Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewirausahaan

Dosen Pengampu : ZAINI MIFTAH, MA

DISUSUN OLEH :

1. M. HAFIDZ BAIHAQI (2017. 5501. 01. 04215)

2. MUHAMMAD ADIB NUR HUDA

3. MUH. BAHRUL ULUM

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM BOJONEGORO

2019
KATA PENGANTAR

Bismillah Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun pikiran
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN KARAKTER” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat hambatan akan tetapi
dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca
sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Bojonegoro, 25 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan karakter ............................................................................ 3


B. Ruang lingkup pendidikan karakter ...................................................................... 4
C. Fungsi dan tujuan.................................................................................................. 5
D. Komponen pendukung pendidikan karakter ......................................................... 6
E. Pengembangan pendidikan karakter ..................................................................... 8
F. Nilai-niali pendidikan karakter ............................................................................. 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 12

B. Saran ........................................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu bangsa dan negara sangat ditentukan oleh mutu sumber daya
manusia (SDM). Mutu SDM tidak hanya dilihat dari penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi saja, melainkan juga karakter atau perilakunya. Untuk memenuhi SDM yang
memiliki kompetensi dan karakter diperlukan sistem pendidikan yang baik. Undang-
Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3,
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan karakter bukanlah pendidikan yang berbasis hafalan. Pendidikan
karakter merupakan pendidikan perilaku yang terbentuk dari kebiasaan dan keteladanan
para pendidik, orang tua, para pemimpin, dan masyarakat yang merupakan lingkungan
luas bagi pengembangan karakter anak. Sekolah adalah lembaga yang memikul beban
untuk melaksanakan pendidikan karakter. Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional
tahun 2003 pasal 1 dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan
akhlak mulia.
Pendidikan karakter merupakan pendidikan akhlak mulia bagi anak dengan
melibatkan aspek pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Kecerdasan emosi akan
mempersiapkan anak untuk menghadapi segala macam tantangan kehidupan dan
kecerdasan spiritual akan membetuk anak yang taat beribadah dan berbakti kepada orang
tua, bertanggung jawab, dan ikhlas. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter di
mulai dari dalam keluarga yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan
karakter anak, lalu dikembangkan di sekolah, dan diterapkan dalam kehidupan
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan karakter
2. Bagaimana ruang lingkup pendidikan karakter?
3. Apa fungsi dan tujuan pendidikan karakter?

1
4. Apa saja komponen pendukung dalam pendidikan karakter?
5. Bagaimana pengembangan pendidikan karakter?
6. Apa saja nilai-nilai pendidikan karakter?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan karakter.
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan karakter.
4. Untuk mengetahui komponen pendukung dalam pendidikan karakter.
5. Untuk mengetahui pengembangan pendidikan karakter.
6. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pendidikan karakter


Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian,
budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, tempramen dan watak, sementara itu yang
disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat dan
berwatak sedangkan pendidikan dalam arti sederhana sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina, kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat
dan kebudayaan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-
norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dalam perkembangannya ,
istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa
agar ia menjadi dewasa. Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan
seseorang atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup atau
penghidupan lebih tinggi dalam arti mental.
Adapun kata karakter berasal dari bahasa Latin “Karakter”, “Kharassein”,
“Kharax”, dalam bahasa Inggris “Character” dan Indonesia “Karakter”, Yunani
“Character”, dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus
poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau
budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, nama dari jumlah seluruh
ciri pribadi yang meliputi hal-hal seperti perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan,
kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran.
Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

3
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.1
Adapun pendidikan karakter didefinisikan oleh Hornby dan Parnwell, yang
mengatakan karakter adalah kualitas mental atau moral, nama atau reputasi. Hermawan
Kertajaya mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau
individu. Ciri khas tersebut ialah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu
tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap,
berujar, dan merespons sesuatu.2
Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai
karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran
individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, linkungan, maupun
bangsa, sehingga akan terwujud insan kamil.
Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-
anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka
menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan
menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil,
baik, dan manusiawi.

B. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter


Pendidikan karakter merupakan bagian penting bagi kehidupan manusia. Sebagai
sebuah proses, ada dua asumsi yang berbeda mengenai pendidikan karakter. Pertama, ia
bisa dianggap sebagai sebuah proses yang terjadi secara tidak disengaja atau berjalan
secara alamiah. Misalnya, pada dasarnya manusia belajar dari peristiwa alam yang ada
untuk mengembangkan kehidupannya. Kedua, pendidikan karakter bisa dianggap sebagai
proses yang terjadi secara sengaja, direncanakan, didesain dan diorganisasi berdasarkan
perundang-undangan yang dibuat. Misalnya, UU Sisdiknas yang merupakan dasar
penyelenggaraan pendidikan.3
Pengembangan pendidikan karakter harus memiliki peruntukan yang jelas dalam
usaha membangun moral dan karakter anak bangsa melalui kegiatan pendidikan. Ruang
lingkup pendidikan karakter berupa nilai-nilai dasar etika dan bentuk-bentuk karakter
1
Anas Salahudin, Pendidikan Karakter;Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa, (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2013). Hlm. 41.
2
Abdul Majid, Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
11.
3
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2011). hlm 287.
4
yang positif, selanjutnya menuntut kejelasan identifikasi karakter sebagai perwujudan
perilaku bermoral. Pendidikan karakter tanpa identifikasi karakter hanya akan menjadi
sebuah perjalanan tanpa akhir, petualangan tanpa peta. Kemudian, ruang lingkup atau
sasaran dari pendidikan karakter ialah satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat.
Peran ketiga aspek tersebut sangat penting guna membentuk dan menanamkan
pendidikan karakter pada peserta didik. Hal tersebut sangat ditentukan oleh semangat,
motivasi, nilai-nilai, dan tujuan dari pendidikan.

C. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter


Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter Dalam TAP MPR No. II/MPR/1993,
disebutkan bahwa pendidikan bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu
manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin,
beretos kerja profesional, serta sehat jasmani rohani.
Fungsi pendidikan karakter :
Beberapa fungsi penting dari pendidikan karakter adalah untuk mengembangkan potensi
dasar seorang anak agar berhati baik, berperilaku baik, serta berpikiran yang baik.
Dengan fungsi besarnya untuk memperkuat serta membangun perilaku anak bangsa yang
multikultur. Selain itu pendidikan kharakter juga berfungsi meningkatkan peradaban
manusia dan bangsa yang baik di dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dapat
dilakukan bukan hanya di bangku sekolah, melainkan juga dari bergai media yang
meliputi keluarga, lingkungan, pemerintahan, dunia usaha, serta media teknologi.
Pendidikan karakter bukanlah sesuatu yang baru. Sebetulnya pendidikan karakter
sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Sepanjang sejarah, di negara-negara seluruh
dunia, pendidikan memiliki dua tujuan besar yakni membantu anak-anak menjadi pintar
dan membantu mereka menjadi baik. Sejak zaman Plato, pendidikan karakter yang
dibarengkan dengan pendidikan intelektual, kesusilaan, dan literasi, serta budi pekerti
dan kemanusiaan. Mereka mencoba membentuk sebuah masyarakat yang menggunakan
kecerdasan mereka untuk kemaslahatan orang lain dan diri mereka, yang akan mencoba
membangun dunia yang lebih baik.4
Tujuan yang paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang
menjadi good dan smart. Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW menegaskan
bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk mengupayakan

4
Thomas Lickona. Terj Lita S, Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi
Pintar dan Baik. (Bandung: Nusa Media, 2013), hlm. 6.
5
pembentukan karakter yang baik (good character).5 Pendidikan karakter pada tingkat
satuan pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah atau madrasah, yaitu
nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol
yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah atau madrasah dan masyarakat sekitarnya.6
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai- nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam
perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila.
Fungsi dan tujuan pendidikan karakter itu sendiri itu dicapai apabila pendidikan
karakter dilakukan secara benar dan menggunakan media yang tepat.

D. Komponen pendukung dalam pendidikan karakter


Di dalam pendidikan karakter mempunyai 9 komponen pendukung sebagai berikut:
1. Partisipasi Masyarakat
Dalam hal ini, masyarakat meliputi tenaga pendidik, orangtua, anggota
masyarakat, dan peserta didik itu sendiri, semua komponen itu hendaknya
dapat bekerja sama dan membantu memberikan masukan, terutama mengenai
langkah- langkah penanaman karakter bagi peserta didik.
2. Kebijakan Pendidikan
Meskipun pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek moral dan tingkah
laku, namun bukan berarti sama sekali tidak menetapkan kebijakan-
kebijakan. Sebagaimana dalam dunia formal pada umunnya. Sekolah tetap
menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan karakter,
serta menentukkan dan menetapkan tujuan, visi dan misi, maupun beberapa
kebijakan lainnya, hal ini bisa dilakukan dengan mengadopsi kebijakan
pendidikan formal atau kebijakan baru.

5
Abdul Majid, op.cit., hlm. 30.
6
E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter. (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 9.
6
3. Kesepakatan
Betapapun pentingnya dan mendesaknya lembaga pendidikan menerapkan
pendidikan karakter sebagai tambahan kurikulum di dalamnya, namun bukan
berarti itu ditetapkan secara sepihak. Sekolah harus mengadakan pertemuan
dengan orang tua peserta didik terlebih dahulu dengan melibatkan tenaga
guru dan perwakilan masyarakat guna mencari kesepakatan-kesepakatan di
antara mereka. Pertemuan itu bertujuan memperoleh kesepakatan definisi
pendidikan karakter, fungsi dan manfaatnya, serta cara mewujudkannya.
4. Kurikulum Terpadu
Agar tujuan penerapan karakter dapat berjalan secara maksimal, sekolah perlu
membuat kurikulum terpadu di semua tingkatan kelas. Sebab, setiap peserta
didik memiliki hak yang sama untuk mendapatkan materi mengenai
pengembangan karakter
5. Pengalaman Pembelajaran
Pendidikan karakter sebenarnya lebih menitik beratkan pada pengalaman dari
pada sekedar pemahaman. Oleh karena itu, melibatkan peserta didik dalam
berbagai aktivitas positif dapat membantunya mengenal dan mempelajari
kenyataan yang dihadapi. Pelayanan yang baik oleh seorang guru berupa
kerja sama, pendampingan, dan pengarahan optimal, yang merupakan
komponen yang perlu diberlakukan secara nyata. Sebab, hal itu akan
memberikan kesan positif bagi peserta didik dan mempengaruhi cara
berpikirnya sekaligus karakternya.
6. Evaluasi
Guru perlu melakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan pendidikan karakter
yang sudah diterapkan .evaluasi dilakukan tidak dalam ragka mendapatkan
nilai, melainkan mengetahui sejauh mana peserta didik mengalami perilaku di
bandingkan sebelumnya.
7. Bantuan Orang Tua
Untuk mendukung keberhasilan, pihak sekolah hendaknya meminta orangtua
peserta didik untuk ikut terlibat memberikan pengajaran karakter ketika
peserta didik berada di rumah.
8. Pengembangan Staf
Perlu disediakan waktu pelatihan dan pengembangan bagi para staf di sekolah
sehingga mereka dapat membuat dan melaksanakan pendidikan karakter
secara berkelanjutan. Hal itu termasuk waktu untuk diskusi dan pemahaman
7
dari proses dan program, serta demi menciptakan pelajaran dan kurikulum
selanjutnya
9. Program
Program kependidikan karakter harus dipertahankan dan diperbaharui melalui
pelaksanaan dengan perhatian khusus pada tingkat komitmen yang tinggi dari
atas, dana yang memadai, dukungan untuk koordinasi distrik staf yang
berkualitas tinggi, pengembangan profesional berkelanjutan dan jaringan,
serta dukungan system bagi guru yang melaksanakan program tersebut.
E. Pengembangan pendidikan karakter
Pembentukan karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan
saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak
sesuai dengan pengetahuaanya, jika tidak terlatih(menjadi kebiasaan) untuk melakukan
kebaikan tersebut, karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasan diri.Dengan
demikian diperlukan tiga komponen yang baik yaitu moral knowing (pengetahuan
tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral
action, atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga
sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami,
merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan.
Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi ranah
kognitif adalah kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai- nilai moral, penentuan sudut
pandang, logika moral), keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan
diri ( self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik
untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap
yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri ( Conscience),
percaya diri (self asteem), kepekaan terhadap derita orang lain (empathy), kerendahan
hati (humility), cinta kebenaran (Loving the good), pengendalian diri (self control). Moral
action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari
dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam
perbuatan yang baik (act Morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu
kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara
komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat
dilakukan secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku

8
dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan YME,
dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia internasional

F. Nilai-nilai pendidikan karakter


Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dijabarkan sehingga diperoleh deskripinya.
Deskripsi berguna sebagai bahasan atau tolak ukur ketercapaian pelaksanaan nilai-nilai
pendidikan karakter di sekolah. Adapun 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang di
deskripsikan adalah sebagai berikut:
1. Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya.
2. Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang
yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin, tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil
baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri, sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis, cara berpikir, bersikap, bertindak yang menilai sama hal dan
kewajiban dirinya dan orang lain.
9. Rasa ingin tahu, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu yan dipelajarinya, dilihat dan didengar.
10. Semangat kebangsaan, cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta tanah air, cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

9
12. Menghargai prestasi, sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta damai, sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan lingkungan alam disekitarnya, dan mengembangkan upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17. Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab, sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannnya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat,
lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut diterapkan sejak usia kanak-kanak atau
yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age) karena usia dini
terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% varibialitas kecerdasan pada orang dewasa
terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8
tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini sudah
sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam pendidikan keluarga, yang merupakan
lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
Akan tetapi, bagi sebagian keluarga, proses pendidikan karakter yang sistematis
diatas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang
padat. Karena itu, sebaiknya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak
masuk lingkungan sekolah, terutama sejak play group, taman kanak-kanak, dan
pendidikan anak usia dini (PAUD). Disinilah, peran guru, yang dalam filosofi jawa
disebut digugu dan ditiru menjadi ujung tombak di lingkungan sekolah, yang berhadapan
langsung dengan peserta didik.7

7
Anas Salahudin, op.cit., Hlm. 54-56.
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
11
Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk
anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk
mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri.
Fungsi dan tujuan pendidikan karakter itu dicapai apabila pendidikan karakter
dilakukan secara benar dan menggunakan media yang tepat.
Setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda, yang ikut
menentukan kepribadian dan karakternya. Oleh karena itu, guru, orang tua maupun
masyarakat seharusnya memiliki keterlibatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan
antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang
dapat dilakukan secara bertahap dan saling berhubungan.
Pendidikan karakter pada hakikatnya merupakan pembinaan personal peserta
didik secara terprogram dengan tujuan tertentu bagi lembaga pendidikan dengan
menitikberatkan pembinaan ideologi agama, budaya bangsa yang unggul dan jiwa
kepemimpinan, yang sekaligus membangun kekuatan dan kualitas peserta didik yang
berkarakter unggul. Pendidikan karakter pada tiga komponen, yaitu sekolah, keluarga,
dan masyarakat diharapkan memiliki upaya dan usaha penanaman dan pembudayaan
nilai, sikap, dan cara berfikir, serta meningkatkan kompetensi dan integritas. Terutama
dalam aspek berbasis nilai agama, budaya bangsa, kepemimpinan, ilmu pengetahuan
dan teknologi serta wawasan global bagi peserta didik dan seluruh civitas dunia
pendidikan, keluarga, dan masyarakat. Untuk itu, pendidikan karakter yang menjadi
tanggung jawab sekolah, keluarga, dan masyarakat harus dijadikan sebagai sarana
untuk penyadaran, peneguhan, pengayaan, pencerahan dan pemahaman.

B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah semoga makalah ini bisa dibahas
dan dipelajari serta menjadi suatu acuan belajar yang mendorong Mahasisiwa/i
untuk membaca dan membahas serta untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang
materi pengembangan pendidikan karakter. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua terutama kami selaku penyusun makalah ini.

12
Daftar Pustaka

Gunawan, Heri.(2012). Pendidikan Karakter ( Konsep dan Implementasi ). Bandung:


Alfabeta.

Munir, Abdullah. (2010). Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Pedagogia. Mulyana.(2003).


Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

13
N. Sudirman. (1992). Ilmu pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Salahudin, Anas Pendidikan Karakter;Pendidikan Berbasis Agama dan Budaya Bangsa,


(Bandung: CV Pustaka Setia, 2013).

Majid, Abdul Pendidikan Karakter Persfektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,


2011).

Mu’in, Fatchul Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik. (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011).

14

Anda mungkin juga menyukai