Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN MATERI KULIAH PENGAUDITAN II

PENYELESAIAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENGUMPULAN PIUTANG: PIUTANG USAHA
Nama Dosen: Made Yenni Latrini, S.E., M.Si

Diusulkan oleh Kelompok 10:

Gusti Ayu Intan Puspita Dewi (1707532088)/12

I Putu Artha Satria Wibawa (1707532099)/19

I Made Gilang Jhuniantara (1707532104)/23

I Gusti Ayu Ngurah Pradnyadevi Utami (1707532111)/29

PROGRAM STUDI AKUNTANSI REGULER DENPASAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2019

BALI
A. METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO
Dalam memutuskan bukti yang sesuai untuk melakukan pengujian rincian saldo
harus diputuskan secara objektif satu-persatu, dan melakukan beberapa interaksi yang
memengaruhi pengambilan keputusan. Dalam merancang pengujian rincian saldo untuk
rekening piutang harus memenuhi 8 tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Adapun
tujuan tersebut terdiri dari :
1. Rekening umur piutang dalam neraca saldo sesuai jumlahnya dengan data asli
lainnya, dan totalnya ditambah dengan benar dan sesuai dengan jurnal buku
besar (detail tie-in).
2. Piutang usaha yang dicatat ada (existence).
3. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (completeness).
4. Piutang usaha sudah akurat (accuracy).
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar (classification).
6. Pisah batas piutang usaha sudah benar (cut-off).
7. Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi (realizable value).
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha (rights).
Adapun tahapan – tahapan untuk merancang pengujian rinci saldo – piutang usaha,
antara lain sebagai berikut.
1. Tahap Pertama
1) Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang
Usaha. Pemahaman mengenai industri dan lingkungan eksternal klien
serta mengevaluasi tujuan manajemen yang digunakan untuk
mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan, dapat memengaruhi
laporan keuangan termasuk piutang usaha. Karena itu auditor harus
melaksanakan prosedur analitis untuk menunjukkan kenaikan risiko salah
saji piutang usaha. Ketika mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang
direncanakan dalam piutang usaha, auditor mengembangkan risiko yang
mempengaruhi piutang usaha.
2) Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko
Inheren. Auditor harus memutuskan perimbangan pendahuluan mengenai
materialitas laporan keuangan secara keseluruhan dan kemudian
mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca

1
yang signifikan, termasuk piutang usaha. Secara khusus piutang usaha
merupakan salah satu akun yang paling material, bahkan untuk saldo
piutang yang paling kecil sekalipun, transaksi dalam silkus penjualan dan
penagihan yang mempengaruhi saldo piutang usaha hampir pasti sangat
signifikan.
3) Menetapkan Risiko Pengendalian Untuk Siklus Penjualan Dan
Pengumpulan Piutang. Auditor biasanya menekankan 3 aspek
pengendalian internal yaitu pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi
kesalahan dan kecurangan; pengendalian terhadap pisah batas; dan
pengendalian yang berkaitan dengan akun cadangan kerugian piutang.
2. Tahap Kedua
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Transaksi. Hasil pengujian pengendalian menentukan apakah
penetapan risiko pengendalian untuk penjualan dan pengumpulan piutang harus
direvisi atau tidak.
3. Tahap Ketiga
1) Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis. Prosedur Analitis
sering diterapkan pada tiga tahapan audit, yakni tahap perencanaan, ketika
melakukan pengujian detil saldo, dan pada saat penyelesaian audit.
Auditor melakukan prosedur analitis keseluruhan siklus penjualan dan
pengumpulan piutang, tidak hanya piutang usaha
2) Merancang dan Melaksanakan Pengujian Detil Saldo Piutang Usaha.
Pengujian detil saldo yang tepat tergantung pada faktor-faktor yang
tercantum dalam kertas kerja perencanaan bukti. Tugas untuk memadukan
faktor-faktor yang menentukan risiko deteksi direncanakan cukup
kompleks karena pengukur setiap faktor tidak bisa dipresisi dan bobot
yang diberikan pada setiap faktor sangat subyektif.

B. PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO


Dalam pengujian rinci saldo atas piutang usaha, hal yang harus kita perhatikan
yaitu tujuan – tujuan audit saldo yang diasumsikan oleh beberapa hal sebagai berikut.
1) Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti.

2
2) Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian rinci
untuk setiap tujuan audit
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung apakah
bukti untuk suatu tujuan ditetapkan rendah, medium, atau tinggi.
1. Kecocokan Saldo Dalam Catatan
Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian
piutang akan didasarkan pada daftar umur piutang yang merupakan suatu daftar yang
berisi saldo-saldo setiap akun yang terdapat dalam master file piutang usaha per tanggal
neraca. Auditor harus memastikan bahwa klien telah menggolongkan piutang dengan
tepat, dan piutang usaha dipisahkan dari piutang lainnya, serta juga auditor harus
memastikan bahwa penggolongan telah disajikan dengan tepat dengan menentukan
apakah transaksi dengan pihak berelasi telah dicantumkan dengan benar selama tahap
penyelesaian audit.
2. Pisah Batas Piutang Usaha
Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi tahun ini dicatat pada
tahun berikutnya atau sebaliknya. Adapun tujuan dari jenis transaksi pisah batas untuk
memeriksa apakah transaksi menjelang akhir tahun buku telah dicatat pada periode yang
tepat. Pisah batas penting dalam siklus ini untuk menghindari kesalahan penyajian yang
dapat memengaruhi laba bersih periode ini. Kesalahan penyajian pisah batas terjadi
pada penjualan, dan penerimaan kas. Dalam menentukan kewajaran pisah batas, auditor
penting melakukan penetapkan kriteria yang tepat untuk pisah batas; mengevaluasi
apakah klien telah menetapkan prosedur yang memadai untuk pisah batas yang
sewajarnya; dan menguji apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar atau tidak.
3. Pisah Batas Penjualan
Bagian terpenting dalam menilai metoda yang digunakan klien untuk mendapat
pisah batas yang dipercaya adalah prosedur yang digunakan. Apabila klien menerbitkan
dokumen pengiriman barang bernomer urut cetak secara berurutan, maka evaluasi dan
pengujian pisah batas bisa dilakukan derngan mudah. Namun apabila pengiriman
dilakukan dengan truk milik perusahaan klien, apabila dokumen pengiriman barang
tidak bernomor urut cetak, dan pegawai bagian pengiriman merangkap sebagai pembuat
faktur, maka akan terjadi kesulitan dan tidak terjamin terjadinya pisah batas yang tepat.

3
Apabila pengendalian internal perusahaan klien cukup baik, auditor biasanya dapat
memeriksa pisah batas dengan meminta dokumen pengiriman barang yang terakhir yang
dilakukan akhir tahun buku dan membandingkan nomor bukti prngiriman barang ini
dengan penjualan tahun ini dan penjualan tahun berikutnya.
4. Pisah Batas Retur Penjualan
Standar akuntansi menyaratkan retur penjualan bisa ditandingkan dengan penjualan
yang bersangkutan pada periode yang sama, apabila jumlahnya material. Apabila
auditor percaya bahwa klien mencatat semua penjualan retur dengan benar, pisah batas
bisa dilakukan dengan mudah dan langsung. Auditor dapat memeriksa suatu sampel
bukti mendukung retur penjualan yang terjadi beberapa minggu setelah berakhirnya
tahun buku untuk menentukan tanggal penjualan yang berkaitan dengan retur tersebut.
5. Pisah Batas Penerimaan Kas
Pengujian kesalahan penyajian pisah batas penerimaan kas mudah dilakukan
dengan cara menelusur penerimaan kas ke setoran kas ke bank yang nampak dalam
laporan bank pada periode berikutnya.
Pada tingkat tertentu auditor bisa juga mengandalkan pada konfirmasi piutang
untuk mengungkap kesalahan penyajian pisah batas penjualan, retur penjualan, dan
penerimaan kas. Namun, auditor sering kali mengalami kesulitan dalam membedakan
kesalahan penyajian pisah batas karena adanya perbedaan waktu yang normal yang
timbul dari pengiriman barang dan penerimaan kas dalam perjalanan pada akhir tahun.
6. Nilai Bersih Yang Bisa Direalisasikan-Piutang Usaha
Nilai piutang yang bisa direalisasi sama dengan piutang bruto dikurangi dengan
cadangan kerugian piutang. Untuk menghitung besarnya cadangan, klien menaksir
jumlah total piutang yang diperkirakan tidak akan bisa ditagih. Sudah tentu klien tidak
akan bisa menaksir secara tepat, tapi bagi auditor sudah dipandang memadai apabila
taksiran masuk akal setelah mempertimbangkan berbagai data terkait. Untuk membantu
penilaian ini, auditor sering membuat suatu daftar audit yang menganalisis cadangan
kerugian piutang.
Untuk mereview cadangan kerugian piutang, auditor mereview hasil pengujian
pengendalian yang berkaitan dengan kebijakan pemberian kredit pada perusahaan klien.
Auditor juga mengevaluasi kecukupan cadangan dengan memeriksa secara cermat
akun-akun yang memiliki jangka panjang dalam daftar umur piutang untuk menentukan

4
mana yang belum juga diterima pembayarannya setelah lewat tanggal neraca. Auditor
memiliki dua kelemahan dalam mengevaluasi cadangan dengan cara mereview saldo
berjangka panjang individual dalam daftar umur piutang.
Pertama, akun-akun yang belum jatuh tempo diabaikan dalam penetapan kecukupan
cadangan, walaupun sebagian dari piutang ini tidak digunakan lagi tidak akan dapat
diterima. Kedua, sulit untuk membandingkan hasil dari tahun ini dengan tahun
sebelumnya untuk sesuatu yang tidak tersetruktur.
7. Beban Kerugian Piutang
Setelah auditor merasa puas dengan cadangan kerugian piutang, selanjutnya akan
mudah untuk memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa saldo awal
dalam akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dari audit tahun yang lalu; piutang
tak tertagih yang telah dihapus telah diperiksa sebagai bagian dari pengujian substantif
transaksi; saldo akhir dalam akun cadang telah diperiksa dengan berbagai cara. Beban
kerugian piutang selanjutnya akan dapat ditentukan dari selisihnya yang dapat diperiksa
dengan rekalkulasi.
8. Hak Klien Atas Piutang Usaha
Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan masalah dalam audit,
karena piutang biasanya memang merupakan milik klien. Namun dalam hal tertentu
sebagian dari piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau digadaikan, atau dijual
kepada seseorang, atau dijual dengan discount. Pada umunya para debitur klien tidak
mengetahui adanya hal tersebut, sehingga konfirmasi tidak akan menunjukkan hal
tersebut. Untuk mengungkapkan situasi dimana klien telah dibatasi haknya atas piutang,
auditor bisa mereview notulen rapat, membicarakannya dengan klien, mengirim
konfirmasi ke bank, memeriksa perjanjian pinjaman untuk mencari informasi tentang
penggadaian atau penjaminan piutang, serta memeriksa arsip korespondensi.
9. Penyajian dan Pengungkapan-Piutang Usaha
Pengujian atas keempat tujuan penyajian dan pengungkapan biasanya dilakukan
sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit. Namun demikian sejumlah penyajian dan
pengungkapan sering dilakukan dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit saldo.
Auditor juga harus memastikan apakah klien telah menggabungkan dengan tepat dan
mengungkapkan informai tentang transaksi dengan pihak berelasi dalam aporan
keuangan.untuk menilai kecukupan penyajian dan pengungkapan, auditor harus

5
memiliki pemahaman yang mendalam tentang persyaratan yang ditetapkan dalam
standar akuntansi keuangan tentang penyajian dan pengungkapan.
Bagian terpenting dalam penilaian menyangkut keputusan tentang apakah klien
telah memisahkan sejumlah piutang yang berjumlah material yang membutuhkan
pengungkapan dalam laporan.

C. KONFIRMASI PIUTANG USAHA


Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang telah berulang-ulang disinggung
dalam pembahasan tentang perancangan pengujian rinci saldo untuk piutang usaha.
Tujuan utama konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan,
ketelitian, dan pisah batas.
1. Ketentuan dalam Standar Audit
SA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber
dan sifatnya, dan ini tergantung pada kondisi individual yang dari satu bukti audit
tersebut diperoleh. SA juga mencakup generalisasi berikut yang relevan terhadap bukti
audit:
a) Bukti audit lebih andal ketika diperoleh dario sumber independen di luar entitas
b) Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor lebih andal daripada
bukti audit yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui penarikan
kesimpulan
c) Bukti audit lebih andal dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk
kertas, elktronik, atau media lainnya.
2. Jenis – Jenis Konfirmasi
1) Konfirmasi Positif, adalah suatu permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga
untuk merespons secara langsung kepada auditor yang menunjukan apakah
pihak yang dikonfirmasi setuju atau tidak setuju dengan informasi yang terdapat
dalam permintaan konfirmasi, atau menyediakan informasi yang diminta (SA
505.6B.).
2) Konfirmasi Bentuk Kosong (blank), adalah sejenis konfirmasi positif tetapi
konfirmasi tersebut tidak menyebutkan jumlah rupiah melainkan meminta si
penerima untuk menyebutkan jumlah saldo atau menyampaikan informasi
lainnya.

6
3) Konfirmasi Faktur, adalah jenis lain dari konfirmasi positif yang hanya minta
konfirmasi atas suatu faktur tertentu, tidak mengenai saldo piutang secara
keseluruhan.
4) Konfirmasi Negatif, adalah permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga untuk
merespons secara langsung kepada auditor hanya jika pihak yang dikonfirmasi
tidak setuju dengan informasi yang terdapat dalam permintaan konfirmasi.
Konfirmasi tidak tepat digunakan dalam keadaan sebagai berikut :
1. Auditor memandang konfirmasi tidak akan menjadi bukti yang epektif karena
tingakt jawaban diperkirakan tidak akan cukup atau tidak bisa dipercaya. Pada
bidang usaha tertentu, seperti misalnya rumah sakit, tingakt jawaban terhadap
konfirmasi sangat rendah.
2. Tingak risiko bawaan ditambah dengan risiko pengendalian adalah rendah dan
bukti substantif lain bisa dikumpulkan apabila klien memiliki pengendalian
internal yang efektif dan risiko bawaan yang rendah untuk siklus penjualan dan
pengumpulan piutang, auditor sering merasa puas dengan bukti yang diperlukan
melalui pengujian pengendalian, pengujian substantif transakti, dan prosedur
analitis.
3. Saat Pengiriman Konfirmasi
Saat pengiriman konfirmasi bukti paling bisa dipercaya diperoleh apabila
konfirmasi dikirimkan sedekat mungkin dengan akhir tahun buku. Hal ini
memungkinkan auditor secara langsung menguji saldo piutang usaha yang tercantum di
neraca tanpa harus memutahirkan saldo dengan transaksi yang terjadi anatara tanggal
konfirmasi dan tanggal neraca. Namun demikian, agar audit bisa selesai tepat waktu,
kadang – kadang diperlukan untuk mengirim konfirmasi pada tanggal interim (sebelum
tanggal akhir tahun buku). Apabila auditor memutuskan untuk mengirim konfirmasi
sebelum akhir tahun buku, auditor harus membuat rekonsiliasi untuk transaksi yang
terjadi Antara tnggal konfirmasi dengan tanggal neraca.
4. Ukuran Sampel untuk Konfirmasi
1) Ukuran sampel
Faktor – faktor penting ayng mempengaruhi ukuran sampel piutang yang akan
dikirimi konfirmasi meliputi:
a) Kesalahan penyajian ditoleransi

7
b) Risiko bawaan (ukuran relatif total piutang, jumlah akun, hasil tahun lalu dan
kesalahan penyajian yang diperkirakan)
c) Risiko pengendalian
d) Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lain ( luas dan hasil
pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, dan pengijauan detail lainnya.
e) Jenis konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya memerlukan ukuran sampel yang
lebih besar).
2) Pemilihan Unsur – unsur untuk Diuji
Dalam pendekatan yang bisa dilakukan untuk melakukan stratifikasi untuk
memilih saldo yang akan dikonfirmasi, auditor mempertimbangkan baik besarnya
jumalah rupiah saldo, maupun jangka waktu atau umur piutang. Pada kebanyakan
audit, tekanan biasanya diberikan pada akun berjumlah rupiah besar dan telah lama
lewat waktu karena akun yang demikian berpotensi dalam kesalahan penyajian.
5. Pemriksaan Alamat Dan Pengawasan Atas Konfirmasi
Auditor harus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat email
yang digunakan dalam konfirmasi. Sebagai contoh, auditor harus mempertimbangkan
untuk melakukan prosedur tambahan apabila alamat hanya berupa kontak pos, atau
apabila alamat email tidak sama dengan alamat website pelanggan.
6. Tindak Lanjut Atas Konfirmasi Tak Berjawab
Tidaklah tepat untuk memandang konfirmasi yang telah dikirim tetapi tidak
dikembalikan debitur sebagai bukti audit yang signifikan. Sebagai contoh, konfirmasi
positif tidak berjawab tidak boleh diberlakukan sebagai bukti audit. Begitu pula untuk
konfirmasi negatig, auditor jangan berkesimpulan bahwa debitur telah menerima
permintaan konfirmasi dan mencermati informasi yang diminta.
1) Penerima Kas Kemudian. Bukti terjadinya penerimaan kas telah lewat tanggal
konfirmasi, meliputi pemeriksaan atas surat pengantar pembayaran, ayat jurnal
dalam catatan penerimaan kas, dan barang kali juga pengkredian kemudian atas
piutang dalam master file piutang usaha. Auditor harus benar – benar cermat
dalam mecocokan transaksi penjualan yang belum diterima pembayarannya
dengan bukti pembayaran yang terjadi kemudian untuk menguji ketidakjelasan
ketidakcocokan atas faktur – faktur yang diterbitkan.

8
2) Duplikat Faktur Penjualan. Dokumen ini berguan dalam pemeriksaan faktur
penjualan yang sesungguhnya diterbitkan dengan tanggal sesungguhnya
dilakukan penagihan.
3) Dokumen Pengiriman Barang. Dokumen ini berguna dalam menetapkan
apakah pengiriman sungguh telah dilakukan dan untuk pengujian pisah batas.
4) Korespondensi dengan Klien. Biasanya auditor tidak merasa perlu untuk
merevew korespondensi dengan klien sebagai bagaian dari prosedur alternatif,
tetapi korespondensi bisa digunakan untuk mengungkapkan ketidakjelasan dan
piutang yang dipertanyakan yang tidak terungkap dengan cara lain.
7. Analisis Selisih
Apabila konfirmasi dikembalikan oleh debitur , auditor harus menentukan apa yang
menyebabkan terjadi selisih (jika ada). Dalam banyak hal, perbedaan sering disebabkan
karena perbedaan waktu pencataatan klien dengan debitur.
1) Pembayaran Telah Dilakuakn Debitur. Selisih atau perbedaan antara catatan
klien dengan catatan debitur sering kali timbul apabila debitur telah melakukan
pembayaran sebelum tanggal konfirmasi, tetapi klien belum menerima
pembayaran tersebut sampai tanggal konfirmasi.
2) Barang Belum Diterima Debitur. Ketika barang masih dalam perjalanan
sering menjadi penyebab terjadinya selisih. Hal ini harus diselidiki untuk
menentukan kemungkinan pembeli sama sekali tidak menerima barang atu
adanya kesalahan penyajian pisah batas dalam catatan klien.
3) Barang Telah Dikembalikan (Retur). Apabila klien lupa mecatat suatu kredit
memo (yang dibuat sebagai dasar pengembalian barang atu retur penjualan) bisa
menjadi salah atau penyebab perbedaan.
4) Kesalahan Mencatat atau Kerancuan Jumlah. Jenis penyebab selising yang
paling sering terjadi dalam pembukuan klien adalah kesalan klien dalam
memcatat harga brang, barang rusak, barang yang diterima pembeli tidak sesuai
dengan jumlah yang tertulis dalam dokumen dan sebagainya.
8. Menarik Kesimpulan
Apabila semua selisih telah dipecahkan, termasuk yang dijumpai dalam
pelaksanaan prosedur alternatif, aditor harus mengevaluasi ulang pengendalian internal.
Auditor harus selalu mengevaluasi kesalah penyajian dalam sampel yang bersifat

9
kualitatif, berapapun besarnya jumlah rupiah taksiran jumlah kesalahan penyajian dalam
populasi. Keputusan akhir tentang piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti
kompeten yang cukup diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi, prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi dan pengujian
substantif lain untuk mendukung penarikan kesimpulan tentang kebenaran saldo.

D. PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI


SALDO
Disini menggunakan PT ABC untuk ilustrasi dalam prosedur pengembangan
program audit untuk pengujian detail siklus penjualan dan pengumpulan piutang.
Auditor senior yang bertugas dalam pengauditan pada PT ABC telah menyusun kertas
kerja perencanaan bukti seperti pada gambar 13-7 sebagai alat untuk membantu dalam
menentukan luas pengujian rinci saldo yang direncanakan. Sumber dari setiap baris
dalam kertas kertas kerja sebagai berikut :
1) Kesalahan penyajian bisa ditoleransi. Pertimbangan materialitas pendahuluan
ditetapkan Rp. 442.000,- (kira – kira 60% dari laba operasi sebesar Rp
7.370.000,-) auditor mengalokasikan sebesar Rp 265.000,- untuk audit atas
piutang usaha.
2) Risiko audit bisa diterima. Auditor menetapkan risiko audit bisa diterima pada
tingakt medium karena perusahaan adalah perusahaan publik, tetapi dalam
kondisi keuangan baik, dengan integritas manajemen yang tinggi.
3) Risiko bawaan. Auditor menetapkan risiko bawaan pada tingkat medium untuk
keberadaan dan pisah batas karena kawatir dengan pengakuan pendapatan
sebagaimana yang ditetapkan dalam standar auditing. Auditor juga menetapkan
risiko bawaan pada tingklat medium untuk nilai bisa direalisasi. Di masa lalu,
klien membuat penyesuaian audit untuk akun cadangan kerugian piutang karena
ternyata kurang saji. Risiko bawaan ditetapkan rendah untuk tujuan – tujuan
lainnya.
4) Risiko pengendalian. Penetapan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit
sama dengan hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
yang konsisten dengan penetapan awal risiko pengendalian yang ditetapkan
auditor, kecuali untuk tujaun ketelitian dan nilai bisa direalisasi untuk penjualan.

10
5) Hasil pengujian substantif transaksi.
6) Prosedur analitis
7) Risiko deteksi direncanakan dan bukti audit direncanakan. Kedua baris yang
ditetapkan untuk tiap tujuan berdasarkan kesimpulan pada baris lainnya

Gambar 13-7 Kertas Kerja Perencanaan – Bukti untuk Memutuskan Pengujian Rinci
Saldo Piutang Usaha pada PT ABC.

Detail Keber- Keleng- Kete- Penggo- Pisah Nilai Hak


Tie - in adaan kapan litian longan batas bersih bisa
direalisasi
Risiko audit bisa Medium Medium Medium Medium Medium Medium Medium Medium
diterima
Risiko inheren Rendah Medium Rendah Rendah Rendah Medium Medium Rendah
Rendah
Risiko pengendalian Rendah Medium Rendah Tinggi Rendah Medium Tinggi 5. 6.
penerimaan penjualan
Risiko pengen- dalian Rendah Medium Rendah Rendah Rendah Rendah 7. 8. 9.
penerimaan kas
Risiko pengendalian - Tidak Tidak Tidak Tidak ada Tidah Tidak Tidak ada Rendah
penendalian tambahan ada ada ada ada ada
Pengujian substantif Bagus Bagus Bagus Wajar Bagus Tidak 10. 11. 12.
transaksi penjualan diterima
Pengujian subastantif Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus 13. 14. 15.
transaksi penerimaan
kas
Prosedur analitis Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Bagus Tidak bisa 16. 17.
diterima
Risiko deteksi Tinggi Medium Tinggi Medium Tinggi Rendah Rendah Tinggi
direncanakan untuk
pengujian detail saldo
Bukti audit Rendah Medium Rendah Medium Rendah Tinggi Tinggi Rendah
direncanakan untuk
pengujian detai saldo
Kesalahan penyajian bisa ditoleransi Rp. 265.000.000,-

Tabel 13-4 Tujuan Audit Saldo dan Program Audit untuk Siklus Penjualan dan
Pengumpulan Piutang pada PT ABC ( format rancang )

Tujuan Audit Saldo Prosedur Audit


Piutang usaha dalam daftar umur piutang Telusur 10 akun dari daftar umur piutang ke akun dalam master
cocok dengan jumlah dalam master filr, dan file (6)
dijumlah dengan benar, dan cocok dengan Periksa kebenaran penjumlahan vertikal (footing) dalam 2

11
buku besar ( kecocokan) l2mbar daftar umur piutang dan total keseluruhan halaman (7)
Piutang usaha yang tercantum dalam daftar Konfirmasi piutang usaha dengan konfirmasi positif.
umur piutang benar – benar ada (keberadaan) Konfirmasi semua piutang diatas Rp.100.000,- dan lainnya
disampel nonstatistik (10)
Lakukan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang tidak
berjawab pada permintaan pertama atau kedua (11)
Revew daftar saldo piutang untuk piutang bersald besar dan
tidak biasa (1)
Semua piutang yang ada telah tercantum Telusur lima akun dari master file piutang usaha ke daftar umur
dalam daftar umur piutang ( kelengkapan) piutang (9)
Piutang usaha dalam daftar piutang adalah Konfirmasi piutang usaha dengan konfirmasi positif.
akurat (ketelitian) Konfirmasi semua piutang diatas Rp.100.000,- dan lainnya
disampel nonstatistik (10)
Lakukan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang tidak
berjawab pada permintaan pertama atau kedua (11)
Review daftar saldo piutang untuk piutang bersaldo besar dan
tidak biasa (1)
Piutang usaha dalam daftar umur piutang Rever piutang yang tercantum dalam datar umur piutang untuk
telah digolongkan dengan benar piutang wesel dan piutang kepada pihak yang berelasi (3)
(penggolongan) Tanyakan kepada manajemen apakah dalam daftar umur
piutang terhadap piutang wesel atau piutang jangka panjang (4)
Transaksi dalam siklus penjualan dan Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan ini
pengumpulan piutang telah dicatat pada dan 20 transaksi penjualan pertama dari tahun berikutnya dan
periode yang tepat ( pisah batas ) telusur masing – masing transaksi tersebut ke dokumen
pengiriman barang yang bersangkutan, periksa tanggal
pengiriman yang sesungguhnya dan kebenaran pencatatannya
(14)
Review retur penjualan berlumlah besar sebelum dan sesudah
tanggal neraca untuk menentukan apakah telah dicatat pada
periode yang benar (15)
Piutang dinyatakan sebesar nilai bisa Telusur 10 akun dari daftar umur piutang ke master file piutang
direalisasi ( nilai bisa direalisasi) untuk menguji kebenaran penetapan umur dalam daftar

12
tersebut. (6)
Periksa kebenaran penjumlahan vertikal daftar umur piutang
dan total seluruh halaman (7)
Periksa kebenaran penjumlahan horizontal (cross- foot) daftar
umur piutang (7)
Bicarakan dengan manager kredit tidaknya kemungkinan
penerimaan piutang yang sudah lama tak tertagih. Periksa
penerimaan kas pada periode berikutnya dan evaluasi
kolektibilitas piutang (12).
Lakukan evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah
melakuakn prosedur audit lain tentang kolektibilitas piutang
(13)
Klien memiliki hak pemilikan atas piutang Review notulen rapat dewan komisaris untuk mencari informasi
usaha yang tercantum dalam daftar umur tentang kemungkinan adanya penjaminan pengalihan atau
piutang (hak) penjualan piutang.(5)
Tanyakan kepada manajemen apakah ada piutang yang
digadaikan atau dijaminkan atau dijual (5)
Catatan : prosedur – prosedur di atas diringkas dalam bentuk untuk dilaksanakan dalam
tabel 13-5 nomor dalam tanda kurung dibelakang prosedur merujuk ke nomor di tabel
13-5.

Tabel 13-5 Program Audit Untuk Pengujian Rinci Saldo Siklus Penjualan dan
Pengumpulan Piutang pada PT ABC ( format untuk dilaksanakan)

1. Revew daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan adanya piutang bersaldo besar dan tidak
biasa.
2. Lakukan prosedur analitis dan lakukan tindak lanjut atas setiap perubahan dari tahun lalu yang
signifikan – signifikan.
3. Rever piutang yang tercantum dalam daftar umur piutang, perhatikan kemungkinan adanya piutang
wesel kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa .
4. Tanyakan kepada manajemen apakah dalam daftar umur piutang terdapat piutang kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa, piutang wesel, atau piutang berjangka panjang.
5. Revew notulen rapat dewan komisaris dan tanyakan kepada manajemen apakah ada piutang yang

13
digadaikan, dialihkan, atau dijual.
6. Telusur 10 akun dari daftar umur piutang ke akun piutang dalam master file untuk memeriksa
kebenaran saldo dan menentukan umurnya.
7. Periksa kebenaran jumlah vertikal dalam kolom – kolom rupiah dalam daftar umur piutang dan
jumlahkan seluruh halaman.
8. Telusur saldo kebuku besar.
9. Telusur 5 akun dari master file piutang ke daftar umur piutang.
10. Konfirmasi piutang usaha, gunakan konfirmasi positif. Konfirmasi semua piutang bersaldo diatas
Rp. 100.000,- dan sisanya dipilih secara acak dengan sampling non statistik
11. Lakukan prosedur alternatif untuk debitur tidak menjawab konfirmasi setelah dikirimi konfirmasi
kedua kalinya.
12. Diskusikan dengan manager kredit kemungkinan bisa ditagihnya piutang- piutang yang telah lama
tak tertagih. Periksa penerimaan kas kemudian dan evaluasi kolektibilitas piutang.
13. Evaluasi apakah cadangan mencukupi setelah dilakukan prosedur audit lain tentang kolektibilitas
piutang.
14. Pilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun ini dan 20 transaksi penjualan
pertama dari tahun berikutnya dan telusur setiap ayat jurnal tersebut ke bukti pengiriman barang,
periksa tanggal pengiriman sesungguhnya, dan kebenaran jumlahnya.
15. Priksa retur penjualan berjumlah besar sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk menentukan
bahwa retur telah dicatat pada periode yang benar.

Referensi:

Jusup, Al. Haryono. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta: STIE-
YKPN

14

Anda mungkin juga menyukai