Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS MAKNA LAGU BUGIS “SAJANG RENNU” CIPTAAN

YUSUF ALAMUDI MELALUI PENDEKATAN HERMENEUTIKA


Meaning Analysis of Yusuf Alamudi’s Buginese Song “Sajang Rennu” using
Hermeneutic Approach

Herianah

Balai Bahasa Ujung Pandang, Jalan Sultan Alauddin Km. 7, Tala Salapang, Makassar,
Telepon 0411-882401, Faksimile 0411-882403, Pos-el: anaherianah@yahoo.co.id

(Makalah diterima tanggal 25 Juni 2010 – Disetujui tanggal 20 Oktober 2010)

Abstrak: Tulisan ini bertujuan membahas makna lagu Bugis Sajang Rennu ciptaan Yusuf
Alamudi melalui pendekatan hermeneutika. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kua-
litatif dengan teknik inventarisasi, baca-simak, dan pencatatan dalam pengumpulan datanya.
Teknik analisis data melalui tahap identifikasi, klasifikasi, analisis, dan deskripsi. Analisis mak-
na lagu dengan pendekatan hermeneutika ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu analisis kata
dalam larik lagu, analisis larik dalam bait, dan analisis bait dalam lagu. Hasil penelitian me-
nunjukkan bahwa makna lagu Sajang Rennu ciptaan Yusuf Alamudi adalah adanya rasa sirik
‘malu’ dari seorang lelaki karena kekasih pujaan hatinya menikah dengan orang lain tanpa kabar
berita. Konsekuensi dari rasa sirik ‘malu’ ini membuatnya berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Kata-Kata Kunci: makna, lagu Bugis, pendekatan hermeneutika

Abstract: This writing is intended to discuss meaning of Buginese song Sajang Rennu by
Yusuf Alamudi using hermeneutic approach. This research applies descriptive qualitative
method by collecting data using inventary technique, reading-observing, and noting. The
technique of data analysis is identification, classification, analysis, and description. The result of
the research shows that the meaning of Sajang Rennu by Yusuf Alamudi is sirik or feeling
embarassed of a man since his girl friend get married with another man without any notification
before. The consequence of sirik makes him think to suicide. It is figured by the statement that
one day people will find a new grave, and he is in.

Key Words: meaning, Buginese song, hermeneutic research

PENGANTAR maupun kepada tanah airnya adalah lagu


Sastra merupakan ungkapan pribadi ma- Bugis dari Sulawesi Selatan.
nusia berupa pengalaman, pikiran, pera- Karya sastra lisan berupa lagu Bugis
saan, gagasan, dan keyakinan dalam su- tersebut perlu terus dilestarikan meng-
atu bentuk gambaran konkret yang mem- ingat lagu-lagu daerah merupakan salah
bangkitkan pesona dengan sarana baha- satu khazanah kebudayaan daerah yang
sa. Tanpa bahasa, sastra tidak mungkin dapat memperkaya kebudayaan nasional
ada karena melalui bahasa, ia dapat di- dan patut dibanggakan. Sampai seka-
wujudkan, baik dalam bentuk sastra lisan rang, lagu Bugis masih diterima oleh
maupun sastra tulis. Salah satu bentuk masyarakat. Hal itu dapat dilihat di desa
sastra lisan yang mengedepankan reflek- atau di kota, di kedai-kedai, angkutan
si evaluatif dan kritis terhadap berbagai umum, dan di mana saja terbuka kesem-
aspek kehidupan, seperti rasa cinta, baik patan untuk bernyanyi atau mendengar-
cinta kepada kekasih, kepada orang tua, kannya (Herianah, 2007:16).

201
Lagu-lagu Bugis yang masih dige- diperlukan pendekatan hermeneutika un-
mari dan sering didengarkan oleh masya- tuk memperjelas makna sebuah teks.
rakat adalah karya Yusuf Alamudi. Pria Pendekatan hermeneutika dalam ka-
berdarah Bugis Pare-Pare ini adalah sa- jian sastra telah digunakan oleh peneliti
lah seorang pencipta lagu yang cukup di- sebelumnya, di antaranya Rauf (2001)
kenal di Sulawesi Selatan dan telah dalam penelitiannya yang berjudul
menghasilkan beberapa kaset serta CD. “Analisis Naskah Drama Mahkamah
Walaupun sudah almarhum pada tahun karya M. Hasan Pabdatabi Syam dengan
1995, lagu-lagunya masih tetap dise- Pendekatan Hermeneutika”, penelitian
nangi oleh masyarakat sampai sekarang. Hadi (2001) “Tasawuf yang Tertindas:
Beberapa lagunya yang pernah terkenal Kajian Hermeneutika terhadap Karya-
pada tahun 80-an dirilis kembali pada ta- karya Hamzah Fansuri”, dan penelitian
hun 2000-an dalam bentuk CD, seperti Aswati Asri (2007) yang berjudul “Ana-
Buluq Alauqna Tempe dan Alosi Ripolo lisis Puisi Emha Ainun Nadjib dalam
Dua. (Herianah, 2007). Salah satu lagu “Sesobek Buku Harian Indonesia” mela-
ciptaan Yusuf Alamudi yang menarik lui Pendekatan Hermeneutika”. Akan te-
untuk diteliti adalah lagu Sajang Rennu tapi, pengunaan pendekatan hermeneu-
karena liriknya sangat estetis dan kosa tika untuk memahami dan mengungkap
katanya arkais. makna teks lagu Bugis masih kurang di-
Dalam lagu memang sering dijum- lakukan sehingga peneliti berusaha me-
pai hal-hal yang membingungkan, yang lakukannya untuk memperluas dan
disebabkan oleh pelambangan-pelam- memperkaya kajian hermeneutika dan
bangan yang dimunculkan pengarang- kajian terhadap lagu-lagu daerah Bugis.
nya. Lambat laun, pendengar dan penik- Berdasarkan latar belakang tersebut,
mat lagu akan menganggap bahwa lagu masalah yang menjadi fokus dalam pe-
sebagai karya sastra tidak lain hanyalah nelitian ini adalah bagaimanakah inter-
penjelmaan konsep-konsep imajinatif be- pretasi makna lagu Bugis Sajang Rennu?
laka dan hanya mengelabui pikiran pem- Tujuan penelitian ini adalah untuk
baca dengan imajinasinya. Beranjak dari mendeskrisipkan interpretasi makna lagu
ketidakpahaman terhadap suatu karya Bugis Sajang Rennu dengan pendekatan
sastra, khususnya lagu, tersebut, maka hermeneutika. Di samping itu, penelitian
salah satu jalan yang dapat ditempuh un- ini diharapkan dapat memberikan ma-
tuk memahami dan mengungkap mak- sukan yang berharga untuk meningkat-
nanya adalah dengan menganalisis teks kan apresiasi masyarakat terhadap lagu
liriknya dengan pendekatan hermeneu- Bugis.
tika karena pendekatan tersebut bertuju-
an memberikan penjelasan teks dengan TEORI
jalan menerapkan “lingkaran hermeneu- 1. Pengertian lagu
tika”. Lingkaran hermeneutika adalah Menurut Sugono, et al., (2008:771), kata
menerangkan keseluruhan melalui bagi- lagu mengandung pengertian: (1) ragam
an-bagian dan menerangkan bagian-ba- suara yang berirama (dalam bercakap,
gian melalui keseluruhan. Pendekatan bernyanyi, membaca dan sebagainya);
hermeneutika merujuk kepada proses in- (2) nyanyian; (3) ragam menyanyi (mu-
terpretasi atau penafsiran teks-teks. Sa- sik, gamelan, dsb.); dan (4) tingkah laku,
lah satu aspek yang membuat penikmat cara, lagak. Dalam KBBI (2008:835), li-
atau pembaca karya sastra tidak dapat rik diartikan sebagai: (1) karya sastra
atau kurang dapat menikmati dan me- (puisi) yang berisi curahan perasaan pri-
ngerti isinya adalah karena konteks lirik badi; dan (2) susunan kata sebuah nya-
lagunya yang rumit. Oleh karena itu, nyian. Pembicaraam tentang lagu-lagu

202
berarti juga tentang musik yang ragam Disiplin ilmu pertama yang banyak
dan fungsinya cukup banyak. Akan teta- menggunakan hermeneutika adalah ilmu
pi, dalam penelitian ini titik beratnya ha- tafsir kitab suci, seperti Alquran, kitab
nya pada lagu dalam arti kata-kata yang Taurat, kitab Veda, dan Upanishad. Un-
membangun lagu itu atau liriknya saja. tuk mengerti makna Alquran, misalnya,
Pada umumnya, lagu daerah tradisi- diperlukan interpretasi atau hermeneu-
onal mencirikan dirinya dalam bentuk tika yang disebut dengan istilah ta’wil
senandung. Lagu senandung itu lebih atau hermeneutika Islam (Hadi, 2004:61)
bersifat halus, lembut, membuai hati, Dalam ruang lingkup kesastraan,
dan juga bersifat lisan saja. Lagu seperti hermeneutika sangat dibutuhkan karena
ini banyak digunakan atau didengar pada tanpa interpretasi atau penafsiran, pem-
waktu ibu menidurkan anaknya, pada baca mungkin tidak dapat mengerti atau
waktu nenek membelai-belai atau meni- menangkap jiwa zaman sebuah karya
durkan cucunya, pada waktu seorang sastra. Meskipun demikian, tidak ada
perjaka rindu kepada kekasihnya, dan se- aturan baku untuk menginterpretasikan
orang nelayan, pelaut, perantau yang rin- karya sastra, begitu pula dengan karya
du pada kampung halamannya (Jerniati, filsafat (Sumaryono, 1999:28).
2002). Schleiermacher (dalam Rapi Tang,
2005:9) mengatakan bahwa pemahaman
2. Pendekatan Hermeneutika adalah suatu rekonstruksi yang bertolak
Secara etimologis, hermeneutika berasal dari ekspresi yang selesai diungkapkan,
dari istilah Yunani, yaitu hermeneuein kemudian menjurus kembali ke suasana
yang berarti menafsirkan dan kata benda kejiwaan tempat ekspresi tersebut di-
hermeneia yang berarti interpretasi. Kata ungkapkan. Di sini terdapat dua momen
Yunani hermeios mengacu pada seorang yang saling terjalin dan berinteraksi,
pendeta bijak yaitu pendeta Delpic. Kata yaitu momen tata bahasa dan momen ke-
hermeios dan kata kerja umum hermene- jiwaan, sedangkan prinsip yang menjadi
uein serta kata benda hermeneia diasosi- tumpuan rekonstruksi dalam bidang tata
asikan pada Dewa Hermes karena dari bahasa dan bidang kejiwaan adalah yang
sanalah kata itu berasal (Palmer, disebut lingkaran hermeneutika.
2005:14). Jadi, dengan menelusuri akar Lingkaran hermeneutika adalah su-
kata hermeneutika, dapat diasumsikan atu lingkaran pemahaman yang terkondi-
bahwa hermeneutika merupakan proses si secara historis. Heidegerian (dalam
“membawa sesuatu untuk dipahami”, T.K Seung, 1999:7) menjelaskan bahwa
terutama melalui proses melibatkan ba- jika kita memahami atau menginterpreta-
hasa karena bahasa merupakan mediasi sikan sesuatu, kita dapat melakukannya
sempurna dalam sebuah proses (Palmer, hanya dalam lingkaran ini, yang dibatasi
2005:15). oleh horizon historis dari keberadaan ki-
Hermeneutika lebih sering diguna- ta sendiri.
kan dalam dunia filsafat. Akan tetapi, Lingkaran hermeneutika mengang-
dalam penerapannya, juga digunakan da- gap bahwa bilamana seseorang memaha-
lam ilmu-ilmu lainnya, seperti sejarah, mi sesuatu, hal itu terjadi dengan analo-
hukum, agama, seni, kesastraan, dan li- gi, yaitu dengan jalan membandingkan-
nguistik. Hal tersebut sejalan dengan nya dengan sesuatu lain yang diketahui-
pendapat Sokal (1994:1) bahwa tidak nya dan membentuk kesatuan-kesatuan
mengherankan jika hermeneutika tidak sistematis atau lingkaran-lingkaran yang
hanya disusun untuk ilmu-ilmu alam, te- terdiri atas bagian-bagian. Konsep ling-
tapi juga dalam dunia filsafat, kritik sas- karan hermeneutika yaitu dengan mene-
tra, dan ilmu sosial. rangkan keseluruhan melalui bagian-

203
bagian atau menerangkan bagian-bagian dan diinterpretasikan maknanya per ba-
melalui keseluruhan (Luxemburg, et.al, gian kemudian secara keseluruhan mela-
1991:144). Lingkaran yang dimaksud lui pendekatan hermeneutika; dan (4)
adalah suatu keseluruhan menentukan deskripsi, yaitu mendeskripsikan seluruh
arti setiap bagian, dan bagian-bagian ter- hasil analisis data melalui pendekatan
sebut secara bersama membentuk ling- hermeneutika.
karan. Suatu kata ditentukan artinya le-
wat arti fungsionalnya dalam kalimat se- HASIL DAN PEMBAHASAN
bagai keseluruhan dan kalimat ditentu- Analisis Makna Lagu Sajang Rennu
kan maknanya lewat arti satu per satu a. Makna Kata dalam Larik Lagu
kata yang membentuknya. Dalam pan- Lagu berjudul Sajang Rennu ciptaan
dangan hermeneutika, konvensi keutuh- Yusuf Alamudi terdiri atas tiga bait yang
an adalah dominan, semua bagian saling masing-masing bait memuat enam larik.
bertalian sehingga dimungkinkan untuk Sajang Rennu berarti hati yang kecewa,
diadakan interpretasi. Adapun interpreta- seorang gadis yang ditinggalkan oleh pa-
si teks bagian khusus ke umum dan pe- sangannya.
mahaman umum ke khusus. Dalam puisi, Pada lirik ke-1 tampak penggunaan
interpretasi yang dimaksud adalah mulai kata awi ‘aduh’ yang merupakan kata in-
dari bagian kecil, yaitu kata, larik, bait, terjeksi atau kata seru; kata terri ‘tangis’
dan keseluruhan teks. Lirik lagu meru- merupakan kiasan tentang kesedihan; ka-
pakan satu bentuk puisi sehingga inter- ta peddi ‘sakit’ yang mengiaskan hati
pretasi seperti ini juga dapat diterapkan. atau qalbu yang sakit; serta kata atikku
‘hatiku’ yang mengiaskan bagian tubuh
METODE manusia.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian Pada larik ke-2 tampak penggunaan
deksriptif kualitatif. Kirk dan Miller (da- kata ucapu ‘kuusap’ yang mengiaskan
lam Moleong, 2000:3) mengatakan bah- tentang sikap untuk menenangkan hati;
wa penelitian kualitatif adalah tradisi ter- campa kata lain dari ucapu ‘kuusap’
tentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang menggambarkan sikap untuk me-
yang secara fundamental bergantung pa- nyabarkan hati yang sedih. Kata aroku
da pengamatan terhadap manusia dalam ‘dadaku’ mengiaskan tentang hati yang
kawasannya sendiri dan berhubungan terletak di dada manusia.
dengan orang-orang tersebut dalam ba- Pada larik ke-3 terdapat kata uwita-
hasa dan dalam peristilahannya. mu ‘kulihat engkau’ yang terdiri atas ka-
Sumber data penelitian ini adalah ta u ‘aku’, ita ‘lihat’, dan –mu ‘engkau’.
lagu Bugis ciptaan Yusuf Alamudi ber- Kata ini menggambarkan seorang yang
judul Sajang Rennu. Data yang menjadi melihat pasangannya dengan mata sendi-
fokus penelitian berupa kata yang mem- ri. Kata tudang ‘duduk’ merupakan kias-
bentuk lirik lagu tersebut. Pengumpulan an dari kata menjalani. Kata botting ‘pe-
datanya dilakukan dengan teknik inven- ngantin’ mengiaskan kehidupan manusia
tarisasi, dengar-simak, transkripsi, dan yang memasuki alam berumah tangga.
catat. Dalam analisis data dilakukan Pada larik ke-4 tampak kata teppa-
langkah-langkah sebagai berikut: (1) semmu ‘tanpa pesan’ yang terdiri atas
identifikasi, setelah data terkumpul, pe- kata teng- ‘tidak’ dan paseng ‘pesan’,
nulis membaca secara kritis dengan dan mu ’kamu’. Kata tekkareba ‘tak ada
mengidentifikasi lagu yang dijadikan da- kabar’ yang terdiri atas kata teng-
ta dalam penelitian; (2) klasifikasi, data ‘tidak’, kareba ‘kabar’. Kata ini me-
diseleksi dan diklasifikasi sesuai hasil ngiaskan kabar yang tak lagi datang dari
pemahaman; (3) analisis, data dianalisis seseorang.

204
Pada larik ke-5 tampak penggunaan mengiaskan perbuatan yang mengakibat-
kata nalere ‘berlinang’ yang mengiaskan kan seseorang menderita.
tentang kesedihan’, wae ‘air’ mengias- Pada larik ke-13 tampak kata kebaja
kan lawan dari benda padat, dan matakku ‘besok’ mengiaskan waktu sesudah hari
‘mataku’ mengiaskan tentang alat panca- ini. Kata sangadie ‘lusa’ mengiaskan
indra penglihatan pada manusia. waktu sesudah esok hari.
Pada larik ke-6 tampak penggunaan Pada larik ke-14 tampak kata engka
kata magi ‘mengapa’ mengiaskan kata ‘ada’ yang mengiaskan lawan kata tidak
tanya atau interogatif. Kata mulesse ‘ka- ada. Kata jera ‘kuburan’ mengiaskan
mu berpaling’ mengiaskan keadaan yang tempat peristirahatan terakhir manusia
tidak diharapkan. Kata ri ‘di’, menunjuk- setelah meninggal.
kan kata depan. Kata janci ‘janji’, adalah Pada larik ke-15 tampak kata kub-
suatu ikatan perjanjian dua insan. buru ‘kuburan’ yang mengiaskan tempat
Pada larik ke-7 tampak penggunaan manusia ditanam ketika meninggal. Kata
kata kegani ‘dimanakah lagi’, menunjuk- tenri ‘tidak’ mengiaskan tanda negasi.
kan kata tanya atau interogatif. Kata ma- Kata bungai ‘ditaburkan bunga’, me-
ka ‘akan’ menujukkan kata hubung. Ka- ngiaskan campuran beberapa bunga yang
ta utiwi ‘kubawa’ mengiaskan perasaan ditaburi di atas pusara.
yang hilang arah dan dalam kebimbang- Pada larik ke-16 terdapat kata iyak-
an yang tak pasti. natu ‘akulah di situ’ mengiaskan posisi
Pada larik ke-8 terdapat frase sajang si aku. Kata ri ‘di’ menggambarkan kata
‘kecewa’ menggambarkan hati yang se- depan, kata lalengna ‘dalamnya’ menun-
dih, rennuna ‘gembiranya’ mengiaskan jukkan tempat sesuatu .
kegembiraan yang tak didapatkan. Kata Pada larik ke-17 terdapat kata utiwi
atikku ‘hatiku’ mengiaskan keadaan qal- ‘kubawa’ yang mengiaskan hati yang ge-
bu seseorang yang bersedih. lisah akan selalu mengisi hati. Kata ped-
Pada larik ke-9 tampak penggunaan dikku ‘kesedihanku’ mengiaskan hati
kata elokku ‘keinginanku’ yang mengias- yang sedih.
kan suatu keinginan. Kata seddingna Pada larik ke-18 tampak kata utiwi
‘rasanya’ menggambarkan hasrat terha- ‘kubawa’ yang mengiaskan perasaan se-
dap sesuatu. Kata mate ‘mati’ mengias- dih yang selalu menyertai. Kata limbang
kan lawan kata hidup. ‘menyeberang’ mengiaskan alat untuk
Pada larik ke-10 tampak pengguna- menuju ke suatu tempat. Kata ri ‘di’ me-
an kata natea ‘dia tidak’ menggambar- nunjukkan kata depan. Kata majeng
kan suatu penolakan. Kata lao ‘pergi’ ‘akhirat’ mengiaskan tempat terakhir ba-
mengiaskan suatu perjalanan. Kata nya- gi manusia setelah meninggal.
waku ‘nyawaku’ menggambarkan keada-
an hidup seseorang. b. Makna Larik dalam Bait Lagu
Pada larik ke-11 tampak pengguna- Bait ke-1 larik ke-1 mengiaskan bahwa
an kata natarona ‘dikarenakan’ meng- si aku sedang menangis karena sedih.
gambarkan akibat dari sesuatu. Kata sa- Larik ke-2 mengiaskan bahwa si aku me-
jang ‘kecewa’ mengiaskan hati yang se- nyabarkan hatinya sendiri. Larik ke-3
dih, rennuku ’kegembiraanku’. mengiaskan seseorang kekasih hati yang
Pada larik ke-12 tampak kata nau- sedang duduk pengantin di atas pelamin-
llekku terdiri atas kata pronomina na- an. Larik ke-4 mengiaskan bahwa keka-
‘kamu’, ulle ‘bisa/sanggup’, -ku ‘aku’, sih yang sedang duduk di pelaminan ter-
mengiaskan kesanggupan untuk berbuat sebut tak memberi kabar berita. Larik
sesuatu pada seseorang. Kata tapakkua ke-5 mengiaskan air mata menetes kare-
‘anda mengakibatkan penderitaan’ na kesedihan. Larik ke-6 mengiaskan

205
pertanyaan pada kekasih yang menging- diselamatkan. Si aku tidak tahu mengapa
kari janji. kekasihnya itu tega mengecewakan diri-
Bait ke-2 larik ke-7 mengiaskan ke- nya yang sudah lama mengikat janji. Si
sedihan yang mendalam pada si aku. La- aku merasa sangat cinta pada kekasihnya
rik ke-8 mengiaskan hati yang sesak sehingga sangat kecewa menerima ke-
dengan kekecewaan. Larik ke-9 nyataan pahit tersebut. Si aku masih be-
mengiaskan keputusasaan yang meng- lum percaya bahwa si aku ternyata tega
akibatkan ingin mengakhiri hidup. Larik mengkhianati cinta yang mereka bina se-
ke-10 mengiaskan kehidupan yang be- lama ini.
lum berakhir dalam keputusasaan. Larik Bait ketiga mengiaskan akibat keke-
ke-11 mengiaskan kekecewaan yang cewaan si aku karena ditinggal kawin
amat sangat. Larik ke-12 mengiaskan oleh kekasihnya. Si aku yang merasa
bahwa segala kekecewaan dan putus ha- sangat terpukul dan putus asa mengata-
rapan disebabkan oleh kekasihnya. kan bahwa bila suatu saat orang yang
Bait ke-3 larik ke-13 mengiaskan ada di sekitarnya menemukan suatu ni-
waktu esok atau lusa. Larik ke-14 san baru, dialah yang ada di dalam kubu-
mengiaskan suatu saat akan ada jera ‘ba- ran baru tersebut. Kuburan yang tak dita-
tu nisan’ baru. Pada larik ke-15 mengias- buri bunga menandakan bahwa penghuni
kan kubburu ‘kuburan’ baru yang tak di- kuburan itu adalah orang yang kecewa.
taburi bunga. Pada larik ke-16 mengias- Kekecewaan yang dibawa sampai mati.
kan si aku yang kecewa mengatakan
bahwa akulah yang ada dalam kuburan 2.2 Makna Lagu Sajang Rennu secara
yang tak ditaburi bunga tersebut. Larik Utuh
ke-17 mengiaskan kesedihan yang selalu Pada dasarnya, lagu Sajang Rennu me-
mengiringi perjalanan hidup si aku. La- ngisahkan tentang kekecewaan seorang
rik ke-18 mengiaskan kesedihan dan ke- lelaki pada kekasihnya yang telah meni-
kecewaannya akan dibawa sampai ke kah dengan lelaki lain. Kekecewaan ini
majeng ‘akhirat’, artinya kekecewaan bagi sebagian seorang lelaki Bugis meru-
yang dibawa sampai mati. pakan sirik ‘harga diri’ yang harus diper-
tahankan. Masalah sirik bagi orang Bu-
c. Makna Bait dalam Lagu gis mempunyai banyak segi. Banyak
Bait pertama dalam lagu Sajang Rennu yang beranggapan bahwa sirik sama
mengiaskan kekecewaan si aku yang me- dengan malu (Wahid, 2007:41). Hakikat
lihat gadis pujaan hatinya duduk bersan- sirik hendaklah dilihat dari segi aspek ni-
ding di pelaminan dengan lelaki lain. Si lai sebagai wujud kebudayaan yang
gadis yang menikah dengan lelaki lain menyangkut martabat dan harga diri ma-
tak memberi kabar berita bahwa ia akan nusia dalam lingkungan hidup kema-
menikah dengan lelaki lain. Melihat ke- syarakatan.
nyataan tersebut si lelaki merasa sangat Basyah dan Mustari (1966) menya-
terpukul dan kecewa karena pujaan hati- takan batasan sirik dengan mengemuka-
nya tidak menepati janji. Tidak terasa air kan tiga pengertian, yaitu (1) Sirik itu sa-
mata berlinang melihat kenyataan pahit ma artinya dengan malu, isin (Jawa),
tersebut. shame (Inggris), (2) Sirik itu merupakan
Bait kedua mengiaskan kekecewaan daya pendorong untuk melenyapkan
yang sangat dalam pada si aku, bahkan si (membunuh), mengasingkan, mengusir
aku berpikir untuk mengakhiri saja hi- dan sebagainya terhadap siapa saja yang
dupnya dengan jalan bunuh diri. Meski- menyinggung perasaan mereka. Hal ini
pun demikian, si aku masih memiliki ke- merupakan kewajiban adat, yaitu huku-
sadaran sehingga nyawanya masih bisa man menurut norma-norma adat jika

206
tidak dilaksanakan, (3) Sirik itu sebagai adalah adanya rasa sirik atau malu dari
pendorong yang juga ditujukan ke arah seorang lelaki karena kekasih pujaan ha-
pembangkit tenaga untuk membanting tinya menikah dengan orang lain tanpa
tulang, bekerja mati-matian, demi suatu kabar berita. Konsekuensi dari rasa sirik
pekerjaan. atau malu ini membuatnya berpikir un-
Shelly Errington (dalam Abidin, tuk mengakhiri hidupnya. Hal ini di-
1992) mengatakan bahwa bagi orang Bu- kiaskan bahwa bila besok atau lusa
gis (Makassar) tidak ada tujuan atau ala- orang di sekitarnya melihat ada kuburan
san hidup lebih tinggi atau lebih penting baru, dia yang ada di dalamnya.
daripada menjaga siriknya. Kalau merasa
tersinggung, ripakasiriki atau dipermalu- SIMPULAN
kan, mereka lebih senang mati dengan Pendekatan hermeneutika merujuk kepa-
perkelahian untuk memulihkan siriknya da proses interpretasi atau penafsiran
daripada hidup tanpa sirik. teks-teks. Salah satu aspek yang meme-
Berdasarkan beberapa pendapat di ngaruhi pembaca sehingga mereka tidak
atas, konsep sirik yang sesuai dengan la- dapat atau kurang dapat menikmati dan
gu Sajang Rennu adalah rasa malu dan mengerti isi suatu lagu Bugis karena ru-
harga diri yang terabaikan. Rasa malu mitnya konteks teks lagu Bugis tersebut.
dalam hal ini dialami oleh seorang lelaki Dengan demikian, di sinilah peranan
ditinggalkan oleh kekasihnya. Selain itu hermeneutika untuk memperjelas makna
adanya rasa sirik bagi seorang lelaki di- simbolik sebuah teks dalam suatu karya
sebabkan oleh kekasihnya yang tak sastra, terutama puisi atau lagu
memberikan kabar bahwa ia akan meni- Makna lagu Sajang Rennu ciptaan
kah dengan orang lain. Hal ini terdapat Yusuf Alamudi secara umum adalah
pada bait pertama larik 3 dan 4 yaitu: adanya rasa sirik atau malu dari seorang
uwitamu tuddang botting// teppasemmu lelaki karena kekasih pujaan hatinya me-
tekkareba ‘kulihat engkau duduk nikah dengan orang lain tanpa kabar be-
pengantin//tanpa pesan tanpa berita. Se- rita. Konsekuensi dari rasa sirik atau ma-
lain itu pada larik lagu ini dikatakan bah- lu ini membuat berpikir untuk meng-
wa kemanakah akan kubawa rasa kece- akhiri hidupnya. Hal ini dikiaskan bahwa
wa ini sehingga si lelaki ini merasa se- bila besok atau lusa orang di sekitarnya
perti ingin mati saja. Hal ini terdapat pa- melihat ada kuburan baru, dia yang ada
da bait 2 yaitu: kegani maka utiwi//sa- di dalamnya.
jang rennunna atikku//elokku seddingro Makalah ini belum membahas seca-
mate//nateya lao nyawaku “kemana akan ra keseluruhan makna lagu Bugis, khu-
kubawa//rasa kecewa hatiku//rasanya susnya ciptaan Yusuf Alamudi, karena
ingin mati saja//tapi nyawaku tak hilang hanya bagian kecil lagu yang dianalisis
juga’. Karena rasa sirik dan kekecewaan dan dijadikan sumber data. Oleh karena
yang mendalam sehingga si lelaki ini itu, penelitian lanjutan untuk membahas
mengatakan dengan kiasan bahwa bila makna lagu Bugis dengan pendekatan
ada makam yang tak berbunga akulah hermenutika perlu dilanjutkan.
yang ada di dalamnya . Hal ini terdapat
pada bait 3 yaitu: kebaja sangadie//eng-
ka jera baru// kubburu tenri bungai//i- DAFTAR PUSTAKA
yaknatu ri lalengna “besok atau lu-
sa//ada makam baru//makam tak ditaburi Abidin, A.z. 1992. “Nilai Budaya Siri
bunga//akulah yang ada di dalamnya. sebagai Motivasi untuk meningkat-
Dari paparan diatas, makna lagu kan Mutu Pendidikan di Sulawesi
Sajang Rennu ciptaan Yusuf Alamudi

207
Selatan”. Makalah Seminar Kebu- Damanhuri Muhammad. Yogyakar-
dayaan. Makassar. ta: Pustaka Pelajar.
Asri, Aswati. 2007. “Analisis Puisi Rapi Tang, Muhammad. 2005. Bahan
Emha Ainun Nadjib dalam “Seso- Ajar Teori Sastra yang Relevan.
bek Buku Harian Indonesia” mela- Makassar: Jurusan Bahasa dan Sas-
lui Pendekatan Hermeneutika”. (Te- tra Indonesia dan Daerah Fakultas
sis tidak diterbitkan). Makassar: Bahasa dan Seni UNM.
Program Pascasarjana Universitas Rauf.2001. “Analisis Naskah Drama
Negeri Makasar Mahkamah karya M. Hasan
Basyah, S. Dan S. Mustari. 1966. Se- Pabdatabi Syam dengan Pendekatan
mangat Paduan Rasa Suku Bugis – Hermeneutika”. (Tesis tidak diter-
Makassar. Suarabaya: Yayasan Tifa bitkan). Makassar: Program Pasca-
Sirik. sarjana Universitas Negeri Makasar
Hadi, Abdul. 2001. Tasawuf yang Ter- Seung, T.K. 1999. Semiotic and Thema-
tindas: Kajian Hermeneutik terha- tic in Hermeneutiks. Diindonesiakan
dap Karya-Karya Hamzah Fansuri. oleh Mahasiswa PPS UGM 1999.
Jakarta: Paramadina. New York: Departemen of Physics
____.2004. Hermeneutia, Estetika, dan New York University.
Religiusitas. Yogyakarta: Matahari. Sokal, Alan D. 1994. Transgressing the
Herianah. 2007. “Kajian Stilistika dalam Boundaries: Towards A. Transform-
Lirik Lagu-Lagu Bugis Populer”. ative Hermeneutics of Quantum
Tesis Tidak diterbitkan. Makassar. Grafity. New York: Departemen of
Program Pascasarjana Universitas Physics New York University.
Negeri Makassar. Sugono, Dendi et al. 2008. Kamus Besar
Jerniati. 2002. “Analisis Kohesi Lagu Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Mandar”. Makassar: Balai Bahasa Pustaka.
Ujung Pandang. Sumaryono, E. 1999. Hermeneutika Se-
Luxemburg, Jan van, et al. 1991. Ten- buah Metode Filsafat. Yogyakarta:
tang Sastra. Jakarta: Intermasa. Kanisius.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Pe- Wahid, Sugira. 2007. “Nilai-Nilai Luhur
nelitian Kualitatif. Bandung: Rema- dalam Sastra Makassar”. Prosiding
ja Rosdakarya. Kongres Internasional Bahasa-
Palmer, Richard E. 2005. Hermeneutika: Bahasa Daerah Sulawesi Selatan.
Teori Baru Mengenai Interpretasi. Makassar: Pusat Bahasa
Penerjemah Musnur Hery dan

208

Anda mungkin juga menyukai