Anda di halaman 1dari 30

Politeknik Negeri Samarinda

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makin maraknya industri – industri di Indonesia yang mengandalkan
minyak bumi sebagai bahan bakar utama tidak sebanding dengan persediaan
minyak bumi yang ada. Semakin menipisnya persediaan minyak bumi ini
menyebabkan pemerintah berusaha mencari sumber energi alternatif yang dapat
menggantikan posisi minyak bumi sebagai bahan bakar utama. Karena itu
pemerintah menetapkan batubara sebagai sumber energi alternatif pengganti
minyak bumi sehingga banyak industri-industri yang beralih menggunakan
batubara. Batubara marupakan bahan bakar pada yang terbentuk dari sisa – sisa
tumbuhan dan hewan yang membusuk dan terpendam di dalam tanah selama
beribu-ribu bahkan berjuta-juta tahun lamanya. Batubara mengandung karbon,
oksigen dan hydrogen sebagai unsur utama dan nitrogen serta belerang sebagai
unsur tambahan.
Saat ini batubara dihasilkan oleh sekitar 50 negara dengan tingkat produksi
dunia sekitar 3,8 milyar ton pertahun, termasuk 560 juta ton yang diperdagangkan
dan diperkirakan cadangan batubara cukup hingga 200 tahun yang akan datang.
Dalam pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi,
tentu saja perlu adanya data-data yang akurat tentang komposisi kimia maupun
karakteristik fisik dari batubara tersebut. Data tersebut berguna sebagai pedoman
agar batubara dapat dimanfaatkan secara tepat dan dampak yang dapat timbul dari
pemanfaatan tersebut dapat diminimalisir. Selain itu data-data tersebut juga
berguna untuk menentukan kualitas dari batubara, dimana kualitaslah yang
menentukan kesepakatan harga jual batubara antara penjual dan pembeli.
Cara untuk mengetahui komposisi batubara yaitu dengan melalui proses
analisa di laboratorium. Proses analisa di laboratorium membutuhkan ketrampilan
dalam hal praktek maupun lisan yang menjadi pedoman untuk menganalisis suatu
produk dalam hal ini batubara agar hasil pengujian yang dihasilkan akurat.

PT. Geoservices 1
Politeknik Negeri Samarinda

Melihat peranan batubara yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup


manusia ini, maka penyusun tertarik untuk melaksanakan praktek kerja lapangan
pada salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang pengujian mutu dari
batubara yang ada di kota Balikpapan, Kalimantan Timur yaitu PT. Geoservices.

1.2 Tujuan Kerja Praktek


Pelaksanaan program kerja praktek bagi mahasiswa dalam lingkup program
Diploma III Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Samarinda bertujuan untuk :
1. Memenuhi kurikulum sebagai persyaratan penyelesaian program
Diploma III oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Kimia.
2. Meningkatkan kemampuan berfikir bagi mahasiswa teknik kimia dalam
mengaplikasikan ilmu teknik kimia dalam industri.
3. Melihat, mengetahui dan memahami secara langsung proses analisa
batubara di laboratorium.
4. Meningkatkan profesionalitas dan menyiapkan tenaga kerja terdidik
sebelum memasuki dunia kerja yang sebenarnya.

1.3 Tujuan Pembuatan Laporan


Bagi mahasiswa yang telah melaksanakan praktek kerja lapangan
diwajibkan menyusun sebuah laporan dari apa yang telah didapatkan setelah
melaksanakan praktek kerja lapangan. Laporan yang telah dibuat sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Politeknik Negeri Samarinda,
yang mana dapat menambah perbendaharaan perpustakaan jurusan dan
perusahaan. Selain itu laporan ini sebagai bahan presentasi dan acuan untuk
membuat laporan berikutnya yang lebih sempurna.

1.4 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan


Tempat pelaksanaan PKL bertempat di PT. Geoservices, Jl. MT Haryono
No. 161 Ring Road, Balikpapan, Kalimantan Timur, yang belangsung pada
tanggal 25 Juni 2012 dan berakhir pada tanggal 25 Agustus 2012.

PT. Geoservices 2
Politeknik Negeri Samarinda

1.5 Sistematika Penulisan Laporan


Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan pada
laboratorium pengujian batubara PT. Geoservices Balikpapan yang penysun
sajikan dalam bentuk bab per bab sebagai berikut
1. Pra BAB, meliputi sampul, halaman judul, lembar pengesahan, kata
pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar gambar.
2. BAB I, meliputi pendahuluan yang menjelaskan latar belakang masalah,
tujuan Praktek Kerja Lapangan (PKL), tujuan penulisan laporan, tempat
dan waktu PKL, serta sistematika penulisan laporan.
3. BAB II, meliputi uraian mengenai profil perusahaan dimana PKL telah
dilaksanakan.
4. BAB III, meliputi uraian teori tentang batubara.
5. Tugas Khusus

PT. Geoservices 3
Politeknik Negeri Samarinda

BAB II
TINJAUAN UMUM PT. GEOSERVICES

2.1 Sejarah PT. Geoservices


PT. Geoservices adalah suatu badan usaha milik Indonesia secara nasional.
Perusahaan ini memiliki dasar keahlian yang mencakup semua aspek eksplorasi
dan pengembangan minyak, gas, batubara mineral dan industri panas bumi.
Perusahaan ini berdiri pada tahun 1971 di Bandung berdasarkan prakarsa
dana swasta, yaitu dana patungan antara Mr. H. L. Ong dengan Mr. Durban L.
Ardjo yang memiliki kesamaan latar belakang pendidikan dan disiplin ilmu
Geochemistry dan Metallurgical Engineering, yang memperoleh gelar
kesarjanaan dari Colorado, Amerika Serikat pada tahun 1965 dan 1968. Sebagai
perusahaan bermodal swasta, PT. Geoservices terus berupaya untuk
mengembangkan usahanya yang saat itu masih berorientasi pada bidang usaha
jasa pemeriksaan dan pengujian laboratorium, seperti Geological Consultant,
Geophysics, Geochemical, Mineralogical, Palaentological dan Surveying.
Kini PT. Geoservices telah tumbuh menjadi perusahaan survey (1982)
dengan peralatan dan kemampuan teknis lengkap serta profesionalisme tinggi
dalam pelayanan. PT.Geoservices juga melakukan jasa survey dengan kualitas dan
kuantitas luas serta tingkat ketelitian tinggi. Hampir seluruh kegiatan pengujian
dan pemeriksaan laboratorium terjamah oleh PT. Geoservices, yang juga
melaksanakan kegiatan survey pemetaan industri, pemeriksaan dan pengawasan
kualitas barang komoditi sampai pada pekerjaan geoteknik dan penilaian pada
analisa dampak lingkungan (amdal), serta marine konsultasi hingga marine survey
yang semuanya dilaksanakan oleh beberapa divisi di PT. Geoservices, yaitu: Coal
Laboratories, Mineralogical, Geochemical, Geophysics, Marine,
Environmentaldan Surveying.
Berkat kemampuan dan Integritas tinggi, PT. Geoservices telah dipercaya
oleh konsumen untuk menyelenggarakan Cargo Supertendingdalam rangka
memberikan pelayanan dan pengawasan terhadap kualitas dan kuantitas barang

PT. Geoservices 4
Politeknik Negeri Samarinda

serta membantu terlaksanannya ketentuan-ketentuan standar perdagangan industri


yang telah ditetapkan secara global. Sertifikasi yang dimiliki PT. Geoservices
telah diakui baik dalam skala nasional maupaun global, sehingga para importir,
eksportir, banker serta pihak manapun telah memberikan kepercayaan penuh
kepada perusahaan ini.
Perkembangan teknologi turut mendorong PT. Geoservices melakukan
investasi berbagai peralatan, sarana operasi dan transportasi serta sumber daya
manusia yang berkualitas guna menyelaraskan dengan kemajuan industri beserta
tuntutannya yang semakin beragam dan kompleks.
Dalam pelaksanaannya PT. Geoservices didukung dengan 18 kantor cabang,
sebuah laboratorium analisa terlengkap dan termodern di Balikpapan serta
beberapa laboratorium penguji hasil tambang dan bahan galian lainnya. Sejumlah
technical advisor dari Australia bahkan didatangkan untuk memberikan training
terhadap staf-staf tenaga kejanya yang berpotensi mengikuti pendidikan dan
latihan di Australia. Semua itu dilaksanakan oleh PT. Geoservices untuk
melengkapi program pelatihan teratur yang diadakan dalam rangka kerjasama
dengan Australia Coal Industries Research Laboratories (ACIRL).
Sebagai perusahaan swasta, hal yang juga tidak diabaikan oleh PT.
Geoservices adalah turut membantu mensukseskan program pemerintah untuk
memperluas lapangan pekerjaan dan meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia (SDM) terutama dari lingkungan sekitar, serta turut mencerdaskan
kehidupan bangsa dengan memperhatikan penghasilan dari staf dan karyawannya.

2.2 Perkembangan PT. Geoservices


Dalam perkembangan sampai tahun 1980-an PT. Geoservices hanya
berperan dan berintegrasi pada pemeriksaan dan pengujian laboratorium pada
perusahaan-perusahaan eksplorasi. Misalnya melakukan survey kualitas dan
kuantitas bahan tambang Mineratogical, Geochemical, palentological,
Geophysical Surveying dan Geological Consultans. PT. Geoservices juga
memeriksa dan menerbitkan sertifikat analisis disamping melakukan pekerjaan

PT. Geoservices 5
Politeknik Negeri Samarinda

lain.
Baru pada tahun 1982 PT. Geoservices membangun sebuah laboratorium
analisa khusus untuk tambang batubara. Laboratorium yang dibangun merupakan
yang pertama milik swasta, yang dikomersilkan di Indonesia. Ketika invertasi di
bidang bisnis batubara semakin ramai, PT. Geoservices pun melengkapi diri
dengan sebuah laboratorium di Balikpapan, Samarinda, Banjarbaru, Kotabaru.
Dalam hal itu laboratorium analisis juga dikembangkan dan dilengkapi dengan
berbagai alat baru serta canggih, yang memungkinkan dilakukannya uji analisa
hasil tambang dan mineral lainnya di Balikpapan, Samarinda, dan Banjarbaru.
Juga produk-produk industri migas dan petrochemical selain berfungsi
sebagai laboratorium penganalisa tambang batubara. Kegiatan bisnis dan industri
semakin meningkat, PT. Geoservices dituntut mampu melayani semua
perkembangan tersebut.Tahun 1989 PT. Geoservices melangkah lagi dengan
mengembangkan sebuah pelayanan jasa dibidang marine survey, yang berada di
bawah divisi marine.
Dalam pekerjaan ini, PT. Geoservices melakukan pemeriksaan terhadap
semua komoditi melalui: Draft Survey, Towing & Lashing Survey, On/Off Hire
Survey, Valuation Survey, Cargo Compartment survey, Insurance Survey, Marine
Consultancy, Ship Tank, Calibration Survey, Hatch Cleanliness Survey, Tally and
Cargo Condition/Damage Survey, Weightment and Measurement Survey, Stowage
and Deck cargo Lashing, Loading and Discharging Supervision, Sounding,
Ullange dan Bunker Survey, Migas dan Petrochemical Survey.
Pekerjaan divisi marine dengan semua jasanya berkembang cepat
mendorong dibukanya cabang-cabang untuk pelayanan jasa tersebut di daerah-
daerah terpencil. Pada tahun 1990, divisi marine membuka cabang di Samarida,
Balikpapan dan Kotabaru. Aktivitas divisi ini terus berkembang, tidak hanya
terbatas pada pengawasan dan pemeriksaan secara visual, tetapi testing di
lapangan pun dilakukan dengan ketetapan dan ketelitian.
Dalam perkembangan selanjutnya, pekerjaan marine survey untuk bidang-
bidang lain terus berkembang dan berlangsung dengan intensitas dan cakupan

PT. Geoservices 6
Politeknik Negeri Samarinda

yang semakin luas. Ratusan petugas PT. Geoservices telah dipersiapkan dan
tersebar di tempat-tempat lain guna melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan
dalam kegiatan survey. Di kapal-kapal, pelabuhan atau tempat-tempat tertentu,
PT. Geoservices menempatkan petugas untuk melakukan sampling, pengawasan
dan pemeriksaan terhadap barang yang akan diserahkan kepada pembeli. Tidak
terkecuali barang apapun yang ditransaksikan, PT. Geoservices membantu
mengurangi resiko pihak-pihak yang terlibat melalui jasa survey yang
dilaksanakan mulai dari proses produksi sampai pemuatan ke atas alat angkut
darat, laut maupun udara.
PT. Geoservices melayani permintaan survey bermacam-macam hasil
komoditi primer maupun sekunder, dengan menggunakan acuan berbagai macam
standar perdagangan nasional maupun internasional, seperti ICC Ruler,
Internasional Contract, Incoterms, atau standar pengapalan seperti The Charter
Act 1893, Merchan Shippin Act 1894, British Cog 1924, Transport of Goods 1980
maupun standar teknik seperti ASTM, APL, ISO, DLJIS, AOAC, NKK dan
sebagainya. Standar-standar tersebut merupakan acuan sehari-hari bagi
pelaksanaan tugas survey yang dilaksanakan PT. Geoservices.
Dalam hal kombinasi jasa, PT. Geoservices melaksanakan pemeriksaan
kualitas testing di lapangan dengan tingkat kecermatan yang tingggi, antara
CargoSuperintending/Marine Survey dengan laboratorium di lapangan (On-Site
Quality Control Laboratories). Pada akhirnya semua kepercayaan yang datang
dari berbagai pihak ditanggapi PT. Geoservices dengan selalu bekerja berdasarkan
motto: “Kecepatan pelayanan selalu siap dan tepat waktu serta selalu menjaga
rahasia klien sesuai norma-norma dan etika surveyor yang terpercaya”.

2.3 Jasa-Jasa Pelayanan PT. Geoservices


A. Laboratorium
1. Laboratorium batubara
2. Laboratorium Air dan Lingkungan
3. Laboratorium Minyak dan Gas Bumi

PT. Geoservices 7
Politeknik Negeri Samarinda

4. Laboratorium Mineral

B. Eksplorasi
1. Geologi
2. Geofisika
3. Kartografi, Komputer, dan Core Storage

C. Enginering
1. Geothermal
2. Pemboran Mineral
3. Geoteknik dan Pemboran Air
4. Enginering

D. Survey
1. Marine Survey
2. Survey Pemetaan
3. Marine Inspection
4. Cargo Superintendence and Inspection
5. Appraisal
6. Inspection and Witnessing
7. Insurance Survey
8. Technical Consultancy
9. Non-Destructive Testing (NTD)
10. Warehouse Management
11. Petroleum and Petrochemical Services

2.4 Lingkup Divisi Laboratorium


Pelaksanaan PKL dilakukan di laboratorium enviromental PT. Geoservices
Balikpapan. Kegiatan di laboratorium enviromental PT. Geoservices meliputi
analisa batubara, analisa tanah, dan analisa air. Ruangan analisis di laboratorium
PT. Geoservices dibedakan antara ruangan analisis dan ruangan preparasi. PT.

PT. Geoservices 8
Politeknik Negeri Samarinda

Geoservices memiliki jam kerja secara bergantian dalam 2 shift, shift 1 dimulai
pukul 08.00–20.00 WITA, dan shift 2 dimulai pukul 20.00–08.00 WITA.
Contoh yang akan dianlisis pada laboratorium enviromental berasal dari
perusahaan swasta. Pada umumnya dari contoh yang akan dianalisa parameternya
tergantung dari permintaan pelanggan, tidak selalu dianalisa semua parameternya.
Analisa batubara terdiri dari trace element, Element minor dan mayor. Analisa
element mayor meliputi Arsen (As), Selen (Se), Antimony (Sb), Boron (B),
Merkuri (Hg), Florin (F), Klorin (Cl), sedangkan analisa minor meliputi Kadmium
(Cd), Plumbum (Pb), Berelium (Be), Barium (Ba), Vanadium (V), Molibdenum
(Mo), Kobalt (Co), Krom (Cr), Tembaga ( Cu), Mangan (Mn), Nikel (Ni), Seng
(Zn), Stonsium (Sr), Magnesium (Mg), Titanium (Ti), Perak (Ag). Parameter
analisa tanah meliputi pH dan konduktivitas (pH, EC), Net Acid Generation
(NAG), Acid Neutralising Capacity (ANC). Total Sulfur (TS), Maximum
Potential Acid (MPA), Net Acid Production Potential (NAPP), dimana NAPP =
MPA – ANC. Analisa air terdiri dari total logam dalam air, meliputi besi (Fe),
Mangan (Mn), Mangnesium (Mg), Kadmiun (Cd), Plumbum (Pb), parameter
Total Suspensi Solid (TSS), pH, dan conductivity.
Di laboratorium enviromental terdapat berbagai macam alat seperti:
peralatan gelas, neraca analitik, stopwatch, flowmeter, seperangkat alat
safety,waterbatch, tungku pembakaran (furnace), tungku (mukkle), thermocouple,
oven, tube furnace (untuk analisa total sulfur), cawan perahu yang terbuat dari
refraktori bebas besi, pH meter, serta beberapa alat instrumentasi diantaranya
seperangkat alat bomb calorimeter, dan lain-lain. Laboratorium ini juga
dilengkapi rak contoh dan setiap contoh yang akan dianalisa dan diberi kode.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses untuk mendapatkan hasil
yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan, antara lain :
a. Faktor manusia
b. Kondisi lingkungan
c. Metode pengujian dan kalibrasi dan validasi metode
d. Peralatan

PT. Geoservices 9
Politeknik Negeri Samarinda

e. Kemampuan pengukuran
f. Pengambilan contoh
g. Penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi

Hasil analisis yang benar dan dapat dipercaya ialah hasil yang akurat dengan
presisi tinggi. Proses sampling dan presisisampel menghasilkan kurang lebih 80%
dan presisi yang dihasilkan dari proses analisa sebesar 20%. Untuk mendapatkan
presisi tinggi pada proses sampling dan presisi sampel, divisi laboratorium
enviromental selalu mengikuti standar yang ada baik berupa SNI maupun EGI.

PT. Geoservices 10
Politeknik Negeri Samarinda

BAB III
TINJAUAN PUATAKA

3.1 Pengertian Batubara


Batubara adalah batuan atau mineral yang secara kimia dan fisika bersifat
heterogen yang mengandung unsur-unsur Karbon, Hidrogen dan Oksigen sebagai
unsur utama serta Belerang dan Nitrogen sebagai unsur tambahan. Komponen
lainnya berupa senyawa anorganik pembentuk abu yang tersebar dari partikel zat
mineral secara terpisah dalam batubara.
Beberapa teori definisi batubara yaitu :
1. Kamus besar bahasa Indonesia dalam edisi yang kedua pada tahun 1995
memberikan pengertian batubara sebagai berikut :
“Batubara adalah arang yang diambil dari dalam tanah yang berasal dari
tumbuhan darat dan tumbuhan air yang telah menjadi batu.“
2. Thiesse (1974)
”Batubara adalah suatu benda padat yang kompleks, terdiri dari
bermacam-macam unsur yang mewakili beberapa komponen kimia,
dimana hanya sedikit dari komponen kimia tersebut homogen, tetapi
hampir semua berasal dari sisa-sisa tanaman. Sisa-sisa tanaman tersebut
sangat kompleks, terdiri dari bermacam-macam tissue dimana tiap tissue
terdiri dari beberapa sel. Dengan sendirinya akan berkomposisi sejumlah
komponen kimia dalam pengertian yang bervariasi.“
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian Thiesse terhadap batubara
adalah suatu benda padat organik yang mempunyai komposisi kimia
yang sangat rumit.
3. Speckman (1958)
“Batubara adalah suatu benda padat karbonan berkomposisi maceral.
Dengan melihat definisi diatas, berarti pengertian batubara termasuk
semua batubara dari semua derajat batubara (rank) yang diawali dari
gambut, lignit, subtuminous, bituminous, semiantrasit, antrasit,

PT. Geoservices 11
Politeknik Negeri Samarinda

metaantrasit, dan grafit.“


4. The International Hand Book Of Coal Petrography dalam penerbitannya
yang kedua pada tahun 1963.
“Batubara adalah batuan sedimen yang mudah terbakar, terbentuk dari
sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan diikuti oleh proses
kompaksi dan terkubur dalam cekungan-cekungan yang diawali pada
kedalaman yang tidak terlalu dangkal.”
5. Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
“Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian
umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk
melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen.”

Dari kelima definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa batubara adalah batuan sedimen karbon yangmudah terbakar
dan terbentuk oleh akumulasi sisa-sisa tanaman bersama hasil dekomposisinya
yang terawetkan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas
serta tekanan yang telah berlangsung lama dan menjadi kaya akan unsur karbon
dengan proses diagenesis.

3.2 Proses Pembentukan Batubara


Tanpa memandang perbedaan antara batubara yang satu dengan yang
lainnya, dapat dikatakan semua batubara adalah merupakan hasil dari suatu proses
yang sama. Kebanyakan batubara didunia ini terbentuk beberapa juta tahun yang
lalu, yang menurut para ahli geologi disebut zaman batubara (coal age). Ada dua
periode zaman batubara tersebut, yang pertama zaman pra-tertier yang dimulai
345 juta tahun yang lalu, yang kedua Era Eosen-Miosen yang dimulai sekitar 100
juta tahun yang lalu. Beberapa tahapan pembentuk batubara adalah sebagai
berikut:

PT. Geoservices 12
Politeknik Negeri Samarinda

1. Pembentukan Gambut (Peat)


Iklim bumi selama zaman batubara adalah tropis dan berjenis – jenis
tumbuhan yang tumbuh subur didearah rawa membentuk suatu hutan tropis.
Setelah banyak tumbuhan yang mati dan bertumpuk diatas tanah, makin lama
makin tebal sehingga menyebabkan sebagian dasar rawa turun secara
perlahan-lahan dan material tumbuhan tersebut diuraikan oleh bakteri dan
jamur. Tahap ini merupakan tahap awal dari deretan pembentuk batubara
(coalification) dan ditandai oleh reaksi biokimia yang luas. Selama penguraian
tumbuhan tersebut, protein, kanji, dan selulosa mengalami penguraian lebih
cepat bila dibandingkan dengan pengurain material berkayu (lignin) dan
bagian yang berlilin (kulit ari daun, dinding spora, dan tepung sari). Karena
itulah dalam batu bara yang muda masih terdapat ranting daun, spora biji dan
resin sebagai sisa tumbuhan.
Tergantung pada keadaan iklim, bagian tumbuhan itu terurai dibawah
kondisi aerob menjadi karbondioksida, air dan amoniak. Proses ini disebut
proses pembentukan humus (humification) dan sebagai hasilnya adalah
gambut (ini merupakan terjemahan dari peat, mungkin nama gambut diambil
dari nama kecamatan Gambut di Kalimantan Selatan karena disitu terdapat
peat). Ada dua teori yang menerangkan terjadinya penumpukan peat dalam
bentuk lapisan, yaitu :
a. Teori Insitu
Teori ini menanggap bahwa tumpukan sisa – sisa tumbuhan terjadi
dimana tumbuhan tersebut tumbuh. Sisa – sisa tumbuhan terakumulasi
pada rawa – rawa kamudian akan terjadi perubahan yang menghasilkan
sederetan batubara mulai dari peat hingga antrasit. Jenis batubara yang
terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata,
kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif lebih kecil. Batubara ini
didapatkan di Muara Enim (Sumatera Selatan).

b. Teori Drift
Teori ini menyatakan bahwa penumpukan sisa – sisa tumbuhan terjadi

PT. Geoservices 13
Politeknik Negeri Samarinda

ditempat lain, karena mengalami pengangkutan oleh air dan terakumulasi


maka terjadi pengendapan di delta muara sungai tersebut, lalu
menghasilkan batubara Allochthonous. Jenis batubara yang terbentuk
dengan cara ini mempunyai penyebaran yang tidak luas, tetapi dijumpai
dibeberapa tempat, kaulitas kurang baik karena banyak mengandung
material pengotor yang tersangkut bersama selama proses pengangkutan
dari tempat asal tanaman ketempat hasil sedimentasi. Batubara ini banyak
didapatkan didelta mahakan (Kalimantan Timur) dan di Banjarmasin
(Kalimatan Selatan)

2. Pembentukan Lignit
Proses pembentukan gambut berlanjut tanpa menutupi endapan gambut
tersebut. Dibawah kondisi yang asam dengan dibebaskannya H2O, CH4 dan
sedikit CO2, terbentuklah material dengan rumus C65H4O30 atau ulmin yang pada
keadaan kering akan mengandung karbon 61,7%, hydrogen 0,3% dan oksigen
38%. Dengan berubahnya topografi daerah sekelilingnya, gambut menjadi
terkubur dibawah lapisan danau (slit) dan pasir yang diendapkan oleh sungai atau
rawa. Makin dalam terkubur makin dalam timbunan sedimen yang
menghimpitnya, sehingga tekanan pada lapisan gambut bertambah serta suhu baik
dengan jelas. Tahap ini dikenal sebagai tahap metamorfik.
Penutupan rawa gambut memberikan kesempatan pada bakteri untuk aktif dan
terjadinya penguraian dalam kondisi basa menyebabkan dibebaskan CO2,
deoksigenisasi dari ulmin, sehingga kandungan hydrogen dan karbon bertambah.
Tahap ini adalah tahap pembentukan lignit, yaitu suatu batubara rank rendah yang
mempunyai rumus perkiraan C79H6O14. Dalam keadaan kering lignit mengandung
karbon 80,4%, hydrogen 0,5% dan oksigen 19,1%.

3. Pembentukan Sub-bituminous Coal


Tahap ini merupakan proses dari pembentukan batubara, yaitu pengubahan
batubara bitumen dengan rank rendah menjadi batubara dengan rank pertengahan

PT. Geoservices 14
Politeknik Negeri Samarinda

dan batubara bitumen dengan rank tinggi. Selama tahap ini, kandungan hydrogen
akan tetap konstan dan oksigen turun.

4. Pembentukan Bituminous Coal


Pada tahap ini kandungan hydrogen akan turun dengan menurunya oksigen
secara perlahan-lahan sebelumnya. Produk sampingan dari tahap ketiga dan
keempat berupa CH4, CO2 dan mungkin H2O.

5. Pembentukan Antrasit
Pada tahap Antrasitisasi, oksigen hamper konstan sedangkan hydrogen turun
lebih cepat dibandingkan tahap-tahap sebelumnya. Proses pembentukan batubara
terlihat merupakan serangkaian reaksi kimia, kecepatan reaksi kimia ini dapat
diatur oleh suhu dan tekanan.

3.3 Reaksi Pembentukan Batubara


Batubara terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan yang sudah mati, komposisi
utama terdiri dari selulosa. Proses pembentukan batubara dikenal sebagai proses
pembatubaraan (coalification). Factor fisika dan kimia yang ada di alam akan
mengubah selulosa menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi
pembentukan batubara adalah sebagai berikut :
5C6H10O5 C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Selulosa Lignit gas metan

Keterangan :
 Selulosa (senyawa organic), merupakan senyawa pembentuk batubara.
 Unsur C pada lignit jumlahnya relative lebih sedikit dibandingkan jumlah
unsur C pada bitumina, semakin baik kualitasnya.
 Unsur H pada lignit jumlahnya relative banyak dibandingkan jumlah unsur
H pada bitumina, semakin banyak unsur H pada lignit semakin rendah
kualitasnya.

PT. Geoservices 15
Politeknik Negeri Samarinda

 Senyawa gas metan (CH4) pada lignit jumlahnya relative lebih sedikit
dibandingkan dengan bitumina, semakin banyak (CH4) lignit semakin baik
kualitasnya.

3.4 Sifat Batubara


Sifat batubara terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu :
1. Sifat Fisika
Sifat fisika dari batubara tergantung pada susunan kimia yang
membentuknya. Sifat-sifat fisika dari batubara saling berkaitan. Sifat-sifat
fisika tersebut meliputi :
a. Berat jenis
Berat jenis dari batubara berkisar 1,25 g/cm3, pertambahannya sesuai
dengan peningkatan derajat batubara. Mulai berat jenis batubara dari jenis
lignit (1,5 g/cm3) sampai batubara jenis bitumine (1,25 g/cm3) kemudian
naik pada batubara jenis antrasit (1,5 g/cm3).
Berat jenis dari batubara juga sangat tergantung dari jumlah dan jenis
mineral yang terkandung dalam suatu batubara, abu, dan kekompakkannya.
Berat jenis yang rendah menyebabkan sifat kebakaran yang baik.
b. Kekerasan
Kekerasan batubara berkaitan dengan struktur batubara yang ada. Keras
atau lemahnya batubara juga tergantung pada komposisi dan jenis dari
batubara tersebut.
c. Warna
Warna batubara bervariasi dari cokelat pada lignit menjadi hitam sampai
hitam legam pada antrasit. Hampir seluruh batubara jenis bitumine
merupakan perselingan antara batubara berwarna terang dan kusam.
d. Goresan
Goresan batubara berkisar antara terang sampai cokelat tua. Lignit
mempunyai goresan hitam keabuan dan batubara jenis bitumine mempunyai
warna goresan hitam.

PT. Geoservices 16
Politeknik Negeri Samarinda

e. Serpihan
Serpihan batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dari
sifat pemecahnya. Hal ini memperlihatkan sifat dan mutu dari suatu
batubara. Batubara dengan zat terbang tinggi cenderung membentuk
serpihan dalam bentuk persegi, balok atau kubus.

2. Sifat Kimia
Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dengan
peningkatan derajat batubara tersebut baik senyawa organik maupun
senyawa anorganik. Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Karbon
Karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan
peningkatan derajat batubaranya. Karbon bertambah sesuai naiknya derajat
batubara kira-kira 60-100%. Persentasinya akan lebih kecil pada lignit dan
akan menjadi besar pada antrasit bahkan hampir 100% dalam grafit. Unsur
karbon yang terkandung dalam batubara sangat penting peranannya sebagai
penghasil energi kalor.
b. Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berupa kombinasi alifatik dan
aromatik dan berangsur habis akibat evolusi tanaman. Kandungan hidrogen
dalam batubara jenis lignit berkisar antara 5-6%, sekitar 4,5-5,5% dalam
batubara jenis bitumine dan sekitar 3-3,5% dalam batubara jenis antrasit.
c. Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara berupa ikatan atau kelompok
hidroksil, karboksil, metoksil dan karbonil yang tidak reaktif. Sebagaimana
dengan hidrogen, kandungan oksigen akan berkurang selama evolusi atau
pembentukan air dan karbon dioksida. Kandungan Oksigen dalam batubara
jenis lignit berkisar 20% atau lebih, dalam batubara bitumine berkisar antara
4-10% dan 1,5-2% dalam batubara jenis antrasit.

PT. Geoservices 17
Politeknik Negeri Samarinda

d. Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik.
Nitrogen terbentuk hampir seluruhnya dari protein tanaman asalnya yang
jumlahnya sekitar 0,5-3%. Batubara biasanya mengandung nitrogen lebih
banyak daripada batubara jenis lignit dan antrasit.
e. Sulfur
Sulfur dalam batubara terdapat sebagai sulfide besi yang sering disebut
sebagai senyawa pyritic sulphur. Sulfur dalam batubara biasanya berjumlah
kecil dan kemungkinan berasal dari protein tanaman asalnya yang diperkaya
bakteri sulfur.
Kehadiran sulfur dalam batubara biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam
beberapa hal mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi, seperti padapyritic
sulphur, organic sulphur dan sulphate sulphur. Pyritic sulphur biasanya
berjumlah 20-80% dari jumlah totalnya, yang biasanya berasosiasi dengan
konsentrasi sulfat selama prosespertumbuhannya. Endapan sulfat terutama
berupa kalsium dan besi mempunyai jumlah sulfat relatif lebih kecil dari
jumlah sulfur. Kehadiran sulfur sangat membahayakan proses pembakaran
karena dapat mengakibatkan polusit.

3.5 Klasifikasi Batubara


Batubara diklasifikasikan dalam berbagai tingkatan dari batubara cokelat
lunak sampai batubara lignit keras, kemudian batubara bituminous dan akhirnya
batubara antrasit. Adapun klasifikasi batubara menurut ASTM berdasarkan karbon
yang terikat dalam kandungan energinya, atas dasar ini batubara dibagi menjadi
empat kelas, yaitu:
1. Batubara Lignite
Merupakan batubara yang paling rendah kalorinya, diantara jenis ini
mengandung kadar air tinggi, kandungan karbon yang rendah. Pada waktu
pengeringan di udara akan hancur, berwarna hitam kecokelatan sampai cokelat
serta kandungan abu dan sulfur yang banyak.

PT. Geoservices 18
Politeknik Negeri Samarinda

2. Batubara Subbitumine
Merupakan batubara yang berwarna hitam gelap dan mempunyai kadar kalori
rendah.Sub-bituminus mengandung banyak air karenanya menjadi sumber panas
yang kurang efisien dibandingkan dengan bitumine.
3. Batubara Bitumine
Jenis batubara ini banyak ditemukan. Ciri-ciri batubara ini, berwarna hitam
mengkilat, mempunyai kadar kalori yang tinggi, mengandung karbon yang relatif
tinggi dan kandungan air, abu dan sulfur yang rendah. Batubara ini mudah
terbakar dan banyak mengeluarkan asap, bila dibakar dan memberi warna nyala
yang kuning.
4. Batubara Antrasite
Dari bermacam-macam batubara yang terjadi sebagai akibat perbedaan tingkat
tinggi yang dapat dicapai. Ciri-ciri dari antrasite yaitu keras, berwarna hitam
mengkilat dengan warna nyala biru, mengandung kalori yang tinggi, serta
kandungan air, abu dan sulfur yang rendah dan susah terbakar.

3.6 Kegunaan Batubara


Kegunaan batubara secara umum dapat dikelompokkan kedalam tiga
kelompok besar yaitu:
1. Sebagai Bahan Bakar Langsung
Batubara dapat digunakan secara langsung dalam bentuk padatan tanpa
melalui pengolahan, misalnya digunakan sebagai bahan bakar pada ketel uap,
industi pabrik semen dan pada industri-industri skala kecil.
2. Sebagai Bahan Bakar Tak Langsung
Sebelum digunakan sebagai sumber energi, batubara terlebih dahulu diproses
menjadi bentuk lain. Proses tersebut antara lain: Pencairan, yang menghasilkan
bahan bakar minyak. Gasifikasi, yang menghasilkan bahan bakar gas.
Karbonisasi, dimana hasil utama dari proses ini berupa kokas atau semi kokas
yang digunakan dalam bentuk bongkahan/briket sebagai bahan bakar pada industri
dan rumah tangga. Suspensi, menghasilkan Coal Water Fuel yang mempunyai

PT. Geoservices 19
Politeknik Negeri Samarinda

sifat mirip dengan bahan bakar minyak.


3. Bukan Sebagai Bahan Bakar
Pemanfaatan batubara bukan sebagai bahan bakar, misalnya pada industri
petrokimia, reduktor, karbon aktif dan elektroda.

3.7 Parameter Analisa Batubara


Kebanyakan analisa batubara adalah merupakan test empiris dan supaya
hasilnya dapat berarti, test tersebut harus dilakukan dengan benar sesuai dengan
metode standar yang telah di sebarluaskan. Pada waktu hasilnya dilaporkan,
metode standar yang dipakai harus jelas.
1. Total Moisture
Total moisture adalah jumlah keseluruhan kadar air yang terkandung di dalam
batubara, sebagaimana adanya di alam. Parameter ini sangat penting karena selain
dapat mempengaruhi jumlah total cargo, juga dipergunakan sebagai salah satu
pertimbangan dan proses penanganan selama produksi.
Dalam penetapannya, dapat dipergunakan metoda langsung (direct method)
ataupun metoda tidak langsung (indirect method), dengan melakukan determinasi
nilai free moisture dan residual moisture.
2. Analisis Proximate
Hasil dari analisa proximate member gambaran banyaknya senyawa organic
ringan (volatile matter) secara relative, zat organic tidak mudah menguap (fixed
carbon), kadar moisture dan zat organic (ash), sehingga mencakup keseluruhan
komponen batubara yakni batubara murni ditambah bahan-bahan pengotornya
(impurities). Analisa proximate merupakan cara mengevaluasi batubara yang
paling sederhana dan sangat banyak dikerjakan orang. Di dalam literature istilah
ash dan mineral (inorganic) matter digunakan secara sama, yang satu dapat
menggantikan yang lainnya. Padahal batubara itu “tidak mengandung ash” dan
ash adalah residu yang tertinggal setelah batubara dibakar. Ash berbeda dengan
banyaknya dan susunan kimia dari mineral matter batubara disebabkan karena
pemecahan termis dari mineral matter pada saat pemanasan. Analisa proximate

PT. Geoservices 20
Politeknik Negeri Samarinda

terdiri dari analisa moisture, Volatile Matter, Fixed Carbon dan ash.
A. Inherent Moisture
Inherent Moisture adalah moisture yang dianggap terdapat dalam rongga-
rongga kapiler dan pori-pori batubara yang relative kecil, yang mana dalam
kedalaman aslinya secara teori bahwa kondisi tersebut adalah kondisi dengan
tingkat kelembaban yang 100% serta pada suhu 30°C, karena sulitnya mengimulsi
kondisi batubara pada kedalaman aslinya, maka badan standarisasi menetapkan
kondisi pendekatan untuk dipergunakan pada metode standar pengujian di
laboratorium.
Standar internasional (ISO), British (BS), Australia (AS) dan Amerika
(ASTM) menetapkan bahwa kondisi pendekatan dipergunakan tersebut adalah
kondisi dengan tingkat kelembaban antar 96% sampai 97% dengan suhu 30°C.
B. Ash / Abu
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu, tetapi mengandung zat organic
yang berupa mineral. Abu merupakan residu anorganik hasil pembakaran
batubara, terdiri dari oksida logan seperti Fe2O3, MgO, Na2O, K2O, dan
sebagainya. Dan juga mengandung oksida-oksida non logan seperti SiO2, P2O5,
dan lain-lain.
Pembakaran batubara pada metode British Standard (BS) dan Australian
Standard (AS) dilakukan pada suhu 815°C dan dilakukan selam 3 jam dan
dianggap konstan. Pada metode ISO, pembakaran dilakukan dengan dua tahap
yaitu tahap pertama pembakaran dilakukan mulai dari suhu ruangan sampai pada
suhu 500°C selama satu jam, lantas ditahan selama 30 menit ( untuk brown coal
dan lignite harus ditahan selam satu jam), kemudian dilanjutkan sampai 815°C ±
10°C.
Pada ASTM, umumnya dilakukan pada suhu 715°C selama 4 jam, namun
pada batubara lama pembakaran biasa berkurang maupun bertambah tergantung
dari jenis batubara yang dianalisa.
Nilai kandungan abu suatu batubara selalu lebih kecil dari pada nilai
kandungan mineral-mineralnya, hal ini terjadi karena selama pembakaran telah

PT. Geoservices 21
Politeknik Negeri Samarinda

terjadi perubahan kimiawi pada batubara tersebut seperti menguapnya air Kristal,
karbon dioksida (CO2) dan oksida sulfur.
C. Volatile Matter / Zat Terbang
Zat terbang umunya terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti
hydrogen, karbon monoksida (CO) dan metan, tetapi kadang-kadang berisi gas-
gas yang tidak terbakar seperti CO2 dan air (H2O). jadi zat terbang merupakan
zat aktif yang menghasilkan energy / panas bila batubara dibakar. Kadar zat
terbang batubara berhubungan erat dengan derajat batubara dan merupakan salah
satu parameter di dalam klasifikasi batubara. Kadar zat terbang dipakai juga
sebagai parameter untuk memisahkan dan menentukan perbandingan batubara di
dalam proses blending utnuk menghasilkan kokas yang baik. Di samping itu zat
terbang berperan juga sebagai parameter :
- Mengestimasi hasil kokas selama proses karbonisasi berlangsung.
- Memilih peralatan yang sesuai dengan proses “combustion”.
- Memilih proses dan kondisi batubara untuk proses gasifikasi dan liquifikasi.
D. Fixed Carbon
Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam
material sisa setelah Volatile Matter dihilangkan. FC ini mewakili sisa penguraian
dari komponen organic batubara ditambah sedikit senyawa nitrogen, belerang,
hydrogen, dan mungkin oksigen yang terserap atau bersatu secara kimia.
Kandungan FC digunakan sebagai indeks hasil kokas dari batubara pada waktu
dikarbonisasikan atau sebagai suatu ukuran material padat yang dapat dibakar di
dalam peralatan pembakaran batubara setelah fraksi zat terbang (VM)
dihilangkan. FC ditentukan secara langsung denga rumus :

FC=100 % - % M - % A - % VM

3. Total Sulphur
Dalam batubara sulfur terdapat dari mineral carbon na ceous atau berupa
bagian dari mineral-mineral seperti sulfat dan sulfide, gas sulfur diosida (SO2)

PT. Geoservices 22
Politeknik Negeri Samarinda

yang terbentuk selama pembakaran merupakan polutan yang dapat mengganggu


ekosistem dibumi. Kandungan sulfur dalam coking coal tidak diinginkan karena
berakumulasi di dalam cairan panas sehingga memerlukan proses desulphurisasi.
Belerang atau sulfur batubara dapat terjadi dalam beberapa bentuk :
a. Sebagai sulfur organic, dimana sulfur terikat oleh senyawa hidrokarbon dalam
coal matter.
b. Sebagai mineral sulfide, disini sulfur berada dalam fraksi anorganik, misalnya
dalam pirit.
c. Sebagai mineral sulfat yang dihasilkan dari oksidasi mineral sulfide dengan
bantuan udara (besi sulfide → besi sulfat; kalsium sulfide → kaslium sulfat).
Bentuk sulphur pada batubara ada 3 macam, yaitu :
a) Pyritic
b) Sulphate
c) Organic

4. Calorific Value
Panas yang dilepaskan oleh batubara bila dibakar di udara merupakan besaran
yang sangat penting yang diperlukan dalam anilisis batubara. Energy yang
dibebaskan ini berasal dari adanya interaksi eksotermis senyawa hidrokarbon dan
oksigen. Material lainnya seperti moisture, nitrogen, sulfur dan zat mineral juga
mengalami perubahan kimia secara endotermis. Perubahan ini akan mengurangi
energi yang sebenarnya di dalam batubara.
Pada prakteknya dalam pembakaran, moisture ini menyebabkan kehilangan
panas yang digunakan untuk menguapkannya. Mineral juga merupakan suatu
sumber kehilangan panas, karna lempung dan karbonat-karbonat memerlukan
panas untuk memecahkan mineral tersebut. Tetapi mineral sulfur seperti pirit dan
markasit dapat menyumbangkan panas pembakaran pada panas total dari sampel.
Ada 2 macam nilai kalori yaitu :
- Nilai kalori net adalah nilai kalor pembakaran dimana semua air dihitung
dalam wujud gas.
- Nilai kalor gross adalah nilai kalor pembakaran di mana semua air dihitung

PT. Geoservices 23
Politeknik Negeri Samarinda

dalam wujud cair.


Nilai kalori dinyatakan pada MJ/Kg yang konsisten dengan sistem metrik. Di
USA nilai kalori dinyatakan dalam BTU/Lb. Sedangkan di Eropa dalam kcal/kg.
Berbagai unit yang berhubungan adalah :
1 MJ/Kg = 238.846 kcal/kg
1 Btu/lb = 1.8 kcal/kg.
5. Analisa Kandungan Mineral (Ash Analysis)
Salah satu sifat penting pada pemakaian batubara dalam industri adalah sifat
mineralnya pada proses pembakaran. Dengan mengetahui sifat dasar tersebut
proses pemakaian batubara dapat dirandang sedemikian rupa sehingga masalah
yang timbul dapat diantisipasi, misalnya pembuangan abu, fly ash dan cairan
kerak (slag). Staging adalah masalah yang timbul pada proses pembakaran
batubara di mana abu batubara meleleh dan membentuk kerak yang menempel
pada dinding dalam ruang pembakaran dan pipa-pipa superheater yang berjarak
renggang, dan sulit untuk dipisahkan.
6. Titik Leleh (Ash Fusion Temperature)
Ash Fusion Temperature (AFT) adalah analisi yang dapat menggambarkan
sifat pelelehan abu batubara yang diukur dengan mengamati perubahan bentuk
contoh abu yang telah dicetak berupa kerucut selama pemanasan bertahap.
Analisis biasanya dilakukan pada dua kondisi pemanasan, yaitu kondisi
oksidasi dan kondisi reduksi. Pada kondisi reduksi, pemanasan dilakukan dalam
tabung pembakaran yang dialiri oleh campuran 50% gas Hidrogen dan 50% gas
Karbondioksida, sedangkan pada kondisi oksidasi, pemanasan dilakukan dalam
tabung pembakaran yang dialiri oleh 100% gas Karbondioksida.
Pengamatan sifat pelelehan ini umumnya dilakukan pada suhu 900°C sampai
dengan suhu 1600°C. Pengamatan dicatat dan dilaporkan pada saat contoh abu
meleleh dan berubah menyerupai profil standar yang telah tersedia.
Analisis yang dilakukan pada kondisi oksidasi umumnya mendapatkan hasil
yang lebih tinggi dari pada yang dilakukan pada kondisi reduksi. Hal ini
tergantung dari kandungan komponen tersebut, sebagai contoh komponen besi

PT. Geoservices 24
Politeknik Negeri Samarinda

oksida yang mempunyai efek pelelehan yang berberda pada kondisi oksidasi
dengan pada kondisi reduksi.
Apakah itu AFT oksida atau reduksi yang dapat dipakai untuk mempredeksi
permasalahan yang mungkin timbul pada suatu instalasi, jawabannya adalah
tergantung dari bentuk operasi itu sendiri. Sebagai contoh, dalam kasus pabrik
penghasil gas, di mana kondisi reduksi terjadi di ruang pembakaran, maka AFT
reduksilah yang cocok digunakan, sebaliknya pada dasar Fixed Bed Furnace, di
mana udara pembakaran mengalir dari bawah ke atas, kondisinya ialah oksidasi,
sehingga AFT oksidasilah yang cocok. Dalam kasus pembakaran Pulverized Fuel,
keadaannya berbeda dan tidak menentu. Pada nyala pembakaran, kondisinya agak
oksidasi tergantung dari banyaknya kelebihan udara yang dialirkan. AFT sangat
dipengaruhi oleh komposisi abu (ash analysis) :
a. Apabila komposisi abu semakin mendekati Al2O3.SiO2 (rasio Al2O3/SiO2 = 1 :
1,18), semakin sulitlah untuk meleleh. Artinya Flow Temperaturenya, tinggi
dan rentang suhu lelehnya kecil.
b. CaO.MgO, dan Fe2O3 bersifat agak melelehkan, sehingga akan menurunkan
AFT, terutama apabila mengandung kelebihan SiO2.
c. FeO, Na2O, dan K2O mempunyai kemampuan untuk menurunkan AFT yang
sangat kuat.
d. Kandungan sulfur yang tinggi menurunkan suhu Initial Deformation dan
memperlebar rentang suhu lelehnya ( Flow-Initial deformation).

Batubara yang abunya memiliki AFT yang tinggi (Initial deformation >
1350°C), sangat cocok dipergunakan pada operasi dengan system penanganan /
pembuangan abu berupa padatan kering (Dry Bottom Boiler), sedangkan batubara
yang abunya memiliki AFT rendah (Flow < 1300°C) sangat cocok dipergunakan
pada operasi dengan system penanganan / pembuangan abu berupa lelehan (Wet
Bottom Bioler).
Pada umumnya tungku dirancang untuk menangani batubara yang abunya
berupa padatan (serbuk) kering, namun demikian tungku dapat dirancang sesuai
dengan sifat jenis batubra yang akan dipergunakan.

PT. Geoservices 25
Politeknik Negeri Samarinda

AFT bukanlah faktor aditif, artinya batubara yang AFT-nya tinggi tidak bias
dicampurkan dengan batubara yang AFT-nya rendah, untuk mendapatkan
batubara yang sesuai.
Pada umumnya sangat sulit untuk mereproduksi hasil Flaw dan Initial
Deformation yang baik. Berat contoh abu batubara yang diperlukan untuk
penetapan ini ± 1 gram.

7. Analisa Ultimate
a. Penentuan Karbon dan Hidrogen
Untuk menentukan karbon dan hydrogen ada dua cara yang diajukan oleh
ISO, yaitu cara Liebig dan metode suhu tinggi. Dalam cara Liebig sebanyak 0,2 –
0,3 g sampel batubara halus dibakar bersama gas oksigen murni pada suhu 800°C.
Gas yang terbentuk dialirkan melalui tembaga oksida, air yang terbentuk diabsorsi
oleh magnesium perklirat sedangkan karbondioksida diabsorsi oleh soda asbestos.
Agar penentuan ini memiliki ketelitian yang tinggi, maka dalam cara ini dipasang
pula sederetan tabung absorsi. Sulfur oksid akan diabsorsi oleh timbale kromat,
klor oleh silver guaze dan nitrogen oksid mangan oksida.
Dalam cara yang lain, yaitu metode suhu tinggi di mana ditimbang 0,5 g
sampel batubara halus dan dipanaskan pada suhu 1350°C dalam oksigen yang
telah dimurnikan. Gas klor dan sulfur oksid ditahan oleh silver guazw, air
diabsorsi dalam magnesium perklorat, dan karbondioksida diabsorsi dalam soda
soda asbestos. Pada suhu 1350°C ini, nitrogen oksida tidak terbentuk sehingga
tidak memerlukan tabung absorsi berisi manganoksida.
Untuk penentuan karbon dan hydrogen dalam batubara yang mempunyai rank
rendah digunakan cara Liebih, karena batubara yang mengandung banyak volatil
metter dapat meledak bila dipanaskan sampai suhu tinggi.
b. Penentuan Nitrogen
Nitrogen dalam batubara hanya terdapat sebagai senyawa organic. Tidak
dikenal adanya mineral pembawa nitrogen dalam batubara, hanya ada beberapa
senyawa nitrogen dalam air kapiler, terutama dalam batubara muda.

PT. Geoservices 26
Politeknik Negeri Samarinda

Prinsip penentuan nitrogen dalam batubara semuanya menggunakan cara


Kjeldhal. Prinsipnya, nitrogen diubah menjadi ammonium sulfat dengan cara
mendestruksi zat organic pembawa nitrogen dalam batubara. Dalam cara ini
digunakan asam sulfat dan katalisator. Banyaknya ammonium sulfat yang
terbentuk ditentukan dengan cara titrimetri.

3.8 Kandungan Batubara


Secara kimia, batubara tersusun atas tiga komponen utama yaitu :
1. Air yang tersusun secara fisika, dapat dihilangkan pada suhu 105 °C
disebut moisture.
2. Senyawa batubara atau coal matter yaitu senyawa organik yang
terutama, terdiri atas atom karbon, hidrogen, oksigen, sulfur dan
nitrogen.
3. Zat mineral atau mineral matter, yaitu suatu senyawa anorganik.

Skema susunan kimia batubara :


1. Moisture
Moisture paling sedikit terdiri atas satu senyawa tunggal, berbentuk
air yang dapat mengalir dalam batubara, senyawa teradsorpsi atau
sebagai senyawa yang terikat secara kimia. Moisture didefenisikan
sebagai air yang dapat dihilangkan bila batubara dipanaskan sampai
temperatur 105 oC. Semua batubara mempunyai pori-pori berupa pipa
kapiler. Dalam keaadaan alami pori-pori ini dipenuhi air. Di dalam
standar ASTM air ini disebut moisture bawaan.
Jenis – jenis moisture dalam analisis batubara adalah :
1) Total moisture ( TM )
2) Free moisture (FM)
3) Residual moisture (RM)
4) Equilibrium moisture (EQM)
5) Moisture in the analis sample (Mad)

PT. Geoservices 27
Politeknik Negeri Samarinda

Penyebutan istilah moisture dalam standar batubara yang ada kadang-


kadang berbeda, hal ini sering ditemukan dalam pembuatan sertifikat. Untuk
penyebutan moisture pada sampel yang dianalisis dalam analisis proksimat,
orang menyebutnya sebagai moisture bawaan.

2. Zat Mineral
Zat mineral terdiri atas komponen-komponen yang dapat dibedakan secara
kimia dan fisika. Zat mineral terdiri atas ash (yang sering diterjemahkan
menjadi abu, padahal tidak sama dengan abu dalam istilah sehari-hari) dan zat
organik yang mudah menguap. Apabila batubara dibakar akan berbentuk ash
yang terdiri atas berbagai oksida logam pembentuk batuan. Sedangkan zat
anorganik yang mudah menguap akan pecah menjadi gas karbon dioksida,
sulfur, dan air yang menguap dari lempung. Material anorganik mineral bukan
karbonat yang merupakan bagian dari struktur tumbuhan, adalah zat mineral
bawaan didalam batubara yang presentasenya relatif kecil. Zat mineral dari
luar kemungkinan berasal dari debu atau serpih yang terbawa air atau yang
larut dalam air selama pembentukan gambut atau tahapan selanjutnya dari
pembentukan batubara persentasenya lebih besar dan bervariasi baik jumlah
maupun susunan. Mineral yang terdapat dalam batubara adalah kaolin,
lempung, pirit dan kalsit. Semua mineral itu akan mempertinggi silicon oksida
dan berbagai senyawa silicon lainnya.

3. Senyawa Batubara
Senyawa batubara terdiri atas zat organik yang mudah menguap (volatile
matter) dan fixed carbon. Zat organik yang mudah menguap kebanyakan
tersusun atas:
1) Gas-gas yang dapat terbakar seperti hidrogen
2) Uap yang dapat mengembun seperti tar
3) Uap seperti karbon dioksida dan air

Kandungan volatile matter merupakan gabungan zat organik dan


anorganik yang mudah menguap dan berkaitan sekali dengan peringkat

PT. Geoservices 28
Politeknik Negeri Samarinda

batubara dan merupakan parameter yang penting dalam mengklasifikasikan


batubara.Fixed carbon merupakan residu yang tersisa setelah moisture dan
volatile matter dihilangkan.

4. Sifat-Sifat Lainnya
Banyak sekali sifat-sifat dari batubara selain moisture, zat mineral dan
kandungan hirokarbon, yang ingin diketahui kuantitasnya karena diperlukan
untuk hal-hal tertentu. Sifatnya adalah kalor dan nilai panas (specific energy
dan caloric energy), sifat-sifat ash (suhu leleh ash atau fusion temperature,
susunan ash atau ash composition), sifat serta kandungan unsur klor dan
fosfor. Setelah free moisture dihilangkan dengan jalan dianginkan, maka
batubara yang telah kering udara tersebut dianalisis terhadap hampir semua
parameter batubara dan dilaporkan dalam air dried basis atau basis kering
udara. Apabila parameter tersebut ingin dilaporkan dalam basis lain, misalnya
dalam basis kering atau dry basys dan dalam basis basah atau wet basys, bebas
ash sehingga seolah-olah batubara itu tidak mengandung moisture (db) dan
ash, maka kita dapat menghitungnya dari basis adb dengan syarat persentase
moisture dalam sampel yang dianalisis dan kandungan ash contentnya sudah
diketahui.

PT. Geoservices 29
Politeknik Negeri Samarinda

DAFTAR PUSTAKA

Arbie, Yakub. 2000. Pengarang tentang kualitas batubara. Bandung : Januari

Cotton and Wilkson. 2009. Kimia Dasar Anorganik. UI Press. Jakarta.

Darnomo. 1995. Logam Dalam Sistem Mahluk Hidup. UI Press. Jakarta

Dedina, J.; Tsalev, D., 1995, Hydride Generation Atomic Absorption


Spectrometry, John Wiley & Sons, New York.

Kristianto, Ratta: Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada PT.


GEOSERVICES (Ltd): 2005

PT. Geoservices (Ltd) ; Kualitas Batubara dan Pengujiannya ; Balikpapan


Kalimantan Timur ; 2009

PT. Geoservices (Ltd). Coal Analysis & Basis ; Balikapapan Kalimantan Timur ;
2009

Purba, Michael. 2000. Kimia Analisa Batubara. 2000. Jakarta: Erlangga.

Rumidi, Sukandar. Batubara dan Gambut. Gadjah Mada Univ. Press, 1995.

Syahrir, Muh ; Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada PT. Geoservices
(Ltd) Balikpapan Kalimantan Timur, 2010.

Untung, dkk 2008. Laporan PRAKERIN di PT. Geoservices (Ltd). Analisa


Batubara. Sanga – sanga, Samarinda, Kalimantan Timur.

PT. Geoservices 30

Anda mungkin juga menyukai