Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

INOVASI BIOSPRAY DARI EKSTRAK DAUN SRIKAYA SEBAGAI


PEMBASMI KUTU RAMBUT TERBARUKAN

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN EKSAKTA

Diusulkan oleh:
Alda Titania Dewanti Ketua ; 092 2016 0009 ; 2016
Ade Ulmu Kalsum Anggota 1 ; 092 2017 0002 ; 2017
Mahdiyah Denisya Anggota 2 ; 092 2017 0025 ; 2017

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


MAKASSAR
2019
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................2
1.4 Keutamaan Penelitia ...........................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian ..............................................................................2
1.6 Luaran yang Diharapkan .....................................................................2
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA
2.1 Kutu Rambut .......................................................................................3
2.2 Daun Srikaya .......................................................................................3
2.3 Flavonoid ............................................................................................4
2.4 Saponin ...............................................................................................4
2.5 Metode Ekstraksi ................................................................................4
2.6 Evaporasi.............................................................................................5
2.7 Uji Fitokimia .......................................................................................5
BAB 3 METODE PENELITIAN
a. Tempat Pelaksanaan ...........................................................................5
b. Metode Penelitian ...............................................................................5
c. Alat Dan Bahan ...................................................................................5
d. Prosedur Penelitian .............................................................................5
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya ...................................................................................6
4.2 Jadwal Kegiatan ...................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................8
LAMPIRAN ............................................................................................................9
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota dan Dosen Pembimbing ........................9
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ....................................................14
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas ......15
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti/Pelaksana ...............................18

iii
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pediculosis humanus capitis atau infeksi kutu kepala merupakan
permasalahan sering terjadi pada anak yang berumur 3 – 11 tahun di dunia.
Prevalensi kutu rambut di beberapa negara di dunia masih cukup tinggi. Di
Yordania 26,6% anak SD menderita pediculosis capitis. Tidak jauh berbeda
di Malaysia prevalensi pediculosis capitis pada suku bangsa India 28.3%
and Melayu 18.9% lebih tinggi jika dibandingkan suku bangsa Cina yaitu
4.6% (Sinniah, B., Sinniah, D., & Rajeswari, B. 1983). Infestasi kutu di
Bangkok Timur rata-rata 23.32% lebih banyak pada anak perempuan
47.12% dibanding anak laki-laki 0% (Suwandi and Sari, 2017).
Banyak cara digunakan untuk mengatasi kutu rambut antara lain
menggunakan sisir kutu sampai mencukur habis rambut (cukur gundul).
Cara yang paling sering dilakukan adalah secara farmasis yaitu dengan
menggunakan insektisida. Namun penggunaan insektisida yang tidak
terkontrol bisa menyebabkan kutu rambut menjadi resisten terhadap
insektisida tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Asenov et all (2010)
tentang pengujian beberapa produk pembasmi kutu dan produk tradisional
menunjukkan bahwa dari 8 produk pembasmi kutu yang diuji, hanya 2
produk menunjukkan daya bunuh kutu hingga lebih dari 90% setelah 4 jam.
Empat produk menunjukkan kematian kutu tinggi 5 menit pertama namun
kutu yang mati menurun menit berikutnya. Bahkan ada satu produk yang
hanya membunuh 55% kutu setelah 4 jam. Disisi lain ada potensi bahaya
dari keberadaan zat tersebut bagi anak. Beberapa produk mengandung
permentin dan lindane yang bersifat toxic bagi tubuh dan tidak mudah
terurai di lingkungan. Kutu juga cenderung resisten terhadap perawatan
rambut konvensional. Kecenderungan resistensi dan bahaya toxic tersebut
menjadikan pentingnya perawatan alternatif yang aman, maka dari itu kami
menggunakan daun srikaya sebagai bahan utama pada pembuatan pembasmi
kutu rambut yang diharapkan tidak menyebabkan kutu rambut menjadi
resisten.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purwita (2013) daun srikaya
memiliki kandungan saponin dan flavonoid yang berpotensi sebagai
insektisida nabati yang dapat digunakan sebagai pembasmi kutu. Maka dari
itu kami membuat inovasi pembasmi kutu rambut dari ekstrak daun srikaya
dalam bentuk biospray sebagai terobosan baru. Kami membuat terobosan ini
dengan tujuan agar pembasmi kutu lebih aman dan mudah digunakan,
karena diketahui infeksi kutu kepala merupakan permasalahan yang sering
terjadi pada anak yang berumur 3-11 tahun di dunia. Maka dari itu
dibutuhkan pembasmi kutu yang aman untuk semua usia, dimana
penggunaannya tidak perlu terkontaminasi tangan karena biospray ini
digunakan dengan cara menyemprotkan langsung ke kulit kepala tanpa
2

harus diaplikasikan menggunakan tangan seperti yang kita ketahui pada


produk komersial yang telah beredar.
Dari penelitian ini diharapkan dapat menuntaskan permasalahan sosial
dalam pembasmian kutu rambut tanpa menggunakan zat yang dapat
menyebabkan kutu rambut menjadi resisten dan melalui cara ini diharapkan
pula dapat mengurangi penggunaan insektisida kimia yang berdampak
negatif terhadap individu maupun lingkungan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penting untuk dilakukan
penelitian tentang “Inovasi Biospray Dari Ekstrak Daun Srikaya Sebagai
Pembasmi Kutu Rambut Terbarukan”.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kandungan flavonoid dan saponin dalam daun srikaya
sehingga dapat membasmi kutu rambut ?
2. Bagaimana konsentrasi flavonoid dan saponin yang aman sebagai
pembasmi kutu rambut ?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kandungan flavonoid dan saponin dalam daun srikaya
sehingga dapat membasmi kutu rambut.
2. Mengetahui konsentrasi flavonoid dan saponin yang aman sebagai
pembasmi kutu rambut.

1.4. Keutamaan Penelitian


Memperoleh pembasmi kutu yang lebih aman dan mudah digunakan,
karena diketahui infeksi kutu kepala merupakan permasalahan yang sering
terjadi pada anak yang berumur 3-11 tahun di dunia. Maka dari itu
dibutuhkan pembasmi kutu yang aman untuk semua usia, dimana
penggunaannya tidak perlu terkontaminasi tangan karena biospray ini
digunakan dengan cara menyemprotkan langsung ke kulit kepala

1.5. Manfaat Penelitian


Untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya yang
berdampak pendek maupun panjang dalam kehidupan masyarakat.

1.6. Luaran yang Diharapkan


Penelitian ini menghasilkan:
1. Produk Inovasi Biospray Dari Ekstrak Daun Srikaya Sebagai Pembasmi
Kutu Rambut Terbarukan.
2. Seminar Nasional/Internasional
3

3. Publikasi ilmiah (Jurnal Nasional/Internasional)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Kutu Rambut (Pediculus Humanus Capitis)
Pediculus humanus capitis atau yang dikenal dengan kutu rambut
merupakan ektoparasit yang hidup pada kulit kepala manusia. Kutu dewasa
dapat bertahan hidup dengan tidak makan selama sepuluh hari pada suhu
50oC. Kutu rambut bukan merupakan bahaya utama pada kesehatan maupun
sebagai vektor penyakit, namun dapat mengganggu karena menyebabkan
eritema kulit kepala, gatal dan bahkan menyebabkan kemungkinan
terjadinya infeksi sekunder (James, 2003). Kutu kepala tidak bertindak
sebagai vektor penyakit pada manusia namun demikian dapat ditemukan
adanya infeksi bakteri Bartonella quintana pada kutu kepala. Kutu kepala
(Pediculus humanus capitis) hanya ditemukan sebagai parasit pada manusia
dan tidak dapat menular ke anjing, kucing atau hewan peliharaan lainnya.
Kutu kepala berukuran 1- 3 mm dan berwarna keabu-abuan. Tubuh
dewasa terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, toraks dan abdomen. Bagian
kepala berbentuk mengerucut dan memiliki antena pendek berbentuk
filiform dengan lima segmen. Mata majemuk biasanya kurang berkembang
dan bahkan tidak ada. Bagian mulut termodifikasi menonjol terdiri atas tiga
bagian yang berasal dari fusi rahang atas (maxillary). Toraks berbentuk kecil
dan menyatu, sedangkan abdomen memiliki sembilan segmen. Tiga pasang
kaki yang berkembang dengan baik yang terdiri atas coxa, trochanter,
femur, tibia dan tarsus . Pada ujung tarsus berbentuk seperti cakar untuk
menggenggam pada rambut. Kutu mampu bergerak dengan kecepatan
hingga 23 cm per menit, namun tidak mampu terbang ataupun melompat
(James, 2003).

2.2. Daun Srikaya


Penyebaran tanaman srikaya di Indonesia cukup banyak. Tanaman ini
memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan, sebagai tanaman
tingkat tinggi memiliki bagian-bagian tanaman yang lengkap yaitu terdapat
daun, batang, bunga, buah dan biji yang lengkap Tanaman srikaya memiliki
daun berbentuk lanset, ujungnya meruncing, serta berwarna hijau muda.
Batang tanaman ini berkayu, berbentuk perdu, memiliki percabangan yang
banyak dan tingginya dapat mencapai 8 meter serta memiliki bunga dengan
warna kuning keputih-putihan dan keluar dari ketiak daun pada ujung
cabang atau ranting. Daun srikaya dapat digunakan sebagai antioksidan,
antidiabetik, hepatoprotektif, aktivitas antitumor, dan lain sebagainya.
Kandungan senyawa metabolit sekunder pada srikaya ialah glikosida,
alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, karbohidrat, protein, senyawa fenolik,
pitosterol, dan asam amino. Pada daun srikaya memiliki kandungan senyawa
4

seperti saponin, flavonoid dan tannin, tetapi tidak mengandung senyawa


alkaloid (Purwita, Indah and Trimulyono, 2013).

2.3. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa yang berperan sebagai antioksidan yang
juga memiliki sifat sebagai racun perut (stomach poisoning), yang bekerja
apabila senyawa tersebut masuk dalam tubuh serangga maka akan
mengganggu organ pencernaan. Senyawa racun yang bersifat racun akan
masuk ke dalam tubuh dan mengalami biotransformasi menghasilkan
senyawa yang larut dala bersifat racun akan masuk ke dalam tubuh dan
mengalami biotransformasi menghasilkan senyawa yang larut dalam air.
Proses metabolisme tersebut membutuhkan energi, semakin banyak racun
yang masuk kedalam tubuh serangga mengakibatkan terhambatnya
metabolisme sehingga serangga kekurangan energi dan mengalami kematian
(Nismah, Utami and Pratami, 2011).

2.4. Saponin
Saponin merupakan racun yang dapat menghancurkan butir darah atau
hemalosis pada darah, bersifat racun pada hewan berdarah dingin dan
saponin bersifat racun yang biasa disebut sapotoksin. Saponin masuk
kedalam tubuh vektor penyakit melalui dua cara yaitu melalui sistem
pernafasan dan melalui kontak fisik serta bekerja dengan cara menghambat
enzim pencernaan sehingga metabolisme vektor penyakit akan terganggu
dan mengakibatkan kematian pada vektor penyakit (Rachman, Wardatun
and Weandarlina, 2008).

2.5. Metode Ekstraksi


Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses
pemisahan komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut
cair (solvent). Pemisahan tersebut terjadi atas dasar–dasar kemampuan
kelarutan yang berbeda–beda dari setiap komponen-komponen dalam
campuran.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode tergantung
dari tujuan ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang
diinginkan. Metode ekstraksi yang paling sederhana adalah maserasi.
Metode ekstraksi maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana.
Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dengan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan
yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa
5

tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan


di luar sel dan di dalam sel (Melwita, Fatmawati and Oktaviani, 2016).

2.6. Evaporasi
Evaporasi merupakan satu unit operasi yang penting dan banyak dipakai
dalam industri kimia dan mineral. Evaporasi merupakan proses pemekatan
cairan dengan memberikan panas pada cairan tersebut dengan menggunakan
energi yang intensif yaitu sejumlah uap sebagai sumber panas. Evaporator
adalah alat yang banyak digunakan dalam industri kimia untuk memekatkan
suatu larutan.Terdapat banyak tipe evaporator yang dapat digunakan dalam
industri kimia (Destrina, 2015).

2.7. Uji Fitokimia


Menurut Robinson (1991) alasan lain melakukan fitokimia adalah untuk
menentukan ciri senyawa aktif penyebab efek racun atau efek yang
bermanfaat, yang ditunjukan oleh ekstrak tumbuhan kasar bila diuji dengan
sistem biologis. Pemanfaatan prosedur fitokimia telah mempunyai peranan
yang mapan dalam semua cabang ilmu tumbuhan. Meskipun cara ini
penting dalam semua telaah kimia dan biokimia juga telah dimanfaatkan
dalam kajian biologis (Marliana, Suryanti and Suyono, 2005).

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN


3.1. Tempat Pelaksanaan
Penelitian pendahuluan, uji fitokimia dan uji potensi dilakukan di
Laboratorium Riset Teknik Kimia FTI-UMI dan pengujian dengan
menggunakan alat evaporator dilakukan di Laboratorium Farmasi UMI
Makassar.

3.2. Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi maserasi dengan
menggunakan pelarut metanol 99 % dengan variabel :
Konsentrasi (%) : 5, 10, 15, 20, 25.

3.3. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang disediakan adalah alat utama rangkaian
evaporator dan alat pendukung adalah gelas piala, erlenmeyer, gelas ukur,
neraca analitik, cutter dan corong dan bahan yang diperlukan adalah daun
srikaya, metanol 99%, etanol 95%, HCl pekat, serbuk seng, aquadest, kertas
saring dan aluminium foil.

3.4. Prosedur Penelitian


a. Pembuatan ekstrak daun srikaya
6

Daun srikaya dipotong menjadi beberapa bagian .kemudian di


timbang daun srikaya dengan bobot tertentu dan di masukan kedalam
gelas piala 500 ml. Di tambahkan pelarut metanol 99% kedalam gelas
piala yang berisi daun srikaya sebanyak 250 mL. Sampel di diamkan
semalam 1x24 jam untuk didapatkan hasil ekstrak yang maksimal.
b. Proses Evaporasi ekstrak daun srikaya
Proses ini dilakukan menggunakan alat evaporator dengan tujuan
mengurangi kadar air dalam ekstrak daun srikaya yang diperoleh.
c. Uji Fitokimia
1) Identifikasi Flavonoid
1 mL larutan diuapkan, sisa dilarutkan dalam 1-2 mL etanol (95%),
ditambahkan 500 mg serbuk seng dan 2 mL asam klorida 2 N,
didiamkan selama 1 menit, ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat,
jika dalarn 2-5 menit terbentuk warna merah berarti mengandung
flavonoid.
2) Identifikasi Saponin
ditimbang 1 g serbuk simplisia lalu dimasukan ke dalam tabung
reaksi, ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan dan kemudian
dikocok kuat-kuat selama 10 detik terbentuk buih putih yang stabil
selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm, pada
penambahan 1 tetes asam klorida 2N buih tidak hilang, menunjukkan
bahwa dalam simplisia tersebut mengandung saponin.
d. Uji Potensi
1) Dilakukan pengujian dengan cara mencari konsentrasi paling rendah
yang dapat membasmi kutu. Kemudian diuji coba dengan cara
menyemprotkan langsung pada objek (kutu rambut).
2) Setelah didapatkan konsentrasi terendah yang dapat membasmi kutu,
dilakukan pengujian pada kulit tikus untuk mengetahui apakah
biospray pembasmi kutu tersebut aman dan tidak menyebabkan
iritasi pada kulit.

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Anggaran Biaya
Rekapitulasi biaya :
Tabel 1 Rekapitulasi Anggaran Biaya PKM-P]
No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp)
1. Perlengkapan yang diperlukan Rp. 1.340.000,-

2. Bahan Habis Pakai Rp. 6.290.000,-

3. Perjalanan Rp. 1.400.000,-


7

4. Lain-lain Rp. 2.810.000,-

Jumlah Rp. 11.840.000,-

4.2 Jadwal Kegiatan


Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5

1 Penelusuran Literatur

2 Penulisan Proposal

3 Presentasi Proposal

4 Penyiapan bahan baku dan


alat

5 Percobaan Pendahuluan

6 Penelitian Inti

7 Analisis dan interpretasi


data

8 Pembuatan Laporan

9 Seminar, Publikasi dan


pelaporan
8

DAFTAR PUSTAKA
Destrina, Z. (2015) Prototype Alat Pengolahan Air Laut Menjadi Air Minum
(Pengaruh Variasi Koagulan dan Packing Filter).
James, S. (2003) A review of the regulation of head lice treatments in Australia.
Marliana, S. D., Suryanti, V. and Suyono (2005) ‘Skrining Fitokimia dan Analisis
Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium
edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol’, Jurnal Biofarmasi, 3(1), pp. 26–
31.
Melwita, E., Fatmawati and Oktaviani, S. (2016) ‘Ekstraksi Minyak Biji Kapus
dengan Metode Ekstraksi Soxhlet’, Jurnal Teknik Kimia, 20(192), pp. 20–
27.
Nismah, Utami, N. and Pratami, G. D. (2011) ‘Isolasi Senyawa Flavonoid dari
Ekstrak Air Serbuk Daun Gamal (Gliricidia maculata) dan Uji Toksisitasnya
Terhadap Hama Kutu Pepaya (Paracoccus marginatus)’, in Seminar
Nasional dan Musyawarah Anggota, pp. 1–13.
Padhi et al. (2011) ‘In vitro evaluation of antibacterial potential of Annona
squamosa L. and Annona reticulata L. from Similipal Biosphere Reserve,
Orissa, India’, Journal of Agricultural Technology, 7(1), pp. 133–142.
Purwita, A. A., Indah, N. K. and Trimulyono, G. (2013) ‘Penggunaan Ekstrak
Daun Srikaya ( Annona squamosa ) sebagai Pengendali Jamur Fusarium
oxysporum secara In Vitro’, jurnal Lentera Bio, 2(2), pp. 179–183.
Rachman, A., Wardatun, S. and Weandarlina, I. Y. (2008) ‘Isolasi dan Identifikasi
Senyawa Saponin Ekstrak Metanol Daun Binahong (Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis)’, Jurnal MIPA, 3(1), pp. 3–8.
Suwandi, J. F. and Sari, D. (2017) ‘Dampak Infestasasi Pedikulosis Kapitis
Terhadap Anak Usia Sekolah’, Jurnal Majority, 6(1), pp. 24–29.
12

Biodata Dosen Pendamping


A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap Mustafiah., S.T., M.T.
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Program Studi Teknik Kimia
4. NIP/NIDN 109 15 1367 / 09 291289 01
5. Tempat dan Tanggal Lahir Ujung Pandang, 29 Desember 1989
6. Email Mustafiah.mustafiah@umi.ac.id
7. No.Telp/HP 085398945323

B. Riwayat Pendidikan
Gelar Akademik Sarjana S2/Magister S3/Doktor
Nama Institusi Universitas Universitas
Muslim Muslim -
Indonesia Indonesia
Jurusan/Prodi Teknik Kimia Teknik Kimia -
Tahun Masuk-
2009- 2013 2013- 2015 -
Lulus

C. Rekam Jejak Tri Dharma PT


C.1 Pendidikan/Pengajaran
No. Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1. Pengolahan Limbah Industri Wajib 2
2. Teknik Reaksi Kimia Wajib 2
3. Kimia Dasar Wajib 3
4. Kimia Analisis Wajib 2
5. Keamanan Pabrik Wajib 2

C.2 Penelitian
No. Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun
1 Pemanfaatan asap cair dari blending Dana Internal
limbah biomassa cangkang sawit Universitas
dan tempurung kelapa dalam secara Muslim Indonesia 2016
pirolisis menjadi insektisida
organik.
2 Analisa kandungan asap cair dari Dana Internal
blending limbah biomassa Universitas
2016
cangkang sawit dan tempurung Muslim Indonesia
kelapa dalam dengan menggunakan
14

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan

Harga Satuan
1. Jenis Perlengkapan Volume Nilai (Rp)
(Rp)
Botol Spray 7 Rp. 150.000 Rp. 1.050.000
Masker dan Sarung tangan 3 Rp. 50.000 Rp. 150.000
Kantong sampel 2 Rp. 20.000 Rp. 40.000
Lap halus dan kasar 4 Rp. 25.000 Rp. 100.000
SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.340.000,-
Harga Satuan
2. Bahan Habis Volume Nilai (Rp)
(Rp)
Tissue 3 Rp. 30.000 Rp. 90.000
Analisa Sampel 6 Rp. 750.000 Rp. 4.500.000
Aquadest 35 Rp. 10.000 Rp. 350.000
Metanol 99% 3 Rp. 50.000 Rp. 150.000
Etanol 96% 2 Rp. 50.000 Rp. 100.000
HCl pekat 1 Rp.1.100.000 Rp. 1.100.000
SUB TOTAL (Rp) Rp. 6.290.000,-
Harga Satuan
3. Perjalanan Volume Nilai (Rp)
(Rp)
Perjalanan Pengambilan
6 Rp. 200.000 Rp. 1.200.000
Sampel
Perjalanan ke Tempat Jual
1 Rp. 200.000 Rp. 200.000
Bahan Kimia
SUB TOTAL (Rp) Rp. 1.400.000,-
Harga Satuan
4. Lain - lain Volume Nilai (Rp)
(Rp)
Poster 1 Rp. 600.000 Rp. 600.000
Surat 5 Rp. 20.000 Rp. 100.000
Kertas A4 2 Rp. 55.000 Rp. 110.000
Publikasi Jurnal 1 Rp.2.000.000 Rp. 2.000.000
SUB TOTAL (Rp) Rp. 2.810.000,-
TOTAL 1+2+3+4 (Rp) Rp. 11.840.000,-
(Terbilang = Sebelas Juta Delapan Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah)
15

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

Alokasi
Program Bidang
NO Nama / NIM Waktu Uraian Tugas
Studi Ilmu
(jam/minggu)

1 Alda Titania Teknik 1. Menentukan


Dewanti / Kimia dan
09220160009 merumuskan
kegiatan
utama yang
akan
dilakukan
untuk
pencapaian
tujuan umum
dari suatu
penelitian
2. Mengkordinir
dan
mengawasi
tugas-tugas
yang
disepakati.
3. Membuat
peraturan-
peraturan
internal yang
tidak
bertentangan
dengan UU
yang
ditetapkan
4. Memimpin
dan
mengkordinir
pekerjaan
bagian-
bagian lain
5. Bertanggung
jawab dan
mengatur atas
penggunaan
16

dana pada
saat
penelitian
2 Ade Ulmu Teknik 1. Membantu
Kalsum / Kimia ketua dalam
09220170002 penelitian
atau
penyusunan
data dan
kegiatan
jangka
pendek atau
jangka
panjang
2. Bertanggung
jawab
penggunaan
dana
3. Bertanggung
jawab atas
tertib
administrasi
yang
berhubungan
dengan
sistem dan
prosedur
4. Membantu
proses
penelitian
dan
pengambilan
data selama
berlangsungn
ya penelitian
3 Mahdiyah Teknik 1. Membantu
Denisya / Kimia ketua dalam
09220170025 penelitian
atau
penyusunan
data dan
kegiatan
17

jangka
pendek atau
jangka
panjang
2. Bertanggung
jawab
penggunaan
dana
3. Bertanggung
jawab atas
tertib
administrasi
yang
berhubungan
dengan
sistem dan
prosedur
4. Membantu
proses
penelitian
dan
pengambilan
data selama
berlangsungn
ya penelitian

Anda mungkin juga menyukai