Anda di halaman 1dari 4

NGIRINGANG IDA AYU RATU MAS DI DESA GESING

Kesakralan Ida Ayu Ratu Mas.


Sore hari selepas hujan di bulan Desember, warga dengan antusias menyambut kehadiranNya.
Sekali dalam setahun berburu anugrah.
Semua yang menjemput dan mengantar tidak lelah,
meski berjalan cukup jauh sampai tujuan.
Tapi itulah bhakti yang tulus tanpa pamrih hanya untukNya.

Senja di bulan Desember, sebuah upacara keagamaan menjadi ritme menarik dalam perjalanan
desa Gesing yang biasanya sunyi. Tepat pada tilem kenem (bulan mati pada bulan keenam
perhitungan kalender bali) sebuah rangkaian upacara yang melibatkan seluruh masyarakat desa
pakraman Gesing dilaksanakan dengan antusias.

Upacara ini disebut dengan Ngiringang (menyertai) Ida Ayu Ratu Mas yang diyakini oleh
masyarakat pakraman Gesing sebagai sungsungan (junjungan). Ida Ayu Ratu Mas dianggap
sebagai manifestasi dari Dewi Durga. Oleh sebab itu, beliau di tempatkan di Pura Dalem.

Ida Ayu Ratu Mas mesolah (menari) di Pura Dalem

Mendung berlanjut hujan tidak menyurutkan animo masyarakat. Ketulusannya untuk mengikuti
serangkaian prosesi tetap terpancar kuat. Pelaksanaan upacara ini tentu ada sebuah maksud.
Bahkan ada cerita yang mengawalinya. Dari sumber, diceritakan, sekitar tahun 1970-an, salah
seorang warga di Desa Pakraman Gesing bernama Gede Ama tanpa sengaja membuat topeng
berbahan kayu Kepuh. Karena kesakralannya, ia tidak berani untuk menyimpan topeng tersebut di
kediamannya. Hal ini disampaikan kepada sesepuh dan perangkat desa setempat. Dari itu dibuatlah
kesepakatan untuk menempatkan topeng tersebut di Pura Dalem. Dari inilah awal munculnya nama
Ida Ayu Ratu Mas yang dipercaya sebagai perwujudan dari Bhatari atau Dewi Durga sebagai sakti
dari Dewa Siwa sang pelebur. Selanjutnya, dibuatkan upacara khusus untuk nangiang
(membangunkan) dan ngelawang (mengelilingi) desa.

Hingga saat ini, tradisi Ngiringang Ida Ayu Ratu Mas masih tetap dijalankan oleh masyarakat desa
pakraman Gesing. Upacara ini dimulai dengan persembahyangan di pura dalem yang dipimpin
oleh pemuka agama hindu.





Persembahyangan dan nangiang (membangunkan) Ida Ayu Ratu Mas di Pura Dalem
sebelum di arak mengelilingi desa

Masyarakat, tua, muda, bahkan sampai anak-anak berduyun-duyun ke Pura Dalem, menunjukkan
antusiasme menyabut upacara. Bahkan, bisa dikatakan upacara itu menjadi yang ditunggu-tunggu.
Dilanjutkan dengan prosesi mengarak Ida Ayu Ratu Mas mengelilingi desa di sepanjang 20
Tempek (Rukun Tetangga).
Animo masyarakat desa pakraman Gesing

Sampai di setiap tempek, disambut disambut dengan tari pendet oleh para penyanggra. Prosesi ini
berlangsung hingga malam. Meski cukup lama, masyarakat tetap setia menyertainya. Seolah tidak
ada rasa lelah. Perjalannya dibuat ringan oleh rasa bhakti.

Nyanggra (menyambut) Ida Ayu Ratu Mas di setiap tempek (RT)


dengan tari-tarian dan persembahan
Mangku Joden sebagai kelian adat (kiri) sedang mengusapkan tangan Ida Ayu Ratu Mas ke
penyanggra untuk memohon kesembuhan

Seorang penyanggra mengalami kerauhan (kesurupan)

Upacara ini diyakini sebagai perwujudan syukur setelah panen dan juga sekaligus sebagai
penyucian desa, meruat alam atau mecaru desa. Dengan selesainya upacara ini, Ida Ayu Ratu Mas
ditempatkan kembali di Pura Dalem. Upacara ini akan berlangsung kembali di tilem keenam
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai