DISUSUN OLEH :
ADELIA
ARIF DWI PRASETYA
HELLIANA KRISTIN
M ATHFAL AULIA PUTRA
KELAS X MIA 1
Teks Negosiasi merupakan bentuk interaksi sosial yang bertujuan untuk mencapai kesepakatan
diantara pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda. Kedua pihak yang melakukan
negosiasi memiliki hak terhadap hasil yang akan disepakati. Negosiasi bertujuan untuk
menemukan kesepakatan antara pihak-pihak yang berbeda pendapat. Dalam teks negosiasi berisi
pengungkapan pendapat-pendapat yang berbeda dari pihak-pihak yang terlibat dalam
pembicaraan. Teks negosiasi sering digunakan dalam kegiatan jual-beli, musyawarah, atau rapat
yang menghasilkan satu keputusan yang diterima oleh semua pihak. Dengan kata lain, teks
negosiasi adalah teks yang menyajikan jalan tengah dari sejumlah perbedaan pendapat.
Untuk mencapai kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak yang sedang
melakukan negosiasi.
Untuk mengatasi perselisihan atau sengketa pendapat dalam proses negosiasi.
Untuk memperoleh sesuatu hal dari pihak lain (tidak dapat dipaksakan).
Untuk menyelesaikan atau menyesuaikan perbedaan yang ada.
Berunding, untuk mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak dengan pihak yang
lain dalam suatu proses terjadinya tawar-menawar.
Dilihat dari isinya, yang membedakan teks negosiasi dengan teks lainnya karena negosiasi
memiliki ciri-ciri diantaranya yaitu:
JENIS-JENIS NEGOSIASI
1. Negosiasi Formal
Negosiasi formal adalah negosiasi yang terjadi dalam situasi formal. Ciri-cirinya yaitu adanya
perjanjian atau hitam diatas putih yang sah secara hukum yang ada. Maka, pelanggaran yang
terjadi dapat diperkarakan ke ranah hukum. Contohnya: negosiasi antar dua perusahaan.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, negosiasi seperti ini dapat kita jumpai kapan saja, dimana saja
dan dengan siapa saja. Contohnya: negosiasi antara pedagang dan pembeli. Negosiasi seperti ini
tidak perlu adanya perjanjian khusus yang melibatkan hukum.
b. Negosiasi berdasarkan Jumlah Negosiator
Negosiasi ini dilakukan oleh 2 negosiator atau lebih dan adanya pihak penengah. Tugas dari
pihak penengah ini untuk memberikan keputusan akhir dalam negosiasi yang sedang
berlangsung. Contohnya: sidang di pengadilan.
Negosiasi ini dilakukan oleh dua negosiator atau lebih tanpa adanya pihak penengah. Keputusan
negosiasi ini tergantung pada pihak yang sedang bernegosiasi. Contohnya: negosiasi antara
perwakilan OSIS dengan pihak sponsor.
Dalam negosiasi ini, para negosiator berusaha untuk mencapai kesepakatan dengan
menggabungkan kepentingan masing-masing.
Dalam negosiasi ini, negosiator akan mendapatkan keuntungan besar dari keputusan yang
dicapai. Sementara itu, pihak lawan mendapat keuntungan lebih kecil.
Dalam negosiasi ini, negosiator mendapat keuntungan sangat kecil bahkan sampai mengalami
kerugian. Sementara itu, pihak lawan negosiasi mendapat keuntungan yang sangat besar bahkan
bisa memperoleh keuntungan 100%.
Dalam terjadinya negosiasi ini, kedua belah pihak menghindari konflik yang muncul. Akibatnya,
tidak terjadi kesepakatan untuk menyelesaikan konflik.
Untuk menciptakan atau mendapatkan jalinan kerja sama antar institusi atau badan usaha
maupun perorangan untuk melakukan sesuatu usaha atau kegiatan bersama atas dasar
saling pengertian.
Dalam sebuah perusahaan, sebuah proses negosiasi akan memberikan manfaat-manfaat
untuk menjalin hubungan bisnis yang lebih luas dan juga untuk mengembangkan pasar
yang diharapkan memberikan peningkatan penjualan.
Struktur teks negosiasi terdiri dari struktur negosiasi secara umum, struktur negosiasi kompleks /
jual-beli, dan struktur negosiasi permohonan/pengajuan biasa disebut juga dengan struktur
negosiasi pihak bank.
Struktur negosiasi umum
Secara umum, struktur negosiasi adalah sebagai berikut.
Berbeda dengan struktur teks negosiasi jual beli, untuk teks negosiasi permohonan/pengajuan ini
biasanya terjadi antara suatu perusahaan atau perorangan dengan pihak bank, atau suatu
organisasi pihak donatur dengan urutan sebagai berikut;
1. Orientasi: Bagian ini merupakan bagian awal dari proses negosiasi yang meliputi
penceritaan latar belakang permohonan.
2. Pengajuan: Bagian ini menjelaskan jumlah nominal atau material yang diajukan oleh
pihak pemohon.
3. Penawaran: Bagian ini merupakan penawaran atas yang diajukan oleh pihak pemohon.
Tidak selalu permohonan tersebut dikabulkan sesuai dengan yang diajukan.
4. Persetujuan: Bagian ini merupakan persetujuan kedua belah pihak.
5. Penutup: Bagian ini merupakan akhir dari proses negosiasi tersebut.
1. Orientasi: bagian ini merupakan kalimat pembuka. Fungsinya untuk memulai negosiasi.
Contohnya: salam.
2. Permintaan: bagian ini suatu hal berupa jasa ataupun barang yang ingin dibeli oleh
pembeli atau konsumen.
3. Pemenuhan: bagian in pemenuhan hal berupa barang atau jasa dari pemberi jasa atau
penjual kepada pembeli atau konsumen.
4. Penawaran: bagian ini merupakan puncak terjadinya negosiasi/ terjadi tawar menawar.
5. Persetujuan: bagian ini adalah keputusan antara kedua belah pihak untuk penawaran yang
sudah diberikan.
6. Pembelian: bagian ini keputusan konsumen atau pembeli jadi menerima/menyetujui
penawaran itu atau tidak.
7. Penutup: bagian ini berisi kalimat penutup atau salam penutup.
Orientasi
Permintaan
Pembeli: Kabel yang hitam lurus kayak rambut mbaknya ini lho!
Penjual: Hahaha, bisa aja masnya ini! Kabel yang gimana? Nanti saya cariin.
Pembeli: Kabel ukuran 1,5 100 meter, kabel ukuran 2,75 50 meter.
Penjual: Merek apa mas?
Penjual: Biasanya yang dicari banyak orang itu Eterna mas, murah, bagus.
Pemenuhan
Penjual: Mas, ini kabelnya yang tersedia tinggal yang panjangnya 50 meter-an, yang 100 meter
kosong. Ada sih yang langsung 100 meter tapi warna putih. Gimana mas?
Pembeli: Wah, putih kayak kulit mbaknya dong, hahaha. Yang item aja mbak, 50 meter-an gak
apa-apa.
Penjual: Brarti kabel Eterna ukuran 1,5 panjangnya 2 x 50 meter sama ukuran 2,75 50 meter ya
mas?
Penjual: Bentar mas tak lihat dulu...ini yang ukuran 1,5 50 meternya 350 ribu mas, terus yang
2,75 550 ribu, jadi totalnya 1.300.000 mas.
Penawaran
Penjual: Ini sudah murah mas, toko lain gak segini harganya.
Pembeli: Masak nggak ada potongan mbak? Kalau ada besok saya belanja ke sini lagi deh.
Penjual: Bentar ya mas, tak tanya si Bos dulu, siapa tahu kalau buat proyek ada bonus buat
masnya kalau belanja di sini.
Penjual: Ada mas, tapi nggak banyak. Harganya tetep segitu, terus buat masnya 70 ribu. Gimana
mas?
Persetujuan
Pembelian
Penjual: Maaf, saya hitung sebentar ya mas.... Sip, uangnya pas ya mas. Terus ini notanya, lunas,
sama ini bonus buat masnya.
Penutup
Penjual: Sama-sama mas, kalau besok-besok belanjanya lebih banyak lagi bonusnya juga banyak
lho mas kata si bos.
Pembeli: Siap mbak, besok-besok masih ada yang harus dibeli kok. Terimakasih mbak.
Orientasi
Kepdes A: Jadi bagaimana ini pak, situasi yang terjadi di desa saya dan desa bapak semakin
panas ini. Aparat polisi malah mengembalikan kasus ini kepada kita.
Kepdes B: Ya kasus seperti ini juga repot kalau ditangani polisi pak, memang baiknya
dirundingkan secara kekeluargaan, tapi ya kita berdua yang harus jadi tumbal kali ini.
Isi
Kepdes A: Sebenarnya saya dan para tetua desa sudah musyawarah, warga kami bisa tenang
kalau pabrik kertas yang baru dibangun di desa bapak di tutup, soalnya limbah pabrik itu dibuang
ke sungai dan warga kami sebagian besar menggantungkan nasib perikanannya di sungai itu pak.
Saya mengerti kalau sebagian besar warga bapak mulai bekerja di pabrik itu dan desa bapak
dapat donatur tetap, tetapi kalau kemudian warga yang diadu domba seperti ini gara-gara pabrik
tidak mau rugi mengolah limbah kan bisa jatuh banyak korban pak...
Kepdes B: Ya seandainya warga bapak koordinasi dahulu dan tidak langsung ramai-ramai
mendatangi pabrik dan akhirnya bentrok dengan warga kami kan seharusnya kekacauan ini tidak
terjadi.
Ini masalahnya sudah lebih dari sekedar limbah pak, beberapa warga kami yang terluka jelas
tidak terima dan mungkin warga bapak juga demikian...
Kepdes A: Nah, kalau seperti ini terus kan tetap tidak ada titik temu. Ya gimana lah caranya agar
bapak rapat dengan warga atau tetua desa supaya persoalannya ini difokuskan kembali ke limbah
pabrik.
Jadi desa kami dan desa bapak sepakat kalau pabrik harus mengolah limbahnya dan tidak
membuang limbah itu ke sungai. Terus terang kali ini warga kami kehilangan ribuan ikan gara-
gara limbah itu pak.
Kepdes B: Ya pak, saya mengerti, memang ini kasus yang sulit sekali dan baru terjadi di desa
kita.
Kepdes A: Gini aja deh pak, kami tidak akan menuntut apa-apa lagi kalau pabrik itu berhenti
membuang limbah ke sungai.
Jika bapak sepakat, maka kita berdua nanti harus lapor ke dinas lingkungan hidup terlebih dahulu
lalu ke kantor polisi untuk sama-sama menyelesaikan masalah ini.
Kepdes B: Baik kalau begitu, sore nanti saya akan merundingkan ini dengan para warga desa,
lalu besok kita berdua selaku lurah sama-sama ke pihak berwajib. Biar hal ini jadi urusan pabrik
dengan lembaga hukum, jadi warga kita sama-sama aman.
Kepdes A: Saya sepakat pak. Sementara kita berdua harus sebisa mungkin mencegah adanya
bentrok susulan, saya sudah kerahkan para tokoh masyarakat desa untuk menenangkan warga.
Kepdes B: Baik pak, saya juga pasti akan melakukan hal serupa.
Penutup
Kepdes B: Ya pak, sampai ketemu lagi besok siang. Kita langsung saja ketemu di kantor dinas
lingkungan hidup ya pak.
Kepdes B: wa’alaikumsalam.
Orientasi
Pengajuan
Petugas bank: Kami sudah membaca proposal yang anda ajukan untuk peminjaman modal.
Menurut kami, usaha peternakan ayam yang akan bapak buat ini sangat menarik.
Namun demikian, kami harus melakukan proses verifikasi wawancara dengan bapak sebelum
menindaklanjuti permohonan bapak.
Petugas bank: Boleh tahu bisnis bapak saat ini atau sebelumnya?
Pengusaha: Sebelumnya saya hanya karyawan swasta. Saya telah bekerja selama 8 tahun dan
mulai jenuh. Lantas saya berfikir untuk membuat usaha sendiri.
Kebetulan saya memiliki lahan seluas 400 meter yang jauh dari pemukiman dan saya kira lahan
tersebut cocok untuk peternakan.
Nah, untuk jenis ternak yang saya kuasai ilmunya ya ternak ayam petelur pak.
Dulunya saya kuliah di peternakan dan tugas akhir saya meneliti peternakan ayam petelur. Jadi
saya sudah paham seluk beluknya, kendalanya, hingga pemasaran hasil produksinya.
Pengusaha: Betul pak...ya namanya juga cari kerja, waktu itu karena tidak punya modal saya
kerja seadanya. Lamaran kerja yang kebetulan diterima waktu itu ya di perusahaan percetakan.
Petugas bank: Pinjaman yang bapak ajukan sebesar 100 juta rupiah, betul?
Penawaran
Petugas bank: Di proposal sudah dijelaskan sih rinciannya, tapi menurut perhitungan kami,
berdasarkan permohonan serupa yang pernah diajukan oleh pengusaha lain kepada kami, kisaran
kebutuhan bapak sebetulnya cukup dengan jumlah pinjaman 70 juta saja pak. Itupun sudah lebih
menurut kami.
Sehingga kami bisa menyanggupi jumlah pinjaman sebesar 70 juta dengan pengembalian secara
angsuran sebesar 3,75 juta tiap bulan selama dua tahun. Itu sudah termasuk bunga pinjaman pak.
Bagaimana menurut bapak?
Pengusaha: Apa nggak bisa dinaikan lagi jumlah nominal yang bisa saya pinjam pak?
Terus terang angka 100 juta yang saya tawarkan itu merupakan hitungan dengan harga saat ini.
Jadi saya akan sangat kesulitan seandainya yang di kabulkan kurang dari jumlah tersebut.
Petugas bank: Itu angka maksimal yang bisa kami kabulkan untuk permohonan bapak. Tentu
dengan jumlah angsuran yang berbeda, yakni 4 juta tiap bulan selama 2 tahun.
Persetujuan
Pengusaha: Ya sudah kalau begitu, saya setuju dengan nominal 80 juta beserta dengan jumlah
angsurannya selama dua tahun.
Petugas bank: Dan peminjaman ini dengan jaminan sertifikat tanah bapak yang akan didirikan
peternakan itu ya pak?
Luas tanah 400 meter dengan kisaran harga kurang lebih 600 juta.
Petugas bank: Baik kalau begitu bapak tunggu sebentar, saya siapkan berkas-berkas yang bisa
bapak tandatangani.
Petugas bank: Ini bapak berkasnya, silahkan dibaca dulu, nanti kalau setuju silahkan tanda
tangan, usahakan tanda tangannya kena materai ya pak.
Pengusaha: Iya pak. Rangkap dua ya pak ini (menandatangani). Sudah pak.
Petugas bank: Baik bapak, ini yang 1 buat bapak, dan satunya lagi akan jadi arsip kami. Nah,
pencairan ini akan segera di transfer ke nomor rekening bapak hari ini.
Penutup