STROKE ISKEMIK
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul “Stroke
Iskemik”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter
pendamping dr. Feronika L.Tobing, dr. Marlina Panjaitan, dan dokter penanggung jawab
pasien dr. Seri Ulina Barus, SpS yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak
masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah
laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Stroke adalah penyakit tidak menular yang semakin lama semakin bertambah kejadiannya di
Indonesia. Stroke didefinisikan oleh World Health Organization (WHO) tahun 1986 sebagai tanda-
tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak secara fokal maupun global yang
dapat menyebabkan kematian atau kecacatan yang menetap selama 24 jam atau lebih, tanpa
penyebab lain selain gangguan vaskular.1
Berdasarkan perjalanan penyakitnya batasan Stroke adalah suatu defisit neurologis mendadak
sebagai akibat hemoragik atau Iskemik sirkulasi saraf otak. Stroke hemoragik merupakan 20% kasus
dari semua Stroke. Sementara jenis yang tersering didapatkan adalah Stroke Iskemik, yaitu sekitar
80% dari semua Stroke.2
Stroke termasuk salah satu dari sepuluh penyakit penyebab kematian teratas di dunia.
Berdasarkan laporan terbaru WHO terdapat 6,7 juta kematian terjadi akibat Stroke dari total
kematian yang disebabkan penyakit tidak menular.3
Pada profil statistik WHO yang diperbaharui pada Januari 2015, Stroke merupakan salah satu
penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia. Pada tahun 2012 terdapat 328.500
kematian akibat Stroke di Indonesia. Laporan ini sejalan dengan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) yang menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi Stroke di Indonesia berdasarkan
wawancara jawaban responden yang pernah didiagnosis tenaga kesehatan dan gejalanya meningkat
dari 8,3 per 1000 di tahun 2007 menjadi 12,1 per 1000 di tahun 2013. Wilayah Sumatera Utara
termasuk dalam 20 besar wilayah di Indonesia dengan prevalensi Stroke yang tinggi yaitu 10,3 per
1000 di tahun 2013.4
Dalam suatu studi kohort prospektif di Jerman yang melibatkan 4.467 pasien (umur median,
47 tahun; jangkauan interkuartil, 40–51), faktor risiko Stroke Iskemik yang paling sering dan
didokumentasikan dengan baik serta merupakan faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah
merokok (55.5%), ketidakaktifan fisik (48.2%), hipertensi arteriol (46.6%), dislipidemia (34.9%),
dan obesitas (22.3%).5
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan penyebabnya Stroke yang terjadi akibat iskemia otak diklasifikasikan menjadi 3
jenis, dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Klasifikasi Stroke Iskemik dan Gambaran Klinis (Sumber : Goldszmidt dan Caplan, 2003)
Penyebab Iskemia Onset Defisit Neurologis Gejala yang Berkaitan
Didahului oleh TIA pada
50% kasus. Sering terjadi
saat tidur. Perubahan
neurologis sering
Trombosis arteri besar Nyeri kepala sebelum,
berfluktuasi yaitu dapat
Arteri besar pada saat, atau setelah
progresif dalam pola tangga
Lakunar onset.
atau gejala berkurang akibat
rekanalisasi, re-trombosis,
dan perubahan aliran darah
kolateral.
Tiba-tiba pada 80% kasus,
dengan defisit maksimal saat
onset. Kasus lainnya
menunjukkan progresi
seperti tangga dalam 24 jam
pertama. Sindrom arteri
Emboli otak
serebri media adalah
Kardiogenik Nyeri kepala saat atau
gambaran yang paling sering
Arteri ke arteri setelah onset.
ditemukan: defisit
Sisa aorta
sensomotorik kontralateral
(lengan/wajah > tungkai),
afasia (hemisfer dominan),
kesiagaan berkurang
(hemisfer nondominan) ±
kuadran-anopsia.
Diawali oleh kelainan Pucat, berkeringat,
Hipoperfusi sistemik
sistemik. hipotensi.
5
1. Masalah vaskular, hematologi, dan jantung akibat berkurang atau berhentinya aliran darah.
2. Masalah perubahan biokimia akibat iskemik, dapat terjadi dekrosis jaringan otak: neuron, sel
glia, dan lain-lain. Jika terjadi oklusi atau hipoperfusi otak yang aliran darah otak normal 15-
20 % dari cardiac output, jika CBF atau aliran darah otak 20 ml/menit/100gr otak maka otak
akan berada dalam keadaan iskemik, sehingga terjadi gangguan fungsi otak dan pada EEG
akan timbul perlambatan, namun bila CBF kembali normal, maka gangguan fungsi akan pulih
kembali. Bila CBF 8-10 ml/menit/100gr otak, sel otak dalam keadaan infark dan bila tidak
segera diatasi akan timbul defisit neurologis sehingga timbul kecacatan dan kematian. Daerah
8
sekeliling yang terancam disebut daerah penumbra, di mana sel belum mati tapi fungsi
berkurang dan mengakibatkan deficit neurologik. Maka dari itu, sasaran terapi stroke iskemik
akut agar daerah penumbra dapat direperfusi dan sel otak dapat berfungsi kembali.
Reversibilitas tergantung faktor waktu. Disekeliling daerah penumbra terdapat area
hyperemik karena aliran darah kolateral/luxury perfusion area.
Untuk membedakan stroke tersebut termasuk jenis hemoragik atau non hemoragik atau
keduanya, dapat ditentukan berdasarkan pemeriksaan berikut:15
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan klinis neurologis :
a.. Status Neurologis
b. Fungsi Motorik Pada pemeriksaan ini dicari tanda-tanda (sign) yang muncul, bila
dibandingkan antara keduanya akan didapatkan hasil sebagai berikut :
Kanan Kiri
Gerakan (+) Terbatas
Kekuatan 4/4 1/1
Tonus (+) (-)
3.Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab Stroke
(misalnya sindrom hiperviskositas, koagulopati), komplikasi terkait Stroke, untuk menetapkan dasar
parameter koagulasi, dan untuk mengidentifikasi faktor risiko aterosklerosis generalisata (misalnya:
dislipidemia).10
Semua pasien yang diduga Stroke harus menjalani pemeriksaan Computed Tomography (CT)
Scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk menentukan lokasi dan jenis Stroke juga untuk
menyingkirkan penyebab gejala neurologis nonvaskular. MRI lebih sensitif dibanding CT untuk
mendeteksi infark otak dalam 72 jam pertama, namun CT lebih unggul dalam membedakan
perdarahan dan iskemia pada lesi akut.10
CT scan (Computerised Tomography Scanning) merupakan pemeriksaan baku emas (Gold
Standard) untuk mendiagnosis penyakit stroke. Dengan perjalanan waktu, gejala klinis stroke dapat
mengalami perubahan. Untuk membedakan jenis stroke iskemik dengan stroke perdarahan dilakukan
pemeriksaan radiologi CT-Scan kepala. Pada stroke hemoragik akan terlihat adanya gambaran
hiperdens, sedangkan pada stroke iskemik akan terlihat adanya gambaran hipodens. 15
10
Pungsi lumbal digunakan untuk mendiagnosis perdarahan subaraknoid bila CT/MRI tidak
tersedia atau menunjukkan hasil negatif. Tidak adanya darah dalam cairan pungsi menyingkirkan
diagnosis perdarahan subaraknoid atau intraserebral.10
Ekokardiorgam digunakan untuk menilai jenis dan luasnya penyakit miokardial/valvular
ketika emboli kardiogenik diduga sebagai penyebab Stroke.10
2. Pencegahan sekunder pada Stroke Iskemik adalah dengan pengendalian faktor risiko yang
dapat dimodifikasi antara lain:
Penurunan rata-rata 10/5 mmHg tekanan darah pada penderita hipertensi
Kontrol gula darah secara teratur
Penurunan lipid yang efektif menggunakan statin dengan target LDL <70 mg/dl
Konseling untuk modifikasi gaya hidup seperti olahraga dan penurunan berat badan
untuk menurunkan risiko vaskular
14
BAB III
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
√ Automentesis √ Heternomentesis
RIWAYAT KELUARGA
-
15
RIWAYAT PRIBADI
Riwayat Alergi :-
Riwayat Imunisasi : tidak jelas
Hobi : tidak jelas
Olah Raga : tidak jelas
Kebiasaan Makanan : tidak jelas
Merokok : tidak jelas
Minum Alkohol : tidak jelas
Hubungan Seks : tidak jelas
DESKRIPSI UMUM
Kesan Sakit
Gizi: Cukup
Ringan Sedang Berat
16
TANDA VITAL
Kesadaran Compos Mentis Deskripsi: kooperatif
Nadi Frekuensi 96 x/i regular, t/v cukup
Tekanan darah Berbaring: 180/100 mmHg Duduk:-
Lengan kanan: - mmHg Lengan kanan: - mmHg
Lengan kiri : - mmHg Lengan kiri : - mmHg
Temperatur Aksila: 36,8 0C
Pernafasan Frekuensi: 20 x/menit
TELINGA:
Meatus aurikula externus : tidak ditemui kelainan, Serumen (-/-), Gangguan Pendengaran -/-
HIDUNG:
Deviasi septum (-/-), konkha hiperemis(-/-)
MATA
Conjunctiva palp. inf. Pucat -/-, skleraikterik-/- ,
RC +/+, Pupil isokor, ki=ka, ø 3 mm
17
TORAKS
Depan Belakang
Inspeksi Simetris fusiformis Simetris fusiformis
Palpasi SF : stem fremitus ki=ka SF : stem fremitus ki=ka
Perkusi Sonor Sonor
Batas Paru Hati :
Relatif ICS IV
Absolut ICS V
Peranjakan 3 jari di bawah arcus
costae
Auskultasi SP: vesikuler SP: vesikuler
ST: - ST: -
JANTUNG
Batas Jantung Relatif: batas jantung relatif :
atas : ICS II midclavikularis sinistra
kanan : ICS IV parasternalis dekstra
kiri : ICS V 1 cm ke arah medial mid clavicularis sinistra
ABDOMEN
Inspeksi : simetris fusiformis
Palpasi : soepel, H/L/R: tidak teraba /-/-, nyeri tekan
pada regio hipokondrium dextra (-), undulasi (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal , double sound (-), bruit (-)
PUNGGUNG
Tapping pain (-), ballotement(-)
18
EKSTREMITAS:
Superior: oedem -./-
Inferior: oedem -/-
ALAT KELAMIN:
Tidak dilakukan pemeriksaan
REKTUM:
Tidak dilakukan pemeriksaan
NEUROLOGI:
Sensorium : Compos Mentis
Kranium
Bentuk : Bulat
Fontanella : Tertutup
Palpasi : Pulsasi A. Temporalis dan A. carotis (+)
Perkusi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Auskultasi : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Perangsangan Meningeal
Kaku Kuduk : (-)
Tanda Kerniq : (-)
Tanda Brudzinski I : (-)
Tanda Brudzinski II : (-)
NERVUS IX, X
Pallatum mole : DBN
Uvula : Medial
Disfagia : (-)
Disartria : (-)
Disfonia : (-)
NERVUS XII
Lidah
Tremor : (-)
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Ujung lidah sewaktu Istirahat : Medial
Ujung lidah sewaktu Dijulurkan : Sulit Dinilai
22
Sistem Motorik
Trofi : Dalam batas normal
Tonus otot : Normotonus
Kekuatan otot : Sulit Dinilai
Sikap (Duduk – Berdiri - Berbaring) : Berbaring
Gerakan Spontan Abnormal
Tremor : (-)
Khorea : (-)
Ballismus : (-)
Mioklonus : (-)
Atetosis : (-)
Distonia : (-)
Spasme : (-)
Tic : (-)
Dain lain-lain : (-)
TEST SENSIBILITAS
Eksteroseptif : Tidak dilakukan pemeriksaan
Propioseptif : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fungsi kortikal untuk sensibilitas
Stereognosis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengenalan 2 titik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Grafestesia : Tidak dilakukan pemeriksaan
REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps : ++ --
Triceps : ++ --
APR : ++ --
KPR : ++ --
23
Refleks Patologis
Babinski : - -
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaefer : - -
Hoffman-trommer : - -
Klonus lutut : - -
Klonus kaki : - -
Koordinasi
Lenggang : Tidak dilakukan pemeriksaan
Menulis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Percobaan apraksia : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Mimik : Sudut mulut jatuh kearah kiri
Tes telunjuk-telunjuk : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Tes telunjuk-hidung : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Diadokhokinesia : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Tes tumit-lutut : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Tes Romberg : Tidak Dilakukan Pemeriksaaan
Vertebra
Bentuk
Normal : (+)
Scoliosis : (-)
Hiperlordosis : (-)
Pergerakan
Leher : (+)
Pinggang : Sulit Dinilai
24
GEJALA-GEJALA SEREBRAL
Ataksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Disartria : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tremor : (-)
Nistagmus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Fenomena rebound : Tidak dilakukan pemeriksaan
Vertigo : (-)
Dan lain-lain : (-)
GEJALA-GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL
Tremor : (-)
Rigiditas : (-)
Bradikinesia : (-)
Dan lain-lain : (-)
FUNGSI LUHUR
Kesadaran kualitatif : Compos Mentis
Ingatan baru : DBN
Ingatan lama : DBN
Orientasi
Diri : DBN
Tempat : DBN
Waktu : DBN
Situasi : DBN
Intelegensia : DBN
Daya pertimbangan : DBN
Reaksi emosi : DBN
25
Afasia
Ekspresif : Tidak dilakukan pemeriksaan
Represif : Tidak dilakukan pemeriksaan
Apraksia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Agnosia
Agnosia visual : Tidak dilakukan pemeriksaan
Agnosia jari-jari : Tidak dilakukan pemeriksaan
Akalkulia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Disorientasi kanan-kiri : Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN LAB
Darah Rutin:
Tanggal Pemeriksaan Lab Pemeriksaan Nilai
Darah Perifer Lengkap Hemoglobin 16,2 g/dL
Hematokrit 49.3 %
Leukosit 12.3 103/mm3
Trombosit 401 103/mm3
30-01-2019 Eritrosit 5.24 106/mm3
MCV 94 fL
MCH 31 Pg/sel
MCHC 32.9g/dL
Pemeriksaan Kadar Gula Darah
Kadar Gula Darah Sewaktu 128 mg/dl
30-01-2019
2. ANAMNESIS : Sudah dialami kurang lebih 12 jam hari ini SMRS . Keluhan disertai
dengan mulut mencong (+), Pasien susah berbicara. Pasien pernah
periksa ke dokter dan telah dinyatakan menderita Stroke. Kaki kiri dan
tangan kiri lemah dan susah untuk digerakkan, nafsu makan ↓, susah
tidur (+).
3. PEMERIKSAAN FISIK :
Vital Sign :
* Sensorium : Compos Mentis
* Tekanan Darah : 180/100 mmHg
* Heart Rate : 96 kali/menit, regular, t/v cukup
* Respiratory Rate : 20 kali/menit
* Temperature : 36,80C
* Sp O2 : 98 % free air
Physic Diagnostic
Mata : Konjungtiva pucat (-/-)
Abdomen : Soepel
27
4. PEMERIKSAAN
Tanggal 30-01-2019
Darah Perifer Lengkap :
Hb : 16.2 gr/dl
Leukosit : 12.3 103/mm3
Trombosit : 401 103/mm3
Eritrosit : 5.24 106/mm3
Hematokrit : 49.3%
Kadar Gula Darah :
KGD Sewaktu : 128 mg/dl
5. DIAGNOSIS :
Stroke Iskemik
28
RENCANA AWAL
Nama Penderita : Karel Sitohang No. RM. :15.19.82
Rencana yang akan dilakukan masing-masing masalah (meliputi rencana untuk diagnosa,
penatalaksanaan dan edukasi)
Rencana
Tanggal Masalah Rencana Diagnosa Rencana Terapi Rencana Edukasi
Monitoring
30-01- Pasien datang dari Stroke Iskemik Bed rest - Darah Rutin - Pasien rencana rawat
2019 IGD. IVFD RSol 20gtt/i - KGD inap di ruangan Dahlia
-Lemah tungkai kiri Inj. Citicolin 500mg - Konsul ke Spesialis
-Mulut mencong (+) Inj. Ranitidine 1 amp Neurologi
Inj. Mecobalamin 1 amp
Amlodipin 10 mg
P DPJP
Tanggal S O A
Terapi Rencana
Sensorium : Compos Mentis IVFD RSol 20 gtt/i
Lemah tungkai
TD : 160/100 mmHg Inj. Citicolin 500mg/12 j
30-01- kiri Stroke
HR: 100x/menit, regular, t/v Inj. Ranitidine 1 amp/12 j Neurologi
2019 Mulut mencong Iskemik -
cukup Inj. Furosemide 1 amp/12 j
(+)
RR : 18 x/menit Inj. Mecobalamin 1 amp/12 j
29
FOLLOW UP
01 Februari 2019
S Lemah tungkai
kiri
Mulut mencong
(+)
O Sensorium :
Composmentis
TD : 160/90 mmHg
HR : 80X/i
RR : 22x/i
T : 36,4°C
Peningkatan TIK : -
R. meningeal : -
N. Kranialis:
N. II/III : Refleks cahaya +/+, pupil isokor diameter 3mm/3mm
N. VII: sudut mulut jatuh ke kiri
DPJP Neurologi
02 Februari 2019
S Lemah tungkai
kiri
Mulut mencong
(+)
O Sensorium : Compos
Mentis
TD : 150/90 mmHg
HR : 88x/i
RR : 22x/i
31
T : 36,4°C
Peningkatan TIK : -
R. meningeal : -
N. Kranialis:
N. II/III : Refleks cahaya +/+, pupil isokor diameter 3mm/3mm
N. VII: sudut mulut jatuh ke kiri
Rencana -
03 Februari 2019
S Lemah tungkai
kiri
Mulut mencong
(+)
O Sensorium : Compos
Mentis
TD : 140/90 mmHg
HR : 84x/i
RR : 22X/I
T : 36,6°C
Peningkatan TIK : -
R. meningeal : -
N. Kranialis:
N. II/III : Refleks cahaya +/+, pupil isokor diameter 3mm/3mm
N. VII: sudut mulut jatuh ke kiri
Rencana -
04 Februari 2019
S Lemah tungkai
kiri
Mulut mencong
(+)
O IVFD RSol 20 gtt/i
Inj. Citicolin 500mg/12 j
Inj. Ranitidine 1 amp/8 j
Furosemide 1 amp/12 j
Inj. Mecobalamin 1 amp/8 j
Amlodipin 1x10 mg
KSR 1x1
Piracetam 2 x 1200 mg
Clobazam 1x10 mg
Inj.Ceftriaxone 500 mg/12 j
Pletal 2x1
Peningkatan TIK : -
R. meningeal : -
N. Kranialis:
N. II/III : Refleks cahaya +/+, pupil isokor diameter 3mm/3mm
N. VII: sudut mulut jatuh ke kiri
Rencana -
DPJP Neurologi
05 Februari 2019
S Lemah tungkai
kiri
Mulut mencong
(+)
O Sensorium : Compos
Mentis
33
TD : 140/90 mmHg
HR : 84x/i
RR : 22x/i
T: 36,7°
Peningkatan TIK : -
R. meningeal : -
N. Kranialis:
N. II/III : Refleks cahaya +/+, pupil isokor diameter 3mm/3mm
N. VII: sudut mulut jatuh ke kiri
Rencana -
06 Februari 2019
S Lemah tungkai
kiri
Mulut mencong
(+)
O Sensorium : Compos
Mentis
TD : 150/100 mmHg
HR : 87x/i
RR : 23x/i
T : 37,6°
Peningkatan TIK : -
R. meningeal : -
N. Kranialis:
N. II/III : Refleks cahaya +/+, pupil isokor diameter 3mm/3mm
N. VII: sudut mulut jatuh ke kiri
Rencana -
34
07 Februari 2019
S Lemah tungkai
kiri
Mulut mencong
(+)
O Sensorium : Compos
Mentis
TD : 160/100 mmHg
HR : 82x/i
RR : 22x/I
T: 37°C
Peningkatan TIK : -
R. meningeal : -
N. Kranialis:
N. II/III : Refleks cahaya +/+, pupil isokor diameter 3mm/3mm
N. VII: sudut mulut jatuh ke kiri
Rencana -
DPJP Neurologi
08 Februari 2019
S Lemah tungkai
kiri
Mulut mencong
(+)
O Sensorium : Compos
Mentis
TD : 190/100 mmHg
HR : 84x/i
RR : 22x/i
T: 36,8°C
Peningkatan TIK : -
R. meningeal : -
N. Kranialis:
N. II/III : Refleks cahaya +/+, pupil isokor diameter 3mm/3mm
N. VII: sudut mulut jatuh ke kiri
Rencana -
09 Februari 2019
S Lemah tungkai
kiri
Mulut mencong
(+)
O Sensorium : Compos
Mentis
TD : 160/100 mmHg
HR : 84x/i
36
RR : 22x/i
T: 37,2°C
Peningkatan TIK : -
R. meningeal : -
N. Kranialis:
N. II/III : Refleks cahaya +/+, pupil isokor diameter 3mm/3mm
N. VII: sudut mulut jatuh ke kiri
Rencana -
10 Februari :
o Pasien Berobat Jalan :
PASIEN BEROBAT JALAN
Lansoprazole 1x1
Mecobalamin 2x1
Pletaal 2x100mg
Ariceft 1x1
Citicolin 2x500mg
PCT 3x500mg
Amlodipin 1x10mg
Bisoprolol 1x1
Fenofibrate 1x100mg
37
BAB IV
DISKUSI
No. Kasus Teori
1. Laki-laki, 68 tahun didiagnosa dengan Stroke didefinisikan oleh WHO tahun 1986
Hemiparese Sinistra ec Stroke Iskemik sebagai tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak secara fokal
maupun global yang dapat menyebabkan
kematian atau kecacatan yang menetap selama 24
jam atau lebih, tanpa penyebab lain selain
gangguan vaskular.1
Stroke Iskemik merupakan tanda klinis hilangnya
fungsi neurologis otak secara tiba-tiba akibat
terbatas atau terhentinya sirkulasi darah terhadap
area pada otak.6
Penegakan diagnosis Stroke dapat dilakukan
dengan mengenali gejala Stroke, seperti:
kelemahan tiba-tiba atau kaku pada wajah,
lengan, dan kaki yang biasanya menyerang satu
sisi tubuh. Gejala lain berupa kebingungan,
kesulitan bicara atau memahami kata-kata,
gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata,
kehilangan keseimbangan atau koordinasi, sakit
kepala hebat, pingsan atau hilang kesadaran.9
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik juga
digunakan dalam mengkaji luasnya disfungsi
neurologis dan mengidentifikasi faktor risiko
aterotrombosis serta kondisi medis yang
menyertai.10
2. Anamnesis Penegakan diagnosis Stroke dapat dilakukan
KS, laki-laki, 68 tahun datang dengan dengan mengenali gejala Stroke, seperti:
kelemahan anggota gerak sebelah kiri. kelemahan tiba-tiba atau kaku pada wajah,
Hal ini dialami os kurang lebih 12 jam lengan, dan kaki yang biasanya menyerang satu
sebelum masuk ke rumah sakit. sisi tubuh. Gejala lain berupa kebingungan,
38
Kelemahan terjadi secara tiba-tiba saat os kesulitan bicara atau memahami kata-kata,
beraktivitas ringan. Os pernah gangguan penglihatan pada satu atau kedua mata,
mengalami hal ini sebelumnya dan kehilangan keseimbangan atau koordinasi, sakit
dinyatakan menderita stroke. Riwayat kepala hebat, pingsan atau hilang kesadaran.9
nyeri kepala (-), riwayat muntah Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik juga
menyembur (-), riwayat kejang (-). digunakan dalam mengkaji luasnya disfungsi
Riwayat hipertensi (+), Stroke (+). neurologis dan mengidentifikasi faktor risiko
aterotrombosis serta kondisi medis yang
RPT: Hipeetensi, Stroke menyertai.10
RPO: Pletaal, Amlodipin, Citicolin Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan penyebab Stroke
Pemeriksaan fisik (misalnya sindrom hiperviskositas, koagulopati),
TD : 180/100 mmHg komplikasi terkait Stroke, untuk menetapkan
HR : 96 x/i dasar parameter koagulasi, dan untuk
RR : 20 x/i mengidentifikasi faktor risiko aterosklerosis
T : 36,80c generalisata (misalnya: dislipidemia).10
S : Compos Mentis Semua pasien yang diduga Stroke harus
menjalani pemeriksaan Computed Tomography
Peningkatan TIK : (-) (CT Scan) atau Magnetic Resonance Imaging
Nervus Kranialis: (MRI) untuk menentukan lokasi dan jenis Stroke
N VII : parese kiri (+) juga untuk menyingkirkan penyebab gejala
Refleks Fisiologis : (++)/(++) neurologis nonvaskular. MRI lebih sensitif
Refleks Patologis :-/- dibanding CT untuk mendeteksi infark otak
dalam 72 jam pertama, namun CT lebih unggul
dalam membedakan perdarahan dan iskemia pada
lesi akut.10
Pungsi lumbal digunakan untuk mendiagnosis
perdarahan subaraknoid bila CT/MRI tidak
tersedia atau menunjukkan hasil negatif. Tidak
adanya darah dalam cairan pungsi menyingkirkan
diagnosis perdarahan subaraknoid atau
intraserebral.10
Ekokardiorgam digunakan untuk menilai jenis
39
BAB V
KESIMPULAN DAN PROGNOSIS
5.1. Kesimpulan
Tn. Karel Sitohang menderita Stroke Iskemik
5.2. Prognosis :
- Ad Vitam : bonam
- Ad Functionam : bonam
- Ad Sanactionam : bonam
42
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelompok Studi Serebrovaskuler & Neurogeriatri PERDOSSI, 1999. Konsensus Nasional
Pengelolaan Stroke di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
2. Martono, Hadi. Tuty Kuswardani, RA. Strok dan Penatalaksanaannya oleh Internis. Dalam:
Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2009.
3. World Health Organization. 2014. Noncommunicable Disease Country Profil- Indonesia.
Availablefrom : http://www.who.int/nmh/countries/idn_en.pdf?ua=1. [Acessed 18 Juni
2016].
4. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian RI.
5. Sarnowski, Bettina., Putaala, Jukka., Gritner, Ulrike., et al., 2013. Lifestyle Risk Factors for
Ischemic Stroke and Transient Ischemic Attack in Young Adults in the Stroke in Young
Fabry Patients Study. Stroke ; 44:119-125.
6. Jauch, E.C., Stettler, B., Arnold, J.L., et al., 2015. Ischemic Stroke. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1916852-overview. [Acessed 18 Juni 2016].
7. Widyo, Kriswanto. 2014. Klasifikasi Stroke. Available from :
http://www.neurobethesda.com/klasifikasi-stroke/. [Acessed 18 Juni 2016].
8. Stroke Association, 2012. Stroke Risk Factors. Available from :
http://www.strokeassociation.org/STROKEORG/AboutStroke/Understan
dingRisk/Understanding-Stroke-Risk_UCM_308539_SubHomePage.jsp. [Acessed 18 Juni
2016].
9. National Institutes of Health. 2014. What is a stroke?. Available from :
http://www.nhlbi.nih.gov/health/health-topics/topics/stroke#. [Acessed 18 Juni 2016].
10. Goldszmidt, A.J., Caplan, L.R., 2011. Esensial Stroke, Terj Sihombing, R.N.E., Jakarta:
EGC.
11. Bresler, M.J., Sternbach, G.L., 2006. Kedaruratan Non-Traumatik. Dalam Manual
Kedokteran Darurat, Terj Suyono, Y.J., Edisi 6. Jakarta : EGC.
12. Kelompok Studi Serebrovaskuler. 2011. Guideline Stroke. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia.
13. Adams, R. D., Victor, M., dan Ropper, A.H. 2005. Principle of Neurology, 8th ed. Mc.
Graw-Hill. New York.
14. Sjahrir, H., 2003. Stroke Iskemik. Yandira Agung. Medan.
15. https://sarafambarawa.files.wordpress.com/2018/02/lapsus-saraf-gesti.pdf