Anda di halaman 1dari 16

Lab.

Kekuatan Bahan Rabu, 23 Desember 2015

LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN KONSTRUKSI

PERENCANAAN CAMPURAN BETON (MIX DESIGN) DAN


PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON K-250 UMUR 7, 14, DAN
28 HARI
Disusun oleh:

Dzaky Syifaurrahman (F44130037)


Deni Dwi Yudhistira (F44130038)
Ahmadi Syukra Murdy (F44130039)
Ramananda Arrifah (F44130042)
Fandri Cahya Okyawan (F44130044)
Fauzan Muhammad Ilmi (F44130051)

Dosen Praktikum :
Ir. Meiske Widyarti M. Eng
M. Fauzan ST., MT.

Asisten :
1. Alfandias Seysna Putra (F44120054)
2. Yessie Julinanda (F44120063)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

1`
PENDAHULUAN
Era modern ini, pembangunan infrastruktur bergerak semakin cepat dan secara
berkelanjutan. Kegiatan-kegiatan konstruksi seperti pembangunan gedung, jalan,
perumahan, perhotelan, pasar modern, jaringan komunikasi, pengairan hingga
sarana dan prasarana transportasi terjadi hampir di setiap sudut kota. Penggunaan
beton sebagai bahan utama tidak terlepas dalam kegiatan rancang bangun
konstruksi. Beton sejak dulu dikenal sebagai material dengan kekuatan tekan yang
memadai, mudah dibentuk, mudah diproduksi secara lokal, relatif kaku, dan
ekonomis. Beton dibuat dengan cara mencampurkan semen portland atau semen
hidrolik, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan. Kualitas beton sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan penyusunnya
(Jumiati et al. 2012).
Keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh keseragaman bahan dasar
dan metode pelaksanaan perencanaan beton. Kualitas dan keseragaman beton
yang disyaratkan dapat dicapai jika dalam proses pelaksanaan pembuatan beton
dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan beton diantaranya yaitu
metode ACI (American Concrete Institute) dan metode SNI (Standar Nasional
Indonesia). Perencanaan campuran beton (mix design) adalah suatu langkah yang
sangat penting dalam pengendalian mutu dan kualitas beton.
Kekuatan tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton. Kuat tekan
beton merupakan kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas.
Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui tingkat kekuatan beton yang
diharapkan hasilnya, serta sesuai dengan mutu beton yang direncanakan (Hamid et
al. 2007). Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
melakukan perencanaan campuran beton dan pengujian kuat tekan beton umur 7,
14, dan 28 hari.

TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perencanaan campuran beton (SNI
03-2834-2000) serta melakukan pengujian kuat tekan beton (SNI 03-1974-1990)
umur 7, 14, dan 28 hari.

ALAT DAN BAHAN


1. Slump (Gambar 1)
2. Timbangan digital (Gambar 2)
3. Agregat halus (pasir) (Gambar 3)
4. Agregat kasar (kerikil) (Gambar 4)
5. Semen portland tipe I (Gambar 5)
6. Air (Gambar 6)
7. Wadah (Gambar 7)
8. Sendok semen (Gambar 8)
9. Mold silinder, diameter 10 cm dan tinggi 20 cm (Gambar 9)
10. Universal Testing Machine (UTM) (Gambar 10)

2`
Gambar 1 Slump Gambar 2 Timbangan digital

Gambar 3 Pasir Gambar 4 Kerikil

Gambar 5 Semen portland Gambar 6 Air

Gambar 7 Wadah Gambar 8 Sendok semen

3`
Gambar 9 Mold silinder Gambar 10 UTM

METODE
Penelitian perencanaan campuran beton (mix design) dan pengujian kuat tekan
beton dilakukan di Laboratorium Kekuatan Bahan Konstruksi, Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, pada 25 Novemeber hingga 16 Desember
2015. Langkah awal dalam penelitian ini yaitu dilakukannya pengendalian
kualitas dan mutu beton dengan mix design. Perencanaan campuran beton
dilakukan berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal. Tata cara yang dilakukan meliputi persyaratan umum
dan persyaratan teknis perencanaan proporsi camporan beton untuk digunakan
sebagai salah satu acuan bagi perencana dan pelaksana dalam menghitung
proporsi campuran beton tanpa bahan tambahan untuk menghasilkan beton yang
sesuai rencana. Diagram alir proses pembuatan beton disajikan dalam Gambar 11.

Penentuan nilai kuat tekan beton benda uji silinder dan tinggi slump

Penentuan kadar, air, semen, agregat kasar dan halus (SNI 03-2834-2000)

Mixing

Pengujian tinggi slump

Pencetakan beton pada mold silinder

Pengeringan selama 24 jam

Proses pelepasan mold silinder

Proses perendaman

Beton siap uj
Gambar 11 Diagram alir perencanaan campuran beton

Kuat tekan beton yang diisyaratkan sebesar 250 kg/cm2 (benda uji silinder)
untuk umur 28 hari, dengan bagian cacat 5%. Nilai slump test yang diisyaratkan
12 ± 2 cm. Nilai standar deviasi yang digunakan sebesar 50. Nilai tambah
(margin) pada beton dapat dihitung dengan persamaan (1).

4`
Nilai tambah = k × S ………………...……...…...………………………………(1)

Setelah diperoleh nilai tambah beton, maka dapat ditentukan nilai kuat tekan
rata-rata yang ditargetkan. Kekuatan tekan rata-rata dapat dihitungan dengan
persamaan (2).

σbm' = σbk +( k × S)…...………...………………..………………………………(2)

Semen yang digunakan adalah portland tipe I dengan agregat kasar batu pecah,
kemudian dapat ditentukannya perkiraan kekuatan beton. Kekuatan beton yang
diperkirakan pada umur 28 hari sebesar 37 MPa dengan nilai FAS sebesar 0.43
(Lampiran 1). Ukuran butir agregat maksimum yang digunakan sebesar 20 mm
dengan nilai kadar air bebas yang diperoleh sebesar 190 kg/m3 (Lampiran 1).
Kadar semen yang diperlukan dalam perencanaan beton dihitung dengan
persamaan (3).

kadar air bebas


Kadar semen = ……..........……...…………………………………(3)
FAS

Berdasarkan Tabel 4 SNI 03-2834-2000 diperoleh kadar air semen minimum


sebesar 275 kg/m3 dan FAS maksimum sebesar 0.6 (Lampiran 1). Kadar semen
maksimum dapat dihitung dengan persamaan (4).

kadar air bebas


Kadar semen maks= ..……...………………………………………(4)
FAS maks

Kadar semen ditentukan dengan nilai yang terbesar, yaitu 441.86 kg/m3 dengan
nilai FAS sebesar 0.43. Persen pasir diperoleh berdasarkan Grafik 14 SNI 03-
2834-2000, yaitu sebesar 32.5% (Lampiran 1). Berat isi beton basah ditentukan
berdasarkan hasil plotting Grafik 16 SNI 03-2834-2000, yaitu sebesar 2435 kg/m3
(Lampiran 1). Selanjutnya besarnya kadar agregat, agregat kasar, dan agregat
halus secara berturut-turut dapat dihitung dengan persamaan (5), (6), dan (7).

Kadar agregat= berat beton isi basah - kadar semen - kadar air …………...……(5)

Kadar pasir= kadar agregat × %pasir …..…………….…….……...……………(6)

Kadar kerikil = kadar agregat – kadar pasir …………………………...…..……(7)

Keterangan:
k = tetapan statistik yang nilainya tergantung pada persentase kegagalan
hasil uji sebesar maksimum 5 % = 1.64
S = deviasi standar rencana
σbm’ = kuat tekan rata-rata (kg/cm2)
σbk = kuat tekan yang diisyaratkan (kg/cm2)

Setelah dilakukannya perhitungan perencanaan beton, langkah selanjutnya


yaitu pelaksanaan campuran adukan beton. Bahan campuran sesuai dengan

5`
perencanaan disiapkan pada wadah yang terpisah. Berat rencana ditambahkan
sebanyak 50% dari rencana awal untuk mengatasi kehilangan mutu beton ketika
diaduk. Agregat kasar dan halus dimasukkan dalam wadah dan diaduk dengan
bantuan sekop atau alat pengaduk. Selanjutnya, semen ditambahkan pada agregat
campuran dan diaduk hingga tercampur secara merata. Sepertiga air dari air total
dimasukkan ke wadah dan diaduk. Air ditambahkan sebanyak sisa air total dalam
wadah dan dilakukan pengadukan kembali. Adanya kendala campuran beton yang
terlalu kering, maka sebanyak 800 ml air ditambahkan dalam campuran beton.
Setelah pelaksanaan campuran adukan beton selesai, langkah selanjutnya yaitu
pelaksanaan slump test. Cetakan diletakkan di atas pelat dan ditahan pada kedua
sisi pinggirnya. Setiap sepertiga isi cetakan, dipadatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali tumbukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk sampai
bagian bawah dari sisi lapisan beton. Selesai pemadatan, permukaan benda uji
diratakan dengan tongkat dan dibiarkan selama 60 detik. Kemudian cetakan
diangkat secara perlahan dan tegak lurus ke arah atas. Tinggi penurunan slump
pada campuran beton diukur dan dicatat.
Bersamaan dengan uji slump test, mold silinder disiapkan. Mold dibaluri
dengan oli agar beton mudah dilepas setelah dicetak dan dikeringkan. Campuran
beton diambil langsung dari wadah adukan dengan bantuan sekop. Mold diisi
dengan campuran beton dalam tiga lapis, setiap lapis dipadatkan dengan 25 kali
tumbukan secara merata. Setelah selesai, beton didiamkan di ruang terbuka
selama 24 jam. Setelah 24 jam, mold beton dibuka dan benda uji beton
dikeluarkan. Benda uji beton direndam dalam bak perendam berisi air (curing)
selama waktu yang dikehendaki untuk proses pengujian. Selanjutnya, pelaksanaan
uji tekan beton dengan Universal Testing Machine (UTM) otomatis dilakukan
pada umur 7, 14, dan 28 hari.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Menurut SNI 03-2834-2000, beton adalah campuran antara semen portland
atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau
tampa bahan tambah membentuk massa padat. Beton sebagai bahan kontruksi
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya kuat menahan gaya tekan, tahan
terhadap perubahan cuaca, lebih tahan terhadap suhu tinggi, mudah dibentuk
sesuai dengan kebutuhan, dan mudah dikerjakan dengan cara mencampur semen,
agregat, air, serta bahan tambahan lain bila diperlukan. Namun, selain keuntungan
yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik
yang rendah, daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif (Kandi
2012).
Beton terdiri dari tiga kelas, yaitu beton kelas I, kelas II, dan kelas III. Beton
kelas I adalah beton untuk pekerjaan non struktural yang pelaksanaannya tidak
diperlukan keahlian khusus. Beton kelas I terdiri dari Bo, B-0, K-100, K-125, K-
150, K-175, K-200. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan struktural secara
umum dan pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukup dan harus dilakukan
di bawah pengawasan tenaga ahli, misalnya lantai dan kolom. Beton kelas II
dibagi dalam mutu-mutu standar B1, K-125, K-175, K-225, K-250, K-275, K-300.
Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural dengan
menggunakan mutu beton dengan kekuatan tekan lebih tinggi dari K-125.
Pelaksanaan beton ini memerlukan keahlian khusus dan memerlukan laboratorium

6`
dengan peralatan yang lengkap yang dilayani tenaga-tenaga ahli yang dapat
melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu, misalnya balok dan jembatan.
Beton kelas III dibagi dalam mutu-mutu standar K-350, K-325, K-375, K-400, K-
450, K-500 (Brook 2003).
Dalam membuat beton yang berkualitas baik, tidak hanya dengan
mencampurkan bahan-bahan dasarnya hingga membentuk suatu benda padat.
Namun, perlu diperhatikan juga perhitungan untuk memperoleh adukan beton
yang baik dan sesuai dengan mutu yang diinginkan. Perencanaan campuran beton
dilakukan berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal. Hasil perencanaan campuran beton dengan kuat tekan
rencana 250 kg/cm2 (benda uji silinder) umur 28 hari dan tinggi slump test yang
diisyaratkan 12 ± 2 cm disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Hasil perencanaan campuran beton mutu K-250 benda uji berbentuk silinder
Uraian Nilai / Tipe Satuan
Kuat tekan yang disyaratkan (benda uji silinder) 250 kg/cm2
Deviasi Standar 50 kg/cm2
Nilai tambah (margin) 82 kg/cm2
Kekuatan rata-rata yang ditargetkan 332 kg/cm2
Jenis semen Portland I
Agregat kasar Batu pecah
Agregat halus Alami
Faktor air semen bebas (FAS) 0.43
Faktor air semen maksimum 0.43
Slump 10-30 cm
Slump test aktual (hasil pengujian) 11.50 cm
Ukuran agregat maksimum 20 mm
Kadar air bebas 190 kg/m3
Kadar semen 441.86 kg/m3
Kadar semen maksimum 316.67 kg/m3
Kadar semen minimum 275 kg/m3
Faktor air semen yang disesuaikan 0.43
Persen agregat halus 32.5 %
Berat isi beton 2435 kg/m3
Kadar agregat gabungan 1803.14 kg/m3
Kadar agregat halus 586.02 kg/m3
Kadar agregat kasar 1217.12 kg/m3

Berdasarkan hasil perencanaan campuran beton dalam Tabel 1 dapat


ditunjukkan kuat tekan rata-rata yang ditargetkan untuk mutu beton K-250 yaitu
sebesar 332 kg/m2. Nilai kuat tekan rata-rata yang ditargetkan diperoleh dari hasil
penjumlahan nilai margin dengan nilai kuat tekan yang diisyaratkan sebesar 250
kg/cm2. Nilai faktor air semen (FAS) dalam pembuatan beton mutu K-250 yaitu
sebesar 0.43. FAS pada dasarnya adalah perbandingan banyaknya jumlah air
bebas dengan jumlah semen pada satu campuran beton. Secara umum, diketahui
bahwa semakin tinggi nilai faktor air semennya maka semakin rendah mutu beton,
namun nilai FAS yang rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin
tinggi dikarenakan nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam
pengerjaan, yaitu kesulitan pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya
menyebabkan mutu beton menurun (Kartini 2007).

7`
Slump test merupakan cara untuk mengetahui konsistensi dan kemudahan
pengerjaan beton (workability). Nilai slump ditentukan berdasarkan selisih antara
tinggi beton dalam kerucut terpancung dan diluar kerucut terpencung (Kusnadi
dan Sulityorini 2011). Hasil slump test pada campuran beton K-250 benda uji
berbentuk silinder diperoleh tinggi slump sebesar 11.50 cm. Hasil tersebut masih
berada di dalam nilai range slump yang diisyaratkan, yaitu 12 ± 2 cm.
Data hasil perencanaan campuran beton dalam Tabel 1, juga menunjukkan
bahwa untuk membuat beton mutu K-250 dengan benda uji berbentuk silinder,
diperlukan kadar semen sebesar 441.86 kg/m3, kadar air sebesar 190 kg/m3, kadar
agregat halus sebesar 586.02 kg/m3, dan kadar agregat kasar batu sebesar 1217.12
kg/m3. Jenis semen yang digunakan yaitu semen portland tipe I. Sedangkan, jenis
agregat kasar dan halus yang digunakan secara berturut-turut yaitu batu pecah dan
alami. Perbandingan kuat beton pada berbagai umur disajikan dalam Tabel 2 .

Tabel 2 Perbandingan nilai kuat tekan beton menurut literatur dan sebenarnya
Kuat tekan
Kuat tekan sebenarnya
Umur beton (hari) Perbandingan literatur
2 (kg/cm2)
(kg/cm )
3 0.46 115 -
7 0.70 175 155.75
14 0.88 220 172.06
21 0.96 240 -
28 1.00 250 198.03

Berdasarkan hasil dalam Tabel 2 dapat ditunjukkan bahwa kekuatan beton


semakin meningkat seiring bertambahnya umur beton. Menurut literatur (Jumiati
et al. 2012), beton pada umur 7 hari memiliki kuat tekan sebesar 70 % dari kuat
tekan yang diisyaratkan. Nilai kuat tekan literatur pada umur beton 7 hari yaitu
sebesar 175 kg/cm2 sedangkan nilai kuat tekan sebenarnya yaitu sebesar 155.75
kg/cm2. Hasil tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa nilai kuat tekan
beton sebenarnya pada umur 7 hari memiliki mutu yang lebih rendah dari nilai
kuat tekan literatur, dengan selisih sebesar 19.25 kg/cm2.
Beton pada umur 14 hari memiliki kuat tekan sebenarnya sebesar 172.06
kg/cm2. Hasil tersebut apabila dibandingkan dengan kuat tekan literatur memiliki
hasil yang lebih rendah, dengan selisih sebesar 47.94 kg/cm2. Kekuatan beton
yang tidak sesuai literatur dapat disebabkan oleh proses penambahan air.
Penambahan air pada campuran beton segar untuk meningkatkan workabilitasnya
akan memperbesar FAS, yang berdampak pada penurunan kekuatan beton
(Kusnadi dan Sulityorini 2011). Menurut Hamid et al. (2007) campuran beton
yang terlalu cair juga akan menyebabkan mutu beton menjadi rendah dan lama
mengering. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan tidak tercapainya kekuatan
beton yang ditargetkan dalam perencanaan.
Nilai kuat tekan beton pada umur 28 hari yang diperoleh melalui pengujian
yaitu sebesar 198.03 kg/cm2. Hasil tersebut apabila dibandingkan dengan nilai
kuat tekan literatur maka memiliki hasil yang lebih rendah, dengan selisih sebesar
21.97 kg/cm2. Mutu kuat beton berada di bawah kuat beton literatur, dapat
disebabkan oleh proses pencampuran beton yang tidak merata. Proses pencapuran
beton yang tidak merata dapat menimbulkan kekuatan beton yang tidak seragam
dan memicu timbulnya udara pada benda uji beton. Beton dengan kekuatan
menengah dan tinggi, tiap 1% peningkatan kandungan udara akan mengurangi

8`
kekuatan beton sekitar 5% tanpa perubahan air semen (Mehta 1986). Hasil
pengukuran berat beton pada umur 7, 14, dan 28 hari disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Berat dan berat isi beton di setiap umur beton


Umur beton (hari) Berat Beton (kg) Berat isi beton (kg/m3)
7 3.407 2167.785
14 3.406 2167.148
28 3.464 2204.376

Tabel 3 menunjukkan bahwa berat beton memiliki hasil yang berfluktuasi di


setiap umur beton. Berat beton tertinggi terjadi pada umur 28 hari yaitu sebesar
3.464 kg dan yang terendah terjadi pada umur 14 hari yaitu sebesar 3.406 kg.
Rasio antara berat beton dengan volume beton disebut dengan berat isi beton.
Berat beton secara langsung akan mempengaruhi nilai berat isi beton, semakin
tinggi berat beton maka semakin tinggi juga berat isi beton yang diperoleh. Berat
isi beton tertinggi terjadi pada umur 28 hari yaitu sebesar 2204.376 kg/m3 dan
terendah terjadi pada umur beton 14 hari yaitu sebesar 2167.148 kg/m3. Grafik
hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 7 hari disajikan dalam Gambar 12.

Gambar 12 Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 7 hari

Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 7 hari dalam Gambar 12
menunjukkan bahwa nilai lendutan (displacement) meningkat seiring
bertambahnya pembebanan. Nilai lendutan saat mengalami kondisi ultimate yaitu
sebesar 9 mm, dengan kuat tekan 155.75 kg/cm2. Selanjutnya, setelah melewati
kondisi ultimate, beton mulai mengalami kondisi rupture. Kondisi rupture
biasanya ditandai dengan adanya retakan atau patahan pada benda uji beton.
Besarnya kekuatan beton dalam menahan beban mulai mengalami penurunan
yang secara drastis. Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 14 hari
disajikan dalam Gambar 13.

9`
Gambar 13 Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 14 hari

Hasil pengujian kuat beton dalam Gambar 13 juga menunjukkan bahwa


besarnya pembebanan yang diberikan dapat mempengaruhi displacement pada
benda uji beton. Displacement terus mengalami peningkatan hingga kekuatan
beton berada pada kondisi ultimate. Nilai displacement dan kuat tekan beton
dalam kondisi ultimate, secara berturut-turut sebesar 8.7 mm dan 172.06 kg/cm2.
Setelah melewati kondisi ultimate, benda uji beton mulai mengalami retakan atau
patahan (rupture) yang ditandai dengan menurunnya kekuatan beton secara
drastis. Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 28 hari disajikan dalam
Gambar 14.

Gambar 14 Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 28 hari

Berdasarkan grafik hasil pengujian kuat tekan beton umur 28 hari dalam
Gambar 14, dapat ditunjukkan bahwa lendutan terus mengalami peningkatan
seiring bertambahnya pembebanan. Proses ini terus berlangsung hingga beton
mencapai kondisi ultimate. Dalam kondisi ultimate nilai kuat tekan beton dan
lendutan berada pada kondisi maksimum, secara berturut-turut sebesar 198.03

10`
kg/cm2 dan 5.9 mm. Setelah melewati kondisi ultimate, kuat tekan beton akan
mengalami retakan atau patahan pada benda uji beton yang ditandai dengan
penurunan kekuatan beton secara drastis.

KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perencanaan beton mutu K-250
dengan benda uji berbentuk silinder dan tinggi slump 12 ± 2 cm, diperlukan kadar
semen portland tipe I sebanyak 441.86 kg/m3, kadar air sebanyak 190 kg/m3,
kadar agregat halus alami sebanyak 586.02 kg/m3, dan kadar agregat kasar batu
pecah sebanyak 1217.12 kg/m3. Kekuatan beton K-250 semakin meningkat
seiring bertambahnya umur beton. Nilai kuat tekan beton sebenarnya pada umur 7
hari sebesar 155.75 kg/cm2, umur 14 hari sebesar 172.06 kg/cm2, dan umur 28
hari sebesar 198.03 kg/cm2. Mutu kuat tekan beton berada di bawah nilai literatur,
dapat disebabkan oleh proses penambahan air. Beton K-250 tergolong dalam kelas
II yang dapat diaplikasikan pada pembuatan lantai dan kolom struktural.

DAFTAR PUSTAKA
Brook KM. 2003. Bahan dan Praktek Beton Cetakan Ketiga. Jakarta (ID):
Erlangga.
Hamid A, Suraatmdja, Sihotang A. 2007. Pengaruh modulus kehalusan pasir
pada beton dengan mixed design metode ACI. J Teknik Sipil. 5(1): 12-16.
Jumiati, Alamsyah, Enda D. 2012. Perbandingan efisiensi dengan menggunakan
metode ACI dan metode SNI untuk mutu beton K-250. J Ilmiah Mahasiswa.
1(1): 133-139.
Kandi YS. 2012. Substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan
menggunakan pasir laut pada campuran beton. J Teknik Sipil. 1(4): 74-86.
Kartini W. 2007. Penggunaan serat polypropylene untuk meningkatkan kuat tarik
belah beton. J Rekayasa Perencanaan. 4 (1): 1-13.
Kusnadi, Sulistyorini D. Pengaruh penambahan superplastisizer terhadap
campuran beton ringan yang menggunakan Styrofoam. INERSIA. 7(2): 124-
140.
Mehta PK. 1986. Structure, Properties, and Materials. New Jersey (US): Prentice
Hall.

11`
Lampiran 1 Perencanaan campuran beton (mix design)

Keterangan: Penentuan kekuatan tekan

Keterangan: Penentuan Wc (batu pecah)

Keterangan: Penentuan kadar air semen minimum dan FAS maksimum

12`
Keterangan: Penentuan FAS

Keterangan: Penentuan persen pasir berdasarkan FAS

13`
Keterangan: Penentuan perkiraan berat isi beton

14`
Lampiran 2 Contoh perhitungan mix design beton K-250

Menentukan nilai tambah (margin) pada beton K-250:


Nilai tambah = k × S
Nilai tambah = 1.64 × 50
Nilai tambah = 82 kg/cm2

Menentukan kekuatan tekan rata-rata:


σbm' = σbk +( k × S)
σbm' = 250 + (82)
σbm' = 332 kg/cm2

Menentukan kadar semen yang diperlukan:


kadar air bebas
Kadar semen =
FAS
190
Kadar semen =
0.6
Kadar semen = 441.86 kg/cm2

Menentukan kadar semen maksimum:


kadar air bebas
Kadar semen maks=
FAS maks
190
Kadar semen maks=
0.6
Kadar semen maks= 316.67 kg/cm2

Menentukan kadar agregat:


Kadar agregat = berat beton isi basah - kadar semen - adar air
Kadar agregat = 2435 – 441.86 - 190
Kadar agregat = 1803.14 kg/cm2

Menentukan kadar pasir:


Kadar pasir = kadar agregat × %pasir
Kadar pasir = 1803.14 × 32.5%
Kadar pasir = 586.02 kg/cm2

Menentukan kadar kerikil:


Kadar kerikil = kadar agregat – kadar pasir
Kadar kerikil = 1803.14 – 586.02
Kadar kerikil = 1217.12 kg/cm2

15`
Lampiran 3 Contoh perhitungan kuat tekan beton K-250 dan berat isi beton

Nilai berat isi beton umur 7 hari:


M = berat beton / volume beton
M = 3.407/ (1571.42 × 10-6)
M = 2167.785 kg/m3

Kuat tekan beton umur 7 hari:


P = 25 × 4.8 × 1000 = 120000 N
A = 3.14 × 102 × 0.25 = 78.5 cm2
fc’ = 120000/78.5 = 1528.66 N/cm2
fc’ = 1528.66/9.81 = 155.75 kg/cm2

Kuat tekan beton umur 14 hari:


P = 25 × 5.3 × 1000 = 132500 N
2
A = 3.14 × 10 × 0.25 = 78.5 cm2
fc’ = 132500/78.5 = 1687.90 N/cm2
fc’ = 1687.90/9.81 = 172.06 kg/cm2

Kuat tekan beton umur 28 hari:


P = 25 × 6.1 × 1000 = 152500 N
2
A = 3.14 × 10 × 0.25 = 78.5 cm2
fc’ = 152500/78.5 = 1942.68 N/cm2
fc’ = 1942.68/9.81 = 198.03 kg/cm2

16`

Anda mungkin juga menyukai