Anda di halaman 1dari 9

GAMBARAN KADAR C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DIABETES

MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG (RS


UMM)

Description of Level C-Reactive Protein (CRP) Patients of Diabetes Melitus Type 2 in Hospital
Muhammadiyah University Malang (RS UMM) Papers Lailin Masfufah1,
Lenni Saragih2, Wiwik Agustina 3
1
Mahasiswa Program Studi D3 Teknologi Laboratorium Medis STIKes Maharani Malang
2
Dosen Ilmu Keperawatan Poltekkes Malang
3
Dosen Ilmu Keperawatan STIKes Maharani Malang
Email: lailinmasfufah@gmail.com

ABSTRAK

Diabetes Melitus (DM) merupakan keadaan hiperglikemia yang terjadi akibat resistensi
insulin dan jika tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan terjadinya komplikasi jantung.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar C-Reactive Protein (CRP) pada pasien diabetes
mellitus tipe 2 sebagai deteksi dini komplikasi DM.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan teknik kuota sampling. Sampel dalam
penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 yang menderita DM selama 1-10 tahun tidak
menderita infeksi lain, rutin terapi obat dan tidak turin terapi obat sebanyak 28 responden.

Hasil penelitian menunjukkan kadar CRP diatas normal sebanyak 8 sampel dari golongan
tidak rutin terapi. Tingginya kadar CRP dapat disebabkan karena respon inflamasi yang timbul
akibat komplikasi DM, sedangkan hasil yang negatif dapat disebabkan oleh reponden yang rutin
melakukan terapi. Selain itu hasil yang negatif juga disebabkan metode dan alat yang digunakan
sensitifitasnya relatif rendah sehingga tidak dapat mendeteksi kadar CRP yang rendah.

Hasil yang didapat dapat diketahui terjadi peningkatan kadar CRP pada pasien DM tipe 2
dari golongan tidak rutin terapi sebagai petanda adanya inflamasi. Penelitian selanjutnya dapat
menggunakan metode dan alat terbaru yang leboh sensitif dari aglusinasi CRP.

Kata Kunci: C-reactive Protein (CRP), Diabetes Melitus tipe 2, Rutin terapi dan tidak rutin terapi

1
PENDAHULUAN akibat penyakit jantung atau stroke.
Selain itu, orang dewasa yang menderita
Diabetes Melitus (DM) DM berisiko dua sampai empat kali
merupakan suatu penyakit penyakit lebih besar terkena penyakit jantung dari
metabolik dengan karakteristik pada orang yang tidak menderita DM
hiperglikemia yang terjadi karena (Bilous, 2015; NDEP, 2012).
kelainan sekresi insulin. DM bukan
merupakan penyakit menular dan Pada diabetes melitus
prevalensinya semakin meningkat dari penumpukan kadar gula darah
tahun ke tahun. Lebih dari 90% dari merupakan salah satu penyebabnya.
semua populasi diabetes adalah diabetes Insulin yang tidak terkontrol
melitus tipe 2 yang ditandai dengan meningkatkan konsentrasi gula darah
penurunan sekresi insulin karena dalam tubuh sehingga terjadilah
berkurangnya fungsi sel beta pankreas hiperglikemia. Hiperglikemia
secara progresif yang disebabkan oleh merupakan salah satu faktor terjadinya
resistensi insulin (Perkeni, 2011). asterosklerosis. Pada asterosklerosis sel
kekebalan yang berperan adalah
Secara global, pada tahun 2018, makrofag. Makrofag kemudian akan
400 juta orang menderita diabetes dan mensekresi sitokin. Dengan
prevalensinya diperkirakan akan terus meningkatnya sitokin ini maka hepar
meningkat dari tahun ke tahun. Provinsi akan merespon dengan mensintesis CRP
Jawa Timur pada tahun 2018 menempati (Nisa, 2016).
urutan 5 teratas di Indonesia (Rikesdas,
2018: 60), sedangkan prevalensi DM di C-reactive Protein (CRP)
Kota Malang menempati urutan ke-11 merupakan salah satu protein fase akut
tertinggi dari 38 kota dan kabupaten se- yang dihasilkan oleh hati dan
Jatim yaitu sebesar 2,3% (WHO, 2018; merupakan penanda (marker) inflamasi
Rikesdas, 2018). sistemik akut. Peningkatan kadar CRP
merupakan indikasi yang signifikan
Mortalitas dan morbiditas yang terhadap risiko terjadinya penyakit
terjadi pada penderita DM tidak secara kardiovaskular. Jika petanda inslamasi
langsung diakibatkan oleh ini dapat terdeteksi lebih awal maka
hiperglikemia, tetapi hal ini pada penderita DM tipe 2 maka
berhubungan dengan komplikasi yang pemberian terapi dapat segera diberikan
terjadi. Komplikasi makrovaskular sehingga dapat mencegah terjadinya
diabetes salah satunya adalah komplikasi (Kalma, 2018)
komplikasi kardiovaskular sebagai
akibat dari asterosklerosis yang BAHAN DAN METODE
merupakan penyebab utama mortalitas PENELITIAN
dan morbiditas secara global yang
dipengaruhi oleh DM tipe 2 (Nisa, Jenis penelitian ini adalah
2016). penelitian deskriptif. Pada penelitian ini
peneliti ingin mengetahui gambaran
Angka harapan hidup total pada kadar C-reactive Protein (CRP) pada
pasien diabetes berkurang sekitar 25% pasien diabetes mellitus tipe 2 di Rumah
dan penyakit kardiovaskuler Sakit UMM. Pemeriksaan CRP
berkontribusi terhadap 3/4 angka digunakan untuk deteksi dini
kematian pada pasien diabetes (Bilous, kemungkinan komplikasi jantung pada
2015: 18). Menurut American Heart pasien DM.
Association pada Mei 2012, kurang
lebih 65% penderita DM meninggal

2
WAKTU DAN TEMPAT f. Setelah volume darah
PENELITIAN dianggap cukup kira-kira 3
ml, letakkan kapas kering
Penelitian ini dilakukan di ditempat suntukan lalu lepas
Laboratorium Rumah Sakit UMM. jarum
Waktu penelitian dilaksanakan pada g. Masukkan darah dalam
bulan April 2019. tabung vakum
2. Persiapan sampel
INSTRUMEN
Sediaan darah disentrifugasi
Alat yang digunakan yaitu APD dengan kecepatan 1000 – 1200
(jas lab, masker, handscoon), jarum rpm selama ±5 menit.
sekali pakai, tabung vakum merah, Kemudian pisahkan sel darah
tourniquet, alcohol swab, kapas kering, dengan serum.
label, centrifuge, yellow tip, cup sampel, 3. Pemeriksaan CRP
mikropipet, yellow tip, rotator, CRP test a. Pemeriksaan kualitatif
card. Bahan yang digunakan yaitu serum (1) Siapkan alat dan bahan
responden, reagen lateks CRP, NaCl yang akan digunakan
0,9%, kontrol positif CRP, dan kontrol (2) Biarkan reagen disuhu
negatif CRP. ruang terlebih dahulu
kemudian homogenkan
PROSEDUR PENELITIAN dengan hati-hati
(3) Teteskan 1 tetes reagen
Dalam penelitian ini dilakukan lateks CRP pada slide
pengambilan darah vena pada responden (4) Kemudian tambahkan 50
kemudian dilakukan pemeriksaan CRP. µl serum, kontrol positif,
Berikut prosedur yang dilakukan: dan kontrol negatif pada
masing-masing lingkaran
1. Pengambilan darah vena pada slide lalu
a. Menyiapkan alat dan bahan homogenkan
yang akan digunakan (5) Putar pada rotator pada
b. Minta pasien mengepalkan kecepatan 100 rpm selama
tangan dan pasang 2 menit
tourniquet diatas lipatan (6) Amati hasilnya
siku Interprestasi Hasil=
c. Lakukan palpasi untuk Positif: Ada aglutinasi
memeastikan posisi vena Negatif:Tidak ada aglutinasi
mediana cubiti b. Pemeriksaan Semi
d. Bersihkan lengan bagian Kuantitatif
vena mediana cubiti dengan (1) Siapkan alat dan bahan
alcohol 70% dan biarkan yang akan digunakan
mongering (2) Pipet 50 µl NaCl 0,9%
e. Tusuk bagian vena dengan dan letakkan di 5
posisi lubang jarum lingkaran slide
menghadap ketasa. Jika (3) Pipet 50 µl serum ke
jarum telah masuk kedalam lingkaran kelingkaran 1
vena maka terlihat darah lalu homogenkan
masuk kedalam spuit. (pengenceran ½)
Tourniquet dilepas dan (4) Pipet 50 µl dari lingkaran
pasien diminta untuk 1 ke lingkaran 2
membuka kepalan (pengenceran ¼)
tangannya

3
(5) Pipet 50 µl dari lingkaran 2 Tabel 5.3 Karakteristik responden
ke lingkaran 3 (pengenceran berdasarkan kategori Kadar Glukosa
1/8) Kategori CRP CRP Jumlah
(6) Pipet 50 µl dari lingkaran 3 kadar Positif Negatif (%)
ke lingkaran 4 (pengenceran glukosa (%) (%)
1/16) 100-199 4 (14%) 10 14 (50%)
(7) Kemudian tambahkan 1 mg/dl (36%)
tetes reagen lateks CRP ke >200 4 (14%) 10 14 (50%)
masing-masing lingkaran mg/dl (36%)
lalu homogenkan Jumlah 28 (100%)
(8) Putar dirotator dengan Sumber: Data Primer, 2019
kecepatan 100 rpm selama 5
Jumlah total responden dalam
menit
penelitian ini adalah 28 orang.
(9) Amati adanya aglutinasi,
Karakteristik responden dibagi menjadi
pengenceran tertinggi
beberapa kategori yaitu meliputi,
menunjukkan titer
kategori usia, lama menderita DM dan
(10) Untuk menentukan
kadar glukosa. Karakteristik responden
konsentrasi menggunakan
rumus 6 x titer berdasarkan usia, dari 28 responden
hamper setengahnya merupakan paien
manula (65 tahun ke atas) dan 18%-nya
HASIL
memilki kadar CRP positif.
Karakteristik Responden dijelaskan pada
tabel berikut Berdasarkan hasil penelitian
berdasarkan kategori lama menderita
Tabel 5.1 Karakteristik responden DM sebagian besar pasien menderita
berdasarkan kategori usia DM selama 1-5 tahun, 21%nya memiliki
Kategori CRP CRP Jumlah kadar CRP positif.
Usia Positif Negatif (%)
(%) (%) Hasil penelitian berdasarkan
Dewasa 1 (4%) 1 (4%) 2 (8%) kategori kadar glukosa, pasien yang
akhir memilki kadar glukosa 100-199 mg/dl
Lansia 2 (7%) 1 (4%) 3 (11%) dan > 200 mg/dl memiliki presentase
awal yang sama.
Lansia 0 (0%) 10 (36%) 10 (36%)
akhir Tabel 5.4 Hasil pemeriksaan CRP
Manula 5 (18%) 8 (29%) 13 (47%) berdasarkan golongan rutin terapi dan tidak
Jumlah 28 rutin terapi
(100%) Golongan Positif Negatif Jumlah
(%) (%) (%)
Rutin 0 (0%) 14 (50) 14
Tabel 5.2 Karakteristik responden Terapi (50%)
berdasarkan kategori Lama DM Tidak 8 (29%) 6 (21%) 14
Kategori CRP CRP Jumlah Rutin (50%)
Lama Positif Negatif (%) Terapi
DM (%) (%) Jumlah 28
1-5 6 (21%) 9 (33%) 15 (54%) (100%)
tahun Sumber: Data Primer, 2019
6-10 2 (7%) 11 13 (46%)
tahun (39%) Hasil penelitian kadar CRP pada
Jumlah 28 (100%) 28 responden didapatkan dari golongan
rutin terapi keseluruhan negatif

4
sedangkan dari golongan tidak rutin yang melakukan terapi dengan insulin
terapi 29% positif dan sisanya negatif. kadar CRPnya relatif rendah
dibandingkan dengan obat hipoglikemik
PEMBAHASAN oral (Haffner, 2002; Pande, 2017).
Penderita DM yang melakukan
Pada penelitian ini, sampel yang perubahan gaya hidup berupa
digunakan yaitu sebanyak 28 sampel peningkatan kualitas diet, aktifitas fisik
yang terdiri dari 14 sampel golongan dan juga terapi dapat menurunkan
rutin terapi dan 14 sampel golongan resistensi insulin dan penumpukan
tidak rutin terapi. Berdasarkan hasil lemak viseral melalui penurunan ukuran
penelitian CRP pada golongan rutin adiposit sehingga dapat memperbaiki
terapi keseluruhan sampel hasilnya disfungsi jaringan adiposa. Setelah itu
negatif. Pemeriksaan CRP sendiri juga akan menurunkan sitokin
merupakan pemeriksaan yang berguna proinflamasi dan juga penurunan kadar
untuk memantau perubahan dalam fase CRP. Hal ini sesuai dengan penelitian
inflamasi dan digunakan untuk Nunggraeni (2015) yang menyebutkan
memantau keberhasilan pengobatan dan bahwa konseling modifikasi gaya hidup
perkembangan penyakit. yang dilakukan terbukti lebih
Diabetes melitus yang tidak meningkatkan kualitas diet dan
dikelola dengan baik mengakibatkan menurunkan kadar CRP.
komplikasi makrovaskular salah satunya Selain itu hasil yang negatif
yaitu penyakit jantung koroner. Terdapat juga dapat disebabkan alat yang
beberapa terapi pasien diabetes melitus digunakan kurang sensitif sehingga tidak
tipe 2 yaitu: diet, aktifitas fisik atau bisa mendeteksi kadar CRP yang sedikit
olahraga, pengetahuan dan obat. Terapi sehingga dibutuhkan pemeriksaan
farmakologis pada DM berkontribusi laboratoris yang sensitif yaitu Hs-CRP
terhadap pengendalian kadar glukosa (High Sensitifity C-Reactive Protein).
darah. Mekanisme kerja obat dalam Hs-CRP merupakan uji yang sangat
menurunkan kadar gula darah antara sensitif untuk mendeteksi risiko
lain dengan merangsang kelenjar penyakit kardivaskuler dan vaskuler
pankreas untuk meningkatkan produksi perifer. Hs-CRP dianggap menjadi
insulin, menurunkan produksi glukosa penanda inflamasi yang terbaik saat ini
dalam hepar, menghambat pencernaan karena bersifat stabil, mempunyai
karbohidrat sehingga dapat mengurangi sensitivitas dan spesitifitas tinggi, ada
adsorbsi glukosa dan merangsang standarisasi dari WHO serta dapat
reseptor insulin. Beberapa obat mendeteksi inflamasi sampai tingkatan
hipoglikemik oral juga mempunyai efek terendah.
anti inflamasi (Astari, 2016). Berdasarkan hasil penelitian
CRP pada golongan tidak rutin terapi
Berdasarkan studi acak pada 29% positif sedangkan 21% negatif.
pada penderita DM tipe 2 yang diamati Hasil CRP yang positif ditandai dengan
selama 26 minggu setelah terapi dengan adanya aglutinasi. Terjadinya
rosiglitazone (obat antidiabetes) peningkatan kadar CRP (>6 mg/dl) pada
didapatkan terjadi penurunan yang penderita DM tipe 2 disebabkan oleh
siginifikan dari kadar CRP. Pada respon inflamasi yang timbul akibat
penelitian lain tentang perbandingan komplikasi DM.
kadar CRP pada pasien DM tipe 2 yang Terjadinya peningkatan kadar CRP
diterapi insulin dan obat hipoglikemik pada penderita DM tipe 2 disebabkan
oral menunjukkan hasil yang signifikan oleh respon inflamasi yang timbul akibat
penurunan kadar CRP, namun pasien komplikasi dari DM. Hal ini diawali

5
oleh keadaan hiperglikemia intrasel anti diabetik. Penelitian lain tentang
yang menyebabkan kerusakan pada pengaruh hiperglikemia terhadap CRP
mitokondria pada DM tipe 2 yang pada penderita DM tipe 2 menjelaskan
mengakibatkan terjadinya peningkatan bahwa terdapat hubungan antara kadar
ROS dan stres oksidatif sehingga radikal gula darah dengan kadar CRP pada
bebas meningkat dalam tubuh. ROS pasien DM tipe 2. Keadaan
adalah radikal bebas yang terbentuk hiperglikemia akan menimbulkan
ketika O2 menerima elektron bebas. kerusakan seluruh jaringan tubuh dan
Peningkatan radikal bebas ini akan mempengaruhi respon inflamasi seperti
menyebabkan kerusakan makrovaskular CRP (Nanda dkk, 2018; Yerizel, 2015).
dan mikrovaskular. Mekanisme jaringan Hasil CRP yang negatif pada pasien
tubuh pada DM adalah melalui jalur yang tidak rutin terapi obat dapat
biokimia seperti jalur reduktase aldosa, disebabkan karena walaupun responden
jalur stres oksidatif sistoplasmik, jalur tidak rutin melakukan terapi obat yang
pleiotropik PKC dan terbentuknya baik namun, pasien melakukan gaya
species glikosilasi lanjut intraseluler. hidup yang baik seperti rajin melakukan
Peningkatan sintesis DAG menyebabkan aktifitas fisik, diet serta pengetahuan
ekspresi PKC dalam sel juga meningkat yang baik. Konseling modifikasi gaya
yang pada akhirnya akan mengubah hidup meningkatkan kualitas diet dan
berbagai macam ekspresi gen yang aktifitas fisik dapat menurunkan kadar
secara keseluruhan merusak pembuluh CRP. Selain itu, hasil yang negatif dapat
darah. juga disebabkan karena faktor alat yang
Peningkatan aktivasi PKC digunakan kurang sensitif sehingga tidak
mengakibatkan peningkatan NF-kB dapat mendeteksi CRP dengan kadar
yang merupakan faktor transkripsi untuk yang rendah.
mengaktifkan gen-gen proinflamasi Adapun kekurangan dalam
dalam pembuluh darah yang disebut penelitian ini yaitu peneliti hanya
proinflammatory gene expression. menggunakan 28 sampel dikarenakan
Sehingga aktivasi dari NFkB akan keterbatasan waktu peneliti, tidak
membuat jumlah sitokin proinflamasi adanya pengulangan pemeriksaan jika
meningkat. Dengan meningkatnya hasilnya negatif, peneliti tidak
jumlah sitokin proinflamasi dalam darah mempunyai data tentang diet responden.
antara lain IL-6 dan TNF-α, maka hepar
akan merespon dengan mensintesis KESIMPULAN
CRP. Hal ini memperkuat bahwa pada
pasien DM tipe 2 terjadi peningkatan Berdasarkan hasil pemeriksaan
kadar CRP (Kalma, 2018). CRP pada pasien diabetes mellitus tipe 2
Penelitian sebelumnya tentang berdasarkan golongan rutin terapi obat
hubungan kepatuhan minum obat dan tidak rutin terapi obat didapatkan
antidiabetik dengan regulasi kadar gula hasil dari golongan rutin terapi obat
darah pada pasien diabetes melitus keseluruhan negatif, sedangkan pada
menunjukkan bahwa terdapat hubungan golongan tidak rutin terapi obat 8
sampel positif sedangkan sisanya negatif
antara kepatuhan minum obat oral anti
diabetik dengan regulasi gula darah DAFTAR RUJUKAN
pasien diabetes melitus. Pasien dengan
kadar gula darah tidak terkontrol Ahmarita, Kiki S, (2016). gambaran c-
kebanyakan tidak patuh dalam minum reactive protein (CRP) pada
obat anti diabetik sedangkan pasien penderita tuberkulosis paru di
dengan kadar gula darah terkontrol RSUD dr. Soekarjo tasikmalaya
sebagian besar patuh dalam minum obat tahun 2016. Program Analis

6
Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Hidayat, A, (2014). Metode Penelitian
Kesehatan Muhammadiyah Ciamis Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika.
. Astari, Rani, (2016). Hubungan Antara
Kepatuhan Terapi Diet dan Kadar International Diabetes Federation,
Gula Darah Puasa pada Penderita (2015). IDF Diabetes Atlas; Cet 7,
Diabetes Melitus Tipe 2 di Wilayah IDF Commite
Kerja Puskesmas Purnama
Pontianak. Program Pendidikan Jilao, Mareeya, (2017). Tingkat
Kedokteran Universitas Kepatuhan Penggunaan Obat
Tanjungpura Pontianak: Skripsi Antidiabetik Oral pada Pasien
dipublikasi Diabetes Melitus di Puskesmas
Koh-Libong Thailand. Program
Amtiria, Rahma, (2016). Hubungan Pendidikan Kedokteran Universitas
Pola Makan Dengan Kadar Gula Islam Negeri Maulana Malik
Darah Pasien Diabetes Melitus Ibrahim Malang: Skripsi
Tipe II Di Poli Penyakit Dalam dipublikasi
RSUD H.Abdul Moeloek Provinsi
Kalma, (2018). Studi Kadar C-reactive
Lampung Tahun 2015. Program
Protein pada Penderita Diabetes
Pendidikan Kedokteran
Melitus Tipe 2, Jurnal Media
Universitas Lampung: Skripsi
Analis Kesehatan
dipublikasi
Kesehatan, Kementrian, (2018). Hasil
Bilous, Rudy, (2014). Buku Pegangan Utama Rikesdas 2018
Diabetes, Jakarta: Bumi Medika
Morisky, D. E., Muntner, P, (2008).
Dewi, H., Paruntu, M., Tiho, M, (2016). New Medcation Adherence Scale
Gambaran Kadar C-Reactive Versus Pharmacy Fill Rates in
Protein ( CRP ) Serum Pada Senior With Hipertension,
Perokok Aktif Usia > 40 Tahun, American Journal of Managed
Jurnal e-Biomedik Care

Fatimah, Restyana N, (2015). Diabetes Muntaha, Ahmad F, (2018). gambaran


Melitus tipe 2, Jurnal Majority resiko penyakit jantung koroner
pada penyandang diabetes
Haffner, Steven M, dkk, (2002). Effect melitus di puskesmas purwosari.
of Rosiglitazone treatment on Program Ilmu Kesehatan
nontraditional petandas of Keperawatan Universitas
cardiovascular disease in patients Muhammadiyah Surakarta:
with tipe 2 diabetes melitus. Skripsi dipublikasi
University of Texas Health
Science Center at San Antonio Musyafirah, Dian, (2017). Faktor yang
berhubungan dengan kejadian
Herwanto, Matius., Lintung, Fransiska., komplikasi diabetes melitus di
Lumantuk, Jimmy F, (2016). rumah sakit ibnu sina tahun 2016.
Pengaruh aktifitas fisik terhadap Fakultas Kesehatan Masyarakat
kadar gula darah pria dewasa, Universitas Hasanuddin
Jurnal e-Biomedik Makassar: Skripsi dipublikasi

Nanda, Oryza Dwi, dkk, (2018).


Hubungan kepatuhan minum obat

7
antidiabetik dengan regulasi kadar http://perkeni.org.Konsensus.DM.
gula darah pada pasien 2012011.org. (diunduh pada
perempuan diabetes melitus, tanggal 15 februari 2019, jam
Jurnal Unair 10:00)

National Diabetes Education Program Rachmawati, Sani, (2014). asupan


(NDEP), (2012). The Link lemak dan kadar high density
between Diabetes and lipoprotein (HDL) sebagai faktor
Cardiovascular Disease risiko peningkatan kadar c-reactive
protein (CRP) pada remaja
Nisa, Hoirun, (2016). Peran c-reactive obesitas dengan sindrom metabolik.
protein dalam menimbulkan Program Ilmu Gizi Kedokteran
resiko penyakit, Jurnal Media Universitas Diponegoro: Skripsi
Indonesia dipublikasi
Notoatmojo, (2012). Metodologi Rikesdas, (2013). Riset Kesehatan
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Dasar, Badan Penelitian dan
Rineka Cipta. Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI
Nunggraeni, Desy Restu, (2015).
Pengaruh konseling modifikasi Rikesdas, (2018). Hasil Utama Riset
gaya hidup terhadap asupan Kesehatan Dasar 2018.
kolesterol HDL dan kadar CRP Kementrian Kesehatan Badan
pada remaja obestas dengan Penelitian dan Pengembangan
sindrom metabolik, Journal of Kesehatan
Nutrition College
Sarihati, Dewi, (2017). Makrofag dan
Pande, Dwipayana, dkk, (2017). Asteroklerosis, Jurnal Poltekes
Perbandingan kadar c-reactive Denpasar
protein pada penderita diabetes
melitus tipe 2 yang diterapi Shita, Amandia Dewi, (2015).
dengan insulin dan obat Perubahan Level TNF-α dan IL-1
hipoglikemik oral di poliklinik pada Diabetes Melitus. Jember:
penyakit dalam rumah sakit Jember University Press
umum pusat sanglah denpasar
bali, Jurnal Penyakit Dalam Sugiyono, (2017). Metode Penelitian
Udayana Kuantitatif, Kualitatif dan R&D;
Cet 25, Bandung: Alfabeta
Penelitian, Komisi Etik, (2017).
Pedoman dan Standar Etik Sumitro, Indah Lestari, (2016). Aplikasi
Penelitian dan Pengembangan diagnosa penyakit diabetes melitus
Kesehatan Nasional. Kementrian menggunakan metode fuzzy multi
Kesehatan Republik Indonesia criteria decision making. Program
Teknik Formatika Universitas Halu
Perkeni, (2015). Konsensus pengelolaan Oleo: Skripsi dipublikasi
dan pencegahan diabetes melitus
tipe 2 di Indonesia 2015. PB Timon, Martin, dkk, (2014). Type 2
PERKENI diabetes and cardiovascular
disease, World Journal of Diabete.
Perkeni, (2011). Konsensus Pengelolaan
dan Pencegahan Diabetes Melitus World Health Organization, (2018).
Tipe 2 di Indonesia, World Diabetes Day 2018,

8
https://www.who.int/diabetes/worl
d-diabetes-day-2018/en (diunduh
pada tanggal 5 Februari 2019, jam
14:00 WIB)

World Health Organization, (2016).


Global Report on Diabetes,
France: WHO Library
Cataloguing

Yerizel, E., Hendra P., Edward,


Zulkarnia., Bachtiar, Hafni,
(2015). Pengaruh Hiperglikemia
Terhadap Hs-CRP pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2,
Prosiding Seminar Ilmiah PBBMI

Yuliani, Fadma., Oenzil, Fadil., Iryani,


Detty, (2014). Hubungan berbagai
faktor resiko terhadap kejadian
penyakit jantung koroner pada
penderita diabetes melitus tipe 2,
Jurnal Kesehatan Andalas

Anda mungkin juga menyukai