahasan ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek yang meliputi: 1.
menentukan pilihan 2. keinginan yang tidak terbatas Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 11
3. persediaan sumber daya terbatas, bahkan ada yang langka 4. kegunaan alternatif sumber
daya, dan 5. penggunaan hari ini dan hari esok? Dari aspek-aspek yang telah dikemukakan tadi,
jelas bahwa konsep ekonomi terkait dengan waktu, hari ini, dan hari esok. Sedangkan apa yang
diprediksikan terutama berkenaan dengan keinginan yang “cenderung” tidak terbatas,
persediaan sumber daya itu terbatas bahkan langka, dan adanya penggunaan alternatif sumber
daya.
E. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global 1. Pengertian
Sosiologi Secara sadar atau tidak sadar manusia membutuhkan manusia lain, ia tidak dapat
secara mutlak hidup menyendiri tanpa ada kontak dengan manusia lain. Manusia merupakan
anggota masyarakat selama ia hidup, dan selama itu pula ia mengadakan kontak dengan
manusia lain, sehingga terjadilah interpersonal relation. Dalam mengadakan kontaknya dengan
manusia lain, biasanya ia mempunyai maksud tertentu, dan tingkah lakunya itu disebut
kebudayaan. Sejak lahir manusia telah mengadakan hubungan dengan orang lain, yaitu orang
tuanya dan keluarganya. Setelah besar iapun mengembangkan pergaulannya hingga menambah
pengalaman, dan ia mulai menyadari bahwa dirinya dengan orang lain mempunyai persamaan
sifat, walaupun dalam dirinya ada satu ciri yang khas. Hal seperti itulah yang menjadi obyek
sosiologi. Jadi apa yang dimaksud dengan sosiologi itu sebenarnya? Menurut Pitirin Sorokin
(1928) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga
dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya).
2. Ruang Lingkup Sosiologi Dalam sosiologi obyek yang menjadi sorotan utamanya
adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia, terutama dalam
lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial. Apabila
hubungan tersebut ditimbulkan oleh manusia yang aktif satu sama lain, maka akan terjadi
interkasi sosial.
3. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Sebagai dampak
kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan Iptek di bidang transportasi dan komunikasi, interaksi
sosial ini makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya jaringan jalan, baik jalan darat,
laut, dan udara interkasi sosialnya makin cepat dan meluas. Interaksi tersebut telah dapat
menembus batas lokal, nasional, internasional sampai global.
F. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global 1. Pengertian
Antropologi Secara harafiah antropologi, adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Artinya bahwa manusia dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu sudut biologi dan sudut sosiobudaya. Namun dalam peninjauannya,
tidak melihat manusia sebagai makhluk biologis dan makhluk sosio-budaya secara terpisah-
pisah, melainkan secara keseluruhan yaitu sebagai satu kesatuan fenomena biososial.
Ruang Lingkup Antropologi Ruang lingkup antropologi itu sangat laus, perhatian ilmu
antropologi ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani dan cara-cara produksi, tradisitradisi,
dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya.
Dilihat dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua sudut, yaitun sudut biologi dan
sudut sosio-budaya. Cara peninjauannya tidak terpisah-pisah melainkan holistik, artinya
merupakan satu kesatuan fenomena bio-sosial.
Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Pada hakikatnya,
perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai tingkat
global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat
manusia. Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan
kehidupannya sampai mengglobal.

2. Referensi kedua

(http://putri-tya.blogspot.com/2013/05/konsep-konsep-ips-geografi-sejarah.html?m=1)

Dewasa ini kepedulian sosial warga masyarakat terasa sudah mulai sangat menurun.
Antara anggota masyarakat yang lain rasa kerjasama atau gotong royong yang pernah
dilaksanakan oleh generasi kita dahulu sudah mulai luntur.
Nilai-nilai hidup yang penuh dengan rasa kebersamaan, rasa simpati, dan empati pada
orang lain, rasa saling menghormati dan rasa toleransi sekarang ini sudah mulai memudar.
Pergaulan di masyarakat antara yang muda dengan yang lebih tua juga sudah mulai
meninggalkan etika pergaulan yang dalam bahasa jawa disebut unggah-ungguh. Perilaku hidup
yang menonjolkan sikap individual dan kompetitif lebih banyak ditampilkan daripada
berprilaku dengan penuh kebersamaan dan toleransi. Apabila ada pekerjaan yang
membutuhkan kerjasama dengan uang untuk menghargai pekerjaan secara professional.
Pada anak-anak usia sekolah dasar akan sangat baik untuk dibiasakan hidup gotong
royong dan bekerjasama melalui bimbingan dan tugas dari guru. Melalui konsep-konsep ilmu
sosial sebagai dasar pengajaran IPS siswa diberi pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
bersikap dan menjawab tantangan serta problematika sosial yang ada dilingkungan siswa. Guru
IPS harus dapat melihat isu-isu dan permasalahan sosial yang sedang berkembang, khususnya
di lingkungan siswa guna dijadikan bahan mengajar dikelas. Hal ini juga akan membuat mata
pelajaran IPS menarik perhatian siswa dikarenakan belajar IPS tidak hanya berupa hafalan dari
buku, tetapi langsung memecahkan persoalan sosial yang sedang dihadapi siswa
dilingkungannya.
B. Konsep Geografi dealam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Secara harfiah geografi, berarti lukisan atau tulisan tentang bumi. Menurut Richard
Hartshorne, geografi berkenaan dengan penyajian deskripsi sifat permukaan bumi yang
bervariasi secara tepat (akurat), berurutan, dan rasional. Sedangkan menurut Panitia Ad Hoc
Geografi, menyatakan bahwa geografi mencoba menjelaskan bagaimana subsistem lingkungan
alam terorganisasi di permukaan bumi, dan bagaimana manusia tersebar di permukaan bumi,
itu dalam hubungannya dengan gejala alam dan dengan sesama manusia.
Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa geografi berkenaan dengan
gejala yang terdapat dipermukaan bumi, baik gejala alam, lingkungan maupun manusia yang
meliputi sifat-sifat, penyebaran serta hubungannya satu sama lain. Geografi selau meninjau
lokasinya dalam ruang yang disebut permukaan bumi termasuk proses, perubahan, dan
perkembangannya..
Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks
keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang tiga
dimensi terdiri atas muka bumi yang berupa darat atau perairan serta udara diatasnya.
Ruang dalam geografi adalah meliputi lapisan atmosfer sampai ketinggian tertentu,
lapisan batuan sampai kedalam tertentu, lapisan air, dan proses alamiah yang terjadi
didalamnya. Oleh karena itu, konsep geografi adalah konsep keruangan yang bertahap dari
tingkat lokal, regional, sampai global.
Melalui proses pengamatan perspektif global,anda dapat menyaksikan bahwa
perkampungan satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk perkampungan yang
lebih luas dari perkampuangan-perkampungan semula. Sebagai penghubung perkampungan
satu dengan perkampungan yang lainnya, yaitu adanya jalan, alat angkutan atau transportasi,
juga karena arus manusia dan barang.
Disini terjadi proses sosial ekonomi dalam bentuk interaksi antar penduduk (manusia)
dan saling ketergantungan (interdepedensi) barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dalam
keadaan yang demikian, perspektif geografi anda tidak lagi hanya terbatas pada ruang yang
disebut kampung atau perkampungan melainkan terdorong pada kawasan-kawasan yang lebih
luas.
Selain areal atau kawasannya yang makin luas, isi kota itu juga mengalami
perkembangan. Pemukiman penduduk, tempat perbelanjaan, pasar, jaringan jalan, jumlah
penduduk, dan seterusnya mengalami perubahan serta perkembangan.
Dari pembahasan, konsep geografi atau keruangan itu, tidak lagi melihat kawasan lokal
semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu, konsep geografi
ini dapat disebut sebagai tingkat regional. Pengertian region atau wilayah atau kawasan
menurut Peter Hagget adalah bagian dari permukaan bumi, baik ilmiah maupun binaan manusia
yang membedakan diri dari areal yang disekitarnya. Pergeseran fungsi lahan dari kawasan
hutan menjadi pertanian, menjadi pemukiman, kawasan pertanian menjadi kawasan industri,
jalan, lapangan golf, dan sebagainya, membawa dampak pula pada perubahan tata air, tatanan
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan, serta mengakibatkan perubahan cuaca dan
seterusnya. Dengan menerapkal analisis perspektif region ini, anda akan mampu memprediksi
perkembangan dusun menjadi kota kecil.
Perkembangan dan interaksi serta interdependensi keruangan itu, tidak hanya terjadi
antar regional di dalam provinsi dan didalam negri, melainkan juga menembus batas-batas
negara. Hal tersebut terjadi karena adanya perkembangan transportasi, dan juga media
elektronika,. Interaksi keruangan antar regional ini tercermin dari pakaian, makanan, kesenian,
dan perdagangan.
Berdasarkan analisis konsep geografi atau konsep keruangan, penggundulan hutan yang
terjadi secara regional dikawasan tertentu dipermukaan bumi, pencemaran udara yang
berlebihan dikawasan tertentu, tidak hanya berdampak negatif pada kawasan yang
bersangkutan, melainkan juga berdampak global bagi seluruh dunia, contohnya pemanasan
global.
C. Konsep Sejarah dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Sejarah dan geografi merupakan ilmu “Dwitunggal” artinya jika sejarah
mempertanyakan suatu peristiwa itu “kapan” terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap,
jika tidak dipertanyakan “dimana” tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan
ruang saling melengkapi.
Konsep sejarah mengacu pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Dari
sudut pandang sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan,
perang, pertemuan internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki dampak luas
terhadap tatanan kehidupan global dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan
transformasi budaya serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi
muda untuk memasuki kehidupan global dimasa yang akan datang.
Bangunan-bangunan bersejarah seperti Ka’bah dan Masjidil Haram di Mekah, Piramida
di Mesir, adalah beberapa bangunan Keajaiban Dunia , tidak hanya bernilai dan bermakna
sejarah, melainkan memiliki nilai global yang mempersatukan umat.
Berbagai perang diberbagai kawasan, terutama perang dunia yang tercatat sebagai
peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari dahsyatnya penggunaan senjata dan ngerinya
pembunuhan umat manusia, namun dilihat dari sudut pandang global, dapat diungkapkan nilai
dan makna kemanusiaannya, ternyata setelah selesai perang tersebut menjadi alat pemersatu
berbagai bangsa dalam memikirkan umat secara global.
Pertemuan Internasional yang bernilai dan bermakna sejarah seperti antara lain
Konferensi Asia Afrika, telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia Afrika akan haknya
sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di negaranya sendiri, bernilai kemanusiaan
yang meningkatkan “martabat” manusia dikawasan ini.
D. Konsep Ekonomi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Menurut H. W Arndt dan Gerardo P. Sicat (Nursid Sumaadmadja), Ilmu ekonomi
adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok
masyarakat menentukan pilihan.
Untuk memuaskan bermacam-macam keinginan yang tidak terbatas, namun sumber
daya yang dapat digunakan terbatas. oleh karenanya, sumber daya ini langka dan mempunyai
berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat terjadi antara penggunaan sekarang
(hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan).
Pembahasan ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek yang meliputi :
1. Menentukan pilihan
2. Keinginan yang tidak terbatas
3. Persediaan sumber daya terbatas, bahkan ada yang langka
4. Kegunaan alternatif sumber daya
5. Penggunaan hari ini dan hari esok
Telah jelas bahwa konsep ekonomi terkait dengan waktu, hari ini, dan hari esok.
Sedangkan apa yang diprediksikan berkenaan dengan keinginan yang cenderung tidak terbatas,
persediaan sumber daya terbatas bahkan langka, dan adanya penggunaan alternatif sumber
daya.
Sumber daya yang sifatnya tidak terbarukan akan habis sekali pakai sehingga
persediaannya makin terbatas. sedangkan pihak lain, kebutuhan terus meningkat karena
pertumbuhan penduduk, dan keinginan yang cenderung tidak terbatas. kesenjangan ini bukan
bersifat lokal atau regional, melainkan telah menjadi masalah global. Disini dituntut kiat-kiat
ekonomi untuk menciptakan keseimbangan antara konsumsi disatu pihak, dan diproduksi
dilain pihak. Salah satu kiat itu, bagaimana kemajuan dan penerapan iptek berupaya mencari
jalan keluar dari masalah tersebut.
Dilema besar yang paling utama pada saat ini yaitu bahwa penduduk dunia telah sampai
pada ketergantungan terhadap teknologi untuk mempertahankan dan menopang kehidupan-
kehidupan secara berkelanjutan. Dalam menghadapi dilema yang demikian, kebutuhan kita
sebagai manusia menjadi tiga kali lipat yaitu pertama kita harus menguasai teknologi tersebut,
kedua menstabilkan penduduk, dan ketiga mengembangkan tatanan sosial yang mampu hidup
produktif dan sejahtera secara terpadu, dengan mengekosistemkan yang seimbang.
Dalam kondisi global yang penuh dengan kesenjangan, masalah dan tantangan baik
ekonomi, sosial, budaya, politik maupun lingkungan hidup, pengembangan dan pembinaan
akhlak menjadi kunci penyelamatan kehidupan dengan lingkungannya.
Oleh karena itu untuk menghadapi globalisasi ekonomi berupa perekonomian pasar bebas,.
Beralihkan kawasan ekonomi maju dari Atlantik ke Pasifik dan kebangkitan ekonomi Asia
Afrika, kita bangsa Indonesia wajib siap mental dengan akhlak yang tinggi.
E. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
1. Pengertian Sosiologi
Menurut Pitirin Sorokin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala
ekonomi dengan agama, dll). Selo Sumardjan menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu
masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya ia menyatakan bahwa struktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial(norma-
norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan
sosial.
Jadi sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat,dan merupakan
ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, dengan ciri-ciri utamanya adalah :
a) Sosiologi bersifat empirik
b) Sosiologi bersifat teoritis
c) Sosiologi bersifat nonetis
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam
masyarakat. Kelanjutan interaksi sosial terjadi interelasi sosial yang akhirnya membentuk
kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan
individu, oleh karena itu merupakan bagian yang aktif yang berinteraksi dari kelompok-
kelompok sosialnya.
2. Ruang Lingkup Sosiologi
Dalam sosiologi obyek yang menjadi sorotan utamanya adalah masyarakat yang dilihat
dari sudut hubungan antara manusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia
sendiri, atau yang disebut dengan lingkungan sosial. Apabila hubungan tersebut ditimbulkan
oleh manusia yang aktif satu sama lain, maka akan terjadi interaksi sosial.
Berhubungan dengan ruang lingkup, walaupun dalam sosiologi ada banyak
pengkhususan atau spesialisasi yang berhubungan dengan bagian dari kehidupan sosial,
dimana sosiologi dapat dipandang sebagai satu keseluruhan dari kelompok-kelompok ilmu
sosial, tetapi dilihat dari ruang lingkupnya, sosiologi mempunyai ciri-ciri tertentu, ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, merupakan spesialisasi yang obyeknya atau ruang lingkupnya adalah
menemukan hubungan-hubungan antara disiplin-disiplin lain dan memberikan keterangan
tentang sifat umum relasi-relasi sosial. Jadi, ruang lingkup sosiologi adalah (1) sosiologi
berusaha membuat klasifikasi tipe-tipe / bentuk-bentuk relasi sosial; (2) sosiologi berusaha
menemukan relasi faktor antara faktor-faktor atau bagian-bagian dari kehidupan sosial
misalnya relasi antara faktor politik dan ekonomi.
Kedua, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat kategorik, tidak normatif. Artinya
bahwa sosiologi membatasi pada persoalan “apa” dan “mengapa”, tetapi tidak pada persoalan
“bagaimana seharusnya”.
Ketiga, sosiologi adalah ilmu pengetahuan “murni” bukan ilmu yang diterapkan,
artinya tujuan langsung sosiologi adalah memperoleh pengetahuan tentang masyarakat
manusia, bukan menggunakan pengetahuan itu.
Keempat, sosiologi adalah ilmu pengetahuan abstrak, artinya ia lebih tertarik pada
bentuk-bentuk dan pola-pola yang diambil dari suatu pola.
Kelima, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang ,mencari generalisasi. Artinya
sosiologi mencari prinsip-prinsip umum tentang interaksi dan kumpulan manusia, tentang sifat,
bentuk, isi, dan struktur kelompok-kelompok sosial dan masyarakat pada umumnya.
Ada beberapa definisi mengenai pengertian masyarakat, mislanya Ralph Linton
menyatakan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerja sama yang cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dari mereka dan menganggap
diri mereka itu sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Sedangkan Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Dari definisi tersebut, masyarakat mengandung beberapa unsur, sebagai berikut:
a) Manusia yang hidup bersama, minimalnya dua orang yang hidup bersama
b) Bercampur untuk yang lama, sebagai hidup bersama timbullah sistem komunikasi dan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam kelompok tersebut
c) Mereka sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan
d) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama, setiap anggota kelompok merasa dirinta
terikat antara satu dengan yang lainnya
Park dan Burgess adalah ahli sosiologi, menganalisis interaksi sosial sebagai proses
sosial yang dapat diklasifikasikan dalam enam kategori :
a) Komunikasi
b) Konflik
c) Kompetisi
d) Akomodasi
e) Asimilasi
f) Kooperasi
Interaksi adalah dasar dari adaptasi, sebab sifat biologisnya yang khusus, dimana
manusia tidak dapat hidup menyendiri dan tergantung pada orang lain. Sedangkan yang
menjadi dasar interaksi sosial adalah komunikasi, yaitu proses penerusan dan penerimaan dari
stimulus simbolis dengan cara bercakap-cakap, gerakan, atau tanda-tanda lain.
Motif interaksi sosial yang terjadi, sangat beragam, bisa bermotif ekonomi, budaya, politik,
dan juga motifnya bisa majemuk. Motif dan tujuan dari pihak-pihak yang berinteraksi bisa
sama bisa berbeda, misalnya interaksi antara produsen dan konsumen motif ekonominya.
3. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Sebagai dampak kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan Iptek di bidang transportasi
dan komunikasi, interaksi sosial makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya jaringan
jalan, baik jalan darat, laut, dan udara interkasi sosialnya makin cepat dan meluas. Kemajuan,
penerapan, dan pemanfaatan media elektronik (TV, Radio, telepon, dan internet) telah makin
mengintensifkan interaksi sosial tersebut, walaupun tidak secara langsung. Salah satu
dampaknya yaitu pakaian, makanan, peralatan, tidak hanya dikenal dan digunakan oleh
masyarakat tertentu, tetapi telah memasuki segala lapisan masyarakat secara lokal, nasional,
maupun global.
Tatanan nonmaterial juga mengalami pergeseran, misalnya bersalaman, tepuk
punggung, tegur sapa ala Eropa, sampai dengan berciuman antar keluarga, antar teman, dan
sebagainya. Jenis permainan dan olahraga yang dahulu termasuk tradisional, sekarang
berkembang tidak hanya dinegerinya sendiri tetapi sudah menyebar kesegala penjuru dunia,
misalnya kesenian gamelan, kungfu, dan lain lain.
Pertukaran pemuda pelajar dan pertandingan olahraga, pertemuan pramuka tingkat
daerah, nasional, serta antar negara merupakan interaksi yang meluas. Hal seperti itu akan
berdampak lokal, nasional, maupun global, misalnya yang berdampak positif pertukaran
pengalaman, kemampuan, dan nilai. Sebagai akibat interaksi sosial yang semakin intensif
sampai ke tingkat global menunjukkan perubahan sosial dimasyarakat sampai ke proses
modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan,
sedangkan yang berdampak negatif harus kita waspadai, jika perlu kita cari cara
pemecahannya.
F. Konsep Antropogi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
1. Pengertian Antropologi
Secara harfiah antropologi, adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Artinya bahwa manusia dapat ditinjau dari dua
segi yaitu sudut biologi dan sudut sosiobudaya. Antropologi, khususnya antropologi budaya
oleh Koentjaraningrat dikatakan sebagai pengganti ilmu budaya, merupakan studi tentang
manusia dan kebudayaannya. Menurut Koentjaraningrat dalam perkembangannya, antropologi
dibagi atas empat fase:
Fase pertama (sebelum tahun 1800), merupakan kisah perjalanan atau laporan-laporan
yang merupakan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa diluar Eropa.
Fase kedua (kira-kira pertengahan abad ke-19), timbul karangan-karangan yang
menyusun bahan etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Masyarakat dan
kebudayaan manusia telah berkembang secara lambat (evolusi) dalam jangka waktu yang
sangat lama, atau dari bentuk yang belum beradab sampai bentuk masyarakat tertinggi.
Fase ketiga (permulaan abad ke-20), pada saat ilmu antropologi dirasa penting karena
bangsa Eropa sedang melancarkan penjajahannya diluar Eropa. Sehingga antropologi menjadi
ilmu praktis untuk penjajah.
Fase keempat (sesudah kira-kira tahun 1930), antropologi mengalami perkembangan luas ,
karena bertambahnya pengetahuan dan ketajaman metode ilmiahnya. Mengenai tujuan
antropologi pada fase keempat ini adalah :
a) Akademikal
b) Praktis
2. Ruang Lingkup Antropologi
Dilihat dari sudut antropologinya, manusia dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut
biologi dan sudut sosio-budaya. Cara peninjauannya tidak terpisah-pisah melainkan holistik
artinya merupakan satu kesatuan fenomena bio-sosial. Di Amerika Serikat, Antropologi telah
berkembang luas hingga ruang lingkup dan batas lapangan penyelidikannya paling sedikit
mempunyai lima masalah penelitian khusus yaitu :
a) Sejarah asal dan perkembangannya manusia secara biologis
b) Sejarah terjadinya aneka ragam makhluk manusia, dipandang dari sudut cirri-ciri
tubuhnya
c) Sejarah asal, perkembangan dan penyebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan
manusia diseluruh dunia
d) Perkembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka ragam kebudayaan manusia di seluruh
dunia
e) Mengenai asas-asas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua
suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia
3. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Pada hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari
tingkat lokal sampai dampai tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan
yang menjadi milik otentik umat manusia. Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin
dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal.
Perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga berkenaan dengan
perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek kebudayaannya, kita
telah melihat perspektif kebudayaan, menganalisi perkembangan kebudayaan dari masa yang
lalu, hari ini, dan kecendrungannya dimasa yang akan datang. Salah satunya yang terus
berkembang, baik perkembangan, penerapan, serta pemanfaatannya adalah iptek. Hanya saja
disini wajib kita sadari bahwa iptek itu produk akal pikiran manusia sehingga jangan terjadi
manusia seolah-olah dikendalikan iptek, justru sebaliknya manusia yang mengendalikan iptek.
Subunit 2
Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS SD
A. Pentingnya Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS
1. Pengertian Nilai dan Sikap
Menurut Purwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai adalah harga, hal-
hal penting atau berguna bagi manusia. Nilai atau sistem nilai adalah keyakinan, kepercayaan,
norma, dan kepatuhan-kepatuhan yang dianut oleh seseorang atau kelompok masyarakat.
Adapun menurut Sandin, bahwa sistem nilai seseorang terdiri dari seperangkat asumsi-asumsi,
pengertian-pengertian, keyakinan, dan komitmen kita untuk mengarahkan pilihan prilaku.
Secara teoritis Sandin mengklasifikasikan nilai menjadi:
a. Nilai-nilai hedonik
b. Niali-nilai estetika
c. Nilai etika
d. Nilai-nilai religious
e. Nilai-nilai logika
Apabila dilihat dari sifatnya, nilai dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu :
a. Nilai yang memiliki sifat relatif stabil
b. Nilai sebagai suatu bentuk keyakinan
c. Nilai memiliki dua kategori yaitu nilai instrumental dan nilai terminal
d. Nilai-nilai disusun atau diorganisasikan kedalam bentuk suatu sistem nilai
Sehubungan dengan hal itu, Koentjaraningrat mengemukakan pengertian sistem nilai
budaya yaitu suatu sistem nilai budaya yang terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam
alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka
anggap untuk bernilai dalam hidup. Oleh karena itu sistem nilai budaya berfungsi sebagai
pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa nilai secara umum merupakan ukuran tentang
baik-buruk, tentang tata laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai
merupakan pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Nilai apabila ditinjau sebagai
sistem nilai, merupakan pedoman kehidupan masyarakat yang lebih tinggi tingkatnya daripada
norma sosial, karena norma sosial itu juga bersumber dan berpedoman kepada sistem nilai.
Sistem nilai yang menjadi landasan dan pedoman hidup bangsa Indonesia yang paling
utama adalah Pancasila. Bagi dunia pendidikan, Pancasila menjadi dasar pendidikan nasional.
Dengan demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila harus ditanamkan
dalam pengajaran IPS.
Sikap merupakan suatu konsep psikologi yang kompleks. Dalam perkembangannya,
sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen
afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek, komponen kognitif adalah kepercayaan atau
keyakinan menjadi pegangan seseorang. Sedangkan komponen konatif, adalah kecenderungan
untuk berprilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap suatu obyek.
Sikap adalah sebagai keadaan yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk
bertindak, sikap menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi
obyek dan semua itu terbentuk atas pengalaman (Bimo Walgito). Selanjutnya Koentjaraningrat
menjelaskan bahwa suatu sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental jiwa dan diri
seseorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap atau sikap mental
adanya pada diri seseorang, jadi bukan ada pada alam pikiran orang sebagai anggota
masyarakat. Walaupun sikap mental ini ada pada diri seseorang tetapi sangat dipengaruhi oleh
sistem nilai. Pengalaman, dan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan, khususnya pengajaran
IPS dapat digunakan sebagai sarana untuk membina sikap mental anak didik.
2. Pembentukan Sikap
Dalam berbagai kasus kehidupan memang sukat dibedakan antara pembentukan sikap
dan perubahan sikap. Sejalan dengan pendapat Freedman et.al, bahwa senantiasa sikap
menjadi sasaran perubahan, walaupun suatu sikap sudah bertahan untuk jangka waktu yang
lama. Ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap yaitu :
a. Mengamati dan meniru
Pembelajaran model ini berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Berdasarkan
kenyataan, bahwa mayoritas prilaku manusia dipelajari melalui model yaitu dengan mengamati
dan meniru prilaku atau perubahan orang lain, terutama orang-orang yang berpengaruh.
Melalui proses pengamatan dan peniruan akan terbentuk pula pola sikap dan prilaku yang
seesuai dengan orang yang ditiru.
b. Menerima penguatan
Pembelajaran model ini berlangsung melalui pembiasaan operan yaitu dengan menerima atau
tidak menerima penguatan atas suatu respon yang ditunjukkan. Penguatan juga dapat berupa
hadiah dan dapat juga berupa hukuman.
c. Menerima informasi verbal
Informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan ataupun tulisan. Informasi tentang
suatu obyek yang diperoleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya
terhadap obyek yang bersangkutan.
3. Teori Perubahan Sikap
Teori perubahan sikap itu ada bermacam-macam, yaitu :
a. Teori Pembelajaran (Learning Theory)
Teori pembelajaran melihat perubahan sikap sebagai suatu proses pembelajaran. Teori ini
tertarik pada ciri-ciri dan hubungan antara stimulus dan respon dalam suatu proses komunikasi.
Menurut Yale (the Yale communication and change program), yaitu program komunikasi dan
perubahan sikap, telah memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan teori ini.
Program Yale mengidentifikasi unsur-unsur dalam proses pembujukan, yang dapat memberi
pengaruh terhadap sikap seseorang. Menurut program Yale, ada empat unsur dalam proses
pembujukan yang dapat mempengaruhi perubahan sikap yaitu :
1) Penyampai, sebagai informasi baru
2) Komunikasi atau informasi yang disampaikan
3) Penerima
4) Situasi
Kesan gangguan atas informasi yang disampaikan sebenarnya tergantung kepada
tingkat perhatian penerima. Seandainya penerima memberi perhatian penuh terhadap
gangguan, maka pengaruh pembujukan menjadi lemah atau bahkan tidak mempengaruhi sama
sekali. Sebaliknya, jika penerima member perhatian yang lebih besar terhadap informasi yang
disampaikan, gangguan akan memperkuat pembujukan dan akan memberi pengaruh terhadap
perubahan sikap.
b. Teori Fungsional ( Functional Theory)
Teori fungsional mengasumsikan bahwa manusia mempertahanan sikap yang sesuai
dengan kebutuhan dirinya sendiri. Perubahan sikap terjadi dalam rangka mendukung suatu
maksud atau tujuan yang ingin dicapainya. Berdasarkan teori ini, sikap merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk merubah sikap seseorang , terlebih dahulu harus
dipelajari dan diketahui kebutuhan khusus atau tujuan khusus yang ingin dicapai.
Memenuhi teori fungsional, perubahan sikap terjadi untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan individu. Ada beberapa fungsi sikap dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan
individu, yaitu :
1) Sebagai alat (instrumental), dengan perubahan sikap diharapkan akan memperoleh
hadiah yang sebesar-besarnya dan hukuman yang sekecil-kecilnya.
2) Sebagai pertahanan diri (ego-defensive), perubahan sikap didasarkan pada keinginan
seseorang untuk melindungi atau mempertahankan dirinya
3) Sebagai pernyataan nilai (value-expressive), perubahan sikap didasarkan pada keinginan
seseorang untuk menyatakan sikap yang selaras dengan nilai-nilai utama bagi dirinya
4) Sebagai pengetahuan ( knowledge), perubahan sikap didasarkan pada keperluan
seseorang untuk mendapatkan informasi, dan menyusunya dengan cara yang dapat member
makna bagi dirinya dalam rangka penyesuaian diri dan memberikan sumbangan untuk
kebaikan lingkungan hidupnya.
c. Teori Pertimbangan Sosial
Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali atau
pendefinisian kembali terhadap obyek. Sikap adalah sebagai suatu daerah posisi dalam suatu
skala, yang mencakup ruang gerak penerimaan (latitude of acceptance), ruang gerak tidak pasti
(letitude of noncommitment), dan ruang gerak penolakan (latitude of rejection). Proses
perubahan sikap tergantung kepada keteguhan individu dalam berpegang pada suatu
pandangan. Seandainya individu berpegang pada pandangan ekstrim dalam suatu hal, maka
ruang gerak penerimaannya sempit. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya perubahan sikap
bagi individu bersangkutan adalah kecil. Sebaliknya individu yang tidak begitu kuat berpegang
ada suatu pandangan memiliki ruang gerak penerimaan yang lebih luas. Semakin ruang gerak
penerimaan seseorang, maka semakin besar pula kemungkinan yang terjadi perubahan sikap
pada individu yang bersangkutan.
B. Hubungan Antara Sikap, Nilai, dan Prilaku
Hubungan antara sikap dengan nilai, sebagian pakar psikologi berpendapat bahwa nilai
lebih bersifat global daripada sikap lain. Pendapat lain mengatakan nilai merupakan sasaran
yang lebih abstrak, yang ingin dicapai oleh seseorang. Oleh karena itu, nilai tidak mempunyai
obyek yang spesifik , seperti dalam sikap.
Nilai mempengaruhi pembentukan dan arah sikap seseorang. Nilai juga dapat
mempengaruhi prilaku dan perbuatan seseorang dengan mempengaruhi sikap dan penilaian
terhadap konsekuensi daripada prilaku dan perbuatan seseorang tersebut. Melalui proses inilah
, nilai dapat dilihat sebagai kunci bagi lahirnya prilaku dan perbuatan seseorang. Oleh karena
itu, pengajaran dan penanaman nilai merupakan hal penting dalam rangka pembinaan sikap
dan kepribadian siswa.
Perilaku (behavior) dapat didefinisikan sebagai proses memberi reaksi terhadap suatu
stimulus dalam lingkungan, yang bermanfaat bagi kehidupan. Perilaku juga dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas anggota badan. Berdasar batasan ini prilaku merujuk kepada kegiatan
lahir yang dapat diamati dengan pancaindera. Namun demikian prilaku juga dapat merujuk
kepada aktivitas internal yang tidak dapat dilihat misalnya berpikir. Sikap pada hakikatnya
merupakan prilaku internal. Individu dapat mengekspresikan sikap sebagai prilaku internal
dalam bentuk prilaku eksternal.
Nilai dan sikap merupakan dua faktor penting yang menentukan prilaku seseorang.
Konsistensi hubungan antara sikap dan prilaku ditentukan oleh dua faktor yaitu motivasi dan
kesempatan. Jika seseorang memiliki motivasi yang kuat untuk berpikir tentang sesuatu obyek
serta memiliki kesempatan untuk berbuat, maka sikap akan memberi pengaruh kepada
prilakunya. Pendapat tersebut sejalan dengan teori “reasoned action” yang menyatakan bahwa
sikap dan nilai subyektif secara bersama-sama menentukan munculnya suatu prilaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara nilai, sikap, dan prilaku itu sangat erat kaitannya.
Nilai merupakan kepercayaan normatif, yang ikut menentukan apa yang disukai dan apa yang
tidak disukai oleh seseorang, sehingga terbentuk sikapnya terhadap sesuatu obyek. Selanjutnya
sikap akan mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang. Namun demikian, seperti yang
dijelaskan diatas bahwa konsistensi hubungannya antara sikap dan perilaku tersebut terjadi,
jika terpenuhi syarat-syarat tertentu.
C. Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS
Penanaman sikap atau sikap mental yang baik melalui pengajaran IPS, tidak dapat
dilepaskan dari mengajarkan nilai dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat. Dengan kata
lain, strategi pengajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan
mengembangkan sikap mental yang baik.
Materi dan pokok bahasan pada pengajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode
, digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan pemilikan nilai-nilai yang baik pada
diri siswa. Dengan terbinanya nilai-nilai secara baik dan terarah pada mereka, sikap mentalnya
juga akan menjadi positif terhadap rangsangan dan lingkungannya, sehingga tingkah laku dan
tindakannya tidak menyimpang dari nilai-nilai luhur.
Penanaman nilai dan sikap pada pengajaran IPS hendaknya dipersiapkan dan dirancang
berkesinambungan dengan penekanan pada setiap tingkat yang berbeda. Semakin tinggi
jenjangnya semakin besar unsur pemahaman dan pertanggungjawabannya. Pengajaran IPS
dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan
seluruh nilai-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu, ditanamkan kepada siswa
merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia.
Menurut Paul Suparno, SJ. Sikap dan tingkah laku yang berlaku umum yang lebih
mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat
perlu mendapatkan tekanan. Beberapa sikap dan tingkah laku itu antara lain sebagai berikut :
1) Sikap penghargaan kepada setiap manusia
2) Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia, sopan, dan tepat
janji
3) Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup bersama orang lain
yang berbeda
4) Kebebasan dan tanggung jawab
5) Penghargaan terhadap alam
6) Penghormatan kepada sang pencipta
7) Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin, bijaksana,
cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang penyempurnaan diri pribadi.
Sikap mental dan tingkah laku tersebut diatas harus selalu dikembangkan. Dalam
pengembangnnya harus dijiwai oleh nilai-nilai yang luhur dan latihan mengungkapkan sikap
mental secara baik, terarah, dan terpuji. Kesadaran dan penghayatan siswa terhadap nilai yang
menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia harus ditanamkan secara
berkesinambungan, sehingga sikap mental siswa menjadi benar-benar memancarkan
kebenaran, keluhuran, dan tanggung jawab.
Pada jenjang SD sudah harus diperkenalkan pada proses pengembangan pemahaman
alasan-alasan akan nilai-nilai yang diperkenalkan. Pada siswa kelas rendah, unsur-unsur
permainan dan penanaman nilai tidak boleh dilupakan. Sebab pada tahap ini, siswa harus
dikondisikan merasa senang dalam hidup bersama, bersosialisasi, dan mulai mengenal ilmu
pengetahuan.
Nilai-nilai yang ditanamkan kepada siswa harus semakin diperdalam dengan cara
memperkenalkan mengapa nilai-nilai itu ditanamkan. Tahap demi tahap mulai dikembangkan
unsur pemahaman kepada diri siswa, nilai-nilai kejujuran, keadilan, kepahlawanan harus sudah
mulai diperkenalkan dan harus mendapat tekanan serta perhatian. Cerita dan dongeng dapat
menjadi sarana yang baik untuk pengenalan dan penanaman nilai-nilai tersebut.
Pada kelas tinggi, harus ditambah porsi pemahamannya, kegiatan-kegiatannya harus
dipilih yang dapat membangun sikap tanggung jawab, keteraturan, kebersamaan dalam
kelompok yang saling membantu. Pemberian tugas baik yang bersifat individu maupun
kelompok, diskusi, dan Tanya jawab , keteraturan, kebersamaan dalam kelompok yang saling
membantu. Pemberian tugas baik, yang bersifat individu maupun kelompok, diskusi, dan tanya
jawab merupakan metode yang cocok untuk menanamkan nilai dan sikap dalam pengajaran
IPS.
Penanaman nilai dan sikap kepada siswa itu penting, ungkapan ini senada dengan tujuan
pengajaran IPS yang selain mengembangkan pengetahuan juga mengembangkan keterampilan
dan menanamkan nilai dan sikap kepada siswa. Leonard Kenworthy dalam dalam (Kosasih
Djahiri dan Fatimah Ma’mun) mengemukakan rumus sebagai berikut :
P (Pengetahuan ) + S (Sikap) + K (Keterampilan) = B (Behavior = kelakuan).
Hal ini menggambarkan bahwa sikap lahir secara bersamaan dan satu sama lain tidak
dapat dipisah-pisahkan. Bila keempat aspek tersebut mampu kita ajarkan atau kita bina kepada
siswa maka sikap seseorang akan terlatih dan terbina pula. Namun harus kita sadari bahwa
tidak selamanya kita dapat mengajarkan keempat aspek itu dalam pengajaran suatu konsep.
Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik dan langkah tertentu, nilai-nilai sopan
santun, baik, dan buruk, adil dan tidak adil, dan sebagainya dapat ditanankan kepada siswa
dengan cara menimbulkan kesadaran siswa sendiri dan melalui cara-cara kritis rasional dalam
proses belajar mengajar dan ditanamkan secara bertahap.
Penanaman nilai melalui drilling atau hafalan semua tidaklah tepat, sebab siswa
menerima suatu nilai hanya sebagai pengetahuan yang disimpannya dalam benaknya atau
berusaha kearah merubah sikap dengan secara terpaksa, semu atau pura-pura tanpa keyakinan.
Pengajaran nilai dan sikap hendaknya benar-benar mampu menyentuh kesadaran nilai siswa
itu sendiri dan tertanam melalui logika pembenaran yang dapat diterima siswa itu, sehingga
nilai-nilai tersebut menjadi milik dan keyakinan yang tidak mudah berubah.
Pengajaran IPS pada hakikatnya adalah pengajaran yang mensosialkan diri dan pribadi
siswa. Dengan demikian siswa dengan segala kepribadiannya atau sikapnya hendaknya mampu
meresapi (menghayati), mengadaptasi (menerima), dan/mempraktekkan nilai-nilai umum yang
berlaku dimasyarakat. Setiap konsep/topik/tema/pelajaran IPS memiliki nilai-nilai tertentu
yang oleh siswa perlu dikaji, diolah, dan ditelaah dan cocok dengan dirinya, diproses menjadi
miliknya untuk kemudian digunakan sebagai pola atau barometer perbuatannya dalam
hidupnya. Kalau nilai dan sikap tersebut memang dianggap baik untuk orang lain, maka dapat
dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada orang lain dengan cara yang wajar.

8. 1. Referensi kesatu
(http://putri-tya.blogspot.com/2013/05/konsep-konsep-ips-geografi-sejarah.html?m=1)

Dewasa ini kepedulian sosial warga masyarakat terasa sudah mulai sangat menurun.
Antara anggota masyarakat yang lain rasa kerjasama atau gotong royong yang pernah
dilaksanakan oleh generasi kita dahulu sudah mulai luntur.
Nilai-nilai hidup yang penuh dengan rasa kebersamaan, rasa simpati, dan empati pada
orang lain, rasa saling menghormati dan rasa toleransi sekarang ini sudah mulai memudar.
Pergaulan di masyarakat antara yang muda dengan yang lebih tua juga sudah mulai
meninggalkan etika pergaulan yang dalam bahasa jawa disebut unggah-ungguh. Perilaku hidup
yang menonjolkan sikap individual dan kompetitif lebih banyak ditampilkan daripada
berprilaku dengan penuh kebersamaan dan toleransi. Apabila ada pekerjaan yang
membutuhkan kerjasama dengan uang untuk menghargai pekerjaan secara professional.
Pada anak-anak usia sekolah dasar akan sangat baik untuk dibiasakan hidup gotong
royong dan bekerjasama melalui bimbingan dan tugas dari guru. Melalui konsep-konsep ilmu
sosial sebagai dasar pengajaran IPS siswa diberi pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
bersikap dan menjawab tantangan serta problematika sosial yang ada dilingkungan siswa. Guru
IPS harus dapat melihat isu-isu dan permasalahan sosial yang sedang berkembang, khususnya
di lingkungan siswa guna dijadikan bahan mengajar dikelas. Hal ini juga akan membuat mata
pelajaran IPS menarik perhatian siswa dikarenakan belajar IPS tidak hanya berupa hafalan dari
buku, tetapi langsung memecahkan persoalan sosial yang sedang dihadapi siswa
dilingkungannya.
B. Konsep Geografi dealam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Secara harfiah geografi, berarti lukisan atau tulisan tentang bumi. Menurut Richard
Hartshorne, geografi berkenaan dengan penyajian deskripsi sifat permukaan bumi yang
bervariasi secara tepat (akurat), berurutan, dan rasional. Sedangkan menurut Panitia Ad Hoc
Geografi, menyatakan bahwa geografi mencoba menjelaskan bagaimana subsistem lingkungan
alam terorganisasi di permukaan bumi, dan bagaimana manusia tersebar di permukaan bumi,
itu dalam hubungannya dengan gejala alam dan dengan sesama manusia.
Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa geografi berkenaan dengan
gejala yang terdapat dipermukaan bumi, baik gejala alam, lingkungan maupun manusia yang
meliputi sifat-sifat, penyebaran serta hubungannya satu sama lain. Geografi selau meninjau
lokasinya dalam ruang yang disebut permukaan bumi termasuk proses, perubahan, dan
perkembangannya..
Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks
keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang tiga
dimensi terdiri atas muka bumi yang berupa darat atau perairan serta udara diatasnya.
Ruang dalam geografi adalah meliputi lapisan atmosfer sampai ketinggian tertentu,
lapisan batuan sampai kedalam tertentu, lapisan air, dan proses alamiah yang terjadi
didalamnya. Oleh karena itu, konsep geografi adalah konsep keruangan yang bertahap dari
tingkat lokal, regional, sampai global.
Melalui proses pengamatan perspektif global,anda dapat menyaksikan bahwa
perkampungan satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk perkampungan yang
lebih luas dari perkampuangan-perkampungan semula. Sebagai penghubung perkampungan
satu dengan perkampungan yang lainnya, yaitu adanya jalan, alat angkutan atau transportasi,
juga karena arus manusia dan barang.
Disini terjadi proses sosial ekonomi dalam bentuk interaksi antar penduduk (manusia)
dan saling ketergantungan (interdepedensi) barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dalam
keadaan yang demikian, perspektif geografi anda tidak lagi hanya terbatas pada ruang yang
disebut kampung atau perkampungan melainkan terdorong pada kawasan-kawasan yang lebih
luas.
Selain areal atau kawasannya yang makin luas, isi kota itu juga mengalami
perkembangan. Pemukiman penduduk, tempat perbelanjaan, pasar, jaringan jalan, jumlah
penduduk, dan seterusnya mengalami perubahan serta perkembangan.
Dari pembahasan, konsep geografi atau keruangan itu, tidak lagi melihat kawasan lokal
semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu, konsep geografi
ini dapat disebut sebagai tingkat regional. Pengertian region atau wilayah atau kawasan
menurut Peter Hagget adalah bagian dari permukaan bumi, baik ilmiah maupun binaan manusia
yang membedakan diri dari areal yang disekitarnya. Pergeseran fungsi lahan dari kawasan
hutan menjadi pertanian, menjadi pemukiman, kawasan pertanian menjadi kawasan industri,
jalan, lapangan golf, dan sebagainya, membawa dampak pula pada perubahan tata air, tatanan
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan, serta mengakibatkan perubahan cuaca dan
seterusnya. Dengan menerapkal analisis perspektif region ini, anda akan mampu memprediksi
perkembangan dusun menjadi kota kecil.
Perkembangan dan interaksi serta interdependensi keruangan itu, tidak hanya terjadi
antar regional di dalam provinsi dan didalam negri, melainkan juga menembus batas-batas
negara. Hal tersebut terjadi karena adanya perkembangan transportasi, dan juga media
elektronika,. Interaksi keruangan antar regional ini tercermin dari pakaian, makanan, kesenian,
dan perdagangan.
Berdasarkan analisis konsep geografi atau konsep keruangan, penggundulan hutan yang
terjadi secara regional dikawasan tertentu dipermukaan bumi, pencemaran udara yang
berlebihan dikawasan tertentu, tidak hanya berdampak negatif pada kawasan yang
bersangkutan, melainkan juga berdampak global bagi seluruh dunia, contohnya pemanasan
global.
C. Konsep Sejarah dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Sejarah dan geografi merupakan ilmu “Dwitunggal” artinya jika sejarah
mempertanyakan suatu peristiwa itu “kapan” terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap,
jika tidak dipertanyakan “dimana” tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan
ruang saling melengkapi.
Konsep sejarah mengacu pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Dari
sudut pandang sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan,
perang, pertemuan internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki dampak luas
terhadap tatanan kehidupan global dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan
transformasi budaya serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi
muda untuk memasuki kehidupan global dimasa yang akan datang.
Bangunan-bangunan bersejarah seperti Ka’bah dan Masjidil Haram di Mekah, Piramida
di Mesir, adalah beberapa bangunan Keajaiban Dunia , tidak hanya bernilai dan bermakna
sejarah, melainkan memiliki nilai global yang mempersatukan umat.
Berbagai perang diberbagai kawasan, terutama perang dunia yang tercatat sebagai
peristiwa sejarah, tidak hanya dilihat dari dahsyatnya penggunaan senjata dan ngerinya
pembunuhan umat manusia, namun dilihat dari sudut pandang global, dapat diungkapkan nilai
dan makna kemanusiaannya, ternyata setelah selesai perang tersebut menjadi alat pemersatu
berbagai bangsa dalam memikirkan umat secara global.
Pertemuan Internasional yang bernilai dan bermakna sejarah seperti antara lain
Konferensi Asia Afrika, telah meningkatkan kesadaran masyarakat Asia Afrika akan haknya
sebagai umat yang memiliki hak untuk berdaulat di negaranya sendiri, bernilai kemanusiaan
yang meningkatkan “martabat” manusia dikawasan ini.
D. Konsep Ekonomi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Menurut H. W Arndt dan Gerardo P. Sicat (Nursid Sumaadmadja), Ilmu ekonomi
adalah suatu studi ilmiah yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok
masyarakat menentukan pilihan.
Untuk memuaskan bermacam-macam keinginan yang tidak terbatas, namun sumber
daya yang dapat digunakan terbatas. oleh karenanya, sumber daya ini langka dan mempunyai
berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat terjadi antara penggunaan sekarang
(hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan).
Pembahasan ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek yang meliputi :
1. Menentukan pilihan
2. Keinginan yang tidak terbatas
3. Persediaan sumber daya terbatas, bahkan ada yang langka
4. Kegunaan alternatif sumber daya
5. Penggunaan hari ini dan hari esok
Telah jelas bahwa konsep ekonomi terkait dengan waktu, hari ini, dan hari esok.
Sedangkan apa yang diprediksikan berkenaan dengan keinginan yang cenderung tidak terbatas,
persediaan sumber daya terbatas bahkan langka, dan adanya penggunaan alternatif sumber
daya.
Sumber daya yang sifatnya tidak terbarukan akan habis sekali pakai sehingga
persediaannya makin terbatas. sedangkan pihak lain, kebutuhan terus meningkat karena
pertumbuhan penduduk, dan keinginan yang cenderung tidak terbatas. kesenjangan ini bukan
bersifat lokal atau regional, melainkan telah menjadi masalah global. Disini dituntut kiat-kiat
ekonomi untuk menciptakan keseimbangan antara konsumsi disatu pihak, dan diproduksi
dilain pihak. Salah satu kiat itu, bagaimana kemajuan dan penerapan iptek berupaya mencari
jalan keluar dari masalah tersebut.
Dilema besar yang paling utama pada saat ini yaitu bahwa penduduk dunia telah sampai
pada ketergantungan terhadap teknologi untuk mempertahankan dan menopang kehidupan-
kehidupan secara berkelanjutan. Dalam menghadapi dilema yang demikian, kebutuhan kita
sebagai manusia menjadi tiga kali lipat yaitu pertama kita harus menguasai teknologi tersebut,
kedua menstabilkan penduduk, dan ketiga mengembangkan tatanan sosial yang mampu hidup
produktif dan sejahtera secara terpadu, dengan mengekosistemkan yang seimbang.
Dalam kondisi global yang penuh dengan kesenjangan, masalah dan tantangan baik
ekonomi, sosial, budaya, politik maupun lingkungan hidup, pengembangan dan pembinaan
akhlak menjadi kunci penyelamatan kehidupan dengan lingkungannya.
Oleh karena itu untuk menghadapi globalisasi ekonomi berupa perekonomian pasar bebas,.
Beralihkan kawasan ekonomi maju dari Atlantik ke Pasifik dan kebangkitan ekonomi Asia
Afrika, kita bangsa Indonesia wajib siap mental dengan akhlak yang tinggi.
E. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
1. Pengertian Sosiologi
Menurut Pitirin Sorokin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan
pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala
ekonomi dengan agama, dll). Selo Sumardjan menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu
masyarakat adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk
perubahan-perubahan sosial. Selanjutnya ia menyatakan bahwa struktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial(norma-
norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan
sosial.
Jadi sosiologi merupakan ilmu sosial yang obyeknya adalah masyarakat,dan merupakan
ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, dengan ciri-ciri utamanya adalah :
a) Sosiologi bersifat empirik
b) Sosiologi bersifat teoritis
c) Sosiologi bersifat nonetis
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
masyarakat dalam keseluruhannya dan hubungan-hubungan antara orang-orang dalam
masyarakat. Kelanjutan interaksi sosial terjadi interelasi sosial yang akhirnya membentuk
kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial ini sangat berpengaruh terhadap kehidupan
individu, oleh karena itu merupakan bagian yang aktif yang berinteraksi dari kelompok-
kelompok sosialnya.
2. Ruang Lingkup Sosiologi
Dalam sosiologi obyek yang menjadi sorotan utamanya adalah masyarakat yang dilihat
dari sudut hubungan antara manusia, terutama dalam lingkungan yang terbentuk oleh manusia
sendiri, atau yang disebut dengan lingkungan sosial. Apabila hubungan tersebut ditimbulkan
oleh manusia yang aktif satu sama lain, maka akan terjadi interaksi sosial.
Berhubungan dengan ruang lingkup, walaupun dalam sosiologi ada banyak
pengkhususan atau spesialisasi yang berhubungan dengan bagian dari kehidupan sosial,
dimana sosiologi dapat dipandang sebagai satu keseluruhan dari kelompok-kelompok ilmu
sosial, tetapi dilihat dari ruang lingkupnya, sosiologi mempunyai ciri-ciri tertentu, ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, merupakan spesialisasi yang obyeknya atau ruang lingkupnya adalah
menemukan hubungan-hubungan antara disiplin-disiplin lain dan memberikan keterangan
tentang sifat umum relasi-relasi sosial. Jadi, ruang lingkup sosiologi adalah (1) sosiologi
berusaha membuat klasifikasi tipe-tipe / bentuk-bentuk relasi sosial; (2) sosiologi berusaha
menemukan relasi faktor antara faktor-faktor atau bagian-bagian dari kehidupan sosial
misalnya relasi antara faktor politik dan ekonomi.
Kedua, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat kategorik, tidak normatif. Artinya
bahwa sosiologi membatasi pada persoalan “apa” dan “mengapa”, tetapi tidak pada persoalan
“bagaimana seharusnya”.
Ketiga, sosiologi adalah ilmu pengetahuan “murni” bukan ilmu yang diterapkan,
artinya tujuan langsung sosiologi adalah memperoleh pengetahuan tentang masyarakat
manusia, bukan menggunakan pengetahuan itu.
Keempat, sosiologi adalah ilmu pengetahuan abstrak, artinya ia lebih tertarik pada
bentuk-bentuk dan pola-pola yang diambil dari suatu pola.
Kelima, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang ,mencari generalisasi. Artinya
sosiologi mencari prinsip-prinsip umum tentang interaksi dan kumpulan manusia, tentang sifat,
bentuk, isi, dan struktur kelompok-kelompok sosial dan masyarakat pada umumnya.
Ada beberapa definisi mengenai pengertian masyarakat, mislanya Ralph Linton
menyatakan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan
bekerja sama yang cukup lama sehingga mereka dapat mengatur dari mereka dan menganggap
diri mereka itu sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
Sedangkan Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama yang menghasilkan kebudayaan.
Dari definisi tersebut, masyarakat mengandung beberapa unsur, sebagai berikut:
a) Manusia yang hidup bersama, minimalnya dua orang yang hidup bersama
b) Bercampur untuk yang lama, sebagai hidup bersama timbullah sistem komunikasi dan
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara manusia dalam kelompok tersebut
c) Mereka sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan
d) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama, setiap anggota kelompok merasa dirinta
terikat antara satu dengan yang lainnya
Park dan Burgess adalah ahli sosiologi, menganalisis interaksi sosial sebagai proses
sosial yang dapat diklasifikasikan dalam enam kategori :
a) Komunikasi
b) Konflik
c) Kompetisi
d) Akomodasi
e) Asimilasi
f) Kooperasi
Interaksi adalah dasar dari adaptasi, sebab sifat biologisnya yang khusus, dimana
manusia tidak dapat hidup menyendiri dan tergantung pada orang lain. Sedangkan yang
menjadi dasar interaksi sosial adalah komunikasi, yaitu proses penerusan dan penerimaan dari
stimulus simbolis dengan cara bercakap-cakap, gerakan, atau tanda-tanda lain.
Motif interaksi sosial yang terjadi, sangat beragam, bisa bermotif ekonomi, budaya, politik,
dan juga motifnya bisa majemuk. Motif dan tujuan dari pihak-pihak yang berinteraksi bisa
sama bisa berbeda, misalnya interaksi antara produsen dan konsumen motif ekonominya.
3. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Sebagai dampak kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan Iptek di bidang transportasi
dan komunikasi, interaksi sosial makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya jaringan
jalan, baik jalan darat, laut, dan udara interkasi sosialnya makin cepat dan meluas. Kemajuan,
penerapan, dan pemanfaatan media elektronik (TV, Radio, telepon, dan internet) telah makin
mengintensifkan interaksi sosial tersebut, walaupun tidak secara langsung. Salah satu
dampaknya yaitu pakaian, makanan, peralatan, tidak hanya dikenal dan digunakan oleh
masyarakat tertentu, tetapi telah memasuki segala lapisan masyarakat secara lokal, nasional,
maupun global.
Tatanan nonmaterial juga mengalami pergeseran, misalnya bersalaman, tepuk
punggung, tegur sapa ala Eropa, sampai dengan berciuman antar keluarga, antar teman, dan
sebagainya. Jenis permainan dan olahraga yang dahulu termasuk tradisional, sekarang
berkembang tidak hanya dinegerinya sendiri tetapi sudah menyebar kesegala penjuru dunia,
misalnya kesenian gamelan, kungfu, dan lain lain.
Pertukaran pemuda pelajar dan pertandingan olahraga, pertemuan pramuka tingkat
daerah, nasional, serta antar negara merupakan interaksi yang meluas. Hal seperti itu akan
berdampak lokal, nasional, maupun global, misalnya yang berdampak positif pertukaran
pengalaman, kemampuan, dan nilai. Sebagai akibat interaksi sosial yang semakin intensif
sampai ke tingkat global menunjukkan perubahan sosial dimasyarakat sampai ke proses
modernisasi. Perubahan dan kemajuan yang positif dapat meningkatkan kesejahteraan,
sedangkan yang berdampak negatif harus kita waspadai, jika perlu kita cari cara
pemecahannya.
F. Konsep Antropogi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
1. Pengertian Antropologi
Secara harfiah antropologi, adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang mempelajari
tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Artinya bahwa manusia dapat ditinjau dari dua
segi yaitu sudut biologi dan sudut sosiobudaya. Antropologi, khususnya antropologi budaya
oleh Koentjaraningrat dikatakan sebagai pengganti ilmu budaya, merupakan studi tentang
manusia dan kebudayaannya. Menurut Koentjaraningrat dalam perkembangannya, antropologi
dibagi atas empat fase:
Fase pertama (sebelum tahun 1800), merupakan kisah perjalanan atau laporan-laporan
yang merupakan bahan etnografi atau deskripsi tentang bangsa diluar Eropa.
Fase kedua (kira-kira pertengahan abad ke-19), timbul karangan-karangan yang
menyusun bahan etnografi berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat. Masyarakat dan
kebudayaan manusia telah berkembang secara lambat (evolusi) dalam jangka waktu yang
sangat lama, atau dari bentuk yang belum beradab sampai bentuk masyarakat tertinggi.
Fase ketiga (permulaan abad ke-20), pada saat ilmu antropologi dirasa penting karena
bangsa Eropa sedang melancarkan penjajahannya diluar Eropa. Sehingga antropologi menjadi
ilmu praktis untuk penjajah.
Fase keempat (sesudah kira-kira tahun 1930), antropologi mengalami perkembangan luas ,
karena bertambahnya pengetahuan dan ketajaman metode ilmiahnya. Mengenai tujuan
antropologi pada fase keempat ini adalah :
a) Akademikal
b) Praktis
2. Ruang Lingkup Antropologi
Dilihat dari sudut antropologinya, manusia dapat ditinjau dari dua sudut yaitu sudut
biologi dan sudut sosio-budaya. Cara peninjauannya tidak terpisah-pisah melainkan holistik
artinya merupakan satu kesatuan fenomena bio-sosial. Di Amerika Serikat, Antropologi telah
berkembang luas hingga ruang lingkup dan batas lapangan penyelidikannya paling sedikit
mempunyai lima masalah penelitian khusus yaitu :
a) Sejarah asal dan perkembangannya manusia secara biologis
b) Sejarah terjadinya aneka ragam makhluk manusia, dipandang dari sudut cirri-ciri
tubuhnya
c) Sejarah asal, perkembangan dan penyebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan
manusia diseluruh dunia
d) Perkembangan, penyebaran, dan terjadinya aneka ragam kebudayaan manusia di seluruh
dunia
e) Mengenai asas-asas dari kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua
suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia
3. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global
Pada hakikatnya, perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari
tingkat lokal sampai dampai tingkat global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan
yang menjadi milik otentik umat manusia. Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin
dapat mengubah tatanan kehidupannya sampai mengglobal.
Perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga berkenaan dengan
perkembangan aspek-aspek kehidupan manusia yang juga aspek-aspek kebudayaannya, kita
telah melihat perspektif kebudayaan, menganalisi perkembangan kebudayaan dari masa yang
lalu, hari ini, dan kecendrungannya dimasa yang akan datang. Salah satunya yang terus
berkembang, baik perkembangan, penerapan, serta pemanfaatannya adalah iptek. Hanya saja
disini wajib kita sadari bahwa iptek itu produk akal pikiran manusia sehingga jangan terjadi
manusia seolah-olah dikendalikan iptek, justru sebaliknya manusia yang mengendalikan iptek.
Subunit 2
Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pembelajaran IPS SD

A. Pentingnya Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS


1. Pengertian Nilai dan Sikap
Menurut Purwodarminto dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai adalah harga, hal-
hal penting atau berguna bagi manusia. Nilai atau sistem nilai adalah keyakinan, kepercayaan,
norma, dan kepatuhan-kepatuhan yang dianut oleh seseorang atau kelompok masyarakat.
Adapun menurut Sandin, bahwa sistem nilai seseorang terdiri dari seperangkat asumsi-asumsi,
pengertian-pengertian, keyakinan, dan komitmen kita untuk mengarahkan pilihan prilaku.
Secara teoritis Sandin mengklasifikasikan nilai menjadi:
a. Nilai-nilai hedonik
b. Niali-nilai estetika
c. Nilai etika
d. Nilai-nilai religious
e. Nilai-nilai logika
Apabila dilihat dari sifatnya, nilai dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu :
a. Nilai yang memiliki sifat relatif stabil
b. Nilai sebagai suatu bentuk keyakinan
c. Nilai memiliki dua kategori yaitu nilai instrumental dan nilai terminal
d. Nilai-nilai disusun atau diorganisasikan kedalam bentuk suatu sistem nilai
Sehubungan dengan hal itu, Koentjaraningrat mengemukakan pengertian sistem nilai
budaya yaitu suatu sistem nilai budaya yang terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam
alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka
anggap untuk bernilai dalam hidup. Oleh karena itu sistem nilai budaya berfungsi sebagai
pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Kita dapat menarik kesimpulan bahwa nilai secara umum merupakan ukuran tentang
baik-buruk, tentang tata laku yang telah mendalam dalam kehidupan masyarakat. Nilai
merupakan pencerminan budaya suatu kelompok masyarakat. Nilai apabila ditinjau sebagai
sistem nilai, merupakan pedoman kehidupan masyarakat yang lebih tinggi tingkatnya daripada
norma sosial, karena norma sosial itu juga bersumber dan berpedoman kepada sistem nilai.
Sistem nilai yang menjadi landasan dan pedoman hidup bangsa Indonesia yang paling
utama adalah Pancasila. Bagi dunia pendidikan, Pancasila menjadi dasar pendidikan nasional.
Dengan demikian, nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila harus ditanamkan
dalam pengajaran IPS.
Sikap merupakan suatu konsep psikologi yang kompleks. Dalam perkembangannya,
sebagian besar pakar berpendapat bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen
afektif, komponen kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang
dimiliki oleh seseorang terhadap suatu obyek, komponen kognitif adalah kepercayaan atau
keyakinan menjadi pegangan seseorang. Sedangkan komponen konatif, adalah kecenderungan
untuk berprilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu terhadap suatu obyek.
Sikap adalah sebagai keadaan yang ada pada diri manusia yang menggerakkan untuk
bertindak, sikap menyertai manusia dengan perasaan-perasaan tertentu dalam menanggapi
obyek dan semua itu terbentuk atas pengalaman (Bimo Walgito). Selanjutnya Koentjaraningrat
menjelaskan bahwa suatu sikap adalah suatu disposisi atau keadaan mental jiwa dan diri
seseorang individu untuk bereaksi terhadap lingkungannya.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap atau sikap mental
adanya pada diri seseorang, jadi bukan ada pada alam pikiran orang sebagai anggota
masyarakat. Walaupun sikap mental ini ada pada diri seseorang tetapi sangat dipengaruhi oleh
sistem nilai. Pengalaman, dan pendidikan. Oleh karena itu pendidikan, khususnya pengajaran
IPS dapat digunakan sebagai sarana untuk membina sikap mental anak didik.
2. Pembentukan Sikap
Dalam berbagai kasus kehidupan memang sukat dibedakan antara pembentukan sikap
dan perubahan sikap. Sejalan dengan pendapat Freedman et.al, bahwa senantiasa sikap
menjadi sasaran perubahan, walaupun suatu sikap sudah bertahan untuk jangka waktu yang
lama. Ada tiga model belajar dalam rangka pembentukan sikap yaitu :
a. Mengamati dan meniru
Pembelajaran model ini berlangsung melalui pengamatan dan peniruan. Berdasarkan
kenyataan, bahwa mayoritas prilaku manusia dipelajari melalui model yaitu dengan mengamati
dan meniru prilaku atau perubahan orang lain, terutama orang-orang yang berpengaruh.
Melalui proses pengamatan dan peniruan akan terbentuk pula pola sikap dan prilaku yang
seesuai dengan orang yang ditiru.
b. Menerima penguatan
Pembelajaran model ini berlangsung melalui pembiasaan operan yaitu dengan menerima atau
tidak menerima penguatan atas suatu respon yang ditunjukkan. Penguatan juga dapat berupa
hadiah dan dapat juga berupa hukuman.
c. Menerima informasi verbal
Informasi tentang berbagai hal dapat diperoleh melalui lisan ataupun tulisan. Informasi tentang
suatu obyek yang diperoleh oleh seseorang akan mempengaruhi pembentukan sikapnya
terhadap obyek yang bersangkutan.
3. Teori Perubahan Sikap
Teori perubahan sikap itu ada bermacam-macam, yaitu :
a. Teori Pembelajaran (Learning Theory)
Teori pembelajaran melihat perubahan sikap sebagai suatu proses pembelajaran. Teori ini
tertarik pada ciri-ciri dan hubungan antara stimulus dan respon dalam suatu proses komunikasi.
Menurut Yale (the Yale communication and change program), yaitu program komunikasi dan
perubahan sikap, telah memberikan sumbangan besar terhadap perkembangan teori ini.
Program Yale mengidentifikasi unsur-unsur dalam proses pembujukan, yang dapat memberi
pengaruh terhadap sikap seseorang. Menurut program Yale, ada empat unsur dalam proses
pembujukan yang dapat mempengaruhi perubahan sikap yaitu :
1) Penyampai, sebagai informasi baru
2) Komunikasi atau informasi yang disampaikan
3) Penerima
4) Situasi
Kesan gangguan atas informasi yang disampaikan sebenarnya tergantung kepada
tingkat perhatian penerima. Seandainya penerima memberi perhatian penuh terhadap
gangguan, maka pengaruh pembujukan menjadi lemah atau bahkan tidak mempengaruhi sama
sekali. Sebaliknya, jika penerima member perhatian yang lebih besar terhadap informasi yang
disampaikan, gangguan akan memperkuat pembujukan dan akan memberi pengaruh terhadap
perubahan sikap.
b. Teori Fungsional ( Functional Theory)
Teori fungsional mengasumsikan bahwa manusia mempertahanan sikap yang sesuai
dengan kebutuhan dirinya sendiri. Perubahan sikap terjadi dalam rangka mendukung suatu
maksud atau tujuan yang ingin dicapainya. Berdasarkan teori ini, sikap merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Oleh karena itu, untuk merubah sikap seseorang , terlebih dahulu harus
dipelajari dan diketahui kebutuhan khusus atau tujuan khusus yang ingin dicapai.
Memenuhi teori fungsional, perubahan sikap terjadi untuk menyesuaikan dengan
kebutuhan individu. Ada beberapa fungsi sikap dalam rangka memenuhi berbagai kebutuhan
individu, yaitu :
1) Sebagai alat (instrumental), dengan perubahan sikap diharapkan akan memperoleh
hadiah yang sebesar-besarnya dan hukuman yang sekecil-kecilnya.
2) Sebagai pertahanan diri (ego-defensive), perubahan sikap didasarkan pada keinginan
seseorang untuk melindungi atau mempertahankan dirinya
3) Sebagai pernyataan nilai (value-expressive), perubahan sikap didasarkan pada keinginan
seseorang untuk menyatakan sikap yang selaras dengan nilai-nilai utama bagi dirinya
4) Sebagai pengetahuan ( knowledge), perubahan sikap didasarkan pada keperluan
seseorang untuk mendapatkan informasi, dan menyusunya dengan cara yang dapat member
makna bagi dirinya dalam rangka penyesuaian diri dan memberikan sumbangan untuk
kebaikan lingkungan hidupnya.
c. Teori Pertimbangan Sosial
Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan suatu penafsiran kembali atau
pendefinisian kembali terhadap obyek. Sikap adalah sebagai suatu daerah posisi dalam suatu
skala, yang mencakup ruang gerak penerimaan (latitude of acceptance), ruang gerak tidak pasti
(letitude of noncommitment), dan ruang gerak penolakan (latitude of rejection). Proses
perubahan sikap tergantung kepada keteguhan individu dalam berpegang pada suatu
pandangan. Seandainya individu berpegang pada pandangan ekstrim dalam suatu hal, maka
ruang gerak penerimaannya sempit. Oleh karena itu, kemungkinan terjadinya perubahan sikap
bagi individu bersangkutan adalah kecil. Sebaliknya individu yang tidak begitu kuat berpegang
ada suatu pandangan memiliki ruang gerak penerimaan yang lebih luas. Semakin ruang gerak
penerimaan seseorang, maka semakin besar pula kemungkinan yang terjadi perubahan sikap
pada individu yang bersangkutan.
B. Hubungan Antara Sikap, Nilai, dan Prilaku
Hubungan antara sikap dengan nilai, sebagian pakar psikologi berpendapat bahwa nilai
lebih bersifat global daripada sikap lain. Pendapat lain mengatakan nilai merupakan sasaran
yang lebih abstrak, yang ingin dicapai oleh seseorang. Oleh karena itu, nilai tidak mempunyai
obyek yang spesifik , seperti dalam sikap.
Nilai mempengaruhi pembentukan dan arah sikap seseorang. Nilai juga dapat
mempengaruhi prilaku dan perbuatan seseorang dengan mempengaruhi sikap dan penilaian
terhadap konsekuensi daripada prilaku dan perbuatan seseorang tersebut. Melalui proses inilah
, nilai dapat dilihat sebagai kunci bagi lahirnya prilaku dan perbuatan seseorang. Oleh karena
itu, pengajaran dan penanaman nilai merupakan hal penting dalam rangka pembinaan sikap
dan kepribadian siswa.
Perilaku (behavior) dapat didefinisikan sebagai proses memberi reaksi terhadap suatu
stimulus dalam lingkungan, yang bermanfaat bagi kehidupan. Perilaku juga dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas anggota badan. Berdasar batasan ini prilaku merujuk kepada kegiatan
lahir yang dapat diamati dengan pancaindera. Namun demikian prilaku juga dapat merujuk
kepada aktivitas internal yang tidak dapat dilihat misalnya berpikir. Sikap pada hakikatnya
merupakan prilaku internal. Individu dapat mengekspresikan sikap sebagai prilaku internal
dalam bentuk prilaku eksternal.
Nilai dan sikap merupakan dua faktor penting yang menentukan prilaku seseorang.
Konsistensi hubungan antara sikap dan prilaku ditentukan oleh dua faktor yaitu motivasi dan
kesempatan. Jika seseorang memiliki motivasi yang kuat untuk berpikir tentang sesuatu obyek
serta memiliki kesempatan untuk berbuat, maka sikap akan memberi pengaruh kepada
prilakunya. Pendapat tersebut sejalan dengan teori “reasoned action” yang menyatakan bahwa
sikap dan nilai subyektif secara bersama-sama menentukan munculnya suatu prilaku.
Jadi dapat disimpulkan bahwa antara nilai, sikap, dan prilaku itu sangat erat kaitannya.
Nilai merupakan kepercayaan normatif, yang ikut menentukan apa yang disukai dan apa yang
tidak disukai oleh seseorang, sehingga terbentuk sikapnya terhadap sesuatu obyek. Selanjutnya
sikap akan mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang. Namun demikian, seperti yang
dijelaskan diatas bahwa konsistensi hubungannya antara sikap dan perilaku tersebut terjadi,
jika terpenuhi syarat-syarat tertentu.
C. Penanaman Nilai dan Sikap dalam Pengajaran IPS
Penanaman sikap atau sikap mental yang baik melalui pengajaran IPS, tidak dapat
dilepaskan dari mengajarkan nilai dan sistem nilai yang berlaku dimasyarakat. Dengan kata
lain, strategi pengajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan
mengembangkan sikap mental yang baik.
Materi dan pokok bahasan pada pengajaran IPS dengan menggunakan berbagai metode
, digunakan untuk membina penghayatan, kesadaran, dan pemilikan nilai-nilai yang baik pada
diri siswa. Dengan terbinanya nilai-nilai secara baik dan terarah pada mereka, sikap mentalnya
juga akan menjadi positif terhadap rangsangan dan lingkungannya, sehingga tingkah laku dan
tindakannya tidak menyimpang dari nilai-nilai luhur.
Penanaman nilai dan sikap pada pengajaran IPS hendaknya dipersiapkan dan dirancang
berkesinambungan dengan penekanan pada setiap tingkat yang berbeda. Semakin tinggi
jenjangnya semakin besar unsur pemahaman dan pertanggungjawabannya. Pengajaran IPS
dilaksanakan dalam waktu yang terbatas, sehingga tidak mungkin dapat memperkenalkan
seluruh nilai-nilai kehidupan manusia kepada siswa. Oleh karena itu, ditanamkan kepada siswa
merupakan nilai-nilai yang pokok dan mendasar bagi kehidupan manusia.
Menurut Paul Suparno, SJ. Sikap dan tingkah laku yang berlaku umum yang lebih
mengembangkan nilai kemanusiaan dan mengembangkan kesatuan sebagai warga masyarakat
perlu mendapatkan tekanan. Beberapa sikap dan tingkah laku itu antara lain sebagai berikut :
1) Sikap penghargaan kepada setiap manusia
2) Sikap tenggang rasa, jujur, berlaku adil, suka mengabdi, ramah, setia, sopan, dan tepat
janji
3) Sikap demokratis dan menghargai gagasan orang lain serta mau hidup bersama orang lain
yang berbeda
4) Kebebasan dan tanggung jawab
5) Penghargaan terhadap alam
6) Penghormatan kepada sang pencipta
7) Beberapa sikap pengembangan sebagai pribadi manusia seperti disiplin, bijaksana,
cermat, mandiri, percaya diri, semuanya lebih menunjang penyempurnaan diri pribadi.
Sikap mental dan tingkah laku tersebut diatas harus selalu dikembangkan. Dalam
pengembangnnya harus dijiwai oleh nilai-nilai yang luhur dan latihan mengungkapkan sikap
mental secara baik, terarah, dan terpuji. Kesadaran dan penghayatan siswa terhadap nilai yang
menjadi landasan dan falsafah hidup bangsa Indonesia harus ditanamkan secara
berkesinambungan, sehingga sikap mental siswa menjadi benar-benar memancarkan
kebenaran, keluhuran, dan tanggung jawab.
Pada jenjang SD sudah harus diperkenalkan pada proses pengembangan pemahaman
alasan-alasan akan nilai-nilai yang diperkenalkan. Pada siswa kelas rendah, unsur-unsur
permainan dan penanaman nilai tidak boleh dilupakan. Sebab pada tahap ini, siswa harus
dikondisikan merasa senang dalam hidup bersama, bersosialisasi, dan mulai mengenal ilmu
pengetahuan.
Nilai-nilai yang ditanamkan kepada siswa harus semakin diperdalam dengan cara
memperkenalkan mengapa nilai-nilai itu ditanamkan. Tahap demi tahap mulai dikembangkan
unsur pemahaman kepada diri siswa, nilai-nilai kejujuran, keadilan, kepahlawanan harus sudah
mulai diperkenalkan dan harus mendapat tekanan serta perhatian. Cerita dan dongeng dapat
menjadi sarana yang baik untuk pengenalan dan penanaman nilai-nilai tersebut.
Pada kelas tinggi, harus ditambah porsi pemahamannya, kegiatan-kegiatannya harus
dipilih yang dapat membangun sikap tanggung jawab, keteraturan, kebersamaan dalam
kelompok yang saling membantu. Pemberian tugas baik yang bersifat individu maupun
kelompok, diskusi, dan Tanya jawab , keteraturan, kebersamaan dalam kelompok yang saling
membantu. Pemberian tugas baik, yang bersifat individu maupun kelompok, diskusi, dan tanya
jawab merupakan metode yang cocok untuk menanamkan nilai dan sikap dalam pengajaran
IPS.
Penanaman nilai dan sikap kepada siswa itu penting, ungkapan ini senada dengan tujuan
pengajaran IPS yang selain mengembangkan pengetahuan juga mengembangkan keterampilan
dan menanamkan nilai dan sikap kepada siswa. Leonard Kenworthy dalam dalam (Kosasih
Djahiri dan Fatimah Ma’mun) mengemukakan rumus sebagai berikut :
P (Pengetahuan ) + S (Sikap) + K (Keterampilan) = B (Behavior = kelakuan).
Hal ini menggambarkan bahwa sikap lahir secara bersamaan dan satu sama lain tidak
dapat dipisah-pisahkan. Bila keempat aspek tersebut mampu kita ajarkan atau kita bina kepada
siswa maka sikap seseorang akan terlatih dan terbina pula. Namun harus kita sadari bahwa
tidak selamanya kita dapat mengajarkan keempat aspek itu dalam pengajaran suatu konsep.
Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik dan langkah tertentu, nilai-nilai sopan
santun, baik, dan buruk, adil dan tidak adil, dan sebagainya dapat ditanankan kepada siswa
dengan cara menimbulkan kesadaran siswa sendiri dan melalui cara-cara kritis rasional dalam
proses belajar mengajar dan ditanamkan secara bertahap.
Penanaman nilai melalui drilling atau hafalan semua tidaklah tepat, sebab siswa
menerima suatu nilai hanya sebagai pengetahuan yang disimpannya dalam benaknya atau
berusaha kearah merubah sikap dengan secara terpaksa, semu atau pura-pura tanpa keyakinan.
Pengajaran nilai dan sikap hendaknya benar-benar mampu menyentuh kesadaran nilai siswa
itu sendiri dan tertanam melalui logika pembenaran yang dapat diterima siswa itu, sehingga
nilai-nilai tersebut menjadi milik dan keyakinan yang tidak mudah berubah.
Pengajaran IPS pada hakikatnya adalah pengajaran yang mensosialkan diri dan pribadi
siswa. Dengan demikian siswa dengan segala kepribadiannya atau sikapnya hendaknya mampu
meresapi (menghayati), mengadaptasi (menerima), dan/mempraktekkan nilai-nilai umum yang
berlaku dimasyarakat. Setiap konsep/topik/tema/pelajaran IPS memiliki nilai-nilai tertentu
yang oleh siswa perlu dikaji, diolah, dan ditelaah dan cocok dengan dirinya, diproses menjadi
miliknya untuk kemudian digunakan sebagai pola atau barometer perbuatannya dalam
hidupnya. Kalau nilai dan sikap tersebut memang dianggap baik untuk orang lain, maka dapat
dikomunikasikan dan disebarluaskan kepada orang lain dengan cara yang wajar.

2. referensi ke dua
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/PRODI._ILMU_KOMPUTER/196603252001121-
MUNIR/Multimedia/Multimedia_Bahan_Ajar_PJJ/Peng_Pend_IPS/kajian_ips_4.pdf)

Pada dasarnya manusia hidup adalah saling membutuhkan, saling tergantung dengan
manusia lainnya dan saling tolong menolong. Hubungan antara manusia satu dengan manusia
lainnya dapat juga dikatakan sebagai hubungan sosial. Ketergantungan seseorang dengan orang
lain, manusia satu dengan manusia lain tidak hanya terbatas pada hubungan dalam satu
keluarga saja, tetapi menyangkut manusia lain pada masyarakat yang lebih luas. Seorang anak
dalam pertumbuhannya membutuhkan pendidikan, pergaulan dengan teman sebaya, juga
membutuhkan hiburan dan lain-lain. Jadi hubungan sosial yang dialaminya menjadi semakin
luas. Dari pengalaman bergaul untuk memenuhi kebutuhan hidupnya itu dalam diri seseorang
akan tumbuh pengetahuan tentang seluk beluk hidup bermasyarakat berkenaan dengan
kebutuhan hidupnya, sifat-sifat seseorang yang berbeda-beda, hal-hal yang baik dan hal-hal
yang buruk, dan teknonologi yang dapat digunakan untuk mempertahankan hidup. Menurut
Nursid Sumaatmadja (2006:1.3) pengalaman atau pengetahuan yang melekat pada diri
seseorang tersebut dapat dirangkum sebagai pengetahuan sosial. Lahirnya seseorang dalam
lingkungan keluarga yang diikuti oleh hubungan, pergaulan, pemenuhan kebutuhan, dan lain-
lain yang dialami dalam kehidupan bermasyarakat, telah membentuk pengetahuan sosial dalam
diri seseorang. Tujuan utama pendidikan IPS adalah menyiapkan peserta didik sebagai anggota
masyarakat dan warga negara yang baik serta memberi dasar pengetahuan sosial untuk
kelanjutan jenjang di atasnya. Di perguruan tinggi, IPS diberikan kepada para mahasiswa agar
supaya menghasilkan guru IPS yang dapat menguasai konsepkonsep dasar secara esensial
tentang ilmu-ilmu sosial dan mampu membelajarkan kepada peserta didiknya secara bermakna
(Udin S. Winataputra. 2003: 1.1). Dari para ahli IPS yang tergabung pada Konsorsium Program
PJJ S1 PGSD yang diterbitkan dalam bentuk Kapita Selekta Pembelajaran di Sekolah Dasar
(Depdiknas 2006:99) dikatakan, pendidikan IPS didesain untuk membantu meningkatkan
kemampuan warga negara dalam masyarakat demokrasi, bersifat integratif yaitu memadukan
berbagai bidang studi untuk mendapatkan pemahaman tentang fenomena yang ada dalam
masyarakat secara lebih komprehensip. Dalam kontek persekolahan di Indonesia, istilah yang
resmi digunakan dalam kurikulum ialah Pendidikan IPS.
Menurut Somantri (Depdiknas 2006:100), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-ilmu
Sosial Indonesia (HISPISI) dalam pertemuan mereka di Bandung tahun 1989 mengemukakan
batasan tentang Pendidikan IPS, yaitu sebagai “program pendidikan yang memilih bahan
pendidikan dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniti, yang diorganisasikan dan disajikan
secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan”. Pengertian ilmiah ialah bahwa
pendidikan IPS disajikan secara sistematis dengan memperhatikan urutan isi yang logis.
Sedangkan secara psikologis dimaksudkan bahwa pendidikan IPS disusun berdasarkan kondisi
siswa, guru, ruang kelas, sekolah, yang berbeda dalam: kultur, harapan, aspirasi, perasaan,
lingkungannya dan faktor psikis lainnya. Hal ini berarti menuntut kemampuan guru dalam
membelajarkan IPS khususnya kepada siswa di SD. Oleh karena itu guru harus memahami
karakteristik dan tingkat perkembangan siswanya.
Menurut Hasan (Depdiknas, 2006:101), IPS sebagai Pendidikan Pengetahuan Sosial
bercirikan pada tujuan yang difokuskan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik
melalui pengetahuan sosial dan budaya, dalam bentuk kemampuan berpikir, sikap, dan nilai
untuk dirinya sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial dan budaya. Kajian
yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini ialah kajian terhadap materi yang berhubungan
dengan kehidupan sosial dan budaya di sekitarnya, tanpa perlu membatasi diri pada salah satu
atau beberapa disiplin ilmuilmu sosial.
IPS sebagai Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial dikembangkan dalam bentuk kurikulum
akademik atau kurikulum disiplin yang memakai nama disiplin ilmu, contohnya geografi,
sejarah, ekonomi, sosiologi, dan antropologi secara terpisah. Tujuan pembelajaran IPS dengan
pendekatan monodisiplin ilmu ini sangat dekat dengan tujuan disiplin ilmu tersebut. Menurut
Mars (Depdiknas,2006), pengajaran IPS lebih cenderung sebagai Pendidikan Pengetahuan
Sosial. Mars mengemukakan bahwa Pendidikan IPS adalah studi tentang manusia sebagai
makhluk sosial yang tersusun dalam masyarakat, dan interaksi antara satu dengan lainnya, serta
dengan lingkungan mereka pada suatu tempat dan waktu tertentu. Ditambahkan bahwa
pendidikan IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang kompleks, yang tidak dapat
dipandang dari satu dimensi belaka, karena keterpaduan merupakan sifat alami dari pendidikan
IPS. Dengan belajar IPS diharapkan dapat membantu generasi muda mengembangkan
kemampuannya menjadi orang yang cerdas dalam mengambil keputusan untuk kehidupan di
masyarakat.
A. Menumbuhkan Kepekaan Sosial Melalui Belajar IPS Dewasa ini kepedulian sosial
warga masyarakat terasa sudah mulai sangat menurun. Antara anggota masyarakat satu dengan
anggota masyarakat yang lain rasa kerjasama atau gotong royong yang pernah dilaksanakan
oleh generasai kita dahulu sudah mulai luntur. Saat penulis masih duduk dibangku SD dahulu
nuansa kegotongroyongan dalam kehidupan di kampung (masyarakat) sangat terasa. Apabila
ada anggota masyarakat yang memilki hajatan atau keperluan yang harus memerlukan bantuan
tenaga dan pikiran, para tetangga akan dengan senang hati datang membantu baik diundang
ataupun datang atas inisiatif sendiri. Sebagai contoh, saat ada acara resepsi pernikahan,
sunatan, membangun rumah, membajak dan membersihkan rumput disawah sampai memanen
padi, dan bila ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Semua dikerjakan oleh anggota
masyarakat secara bergotong royong tanpa mengharapkan imbalan atau diberi upah. Biasanya
yang mempunyai hajat atau yang mempunyai kerja hanya menyediakan sekadar minuman dan
makanan untuk mereka yang membantu. Hampir seluruh warga masyarakat akan hadir untuk
ikut partisipasi membantu tetangga yang sedang punya hajat tersebut. Situasi kebersamaan
dalam hidup bergotong-royong seperti yang diceritakan di atas tersebut kini sangat sulit
ditemukan di kampung penulis dan sekitarnya. Fenomena yang sedang terjadi di banyak daerah
ternyata juga tidak jauh berbeda. Kehidupan sosial masyarakat dewasa ini cenderung sudah
mulai meninggalkan norma-norma sosial yang pernah hidup dan berkembang pada masa
generasi tua waktu itu. Nilai-nilai hidup yang penuh rasa kebersamaan, rasa simpati dan empati
pada orang lain, rasa saling menghormati dan rasa toleransi sekarang ini sudah mulai memudar.
Pergaulan di masyarakat antara yang muda dengan yang lebih tua juga sudah mulai
meninggalkan etika pergaulan yang dalam bahasa jawa disebut unggah-ungguh. Perilaku hidup
yang menonjolkan sikap individual dan kompetitif lebih banyak ditampilkan dari pada
berperilaku dengan penuh kebersamaan dan toleransi. Apabila ada pekerjaan yang
membutuhkan kerjasama dengan orang lain biasanya tidak lepas dari unsur balas jasa yang
berupa sejumlah uang untuk menghargai pekerjaan secara profesional. Kepekaan dan
kepedulian sosial yang pernah tumbuh dan berkembang pada masa generasi pendahulu kita
waktu itu harus kita upayakan dapat tumbuh kembang kembali. Inilah tugas kita semua,
terutama Anda sebagai guru SD. Kita sebagai guru yang mengajarkan IPS memiliki ruang yang
cukup strategis menumbuhkan sikap peka dan peduli anak pada lingkungan sosialnya. Kita
mulai dari diri kita dan anak didik kita nanti.
Pada anak-anak usia sekolah dasar akan sangat baik untuk dibiasakan hidup gotong
royong dan bekerjasama melalui bimbingan dan tugas dari guru. Melalui konsep-konsep ilmu
sosial sebagai dasar pengajaran IPS siswa diberi pengetahuan dan keterampilan untuk dapat
bersikap dan menjawab tantangan serta problematika sosial yang ada di lingkungan siswa.
Guru IPS harus dapat melihat isu-isu dan permasalahan sosial yang sedang berkembang,
khususnya di lingkungan siswa guna dijadikan bahan mengajar di kelas. Tentu saja bahan
pengajaran yang diambil dari permasalahan yang terjadi di masyarakat (lingkungan sekitar
siswa) tersebut ada korelasinya dengan materi bahasan yang ada pada kurikulum/GBPP.
Dengan cara seperti ini, maka diharapkan siswa dapat mudah memahami konsepkonsep
IPS yang sekaligus dapat diaplikasikan oleh siswa dalam kehidupan siswa. Hal ini juga akan
membuat mata pelajaran IPS menarik perhatian siswa dikarenakan belajar IPS tidak hanya
berupa hafalan dari buku, tetapi langsung memecahkan persoalan sosial yang sedang dihadapi
siswa di lingkungannya. Untuk dapat memberikan bekal kepada anak didiknya kelak terkait
dengan IPS maka Anda perlu mempelajari konsep-konsep dasar ilmu sosial. Konsep dasar
ilmu-ilmu sosial yang perlu dipelajari antara lain tentang geografi, sejarah, ekonomi, sosiologi,
dan antropologi. Secara sederhana konsep ilmu-ilmu sosial tersebut akan kita bahas pada
bagian berikut.
B. Konsep Geografi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Secara harafiah
geografi, berarti lukisan atau tulisan tentang bumi. Menurut Richard Hartshorne, geografi
berkenaan dengan penyajian deskripsi sifat permukaan bumi yang bervariasi secara tepat
(akurat), berurutan, dan rasional. Sedangkan menurut Panitia Ad Hoc Geografi, menyatakan
bahwa geografi mencoba menjelaskan bagaimana subsistem lingkungan alam terorganisasikan
di permukaan bumi, dan bagaimana manusia tersebar di permukaan bumi, itu dalam
hubungannya dengan gejala alam dan dengan sesama manusia.
Dari dua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa geografi berkenaan dengan
gejala yang terdapat di permukaan bumi, baik gejala alam, lingkungan maupun manusia yang
meliputi sifat-sifat, penyebaran serta hubungannya satu sama lain. Dengan demikian dalam
mempelajari gejala-gejala tersebut, geografi selalu meninjau lokasinya dalam ruang yang
disebut permukaan bumi, termasuk proses, perubahan, dan perkembangannya.
Geografi adalah ilmu keruangan yang mengkaji berbagai fenomena dalam konteks
keruangannya. Ruang yang dikonsepkan dalam geografi yaitu permukaan bumi yang tiga
dimensi, terdiri atas muka bumi yang berupa darat dan perairan serta udara di atasnya. Ruang
permukaan bumi ini secara bertahap ukuran dan jaraknya mulai dari tingkat lokal, regional
sampai ke tingkat global. Selain itu yang dimaksud dengan ruang dalam geografi adalah
meliputi lapisan atmosfer sampai ketinggian tertentu, lapisan batuan sampai kedalaman
tertentu, lapisan air, dan proses alamiah yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu, konsep
geografi adalah konsep keruangan yang bertahap dari tingkat lokal, regional sampai global.
Ruang lingkup kajian konsep keruangan ini berkembang mulai dari konsep lokal, regional
sampai global. Perhatikan, amati dan hayati keadaan serta perkembangan yang terjadi di tempat
Anda dari waktu ke waktu. Bagaimana keadaan pemukiman, jalan, pertanian, pengairan,
perdagangan, dan keadaan penduduk setempat. Apakah tetap “begitu-begitu saja” dari waktu
ke waktu? Ataukah selalu mengalami perubahan? Apakah luas areal dan kawasan perumahan
setempat tetap begitu saja dari waktu ke waktu, ataukah mengalami perluasan?
Memperhatikan, mengamati, menghayati, sampai mengkaji keadaan yang demikian di tempat
anda, berarti anda telah melakukan kegiatan dalam konteks geografi atau konteks keruangan
pada tingkat lokal. Melalui proses pengamatan perspektif lokal, Anda dapat menyaksikan
bahwa perkampungan yang satu dengan yang lain menjadi bersambung membentuk
perkampungan yang lebih luas dari perkampungan-perkampungan semula. Sebagai
penghubung perkampungan satu dengan perkampungan lainnya, yaitu adanya jalan, alat
angkutan atau transportasi, juga karena arus manusia dan barang. Disini terjadi proses sosial
ekonomi dalam bentuk interaksi antar penduduk (manusia) dan saling ketergantungan
(interdependensi) barang-barang kebutuhan sehari-hari. Dalam keadaan yang demikian,
perspektif geografi anda tidak lagi hanya terbatas pada ruang yang disebut kampung atau
perkampungan melainkan terdorong pada kawasan-kawasan yang lebih luas. Setelah anda
mengamati dan menghayati meluasnya perkampungan, Anda juga dapat mengamati serta
menghayati meluasnya suatu kota dari waktu ke waktu. Kota tempat tinggal Anda atau paling
tidak kota yang dekat dengan tempat tinggal Anda, apakah itu kota kecamatan ataukah kota
kabupaten. Anda dapat mengevaluasi perkembangan kota yang bersangkutan dari waktu ke
waktu. Selain areal atau kawasannya yang makin luas, juga isi kota itu mengalami
perkembangan. Pemukiman penduduk, tempat perbelanjaan, pasar, jaringan jalan, jumlah
penduduk, dan seterusnya mengalami perubahan serta perkembangan. Bahkan jika Anda
memperhatikan masa yang akan datang atau “memprediksi” bahwa kota-kota kecil itu akan
bersambung satu sama lain dan akan membentuk kota yang lebih besar dari keadaan semula.
Dari pembahasan yang baru kita ikuti, konsep geografi atau konsep keruangan itu, tidak lagi
melihat kawasan lokal semata, melainkan telah menjangkau kawasan yang lebih luas. Oleh karena itu,
konsep geografi ini dapat disebut sebagai tingkat regional. Pengertian region atau wilayah atau
kawasan menurut Peter Hagget (1975: 6), adalah bagian dari permukaan bumi, baik alamiah maupun
binaan manusia yang membedakan diri dari areal yang ada disekitarnya. Dengan menerapkan
pengamatan, penghayatan, dan prediksi tingkat regional, Anda dapat mengkaji perubahan dalam
ruang yang disebut region atau wilayah. Pergeseran fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi
pertanian, menjadi pemukiman, kawasan pertanian menjadi kawasan industri, jalan, lapangan golf,
dan sebagainya, membawa dampak pula pada perubahan tata air, tatanan kehidupan tumbuh-
tumbuhan dan hewan, serta mengakibatkan perubahan cuaca dan seterusnya. Dengan menerapkan
analisis perspektif regional ini, anda akan mampu memprediksi perkembangan dusun menjadi kota
kecil.

C. Konsep Sejarah dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Sejarah dan geografi
merupakan ilmu “Dwitunggal” artinya jika sejarah mempertanyakan suatu peristiwa itu
“kapan” terjadi, pengungkapan itu masih belum lengkap, jika tidak dipertanyakan “dimana”
tempat terjadinya. Dalam hal ini, dimensi waktu dengan ruang saling melengkapi. Dengan
dipertanyakan waktu dan tempatnya maka karakter peristiwa itu menjadi lebih jelas adanya.
Dari uraian pendahuluan tadi, Anda mendapatkan gambaran bahwa konsep sejarah mengacu
pada konsep waktu, terutama waktu yang telah lampau. Konsep sejarah suatu peristiwa,
membawa citra kepada kita tentang suatu pengalaman masa lampau yang dapat dikaji hari ini,
untuk memprediksi kejadian-kejadian yang akan datang. Selanjutnya, dari sudut pandang
sejarah dalam konteks global, tentang tokoh-tokoh, bangunan-bangunan, perang, pertemuan
internasional, dan peristiwa-peristiwa bersejarah memiliki dampak luas terhadap tatanan
kehidupan global, dapat dimunculkan dalam pendidikan sebagai acuan transformasi budaya
serta pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda untuk memasuki
kehidupan global di masa yang akan datang.
D. Konsep Ekonomi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Menurut H. W Arndt
dan Gerardo P Sicat (Nursid Sumaadmadja:2001), Ilmu ekonomi adalah suatu studi ilmiah
yang mengkaji bagaimana orang perorang dan kelompok-kelompok masyarakat menentukan
pilihan. Manusia mempunyai keinginan yang tidak terbatas. Untuk memuaskan bermacam-
macam keinginan yang tidak terbatas tersebut, tersedia sumber daya yang dapat digunakan,
namun berbagai sumber daya ini tidak tersedia dengan bebas. Oleh karenanya, sumber daya ini
langka dan mempunyai berbagai kegunaan alternatif. Pilihan penggunaan dapat terjadi antara
penggunaan sekarang (hari ini) dan penggunaan hari esok (masa depan). Berdasarkan konsep
tersebut di atas, pembahasan ilmu ekonomi menyangkut beberapa aspek yang meliputi: 1.
menentukan pilihan 2. keinginan yang tidak terbatas Pengembangan Pendidikan IPS SD 4 - 11
3. persediaan sumber daya terbatas, bahkan ada yang langka 4. kegunaan alternatif sumber
daya, dan 5. penggunaan hari ini dan hari esok? Dari aspek-aspek yang telah dikemukakan tadi,
jelas bahwa konsep ekonomi terkait dengan waktu, hari ini, dan hari esok. Sedangkan apa yang
diprediksikan terutama berkenaan dengan keinginan yang “cenderung” tidak terbatas,
persediaan sumber daya itu terbatas bahkan langka, dan adanya penggunaan alternatif sumber
daya.
E. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global 1. Pengertian
Sosiologi Secara sadar atau tidak sadar manusia membutuhkan manusia lain, ia tidak dapat
secara mutlak hidup menyendiri tanpa ada kontak dengan manusia lain. Manusia merupakan
anggota masyarakat selama ia hidup, dan selama itu pula ia mengadakan kontak dengan
manusia lain, sehingga terjadilah interpersonal relation. Dalam mengadakan kontaknya dengan
manusia lain, biasanya ia mempunyai maksud tertentu, dan tingkah lakunya itu disebut
kebudayaan. Sejak lahir manusia telah mengadakan hubungan dengan orang lain, yaitu orang
tuanya dan keluarganya. Setelah besar iapun mengembangkan pergaulannya hingga menambah
pengalaman, dan ia mulai menyadari bahwa dirinya dengan orang lain mempunyai persamaan
sifat, walaupun dalam dirinya ada satu ciri yang khas. Hal seperti itulah yang menjadi obyek
sosiologi. Jadi apa yang dimaksud dengan sosiologi itu sebenarnya? Menurut Pitirin Sorokin
(1928) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga
dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan sebagainya).
2. Ruang Lingkup Sosiologi Dalam sosiologi obyek yang menjadi sorotan utamanya
adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia, terutama dalam
lingkungan yang terbentuk oleh manusia sendiri, atau yang disebut lingkungan sosial. Apabila
hubungan tersebut ditimbulkan oleh manusia yang aktif satu sama lain, maka akan terjadi
interkasi sosial.
3. Konsep Sosiologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Sebagai dampak
kemajuan, penerapan, dan pemanfaatan Iptek di bidang transportasi dan komunikasi, interaksi
sosial ini makin intensif dan makin meluas. Berkembangnya jaringan jalan, baik jalan darat,
laut, dan udara interkasi sosialnya makin cepat dan meluas. Interaksi tersebut telah dapat
menembus batas lokal, nasional, internasional sampai global.
F. Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global 1. Pengertian
Antropologi Secara harafiah antropologi, adalah ilmu tentang manusia, yaitu ilmu yang
mempelajari tentang manusia sebagai makhluk masyarakat. Artinya bahwa manusia dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu sudut biologi dan sudut sosiobudaya. Namun dalam peninjauannya,
tidak melihat manusia sebagai makhluk biologis dan makhluk sosio-budaya secara terpisah-
pisah, melainkan secara keseluruhan yaitu sebagai satu kesatuan fenomena biososial.
Ruang Lingkup Antropologi Ruang lingkup antropologi itu sangat laus, perhatian ilmu
antropologi ditujukan kepada sifat-sifat khusus badani dan cara-cara produksi, tradisitradisi,
dan nilai-nilai yang membuat pergaulan hidup yang satu berbeda dari pergaulan hidup lainnya.
Dilihat dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari dua sudut, yaitun sudut biologi dan
sudut sosio-budaya. Cara peninjauannya tidak terpisah-pisah melainkan holistik, artinya
merupakan satu kesatuan fenomena bio-sosial.
Konsep Antropologi dalam Konteks Lokal, Nasional, dan Global Pada hakikatnya,
perkembangan aspek kehidupan apa pun yang mengarus mulai dari tingkat lokal sampai tingkat
global, dasarnya terletak pada budaya dengan kebudayaan yang menjadi milik otentik umat
manusia. Makhluk hidup, selain manusia, tidak mungkin dapat mengubah tatanan
kehidupannya sampai mengglobal.

Anda mungkin juga menyukai