NOVEMBER, 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
GANGGUAN CEMAS
Oleh :
Pembimbing :
dr. Lanny Pratiwi, Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN
i
KATA PENGANTAR
Penulis
2
BAB I
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
A. Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : Baharuddin Naro
Tanggal Lahir : 30-12-1977
Nomor RM : 203699
Umur : 42 Tahun
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Alamat : Manggeboki
B. Pemeriksaan Fisik
TTV :
Tensi : (-) mmHg
Nadi : (-) x/m
Pernapasan : (-) x/m
Suhu : (-) C
Kepala :
Mata : (-)
Telinga : (-)
Hidung : (-)
Gigi : (-)
Mulut : (-)
Thorax :
Paru : (-)
Jantung : (-)
Abdomen :
Hati : (-)
Limba : (-)
4
Genetalia : (-)
Extremitas : (-)
Kulit : (-)
5
ALLOANAMNESIS
6
Istri Pasien : Kumpul dengan teman-temannya dok, atau guling-guling
berusaha untuk tidur dok
Dokter Muda : Mohon Maaf bu, waktu kecil bapak kelahirannya bagaimana
bu, dimana, dan dibantu oleh siapa bu?
Istri Pasien : Iya dok, bapak lahir normal, dirumah, dan dibantu oleh
dukun beranak dok
Dokter Muda : Waktu bapak kecil bagaimana pemberian ASI dari ibunya
bu? Dan bagaimana pertumbuhan dan perkembangannya apa
ada gangguan atau keluhan bu?
Istri Pasien : Iya dok, Bapak dapat ASI waktu kecil dok, dan tidak ada
gangguan pertumbuhan dan perkembangannya bapak waktu
kecil dok
Dokter Muda : Bapak Bersaudara berapa bu, dan anak keberapa?
Istri Pasien : Bapak 4 Bersaudara dan anak pertama dok
Dokter Muda : Bagaimana Pergaulannya bapak dengan keluarga dan
disekitarnya bu?
Istri Pasien : Alhamdulillah bagus dok tidak ada keluhan untuk
pergaulannya, sering kumpul dengan tetangga dok
Dokter Muda : Mohon Maaf bu Bapak Perokok bu?
Istri Pasien : Iye dok bapak perokok
Dokter Muda : Mohon maaf bu, bapak minum-minuman yang beralkohol
bu?
Istri Pasien : Iya dok minum tapi jarang sekali dok
Dokter Muda : Apa penyakit sebelumnya yang pernah diderita bapak bu,
mungkin sampai di opname bu?
Istri Pasien : Ada dok, Typhoid dok
Dokter Muda : Oh iya bu, saya telah melakukan beberapa pertanyaan
insyaAllah pertanyaan dan jawaban dari ibu ini akan
menunjang untuk terapi bapaknya, trima kasih banyak bu atas
partisipasinya,
Istri Pasien : Iye dok Sama-sama dok, trima kasih dok
7
BAB II
RESUME MEDIS
8
Pemeriksaan Fisik :
TTV
TD : (-) mmHg
N : (-) x/m
P : (-) x/m
S : (-) C
Pemeriksaan Penunjang :
- (-)
9
BAB III
PEMBAHASAN
GANGGUAN CEMAS
Definisi
Ketegangan, rasa tak aman atau kekhawatiran yg timbul karena dirasakan akan terjadi
sesuatu yg tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui.
Kecemasan normal adalah adaptif. Ini adalah respon bawaan untuk ancaman atau tidak
adanya orang atau benda yang menandakan keselamatan dapat menimulkan gangguan
kognitif (khawatir) dan somatik (jantung berdebar-debar, berkeringat, gemetar, kedinginan,
dll) gejala. Kecemasan patologis adalah kecemasan yang berlebihan, merusak fungsi.
Penatalaksanaan
Psikoterapi : (Kognitif Perilaku, Suportif, Berorientasi Insight)
Farmakoterapi :
Pengobatan dgn obat perlu 6 - 12 bln atau lebih lama.
25% pasien relaps setelah 1 bln obat dihentikan, 60% - 80% penderita relaps dlm
waktu 1 thn.
- Benzodiazepine Drugs of choice : Xanax 0,25 - 0,5 mg
- Ativan = Renaquil
- Buspiron (Buspar):efektif 60% - 80% perlu waktu : 2-3 minggu baru terlihat
hasilnya
- Antidepressan trisiklik : Amitriptilin, Imimpramin, SSRI
- B-bloker : Propranolol
Diagnosis
Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak
ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F 40.-)
Untuk diagnosis pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas
berat (severe attack of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan :
(a) Pada keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
11
(b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga
sebelumnya (unpredictable situations)
(c) Dengan keadaan yang relatif bebas dari dari gejala-gejala anxietas pada
periode diantara serangan anxietas pada periode diantara serangan-serangan panik
(meskipun demikian umumnya dapat terjadi juga “anxietas andapat terjadi juga
“anxietas antisipatoric” yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu
yang mengkhawatirkan akan terjadi.
Penatalaksanaan
70% respon terhadap pengobatan lebih baik
Pendidikan, jaminan, pengurangan kafein, alkohol, obat-obatan, stimulan
Terapi kognitif-perilaku
Farmakologik :
- Diazepam, Alprazolam (Xanax)
- Imipramin (Tofranil)
- Buspiran (Buspar)
- Obat- SSRI, Paroxetine, Sertraline, fluoxetine. venlafaxine, trisiklik, MAOIs,
- valproate, gabapentin
Psikoterapi :
- Terapi kognitif-behaviour
- efektif untuk gangguan panik
- koreksi keyakinan yang salah (kecenderungan mis-interpretasi sensasi-sensasi badan
sebagai serangan panik atau kematian)
- menjelaskan bahwa serangan panik itu terbatas waktunya dan tidak mengancam
kehidupan
- relaksasi
- desensitisasi
12
3. Gangguan phobia
Definisi.
Ketakutan yg menetap hebat & irrasional terhadap suatu objek, aktivitas atau
situasi spesifik yg menimbulkan suatu keinginan mendesak utk menghindari objek,
aktivitas atau situasi yg ditakuti. Rasa takut itu diketahui oleh individu sebagai suatu
yg berlebih atau secara proporsional tak masuk akal terhadap bahaya aktual dari
objek, aktivitas atau situasi itu.
Diagnosis
Anxietas dicetuskan oleh adanya situasi atau objek yang jelas (dari luar individu itu
sendiri) yang sebenarnya pada saat kejadian itu tidak membahayakan. Kondisi lain
(dari individu itu sendiri) seperti perasaan takut akan adanya penyakit (nosofobia) dan
ketakutan akan perubahan bentuk badan (dismorfobia) yang tidak realistik
dimasukkan dalam klasifikasi F45.2 (gangguan hipokondrik)
Sebagai akibatnya, objek atau situasi tersebut dihindari atau dihadapi dengan rasa
terancam.
Secara subjektif, fisiologik dan tampilan perilaku, anxietas fobik tidak berbda dari
anxietas lainnya dan dapat dalam bentuk yang ringan sampai yang berat (serangan
panik).
Anxiatas fobik sering kali berbarengan (coexist) dengan depresi. Suatu episode
depresi sering kali memperburuk keadaan anxietas fobik yang sudah ada sebelumnya.
Beberapa episode depresi dapat disertai anxietas fobik yang temporer, sebaliknya afek
depresi sering kali menyertai berbagai fobia, khususnya agoraphobia. Pembuatan
diagnosis tergantung dari mana yang jelas-jelas timbul lebih dahulu dan mana yang
lebih dominan pada saat pemeriksaan.
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif atau tindakan kompulsif
atau kedua-duanya, harus ada hampir setiap hari selama sedikitnya dua u
minggberturut-turut.
Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas
penderita.
14
(c) Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan hal yang memberi
kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak
dianggap sebagai kesenangan seperti diatas)
(d) Gagasan, bayangan pikiran atau impuls tersebGagasan, bayangan pikiran atau
impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
(unpleasantly repetitive).
Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran (obsesif) dengan depresi.
Penderita gangguan obsesif kompulsif juga menunjukkan gejala depresi dan
sebaliknya penderita gangguan depresi berulang (F33.-) dapat menunjukkan pikiran
menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama episode deepresifmya. Dalam berbagai
situasi dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut meningkat atau menurunnya
gejala depresif umumnya dibarengi secara parallel dengan perubahan gejala obsesif.
Bila terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka diagnosis diutamakan dari
gejala-gejala yang timbul lebih dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada
gangguan dpresif pada saat gejala obsesif kompulsif tersebut timbul.Bila dari
keduanya tidak ada yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai
diagnosis primer. Pada gangguan menahun, maka priotas diberikan pada gejala yang
paling bertahan saat gejala lain menghilang.
Penatalaksanaan
Psikofarmaka
Kombinasi Nobrium + Trilafor
Anti depressan : Anafranil, SSRI
Psikoterapi
Terapi suportif : penerangan & pendidikan
Terapi perilaku : desensitisasi, pikiran distop, flooding, implosion, aversion
15
5. Gangguan stress pasca trauma
Diagnosis
• Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6
bulan setelah kejadian traumatis berat (masa laten berkisar antara beberapa monggu
sampai beberapa bulan , jarang melampaui 6 bulan),` Kemungkinan diagnosa masih
dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan
melebihi 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat
alternatif kategori gangguan lainnya
• Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didaoatkan bayang-bayang atau
mimpi–mimpi dari kejadian traumatik secara berulang-ulang kembali (flashback).
• Gangguan otonomil, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat
mewarnai diagnosis, tetapi tidak khas.
• Suatu “sequele” menahun yang terjadi lambat setelah stres yang luar biasa misalnya
saja beberapa puluh tahun setelah bencana, diklasifikasikan dalam katagori F 62.0
(perubahan kepribadian yang berlangsung setelah kejadian katas trofi,
Penatalaksanaan
Ketika seorang dokter dihadapkan dengan pasien yang telah mengalami
trauma yang bermakna, pendekatan utama adalah dukungan, dorongan untuk
membahas acara, dan edukasi tentang berbagai mekanisme koping (misalnya,
relaksasi). Penggunaan obat penenang dan hipnotik juga dapat membantu. Ketika
seorang pasien mengalami peristiwa traumatis di masa lalu dan sekarang memiliki
PTSD, penekanan harus pada pendidikan tentang gangguan dan pengobatan, baik
farmakologis dan psikoterapi. Dokter juga harus bekerja untuk destigmatisasi gagasan
penyakit mental dan PTSD. Dukungan tambahan untuk pasien dan keluarga dapat
diperoleh melalui kelompok dukungan lokal dan nasional untuk pasien dengan PTSD.
Farmakoterapi
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti sertraline (Zoloft) dan
paroxetine (Paxil), dianggap pengobatan lini pertama untuk PTSD, karena peringkat
khasiat, tolerabilitas, dan keselamatan mereka. SSRI mengurangi gejala dari semua
16
kelompok PTSD gejala dan efektif dalam meningkatkan gejala unik untuk PTSD,
bukan hanya gejala yang mirip dengan mereka yang depresi atau gangguan
kecemasan lainnya. Buspirone (BuSpar) adalah serotonergik dan
juga mungkin digunakan.
Obat lain yang mungkin berguna dalam pengobatan PTSD meliputi inhibitor
monoamine oxidase (MAOIs) (misalnya, phenelzine [Nardil]), trazodone (Desyrel),
dan antikonvulsan (misalnya, carbamazepine [Tegretol], valproate [Depakene]).
Beberapa penelitian juga mengungkapkan peningkatan PTSD pada pasien yang
diobati dengan reversibel inhibitor monoamine oxidase (Rimas). Penggunaan
clonidine (Catapres) dan propranolol (Inderal), yang adalah agen antiadrenergic,
disarankan oleh teori tentang hiperaktif noradrenergik di gangguan. Hampir tidak ada
perhatian positif data penggunaan obat antipsikotik dalam gangguan, sehingga
penggunaan obat-obatan seperti haloperidol (Haldol) harus disediakan untuk kontrol
jangka pendek agresi parah dan agitasi.
Psikoterapi
Psikoterapi psikodinamik mungkin berguna dalam pengobatan banyak pasien
dengan PTSD. Dalam beberapa kasus, rekonstruksi peristiwa traumatis dengan
abreaksi terkait dan katarsis mungkin terapi, tetapi psikoterapi harus individual karena
reexperiencing trauma menguasai beberapa pasien.Intervensi psikoterapi untuk PTSD
17
meliputi terapi perilaku, terapi kognitif, dan hipnosis. Banyak dokter menganjurkan
psikoterapi waktu terbatas untuk korban trauma. Terapi seperti biasanya mengambil
pendekatan kognitif dan juga memberikan dukungan dan keamanan. Sifat jangka
pendek dari psikoterapi yang meminimalkan risiko ketergantungan dan kronisitas,
tetapi isu-isu kecurigaan, paranoia, dan kepercayaan sering mempengaruhi kepatuhan.
Terapis harus mengatasi penolakan pasien dari peristiwa traumatik, mendorong
mereka untuk bersantai, dan menghapus mereka dari sumber stres. Pasien harus
didorong untuk tidur, menggunakan obat jika diperlukan.
Teknik psikoterapi lain yang relatif baru dan agak kontroversial adalah
gerakan mata desensitisasi dan pengolahan ulang (EMDR), di mana pasien berfokus
pada gerakan lateral jari klinisi tetap menjaga citra mental dari pengalaman trauma.
Kepercayaan umum adalah bahwa gejala dapat dikurangi sebagai pasien bekerja
melalui peristiwa traumatis sementara dalam keadaan relaksasi yang mendalam. Para
18
pendukung pengobatan ini menyatakan itu adalah sebagai efektif, dan mungkin lebih
efektif, dibandingkan perawatan lain untuk PTSD dan yang lebih disukai oleh dokter
dan pasien yang telah mencobanya.
Selain teknik terapi individu, terapi kelompok dan terapi keluarga telah dilaporkan
efektif dalam kasus PTSD. Keuntungan dari terapi kelompok termasuk berbagi
pengalaman traumatis dan dukungan dari anggota kelompok lainnya. Terapi
kelompok telah sangat sukses pada veteran
Veteran dan korban bencana bencana seperti gempa bumi. Terapi keluarga sering
membantu mempertahankan perkawinan melalui periode gejala diperburuk. Rawat
inap mungkin diperlukan bila gejala sangat parah atau ketika risiko bunuh diri atau
kekerasan lainnya ada.
19
DAFTAR PUSTAKA
20