Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Praktikum campuran tiga komponen ini bertujuan agar praktikan mampu membuat kurva
larutan suatu cairan yang terdapat dalam dua cairan tertentu. Percobaan ini berdasarkan kepada
kelarutan suatu cairan yang bisa larut dalam dua campuran yang juga saling melarutkan. Untuk
mencapai tujuan dari praktikum,percobaan dilakukan dengan menggunakan bahan,kloform,
metanol,air. Percobaan in dilakukan dalam dua tahap,tahap pertama dianggap campuran
pertama. Yaitu terdiri dari metanol sebagai zat A,air sebagai zat B,dan kloform sebagai zat C
yang sekaligus digunakan sebagai larutan terakhir yang dimasukkan kedalam campuran A dan B
yang saling melarut. Tahap kedua dianggap sebagai campuran kedua. Yaitu terdiri dari metanol
sebagai zat A,air sebagai zat B dan benzena sebagai zat C yang dimasukkan kedalam campuran
air dan metanol yang saling melarutkan.

Pada percobaan yang dilakukan cairan A dan B dicampur dengan variasi. . Dari
percobaan cairan A (aquades) dan B (metanol) saling larut membentuk satu fasa dengan suhu
330. Hal ini dikarenakan metanol membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air ppada bagian –
OH dari gugus CH3OH.

Ketika dilakukan titrasi dimana ditambahkan kloroform pada campuran A dan B, terlihat
bahwa perlahan-lahan campuuran tersebut menjadi keruh dan terbentuk dua fasa. Hal ini terjadi
karena klorofom bersifat non polar dan tidak larut dalam pelarut polar seperti campuran air dan
alkohol. Selain itu kekeruhan juga ditimbulkan karena larutan tiga komponen yang homogen
pecah menjadi dua larutan konjugat terner.

Saat titirasi volume klorofom yang ditimbulkan pada masing-masing campuran dalam
erlenmeyer yaitu ke-1 = 0,2 ml, volume titrasi ke-2= 0,4 ml, ke-3= 0,5 ml, ke-4= 0,6 ml, ke-5=
0,7 ml, ke-6= 0,9 ml, ke-7= 3,2 ml, ke-8= 3,4 ml dan ke-9=6,4 ml. Semakin banyak kloroform
yang ditambahkan berarti semakin kecil komposisi zat dalam larutan tersebut. Sehingga fasa
yang terbentuk menunjukkan bahwa adanya dua komponen yang saling larut (B dan C), tetapi
larutan B dan C larut sebagian sehingga komposisi A dan B cukup besar dan akhirnya terbentuk
lapisan dua fasa zat cair.Berdasarkan teori hal ini terjadi karenapenambahan zat C (kloroform) ke
dalam campuran A dan B, atom memperkecil daya saling larut antara metanol dan aquades.
Hasil pada diagram terner merupakan cerminan dari komposisi kesetimbangan dan zat
cair. Diagram ini merupakan alat yang menunjukkan kemurnian suatu campuran zat. Dalam
“material” fasa yang dinyatakan berdasarkan struktur mikro (struktur dan komposisi) yang
homogen dari suatu area yang terdapat di dalam material tersebut.

Pemisahan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan sempurna terhadap campuran,
tetapi dapat melarutkan salah satu komponen (solute) dalam campuran. Metode yang digunakan
ialah metode titrasi. Pemisahan dilakukan dengan menggunakan pelarut yang tidak larut dengan
sempurna terhadap campuran, tetapi dapat melarutkan salah satu komponen
dalam campuran tersebut. Pada praktikum dicampurkan tiga komponen berfasa cair (aquades,
kloroform dan metanol). Ditemukan suatu kecenderungan bahwa semakin banyak volume air
yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer maka semakin banyak pula volume titran metanol yang
diperlukan untuk mentitrasi campuran metanol dengan air menjadi keruh. kloroform dapat tidak
larut dalam aquades, berbeda dengan aquades dan metanol dimana larut dalam air, karena
bersifat polar sehingga tidak dapat larut dalam campuran air yang bersifat polar

Untuk membuat kurva kelarutan campuran tiga komponen,diharuskan terlebih dahulu


diketahuinya kelarutan kelarutan ketiga komponen tersebut dalam masing masing komponen
lainnya. Untuk tahap pertama dilarutkan metanol dengan air kemudian dilarutkan kloroform
kedalam larutan dengan mentitrasi larutan metanol dan air menggunakan kloform sebagai titran.
Kloroform tidak dapat larut ditandai dengan keruhnya larutan yang dititrasi. Jika larutan yang
dititrasi sudah keruh maka volume yang digunakan untuk membuat larutan menjadi keruh itulah
banyaknya larutan kloroform yang dapat larut dalam air dan metanol. Untuk titrasi ini dilakukan
denag sembilan buah labu erlenmeyer dimana masing masing labu dimasukkan air dan metanol
dengan fraksi mol yang berbeda,fraksi mol metanol meningkat dengan naiknya nomor labu
erlenmeyer,sedangkan fraksi mol air turun dengan naiknya nomor labu erlenmeyer. Dari
percobaan didapat bahwa untuk mengeruhkan larutan metanol diperlukan kloform makin banyak
dengan naiknya nomor labu erlenmeyer..

Ketika titrasi dilakukan untuk tahap pertama diukur suhu masing masing larutan dimana
diketahui bahwa suhu methanol 290C, suhu air 320C dan suhu kloroform 310C dan tahap kedua
kita mengukur suhu campuran methanol dengan air mulai dari labi 1 sampai labu 9 pada labu 1
sebelum titrasi dilakukan adalah 280 C,setelah dilakukan titrasi suhu ruangan terukur 270 C. Pada
tahap kedua suhu ruangan terukur 280 C,dan setelah titrasi terukur suhu adalah 270 C. berikut
tabel pengamatannya.

LABU 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Suhu Kreapatan


zat zat
ml A 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 290C
ml B 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 320C
ml C 0.2 0.4 0.5 0.6 0.7 0.9 3.2 3.4 6.3 310C
Suhu 350C 350C 350C 350C 350C 350C 350C 350C 350C
A+B
Suhu 280C 310C 310C 310C 310C 310C 320C 320C 320C
A+B+C

Berdasarkan data ini dapat diambil kesimpulan bahwa pelarutan kloroform dalam
metanol dan air merupakan reaksi endoterm. Begitu juga dengan pelarutan benzena dalam air
dan asam asetat merupakan reaksi endoterm . karena dari kedua reaksi ini
membutuhkan/meyerapkan kalor dari lingkungan yang ditandai dengan turunnya suhu ruangan.
Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa kloroform lebih banyak larut dalam metanol,karena
bayaknya kloroform yang dibutuhkan untuk mengeruhkan larutan titer sebanding dengan
banyaknya metanol yang terdapat dalam larutan titer.

Kesalahan-kesalahan ini terjadi karena beberapa hal seperti kurangnya ketlitian dalam
pengamatan saat titrasi, sehingga data yang didapatkan tidak stabil, selain itu juga dikarenakan
pengaruh suhu yang cenderung berubah-ubah (tidak konstan) sehingga mempengaruhi hasil yang
didapat

KESIMPULAN

Dari percobaan diagram terner yang dilakukan dapat diambil kesDari praktikum ini dapat
disimpulkan bahwa :

1. Menurut aturan fasa Gibbs


a. F = P(C-1) + 2
b. F=C–P2
dimana suhu dan tekanan adalah dua variabel yang mempengaruhi fasa .
2. Pada praktikum didapatkan dua komponen A dan B yang bercampur sempurna dan C
yang tidak bercampur, sehingga terbentuk cairan yang sepasang dapat saling larut
sebagian.
3. Titik kritis pada praktikum terjadi ketika komposisi 1 dan 2 sama sehingga terjadi
perubahan dua fasa menjadi satu fasa secara serentakimpulan bahwa:

Anda mungkin juga menyukai