Laporan PKL UMUM
Laporan PKL UMUM
BAB I
PENDAHULUAN
PT. Geoservices 1
Politeknik Negeri Samarinda
PT. Geoservices 2
Politeknik Negeri Samarinda
PT. Geoservices 3
Politeknik Negeri Samarinda
BAB II
TINJAUAN UMUM PT. GEOSERVICES
PT. Geoservices 4
Politeknik Negeri Samarinda
PT. Geoservices 5
Politeknik Negeri Samarinda
lain.
Baru pada tahun 1982 PT. Geoservices membangun sebuah laboratorium
analisa khusus untuk tambang batubara. Laboratorium yang dibangun merupakan
yang pertama milik swasta, yang dikomersilkan di Indonesia. Ketika invertasi di
bidang bisnis batubara semakin ramai, PT. Geoservices pun melengkapi diri
dengan sebuah laboratorium di Balikpapan, Samarinda, Banjarbaru, Kotabaru.
Dalam hal itu laboratorium analisis juga dikembangkan dan dilengkapi dengan
berbagai alat baru serta canggih, yang memungkinkan dilakukannya uji analisa
hasil tambang dan mineral lainnya di Balikpapan, Samarinda, dan Banjarbaru.
Juga produk-produk industri migas dan petrochemical selain berfungsi
sebagai laboratorium penganalisa tambang batubara. Kegiatan bisnis dan industri
semakin meningkat, PT. Geoservices dituntut mampu melayani semua
perkembangan tersebut.Tahun 1989 PT. Geoservices melangkah lagi dengan
mengembangkan sebuah pelayanan jasa dibidang marine survey, yang berada di
bawah divisi marine.
Dalam pekerjaan ini, PT. Geoservices melakukan pemeriksaan terhadap
semua komoditi melalui: Draft Survey, Towing & Lashing Survey, On/Off Hire
Survey, Valuation Survey, Cargo Compartment survey, Insurance Survey, Marine
Consultancy, Ship Tank, Calibration Survey, Hatch Cleanliness Survey, Tally and
Cargo Condition/Damage Survey, Weightment and Measurement Survey, Stowage
and Deck cargo Lashing, Loading and Discharging Supervision, Sounding,
Ullange dan Bunker Survey, Migas dan Petrochemical Survey.
Pekerjaan divisi marine dengan semua jasanya berkembang cepat
mendorong dibukanya cabang-cabang untuk pelayanan jasa tersebut di daerah-
daerah terpencil. Pada tahun 1990, divisi marine membuka cabang di Samarida,
Balikpapan dan Kotabaru. Aktivitas divisi ini terus berkembang, tidak hanya
terbatas pada pengawasan dan pemeriksaan secara visual, tetapi testing di
lapangan pun dilakukan dengan ketetapan dan ketelitian.
Dalam perkembangan selanjutnya, pekerjaan marine survey untuk bidang-
bidang lain terus berkembang dan berlangsung dengan intensitas dan cakupan
PT. Geoservices 6
Politeknik Negeri Samarinda
yang semakin luas. Ratusan petugas PT. Geoservices telah dipersiapkan dan
tersebar di tempat-tempat lain guna melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan
dalam kegiatan survey. Di kapal-kapal, pelabuhan atau tempat-tempat tertentu,
PT. Geoservices menempatkan petugas untuk melakukan sampling, pengawasan
dan pemeriksaan terhadap barang yang akan diserahkan kepada pembeli. Tidak
terkecuali barang apapun yang ditransaksikan, PT. Geoservices membantu
mengurangi resiko pihak-pihak yang terlibat melalui jasa survey yang
dilaksanakan mulai dari proses produksi sampai pemuatan ke atas alat angkut
darat, laut maupun udara.
PT. Geoservices melayani permintaan survey bermacam-macam hasil
komoditi primer maupun sekunder, dengan menggunakan acuan berbagai macam
standar perdagangan nasional maupun internasional, seperti ICC Ruler,
Internasional Contract, Incoterms, atau standar pengapalan seperti The Charter
Act 1893, Merchan Shippin Act 1894, British Cog 1924, Transport of Goods 1980
maupun standar teknik seperti ASTM, APL, ISO, DLJIS, AOAC, NKK dan
sebagainya. Standar-standar tersebut merupakan acuan sehari-hari bagi
pelaksanaan tugas survey yang dilaksanakan PT. Geoservices.
Dalam hal kombinasi jasa, PT. Geoservices melaksanakan pemeriksaan
kualitas testing di lapangan dengan tingkat kecermatan yang tingggi, antara
CargoSuperintending/Marine Survey dengan laboratorium di lapangan (On-Site
Quality Control Laboratories). Pada akhirnya semua kepercayaan yang datang
dari berbagai pihak ditanggapi PT. Geoservices dengan selalu bekerja berdasarkan
motto: “Kecepatan pelayanan selalu siap dan tepat waktu serta selalu menjaga
rahasia klien sesuai norma-norma dan etika surveyor yang terpercaya”.
PT. Geoservices 7
Politeknik Negeri Samarinda
4. Laboratorium Mineral
B. Eksplorasi
1. Geologi
2. Geofisika
3. Kartografi, Komputer, dan Core Storage
C. Enginering
1. Geothermal
2. Pemboran Mineral
3. Geoteknik dan Pemboran Air
4. Enginering
D. Survey
1. Marine Survey
2. Survey Pemetaan
3. Marine Inspection
4. Cargo Superintendence and Inspection
5. Appraisal
6. Inspection and Witnessing
7. Insurance Survey
8. Technical Consultancy
9. Non-Destructive Testing (NTD)
10. Warehouse Management
11. Petroleum and Petrochemical Services
PT. Geoservices 8
Politeknik Negeri Samarinda
Geoservices memiliki jam kerja secara bergantian dalam 2 shift, shift 1 dimulai
pukul 08.00–20.00 WITA, dan shift 2 dimulai pukul 20.00–08.00 WITA.
Contoh yang akan dianlisis pada laboratorium enviromental berasal dari
perusahaan swasta. Pada umumnya dari contoh yang akan dianalisa parameternya
tergantung dari permintaan pelanggan, tidak selalu dianalisa semua parameternya.
Analisa batubara terdiri dari trace element, Element minor dan mayor. Analisa
element mayor meliputi Arsen (As), Selen (Se), Antimony (Sb), Boron (B),
Merkuri (Hg), Florin (F), Klorin (Cl), sedangkan analisa minor meliputi Kadmium
(Cd), Plumbum (Pb), Berelium (Be), Barium (Ba), Vanadium (V), Molibdenum
(Mo), Kobalt (Co), Krom (Cr), Tembaga ( Cu), Mangan (Mn), Nikel (Ni), Seng
(Zn), Stonsium (Sr), Magnesium (Mg), Titanium (Ti), Perak (Ag). Parameter
analisa tanah meliputi pH dan konduktivitas (pH, EC), Net Acid Generation
(NAG), Acid Neutralising Capacity (ANC). Total Sulfur (TS), Maximum
Potential Acid (MPA), Net Acid Production Potential (NAPP), dimana NAPP =
MPA – ANC. Analisa air terdiri dari total logam dalam air, meliputi besi (Fe),
Mangan (Mn), Mangnesium (Mg), Kadmiun (Cd), Plumbum (Pb), parameter
Total Suspensi Solid (TSS), pH, dan conductivity.
Di laboratorium enviromental terdapat berbagai macam alat seperti:
peralatan gelas, neraca analitik, stopwatch, flowmeter, seperangkat alat
safety,waterbatch, tungku pembakaran (furnace), tungku (mukkle), thermocouple,
oven, tube furnace (untuk analisa total sulfur), cawan perahu yang terbuat dari
refraktori bebas besi, pH meter, serta beberapa alat instrumentasi diantaranya
seperangkat alat bomb calorimeter, dan lain-lain. Laboratorium ini juga
dilengkapi rak contoh dan setiap contoh yang akan dianalisa dan diberi kode.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses untuk mendapatkan hasil
yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan, antara lain :
a. Faktor manusia
b. Kondisi lingkungan
c. Metode pengujian dan kalibrasi dan validasi metode
d. Peralatan
PT. Geoservices 9
Politeknik Negeri Samarinda
e. Kemampuan pengukuran
f. Pengambilan contoh
g. Penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi
Hasil analisis yang benar dan dapat dipercaya ialah hasil yang akurat dengan
presisi tinggi. Proses sampling dan presisisampel menghasilkan kurang lebih 80%
dan presisi yang dihasilkan dari proses analisa sebesar 20%. Untuk mendapatkan
presisi tinggi pada proses sampling dan presisi sampel, divisi laboratorium
enviromental selalu mengikuti standar yang ada baik berupa SNI maupun EGI.
PT. Geoservices 10
Politeknik Negeri Samarinda
BAB III
TINJAUAN PUATAKA
PT. Geoservices 11
Politeknik Negeri Samarinda
Dari kelima definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa batubara adalah batuan sedimen karbon yangmudah terbakar
dan terbentuk oleh akumulasi sisa-sisa tanaman bersama hasil dekomposisinya
yang terawetkan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas
serta tekanan yang telah berlangsung lama dan menjadi kaya akan unsur karbon
dengan proses diagenesis.
PT. Geoservices 12
Politeknik Negeri Samarinda
b. Teori Drift
Teori ini menyatakan bahwa penumpukan sisa – sisa tumbuhan terjadi
PT. Geoservices 13
Politeknik Negeri Samarinda
2. Pembentukan Lignit
Proses pembentukan gambut berlanjut tanpa menutupi endapan gambut
tersebut. Dibawah kondisi yang asam dengan dibebaskannya H2O, CH4 dan
sedikit CO2, terbentuklah material dengan rumus C65H4O30 atau ulmin yang pada
keadaan kering akan mengandung karbon 61,7%, hydrogen 0,3% dan oksigen
38%. Dengan berubahnya topografi daerah sekelilingnya, gambut menjadi
terkubur dibawah lapisan danau (slit) dan pasir yang diendapkan oleh sungai atau
rawa. Makin dalam terkubur makin dalam timbunan sedimen yang
menghimpitnya, sehingga tekanan pada lapisan gambut bertambah serta suhu baik
dengan jelas. Tahap ini dikenal sebagai tahap metamorfik.
Penutupan rawa gambut memberikan kesempatan pada bakteri untuk aktif dan
terjadinya penguraian dalam kondisi basa menyebabkan dibebaskan CO2,
deoksigenisasi dari ulmin, sehingga kandungan hydrogen dan karbon bertambah.
Tahap ini adalah tahap pembentukan lignit, yaitu suatu batubara rank rendah yang
mempunyai rumus perkiraan C79H6O14. Dalam keadaan kering lignit mengandung
karbon 80,4%, hydrogen 0,5% dan oksigen 19,1%.
PT. Geoservices 14
Politeknik Negeri Samarinda
dan batubara bitumen dengan rank tinggi. Selama tahap ini, kandungan hydrogen
akan tetap konstan dan oksigen turun.
5. Pembentukan Antrasit
Pada tahap Antrasitisasi, oksigen hamper konstan sedangkan hydrogen turun
lebih cepat dibandingkan tahap-tahap sebelumnya. Proses pembentukan batubara
terlihat merupakan serangkaian reaksi kimia, kecepatan reaksi kimia ini dapat
diatur oleh suhu dan tekanan.
Keterangan :
Selulosa (senyawa organic), merupakan senyawa pembentuk batubara.
Unsur C pada lignit jumlahnya relative lebih sedikit dibandingkan jumlah
unsur C pada bitumina, semakin baik kualitasnya.
Unsur H pada lignit jumlahnya relative banyak dibandingkan jumlah unsur
H pada bitumina, semakin banyak unsur H pada lignit semakin rendah
kualitasnya.
PT. Geoservices 15
Politeknik Negeri Samarinda
Senyawa gas metan (CH4) pada lignit jumlahnya relative lebih sedikit
dibandingkan dengan bitumina, semakin banyak (CH4) lignit semakin baik
kualitasnya.
PT. Geoservices 16
Politeknik Negeri Samarinda
e. Serpihan
Serpihan batubara memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dari
sifat pemecahnya. Hal ini memperlihatkan sifat dan mutu dari suatu
batubara. Batubara dengan zat terbang tinggi cenderung membentuk
serpihan dalam bentuk persegi, balok atau kubus.
2. Sifat Kimia
Sifat kimia dari batubara sangat berhubungan langsung dengan
peningkatan derajat batubara tersebut baik senyawa organik maupun
senyawa anorganik. Sifat kimia dari batubara dapat digambarkan sebagai
berikut:
a. Karbon
Karbon yang terdapat dalam batubara bertambah sesuai dengan
peningkatan derajat batubaranya. Karbon bertambah sesuai naiknya derajat
batubara kira-kira 60-100%. Persentasinya akan lebih kecil pada lignit dan
akan menjadi besar pada antrasit bahkan hampir 100% dalam grafit. Unsur
karbon yang terkandung dalam batubara sangat penting peranannya sebagai
penghasil energi kalor.
b. Hidrogen
Hidrogen yang terdapat dalam batubara berupa kombinasi alifatik dan
aromatik dan berangsur habis akibat evolusi tanaman. Kandungan hidrogen
dalam batubara jenis lignit berkisar antara 5-6%, sekitar 4,5-5,5% dalam
batubara jenis bitumine dan sekitar 3-3,5% dalam batubara jenis antrasit.
c. Oksigen
Oksigen yang terdapat dalam batubara berupa ikatan atau kelompok
hidroksil, karboksil, metoksil dan karbonil yang tidak reaktif. Sebagaimana
dengan hidrogen, kandungan oksigen akan berkurang selama evolusi atau
pembentukan air dan karbon dioksida. Kandungan Oksigen dalam batubara
jenis lignit berkisar 20% atau lebih, dalam batubara bitumine berkisar antara
4-10% dan 1,5-2% dalam batubara jenis antrasit.
PT. Geoservices 17
Politeknik Negeri Samarinda
d. Nitrogen
Nitrogen yang terdapat dalam batubara berupa senyawa organik.
Nitrogen terbentuk hampir seluruhnya dari protein tanaman asalnya yang
jumlahnya sekitar 0,5-3%. Batubara biasanya mengandung nitrogen lebih
banyak daripada batubara jenis lignit dan antrasit.
e. Sulfur
Sulfur dalam batubara terdapat sebagai sulfide besi yang sering disebut
sebagai senyawa pyritic sulphur. Sulfur dalam batubara biasanya berjumlah
kecil dan kemungkinan berasal dari protein tanaman asalnya yang diperkaya
bakteri sulfur.
Kehadiran sulfur dalam batubara biasanya kurang dari 4%, tetapi dalam
beberapa hal mempunyai konsentrasi yang lebih tinggi, seperti padapyritic
sulphur, organic sulphur dan sulphate sulphur. Pyritic sulphur biasanya
berjumlah 20-80% dari jumlah totalnya, yang biasanya berasosiasi dengan
konsentrasi sulfat selama prosespertumbuhannya. Endapan sulfat terutama
berupa kalsium dan besi mempunyai jumlah sulfat relatif lebih kecil dari
jumlah sulfur. Kehadiran sulfur sangat membahayakan proses pembakaran
karena dapat mengakibatkan polusit.
PT. Geoservices 18
Politeknik Negeri Samarinda
2. Batubara Subbitumine
Merupakan batubara yang berwarna hitam gelap dan mempunyai kadar kalori
rendah.Sub-bituminus mengandung banyak air karenanya menjadi sumber panas
yang kurang efisien dibandingkan dengan bitumine.
3. Batubara Bitumine
Jenis batubara ini banyak ditemukan. Ciri-ciri batubara ini, berwarna hitam
mengkilat, mempunyai kadar kalori yang tinggi, mengandung karbon yang relatif
tinggi dan kandungan air, abu dan sulfur yang rendah. Batubara ini mudah
terbakar dan banyak mengeluarkan asap, bila dibakar dan memberi warna nyala
yang kuning.
4. Batubara Antrasite
Dari bermacam-macam batubara yang terjadi sebagai akibat perbedaan tingkat
tinggi yang dapat dicapai. Ciri-ciri dari antrasite yaitu keras, berwarna hitam
mengkilat dengan warna nyala biru, mengandung kalori yang tinggi, serta
kandungan air, abu dan sulfur yang rendah dan susah terbakar.
PT. Geoservices 19
Politeknik Negeri Samarinda
PT. Geoservices 20
Politeknik Negeri Samarinda
terdiri dari analisa moisture, Volatile Matter, Fixed Carbon dan ash.
A. Inherent Moisture
Inherent Moisture adalah moisture yang dianggap terdapat dalam rongga-
rongga kapiler dan pori-pori batubara yang relative kecil, yang mana dalam
kedalaman aslinya secara teori bahwa kondisi tersebut adalah kondisi dengan
tingkat kelembaban yang 100% serta pada suhu 30°C, karena sulitnya mengimulsi
kondisi batubara pada kedalaman aslinya, maka badan standarisasi menetapkan
kondisi pendekatan untuk dipergunakan pada metode standar pengujian di
laboratorium.
Standar internasional (ISO), British (BS), Australia (AS) dan Amerika
(ASTM) menetapkan bahwa kondisi pendekatan dipergunakan tersebut adalah
kondisi dengan tingkat kelembaban antar 96% sampai 97% dengan suhu 30°C.
B. Ash / Abu
Batubara sebenarnya tidak mengandung abu, tetapi mengandung zat organic
yang berupa mineral. Abu merupakan residu anorganik hasil pembakaran
batubara, terdiri dari oksida logan seperti Fe2O3, MgO, Na2O, K2O, dan
sebagainya. Dan juga mengandung oksida-oksida non logan seperti SiO2, P2O5,
dan lain-lain.
Pembakaran batubara pada metode British Standard (BS) dan Australian
Standard (AS) dilakukan pada suhu 815°C dan dilakukan selam 3 jam dan
dianggap konstan. Pada metode ISO, pembakaran dilakukan dengan dua tahap
yaitu tahap pertama pembakaran dilakukan mulai dari suhu ruangan sampai pada
suhu 500°C selama satu jam, lantas ditahan selama 30 menit ( untuk brown coal
dan lignite harus ditahan selam satu jam), kemudian dilanjutkan sampai 815°C ±
10°C.
Pada ASTM, umumnya dilakukan pada suhu 715°C selama 4 jam, namun
pada batubara lama pembakaran biasa berkurang maupun bertambah tergantung
dari jenis batubara yang dianalisa.
Nilai kandungan abu suatu batubara selalu lebih kecil dari pada nilai
kandungan mineral-mineralnya, hal ini terjadi karena selama pembakaran telah
PT. Geoservices 21
Politeknik Negeri Samarinda
terjadi perubahan kimiawi pada batubara tersebut seperti menguapnya air Kristal,
karbon dioksida (CO2) dan oksida sulfur.
C. Volatile Matter / Zat Terbang
Zat terbang umunya terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti
hydrogen, karbon monoksida (CO) dan metan, tetapi kadang-kadang berisi gas-
gas yang tidak terbakar seperti CO2 dan air (H2O). jadi zat terbang merupakan
zat aktif yang menghasilkan energy / panas bila batubara dibakar. Kadar zat
terbang batubara berhubungan erat dengan derajat batubara dan merupakan salah
satu parameter di dalam klasifikasi batubara. Kadar zat terbang dipakai juga
sebagai parameter untuk memisahkan dan menentukan perbandingan batubara di
dalam proses blending utnuk menghasilkan kokas yang baik. Di samping itu zat
terbang berperan juga sebagai parameter :
- Mengestimasi hasil kokas selama proses karbonisasi berlangsung.
- Memilih peralatan yang sesuai dengan proses “combustion”.
- Memilih proses dan kondisi batubara untuk proses gasifikasi dan liquifikasi.
D. Fixed Carbon
Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam
material sisa setelah Volatile Matter dihilangkan. FC ini mewakili sisa penguraian
dari komponen organic batubara ditambah sedikit senyawa nitrogen, belerang,
hydrogen, dan mungkin oksigen yang terserap atau bersatu secara kimia.
Kandungan FC digunakan sebagai indeks hasil kokas dari batubara pada waktu
dikarbonisasikan atau sebagai suatu ukuran material padat yang dapat dibakar di
dalam peralatan pembakaran batubara setelah fraksi zat terbang (VM)
dihilangkan. FC ditentukan secara langsung denga rumus :
FC=100 % - % M - % A - % VM
3. Total Sulphur
Dalam batubara sulfur terdapat dari mineral carbon na ceous atau berupa
bagian dari mineral-mineral seperti sulfat dan sulfide, gas sulfur diosida (SO2)
PT. Geoservices 22
Politeknik Negeri Samarinda
4. Calorific Value
Panas yang dilepaskan oleh batubara bila dibakar di udara merupakan besaran
yang sangat penting yang diperlukan dalam anilisis batubara. Energy yang
dibebaskan ini berasal dari adanya interaksi eksotermis senyawa hidrokarbon dan
oksigen. Material lainnya seperti moisture, nitrogen, sulfur dan zat mineral juga
mengalami perubahan kimia secara endotermis. Perubahan ini akan mengurangi
energi yang sebenarnya di dalam batubara.
Pada prakteknya dalam pembakaran, moisture ini menyebabkan kehilangan
panas yang digunakan untuk menguapkannya. Mineral juga merupakan suatu
sumber kehilangan panas, karna lempung dan karbonat-karbonat memerlukan
panas untuk memecahkan mineral tersebut. Tetapi mineral sulfur seperti pirit dan
markasit dapat menyumbangkan panas pembakaran pada panas total dari sampel.
Ada 2 macam nilai kalori yaitu :
- Nilai kalori net adalah nilai kalor pembakaran dimana semua air dihitung
dalam wujud gas.
- Nilai kalor gross adalah nilai kalor pembakaran di mana semua air dihitung
PT. Geoservices 23
Politeknik Negeri Samarinda
PT. Geoservices 24
Politeknik Negeri Samarinda
oksida yang mempunyai efek pelelehan yang berberda pada kondisi oksidasi
dengan pada kondisi reduksi.
Apakah itu AFT oksida atau reduksi yang dapat dipakai untuk mempredeksi
permasalahan yang mungkin timbul pada suatu instalasi, jawabannya adalah
tergantung dari bentuk operasi itu sendiri. Sebagai contoh, dalam kasus pabrik
penghasil gas, di mana kondisi reduksi terjadi di ruang pembakaran, maka AFT
reduksilah yang cocok digunakan, sebaliknya pada dasar Fixed Bed Furnace, di
mana udara pembakaran mengalir dari bawah ke atas, kondisinya ialah oksidasi,
sehingga AFT oksidasilah yang cocok. Dalam kasus pembakaran Pulverized Fuel,
keadaannya berbeda dan tidak menentu. Pada nyala pembakaran, kondisinya agak
oksidasi tergantung dari banyaknya kelebihan udara yang dialirkan. AFT sangat
dipengaruhi oleh komposisi abu (ash analysis) :
a. Apabila komposisi abu semakin mendekati Al2O3.SiO2 (rasio Al2O3/SiO2 = 1 :
1,18), semakin sulitlah untuk meleleh. Artinya Flow Temperaturenya, tinggi
dan rentang suhu lelehnya kecil.
b. CaO.MgO, dan Fe2O3 bersifat agak melelehkan, sehingga akan menurunkan
AFT, terutama apabila mengandung kelebihan SiO2.
c. FeO, Na2O, dan K2O mempunyai kemampuan untuk menurunkan AFT yang
sangat kuat.
d. Kandungan sulfur yang tinggi menurunkan suhu Initial Deformation dan
memperlebar rentang suhu lelehnya ( Flow-Initial deformation).
Batubara yang abunya memiliki AFT yang tinggi (Initial deformation >
1350°C), sangat cocok dipergunakan pada operasi dengan system penanganan /
pembuangan abu berupa padatan kering (Dry Bottom Boiler), sedangkan batubara
yang abunya memiliki AFT rendah (Flow < 1300°C) sangat cocok dipergunakan
pada operasi dengan system penanganan / pembuangan abu berupa lelehan (Wet
Bottom Bioler).
Pada umumnya tungku dirancang untuk menangani batubara yang abunya
berupa padatan (serbuk) kering, namun demikian tungku dapat dirancang sesuai
dengan sifat jenis batubra yang akan dipergunakan.
PT. Geoservices 25
Politeknik Negeri Samarinda
AFT bukanlah faktor aditif, artinya batubara yang AFT-nya tinggi tidak bias
dicampurkan dengan batubara yang AFT-nya rendah, untuk mendapatkan
batubara yang sesuai.
Pada umumnya sangat sulit untuk mereproduksi hasil Flaw dan Initial
Deformation yang baik. Berat contoh abu batubara yang diperlukan untuk
penetapan ini ± 1 gram.
7. Analisa Ultimate
a. Penentuan Karbon dan Hidrogen
Untuk menentukan karbon dan hydrogen ada dua cara yang diajukan oleh
ISO, yaitu cara Liebig dan metode suhu tinggi. Dalam cara Liebig sebanyak 0,2 –
0,3 g sampel batubara halus dibakar bersama gas oksigen murni pada suhu 800°C.
Gas yang terbentuk dialirkan melalui tembaga oksida, air yang terbentuk diabsorsi
oleh magnesium perklirat sedangkan karbondioksida diabsorsi oleh soda asbestos.
Agar penentuan ini memiliki ketelitian yang tinggi, maka dalam cara ini dipasang
pula sederetan tabung absorsi. Sulfur oksid akan diabsorsi oleh timbale kromat,
klor oleh silver guaze dan nitrogen oksid mangan oksida.
Dalam cara yang lain, yaitu metode suhu tinggi di mana ditimbang 0,5 g
sampel batubara halus dan dipanaskan pada suhu 1350°C dalam oksigen yang
telah dimurnikan. Gas klor dan sulfur oksid ditahan oleh silver guazw, air
diabsorsi dalam magnesium perklorat, dan karbondioksida diabsorsi dalam soda
soda asbestos. Pada suhu 1350°C ini, nitrogen oksida tidak terbentuk sehingga
tidak memerlukan tabung absorsi berisi manganoksida.
Untuk penentuan karbon dan hydrogen dalam batubara yang mempunyai rank
rendah digunakan cara Liebih, karena batubara yang mengandung banyak volatil
metter dapat meledak bila dipanaskan sampai suhu tinggi.
b. Penentuan Nitrogen
Nitrogen dalam batubara hanya terdapat sebagai senyawa organic. Tidak
dikenal adanya mineral pembawa nitrogen dalam batubara, hanya ada beberapa
senyawa nitrogen dalam air kapiler, terutama dalam batubara muda.
PT. Geoservices 26
Politeknik Negeri Samarinda
PT. Geoservices 27
Politeknik Negeri Samarinda
2. Zat Mineral
Zat mineral terdiri atas komponen-komponen yang dapat dibedakan secara
kimia dan fisika. Zat mineral terdiri atas ash (yang sering diterjemahkan
menjadi abu, padahal tidak sama dengan abu dalam istilah sehari-hari) dan zat
organik yang mudah menguap. Apabila batubara dibakar akan berbentuk ash
yang terdiri atas berbagai oksida logam pembentuk batuan. Sedangkan zat
anorganik yang mudah menguap akan pecah menjadi gas karbon dioksida,
sulfur, dan air yang menguap dari lempung. Material anorganik mineral bukan
karbonat yang merupakan bagian dari struktur tumbuhan, adalah zat mineral
bawaan didalam batubara yang presentasenya relatif kecil. Zat mineral dari
luar kemungkinan berasal dari debu atau serpih yang terbawa air atau yang
larut dalam air selama pembentukan gambut atau tahapan selanjutnya dari
pembentukan batubara persentasenya lebih besar dan bervariasi baik jumlah
maupun susunan. Mineral yang terdapat dalam batubara adalah kaolin,
lempung, pirit dan kalsit. Semua mineral itu akan mempertinggi silicon oksida
dan berbagai senyawa silicon lainnya.
3. Senyawa Batubara
Senyawa batubara terdiri atas zat organik yang mudah menguap (volatile
matter) dan fixed carbon. Zat organik yang mudah menguap kebanyakan
tersusun atas:
1) Gas-gas yang dapat terbakar seperti hidrogen
2) Uap yang dapat mengembun seperti tar
3) Uap seperti karbon dioksida dan air
PT. Geoservices 28
Politeknik Negeri Samarinda
4. Sifat-Sifat Lainnya
Banyak sekali sifat-sifat dari batubara selain moisture, zat mineral dan
kandungan hirokarbon, yang ingin diketahui kuantitasnya karena diperlukan
untuk hal-hal tertentu. Sifatnya adalah kalor dan nilai panas (specific energy
dan caloric energy), sifat-sifat ash (suhu leleh ash atau fusion temperature,
susunan ash atau ash composition), sifat serta kandungan unsur klor dan
fosfor. Setelah free moisture dihilangkan dengan jalan dianginkan, maka
batubara yang telah kering udara tersebut dianalisis terhadap hampir semua
parameter batubara dan dilaporkan dalam air dried basis atau basis kering
udara. Apabila parameter tersebut ingin dilaporkan dalam basis lain, misalnya
dalam basis kering atau dry basys dan dalam basis basah atau wet basys, bebas
ash sehingga seolah-olah batubara itu tidak mengandung moisture (db) dan
ash, maka kita dapat menghitungnya dari basis adb dengan syarat persentase
moisture dalam sampel yang dianalisis dan kandungan ash contentnya sudah
diketahui.
PT. Geoservices 29
Politeknik Negeri Samarinda
DAFTAR PUSTAKA
PT. Geoservices (Ltd). Coal Analysis & Basis ; Balikapapan Kalimantan Timur ;
2009
Rumidi, Sukandar. Batubara dan Gambut. Gadjah Mada Univ. Press, 1995.
Syahrir, Muh ; Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada PT. Geoservices
(Ltd) Balikpapan Kalimantan Timur, 2010.
PT. Geoservices 30