Pembacaan Heuristik Dan Hermeneutik Pupuh Gambuh-1
Pembacaan Heuristik Dan Hermeneutik Pupuh Gambuh-1
2. Pembacaan Hermeneutik
Pembacaan Hermeneutik harus dilakukan setelah sebuah
objek kajian (Pupuh Gambuh) dibaca berdasarkan pembacaan
heuristik. Artinya, setelah diperoleh arti yang sebenarnya dari
konvensi kebahasaan, dilanjutkan pembacaan hermeneutik
karya sastra (pupuh gambuh) diinterpretasikan melalui
pemahaman kata dari makna konotatif, atau makna asosiatif
yaitu makna yang timbul dari sikap sosial, sikap pribadi.
Pembacaan Hermenutik ini membuat sebuah objek kajian
sastra dapat dipahami maknanya secara keseluruhan.
Puisi tradisional yang berbentuk tembang macapat di atas
adalah tembang Gambuh yang terdapat pada Serat Wedhatama
Karya KGPAA Mangkunegara IV. Kata ‘Tembang’ Jika
dibaca berdasarkan pembacaan hermeneutik mempunyai
makna ganda. Makna pertama ‘Tembang Gambuh’ yaitu
nyanyian, yang isi tembangnya selalu mendeskripsikan
kebijaksanan (adaptif/empan papan). Makna kedua ‘Tembang
Gambuh’ yaitu mengajak dan mengajarkan pembaca agar
selalu Bijaksana, dapat menempatkan sesuatu sesuai porsinya,
tempatnya dan mampu bersikap adil.
Baris/gatra pertama ‘Thithik kaya santri Dul’ mempunyai
makna yang sebenarnya yaitu Dul baru saja belajar ilmu agama
(Seseorang bernama Dul menunjukkan bahwa ia baru
mempelajari ilmu agama dan belum menguasai secara
sempurna).
Baris/gatra kedua ‘Gajeg kaya santri brai kidul’ mempunyai
makna yang sebenarnya yaitu Dul baru saja pulang ke kampung
halamannya di wilayah selatan (Dul pulang ke kampung
halamannya di wilayah selatan dengan mengajarkan ilmu
agamanya).
Baris/gatra ketiga ‘Saurute Pacitan pinggir pasisir’ mempunyai
makna yang sebenarnya yaitu Di sepanjang tepi pantai Pacitan
(Kampung halaman si Dul berada di sepanjang tepi pantai
Pacitan, kemudian ia mengajarkan ilmu agamanya pada santri
di sepanjang tepi pantai Pacitan).
Baris/gatra ke empat ‘Ewon wong kang padha nggugu’
mempunyai makna yang sebenarnya yaitu Ribuan orang
menuruti ajaran Dul (Ajaran Dul dipercaya ribuan orang di
pinggir pantai Pacitan karena mereka adalah kalangan awam
yang mempunyai pemahaman rendah).
Baris/gatra ke lima ‘Anggere padha nyalemong’ mempunyai
makna yang sebenarnya yaitu Aturan yang diajarkan oleh Dul
asal-asalan ( Ilmu agama yang dipelajari Dul belum tuntas,
tetapi sudah diajarkan kepada orang lain, sehingga ajaran
yang diberikan asal-asalan, tidak sesuai yang diajarkan oleh
ahli/ulama yang sudah mengerti benar ).
Pembacaan Hermeneutik diatas menghasilkan makna
tembang gambuh pada 1 yaitu...
(Bahasa Indonesia)
Seseorang bernama Dul menunjukkan bahwa ia baru
mempelajari ilmu agama dan belum menguasai secara
sempurna. Dul pulang ke kampung halamannya di wilayah
selatan dengan mengajarkan ilmu agamanya. Kampung
halaman si Dul berada di sepanjang tepi pantai Pacitan,
kemudian ia mengajarkan ilmu agamanya pada santri di
sepanjang tepi pantai Pacitan. Ajaran Dul dipercaya ribuan
orang di pinggir pantai Pacitan karena mereka adalah kalangan
awam yang mempunyai pemahaman rendah. Ilmu agama yang
dipelajari Dul belum tuntas, tetapi sudah diajarkan kepada
orang lain, sehingga ajaran yang diberikan asal-asalan, tidak
sesuai yang diajarkan oleh ahli/ulama yang sudah mengerti
benar
(Bahasa Jawa)