Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

PEMERIKSAAN JAMUR RAMBUT

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
Ricky Ardiansyah : 2320201023
Yolanda Bano : 2320201005
Amalia Nur Gita Ibrahim : 2320201007
Juwita Tolinggi : 2320201009
Armita Abdullah : 2320201017
Stevani Katili : 2320201024

PROGRAM STUDI D-III ANALIS KESEHATAN


FAKULTAS SAINS TEKNOLOGI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDIRI GORONTALO
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, segala puji hanya milik
Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini, salam serta salawat senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW juga kepada umat beliau yang tetap isqamah di jalan
Allah SWT dalam mengarungi bahterta kehidupuan dan melaksanakan tugas
kemanusiaan ini hingga hari akhir.
Laporan ini berjudul “Pemeriksaan Jamur Rambut” kami menyadari
bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu
kritik dan saran yang bersifat membangun, senantiasa kami harapkan dari semua
pihak sebagai bahan masukan dalam penyusunan laporan selanjutnya.

Gorontalo, November 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
A. Rambut ...................................................................................................... 3
B. Ketombe .................................................................................................... 3
C. Jamur Pada Rambut .................................................................................. 4
D. Infeksi Jamur Pada Rambut ...................................................................... 5
BAB III METODE PRAKTIKUM ...................................................................... 8
A. Waktu dan Tempat .................................................................................... 8
B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 8
C. Prosedur Kerja........................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 9
A. Hasil .......................................................................................................... 9
B. Pembahasan ............................................................................................... 9
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 11
A. Kesimpulan ............................................................................................. 11
B. Saran........................................................................................................ 11
DAFATAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara beriklim tropis yang panas dan lembab,
merupakan lingkungan yang ideal bagi aneka mikroorganisme tropis, antara
lain jamur. Jamur tumbuh dengan baik di tempat yang lembab. Jamur juga
dapat di temukan di semua tempat diseluruh dunia termasuk di gurun pasir
yang panas. Di alam bebas terdapat lebih dari 100.000 spesies jamur dan
kurang dari 500 spesies diduga dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan
hewan (Fitriani, dkk, 2018).
Infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur cukup banyak ditemukan di
Indonesia. Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada
kulit, kuku, rambut dan mukosa yang disebabkan oleh infeksi jamur. Pada
umumnya golongan jamur ini dibagi atas infeksi superfisial, infeksi kutan dan
infeksi subkutan (Fifendy, 2017).
Salah satu yang berkaitan erat dengan kebersihan kulit kepala adalah
penggunaan minyak rambut, namun jarang membersihkan rambut sehingga
rentan terhadap pertumbuhan jamur. Penggunaan minyak rambut yang
berlebihan dapat memicu munculnya ketombe. Ketombe yang muncul
berlebihan dapat memicu pertumbuhan jamur pada kulit kepala. Salah satu
jenis minyak rambut adalah yang terbuat dari bahan wax (lilin) yang digunakan
untuk penataan gaya rambut. Minyak rambut berbahan jenis ini pada daerah
yang beriklim tropis seperti Indonesia sangat rentan dengan masalah kulit
kepala karena hal ini berhubungan dengan suhu dan kelembaban. Beberapa
contoh zat-zat kimia pada minyak rambut dari wax yang dapat merusak kulit
kepala dan rambut jika digunakan dalam jangka waktu panjang secara terus
menerus setiap hari ialah propilenglikol, alkohol, metilparaben dan
polietilenglikol. Salah satunya adalah alkohol, dimana dapat mengikis lapisan
minyak alami kulit kepala, membuka lapisan Acid mantle (lapisan asam kulit)
dan menyebabkan kulit kepala lebih rentan terhadap pertumbuhan
mikrooganisme seperti jamur. Terdapat hubungan penggunaan minyak rambut

1
pomade dengan terjadinya ketombe, dimana volume dan lama penggunaan
minyak rambut pomade dapat membuat kulit kepala dan rambut dalam keadaan
lembab sehingga menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
ketombe (Utami, 2018).
Berdasarkan latar belakang tersebut kami melakukan pemeriksaan jamur
pada rambut.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu bagaimana cara
mengidentifikasi jenis jamur yang menginfeksi rambut melalui pemeriksaan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini agar mahasiswa bisa mengetahui cara
mengidentifikasi jenis jamur yang menginfeksi rambut melalui pemeriksaan.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui cara
mengidentifikasi jenis jamur yang menginfeksi rambut melalui pemeriksaan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Rambut
Rambut dikenal sejak zaman dahulu dengan julukan “mahkota” bagi
wanita. Tetapi di zaman yang sudah maju seperti sekarang, julukan tersebut
tidak lagi tertuju hanya kepada kaum wanita, namun juga untuk pria. Peranan
rambut sangat penting untuk diperhatikan, karena rambut bukan hanya sebagai
pelindung kepala dari berbagai hal seperti bahaya benturan/pukulan benda
keras, sengatan sinar matahari, dan sebagainya, tetapi ia juga merupakan
“perhiasan” yang berharga (Angendari, 2012).
Satu hal yang perlu disadari adalah adanya berbagai faktor yang dapat
mengakibatkan perubahan kondisi kulit kepala dan rambut seperti faktor usia
lanjut, depresi, berkurangnya aktifitas kelenjar minyak dikulit kepala,
gangguan pembuluh darah, gangguan hormon, pengaruh kosmetika, pajanan
sinar matahari secara terus menerus dan kurangnya makanan yang bergizi
untuk kepentingan pertumbuhan rambut. Apabila hal tersebut tidak
diperhatikan maka akan memungkinkan terjadinya kerontokan rambut
sehingga rambut menjadi tipis bahkan botak, rambut rontok, kulit kepala dan
rambut kering, rambut kusam dan sulit diatur serta timbulnya uban sebelum
waktunya (Angendari, 2012).
B. Ketombe
Keringat dan kondisi kulit kepala yang abnormal, baik kering maupun
berminyak juga diduga menjadi penyebab berkembangnya ketombe dikulit
kepala. Didukung oleh iklim tropis yang menyebabkan orang Indonesia banyak
berkeringat, membuat penderita masalah ketombe sangat mudah ditemui di
Indonesia. Cuaca panas yang menimbulkan berkembangnya jamur pada kulit
kepala dapat memperparah masalah ketombe pada rambut. Ph kulit kepala
adalah 5.5, dan pH batang rambut adalah 3,67. Ph basa dapat meningkatkan
muatan listrik negatif permukaan serat rambut oleh karena itu, meningkatkan
gesekan antara serat (Putri, dkk, 2020).

3
Terjadi perubahan pada sel stratum korneum epidermis pada ketombe
dengan ditemukan hiperproliferasi, lipid interseluler dan intraseluler yang
berlebihan, serta parakeratosis yang menimbulkan skuama halus, kering,
berlapis-lapis, sering mengelupas sendiri, serta rasa gatal. Ketombe juga
merupakan tanda awal dari dermatitis seboroik yang ditandai dengan skuama
halus sampai kasar yang berwarna putih kekuningan berjumlah banyak.
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ketombe, yaitu
peningkatan produksi sebum pada kelenjar sebasea, faktor kerentanan individu,
faktor lingkungan (suhu dan kelembapan lingkungan), stress, dan pertumbuhan
jamur yang berlebihan di kulit kepala sehingga menyebabkan kepala
berskuama (Utami, dkk, 2018).
C. Jamur Pada Rambut
Jamur atau cendawan adalah organisme heterotrofik. Mereka memerlukan
senyawa organik untuk nutrisinya. Selain itu jamur merupakan organisme
eukariotik, berspora, tidak berklorofil, bereproduksi secara seksual dan
aseksual, jamur berdasarkan ukuran tubuhnya ada yang makroskopis yaitu
jamur yang berukuran besar, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan
ada juga jamur yang mikroskopis yaitu jamur yang berukuran kecil dan hanya
dapat dilihat dengan menggunakan alat bantu mikroskop. Jamur makroskopis
memiliki struktur umum yang terdiri atas bagian tubuh yaitu bilah, tudung,
tangkai, cincin, dan volva. Namun ada juga jamur makroskopis yang tidak
memiliki salah satu bagian seperti tidak bercincin (Fitriani, dkk, 2018).
Jamur atau fungi adalah jasad eukariotik yang berbentuk benang atau sel
tunggal, multiseluler atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel
tersusun dari khitin, dan belum ada difrensiensi jaringan. Jamur bersifat
kemoheterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik
(Fifendy, 2017).
Candida sp adalah jamur yang dapat ditemukan sebagai flora normal pada
tubuh manusia, pada keadaan tertentu bersifat pathogen, berbentuk bulat atau
lonjong, koloni berwama putih kekuningan dan berbau khas ragi. Candida sp.
dapat hidup saprofit tanpa menyebabkan suatu kelainan apapun dan ditemukan

4
pada tubuh,baik manusia maupun hewan. Pada keadaan tertentu sifat jamur
berubah menjadi pathogen (oprtunistik) dan menyebabkan infeksi kulit
terutama daerah yang lembab dan basatr (Dewi, dkk, 2019).
Masalah yang sering terjadi sehubungan dengan Candida adalah
tirnbulnya ketombe pada kulit kepala. Selain itu Candida sp. dikulit kepala
juga dapat menyebabkan rambut rontok sehingga terjadi alopesia, kulit bersisik
dan terasa gatal. Untuk mendapatkan rambut dan kulit kepala yang sehat
diperlukan perawatan yang baik agar terhindar dari penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur Candida sp. Hal ini dapat dilakukan dengan mencuci
rambut sebanyak tiga kali dalam seminggu (Dewi, dkk, 2019).
Jamur Malassezia (P. Ovale) merupakan flora normal yang terdapat pada
kulit kepala dengan kecepatan pertumbuhan normal kurang dari 47%, akan
tetapi jika ada faktor pemicu yang mengganggu keseimbangan flora normal
pada kulit kepala maka akan terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan jamur
Malassezia yang dapat mencapai 74%, dan akan merusak pertumbuhan rambut
serta mengganggu kesehatan kulit kepala secara umum (Thomas dan Dawson,
2017).
Umumnya Malassezia bergantung pada lipid untuk bertahan hidup, jamur
Malassezia biasanya ditemukan pada daerah yang banyak sebum seperti wajah,
kepala, pundak dan punggung. Dapat juga ditemukan pada daerah lain pada
tubuh seperti lengan, kaki dan genitalia. Kerentanan individu terhadap ketombe
disebabkan oleh perbedaanskin barrier untuk mencegah fatty acid melakukan
penetrasi. Adanya defisiensi permeabilitas barier kulit akibat penetrasi bahan –
bahan yang dieksresi glandula sebasea seperti asam oleat akan
mengakibatkanrusaknya fungsi barrier kulit sehingga terjadi inflamasi, iritasi
dan munculnya skuama. Toksin yang dihasilkan oleh jamur Malassezia sp. ini
dapat menembus barrier stratum korneum (Gupta, dkk, 2014).
D. Infeksi Jamur Pada Rambut
Pityriasis capitis merupakan suatu kelainan pada kulit kepala yang
ditandai oleh skuama yang berlebihan pada kulit kepala berwarna putih atau
abu-abu yang tersebar pada rambut, terkadang dapat disertai rasa gatal, tanpa

5
atau sedikit tanda-tanda inflamasi ringan serta menimbulkan gangguan estetika.
Nama lain dari Pityriasis capitis adalah ketombe, dandruff dan Pityriasis
simplex (Clavaud, 2013).
Pityriasis capitis adalah satu masalah yang paling umum pada rambut,
kondisi ini mengakibatkan timbulnya sisik yang berlebihan atas sel-sel kulit
mati pada kulit kepala. Keringat dan kondisi kulit kepala yang abnormal, baik
kering maupun berminyak juga diduga menjadi penyebab berkembangnya
ketombe dikulit kepala. Didukung oleh iklim tropis yang menyebabkan orang
Indonesia banyak berkeringat, membuat penderita masalah ketombe sangat
mudah ditemui di Indonesia (Putri, dkk, 2020).
Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Tujuan perawatan personal hygiene yaitu meningkatkan derajat kesehatan
seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki personal
hygiene yang kurang, pencegahan penyakit, meningkatkan percaya diri
seseorang, dan menciptakan keindahan. Personal hygiene yang buruk
merupakan faktor yang mempermudah infeksi masuk ke anggota tubuh baik
kulit kepala dan rambut maupun anggota badan lainnya pada tubuh manusia,
seperti halnya infestasi Pityriasis capitis pada rambut kepala (Isro’in dan
Andarmoyo, 2012).
Tinea kapitis adalah infeksi umum pada rambut kulit kepala yang
disebabkan oleh jamur dermatofita dan terjadi terutama pada anak-anak.
Manifestasi klinisnya berkisar dari scaling ringan dengan sedikit rambut rontok
hingga plak inflamasi dan pustular besar dengan alopesia luas. Meskipun lazim
di banyak negara pada awal abad kedua puluh, tinea telah dikontrol dengan
efektif di Eropa dan Amerika Utara setelah pengenalan griseofulvin dan
intervensi kesehatan masyarakat bersama, sedangkan tetap endemik di daerah
lain. Namun, selama 10-20 tahun terakhir, situasi ini telah berubah dengan
penyebaran organisme, khususnya Trichophyton tonsuran, di Amerika, Eropa
dan Afrika (Nurelly, 2020).

6
Banyak spesies dermatofita yang mampu menyerang batang rambut, walau
beberapa (mis. T. tonsurans, Trichophyton schoenleinii dan T. violaceum)
memiliki kecenderungan untuk pola infeksi ini, sedangkan pada
Epidermophyton floccosum dan Trichophyton concentricum tidak
menyebabkan tinea capitis. Semua dermatofita yang menyebabkan scalp
ringworm dapat menyerang kulit halus atau gundul, dan beberapa dapat
menembus kuku juga, mis. T. soudanese. Kelainan ini dapat ditandai dengan
lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran
klinis yang lebih berat, yang disebut kerion (Nurelly, 2020).

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum tentang “Pemeriksaan Jamur Rambut” dilaksanakan di
Laboratorium Dasar Universitas Bina Mandiri Gorontalo pada hari Senin,
tanggal 14 November 2022 pukul 10:00 WITA sampai dengan selesai.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
1. Kaca Objek
2. Kaca Penutup
3. Pipet Tetes
4. Bunsen
5. Mikroskop
2. Bahan
1. Larutan KOH 20%
2. Pewarna Eosin
3. Sampel Rambut Berketombe
C. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Meneteskan larutan KOH 20% pada kaca objek.
3. Mengambil sedikit sampel pada larutan KOH dan dicampurkan selama 1
menit.
4. Memanaskan suspensi sampel pada bunsen beberapa saat.
5. Menambahkan pewarna eosin sebanyak 1 tetes dan ditutup menggunakan
kaca penutup,
6. Mengamati preparat pada mikroskop dengan 10x-40x perbesaran.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan pengamatan terhadap pemeriksaan Pemeriksaan Jamur pada
Rambut hasil yang dapat diperoleh ialah sebagai berikut.
No. Gambar Keterangan

1.

Hasil yang didapat pada


pemeriksaan mikroskopis yaitu
negatif karena tidak terdapat
jamur pada sampel rambut.

B. Pembahasan
Jamur atau fungi adalah jasad eukariotik yang berbentuk benang atau sel
tunggal, multiseluler atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding sel
tersusun dari khitin, dan belum ada difrensiensi jaringan. Jamur bersifat
kemoheterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik
(Fifendy, 2017).
Keringat dan kondisi kulit kepala yang abnormal, baik kering maupun
berminyak juga diduga menjadi penyebab berkembangnya ketombe dikulit
kepala. Didukung oleh iklim tropis yang menyebabkan orang Indonesia banyak
berkeringat, membuat penderita masalah ketombe sangat mudah ditemui di
Indonesia. Cuaca panas yang menimbulkan berkembangnya jamur pada kulit
kepala dapat memperparah masalah ketombe pada rambut (Putri, dkk, 2020).
Pada percobaan ini yaitu untuk pemeriksaan jamur pada rambut
menggunakan rambut yang berketombe yang dijadikan sebagai sampel.
Pemeriksaan amur pada rambut ini diperiksa secara mikroskopis dimana
menggunakan mikroskop untuk mengamati jamur pada rambut tersebut.

9
Hal yang pertama dilakukan dalam pemeriksaan jamur pada rambut yaitu
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Meneteskan 1 tetes larutan
KOH 20% pada kaca objek, kemudian mengambil sedikit sampel rambut yang
berketombe dan dicampurkan lalu difiksasi diatas api bunsen. Setelah itu
menambahkan 1 tetes pewarna eosin pada kaca objek kemudian ditutup
menggunakan kaca penutup. Mengamati preparat pada mikroskop dengan
perbesaran 10x-40x.
Berdasarkan data yang diperoleh, pada pemeriksaan jamur pada rambut
didapat hasil negatif dikarenakan tidak ditemukan jamur pada sampel ramut
saat mengamati di mikroskop.
Terjadi perubahan pada sel stratum korneum epidermis pada ketombe
dengan ditemukan hiperproliferasi, lipid interseluler dan intraseluler yang
berlebihan, serta parakeratosis yang menimbulkan skuama halus, kering,
berlapis-lapis, sering mengelupas sendiri, serta rasa gatal. Ketombe juga
merupakan tanda awal dari dermatitis seboroik yang ditandai dengan skuama
halus sampai kasar yang berwarna putih kekuningan berjumlah banyak.
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kejadian ketombe, yaitu
peningkatan produksi sebum pada kelenjar sebasea, faktor kerentanan individu,
faktor lingkungan (suhu dan kelembapan lingkungan), stress, dan pertumbuhan
jamur yang berlebihan di kulit kepala sehingga menyebabkan kepala
berskuama (Utami, dkk, 2018).
Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Tujuan perawatan personal hygiene yaitu meningkatkan derajat kesehatan
seseorang, memelihara kebersihan diri seseorang, memperbaiki personal
hygiene yang kurang, pencegahan penyakit, meningkatkan percaya diri
seseorang, dan menciptakan keindahan. Personal hygiene yang buruk
merupakan faktor yang mempermudah infeksi masuk ke anggota tubuh baik
kulit kepala dan rambut maupun anggota badan lainnya pada tubuh manusia,
seperti halnya infestasi Pityriasis capitis pada rambut kepala (Isro’in dan
Andarmoyo, 2012).

10
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada pemeriksaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa untuk
pemeriksaan jamur pada rambut menggunakan metode mikroskopis dimana
menggunakan mikroskop untuk mengamati jamur. Hasil yang didapat yaitu
negatif, karena tidak ditemukan jamur pada sampel rambut pada saat
pengamatan di mikroskop.
B. Saran
Adapun saran kami, pada saat praktikum ada beberapa alat yang terbatas.
Jadi laboratorium diharapkan melengkapi kekurangan tersebut agar praktikum
berjalan dengan lancar.

11
DAFATAR PUSTAKA

Angendari, M. D. 2012. Rambut Indah dan Cantik dengan Kosmetika Tradisional. JPTK,
UNDIKSHA, Vol. 9, No. 1. ISSN : 0216-3241

Clavaud C. 2013. Dandruff Is Associated with Disequilibrium in the Proportion of the


Major Bacterial and Fungal Populations Colonizing the Scalp. PLOS ONE

Dewi, S. S., Haribi, R., Ariyani. 2019. Daya Hambat Sampo Anti Ketombe Terhadap
Pertumbuhan C. albicans Penyebab Ketombe. Jurnal Kesehatan. Vol. 2, No. 2

Fifendy, M. 2017. Mikrobiologi. Depok: KENCANA.

Fitriani, L., Kriwnawati, Y., Anorda, M. O. R., Lanjarini, K. 2018. Jenis-jenis dan
Potensi Jamur Makroskopis yang Terdapat di PT Perkebunan Hasil Musi Lestari
dan PT Djuanda Sawit Kabupaten Musi Rawas. Jurnal Biologi. Vol. 1, No. 2.
ISSN : 2622-7770

Gupta AK, Batra R, Bluhm R, Boekhout T, Dawson TL. 2014. Skin diseases associated
with Malassezia species. J Am Acad Dermatol.

Hasanuddin. 2014. Jenis Jamur Kayu Makroskopis Sebagai Media Pembelajaran Biologi
(Studi di TNGL Blangjerango Kabupaten Gayo Lues). Jurnal Biotik, 2(1), 1-76.

Isro’in L, Andarmoyo S. 2012. Personal Hygiene: Konsep, Proses, Dan Aplikasi Dalam
Praktik Keperawatan. Edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nurelly. 2020. Tinea Capitis. Jurnal Nakes Rumah Sakit. Vol. 1, No. 1. E-ISSN : 2722-
9017

Putri, A., Natalia, D., Fitriangga, A. 2020. Hubungan Personal Hygiene Terhadap
Kejadian Pityriasis capitis pada Siswa di SMK Negeri 1 Mempawah Hilir. Jurnal
Nasional Ilmu Kesehatan. Vol. 2. ISSN : 2621-6507

Thomas L, Dawson J. 2017. Malassezia globosa and restricta: breakthrough


understanding of the etiology and treatment of dandruff and seborrheic dermatitis
through whole-genome analysis. J Investig Dermatology Symp Proc.

Utami, R. A., Sukohar. A., Setiawan, G., Morfi, C. W. 2018. Pengaruh Penggunaan
Pomade Terhadap Kejadian Ketombe Pada Remaja Pria. Majority. Vol. 7. No. 2

12
LAMPIRAN

Meneteskan KOH 20% Mengambil Sampel Rambut

Menutup dengan Deck Glass Hasil Pemeriksaan

13

Anda mungkin juga menyukai