Perencanaan Campuran Beton Mix Design Da PDF
Perencanaan Campuran Beton Mix Design Da PDF
Dosen Praktikum :
Ir. Meiske Widyarti M. Eng
M. Fauzan ST., MT.
Asisten :
1. Alfandias Seysna Putra (F44120054)
2. Yessie Julinanda (F44120063)
1`
PENDAHULUAN
Era modern ini, pembangunan infrastruktur bergerak semakin cepat dan secara
berkelanjutan. Kegiatan-kegiatan konstruksi seperti pembangunan gedung, jalan,
perumahan, perhotelan, pasar modern, jaringan komunikasi, pengairan hingga
sarana dan prasarana transportasi terjadi hampir di setiap sudut kota. Penggunaan
beton sebagai bahan utama tidak terlepas dalam kegiatan rancang bangun
konstruksi. Beton sejak dulu dikenal sebagai material dengan kekuatan tekan yang
memadai, mudah dibentuk, mudah diproduksi secara lokal, relatif kaku, dan
ekonomis. Beton dibuat dengan cara mencampurkan semen portland atau semen
hidrolik, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan campuran
tambahan. Kualitas beton sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan penyusunnya
(Jumiati et al. 2012).
Keseragaman kualitas beton sangat dipengaruhi oleh keseragaman bahan dasar
dan metode pelaksanaan perencanaan beton. Kualitas dan keseragaman beton
yang disyaratkan dapat dicapai jika dalam proses pelaksanaan pembuatan beton
dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Terdapat beberapa metode
yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan beton diantaranya yaitu
metode ACI (American Concrete Institute) dan metode SNI (Standar Nasional
Indonesia). Perencanaan campuran beton (mix design) adalah suatu langkah yang
sangat penting dalam pengendalian mutu dan kualitas beton.
Kekuatan tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton. Kuat tekan
beton merupakan kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas.
Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui tingkat kekuatan beton yang
diharapkan hasilnya, serta sesuai dengan mutu beton yang direncanakan (Hamid et
al. 2007). Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
melakukan perencanaan campuran beton dan pengujian kuat tekan beton umur 7,
14, dan 28 hari.
TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perencanaan campuran beton (SNI
03-2834-2000) serta melakukan pengujian kuat tekan beton (SNI 03-1974-1990)
umur 7, 14, dan 28 hari.
2`
Gambar 1 Slump Gambar 2 Timbangan digital
3`
Gambar 9 Mold silinder Gambar 10 UTM
METODE
Penelitian perencanaan campuran beton (mix design) dan pengujian kuat tekan
beton dilakukan di Laboratorium Kekuatan Bahan Konstruksi, Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan IPB, pada 25 Novemeber hingga 16 Desember
2015. Langkah awal dalam penelitian ini yaitu dilakukannya pengendalian
kualitas dan mutu beton dengan mix design. Perencanaan campuran beton
dilakukan berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal. Tata cara yang dilakukan meliputi persyaratan umum
dan persyaratan teknis perencanaan proporsi camporan beton untuk digunakan
sebagai salah satu acuan bagi perencana dan pelaksana dalam menghitung
proporsi campuran beton tanpa bahan tambahan untuk menghasilkan beton yang
sesuai rencana. Diagram alir proses pembuatan beton disajikan dalam Gambar 11.
Penentuan nilai kuat tekan beton benda uji silinder dan tinggi slump
Penentuan kadar, air, semen, agregat kasar dan halus (SNI 03-2834-2000)
Mixing
Proses perendaman
Beton siap uj
Gambar 11 Diagram alir perencanaan campuran beton
Kuat tekan beton yang diisyaratkan sebesar 250 kg/cm2 (benda uji silinder)
untuk umur 28 hari, dengan bagian cacat 5%. Nilai slump test yang diisyaratkan
12 ± 2 cm. Nilai standar deviasi yang digunakan sebesar 50. Nilai tambah
(margin) pada beton dapat dihitung dengan persamaan (1).
4`
Nilai tambah = k × S ………………...……...…...………………………………(1)
Setelah diperoleh nilai tambah beton, maka dapat ditentukan nilai kuat tekan
rata-rata yang ditargetkan. Kekuatan tekan rata-rata dapat dihitungan dengan
persamaan (2).
Semen yang digunakan adalah portland tipe I dengan agregat kasar batu pecah,
kemudian dapat ditentukannya perkiraan kekuatan beton. Kekuatan beton yang
diperkirakan pada umur 28 hari sebesar 37 MPa dengan nilai FAS sebesar 0.43
(Lampiran 1). Ukuran butir agregat maksimum yang digunakan sebesar 20 mm
dengan nilai kadar air bebas yang diperoleh sebesar 190 kg/m3 (Lampiran 1).
Kadar semen yang diperlukan dalam perencanaan beton dihitung dengan
persamaan (3).
Kadar semen ditentukan dengan nilai yang terbesar, yaitu 441.86 kg/m3 dengan
nilai FAS sebesar 0.43. Persen pasir diperoleh berdasarkan Grafik 14 SNI 03-
2834-2000, yaitu sebesar 32.5% (Lampiran 1). Berat isi beton basah ditentukan
berdasarkan hasil plotting Grafik 16 SNI 03-2834-2000, yaitu sebesar 2435 kg/m3
(Lampiran 1). Selanjutnya besarnya kadar agregat, agregat kasar, dan agregat
halus secara berturut-turut dapat dihitung dengan persamaan (5), (6), dan (7).
Kadar agregat= berat beton isi basah - kadar semen - kadar air …………...……(5)
Keterangan:
k = tetapan statistik yang nilainya tergantung pada persentase kegagalan
hasil uji sebesar maksimum 5 % = 1.64
S = deviasi standar rencana
σbm’ = kuat tekan rata-rata (kg/cm2)
σbk = kuat tekan yang diisyaratkan (kg/cm2)
5`
perencanaan disiapkan pada wadah yang terpisah. Berat rencana ditambahkan
sebanyak 50% dari rencana awal untuk mengatasi kehilangan mutu beton ketika
diaduk. Agregat kasar dan halus dimasukkan dalam wadah dan diaduk dengan
bantuan sekop atau alat pengaduk. Selanjutnya, semen ditambahkan pada agregat
campuran dan diaduk hingga tercampur secara merata. Sepertiga air dari air total
dimasukkan ke wadah dan diaduk. Air ditambahkan sebanyak sisa air total dalam
wadah dan dilakukan pengadukan kembali. Adanya kendala campuran beton yang
terlalu kering, maka sebanyak 800 ml air ditambahkan dalam campuran beton.
Setelah pelaksanaan campuran adukan beton selesai, langkah selanjutnya yaitu
pelaksanaan slump test. Cetakan diletakkan di atas pelat dan ditahan pada kedua
sisi pinggirnya. Setiap sepertiga isi cetakan, dipadatkan dengan tongkat pemadat
sebanyak 25 kali tumbukan secara merata. Tongkat pemadat harus masuk sampai
bagian bawah dari sisi lapisan beton. Selesai pemadatan, permukaan benda uji
diratakan dengan tongkat dan dibiarkan selama 60 detik. Kemudian cetakan
diangkat secara perlahan dan tegak lurus ke arah atas. Tinggi penurunan slump
pada campuran beton diukur dan dicatat.
Bersamaan dengan uji slump test, mold silinder disiapkan. Mold dibaluri
dengan oli agar beton mudah dilepas setelah dicetak dan dikeringkan. Campuran
beton diambil langsung dari wadah adukan dengan bantuan sekop. Mold diisi
dengan campuran beton dalam tiga lapis, setiap lapis dipadatkan dengan 25 kali
tumbukan secara merata. Setelah selesai, beton didiamkan di ruang terbuka
selama 24 jam. Setelah 24 jam, mold beton dibuka dan benda uji beton
dikeluarkan. Benda uji beton direndam dalam bak perendam berisi air (curing)
selama waktu yang dikehendaki untuk proses pengujian. Selanjutnya, pelaksanaan
uji tekan beton dengan Universal Testing Machine (UTM) otomatis dilakukan
pada umur 7, 14, dan 28 hari.
6`
dengan peralatan yang lengkap yang dilayani tenaga-tenaga ahli yang dapat
melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu, misalnya balok dan jembatan.
Beton kelas III dibagi dalam mutu-mutu standar K-350, K-325, K-375, K-400, K-
450, K-500 (Brook 2003).
Dalam membuat beton yang berkualitas baik, tidak hanya dengan
mencampurkan bahan-bahan dasarnya hingga membentuk suatu benda padat.
Namun, perlu diperhatikan juga perhitungan untuk memperoleh adukan beton
yang baik dan sesuai dengan mutu yang diinginkan. Perencanaan campuran beton
dilakukan berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal. Hasil perencanaan campuran beton dengan kuat tekan
rencana 250 kg/cm2 (benda uji silinder) umur 28 hari dan tinggi slump test yang
diisyaratkan 12 ± 2 cm disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Hasil perencanaan campuran beton mutu K-250 benda uji berbentuk silinder
Uraian Nilai / Tipe Satuan
Kuat tekan yang disyaratkan (benda uji silinder) 250 kg/cm2
Deviasi Standar 50 kg/cm2
Nilai tambah (margin) 82 kg/cm2
Kekuatan rata-rata yang ditargetkan 332 kg/cm2
Jenis semen Portland I
Agregat kasar Batu pecah
Agregat halus Alami
Faktor air semen bebas (FAS) 0.43
Faktor air semen maksimum 0.43
Slump 10-30 cm
Slump test aktual (hasil pengujian) 11.50 cm
Ukuran agregat maksimum 20 mm
Kadar air bebas 190 kg/m3
Kadar semen 441.86 kg/m3
Kadar semen maksimum 316.67 kg/m3
Kadar semen minimum 275 kg/m3
Faktor air semen yang disesuaikan 0.43
Persen agregat halus 32.5 %
Berat isi beton 2435 kg/m3
Kadar agregat gabungan 1803.14 kg/m3
Kadar agregat halus 586.02 kg/m3
Kadar agregat kasar 1217.12 kg/m3
7`
Slump test merupakan cara untuk mengetahui konsistensi dan kemudahan
pengerjaan beton (workability). Nilai slump ditentukan berdasarkan selisih antara
tinggi beton dalam kerucut terpancung dan diluar kerucut terpencung (Kusnadi
dan Sulityorini 2011). Hasil slump test pada campuran beton K-250 benda uji
berbentuk silinder diperoleh tinggi slump sebesar 11.50 cm. Hasil tersebut masih
berada di dalam nilai range slump yang diisyaratkan, yaitu 12 ± 2 cm.
Data hasil perencanaan campuran beton dalam Tabel 1, juga menunjukkan
bahwa untuk membuat beton mutu K-250 dengan benda uji berbentuk silinder,
diperlukan kadar semen sebesar 441.86 kg/m3, kadar air sebesar 190 kg/m3, kadar
agregat halus sebesar 586.02 kg/m3, dan kadar agregat kasar batu sebesar 1217.12
kg/m3. Jenis semen yang digunakan yaitu semen portland tipe I. Sedangkan, jenis
agregat kasar dan halus yang digunakan secara berturut-turut yaitu batu pecah dan
alami. Perbandingan kuat beton pada berbagai umur disajikan dalam Tabel 2 .
Tabel 2 Perbandingan nilai kuat tekan beton menurut literatur dan sebenarnya
Kuat tekan
Kuat tekan sebenarnya
Umur beton (hari) Perbandingan literatur
2 (kg/cm2)
(kg/cm )
3 0.46 115 -
7 0.70 175 155.75
14 0.88 220 172.06
21 0.96 240 -
28 1.00 250 198.03
8`
kekuatan beton sekitar 5% tanpa perubahan air semen (Mehta 1986). Hasil
pengukuran berat beton pada umur 7, 14, dan 28 hari disajikan dalam Tabel 3.
Gambar 12 Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 7 hari
Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 7 hari dalam Gambar 12
menunjukkan bahwa nilai lendutan (displacement) meningkat seiring
bertambahnya pembebanan. Nilai lendutan saat mengalami kondisi ultimate yaitu
sebesar 9 mm, dengan kuat tekan 155.75 kg/cm2. Selanjutnya, setelah melewati
kondisi ultimate, beton mulai mengalami kondisi rupture. Kondisi rupture
biasanya ditandai dengan adanya retakan atau patahan pada benda uji beton.
Besarnya kekuatan beton dalam menahan beban mulai mengalami penurunan
yang secara drastis. Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 14 hari
disajikan dalam Gambar 13.
9`
Gambar 13 Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 14 hari
Gambar 14 Grafik hasil pengujian kuat tekan beton pada umur 28 hari
Berdasarkan grafik hasil pengujian kuat tekan beton umur 28 hari dalam
Gambar 14, dapat ditunjukkan bahwa lendutan terus mengalami peningkatan
seiring bertambahnya pembebanan. Proses ini terus berlangsung hingga beton
mencapai kondisi ultimate. Dalam kondisi ultimate nilai kuat tekan beton dan
lendutan berada pada kondisi maksimum, secara berturut-turut sebesar 198.03
10`
kg/cm2 dan 5.9 mm. Setelah melewati kondisi ultimate, kuat tekan beton akan
mengalami retakan atau patahan pada benda uji beton yang ditandai dengan
penurunan kekuatan beton secara drastis.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perencanaan beton mutu K-250
dengan benda uji berbentuk silinder dan tinggi slump 12 ± 2 cm, diperlukan kadar
semen portland tipe I sebanyak 441.86 kg/m3, kadar air sebanyak 190 kg/m3,
kadar agregat halus alami sebanyak 586.02 kg/m3, dan kadar agregat kasar batu
pecah sebanyak 1217.12 kg/m3. Kekuatan beton K-250 semakin meningkat
seiring bertambahnya umur beton. Nilai kuat tekan beton sebenarnya pada umur 7
hari sebesar 155.75 kg/cm2, umur 14 hari sebesar 172.06 kg/cm2, dan umur 28
hari sebesar 198.03 kg/cm2. Mutu kuat tekan beton berada di bawah nilai literatur,
dapat disebabkan oleh proses penambahan air. Beton K-250 tergolong dalam kelas
II yang dapat diaplikasikan pada pembuatan lantai dan kolom struktural.
DAFTAR PUSTAKA
Brook KM. 2003. Bahan dan Praktek Beton Cetakan Ketiga. Jakarta (ID):
Erlangga.
Hamid A, Suraatmdja, Sihotang A. 2007. Pengaruh modulus kehalusan pasir
pada beton dengan mixed design metode ACI. J Teknik Sipil. 5(1): 12-16.
Jumiati, Alamsyah, Enda D. 2012. Perbandingan efisiensi dengan menggunakan
metode ACI dan metode SNI untuk mutu beton K-250. J Ilmiah Mahasiswa.
1(1): 133-139.
Kandi YS. 2012. Substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan
menggunakan pasir laut pada campuran beton. J Teknik Sipil. 1(4): 74-86.
Kartini W. 2007. Penggunaan serat polypropylene untuk meningkatkan kuat tarik
belah beton. J Rekayasa Perencanaan. 4 (1): 1-13.
Kusnadi, Sulistyorini D. Pengaruh penambahan superplastisizer terhadap
campuran beton ringan yang menggunakan Styrofoam. INERSIA. 7(2): 124-
140.
Mehta PK. 1986. Structure, Properties, and Materials. New Jersey (US): Prentice
Hall.
11`
Lampiran 1 Perencanaan campuran beton (mix design)
12`
Keterangan: Penentuan FAS
13`
Keterangan: Penentuan perkiraan berat isi beton
14`
Lampiran 2 Contoh perhitungan mix design beton K-250
15`
Lampiran 3 Contoh perhitungan kuat tekan beton K-250 dan berat isi beton
16`