Anda di halaman 1dari 49

Analisa Jurnal

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Komunitas

Dosen Pengampu: Ns. Sang Ayu Adiyani, M.Kep., Sp. Kep. Kom

Disusun oleh :
Kelas B

S.1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

JAKARTA

2018
Anggita Cahyani 1610711027

Mei Diana Arminiati 1610711033

Analisa jurnal

JUDUL JURNAL:
Penggunaan Air Rubusan Daun Sirih Terhadap Kebutuhan Fisiologis Di Kalangan Remaja
Putri Mahasiswi Poltekes Denpasar

PENULIS JURNAL :
Wayan Mustika, Putu Susi Natha Astini, Ni Putu Yuniyanti

TAHUN :
2014

A. Latar Belakang
Keputihan pada remaja sering ditemukan pada remaja yang kurang peduli dengan
keersihan dan pemeliharaan genitalia regional. Tingkat keputihan yang tinggi pada
wanita dan gadis di dunia dan di indonesia dan di dunia, serta dampak fatal jika tidak
ditangani dengan benar. Maka kita perlu cara atau strategi untuk engatasi keputihan.
Salah satunya dengan air rebusan daun sirih hijau yang memiliki khasiat tanpa efek
samping.

B. Tujuan
Untuk mengetahui efektifitas pengguaan rebusan air sirih hijau terhadap keputihan
fisiologis di kalangan remaja putri mahasiswi Keperawatan Poltekes Denpasar.

C. Metode
Penelitian ini termasuk jenis eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau efek
yang timbul, sebagai akibat dari adanya perlakuan pembasuhan vagina dengan menggunakan
rebusan air daun sirih. Rancangan yang digunakan adalah “Kuasi Eksperimen” yaitu
metode eksperimen tanpa menggunakan kelompok control, dengan one group pre test dan
post test10. Cara penggunaan air daun sirih untuk menanggulangi keputihan yaitu:
a) Bahan: Daun sirih segar 7-10 lembar;
b) Pemakaian: Daun sirih direbus dalam 2,5 liter air;
c) dalam kondisi agak dingin atau hangat – hangat kuku, air rebusan dipakai mencuci
vagina 2 x sehari8. Pembasuhan rebusan air daun sirih dilaksanakan selama 5 hari
berturut - turut sehingga dapat diketahui efektifitas terhadap keputihan fisiologis.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja putri di Poltekkes Denpasar Jurusan
Keperawatan sejumlah 356 orang. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi yaitu: Remaja putri
yang mengalami keputihan fisiologis, remaja putri yang bersedia diteliti dengan
menandatangani informed consent, remaja putri yang berumur 18-20 tahun. Jadi jumlah sampel
yang memenuhi kretaria inklusi sebanyak 20 orang sehingga penelitian ini menggunakan
sampel jenuh atau total sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang didapat
melalui lembar kuisioner yang diisi langsung oleh responden.

D. Tindakan Penelitian
1. Bahan : Daun sirih segar 7-10 lembar
2. Pemakaian:
a) Daun sirih direbus dalam 2,5 liter air
b) Dalam kondisi agak dingin atau hangat – hangat kuku, air rebusan dipakai
mencuci vagina 2 x sehari8.

E. Analisa dan Hasil


Karakteristik subyek penelitian
Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa responden yang berumur 19 tahun sebanyak 169
orang (47,47 %) dan sebagian kecil yang berumur 20 tahun yaitu 84 orang (23,60 %)

Hasil pengamatan terhadap obyek penelitian


Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa dari 356 mahasiswa putri keperawatan yang
menderita keputihan fisiologis hanya sebagian kecil yaitu 20 orang (5,62%) dan yang
tidak 336 orang (94,38%)
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa dari 20 mahasiswa remaja putri keperawatan yang
menderita keputihan fisiologis hanya sebagian kecil yaitu 1 orang (5%) yang tidak ada
perubahan dan sebagian besar mengalami perubahan 19 orang (95%).

F. Keismpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa Responden yang berumur
18 tahun sebanyak 103 orang (28,93%), berumur 19 tahun sebanyak 169 orang (47,47%)
dan umur 20 tahun sebanyak 84 orang (23,60%) Sebagian kecil 5,62 % mahasiswa
remaja putri Jurusan keperawatan mengalami keputihan. Setelah menggunakan air rebusan
daun sirih 94,38% mengalami perubahan.
Hasil analisis menggunakan bantuan computer adalah: Z = -4,000, dengan p=0,000
(p<0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya rebusan
air daun sirih efektif mengatasi keputihan fisiologis dikalangan remaja putri mahasiswa
Poltekkes Denpasar Jurusan Keperawatan tahun 2012. Saran mengingat rebusan air daun
sirih sangat bermanfaat dimana senyawa eugenol adalah mematikan jamur candida albicans
sebagai penyebab keputihan dan tannin, berupa astringen, mengurangi sekresi cairan pada
liang vagina, maka remaja putri dianjurkan untuk menggunakan rebusan air daun sirih saat
mengalami keputihan.
Masih adanya remaja putri yang mengalami keputihan, diharapkan para peneliti
selanjutnya meneliti hal-hal yang belum dibahas didalam penelitian ini, baik dari segi jumlah,
kandungan minyak atsiri pada masing-masing rebusan yang diberikan kepada responden.
Miftahul jannah 1610711048
Dwi shohibah 1610711049

JUDUL JURNAL:
Penggunaan Ekstrak Daun Sirsak sebagai Obat Kemoterapi Kanker Payudara

PENULIS JURNAL :
Muhartono dan Subeki

TAHUN :
2015

A. Latar Belakang

Kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya penyebab kematian

nomor dua setelah kardiovaskuler. Diperkirakan 1,2 juta wanita menderita kanker

payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karena penyakit ini. Kanker payudara
berada pada urutan kedua yang diderita wanita Indonesia setelah kanker leher rahim.

B. Tujuan
Untuk mengetahui potensi ekstrak daun sirsak sebagai obat kemoterapi kanker
payudara.
C. Metode
Analisis proton dan karbon 1H, 13CNMR senyawa anti kanker . Sebanyak 25 Kg
daun sirsak segar dikeringanginkan hignga kering. Selanjutnya daun yang sudah kering

dihancurkan dengan blender hingga menjadi tepung. Sebanyak 10 Kg tepung daun sirsak
direndam dalam 30 L etanol 96% selama 14 hari dan setiap hari selama 10 menit
dilakukanpengadukan. Selanjutnya filtrat disaring dengan menggunakan kain saring dan
diuapkan dengan rotary evaporator hingga menjadi 1 L. Filtrat pekat tersebut kemudian
diekstrak dengan etilasetat (EtOAc) sehingga diperoleh lapisan air (H2O) dan EtOAc.
Lapisan H2O selanjutnya diuapkan dengan rotary evaporator hingga kering kemudian
dimasukkan dalam Diaion HP20 kolom kromatografi dan dielusi dengan H2O (3 L),
MeOHH2O (20:80, 3 L), MeOHH2O (50:50, 3 L), MeOHH2O (80:20, 3 L), dan MeOH (3 L)
secara berurutan. Lapisan EtOAc juga diuapkan dengan rotary evaporator hingga kering
kemudian dimasukkan dalam silika gel kolom khromatografi dan dielusi dengan CHCl3 (3
L), MeOHCHCl3 (3:97, 3 L), MeOHCHCl3 (1:4, 3 L), MeOHCHCl3 (8:2, 3L), dan MeOH
(3 L) secara berurutan. Masingmasing fraksi yang diperoleh dari lapisan H2O atau EtOAc
selanjutnya dikeringkan dengan rotary evaporator dan dilakukan pengujian toksisitas serta
aktifitas anti kanker terhadap sel kanker payudara pada mencit.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil
Hasil pengamatan terhadap histologi kanker payudara mencit diperoleh
bahwapemberian fraksi 100% H2O, 20% MeOH:H2O, 50% MeOH:H2O, 80%
MeOH:H2O,dari lapisan air tidak dapat mematikan sel kanker payudara mencit. Hasil
fraksinasi lapisan etil asetat 100% CHCl3, 3% MeOH:CHCl3, dan 100% MeOH juga
tidak dapat mematikan sel kanker payudara pada mencit, akan tetapi fraksi 20%
MeOH:CHCl3 dan 80% MeOH:CHCl3 dapat mematikan sel kanker payudara mencit.
Aktifitas fraksi 20% MeOH:CHCl3
dan 80% MeOH:CHCl3 dalam mematikan sel kanker payudara pada mencit
karena kandungan senyawa aktif pada fraksi tersebut dapat menghambat sintesis
pembentukan sel abnormal kanker.
b. Pembahasan
Pada Gambar 2 merupakan histologi hati mencit yang mengalami kerusakan
pada dosis 20 mg/kg bb. Hal ini terlihat pada selsel Hati yang mulai rusak berat
seperti terjadinya nekrosis, kongesti, pendarahan, peradangan dan timbulnya
perlemakan. Pendarahan pada sinusoid dapat diakibatkan pecahnya pembuluh darah
kapiler sehingga darah masuk ke sinusoid. Penyebab pendarahan ini bisa disebabkan
karena adanya peradangan pada sel. Pendarahan tergantung dari kehilangan volume
darah dan tempat terjadinya pendarahan. Kehilangan yang mendadak melebihi 20%
dari volume darah atau kehilangan yang lambat dalam jumlah yang lebih besar
mungkin dampak kliniknya kecil. Pendarahan yang lebih besar atau lebih akut akan
mengakibatkan syok hemoragik.
Peradangan bertujuan untuk memperkecil pengaruh dari agen penyebab
terhadap jaringan terluka. Reaksi yang diberikan terhadap jaringan terluka adalah
dengan penimbunan cairan dan selsel yang berasal dari darah di daerah luka itu.
Gejala peradangan meliputi lima gejala utama, yaitu rubor (kemerahmerahan), hal ini
terjadi akibat naiknya jumlah darah pada atreri dan vena di daerah peradangan. Kalor
(rasa panas), terjadi akibat meningkatnya jumlah darah yang mengalir ke daerah
peradangan. Tumor (pembengkakan), hal ini dapat terjadi karena adanya penimbunan
cairan dan selsel darah. Dolor (rasa sakit), terjadi karena saraf mendapat tekanan dari
adanya penimbunan cairan dan selsel darah. Functio laesa (hilangnya fungsi), akibat
adanya pembengkakan rasa, sakit, panas, dapat menyebabkan alat atau jaringan tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Kongesti atau bendung darah secaramikroskopis ditunjukkan dengan adanya
selseldarah yang terdapat di dalam pembuluh darah, dan letaknya memenuhi lumen
pembuluhdarah. Menurut Kumar et al. (2005)7 kongestimerupakan peningkatan
volume darah akibatadanya pelebaran pembuluh darah kecil (kapiler). Nekrosis
adalah sel yang dianggapmati setelah mengalami serangkaianperubahan. Menurut
Safitri (2008)9 nekrosisdapat didefinisikan sebagai perubahanmorfologi akibat
tindakan degradasi progresifoleh enzimenzimpada sel yang terjejas letal. Tanda jelas
kematian sel yang terdapat pada inti. Kematian sel terjadi bersama pecahnyamembran
plasma.

Nekrosis ditandai dengan adanya pinoksis, karioreksis, dan kariolisis. Pinoksis


(pengerutan inti) ditunjukkan dengannukleus yang terlihat lebih bundar, ukuranlebih
kecil dari ukuran sebenarnya dan warnanya lebih gelap. Karioreksis (fragmentasi
inti) yaitu nukleus pecah menjadi bagianbagian kecil, yang mungkin dapat berlokasi
di tempat semula atau tersebar. Kariolisis yaitu nucleus tidak terlihat lagi atau hilang
jika terjadi secara sempurna, bila kariolisis tidak sempurna maka nukleus terlihat
sebagai rongga kosong yang dibatasi oleh membran nukleus yang disebut ghost.
Perlemakan juga terdapat pada kerusakan histologi hati. Terjadi pada sel
tunggal yang mengalami nekrosis sebagai akibat akumulasi lemak atau
pembengkakan seperti balon pada sel hati atau pembentukan kista lemak yang
ditunjukkan dengan penyatuan beberapa sel hati berlemak.
Menurut Duvall dan Wylie (1986)11 degenerasi lemak merupakan reaksi awal
sebelum terjadinya nekrosis pada jaringan. merupakan histologi ginjal mencit yang
mengalami kerusakan pada dosis 20 mg/kg bb. Hal ini terlihat pada selsel hati yang
mulai rusak berat seperti terjadinya nekrosis, kongesti, sel radang, pendarahan,
peradangan, atrofi glomerulus, dan pembentukan amiloid. Peradangan atau akumulasi
sel radang ini dapat terjadi karena infiltrasi leukosit atau limfosit dan disertai
kerusakankerusakan luas di daerah tubulus.
Menurut Pradhasari dkk. (2005), peradangan bertujuan untuk memperkecil
pengaruh dari agen penyebab jaringan terluka. Reaksi yang diberikan terhadap
jaringan terluka adalah dengan penimbunan cairan dan selsel yang berasal dari darah
di daerah luka itu. Menurut Chono et al. (2006)12 atrofiglomerulus, yaitu suatu sel
atau jaringan yangsebelumnya dalam ukuran normal kemudian mengecil akibat
pengurangan jumlah darah yang terdapat pada glomerulus, yangmenyebabkan
penyusutan volume glomerulus, degenerasi tubulus yang menyebabkan sel
mengalami sakit, proses nekrosis inti sel, danakumulasi sel radang. Timbunan
amiloid dapat ditemukanpada tubulus ginjal. Penimbunan amiloid yaitu suatu protein
fibrilar ekstra seluler yang abnormal yang ditemukan pada berbagai jaringan. Amiloid
pada ginjal dapatmenimbulkan kerusakan pada ginjal dan penyebab utama gagal
ginjal.
E. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pemberian
ekstrak air dan etil asetat daun sirsak pada dosis 20 mg/kg berat badan menyebabkan
kerusakan hati dan ginjal mencit. Pemberian fraksi 100% H2O, 20% MeOH:H2O,
50% MeOH:H2O, 80% MeOH:H2O, dan 100% MeOH dari ekstrak air serta 100%
CHCl3, 3% MeOH:CHCl3, dan 100% MeOH dari ekstrak etil asetat tidak
mematikan sel kanker payudara pada mencit, akan tetapi fraksi 20% MeOH:CHCl3
dan 80% MeOH:CHCl3 dari ekstrak etil asetat dapat mematikan sel kanker payudara
mencit
Aulia Shobah 1610711044
Diana 1610711047

JUDUL JURNAL:
PENGARUH AIR REBUSAN DAUN KEMANGI TERHADAP KADAR ASAM URAT
DARAH PADA PENDERITA HIPERURISEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WOLAANG

PENULIS JURNAL :
Anggun, Amatus Yudi Ismanto, Gresty Masi

TAHUN :
2016

A. Latar Belakang

Asam urat merupakan zat hasil akhir metabolisme purin dalam tubuh yang dibuang
melalui urin. Peningkatan kadar asam urat dalam darah melewati batas normal disebut
hiperurisemia yang jika berkepanjangan dapat berkembang menjadi penyakit gout.
Hiperurisemia bisa terjadi karena peningkatan metabolism asam urat (overprotection),
penurunan pengeluaran asam urat urin (underexcretion), atau gabungan keduanya
(Wijayakusuma, 2006 ; Setiati et al., 2014).
B. Tujuan
Untuk menganalisis pengaruh air rebusan daun kemangi terhadap kadar asam urat
darah pada penderita hiperurisemia di wilayah kerja Puskesmas Wolaang. Sampel
ditentukan dengan teknik quota sampling yaitu 30 orang yang memenuhi kriteria inklusi.
C. Metode
Jenis penelitian ini adalah adalah quasi ekperiment dengan menggunakan rancangan
non equivalent control group yaitu melakukan perbandingan hasil intervensi pada dua
kelompok, dimana kedua kelompok yang diambil tidak sama persis (Setiadi, 2013).
Kelompok yang pertama diberi perlakuan yaitu mengonsumsi air rebusan daun kemangi
sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan. Kadar asam urat kedua kelompok
diukur menggunakan alat autocheck. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-
Maret 2016 di wilayah kerja Puskesmas Wolaang. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua penderita hiperurisemia di wilayah kerja Puskesmas Wolaaang yang berjumlah 48
orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang yang diambil dengan teknik
pengambilan quota sampling yaitu mengumpulkan sampel dari popuasi yang mempunyai
ciri-ciri tertentu sampai jumlah yang diinginkan (Setiadi, 2013). Adapun kriteria inklusi
dalam penelitian ini antara lain orang dengan kadar asam urat di atas normal, bertempat
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Wolaang dan bersedia menjadi responden.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


c. Hasil
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Responden
Jenis Kelamin
N %
Laki-laki 9 30
Perempuan 21 70
Total 30 100
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur

Responden
Umur
N %
30-45 Tahun 9 30-45 Tahun
46-60 Tahun 14 46-60 Tahun
61-75 Tahun 7 61-75 Tahun
Total 30 Total
Tabel 3. Distribusi Kadar Asam Urat Responden Sebelum Pemberian Air Rebusan
Daun kemangi

Kelompok Mean Median SD Min Max


Ekperimen 9.98 9.70 2.14 7.40 16.30
Kontrol 7.32 6.80 1.14 6.30 10.60
Tabel 4. Distribusi Kadar Asam Urat Responden Setelah Pemberian Air
Rebusan Daun Kemangi

Kelompok Mean Median SD Min Max


Eksperimen 9.40 9.10 1.98 6.90 15.60
Kontrol 7.36 7.10 1.50 5.10 10.50
Tabel 5. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Kemangi Terhadap Kadar
Asam Urat Kelompok Eksperimen

Variable N Mean Mean P-


(Min-Max) Rank value
Kadar AU pre 15 9.98 9.18 0.020
(7.40-16.30)
Kadar AU 15 9.40 4.75
post
(6.90-15.60)
Tabel 6. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Kemangi Terhadap Kadar
Asam Urat Kelompok Kontro
Variable N Mean Mean P-
(Min-Max) Rank value
Kadar AU pre 15 7.32 8.36 0.932
(6.30-10.6)
Kadar AU 15 7.36 7.69
post
(5.10-10.5)
Tabel 7. Perbedaan Kadar Asam Urat antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol Setelah Pemberian Air Rebusan Daun Kemangi
Variable N Mean Mean P-
(Min-Max) Rank value
Kadar AU Post 15 9.40 20.33 0.003
Kel.
(6.90-15.60)
Eksperimen
Kadar AU Post 15 7.36 10.67
Kel. Kontrol
(5.10-10.5)
d. Pembahasan
Penelitian ini menganalisis pengaruh air rebusan daun kemangi terhadap
kadar asam urat darah pada penderita hiperurisemia yang dilakukan di wilayah kerja
Pukesmas Wolaang pada tanggal 22 Februari-16 Maret 2016. 30 orang penderita
hiperurisemia telah terpilih sebagai responden yang kemudian dibagi ke dalam dua
kelompok yaitu 15 responden sebagai kelompok eksperimen dan 15 yang lainnya
sebagai kelompok kontrol.
Dari 30 responden yang diteliti sebagian besar berjenis kelamin perempuan
yaitu berjumlah 21 orang (70%), sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-
laki berjumlah 9 orang (30%). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Setyoningsih (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hiperurisemia pada pasien rawat jalan RSUP. Dr. Kariadi Semarang yang
menyatakan bahwa penderita hiperurisemia yang paling banyak dijumpai berjenis
kelamin laki-laki. Teori yang dikemukakan oleh Misnadiarly (2007) yang
menyatakan bahwa kadar rata-rata asam urat di dalam darah tergantung pada usia
dan jenis kelamin. Setelah pubertas, pada pria kadar asam urat meningkat secara
bertahap dan mencapai 5,2 mg/dl. Pada perempuan, kada asam urat biasanya tetap
rendah baru pada usia pramenopause kadarnya meningkat mendekati kadar asam
pada laki-laki, bisa mencapai 4,7 mg/dl, bahkan bisa lebih.
Responden terbanyak adalah yang berusia antara 46-60 tahun yaitu berjumlah
14 orang (46,7%), yang berusia antara 30-45 tahun berjumlah 9 orang (30%), dan
yang berusia 61-75 tahun berjumlah 7 orang (23,3). Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setyoningsih (2009) tentang faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian hiperurisemia pada pasien rawat jalan RSUP. Dr. Kariadi Semarang
yang menyatakan bahwa usia terbanyak penderita hiperurisemia yang dijumpai yaitu
39-60 tahun. Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tjokroprawiro
dalam (Ningrum, 2013) yang menyatakan bahwa penyakit asam urat merupakan
penyakit yang banyak dijumpai pada laki-laki usia antara 30- 40 tahun, sedangkan
pada wanita umur 55-70 tahun, insiden wanita jarang kecuali setelah menopause.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar asam urat yang kedua, yaitu setelah
pemberian air rebusan daun kemangi selama tujuh hari diperoleh rerata kadar asam
urat kelompok ekperimen masih tergolong tinggi dan termasuk dalam kategori
hiperurisemia. Namun tampak bahwa rerata kadar asam urat kelompok eksperimen
mengalami penurunan dari pengukuran yang pertama. Sedangkan rerata kadar asam
urat kelompok kontrol tampak mengalami peningkatan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Kertia (2009) yang menyatakan bahwa
mengonsumsi air rebusan daun kemangi sebanyak dua sampai tiga kali sehari dapat
menurunkan kadar asam urat darah.
Hasil wilcoxon sign ranks test yang dilakukan pada kelompok eksperimen
yang diberikan intervensi berupa mengkonsumsi air rebusan daun kemangi yaitu
terdapat pengaruh yang cukup berarti mengkonsumsi air rebusan daun kemangi
terhadap penurunan kadar asam urat darah. Dengan mengonsumsinya dua kali sehari
selama tujuh hari berturut-turut. Pada kelompok kontrol yang tidak diberikan air
rebusan daun kemangi hasil uji yang diperoleh yaitu tidak terdapat pengaruh
pemberian air rebusan daun kemangi terhadap kadar asam urat darah. Selain itu,
peneliti juga membandingkan hasil pengukuran kadar asam urat yang terakhir dari
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk melihat adanya perbedaan kadar
asam urat pada kedua kelomp ok tersebut setelah pemberian intervensi berupa
mengkonsumsi air rebusan daun kemangi.
Hasil mann-whitney test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kadar
asam urat kelompok eksperimen dengan kadar asam urat kelompok kontrol setelah
pemberian air rebusan daun kemangi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Soeroso & Algristian (2011) bahwa daun kemangi mengandung
senyawa flavonoid yang dapat menghambat terbentuknya asam urat dalam tubuh.
Flavonoid adalah substansi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Flavonoid
merupakan antioksidan yang potensial. Flavonoid terdapat pada buah-buahan,
sayuran, dan anggur merah (Soeharto, 2004).
Penelitian yang dilakukan oleh (Batari, 2007) tentang identifikasi senyawa
flavonoid pada sayuran indigenous menyatakan bahwa jenis flavonoid yang
terkandung dalam kemangi antara lain luteolin, quercetin, apigenin, dan kaemferol.
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Cos et al (1998) tentang structure-activity
relationship and classification of flavonoids as inhibitors of xanthine oxidase and
superoxide scavengers menyatakan bahwa luteolin, quercetin, apigenin, kaemferol
termasuk dalam jenis flavonoid yang berpotensi menghambat aktivitas enzim
xanthine oksidase sehingga dapat menghambat pembentukan asam urat dalam tubuh.
Dan luteolin merupakan jenis flavonoid yang memiliki daya hambat terkuat diantara
semua jenis flavonoid.
Selain itu hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Setyo & Mustofa (1997) tentang Pengaruh sari air daun kemangi
(Occinum Bacillicum Formacitratum Bacter) terhadap kadar asam urat darah pada
tikus putih yang menyatakan bahwa daun kemangi mampu menurunkan kadar asam
urat darah pada tikus putih.
Selama penelitian berlangsung baik kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol tidak diarahkan untuk melakukan diet rendah purin. Setelah pemberian air
rebusan daun kemangi, dari 15 responden dalam kelompok eksperimen, 11 orang
diantaranya mengalami penurunan kadar asam urat dan 4 orang lainnya mengalami
peningkatan kadar asam urat. Sedangkan dari 15 responden dalam kelompok kontrol,
7 orang diantaranya mengalami penurunan kadar asam urat dan 8 orang lainnya
mengalami peningkatan kadar asam urat. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah
responden yang mengalami penurunan kadar asam urat tampak lebih banyak pada
kelompok eksperimen yang mengonsumsi air rebusan daun kemangi dibandingkan
dengan kelompok kontrol yang tidak mengonsumsi air rebusan daun kemangi.
Meski kemampuan kemangi dalam menurunkan kadar asam urat masih
tergolong lemah jika dibandingkan obat konvensional, namun kemangi layak
dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam menurunkan kadar asam urat darah.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama penelitian berlangsung, kemampuan
kemangi dalam menurunkan kadar asam urat lebih efektif jika disertai diet rendah
purin. Kemangi tidak memiliki efek samping yang membahayakan sehingga aman
untuk dikonsumsi sebagai obat penurun kadar asam urat. Cara penggunaanya pun
sangat mudah yaitu cukup dengan mengonsumsi air rebusan daun kemangi atau
mengonsumsi daun kemangi secara langsung. Disamping itu, menggunakan daun
kemangi sebagai obat penurun kadar asam urat dapat menghemat biaya pengobatan
hiperurisemia dan gout.
E. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wolaang pada
tanggal 22 Februari-16 Maret 2016, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Rerata kadar asam urat kelompok eksperimen sebelum diberikan air rebusan
daun kemangi yaitu 9,98 mg/dl, setelah diberikan air rebusan daun kemangi yaitu
9,40 mg/dl yang berarti mengalami penurunan.
2. Rerata kadar asam urat kelompok kontrol sebelum pemberian air rebusan daun
kemangi yaitu 7,32 mg/dl, setelah pemberian air rebusan daun kemangi yaitu
7,36 mg/dl yang berarti mengalami peningkatan.
3. Terdapat pengaruh pemberian air rebusan daun kemangi terhadap kadar asam
urat darah pada penderita hiperurisemia.
4. Terdapat perbedaan kadar asam urat antara responden yang diberikan air rebusan
daun kemangi dengan responden yang tidak diberikan air rebusan daun kemangi
Yenti Herawati 1610711034

Chalvin Aprianto 1610711041

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang berkadar garam
tinggi, makanan cepat saji, makanan yang berkolesterol, kurang berolahraga, minum alkohol,
dan merokok dapat meningkatkan angka kejadian hipertensi (Palmer & Williams, 2007).
Hipertensi adalah kondisi medis saat tekanan darah dalam arteri meningkat melebihi batas
normal (Widjadja, 2009).

Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2012, menyebutkan bahwa
prevalensi hipertensi mengalami penurunan secara global dari 32% pada tahun 1980 menjadi
27% di tahun 2008. Di sisi lain, terjadi peningkatan di negara berkembang seperti di Afrika
dan Asia Tenggara. Saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta
di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak
mendapatkan pengobatan secara adekuat (Widjaja, 2013). Diperkirakan pada tahun 2025
mendatang, 29% orang dewasa diseluruh dunia bisa terkena hipertensi. Di Indonesia sendiri,
survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen

Kesehatan RI 2005-2006, menyebutkan sekitar 2631% dari populasi masyarakat Indonesia


diberbagai provinsi menderita hipertensi (Widjaja, 2013).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, sekitar 76% kasus
hipertensi di indonesia belum terdiagnosis. 76% kasus hipertensi yang belum terdiagnosis
atau 76% belum mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi. Data statistik di Indonesia
menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah
mengetahui penyakit hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat hipertensi. Menurut
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), proporsi laki-laki dengan penyakit hipertensi sekitar
31,3%, sedangkan perempuan 31,9%. Proporsi masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi
rendah sebanyak 30,5 % dan ekonomi tinggi sebanyak 33,0%.

Berbagai macam tumbuhan yang memiliki kandungan yang hampir serupa dengan
pepaya, seperti bawang putih, pisang dan avocad. Dari ketiga tumbuhan tersebut memiliki
kandungan diuretik dan kalium. Diuretik yang memiliki efek antihipertensi dengan
meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Kalium menjaga kestabilan elektrolit tubuh
melalui pompa kalium natrium, mengurangi jumlah air dan garam dalam tubuh serta
melonggarkan pembuluh darah sehingga jumlah garam di pembuluh darah menjadi
membesar, kondisi ini membantu tekanan darah menjadi normal (Adi, 2008).

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat keefektifan tanaman tersebut dalam
menurunkan tekanan darah tinggi. Penelitian oleh Alicajic F (2009), tentang “pengaruh
pemberian bawang putih terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi”
terhadap 30 pasien hipertensi ringan dan sedang untuk menilai efisiensi bawang putih sebagai
tatalaksana hipertensi ringan dan sedang. 30 pasien, berusia 41-64 tahun, 17 lakilaki dan 13
perempuan mendapat 3 siung bawang putih tiap hari (sekitar 10 gram), selama 1 bulan.
Subyek tidak diperkenankan mengkonsumsi obat antihipertensi. Ditemukan penurunan
tekanan darah sistolik rata-rata 9,52%, dan untuk tekanan darah diastolik rata-rata 10,42%.
Penelitian lain dilakukan Osim dan Anon tentang “pengaruh terapi diet pisang ambon
terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi” di Amerika dan India
membuktikan bahwa buah-buahan seperti pisang dapat menurunkan tekanan darah tinggi
karena kandungan kalium yang tinggi yang bekerja mirip obat antihipertensi di dalam tubuh
manusia. Hasil dari penelitian tentang daun avokad yang mengandung senyawa flavonoid,
tanin katekat, kuinon saponin dan steroid/triterpenoid yang berfungsi sebagai diuretik dan
hipoglikema menunjukkan bahwa infus daun avocad memiliki daya pelarut batu saluran
kemih yang lebih baik dari daun kumis kucing. Selain berkhasiat sebagai diuretik,
hipoglikemia dan menyembuhkan kencing batu, daun avocad juga menghambat pertumbuhan
bakteri seperti staphylococcus sp (Maryati, Fidrianny & Ruslan, 2007).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2012), hipertensi masuk
kedalam sepuluh besar kasus penyakit terbanyak di Pekanbaru. Kasus terbanyak terjadi di
puskesmas Harapan Raya dengan jumlah pasien 2461 orang. Berdasarkan survei pendahuluan
yang dilakukan oleh peneliti dengan wawancara kepada petugas kesehatan di wilayah kerja
puskesmas Harapan Raya bahwa pasien yang berobat atau datang adalah pasien yang
menderita hipertensi yang berulang/menahun, ada juga pasien yang baru tetapi hanya
beberapa orang saja. Pasien hipertensi ini tidak hanya minum obat anti hipertensi yang di
dapat dari puskesmas, tetapi dari beberapa pasien tersebut ada yang menggunakan obat-
obatan herbal atau tanaman-tanaman seperti seledri, mentimun, belimbing manis dan bawang
putih yang bisa menurunkan hipertensi.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada 4 orang penderita hipertensi yang
menggunakan parutan pepaya mengkal untuk menurunkan tekanan darah tinggi di rumah
warga, didapatkan bahwa pepaya mengkal dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Setelah
minum parutan pepaya mengkal, gejala-gejala seperti pusing, sakit kepala, mata berkunang-
kunang, dan rasa berat ditengkuk yang dirasakan hilang. Mereka minum parutan pepaya
mengkal tersebut apabila tekanan darah naik dan rasa pusing datang, mereka minum parutan
pepaya mengkal hanya sari dari buah pepaya tersebut, tidak dicampur oleh air.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan diatas, peneliti ingin mengetahui


apakah dengan menggunakan parutan pepaya mengkal bisa menurunkan tekanan darah bagi
penderita hipertensi. Sehingga, peneliti sangat tertarik untuk meneliti.

1.2 Rumusan Masalah

Buah pepaya (Carica Papaya) merupakan salah satu buah yang banyak
mengandung zat gizi kalium yang berfungsi untuk menurunkan tekanan darah. Zat
kalium berfungsi sebagai vasodilatasi pembuluh darah, penghambat sekresi renin
peningkat eksresi natrium. Sehingga dengan adanya kalium yang terkandung dalam
buah pepaya sangat bermanfaat bagi penderita hipertensi. (Dini tryastuti, 2012).
menurut Indra (2015), kandungan kimia dalam mahkota dewa yang berpengaruh
terhadap tekanan darah adalah flavonoid. Flavonoid dapat menurunkan systemic
vascular resistance karena menyebabkan vasodilatasi. Selain itu, flavonoid juga
menghambat kerja ace yang dapat menghambat perubahan angiotensin menjadi
angiotensin.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang dirumuskan adalah “Apakah


ada efeketivitas air rebusan pepaya mengkal dan air rebusan buah mahkota dewa
terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Kedungbanteng.”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efeketivitas air rebusan buah pepaya mengkal dan air rebusan
buah mahkota dewa terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Kedungbanteng.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden meliputi: umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan, dan status pekerjaan.

b. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

pada kelompok intervensi yang diberikan air rebusan buah pepaya mengkal.

c. Untuk mengetahui tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan

pada kelompok intrevensi yang diberikan air rebusan buah mahkota dewa.

d. Untuk mengetahui perbedaan perubahan tekanan darah penderita hipertensi

sebelum dan sesudah mengkonsumsi buah pepaya Mengkal dan buah Mahkota

Dewa.
e. Untuk mengetahui efektifitas rebusan buah pepaya Mengkal dan buah

Mahkota Dewa terhadap perubahan tekanan darah tinggi pada hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Kedungbanteng.

1.4 Mmanfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Dapat menambah wawasan peneliti mengenai cara dan metode dalam melakukan
penelitian, dan membangun jiwa peneliti untuk terus mengembangkan berbagai
penelitian di bidang keperawatan.

2. Bagi responden

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan dan pengobatan


alternatif yang aman mengenai buah pepaya mengkal dan buah mahkota dewa
yang dapat menurunkan tekanan darah tinggi.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat di harapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi
masyarakat dalam mengendalikan tekanan darah bagi penderita hipertensi.

4. Bagi institusi pendidikan

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi mahasiswa
atau dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berhubungan dengan
pengobatan herbal hipertensi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini berdasarkan pada penelitiaan jurnal oleh Elsa Yuliza, et al (2013),
menggunakan penelitian Quasi Eksperiment dan rancangan penelitian Non-
Equivalent Control Group yang melipatkan dua kelompok yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel ini
menggunakan purpose sampling sesuai dengankriteria inklusi yaitu berada pada rentan
g usia 35-60 tahun, mempunyai tekanan darah lebih dari
140/60 mmHg, tidak memiliki masalah kesehatan seperti penyakit jantung, ginjal
,diabetes mellitus, dispepsia. Analisa data yang digunakan yaitu analisa uni+ariat dan bi+ariat
dengan menggunakan uji ilcoCon dan mannhitney

3.2 Pembahasan

T a n a m a n p a p a ya m e r u p a k a n t a n a m a n y a n g b a n ya k d i t e l i t i s a a t i n i
k a r e n a h a m p i r seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan baik daun, getah
, biji, akar, batang, dan buahnya. Tanaman papaya merupakan tanaman suku Caricaceae
marga carica yang merupakan herbal dari Amerika tropis dan cocok juga di tanam di
Indonesia. Secara empiris papaya bisa menyembuhkam berbagai macam penyakit salah
satunya adalah hipertensi.

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang umum sebagai akibat dari peningkatan
tekanan darah secara terus menerus dan salah satu faktor resiko dari kardiovaskuler.
Peningkatan pengetahuan hipertensi untuk menegakan diagnosis dan mengendalikan tekanan
darah tinggi dengan pengobatan yang rasional bertujuan untuk mengurangi resiko penyakit
kardiovaskuler dan kematian.

Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan pemberian buah papaya mangkal, karena
dalam buah papaya mangkal terdapat kalium dan enzim papain. Enzim ini dapat mencegah
protein arginine. L-arginine merupakan substrat untuk produksi endhotelial nitric oxide,
negulator untuk tekanan darah arterial melalui efek vasolidilatasi

Berdasarkan penelitian Elsa Yuliza et al (2013), menunjukan adanya tekanan darah yang
signifikan pada kelompok eksperimen dengan p value < (0,05). Pengukuran dinilai dari
pengukuran tekanan darah pre-test sistol pada kelompok eksperimen sebesar 159,90 mmHg,
pre-test diastol sebesar 100,00 mmHg dan post-test sistol sebesar 135,61 dan post-test diastol
sebesar 81,61 mmHg. Dalam penelitian Elsa Yuliza et al (2013), memperlihatkan bahwa
mengkonsymsi buah pepaya mangkal efektif untuk menurunkan tekanan darah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkaan study literatur dappat disimpulkan bahwa mengkonsumsi papaya mangkal


dapat menurunkan tekanan darah yang signifikan pada kelompok eksperimen dengan p value
(0,05). Pengukuran tekanan darah pre-test sistol pada kelompok eksperimen sebesar 159,90
mmHg, pre-test diastol sebesar 100,00 mmHg dan post-test sistol sebesar 135,61 dan post-
test diastol sebesar 81,61 mmHg. Selain itu mengkonsumsi buah papaya secara rutin dapat
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar 18,5 / 3,8 mmHg.

3.2 Saran

Dengan penulisan karya ilmiah ini diharapkan penderita hipertensi dapat menggunakan
buah papaya sebagai salah satu alternatif pengobatan hipertensi. Penulisan karya ilmiah ini
diharapkan dapat menjadi informasi bagi penderita hipertensi untuk mengurangi tekanan
darah dengan pengobatan alternatif tanpa efek samping.
Tia Amelia Agustin 1610711031

Sharah Nursa’iidah 1610711038

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL ANTI DIARE PADA SUKU


DAYAK DUSUN DEYAH DI KECAMATAN MUARA UYA KABUPATEN
TABALONG

Windy Tri Yuana*, Dicky Andiarsa, Yuniarti Suryatinah, Juhairiyah (Terbit 9 Januari 2017)

A. PENDAHULUAN
Diare adalah suatu penyakit yang menyerang sistem pencernaan, penyebabnya bisa
dari bakteri. Di Indonesia penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai
menyerang anak-anak. Hal ini tercermin dalam laporan rumah-rumah sakit mengenai angka
kesakitan dan kematian penderita diare di bangsal anak yang jauh melebihi penyakit lain,
yaitu sebanyak masing-masing 20-40 % dari jumlah bayi dan anak yang dirawat dan 10-20 %
dari jumlah penderita diare yang dirawat
Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data tanaman obat yang digunakan
sebagai anti diare pada Suku Dayak Deyah di Muara Uya Kabupaten Tabalong Provinsi
Kalimantan Selatan. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah sumber informasi
terutama bidang farmakologi tanaman obat khususnya mengenai kegunaan beberapa jenis
tanaman berkhasiat sebagai anti diare.

B. METODE
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Muara Uya Kabupaten Tabalong Provinsi
Kalimantan Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan
observasi kepada 5 orang pengobat tradisional (Batra) yang memanfaatkan tanaman sebagai
anti diare.
Informasi yang dikumpulkan antara lain adalah pengetahuan pengobat tradisional
tentang penyakit diare dan jenis-jenis tanaman yang mempunyai manfaat sebagai anti diare
yang diinformasikan oleh Batra dicatat nama lokal, cara pengolahan dan bagian tumbuhan
yang dimanfaatkan.

C. HASIL
Sampai awal tahun 1990-an masyarakat Suku Dayak Dusun Deyah masih
mempercayai bahwa diare yang menyerang masyarakat terutama anak-anak usia 2-7tahun
adalah roh-roh halus yang terus mengikuti anakanak ketika bermain diluar rumah sampai
anakanak selesai bermain dan pulang kerumah roh-roh halus tersebut masih berada disekitar
anak-anak sehingga anak-anak menderita diare. Mereka percaya bahwa hanya dengan berobat
ke dukun atau berobat sendiri dengan menggunakan berbagai jenis tumbuhan yang ada
disekitarnya yang bisa menyembuhkan penyakit diare pada anak-anak mereka.
Tabel 1 Tanaman obat yang digunakan sebagai anti diare pada Suku Dayak Dusun Deyahndi
Kecamatan Muara Uya Kabupaten Tabalong

NO NAMA LOKAL NAMA LATIN KHASIAT BAGIAN


BERGUNA
1. Jambu Biji Psidium guajava Anti diare Daun
2. Jambu Mente Anacardium occidentale Anti diare Batang
3. Kumala Tawar/ Coctus speciosus Anti diare Batang muda
Tantaharung
4. Lasi Macaranga recurvate Anti diare Kulit batang
5. Ramania Bouea macrophylla Anti diare Batang

Deskripsi tanaman obat yang digunakan anti diare yaitu:

1. Jambu biji (Psidium guajava) termasuk ke dalam suku Myrtaceae. Daun jambu biji
mengandung zat samak, minyak atsiri, triterpenoid, leukosianidin, kuersetin, asam
arjunolat, resin, dan minyak lemak. Khasiat daun jambu biji sebagai anti inflamasi,
hemostatic, dan astringen.
Daun jambu biji berguna untuk disentri, haid tidak lancar, keputihan, mencret,
pencernaan tidak baik pada anak-anak, radang usus, sariawan usus, panu (obat luar) dan
sakit kulit (obat luar).
Daun mengandung asam psidiolat, asam ursolat, asam krategolat, asam oleanolat, asam
guaiavolat, kuersetin dalam bentuk aglikon, guajaverin, isokuersetin, hiperin, kuersitrin,
dan 5 senyawa flavonol. Komponen minyak atsiri daun antara lain limonene, kariofilen,
seskuiterpen alkohol.
Penelitian Dhiman menyebutkan bahwa ekstrak metanol daun jambu biji dapat
menghambat aktifitas antibakteri E.coli.
2. Jambu mente (Anacardium ocidentale) termasuk ke dalam suku Anacardiaceae. Kulit
batang sering digunakan untuk penanggulangan disentri, diabetes, radang pada mulut,
dan untuk bahan pengkhelat. Kulit batang mengandung alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin. Komponen penyusun getah jambu mente terdiri darri asam anakardat dan kardol
(suatu senyawa yang dapat menyebabakan iritasi kulit). Hasil hidrolisis getah ditemukan
arabinose, galaktosa dan ramnosa .
3. Kumala tawar (Coctus speciosus) termasuk ke dalam suku Zingiberaceae. Penelitian
Saraf (2009) menyebutkan bahwa rimpang Coctus speciosus mengandung alkaloid,
flavonoid, glikosida jantung, saponin, sterol, tanin dan glikosida antrakuinon.
4. Lasi (Macaranga recurvata) termasuk ke dalam suku Euphorbiacea. Lasi menganbung
flavonoid berupa Macarecurvatin A, Macarecurvatin B, Diisoprenylaromadendrin,
Glyasperin A, dan Broussoflavonol F.
5. Ramania (Bouea macrophylla) termasuk ke dalam suku Anacardiaceae. Menurut
Lolaen, Fatmawati dan Citraningsityas diketahui bahwa buah gandaria mempunyai
kandungan saponin dan fenolik sebagai antioksidan.
Tabel 2. Ramuan Tradisional Pengobat Tradisional Suku Dayak Dusun Deyah Di Muara Uya
Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014

No Batra Ramuan Komposisi Dosis Cara Penyiapan Cara


Penyakit Bahan Pemakaian
1. MN Diare 3 lembar 1x 3 lembar daun jambu biji Diminum
daun minu dicuci bersih kemudian direbus
jambu biji m dengan 3 gelas (gelas
belimbing) air dijadikan 1
gelas
2. IF Diare 10cm kulit 1x Bahan dicuci sampai bersih Diminum
batang minu kemudian direbus dengan 3
lasi/balik m gelas (gelas belimbing) air
angin dijadikan 1 gelas
3. IF Diare 30cm batang 1x Bahan dicuci bersih dan Diminum
muda minu dibakar lalu didiamkan /
kumala m diangin-anginkan
tawar/pacing (diembunkan) semalam lalu
diperas dengan air kira-kira 1
sendok makan lalu diminum.
4. EH Diare 3cm batang 1x Bahan dibersihkan dan di Diminum
jambu minu direbus dengan 3 gelas (gelas
mente m belimbing) air dijadikan 1
gelas
5. NT Diare 2cm kulit 1x Bahan dibersihkan dan direbus Diminum
batang minu sampai mendidih kemudian
ramania m diminum bisa hangat-hangat
atauBdingin

Cara pengolahan ramuan obat anti diare di Suku Dayak Dusun Deyah yaitu :

1. Jambu biji (Psidium guajava)


Dengan merebus 3 lembar daun jambu biji dengan 3 gelas air (600 ml) hingga diperoleh
1 gelas (200 ml) larutan.
Penelitian Hamzari (2008) juga menyebutkan bahwa masyarakat di sekitar hutan tabo-
tabo menggunakan daun yang masih muda atau segar sebanyak 15 lembar untuk
kemudian dicuci dan direbus. Dapat juga direndam dengan air panas selama 15 – 20
menit, diminum 3 kali sehari. Selain itu dapat juga dilakukan dengan cara memakan
langsung daun muda (pucuk) sebanyak 3 helai.18 Cara pengolahan jambu biji untuk
diare dengan merebus 5 lembar daun, 1 potong akar, kulit dan batang dengan 1500 ml air
hingga mendidih, kemudian disaring untuk diambil sarinya.
2. Jambu mente (Anacardium occidentale)
Sebagai anti diare adalah dengan merebus batang dengan 3 gelas air menjadi 1 gelas
larutan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sudarsono, dkk yang menjelaskan bahwa cara
pengolahan jambu mente untuk mengobati diare yaitu dengan merebus 10 gram kulit
batang dengan 2 gelas air selama 20 menit.
3. Kumala tawar (Coctus speciosus)
Dengan membakar batang muda sepanjang 30 cm dan didiamkan lalu diangin-anginkan
atau diembunkan selama satu malam. Kemudian batang yang telah diembunkan diperas
hingga dihasilkan 1 sendok cairan.
4. Lasi (Macaranga recurvate)
Sebesar 10 cm dicuci bersih dan direbus dengan 3 gelas air (600 ml) hingga diperoleh 1
gelas (200 ml) larutan.
5. Ramania (Bouea macrophylla)
Sebagai anti diare adalah dengan cara 2 cm kulit batang dicuci dan direbus dengan air 1
gelas sampai mendidih kemudian didinginkan diminum setiap saat.

D. PEMBAHASAN
Beberapa jenis tanaman obat yang digunakan Pengobat Tradisional (Batra) Suku Dayak
Dusun Deyah di Kecamatan Muara Uya Kabupaten Tabalong untuk pengobatan diare dapat
dilihat pada Tabel 1. Terdapat 5 jenis tanaman obat sebagai anti diare. Tanaman- tanaman ini
memilikI zat-zat tertentu yang berperan di dalam menghentikan diare.

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Tanaman obat yang digunakan Suku Dayak Dusun Deyah sebagai anti diare (dalam
bahasa Dayak Dusun Deyah biasa disebut “Tantaharung”) yaitu daun jambu biji, kulit batang
lasi/balik angin, batang muda kumala tawar/pacing, dan batang jambu mente, dan kulit
ramania.
Tanaman obat yang digunakan Suku Dayak Dusun Deyah sesuai dengan literatur
yang mengatakan kandungannya dapat mengatasi penyakit diare.

Perlu dilakukan penelitian secara farmakologi terhadap ramuan tradisional Suku


Dayak Dusun Deyah untuk menggali potensi sumber daya alam Indonesia
khususnya tanaman obat yang memiliki nilai farmakologi potensial dan nilai
ekonomis yang tinggi sehingga bisa dimanfaatkan dalam dunia kedokteran dan
kesehatan dalam mengobati penyakit diare.
Elsa Fitri J. S (1610711032)

Selvy Juwita Sari (1610711042)

DEFINISI

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Banyak orang
yang menderita penyakit tersebut, tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus
seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama sebelum ada komplikasi
pada organ tubuh. Gejala umum dari hipertensi adalah sakit kepala, rasa pegal dan tidak
nyaman pada tengkuk, perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh, berdebar
atau detak jantung terasa cepat, telinga berdenging.
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat
dikontrol, maka diperlukan ketelatenan dan biaya yang cukup mahal. Dalam mengontrol
hipertensi kita dapat memanfaatkan pengobatan secara farmakologi dengan menggunakan
obat obatan sintetis. Belakangan ini cenderung mengalami hambatan karena daya beli
masyarakat yang semakin menurun sehingga kita dapat memanfaatkan pengobatan secara
non-farmakologi dengan obat alternative berbahan baku mentimun yang mengandung
potasium, magnesium dan fosfor sehingga dapat menurunkan hipertensi, selain itu bisa
dijangkau dari segi materiil.
Hipertensi adalah tekanan darah yang lebih dari 140/90 mmHg pada saat pengukuran
pertama. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit yang tidak menimbulkan tanda dan gejala
yang spesifik (Silen diseases) sebelum menimbulkan komplikasi pada organ tubuh yang lain.
Gejala yang muncul pertama kali setelah terjadi komplikasi adalah sakit kepala, mata merah,
tengkuk terasa berat, mata berkunang – kunang dan pusing. Tekanan darah tinggi sangat
berpengaruh buruk terhadap jantung, jika hal itu dibiarkan terus menerus maka jantung akan
terpaksa bekerja lebih berat untuk mengimbanginya. Jika hal ini dibiarkan terlalu lama maka
jantung khususnya ventrikel kiri akan membengkak dan lama kelamaan akan mengalami
kelemahan dalam memompa darah. Dengan demikian darah yang dipompa keseluruh tubuh
akan mengalami penurunan, sehingga akan terjadi gangguan pada organ tubuhlainnya.
Beberapa komplikasi dan efek samping dari hipertensi dapat terjadi seperti, penyakit jantung
koroner, gagal jantung, kerusakan pembuluh darah otak dan gagal ginjal. Faktor resiko
hipertensi ada yang tidak dapat dikontrol yaitu : keturunan, jenis kelamin, usia. Sedangkan
faktor resiko yang dapat dikontrol adalah obesitas, pola makan yang tidak sehat, stres dan
ketegangan jiwa, kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol, dan konsumsi garam
berlebih. Untuk mengetahui skala hipertensi dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah
satunya dengan observasi (pengukuran).
Dalam mentimun terdapat kandungan mineral yaitu potassium, magnesium dan fospor yang
dapat mengobati hipertensi. Selain itu juga mentimun bersifat diuretik karena kandungan air
yang tinggi juga berfungsi sebagai penurun tekanan darah. Mengkonsumsi mentimun juga
dapat menurunkan berat badan karena kandungan kalorinya yang rendah dan kaya akan serat.
Kandungan lainnya dalam mentimun antara lain asam maloat yang dapat mencegah gula
darah berubah menjadi lemak, sehingga dapat menurunkan berat badan. Ada kalanya
mentimun terasa pahit, rasa pahit tersebut berasal dari saponin, yaitu senyawa fitokimia yang
terdapat pada lender mentimun. Meskipun pahit siponin bermanfaat sebagai anti kanker,
menurunkan kolesterol dan meningkatkan daya tahan tubuh. Mentimun dapat juga digunakan
untuk detoksifikasi.

Kandungan air yang tinggi hingga 90% membuat mentimun memiliki efek memperlancar
buang air kecil, membantu menghilangkan dan menetralkan toksin (racun), serta membantu
menggelontorkan bakteri-bakteri disepanjang usus dan dinding kandung kemih. Kandungan
air dan mineral kalium dalam timun juga mengeluarkan kelebihan asam urat dan sisa
metabolisme melalui ginjal.

CARA PENYAJIAN

Cara penyajian yaitu dengan makan buah segar setiap hari kurang lebih 400 gr sehari dua
kali. Selain memakannya secara langsung juga dapat disajikan dalam bentuk lain yaitu
dengan cara dijuz atau diparut. Kemudian cuci mentimun dan blender hingga halus, lalu
tuang ke dalam gelas blimbing (200 cc), setelah itu minum hingga habis. Minum dua kali
sehari maksimal 1 minggu. Kemudian kontrol dahulu tensinya, bila sudah normal hentikan
sehari setelah itu minum lagi satu kali sehari ½ gelas. Dengan demikian ingin diketahui
sejauhmana efektifitas pemberian jus mentimun tersebut terhadap tekanan darah tinggi
(hipertensi).
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektifitas pemberian jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi di kelurahan Mangunsuman Kec. Siman Kab. Ponorogo. Lebih khusus adalah
mengidentifikasi tingkat tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan pemberian jus
mentimun dan mengidentifikasi efektifitas pemberian jus mentimun terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi dimaksud. Manfaat yang diharapkan dari penelitian
ini adalah sebagai informasi dan pengetahuan baru bagi masyarakat tentang manfaat jus
mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.

INSTRUMEN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kelurahan Mangunsuman Kec. Siman Kab. Ponorogo. Pengambilan


data dilaksanakan pada bulan Juni 2011. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : Tensimeter dan stetoskop, lembar observasi, blender, gelas ukur, timbangan, buah
mentimun.
Prosedur pemberian jus mentimun sebagai berikut : a) Memberikan penjelasan kepada calon
responden dan mengisi lembar persetujuan menjadi responden; b) Mengukur tekanan darah
pada penderita hipertensi sebelum pemberian jus mentimun ; c) memberikan jus mentimun
yang sudah di blender sejumlah 200 cc , 2 kali sehari pada pagi dan sore hari; d) mengukur
tekanan darah setelah pemberian jus mentimun. Dalam pemberian jus mentimun perlu
memperhatikan pembatasan lamanya waktu pemberian karena waktu yang dibutuhkan yaitu
tiga hari berturut-turut, kontrol dahulu tensinya bila sudah normal hentikan sehari, setelah itu
minum lagi satu kali sehari ½ gelas. Jika belum normal, pengobatan bisa dilanjutkan sampai
satu minggu atau sampai tekanan darah responden stabil. Cara Pembuatan Dan Pemberian
Mentimun adalah sebagai berikut : a) Buah mentimun dicuci bersih lalu diblender; b)
Mentimun yang sudah diblender dituang kedalam gelas sejumlah 200 cc; c) Air mentimun
tersebut kemudian diminum.

Desaign yang digunakan adalah one group pre test post test desaign yaitu mengungkapkan
hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek
diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobsevasi lagi setelah intervensi.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling atau disebut judgement
sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan memilih sampel dari populasi sesuai
dengan yang diinginkan peneliti yaitu: a) Bersedia menjadi responden; b) Menderita
hipertensi; c) Tidak sedang menjalani pengobatan hipertensi. Diperoleh sampel sebanyak 19
responden.
Pengumpulan data menggunakan metode pre-post eksperimental dan didapat melalui proses
pengukuran / observasi. Data yang didapat dianalisa dengan statistic descriptif dan disajikan
dalam bentuk tabel frequency distribusi yang merupakan strategi pertama untuk
mengorganisasi data secara sistematis dalam bentuk angka – angka mulai dari yang paling
rendah ke yang paling tinggi. Sedangkan untuk mengetahui efektifitas jus mentimun terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi diuji menggunakan SPSS for Windows
dengan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test.

KESIMPULAN

• Menurut penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian jus mentimun efektif


terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
• Jus mentimun mengandung zat potasium bermanfaat untuk membersihkan karbon
dioksida dalam darah, memicu kerja otot dan simpul saraf serta mengatur tekanan
osmotik bersama natrium. Kandung mineral kalium, magnesium dan serat dalam
mentimun bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah.
• Mineral magnesium berperan melancarkan aliran darah. Selain itu mentimun bersifat
deuritik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan
tekanan darah.
• Unsur fosfor, asam folat dan vitamin C pada mentimun bermanfaat bermanfaat
menghilangkan ketegangan atau setres. (Wijaya, 2000).
• Ini membuktikan bahwa meskipun hipertensi, tekanan darahnya dapat diturunkan
dengan terapi nonfarmakologis. Jus mentimun yang mengandung zat-zat yang
membantu tekanan darah turun mencapai normal.
Triwik Hardiyanti (1610711029)

Erina Rusmiati (1610711040)

PENGGUNAAN BUAH MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) UNTUK


MENURUNKAN TEKANAN DARAH TINGGI

Hipertensi

Hipertensi menurut JNC 7adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik >120 mmHg dan
tekanan diastolik >80 mmHg.

Tabel 1.Klasifikasi tekanan darah pada dewasa

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 (dan) <80

Pre-hipertensi 120-139 (atau) 80-89

Hipertensi stadium 1 140-159 (atau) 90-99

Hipertensi stadium 2 ≥160 (atau) ≥100

Sumber : JNC 7.7

Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan tanaman tropis yang telah digunakan
sebagai makanan dan pengobatan herbal. Mengkudu (Morinda citrifolia L.) mulai dikenal
secara luas sejak bangsa Polynesia bermigrasi ke Asia Tenggara 2000 tahun yang lalu.
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung beberapa zat aktif utama. Bahan aktif
diantaranya adalah scopoletin, octoanoic acid, kalium, vitamin C, alkaloid, antrakuinon, b
Sitosterol , karoten, vitamin A, glikosida flavon, linoleat acid, alizarin, amino acid, acubin, L-
asperuloside, kaproat acid, kaprilat acid, ursolat acid, rutin, pro-xeroninedanterpenoid.

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) diketahui memiliki banyak manfaat untuk


kesehatan manusia. Efek buah mengkudu diantaranya sebagai antitrombolitik, antioksidan,
analgesik, anti inflamasi dan aktifitas xanthine oxidase inhibitor. Mengkudu juga dapat
menurunkan tekanan darah dan vasodilatasi pembuluh darah.

Penggunaan mengkudu sebagai pengobatan berbagai penyakit

Sejak dahulu buah mengkudu banyak digunakan untuk pengobatan herbal.


Diantaranya untuk mengobati penyakit arthritis, diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi),
sakit kepala, penyakit jantung, ulkus lambung, arteriosklerosis, dan masalah pembuluh darah.

Akar mengkudu mengandung senyawa antrakuinon, berfungsi sebagai anti bakteri.


Jenis bakteri yang dapat dihambat seperti Pseudomonas aeruginosa, Proteus morganii,
Staphylococcus aureus, Bacilus subtilis, Escherichia coli, Salmonella sp dan Shigella sp.
Karena kandungan antrakuinon, mengkudu (Morinda citrifolia L.) dapat digunakan untuk
pengobatan infeksi kulit, demam, pilek dan berbagai masalah kesehatan yang disebabkan
oleh bakteri.

Buah mengkudu (Morinda citrifolia L.) juga memiliki efek sebagai antitumor dan anti
kanker. Efek antitumor dan anti kanker diketahui dari hasil penelitian American Association
for Cancer Researchyang mengemukakan bahwa endapan alkohol dari buah mengkudu telah
meningkatkan hingga 75% kehidupan tikus dengan kanker Lewis paru dibandingkan dengan
tikus kontrol.

Zat aktif mengkudu dalam menurunkan tekanan darah

Zat aktif dalam mengkudu yaitu scopoletin danxeronin dapat menurunkan tekanan
darah. Scopoletin bekerja dengan cara menurunkan tahanan atau resistensi perifer. Besarnya
tahan perifer sangat bergantung pada kontraktilitas otot polos pembuluh darah. Otot polos
pembuluh darah diatur oleh sistem saraf simpatis melalui pengeluaran neurotransmiter
noradrenalin di ujung saraf simpatis pada dinding pembuluh darah. Kontraktilitas otot polos
pembuluh darah juga dipengaruhi oleh fungsi endotel pembuluh darah, karena pada endotel
disintesis dan disekresi berbagai bahan vasokonstriktor dan vasodilator.

Kandungan bahan aktif scopeletindalam mengkudu memiliki fungsi untuk


menormalkan tekanan darah dengan adanya efek spasmolitik. Efek spasmolitik ditandai
dengan terjadi pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) akibat relaksasi otot polos,efek
tersebut serupa dengan cara kerja obat antihipertensi. Efek sebagai antihipotensi ditunjukkan
dengan menghambat inducible nitric oxide synthase (iNOS), yang akan menghambat
pembentukan nitric oxide (NO) karena NO memiliki efek vasodilatasi.

Cara mengonsumsi buah mengkudu untuk menormalkan tekanan darah

Pada penderita hipertensi yang mendapatkan terapi jus mengkudu 2 kali sehari yaitu
pada 20-30 menit sebelum sarapan dan 20-30 menit sebelum makan malam didapatkan
penurunan tekanan darah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suidah (2011)
mengenai pengaruh mengkudu terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
di Sidoarjo didapatkan penurunan MAP (Mean Arterial Pressure). MAP sebelum diberikan
terapi minum mengkudu sebesar 116.2672 mmHg dan MAP setelah diberikan terapi minum
mengkudu sebesar 110.3332 mmHg. Penurunan MAP responden dalam penelitian ini sebesar
5.934 mmHg.

Toksisitas buah mengkudu

Terpenoid adalah salah satu zat yang terkandung pada buah dan daun mengkudu.
Terpenoid merupakan senyawa kimia, berfungsi sebagai pertahanan tumbuhan dalam bentuk
metabolit sekunder. Zat aktif dari metabolit sekunder terpenoid memiliki efek farmakologis
dengan membantu proses sintesis organik tubuh dan pemulihan sel-sel tubuh manusia.
Sebagai fungsinya dalam pertahanan tubuh, terpenoid memiliki efek farmakologis dan efek
toksik.

Penelitian yang dilakukan oleh Mathivanan (2005) menggunakan jus buah mengkudu
dengan dosis 15.000mg/kgBB pada hewan percobaan tidak ditemukan tanda efek toksik.
Untuk mengetahui efek toksik,juga dilakukan pembedahan pada hewan percobaan namun
tetap tidak ditemukan adanya tanda-tanda toksisitas pada organ hewan percoban.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadibrata (2007) mengenai efek toksisitas akut
daun mengkudu menggunakan air sebagai pelarut didapatkan daun mengkudu sebagai zat
yang tidak toksik karena LD50> 15gr/kgBB.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan pada buah dan daun mengkudu
didapatkan bahwa mengkudu dikategorikan dalam zat yang tidak toksik. Buah
mengkudu (Morinda citrifolia L.) aman digunakan untuk pengobatan hipertensi.
Siti Hidayatun Nazza Darmansyah 1610711037
Diana Febriyanti 1610711050

P E M B A H A S A N

A. Judul Jurnal : “Pengaruh Konsumsi Kulit Manggis Terhadap


Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus Di Desa Meteseh
Boja Kendal Tahun 2013”.

B. Penulis Jurnal : Budi Herminto, Diyono,dan Shinta Dewi Kusuma


C. Terbit Jurnal : Vol. 2 No. 1 Maret 2014
D. Latar Belakang Jurnal :
Menghebohkan, karena sejauh ini kulit manggis hanya dibuang sia-sia karena
dianggap tak bermanfaat.Padahal, kandungan antioksidan dalam kulit manggis
merupakan yang paling tinggi di antara buah-buah yang ada. Indonesia, Malaysia,
Vietnam, Myanmar, Filipina dan Thailand serta di Hawai dan Australia Utara.
Manggis juga dikenal sebagai tanaman budidaya dan merupakan salah satu tanaman
buah tropika yang pertumbuhannya paling lambat, tetapi umurnya juga paling
panjang. Membutuhkan 10-15 tahun untuk mulai berbuah dan tingginya mencapai
10-25 meter. Desa Meteseh merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Boja Kabupaten Kendal.Hasil survey awal diperoleh data 17 orang warga yang
menderita diabetes mellitus. Hasil wawancara dengan beberapa warga yang
mengalami diabetus mellitus, mengatakan belum pernah mengkonsumsi
kulit manggis untuk menurunkan kadar gula darah. Penderita diabetes mellitus hanya
mengkonsumsi obat pemberian bidan desa atau dokter yang secara ekonomi lebih
mahal dibandingkan dengan kulit manggis. Berdasarkan uraian dalam latar belakang
masalah di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah
konsumsi kulit buah manggis berpengaruh terhadap penurunan kadar gula darah
pada penderita diabetes mellitus di Desa Meteseh Kecamatan Boja Kabupaten
Kendal?”

E. Pembahasan Jurnal :
Perlakuan yang dberikan dalam penelitian ini adalah pemberian atau
konsumsi kulit manggis sebanyak 3 buah ukuran sedang, 2 kali sehari selama 3 hari.
Cara penyediaan obat :

 Ambil 3 kulit buah manggis yang sudah kering, lalu dicuci, dan dihaluskan.
 Setelah itu disedu dengan air matang
 Ramuan obat siap diminum.
Cara lain :
 rebus 3 kulit buah manggis ukuran sedang dengan 2 gelas air ukuran 200 cc
 lalu setelah mendidih ( air tinggal sekitar 1 gelas )
 dinginkan dan minum 3 kali sehari.

F. Hasil Penelitian Jurnal :


 Kadar Gula Darah Sebelum Pemberian Kulit Manggis
Kadar gula darah sebelum mengkonsumsi kulit manggis tertinggi pada
kelompok 301-400 mg/dL dengan persentase 31,25% dengan rata-rata kadar
gula darah sewaktu sebelum mengkonsumsi kulit manggis371,31 mg/dL. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa sebelum mengkonsumsi kulit manggis, rata rata
responden memiliki kadar gula darah yang tinggi atau di atas normal. Hasil
tersebut juga memperlihatkan bahawa walaupun responden sudah melakukan
penatalaksanaan diabetus melitus secara konvensional namun hasil pemeriksaan
gula darah sewaktu masih tinggi. Dari wawancara dengan beberapa responden
memang mengatakan mereka kurang telaten untuk melaksanakan diet, minum
obat, atau olah raga. Hasil tersebut menunjukkan bahwa apabila prinsip
penatalaksanaan diabetus melitus yang dikenal dengan 4 pilar DM tidak
dilaksanakan dengan baik maka kadar gula darah tidak akan terkontrol dan
cenderung naik.
 Kadar Gula Darah Setelah Pemberian Kulit Manggis
Rata-rata kadar gula darah sewaktu (GDS) responden setelah mengkonsumsi
kulit manggis adalah 392,63 mg/dL, dengan persentase tertinggi pada nilai kadar
gula darah 200 - 300 mg/dL sebanyak 31,25%. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa terjadi penurunan nilai rata-rata kadar gula darah setelah responden
mengkonsumsi kulit manggis. Hasil tersebut didukung dengan peningkatan
persentase kelompok kadar gula darah 200– 300 mg/dL dari 18,7% naik menjadi
31,25%. Penurunan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus ini sejalan
dengan responden mengkonsumsi kulit manggis. Menurut Yunitasari (2011), kulit
manggis mengandung berbagai manfaat untuk menurunkan kadar gula darah
terutama pada penderita diabetes mellitus.
 Pengaruh Konsumsi Kulit Manggis Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah
Berdasarkan hasil analisa pengukuran kadar gula darah pada eksperimen
ini dengan mengunakan uji paired t-test dengan taraf signifikan 5% (0.05)
didapatkan nilai P sebesar 0.001, nilai p < 0.05, yang berarti Ha diterima dan Ho
ditolak sehingga nilai tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh konsumsi kulit
manggis terhadap penurunan kadar gula darah pada eksperimen tersebut. Hasil
uji statistik tersebut memberikan bukti empiris tentang efek atau manfaat kulit
manggis dalam menurunkan gula darah. Sesuai dengan pendapat Yunitasari
(2011) kulit manggis ini dapat menurunkan kadar gula darah karena kulit
manggis menggandung xanthone, antosianin yang berkhasiat sebagai
antioksidan dan antidiabetes yang dapat menurunkan kadar gula darah. Selain
itu ekstrak kulit manggis mengandung lebih dari 90% xanthone(campuranalfa-
mangostin 80-90% dan gama-mangostin 5-10% ). Menurut Riyadi dan
Sukarmin (2008), bahwa alfa-mangostin berguna menghambat kerja insulin alfa
glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan hiperglikemia
post prandial.
Berthalia Verocica A 1610711039
Ester Ronauli S 1610711045

PENDAHULUAN

Kelor (Moringa aloifera Lamk) diyakini berasal dari India dan Arab kemudian
menyebar di berbagai wilayah. Di berbagai komunitas di daerah tropis kelor dimanfaatkan
untuk berbagai penggunaan seperti pengobatan tradisional, tanaman pagar disinfektan,
pelumas dan kosmetik. Tanaman kelor merupakan perdu dengan ketinggian sampai 10 m,
berbatang lunak dan rapuh dengan daun yang sebesar ujung jari berbentuk bulat telur
dan tersusun majemuk. Berbunga sepanjang tahun berwarna putih, buah bersisi segitiga
dengan panjang sekitar 30 cm, tumbuh subur mulai dari dataran rendah keting gian 700 m
diatas permukaan laut. Pada tahun pertama, kelor sudah bisa menghasilkan biji dalam satu
polong bisa diperoleh sekitar 20 biji. Produksi semakin banyak pada tahun ke 2 dan tahun
berikutnya. Apalagi kelor menghasilkan biji sepanjang tahun. Biji kelor mengandung 35-40%
dari berat kering. Kulit bijinya yang terbuang mengandung protein cukup tinggi,
mendekati 60% sehingga cocok untuk makanan hewan ternak. (Rama Prihandana, Roy:
2008).
Golongan obat yang saat ini tersedia untuk penyakit hepatitis ialah Pengobatan
Telan atau Oral dan secara injeksi. Pengobatan oral yang terkenal ialah pemberian obat
Lamivudine dari kelompok nukleuseda analog, yang dikenal dengan nama 3Tc. Obat ini
digunakan bagi dewasa maupun anak-anak. Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan
enzim hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor berkesinambungan dari
dokter. Yang berikutnya pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral
akan lebih efektif tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk
terhadap fungsi ginjal.
Pengobatan dengan injeksi atau suntikan adalah pemberian suntikan Microsphere
yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar X yang akan mengahancurkan sel
kanker hati tanpa merusak jaringan sehat disekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan
nama cabang Intron A, Infergen, Roveron) diberikan secara subcutan dengan skala
pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Langkah- langkah
pencegahan agar terhindar dari penyakit hepatitis B adalah pemberian vaksin terutama
pada orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berperilaku sexs
kurang baik (ganti-ganti pasangan/ homoseksual), pekerja kesehatan (Perawat dan dokter)
dan mereka yang berada di daerah rentan banyak kasus hepatitis B (Chris W, Green: 2005).
Adapun obat tradisional yang dapat membantu meringankan penyakit hepatitis B
yaitu: Tanaman kelor. Tanaman kelor mengandung zat kimia, seperti minyak behen,
minyak terbang, emulsin, alkaloida, pahit tidak beracun serta vitamin A, B1, B2, dan C.
Selain itu kelor juga mengandung lebih dari 90 nutrisi disebut antioksidan alami terbaik.
Memiliki sumber serat terbaik, kandungan betakarotine 4 kali lipat lebih besar dari wortel
juga terdapat bahan minyak omega 3 dan klorofil. (Lina Mardiana, 2002)
Pemanfaatan daun kelor secara tradisional yaitu bagian daun kelor yang masih
segar. Untuk membuat satu porsi ramuan, daun yang dibutuhkan ialah sebanyak 3-7.
Selain daun kelor yang masih segar, untuk membuat ramuan obat Hepatitis B juga
dibutuhkan air kelapa sebanyak satu gelas dan madu sebanyak 1 sendok. Cara
pembuatan ramuannya cukup sederhana. Pertama tumbuk daun keloryang sudah dicuci
bersih. Kemudian campurkan air kelapa dengan tumbukan daun tersebut dan saring.
Terakhir, tambahkan madu dan aduk merata. Ramuan siap diminum. Untuk hasil
maksimal, buat dan minum ramuan itu sampai sembuh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hepatitis atau radang hati dapat berupa kelainan proses akut dan kronishepatitis akut
bila peradangan hanya berlangsung singkat dan dianggap kronis bila sampai lebih dari
6 bulan proses masih terus berlangsung baik berupa peradangan, kelainan uji fungsi hati
atau menetapnya HbsAg+ dan anti-HCV+. Hepatitis dapat berlanjut menjadi sirosis hati,
hepatoma atau karsinoma hati primer sampai gagal hati.
Gambar 1. Anatomi Hepar
Gambar 2. Patologis Hepar

Gambar 3. Replikasi VHB dalam hepatosit.

Gambar 4. Patogenesis Hepar


Ada perbedaan perjalanan penyakit hepatitis virus B antara bayi, anak dan dewasa.
Bila terinfeksi oleh VHB sewaktu dewasa atau tua maka 90% akan menjadi akut dan
hanya 10% akan menjadi kronis, sebaliknya bila terifeksi sewaktu bayi atau anak maka
makin muda usia makin banyak yang menjadi kronis. Fase yang terpenting adalah
terbentuknya covalently closed circular DNA (cccDNA) di hepatosit yang akan menetap
sehingga sewaktu-waktu dapat kambuh.

Tabel 1 Penafsiran Penanda Serologis

Penanda Penafsiran
serologis virus
HbsAg Infeksi VHB atau pembawa “se-
hat”
Anti-HBs Sembuh dan imun
HbeAg Replikasi aktif VHB
Anti-Hbe Replikasi tidak aktif atau integrasi
Anti-HBc IgM Infeksi akut atau kronis aktif
Anti-HBc IgG Riwayat kontak dengan VHB
HBV DNA Replikasi aktif VHB
DNA-polymerase Replikasi aktif VHB

Hepatitis atau radang hati dapat berupa kelainan proses akut dan kronis hepatitis akut
bila peradangan hanya berlangsung singkat dan dianggap kronis bila sampai lebih dari
6 bulan proses masih terus berlangsung baik berupa peradangan, kelainan uji fungsi hati
atau menetapnya HbsAg+ dan anti-HCV+. Hepatitis dapat berlanjut menjadi sirosis hati,
hepatoma atau karsinoma hati primer sampai gagal hati.
Hepatitis dapat disembuhkan dengan ekstrak daun kelor. Daun kelor mengandung
zat kimia, seperti minyak behen, minyak terbang, emulsin, alkaloida, pahit tidak beracun
serta vitamin A, B1, B2, dan C. Selain itu kelor juga mengandung lebih dari 90 nutrisi 48
jenis antioksidan 36 senyawa anti inß ama-si yang terbentuk secara alami. Kelor disebut
antioksidan alami terbaik, memiliki sumber serat terbaik, kandungan betakarotine 4 kali
lipat lebih besar dari wortel juga terdapat bahan minyak omega 3 dan klorofil.

KESIMPULAN
Daun kelor mengandung zat kimia, seperti minyak behen, minyak terbang, emulsin,
alkaloida, pahit tidak beracun serta vitamin A, B1, B2, dan C. Selain itu kelor juga
mengandung lebih dari 90 nutrisi 48 jenis antioksidan 36 senyawa anti inflamasi sehingga
dapat digunakan sebagai obat herbal untuk penyembuhan Hepatitis B.

Nada Saskia 1610711028


Leily Muhafilah 1610711030

JUDUL JURNAL
Sabun Mandi Cair Antibakteri Dari Ekstrak Buah Kersen (Muntingia Calabura L)

PENULIS JURNAL :
Novia Tina Anjani, Supartono dan Sri Mursiti

TAHUN :
2016

A. Latar Belakang
Penyebab infeksi disebabkan oleh mikro-organisme patogen seperti bakteri,
virus, parasit atau jamur. Di Indonesia angka kesakitan dan angka kematian yang
tinggi disebabkan ter-utama oleh penyakit infeksi (Darmadi, 2008).

Senyawa kimia dalam tumbuhan yang mempunyai aktivitas antibakteri dapat


digunakan untuk mengatasi penyakit tersebut. Penggunaan tanaman sebagai obat telah
berlangsung dalam waktu yang lama di berbagai penjuru dunia (Djauhariya dan
Hermani, 2004).
B. Tujuan Penelitian
Untuk menguji penghambatan pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa
dan Streptococcus pyogenes pada sabun cair antibakteri dari ekstrak buah kersen
(Muntingia Calabura L)

C. Metode Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometri UV-Vis seri
1800, Infrared spectrometer (FT-IR Perkin Elmer), neraca analitik, oven, rotary
evaporator, kertas saring ukuran 42, cawan petri, ose, autoklaf, inkubator, kertas
cakram, jangka sorong, alumunium foil.

Bahan yang digunakan adalah buah kersen, aquades, media biakan Nutrient
Agar (NA), n heksan dan metanol dengan grade pro analyst buatan Merck.

BAB 1

Pendahuluan

1.1 Tinjauan Tanaman

Tanaman kersen atau Muntingia calabura biasanya tumbuh dengan ukuran kecil
namun kadang juga bisa berukuran besah bahkan ada yang bisa mencapai tinggi 2-10
meter. Daun tanaman kersen memiliki sistem pertulangan menyirip, daun asimetris dan
tepinya bergerigi sedangkan bunganya berisi 3-5 kuntum yang menyatu, terletak di
ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan
berbilangan 5; kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus;
mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis, Benang sari berjumlah banyak,
10 sampai lebih dari 100 helai. Buah kersen termasuk buah buni, dimahkotai oleh
tangkai putik yang tetap memiliki diameter hingga 1.5 cm berbentuk seperti cerry jika
matang maka akan berwarna merah dan terasa manis.
Buah kersen memiliki banyak kegunaan, diantaranya mengatasi diabetes,
radang tenggorokan, meringankan gejala pilek dan flu, mengatasi kejang di saluran
cerna akibat diare dan gastritis, serta dapat digunakan sebagai antibakteri (antiseptik)
dan antitumor.

1.2. Senyawa yang berkhasiat pada tanaman Kersen


Pada percobaan perebusan air kersen, terbukti dapat membunuh beberapa bakteri,
seperti C.Diptheriea, S. Aureus, P Vulgaris, S Epidemidis, Salmonella Typhi dan K
Rizhophil pada percobaan yang dilakukan secara invitro. Hal ini membuktikan daun
rebusan kersen dapat dijadikan sebagai Anti septik.Senyawa ini lah yang enjadi
antimikroba atau antiseptik, Polifenol, Flavonoid, Tannin.

a. Flavonol
Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan
aglikon. Flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat
sebagaiantioksidan dan antiflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas
kebanyakanmerupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam
suasanabasa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat sehingga penggunaan basa
padamampu menghambat enzim topoisomerase II (DNA girase), yang merupakan enzim
penting dalam proses replikasi dan transkripsi DNA bakteri, sehingga dapat mengganggu
proses tersebut
Senyawa flavonol sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan
termasukdaun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga, buah, dan biji. Kebanyakan flavonol
ini berada di dalam tumbuh – tumbuhan kecuali alga. Namun ada juga flavonol yang
terdapat dalam hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang – berang dan sekresi lebah.
Dalam sayap kupu – kupu dengan anggapan bahwa flavonol berasal dari tumbuh –
tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak dibiosintesis di dalam tubuh
mereka. Penyebaran jenis flavonol pada golongan tumbuhan yang tersebar yaitu
angiospermae, klorofita, fungi, briofita (Markham, 1988)

b. Polifenol
Mampu mengganggu pembentukan dinding sel sehingga dapat mengganggu
proses pertumbuhan bakteri. Selain itu komponen bioaktif fenol dapat mengakibatkan
lisis sel dan menyebabkan denaturasi protein, menghambat pembentukan protein
sitoplasma dan asam nukleat serta 9 menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel.
Dalam uji selanjutnya, dalam kandungan air rebusan kersen ini berfungsi sebagai
anti inflamasi. Uji ini telah dilakukan dengan percobaan pada tikus sebagai objek
penelitian.
c. Tannin
Tanin yang juga dimiliki oleh ekstrak daun kersen mempunyai sifat spasmolitik,
diduga dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel sehingga mengganggu
permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat
melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Tanin
juga diduga mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara menginaktivasi
enzim. Apabila kerja enzim terganggu dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas
mikroba, maka akan mengakibatkan enzim membutuhan energi dalam jumlah yang lebih
besar untuk aktivitasnya. Akibatnya energi untuk pertumbuhan menjadi berkurang,
sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat dan lisis atau inaktif apabila berlangsung
lama.
1.3. Tinjauan Antibakteri
Penyebab infeksi disebabkan oleh mikro-organisme patogen seperti bakteri, virus,
parasit atau jamur. Di Indonesia angka kesakitan dan angka kematian yang tinggi
disebabkan ter-utama oleh penyakit infeksi (Darmadi; 2008). Senyawa kimia dalam
tumbuhan yang mempunyai aktivitas antibakteri dapat digunakan untuk mengatasi
penyakit tersebut. Penggunaan tanaman sebagai obat telah berlangsung dalam waktu
yang lama di berbagai penjuru dunia (Djauhariya dan Hernani; 2004). Tanaman kersen
telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional (Zakaria, et al.; 2014), dengan bagian
tanaman yang biasa dimanfaatkan adalah buahnya. Buah kersen mempunyai aktivitas
anti-radang dan antioksidan sedangkan daun kersen mempunyai aktivitas antibakteri,
antioksidan, antiproliferatif dan antihiperglikemik (Sindhe, et al.; 2013).

Pseudomonas aeruginosa dapat tinggal pada manusia yang normal dan berlaku
sebagai saprofit pada usus normal dan pada kulit manusia. Streptococcus pyogenes
adalah salah satu jenis bakteri Streptococcus beta hemolitikus grup A yang dapat
menyebabkan terjadinya hemolisis sel darah merah yang disertai dengan pelepasan
hemoglobin.

Flavanoid memberikan aktifitas antibakteri dengan jalan menghambat


metabolisme energi, mekanisme penghambatan metabolisme energi yang dilakukan oleh
flavanoid yaitu seperti antibiotik yang menghambat respirasi oksigen dan dapat
menyebabkan kematian bakteri (Noorhamdani, et al.; 2014). Flavanoid merupakan
senyawa yang bersifat desinfektan yang bekerja mendenaturasi protein yang dapat
menyebabkan aktifitas metabolisme sel berhenti (Kurniawan, et al.; 2013).

Bab 2

Kelebihan dan Kekurangan

2.1 Kelebihan Jurnal Sabun Mandi Cair Antibakteri dari Ekstrak Buah Kersen
(Muntingia Calabura L),
Pada penelitian yang diterapkan pada jurnal ini lebih mendetail karena
sekaligus pembuatan sabun cair untuk antibakteri yang sangat berguna untuk
kedepannya dalam hal pembuatan antiseptic. Metode Penelitian yang
digunakan pada penelitian ini cukup detail dalam hal pembuatan sabun cair
maupun dalam hal pengujian sabun cair tersebut menjadi antibakteri.

Pada jurnal pertama konsentrasi yang diperlukan untuk menjadikan


ekstrak tanaman kersen sebagai antibakteri yaitu 10%, 20%, dan 30% dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan
Streptococcus pyogenes. Disebutkan bahwa hasil penelitian ini menunjukan
zona hambat untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus
pyogenes tergolong sedang karena diameter zona hambatnya berkisar 6-10
mm. Pada jurnal ini pun dilengkapi bagan-bagan yang menunjukan hasil uji
ekstrak buah kersen layak dijadikan sabun cair antibakteri.

2.2 Kekurangan Jurnal Sabun Mandi Cair Antibakteri dari Ekstrak Buah
Kersen (Muntingia Calabura L),

Pada jurnal ini tidak disebutkan efek samping dari pemakaian sabun
cair antibakteri ini, tidak disebutkan berapa konsentrasi maksimal yang
diperbolehkan untuk penggunaan sabun cair antibakteri.

Perlu adanya tinjauan ulang mengenai kelayakan sabun cair antibakteri


terhadap tubuh manusia. Karena dalam penelitian jurnal ini hanya diteliti di
luar kulit manusia. Sehingga diperlukan penelitian mengenai aktivitas
bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Streptococcus pyogenes di dalam
kulit manusia.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekstrak buah klersen (Multingia Calabura L) dengan pelarut metanol


memiliki aktivitasantibakteri yang tergolong sedang terhadap bakteri Pseudomonas
aeruginosa dan Streptococcus pyogenes. Golongan senyawa yang terkandung
dalam ekstrak buah kersen (Multingia Calabura L) mempunyai aktivitas antibakteri
sesuai dengan uji UV-Vis dan FT-IR adalah senyawa flavonoid, golongan flavanol.
Sediaan sabun mandi cair ekstrak buah kersen (Multingian Calabura L) memiliki
daya hambat sedang terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Streptoccous
pyogenes.
DEVIA FEBRIANI (1610711051)
ASTRI INDIKA HUSNA (1610711053)
SINTA (1610711054)

ANALISIS RASlONALlSASl KANDUNGAN RAMUAN DIABETES


MELLITUS Dl LABORATORIUM PENELlTlAN DAN PENGEMBANGAN
PELAYANAN PENGOBATAN OBAT TRADISIONAL (LP40T)
Lusi Kristiana* dan Suharmlatl'

Buletin Per ielltian Sistem Kesehatan - Vol. 9 No. 2 April 2006: 107-112

Obat tradisional merupakan warisan leluhur yang telah dikenal secara turun temurun.
Data Susenas 2001 menunjukkan pemanfaatan obat tradisional cukup tinggi, walaupun obat
modern tersedia dan mudah didapat. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan
pengobatan tradisional perlu dilakukan dan diarahkan, agar menjadi pengobatan yang dapat
dipertanggungjawabkan, aman, benutu, dan bermanfaat sehingga khasiat dan keamanannya
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Khususnya obat tradisional yang ditujukan untuk penyakit-penyakit kronis atau
degeneratif, di mana rnembutuhkan pengobatan dalam jangka waktu lama sehingga
rnemerlukan biaya pengobatan yang tinggi. Salah satu penyakit tersebut adalah diabetes
mellitus atau kencing manis.

DIABETES MELLITUS
Diabetes mellitus, atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis khususnya
menyangkut metabolisme karbohidrat (glukosa) di dalam tubuh, disamping gangguan
metabolisme lemak dan protein. Penyebabnya adalah kekurangan hormon insulin. yang
berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Akibatnya
glukosa bertumpuk dalam darah (hipegiikemia) dan akhirnya diekskresikan lewat urine tanpa
digunakan (glycosuria). Oleh karena itu gejala yang ditimbulkan adalah meningkatnya
produksi urine penderita (poliuria), merasa amat haus (polidipsia), nafsu makan bertambah
(poliphagia), dan pada beberapa kasus berat badan menurun dan merasa lelah.
Penyakit ini bisa timbul secara mendadak pada anak-anak dan orang dewasa. Pada
orang yang telah berumur, penyakit ini sering muncul tanpa gejala dan sering kali baru
diketahui bila yang bersangkutan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Apabila dibiarkan
tidak terkendali atau penderita tidak menyadari penyakitnya, maka kemungkinan akan timbul
berbagai komplikasi kronis yang berakibat fatal, seperti penyakit jantung dan kardiovaskuler,
terganggunya fungsi ginjal, kebutaan, timbulnya irnpotensi, dan gangguan terhadap saraf.

JENlS DIABETES
Ada 2 jenis diabetes mellitus berdasar waktu dlmulainya penyakit, yaitu tipe 1 dan
tipe 2.
Tipe 1, IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) atau DM pada remaja (juvenile).
Pada jenis ini terdapat destruksi dari sel-sel beta pankreas sehingga tidak
memproduksi insulin lagi dan mengakibatkan sel-sel tidak bisa menyerap glukosa dari darah.
Tipe ini terjadi pada orang-orang di bawah usia 30 tahun dan paling sering dimulai pada usia
10-13 tahun.
Penyebabnya belum begitu jelas, tetapi terdapat indikasi kuat bahwa jenis ini
disebabkan oleh suatu infeksi virus yang menirnbulkan reaksi auto-imun berlebihan untuk
menanggulangi virus. Diabetes mellitus pada tipe ini faktor keturunan memegang peranan.

Tipe 2, pada orang dewasa (maturity onset) atau NlDDM (Non insulin Dependent
Diabetes Mellitus)
DM tipe 2 umumnya mulai di atas usia 40 tahun dengan insidensi lebih besar pada
orang gemuk. Tipe ini bersifat 'silent killei, karenaseperti kebanyakan keadaan baru manifes
dengan terjadinya gejala stadium lanjut, seperti dengan ditemukannya komplikasi infark
jantung atau gangguan penglihatan.

PENGELOLAAN DIABETES MELLlNS


Tindakan umum dalam pengelolaan diabetes sampai saat ini tetap berdasarkan 3 ha1
pokok yaitu:
a) Diet. Semua penderita harus memulai diet pembatasan kalori, terlebih pada penderita
yang overweight. Makanan perlu dipilih terutama untuk pernbatasan karbohidrat
terutama yang murni (gula), lemak hewani, dan lemak rantai pendek untuk mencapai
kadar glukosa dan lipida darah normal.
b) Olah raga. Bila olah raga dilakukan secara teratur dapat mengurangi resistensi insulin,
sehingga insulin dapat digunakan dengan lebih baik oleh sel tubuh dan dosisnya dapat
diturunkan.
c) Mengurangi faktor risiko, seperti behenti merokok. Nikotin dapat berpengaruh buruk
terhadap penyerapan glukosa oleh sel.

Tujuan jangka pendek dalam pengelolaan diabetes adalah menghilangkan keluhan dan
gejala penyakit diabetes mellitus, terutama normalisasi kadar gula darah. Tindakan yang
dilakukan antara lain:
 Penderita NlDDM (tipe 2). Bila tindakan umum tidaklkurang efektif untuk
menormalkan glukosa darah, perlu digunakan obat hipoglikemik. Insulin baru
disuntikkan bila obat oral anti diabetika tidak memberikan efek yang diinginkan atau
menunjukkan resistensi.
 Penderita IDDM (tipe 1). Penderita di bawah usia 40 tahun umumnya rnemerlukan
insulin (06-0,9 UII kglhari) dan tidak dianjurkan minum obat hipoglikemik. Tujuan
pengobatan adalah agar nilai glukosa darah di bawah 120 mgtdi (saat lambung
kosong).

Sedangkan tujuan jangka panjang dalam pengelolaan diabetes mellitusadalah mencegah


komplikasi kronis, seperti retinopati, neuropati. nefropati, dan gangguan kardiovaskuler.
Untuk mencapainya sangat penting rnengusahakan regulasi kadar gula yang optimal.
Sepanjang hari kadar gula darah yang pada penderita diabetes sangat berfluktuasi, hendaknya
dikendalikan antara nilai normal yaitu 60 mgldl sampai 145 mgldl. Ini berarti bahwa masukan
karbohidrat dan profil insulin darah harus saling diselaraskan dengan baik.

ANALISIS KANDUNGAN RAMUAN DIABETES MELLlTUS Dl LP40T


Salah satu komposisi ramuan diabetes mellitus dalam Standar Pengobatan LP40T terdiri
dari bahan-bahan: sambiloto, salam dan temulawak. Ketiga tanaman ini secara empiris telah
dikenal sebagai ramuan yang dapat menurunkan kadar glukosa darah (hipoglikemik).
1. Sambiloto (Andrographlspaniculata, Ness)
Sambiloto termasuk dalam famili acanthaceae. Sambiloto bukan tumbuhan
asli Indonesia, tetapi diduga berasal dari India. Seluruh bagian tanaman ini (herba)
digunakan sebagai obat tradisional. Khasiat tanaman yang sangat pahit ini telah
diteliti oleh sejumlah pakar dari dalam ataupun luar negeri sejak tahun 1980-an.
Bahkan pada tanggal 13 Desember 1986, sambiloto telah dipatenkan sebagai obat anti
Human lmmuno Deficiency Virus (HIV) oleh perusahaan farmasi Jerman yang
mengadakan penelitian bersama para ilmuwan dari Bastyr University di Jerman.
Ekstrak herba sambiloto berkhasiat sebagai hypoglycemic dengan cara
mencegah absorbsi glukosa dari usus, bila dikonsumsi sesaat sebelum makan. Dalam
fiteratur lain, disebutkan bahwa ekstrak etanol sambiloto mengandung zat yang
bersifat antidiabetik. Diduga mekanismenya adalah dengan cara meningkatkan
metabolisme glukosa. Efek hypotriglyceridemic yang ada juga sangat menguntungkan
bagi penderita diabetes.

2. Salam (Eugeniapolyantha Wight)


Salam termasuk dalam famili myrtaceae. Daunnya mempunyai mempunyai
bau yang khas jika diremas. Bagian inilah yang banyak dimanfaatkan dalam
pengobatan tradisional. Selain itu kulit batang, akar, dan buah juga berkhasiat sebagai
obat. Daun salam bersifat kelat dan astringent. Daun salam mengandung zat-zat bahan
warna, zat samak, dan minyak atsiri yang jumlahnya hanya sedikit, 0.2% (sitral,
eugenol, methylchavico yang bersifat antibakteri, tanin dan flavonoid.
Salah satu kegunaan daun salam sebagai obat tradisional adalah sebagai
antidiabetik. Suatu penelitian membuktikan ekstrak air daun salam memiliki efek
hipoglikemik dalam tubuh tikus percobaan pengidap diabetes yang tidak tergantung
insulin (NIDDM). Terhadap tikus diabetes yang tergantung insulin, efek hipoglikemik
daun salam temyata tidak berpengaruh.

3. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)


Temulawak termasuk dalam famili zingiberaceae. Tanaman ini merupakan
tanaman asli Indonesia. Temulawak bersifat aromatik dan berbau tajam, serta
mempunyai rasa pahit. Bagian temulawak yang digunakan sebagai obat adalah
rimpang. Tanaman ini dikenal karena khasiatnya sebagai liverprotection.
Selain itu temulawak juga banyak mengandung minyak atsiri,
cinnamaldehyde, dan tepung karbohidrat. Rimpang temulawak juga berkhasiat
sebagai antiviral dan anti-inflamasi terhadap virus Hepatitis B dan C. Selain itu
temulawak juga dapat digunakan untuk pengobatan jerawat karena mampu
menghambat pertumbuhan bakteri. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
temulawak mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar kolestrol darah dan
sebagai liver protector.

KESIMPULAN DAN SARAN


Uraian di atas menunjukkan bahwa ketiga tanaman yang dipakai sebagai ramuan obat
diabetes, hanya sambiloto dan salam yang mempunyai aktifitas sebagai hipoglikemik.
Berdasarkan penelitian. sambiloto bermanfaat untuk mencegah absorbsi glukosa dari usus,
dan sekaiigus dapat meningkatkan metabolisme glukosa. Sedang salam juga memiliki efek
hipoglikemik pada dlabetes jenis NIDDM. Jadi sambiloto dan salam memiliki kemampuan
menurunkan kadar gula darah khususnya diabetes jenis NIDDM. Sampai saat ini belum
ditemukan keterkaitan temulawak sebagai obat diabetes, tetapi kemampuan temulawak dalam
menurunkan kadar kolesterol dalam darah dan liver perlu dipertimbangkan, khususnya bagi
penderita diabetes. Secara tidak langsung temulawak juga membantu penderita diabetes
untuk regulasi kolesterol. Selain itu penggunaan ramuan untuk diabetes mellitus biasanya
dilakukan secara terus-menerus sehingga untuk mencegah terjadinya efek terhadap liver,
penggunaan temulawak sebagai liver protector perlu dipertimbangkan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari ramuan diabetes yang terdiri dari sambiloto,
salam, dan temulawak cukup rasional digunakan sebagai ramuan untuk diabetes dengan cara
menurunkan kadar glukosa dalam darah, tetapi kedua tanaman tersebut hanya efektif untuk
diabetes jenis NIDDM. Pemakaian campuran ramuan antara sambiloto dan salam diharapkan
ada sinergisme antara keduanya. Dan penggunaan ramuan untuk diabetes mellitus yang
terdiri dari herbal sambiloto, daun salam dan rimpang temulawak lebih sesuai jika digunakan
oleh penderita diabetes mellitus jenis NIDDM.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Lukas Tresno. 2006. Tanaman Obat danJus untuk Asam urat dan Reumatik.
PT Agro Media: Jakarta Mardiana, Lina. 2012. Daun Ajaib Tumpas Penyakit Penebar
Swadaya: Jakarta
Prihandana Rama, Roy Handoko. 2008. Energi Hijau. Penerbar Swadaya: Jakarta
Thomas .A. N.S. 1992. Tanaman Obat Tradisional2. Kanisius: Jogyakarta

Anda mungkin juga menyukai