Anda di halaman 1dari 20

1.

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

I. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui dasar-dasar penggunaan alat ukur dan cara pengukurannya.

II. Alat-Alat
1. Jangka sorong
2. Micrometer
3. Neraca ohaus
4. Voltmeter
5. Amperemeter
6. Ohmmeter

III. Dasar Teori dan Prosedur Percobaan :


1. Jangka sorong
Jangka sorong digunakan untuk pengukuran besaran panjang. Alat ini dapat
digunakan untuk mengukur : panjang, lebar, tinggi, diameter luar dan dalam,
serta kedalaman lubang suatu benda.

Gambar 1. Jangka sorong

Cara menggunakan jangka sorong :


a. Letakkan benda pada posisi A-B (untuk mengukur diameter digunakan C-D
dan lubang digunakan P-Q)
b. Tekan E agar posisi A-B, C-D atau P-Q dapat berubah sesuai dengan ukuran
besar benda.
c. Baca skala dasar F (satuan cm) dan skala bantu G (satuan mm). Jika skala
G penuh berarti 1mm. misalnya pada gambar 1 ditunjukkan garis “nol”
pada skala bantu G berada antara 1,3 dan 1,4 pada skala F, sedangkan
pada skala bantu yang paling berimpit dengan skala dasar adlah 0,1mm.
seandainya garis “nol” dari skala bantu sudah tepat berimpit dengan skala
dasar (skala satu), maka panjangnya adalah harga dari skala tersebut.
d. Skala dasar H adalah dengan satuan Inchi.

2. Micrometer
Micrometer digunakan untuk mengukur panjang, lebar, diameter luar dan tinggi

Gambar 2.mikrometer

Cara menggunakan micrometer :


a. Sebelum menggunakan perhatikan permukaan A-B apakah sudah bersih
dari kotoran, benda-benda kecil dan sebagainya
b. Dengan memutar skala bantu C, maka A dan B akan berimpit. Agar A dan B
berimpit betul putarlah E sehingga bersuara 5 kali (standar laboratorium)
dan ini lakukan dengan hati-hati.
c. Perhatikan kedudukan titik nol, apabila skala dasar D tidak tepat pada nol,
maka perlu dilakukan “ralat sistematik”. Contoh bila dalam pengecekan
alat ini setelah A dan B berimpit dengan memutar E 5 kali, skala dasar tidak
terlihat sedangkan pad skala bantu berharga 21 dan skala dasar berharga
nol maka ralat sistematikanya adalah 0,21 mm.
d. Cara pengukuran :
- Letakkan benda diantara A dan B.
- Putar E (5kali) agar A dan B benar-benar menghimpit benda. Apabila
skala dasar D menunjukkan harga 2 sedang skala bantu C menunjukkan
harga 48 (gambar 2) : 2mm + 0,48mm+ 0,21mm = 2,69 mm
- Catatan : spesifikasi micrometer yang digunakan adalah :
1. Satuan terkecil skala dasar = 0,01mm
2. Satuan terkecil skala bantu = 1mm
3. Tiap putaran skala bantu E (360°) = 0,5mm
4. Pembacaan skala bantu dari 0 sampai 0,5 mm

3. Neraca ohaus
Neraca Ohaus merupakan neraca yang sering digunakan dilaboratorium, dengan
tingkat ketelitiannya 0,01 gram. Anak timbangnya sudah ada pada neraca itu
sendiri, cara menggunakannya dengan menggeser anak timbang sepanjang
lengan dan massa bendanya ditentukan oleh posisi anak timbang sepanjang
lengan setelah dinyatakan setimbang.

Gambar 3. Neraca ohaus

4. Voltmeter
Alat ini digunakan untuk mengukur beda potensial dalam rangkaian listrik. Pada
dasarnya konstruksi dan cara kerja tidak berbeda dengan galvanometer.

Dimana :
Rs = tahanan seri
Vab = beda potensial antara titik A dan B
C = kumparan (coil)
Sebagai contoh :
Voltmeter yang digunakan di Laboratorium mempunyai Rc = 55 Ω, Rs = 110 Ω,
dan Ic = 0,06 A, sehingga beda potensial antara A dan B adalah :
Vab = Ic (Rc + Rs) = 10 volt
Maka angka skala voltmeter dari 0 sampai +10.
Cara menggunakan voltmeter :
a. Perhatikan kutub poitif dan negatifnya untuk pengukuran
b. Perhatikan daya ukur maksimum untuk voltmeter berskala.

5. Amperemeter
Alat ini digunakan untuk mengukur arus listrik pada suatu rangkaian.Prinsip kerja
dan konstruksi alat tidak berbeda dengan galvanometer.

i = ic + is
Dimana :
Rsh = tahanan shunt
Bila ic = 0,06 A, Rc = 55 Ω dan Rsh = 0,67 Ω, maka ic = Vc/Rc
Sehingga :
is = (ic x Rc) / Rsh = 4,94 A.

Cara menggunakan amperemeter :


a. Letakkan tahanan depan (Rd) yang benar dimana,
1 1 1
= +
𝑅𝑑 𝑅𝑐 𝑅𝑠ℎ
b. Perhatikan kutub positif dan negative sebelum pengukuran arus
c. Perhatikan daya ukur maksimum amperemeter.

IV. Tugas Laporan Resmi


1. Apa perbedaan tingkat ketelitian pengukuran menggunakan jangka sorong dan
micrometer.
2. Apa perbedaan cara kerja amperemeter dan voltmeter
V. Tugas Pendahuluan
Sebutkan perbedaan masing-masing fungsi dan ketelitian masing-masing alat yang
ada dalam percobaan ini.
2. TETAPAN PEGAS
I. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan “besar tetapan pegas”

II. Alat-Alat
1. Statip 1 (satu) set
2. Anak timbangan 1 (satu) set
3. Pegas 2 (dua) buah
4. Stopwatch 1 (satu) buah

III. Dasar Teori


1. Cara statis
Pada studi kasus dimana pegas yang diberi beban akan berlaku hubungan
kesetimbangan benda tegar, yaitu berat akibat gravitasi akan sama dengan gaya
pegas yang menahan benda.
Apabila suatu pegas dengan tetapan pegas “k” diberi beban “w”, maka ujung
pegas akan bergeser sepanjag “x” sesuai dengan persamaan :

M.g = k.x ....................................... (1)

2. Cara dinamis
Apabila cara statis yang telah diberi beban tadi dihilangkan bebannya, maka
pegas akan mengalami getaran selaras dengan periode :

𝑚
T = 2 π( )1/2 ................................. (2)
𝑘

Dimana :
M = massa beban
g = percepatan gravitasi
T = periode
K = tetapan pegas
Catatan : praktikan diharuskan menimbang masing-masing beban.
Sedangkan apabila digunakan 2 beban , maka didapat :
𝑇22 −𝑇02
W2 = W1[ ] .................................... (3)
𝑇12 −𝑇02

Dimana :
W2 = berat pembebanan kedua tanpa pegas dan ember
W1 = berat pembebanan ke 1 tanpa pegas dan ember
T1 = periode pembebanan ke 1
T2 = periodepembebanan ke 2
T0 = periode tanpa pembebanan

IV. Prosedur Percobaan


1. Cara statis
a. Gantungkan beban pada pegas sehingga menunjukkan skala nol
b. Tambahkan beban yang ada satu persatu dan catat massa beban dan
kedudukan ember untuk setiap penambahan beban
c. Keluarkan beban satu persatu dan catat massa beban dan kedudukan ember
untuk setiap pengurangan beban.
d. Lakukan langkah sepertipon a-c untuk pegas yang lain

2. Cara dinamis
a. Gantungkan ember pada pegas, berikalah simpangan pada ember lalu
lepaskan. Catat waktu yang diperlukan untuk 15 getaran dan untuk
menghitung periode menggunakan persamaan (4) :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛
𝑇=
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

b. Tambahkan sebuah beban pada ember, lalu catat waktu yang diperlukan
untuk 15 getaran. Dan kerjakan langkah ini dengan menambahka beban.
Usahakan langkah pada poin a-b dengan memberi simpangan yang sama.
c. Lakukan langkah a-b untuk pegas yang lain.

V. Tugas Laporan Resmi


1. Hitung tetapan pegas “k” dengan cara statis menurut persamaan (1)
2. Buat grafik no.1 dengan w sebagai ordinat dan x sebagai absis
3. Buat ralat pengukuran dari percobaan cara dinamis
4. Hitung tetapan pegas “k” dengan cara dinamis menggunakan persamaan (2)
5. Buat kesimpulan dari percobaan ini

VI. Tugas Pendahuluan


1. Buktikan persamaan (1) dan (2)
2. Turunkan persamaan pegas gabungan bila terdapat 2 pegas dihubungkan seri
parallel
3. Apa yang dimaksud dengan getaran selaras
4. Gambar grafik : w = f (x) dari cara statisdan tentukan harga”k” dari grafik
tersebut dengan menggunakan metode Regresi Linier
3. PERCEPATAN GRAVITASI BUMI

I. Tujuan Percobaan
Menentukan “percepatan gravitasi bumi” dengan menggunakan bandul matematis

II. Alat-Alat
1. Bandul matematis
2. Beban setangkup 1 (satu) set
3. Rolmeter 1 (satu) buah
4. Stopwatch 1 (satu) buah

III. Dasar Teori


Apabila sebuah bandul digantungkan dengan kawat dan kemudian kawat tersebut
diberi simpangan kecil setelah itu dilepaskan,maka bandul tersebut akan berayun
dengan getaran selaras. Dari sini akan berlaku persamaan :

Gambar 1. Bandul matematis

1 𝑔
f= ( ⁄𝑙)1/2
2𝜋
T = 2𝜋(𝑙⁄𝑔)1/2 .......................................... (1)
Dimana :

f = jumlah getaran per detik dengan satuan (s-1)


T = periode satuan (s)
g = percepatan gravitasi
l = panjang tali (cm/s2)

IV. Prosedur Percobaan :


a. Atur alat seperti gambar 1 dengan panjang kawat 100 cm
b. Atur agar ujung bandul berada tepat ditengah
c. Berisimpangan kecilpada bandul dan lepaskan serta usahakan agarayunan
bandul mempunyai lintasan bidang dan tidak berputar
d. Catat waktu tempuh yang dibutuhkan untu klima kali getaran
e. Ulangi langkah pada poin nomor 1 sampai dengan 4 sebanyak lima kali
f. Ulangi langkah pada poin nomor 1 sampai dengan 5 dengan panjang kawat
yang berbeda

V. Tugas Laporan Resmi


1. Hitung percepatan gravitasi bumi ”g” dengan persamaan “1” dan gunakan ralat
perhitungan
2. Berdasarkan hitungan (1) tentukan besar “g” di Balikpapan.
3. Buat kesimpulan dari percobaan ini.

VI. Tugas Pendahuluan


1. Buktikan persamaan (1)
2. Berdasarkan persamaan (1)
a. Bagaimana pengaruh panjang kawat terhadap periode (T)

Bagaimana pengaruh bandul terhadap periode (T)


4. MOMEN INERSIA
I. Tujuan Percobaan :
Untuk menentukan nilai momen inersia suatu sistem benda tegar

II. Alat-Alat :
1. Bandul fisis 1 set.
2. Timbangan
3. Penggaris

III. Dasar Teori :


Suatu pendulum fisik adalah sembarang pendulum nyata, menggukan suatu benda
dengan ukuran terhingga, kontras dengan model idealisasi dari pendulum
sederhana dengan semua massanya terkonsentrasi pada satu titik tunggal. Untuk
osilasi-osilasi kecil, menganalisis gerak nyata dari pendulum fisik adalah semudah
seperti pendulum sederhana. Gambar 1 menunjukkan sebuah benda dengan bentuk
tak beraturan dipasak sedemikian hingga dapat berjalan tanpa gesekan di sekitar
suatu sumbu melalui titik O. Posisi yang ditunjukkan pada gambar, benda
dipindahkan dari kesetimbangan dengan sudut sebesar Ɵ, yang kita gunakan
sebagai suatu koordinat untuk sistem. Jarak dari O sampai pusat grafitasi adalah d,
momen inersia benda diseputar sumbu putar melalui O adalah I, dan massa totalnya
m. Jika benda tersebut dipindahkan sebagaimana telah ditunjukkan maka berat
benda mg menyebabkan suatu torsi pemulih

𝜏 = −(𝑚𝑔) (𝑑 𝑠𝑖𝑛 Ɵ)

tanda negative menunjukkan bahwa torsi pemulih berorientasi searah jarum jam
jika perpindahannya berlawanan arah jarum jam, dan sebaliknya. Jika benda
tersebut dilepaskan, benda tersebut berosilasi di sekitar posisi kesetimbangannya.
Geraknya bukan harmonik sederhana karena torsi 𝜏 lebih sebanding dengan 𝑠𝑖𝑛 Ɵ
dari pada dengan Ɵ sendiri. Akan tetapi, jikaƟ kecil, kita kembali dapat mendekati
𝑠𝑖𝑛 Ɵ dengan Ɵ dalam radian, dan gerakannya mendekati harmonik sederhana.
Dengan pendekatan

𝜏 = −(𝑚𝑔𝑑)(Ɵ)

Persamaangerakadalah∑ 𝜏 = 𝐼𝛼, sehingga

𝑑2 𝜃
−(𝑚𝑔𝑑)(Ɵ) = 𝐼𝛼 = 𝐼
𝑑𝑡 2

𝑑2 𝜃 𝑚𝑔𝑑
= − 𝜃
𝑑𝑡 2 𝐼
Dengan membandingkan dengan persamaan di atas dengan persamaan 1,
kitamelihatbahwaperan(𝑘/𝑚) untuk sistem massa-pegas dijalankan disini oleh
𝑚𝑔𝑑
besaran 𝐼
. Maka frekuensi sudut diberikan oleh

𝑚𝑔𝑑
𝜔= √ 𝑙
(𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑙𝑢𝑚 𝑓𝑖𝑠𝑖𝑘, 𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑡𝑢𝑑𝑜 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙) ....................... (1)

Gambar 1. Sistem Benda Tegar

IV. Prosedur Percobaan :


1. Temukan posisi pusat massa batang panjang dengan cara menggantungkan
salah satu lubang sampai didapatkan posisi setimbang
2. Tentukan titik tersebut sebagai titik kesetimbangannya
3. Hitung massa batang
4. Temukan titik pusat massa dari lempengan baja dengan cara nomer 1-3.
5. Gabungkan batang dan lempeng baja pada salah satu lubang menjadi satu
sistem gabungan
6. Ambil salah satu lubang sebagai poros putar sistem gabungan
7. Tentukan besar momen inersia sistem tersebut
Dengan menggunakan persamaan :
𝐼 = 𝐼0 + 𝑚. 𝑑2 ……………………………………………………. (2)
I0 = momen inersia benda yang diputar tepat pada pusat massanya
M = massa
D = jarak poros putar terhadap pusat massa
Menentukan pusat massa bandul berdasarkan persamaan :

𝑥1 𝑚1 + 𝑥2 . 𝑚2
𝑥0 =
𝑚1 + 𝑚2

8. Dengan simpangan kecil, hitung waktu yang diperlukan untuk setiap 10 getaran
Gambar 2. Bandul Fisis

V. Tugas Laporan Resmi :


1. Bandingkan nilai momen inersia berdasarkan teori (persamaan 1) dan
berdasarkan percobaan (persamaan 2)
2. Apa yang membedakan keduanya?
3. Buatlah grafik antara momen inersia vs massa

VI. Tugas Pendahuluan :


1. Momen inersia adalah
2. Tentukan perbedaan momen inersia sistem partikel dan sistem benda tegar
3. Buatlah beberapa rumus momen inersia sistem benda tegar yang Anda ketahui
5. BOLA JATUH BEBAS
I. Tujuan Percobaan :
Menentukan besarnya percepatan gravitasi bumi di suatu tempat.

II. Alat-Alat :
1. Stop clock (timer) 1 buah
2. Bola besi (gotri) 2 buah

III. Dasar Teori :


Apabila sebuah benda dijatuhkan dari ketinggian tertentu maka benda tersebut
akan mengalami percepatan sebesar :
a = g dimana (g) adalah percepatan gravitasi bumi di tempat tersebut. Jika benda
dijatuhkan tanpa percepatan awal, maka jarak yang ditempuh (S) :
s = ½ gt2
dengan mengetahui jarak yang ditempuh (S) serta waktunya (T), maka harga (g)
akan kita dapatkan.

IV. Prosedur Percobaan :


1. Tentukan jarak h, untuk mengatur variasi ketinggian.
2. Jatuhkan bola besi dan catat waktu yang terbaca pada stop clock.
3. Lakukan langkah 1-2 untuk ketinggian dan bola yang lain.

V. Tugas Laporan Resmi :


1. Hitung waktu rata-rata untuk setiap bola pada ketinggian tertentu.
2. Buat grafik antara h terhadap t2 untuk setiap bola.
3. Hitung percepatan grafitasi dari tabel dan grafik.
4. Buat kesimpulan dari percobaan ini.

VI. Tugas Pendahuluan :


1. Buktikan bahwa untuk benda jatuh bebas dipenuhi persamaan S = ½ gt2.
2. Bagaimana kecepatan jatuh bola bila massa bola berlainan sedangkan selang
waktu jatuh sama.
3. Sebutkan cara lain untuk mendapatkan besaran gravitasi.
4. Sebutkan hal-hal yang mempengaruhi percepatan gravitasi dan pengukuran.
6. MODULUS YOUNG (ELASTISITAS)

I. Tujuan
Menentukan Modulus Young suatu pegas
II. Dasar Teori
Setiap bahan memiliki elastisitas (kelenturan). Besarnya koefisien elastisitas bahan
berbeda-beda. Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali
ke bentuk semula setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan.
Sedangkan benda yang tidak elastis adalah benda yang tidak kembali kebentuk semula
saat gaya luar yang diberikan kepada benda tersebut dilepaskan.
1. Tegangan
Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya F yang dialami kawat dengan
luas penampangnya (A). Tegangan dirumuskan sebagai berikut.
𝐹
𝜏=
𝐴
Dimana : 𝜏 = tegangan ( Pa )
𝐹 = gaya luar yang diberikan pada benda ( N )
𝐴 = luas penampang (m2)

2. Regangan
Regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara perubahan panjang dengan panjang
mula-mula. Regangan dirumuskan sebagai berikut.
∆𝑥
𝜖=
𝑥0
Dimana :
∆𝑥 = perubahan panjang pegas (m)

𝑥0 = panjang pegas awal/semula (m)


Karena pertambahan panjang (∆𝑥 ) dan 𝑥0 adalah besaran yang sama, maka regangan
tidak memiliki satuan atau dimensi.

3. Modulus Elastisitas
a. Modulus Elastisitas atau Modulus Young didefinisikan sebagai berikut:

𝑠𝑡𝑟𝑒𝑠𝑠 𝐹⁄
𝐸= = 𝐴
𝑠𝑡𝑟𝑎𝑖𝑛 ∆𝑥⁄
𝑥0

Dimana : E = Modulus Elastisitas atau Modulus Young

𝐹/𝐴 = tegangan

∆x/𝑥0 = regangan
4. Hokum Hooke
Hukum Hooke berbunyi : “ Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, maka
pertambahan panjangnya akan sebanding dengan gaya tariknya”. Pernyataan ini
dikemukakan oleh Robert Hooke. Oleh karena itu, pernyataan ini dikenal sebagai Hukum
Hooke. Hukum Hooke dapat dirumuskan sebagai berikut :

F merupakan gaya tarik yang bekerja pada benda. k adalah tetapan umum yang
berlaku untuk benda elastis jika diberi gaya yang tidak melampui titik batas hukum Hooke.
∆x merupakan perubahan panjang benda.

5. Tetapan Gaya Benda Elastis


Kita telah mengetahui hubungan antara gaya tarik ( F ) dengan Modulus Elastis ( E )
yang dinyatakan dalam persamaan :
𝐹/𝐴
𝐸=
∆L/L0
Dengan mengolah persamaan diatas, sehingga gaya tarik ( F ) berada diruas kiri, dan
diidentikkan dengan persamaan hukum Hooke, maka
∆L
𝐹 = 𝐸. 𝐴
∆L/L0
Maka dapat diperoleh rumus umum tetapan gaya benda elastis ( k )
Adapun Modulus Young benda yang bisa digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Modulus Young pada beberapa benda padat
No Jenis Benda Modulus Young ( E )
(N/m2)
1 Aluminium 7,0 x 1010
2 Baja 20 x 1010
3 Besi 21 x 1010
4 Beton 2,3 x 1010
5 Nikel 21 x 1010
6 Tembaga 11 x 1010
7 Besi tuang 10 x 1010
8 Kuningan 10 x 1010
9 Granit 4,5 x 1010

III. Prosedur Percobaan


a. Hitung luas permukaan pegas
b. Gantungkan beban pada pegas sehingga menunjukkan skala nol
c. Tambahkan beban yang ada satu persatu dan catat massa beban dan kedudukan
ember untuk setiap penambahan beban
d. Keluarkan beban satu persatu dan catat massa beban dan kedudukan ember untuk
setiap pengurangan beban.
e. Lakukan langkah sepertipon a-c untuk pegas yang lain

IV. Tugas Laporan Resmi


1. Hitung modulus Young pegas yang digunakan
2. Buat grafik no.1 dengan w sebagai ordinat dan x sebagai absis
3. Buat ralat pengukuran
4. Buat kesimpulan dari percobaan ini
V. Tugas Pendahuluan
1. Sebut dan jelaskan macam-macam modulus dalam zat cair, gas, dan padat
2. Jelaskan maksud grafik dibawah
CARA PERHITUNGAN
a. Perhitungan ralat
Pada tiap perhitungan akan selalu timbul masalah ketidak telitian yang disebabkan
oleh tidak sempurnanya alat ukur, ketidaktepatan cara ukur, tidak sempurnanya
panca indra, dll. Untuk itu perlu teori ralat yang dapat memberikan gambaran
kuantitif terhadap ketelitian suatu pengukuran.
Ada 2 jenis ralat:
1. Ralat Sistimatik
Ralat ini digunakan untuk sumber-sumber kesalahan yang timbulnya dapat
dipelajari secara sistematis.
Misalnya :
a. Jarum penunjuk Amperemeter yang seharusnya menunjukkan angka 0
A saat tidak ada arus ternyata menunjukkan angka 0,5 A. maka harus
ada koreksi titik nol sebesar -0,5A. bila alat yang digunakan untuk
mengukur arus maka arus yang sebenarnya = arus yang terbaca +
koreksi titik nol.
b. Jangka sorong dan mikro meter sering tidak menunjukkan titik nol.
c. Pembacaan Barometer air raksa prlu koreksi pembacaan karena adanya
pemuaian air raksa.
Dalam pekerjaan kita selalu melakukan koreksi terhadap ralat sistematik.Ralat
sistematik tidak perlu masuk perhitungan, tetapi perlu dituliskan.
2. Ralat kebetulan
Sumber dari ralat ini tidak dapat kita ikuti dan kita kendalikan. Misalnya pada
pengukuran yang berulang dengan hasil yang berbeda. Untuk mendekati
harga sesungguhnya dari hasil pengukuran ita gunakan harga rata-rata tetapi
untuk pengukuran berulang dengan hasil yang berbeda diperlukan Ralat
Suatu Pengukuran. Ralat sutu pengukuran harus dicantumkan dalam hasil
pengukuran. Ralat ini disebut pula ralat Kebetulan.
Contoh :
Hasil pengukuran panjang batang logam adalah :

∑(𝑥−𝑥′)2 1/2
Ralat mutlak : Δ=[ 𝑛(𝑛−1)
]

Dimana :
n = julah pengukuran
∑(0,01)2 1/2
Δ =[ ] = 0,007
5(5−1)
Ralat nisbi : I = Δ/ x’ x 100%
I = 0,4%
Keseksamaan : K = 100% - I
K = 100% - 0.4%
K = 99,6%
Keterangan :
Dalam menuliskan ralat mutlak diambil hanya untuk satu angka yang
bukan nol dibelakang koma. Angka 5 atau lebih dibulatkan ke atas,
sedangkan lebih kecil dari 5 diabaikan. Jadi 0,0707 dibulatkan menjadi
0,07.
Hasil pengukuran dituliskan = hasil rata-rata ± ralat mutlak
Misalnya : panjang gelombang = (20,00 ± 0,07) m.
Jadi panjang batang logam sebenarnya terletak antara (20,00 - 0,07)
dan (20,00 + 0,07) m.
Bila pengukuran hanya dilakukan 1 kali maka ralat mutlak adalah setengah
harga skala terkecil.
b. Membuat grafik
1. Grafik harus dibuat pada kertas millimeter dan titik pada grafik harus diberi
tanda yang jelas
2. Besar skala dan letak titik nol harus dibuat sedemikian rupa sehingga grafik
mudah dibaca dan dimengerti. Artinya skala absis = skala ordinat.letak titik
nol dipusat sumbu.
3. Grafik harus disertai keterangan lengkap tentang absis dan ordinat.
4. Jika kita mengharapkan garis lurus dari grafik itu, maka garis yang ditarik
harus sedapat mungkin melalui titik-titik tersebut
5. Jika kita tidak yakin akan bentuk grafik, maka harus ditarik garsi lengkung
penuh (bukan garis patah-patah) melalui hamper semua titk
6. Beri interprestsi dasri grafik tersebut seperti linier eksponensial, maksimum,
minimum, dan sebagainya.
7. Bila akan menggambar lebih dari satu grafik pada satu gambar maka untuk
tiap titik pada setiap grafik kita beri tanda berbeda.

Keterangan :
- Skala absis tidak tepat
- Grafik sulit dibaca
- Puncak grafik terlalu tajam, Karena dipaksa melalui semua titik

Keterangan :
- Skala absis sudah tepat
- Grafik mudah dibaca
- Grafik tidak dipaksa melalui semuaa titik

Ringkasan :
Dalam mencantumkan hasil pengukuran harus disertai :
1. Ralat sistematis (apabila ada)
2. Ralat mutlak
3. Ralat nisbi
4. Keseksamaan

Anda mungkin juga menyukai