1.LK-9-Best Practice Aslan
1.LK-9-Best Practice Aslan
OLEH:
A S L A N, S.Pd.
NIP. 19711109 199802 1001
PEMBELAJARAN MATERI KALOR DAN PERUBAHANNYA DENGAN MODEL DISCOVERY LEARNING YANG
BERORIENTASI HOTS DI KELAS VII.1 SMP NEGERI 14 PALEMBANG
Nama : A S L A N, S.Pd.
NIP : 19711109 199802 1 001
Hari : Senin
RODHIA , S.Pd.,MSi
NIP. 19630128 198703 2 003
Biodata Penulis
Nama : A S L A N, S.Pd
Agama : Islam
Alamat : Komplek Kencana Damai Blok O No 6 Jl. Melati 3 Sukamaju Sako PLG
A S L A N, S.Pd
NIP. 19711109 199802 1 001
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
BIODATA PENULIS iii
DAFTAR ISI iv
KATA PENGANTAR v
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang masalah 1
B. Permasalahan 9
C.Strategi pemecahan masalah 9
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
A. Foto kegiatan 16
Kata Pengantar
Alhamdulillah Puji syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan
kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan best practice peningkatan kemampuan siswa dalam
pembelajaran Suhu pada siswa SMP Negeri 14 PalembangTahun Ajaran 2019/2020. Best Practice yang
penulis buat merupakan laporan uraian pengalaman nyata guru dalam memecahkan masalah-masalah
dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Best pratice ini di susun dalam rangka mengikuti Peningkatan
Kompetensi Pembelajaran (PKP) tahun 2019
Penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan best
practice ini oleh karenanya tak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar - besarnya .
Menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna, oleh karena nya, penulis dengan sangat terbuka
menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan karya ini.
A S L A N, S.Pd.
NIP. 19711109 199802 1 001
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia pendidikan saat ini telah merambah ke era globalisasi. Bukan suatu hal yang
aneh jika beberapa instansi pendidikan berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Terutama terkait dengan nilai ketuntasan belajar.
Kurikulum 13 menuntut siswa selalu aktif dan kreatif terhadap kegiatan belajar mengajar,
sehingga perlu adanya model pembelajaran metode belajar yang dapat membantu guru dan siswa
agar bisa tetap belajar, kreatif dan tetap tidak terlepas dari tujuan awal pendidikan.
Menurut Sudarman (2007) salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas diarahkan pada kemampuan
siswa untuk menghafal informasi.
Siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima dari
guru sebagai informasi, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan
sendiri pengetahuan atau informasi itu, akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan
sehari-hari sehingga cepat terlupakan.
Pendidikan hendaknya mampu menghasilkan individu yang mampu menghadapi tantangan abad
ke-21. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 ditegaskan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Kualitas sumber daya manusia Indonesia saat ini masih rendah. Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) menempatkan Indonesia peringkat 110 dari 188 negara. Berdasarkan hasil penelitian Program
for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2013 dari 65 negara yang diteliti Indonesia
berada di posisi kedua dari bawah.
Rendahnya peringkat Indonesia berdasarkan PISA di atas menunjukkan masih adanya
permasalahan pada pendidikan Indonesia. Salah satu permasalahan dalam pendidikan adalah proses
pembelajaran yang masih lemah (Direktorat Pembinaan SMA, 2017:1). Tidak semua guru memahami
bahwa tujuan utama pembelajaran adalah untuk mengaktifkan potensi siswa sehingga siswa mampu
mencari tahu dan menerapkan pengetahuannya pada sebuah keterampilan untuk membangun sikap
mereka. Kenyataan menunjukkan masih banyak guru yang belum sepenuhnya memahami dan
mengimplementasikan pembelajaran yang mampu mengembangkan potensi dan kemampuan peserta
didik secara maksimal.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah juga dianggap masih memiliki beberapa
kelemahan. Beberapa pihak menyatakan bahwa pembelajaran bahasa Ilmu Pengetahuan Alam masih
bersifat teoretif dan kurang aplikatif. Hal itu memunculkan anggapan bawa belajar Ilmu Pengetahuan
Alam sangat sulit. Pandangan yang sama juga terjadi pada siswa SMP Negeri 14 Palembang . Beberapa
siswa mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam setengah hati dan hanya sebagai syarat formal
kelulusan sehingga berakibat gagalnya siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Kegagalan siswa
tersebut ditandai antara lain minimnya prestasi siswa dan kurangnya produk atau hasil karya siswa
dari proses pembelajaran IPA.
Kurang berhasilnya pembelajaran disebabkan juga desain pembelajaran yang dirancang oleh guru
yang kurang mengoptimalkan pengembangan kemampuan siswa. Selain itu, sarana pendukung
berupa buku-buku sumber yang terbatas dan media yang mendukung pembelajaran IPA seperti
kamera, alat syuting, LCD, menyebabkan sulitnya menghasilkan produk-produk pembelajaran.
Berbagai program telah dilakukan untuk mengembangkan potensi peserta didik antara lain
penyediaan Charta, Kit, Mikroskop dan bermacam alat di laboratorium serta penambahan buku-buku
ensklopedi ,di perpustakaan, pelatihan guru dalam workshop dan diklat pembelajaran. Namun upaya
tersebut belum berhasil secara maksimal untuk mengembangkan potensi dan keterampilan siswa.
Salah satu perbaikan pembelajaran adalah hendaknya guru menerapkan pembelajaran aktif.
Menurut Bonwell (dalam Direktorat Pembinaan SMA, 2017:3) pembelajaran aktif adalah
pembelajaran yang menjadikan siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran, tidak hanya
mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru tetapi melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Joyce (1994) menyatakan bahwa guru hendaknya menjadi desainer yang mampu
menguasai teori, mengajarkan, dan menerapkan teori pada proses pembelajaran demi tercapainya
tujuan pembelajaran.
Guru berorientasi mengejar target pencapaian materi, tetapi belum mengembangkan
kompetensi yang dimiliki siswa secara maksimal seperti tuntutan kurikulum yang digunakan. Di dalam
kelas guru menjelaskan materi ajar, memberi contoh dan latihan soal, serta memberi pekerjaan
rumah (PR). Salah satu pendekatan pembelajaran menurut Haryanto (2011) harus menggunakan
Higher Order Thinking (HOT), baik untuk PBM di kelas maupun dalam evaluasi pembelajaran. Newman
and Wehlage (2011) menyatakan bahwa ”HOT requires students to manipulate informations and ideas
in ways that transformtheir meaning and implications, such as when students combine facts and ideas
in orderto synthesize, generalize, explain, hypothize, orarrive at some conclusion or interpretation.
Dengan HOT siswa dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik,
mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan
memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas. Thomas dan Thorne (2011) menyatakan bahwa
bahwa HOT dapat dipelajari, HOT dapat diajarkan pada murid, dengan HOT keterampilan dan karakter
siswa dapat ditingkatkan. Selanjutnya dikatakan bahwa ada perbedaan hasil pembelajaran yang
cenderung hapalan dan pembelajaran HOT yang menggunakan pemikiran tingkat tinggi.
HOT ini akan lebih bagus jika dikaitkan dengan dicovery learning karena muara dari pola berpikir
tingkat tinggi adalah mampu menyelesaikan masalah. Dengan pendekatan HOT siswa dapat diajak
untuk aktif berpikir sehingga mereka juga aktif belajar, khususnya dalam pemecahan
masalah.Kemampuan pemecahan masalah merupakan kompetensi strategik supaya siswa mampu
memahami, memilih pendekatan dan strategi pemecahan masalah sehingga mampu menyelesaikan
persoalan atau masalah. Dalam pemecahan masalah siswa dapat menunjukkan kemampuan
memahami masalah dengan baik, mengorganisasi data yang relevan, menyajikan masalah secara
jelas, memilih pendekatan atau strategi pemecahan dan mampu menerapkan model pemecahan yang
efektif.
Discovery learning memiliki kelebihan antara lain (1)Discovery learning merupakan teknik yang
baik untuk memahami pelajaran secara baik; (2) Discovery learning menantang siswa serta memberi
peluang pemecahan masalah; (3) Discovery learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa; (4)
Discovery learning dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan untuk pemecahan masalah
dalam kehidupan nyata; 5) Discovery learning memberi peluang siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOT) bahkan berpikir kritis; dan (6) Discovery learning
merangsang minat siswa untuk selalu belajar.
Suyitno (2006:25) yang mengutip pendapat Wiederhold, menyatakan bahwa model pemecahan
masalah dipandang sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa
dalam berpikir tinggi (HOT). Model pemecahan masalah dengan pola berpikir tinggi akan membawa
siswa pada pengalaman siswa menggunakan pengetahuan serta keterampilan secara maksimal untuk
dapat diterapkan dalam hal pemecahan masalah yang tidak rutin, penemuan pola pemecahan,
perampatan hasil serta kemampuan komunikasi yang baik, sehingga kebermaknaan belajar akan lebih
terasa.
Di SMP Negeri 14 Palembang , khususnya kelas VII hasil belajar belum memuaskan, banyak siswa
belum tuntas dalam penilaian. Siswa cenderung sulit untuk menerapkan materi Kalor dan
Perpindahannya. Hal ini yang menjadi salah satu penyebab sulitnya siswa dalam menyelesaikan
latihan khususnya materi kalor dan perubahnnya. Dalam hal ini , ketekunan dan kegigihan siswa
sangat diperlukan.
Berdasarkan paparan tersebut tujuan dari pengaplikasian HOT ini adalah meningkatkan hasil
belajar (rata-rata di atas 70 dan yang tuntas minimal 75%), dan aktivitas belajar yang berorientasi
pada peningkatan karakter siswa di SMP Negeri 14 Palembang sampai batas maksimum. Pengertian
istilah maksimum adalah hasil tertinggi yang memungkinkan dicapai oleh siswa. Untuk aspek karakter
sebagai bentuk ikutan pembelajaran HOT yang diinginkan adalah sifat teliti,obyektif, jujur, tekun,
disiplin dansikap bertanggung jawab ditargetkan minimal berkategori baik.
B. Permasalahan
Permasalahan dalam best practice ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah deskripsi pengembangan keterampilan communication, collaborative, critical
thinking and problem solving, creativity and innovation pada siswa kelas VII SMP Negeri 14
Palembang ?
2. Bagaimanakah hasil atau dampak dari pelaksanaan pengembangan keterampilan communication,
collaborative, critical thinking and problem solving, creativity and innovation pada siswa kelas
VII.1 Negeri 14 Palembang ?
Deskripsi strategi pemecahan masalah yang dipilih Strategi pemecahan masalah rendahnya
keterampilan communication (berkomunikasi), collaborative (berkolaborasi), critical thinking and
problem solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah), creativity and innovation (kreativitas dan
inovasi) atau disingkat 4C siswa kelas VII.1 Negeri 14 Palembang adalah diskusi kelompok dan
demonstrasi pengggunaan termometer dalam materi kalor dan perubahannya.
BAB II
IMPLEMENTASI BEST PRACTICE
Keterampilan 4C merupakan empat keterampilan yang sangat penting pada abad ke-21.
Keterampilan berkomunikasi dan bekerja sama merupakan keterampilan sosial yang sangat penting
dalam membina hubungan dengan orang atau pihak lain. Keterampilan berpikir kritis dan pemecahan
masalah sangat penting untuk menghadapi permasalahan di sekolah maupun di masyarakat.
Keterampilan berkreasi dan berinovasi sangat penting untuk bisa bersaing di tengah perubahan yang
sangat cepat.
a. Communication (komunikasi)
Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara lisan
maupun tulisan. Namun, tidak semua orang mampu melakukan komunikasi dengan baik.
Terkadang ada orang yang mampu menyampaikan semua informasi secara lisan tetapi tidak
secara tulisan ataupun sebaliknya.
Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Oleh
karena itu, komunikasi merupakan salah satu hal yang terpenting dalam peradaban manusia.
Tujuan utama komunikasi adalah mengirimkan pesan melalui media yang dipilih agar dapat
dimengerti oleh penerima pesan.
b. Critical thinking and problem solving (berpikir kritis dan pemecahan masalah)
2. Pemilihan penugasan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk mengembangkan keterampilan 4C
dilandasi alasan-alasan sebagai berikut.
b. Melalui penugasan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat mengembangkan keterampilan
bekerja sama siswa dari proses pengerjaan tugas yang harus dilaksanakan secara berkelompok.
c. Melalui penugasan Lembar Ker Peserta Didik (LKPD) dapat mengembangkan keterampilan
berpikir kritis dan pemecahan masalah siswa dari proses eksperimen.
d. Melalui penugasan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dapat mengembangkan keterampilan
berkreasi dan berinovasi saat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dan praktiks
eksperimen`
Hasil yang dicapai dari penugasan mengenai text recount dan narrative adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang dapat
dilihat dari antusiasme, keaktifan, dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran.
2. Meningkatnya keterampilan berkomunikasi (communication) pada siswa SMP Negeri 14
Palembang yang dapat dilihat dari keberhasilan berdiskusi selama proses penugasan berlangsung
3. Meningkatnya keterampilan bekerja sama (collaborative) pada siswa SMP Negeri 14 Palembang
yang dapat dilihat dari aktivitas merencanakan bersama sampai tahap presentasi,
4. Meningkatnya keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and
problem solving) pada siswa SMP Negeri 14 Palembang yang dapat dilihat dari keberhasilan
mengatasi berbagai permasalahan saat melakukan windowshopping.
5. Meningkatnya keterampilan berkreasi dan berinovasi (creativity and innovation ) pada siswa
SMP Negeri 14 Palembang yang dapat dilihat dari kegiatan diskusi kelompok.
F. Alternatif Pengembangan
Tindak lanjut pengembangan mengenai recount text dan narrative untuk mengembangkan
keterampilan 4C pada siswa SMP Negeri 14 Palembang antara lain sebagai berikut.
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
2. Sekolah bersama komite mengalokasikan anggaran lebih untuk mengadakan peralatan atau sarana
prasana yang menunjang proses pembelajaran.