Anda di halaman 1dari 10

Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ...

| 170

PROBLEM HUKUM ATAS KELEMBAGAAN DAN


OPERASIONAL BANK SYARIAH

Rusnaena

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare


Email: rusnaenah-stainparepare@yahoo.co.id

Abstract: Islamic Bank in Indonesia is still very experienced legal problems because it is
still plagued with some of the Banking Act that exist, so the Islamic Bank is not free to
develop their products, these problems include institutional and legal problems of legal
problems operational, operational and legal problems, among others, taxation problems as
well as problems of liquidity management. Hence the need for affirmation of the law against
such things. Islamic banks operating in Indonesia as a country of law, must be adapted to
the provisions in force in the territory of Indonesia based on Pancasila and the Constitution
of 1945. Similarly Islamic Bank in Indonesia also have to meet the requirements set by Bank
Indonesia tela as in Indonesia's Central Bank issued the Banking Act.

Abstrak: Bank Syariah di Indonesia Masih sangat mengalami problema hukum karena
masih terkendala dengan beberapa Undang-Undang Perbankan yang ada, sehingga Bank
Syariah tidak bebas mengembangkan produknya, problema tersebut antara lain problema
hukum kelembagaan maupun dari problema hukum operasional, dan problema hukum
operasional antara lain problema perpajakan demikian pula problem pengelolaan
likuiditasnya. Oleh karena itu perlu adanya penegasan hukum terhadap hal-hal tersebut.
Bank Islam yang beroperasi di wilayah Indonesia sebagai negara hukum, harus disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di wilayah Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Demikian pula Bank Syariah di Indonesia juga harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang tela ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral di Indonesia yang mengeluarkan Undang-Undang Perbankan.

Kata Kunci: Problematika Hukum, Kelembagaam, Bank Syariah

I. PENDAHULUAN PP No. 72/1992. Berdasarkan kedua


perangkat hukum itu, bank syariah di-
Problem hukum masih merupakan
pahami sebagai bank bagi hasil. Selebihnya
salah satu dari beberapa problen yang
bank syariah harus tunduk kepada peraturan
dihadapi bank syariah, disamping problem-
perbankan umum yang berbasis konvesio-
problem lain seperti persepsi dan perlakuan
nal. Oleh karenanya manajemen bank-bank
masyarakat yang masih cenderung
syariah cenderung mengadopsi produk-
menyamakan bank syariah dengan bank
produk perbankan konvensional yang
konvensional, pengetahuan syariah masya-
“disyariahkan”, dengan variasi produk yang
rakat yang masih terbatas pada ibadah
terbatas. Akibatnya tidak semua kebutuhan
seperti shalat, zakat, puasa, dan haji,
masyarakat terakomodasi, dan produk yang
sumber daya manusia yang masih ter-
ada tidak kompetitf terhadap semua produk
polarisasi pada pengetahuan umum dan
bank konvensional.
agama, teknologi yang masih mengacu pada
UU No. 10 tahun 1998 telah meng-
sistem konvensional dan sebagainya.
akomodasikan semua kegiatan perbankan
Sebelum terbitnya UU No. 10 Tahun
1998, tidak ada perangkat hukum yang berdasarkan prinsip syariah, yaitu sebagai-
mana pasal 1 ayat 13, UU tersebut adalah
mendukung sistem operasional bank
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam
syariah, kecuali UU No. 7 Tahun 1992 dan
antara bank dan pihak lain untuk
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 171

menyimpan dana dan (atau) pembiayaan d. Pembukaan kantor cabang syariah (baru)
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dari bank konvensional
dinyatakan sesuai dengan syariah, antara e. Peningkatan status dan konversi kantor
lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi cabang pembantu bank konvensional
hasil (mudha-rabah), pembiayaan berdasar- menjadi kantor cabang syariah
kan prinsip penyertaan modal (mushara-
Problem hukum atas kelembagaan
kah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau dapat timbul bagi pembukaan kantor bank
pembiayaan barang modal berdasarkan syariah melalui konversi, yaitu apabila
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), nasabah bank tidak bersedia menjadi
atau dengan adanya pilihan pemindahan nasabah berdasarkan prinsip syariah.
kepentingan kepemilikan atas barang yang Konversi harus dilakukan, baik konversi
disewa dari pihak bank oleh pihak lain pasiva maupun aktiva. Konversi itu harus
(ijarah wal iktina). suddah dapat diselesaikan dalam jangka
UU tersebut juga telah dilengkapi waktu 360 hari sejak tanggal izin perubahan
dengan ketentuan pelaksanaannya melalui kegiatan usaha bank.
beberapa Surat Keputusan Direksi Bank Dalam hal pasiva, bila nasabah
Indonesia tanggal 12 Mei 1999, yaitu No.
penyimpan dana atau kreditur bank lainnya
32/33/KEP/DIR/ tentang Bank Umum, No.
tidak bersedia dikonversikan kedalam
32/34/KEP/DIR tentang Bank Umum Ber-
dasarkan Prinsip Syariah, No. 32/35/ prinsip syariah, bank dapat menyelesaikan
KEP/DIR tentang Bank Perkreditan Rakyat pembayaran kembali simpanan nasabah
dan No. 32/36/KEP/DIR tentang Bank atau pinjaman yang diterimanya itu
Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip sekaligus lunas. Kantor cabang syariah dari
syariah.1 bank konvensional dapat memindahkan
Dengan perangkat hukum baru itu, kewajibannya ke kantor pusat atau kantor
sebagian besar problem hukum bank cabang konvensional lainnya.
syariah dapat diatasi. Namun, dalam Dalam hal aktiva, bila debitur bank
pelaksanaannya nanti, kita masih perlu tidak bersedia menjadi nasabah berdasarkan
menelaah beberapa hal yang masih prinsip syariah, maka bank harus meminta
mengandung potensi adanya problem
nasabah untuk segera melunasi pinjaman-
hukum lain yang perlu mendapat
pemecahan. nya atau portofolio pinjaman tersebut
kepada pihak lain. Problem hukum timbul,
II. PEMBAHASAN bila ternyata, setelah melampaui 360 hari,
A. Problem Hukum dan Kelembagaan (1) nasabah tidak mampu menyelesaikan
kewajibannya, atau (2) nasabah tidak
Menurut jenisnya, bank terdiri dari
bersedia melunasi kewajibannya dengan
bank umum dan bank perkreditan rakyat.
segera karena jangka waktu pinjamannya
Kedua jenis bank tersebut dapat melakukan
belum jatuh tempo, sedang bank tidak
kegiatan usaha secara konvensional dan
memperoleh pembeli atas portofolio aktiva
melakukan kegiatan usaha berdasarkan
bank tersebut. Dalam kasus ( 1), bank harus
prinsip syariah. Dengan demikinan, peluang
menyatakannya sebagai kredit macet,
untuk membuka kantor bank umum syariah
karena tidak dapat lagi diperpanjang,
dan BPR syariah dapat dilakukan melalui:
kecuali bila dapat dikonversikan menjadi
a. Pendirian Bank Syariah baru berdasarkan prinsip syariah. Dalam kasus
b. Konversi dari kantor pusat bank konven- (2), bank menjadi pelanggar ketentuan
sional perbankan yang berlaku. Kedua-duanya
c. Konversi dari kantor cabang konven- berpengaruh kepada tingkat kesehatan bank
sional yang bersangkutan.
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 172

B. Problem Hukum atas Operasional diterimanya. Dana-dana tersebut ter-


akumulasi dan menganggur untuk
1. Problem Perpajakan beberapa hari sehingga mengurangi rata-
Sebagaimana diuraikan diatas, bank rata pendapatan mereka.
syariah tidak membedakan secara tegas b. Kesulitan mencairkan dana investasi
antara sektor meneter dan sektor riil. Selain yang sedang berjalan, pada saat ada
menggunakan prinip bagi hasil, bank penarikan dana dalam situasi kritis.
syariah juga menggunakan prinsip jual-beli Akibatnya bank-bank syariah menahan
(bai’) dan prinsip sewa (ijarah). Sebelum alat likuiditasnya dalam jumlah yang
terbitnya UU No. 10 Tahun 1998, bank lebih besar daripada rata-rata perbankan
syariah tidak dapat secara tegas mem- konvensional. Sekali lagi, kondisi inipun
formulasikan transaksinya dalam bentuk menyebabkan berkurangnya rata-rata
akad jual-beli atau akad sewa. Transaksi itu pendapatan bank, yang pada akhirnya
diformulasikan sebagai “Akad Pembiayaan menyebkan berkurangnya pendapatan
Jual-Beli”. Alasan utamanya adalah, karen nasabah.
akad jual beli memberikan konsekuensi Deposan yang hanya mencari keun-
pajak atas jual-beli. Bila ini diberlakukan, tungan lebih banyak cenderung memin-
maka akan terjadi double taxation, yaitu dahahkan dananya ke bank lain, sementara
pajak yang tibul pada saat bank melakukan nasabah yang loyal mendapat kesan bahwa
pembelian dan pajak atas penjualan yang mengikuti prinsip syariah berarti menam-
dilakukan oleh bank kepada nasabah, bah beban.
disamping pajak penghasilan. Akibatny, Instrumen pasar uang konvensional
beban yang harus ditanggung nasabah bank yang telah dikembangkan selama ini
syariah akan menjadi lebih tinggi ketim- umumnya merujuk pada efek utang (debt
bang nasabah bank konvensional. Di securities) yang berjangka pendek, yaitu
samping itu, akad pembiayaan dapat tiga bulan atau kurang sampai satu tahun,
dipersepsikan sebagai akad pinjam-memin- yang antara lain berupa Commercial Paper
jam uang (qard), yang oleh karenanya bank (CP), Certificate of Deposit (CD), Banker’s
tidak bolah meminta imbalan apapun, Acceptance (BA), dan Marketable
kecuali biaya administrasi. Bila bank Securities atau Suraty Berharga Pasar Uang
mengambil keuntungan darinya, maka tidak (SPBU). Instrumen-instrumen tersebut pada
ada bedanya dengan bank kovensional, alias umumnya secara syariah tidak dapat
bersifat ribawi.2 diterima karena berbasis bunga, dan pola
Setelah terbitnya UU No. 10 tahun perdagangannya pun banyak mengandung
1998 ini pun masih ada potensi timbulnya unsur riba.3
problem hukum dibidang perpajakan Bank syariah harus memperhatikan
tersebut. Oleh karena itu, perlu ada batasan-batasan dalam perdagangan surat-
penegasan hukum yang menyatakan bahwa surat berharga sebagai berikut.
transaksi jual beli dan sewa dalam rangka a. Uang tidak dapat menghasilkan apa-apa.
sistem perbankan syariah bukanlah Uang hanya akan berkembang apabila
transaksi jual beli yang merupakan objek diinvestasikan pada kegitan ekonomi riil
pajak. (tangible economic activity). Oleh
karena itu, uang tidak dapat dijual untuk
2. Problem Pengelolaan Likuiditas
memperoleh uang. Surat berharga yang
Salah satu kesulitan operasional uang diterbitkan harus terkait dengan
dihadapi bank syariah selama ini adalah (merupakan sekuritisasi dari) aktivitas
dalam mengendalikan likuiditasnya secara bisnis nyata.
efisien. Hal ini terlihat pada gejala, antara b. Keberhasilan kegiatan ekonomi diukur
lain, sebagai berikut. dengan returnm on investment. Return
a. Tidak tersedianya kesempatan inestasi ini hanya boleh diestimasikan, tetapi
segera atas dana-dana investasi yang tidak boleh ditentukan terlebih dahulu
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 173

didepan. Nilai efek (bukti penyertaan) transaksi jual beli bersyarat yang tidak
dalam suatu bisnis harus didasarkan atas disetujui oleh syariah.
hasil penilaian performance bisnis yang Transaksi repo dianggap sebagai
bersangkutan (fundamental analysis). psedo-trading (perdagangan palsu) yang
c. Bukti penyertaan dalam perusahaan, bertujuan untuk memanipulasi pinam-
kegiatan mudharabah atau kemitraan meminjam uang secara ribawi. Bahkan
musyarakah dapat dibeli atau dijual dipasar konvensinal juga lazim terjadi short
untuk kegiatan investasi dan bukan selling, yaitu menjual efek tanpa terlebih
untuk tujuan spekulasi atau untuk tujuan dahulu memiliki efek yang dijual tersebut.
perdagangan paper. Jelas hal ini juga dilarang oleh syariah
d. Piranti keuangan syariah, seperti bukti Islam, karena hal demikian termasuk riba
penyertaan dalam suatu kemitraan atau fadl.
perusahaan, dapat dinegosiasikan, (dibeli Guna memfasilitasi adanya kebutuhan
atau dijual) karena ia mewakili bagian untuk menjual kembali efek, tetapi dengan
saham (penyertaan) dalam jumlah aset menghindari perdagangan ribawi itu,
dari bisnis nyata. diperlukan adanya suatu lembaga yang
e. Syariah Islam tidak membenarkan antara lain, berfungsi sebagai berikut.
menjual barang yang belum dimiliki dan a. Guna memfasilitasi adanya kebutuhan
melakukan jual-beli bersyarat. Oleh untuk menjual kembali efek, tetapi
karena itu, melakukan short selling dan dengan menghindari perdagangan ribawi
repo dalam perdagangan surat berharga itu, diperlukan adanya suatu lembaga
dilarang. yang antara lain, berfungsi sebagai
f. Karena adanya batasan-batasan tersebut, berikut.
bank syariah tidak mudah untuk b. Menciptakan pasar sekunder, termasuk
mempunyai akses ke pasar uang. fasilitas penebusan (redemption)
Sebagian ulama berpendapat , bahwa termausk penetapan jumlah dan harga
diantara efek-efek yang di pasar uang penebusan berdasarkan fundamental
konvensional tersebut di atas, yang dapat analysis.
diadopsi oleh sistem syariah adalah BA c. Bertindak sebagai custodian dan paying
atau SPBU dengan dasar bai’ al-dayn (debt agent.
trading). Efek uang itu harus didasari oleh Tanpa lembaga tersebut bank syariah
transaksi bisnis nyata yang melatar- dapat berpotensi untuk memper-dagangkan
belakangi (underlying transaction) dan efek yang tanpa underlying transaction,
bukan berasal dari transaksi pinjam terjebak untuk melakukan repurchase
meminjam uang (qard). Sebagian ulama agreement (repo), dan menye-pakati harga
juga berpendapat bahwa efek demikian
dengan melanggar norma syariah.5
hanya boleh ditransaksikan tanpa meng-
ambil keuntungan, kecuali pembebanan Mengingat adanya beberapa
biaya layanan (service charge) dan (atau) perbedaan pendapat ulama tersebut,
komisi atas pengaturan (arrangement) diperlukan penegasan hukum mengenail
transaksi tersebut.4 Namun, sebagian ulama instrumen-instrumen keuangan yang
lainnya tidak menyetujui bai al’dayn. dinyatakan berlaku sah bagi sistem
Sekuritisasi hanya dapat dilakukan sebagai perbankan syariah di Indonesia dan adanya
bukti penyertaan atau partisipasi yang lembaga yang memfasilitasi mekanisme
mewakili bagian (saham) dalam sejumlah perdagangan intrumen keuangan syariah
aset dari bisnis nyata. tersebut.
Didalam mekanisme perdagangan Dengan demikian, Operasional bank
efek di pasar uang konvensional, juga lazim
islam di Indonesia harus disesuaikan
adanya transaksi repo (repurchase
dengan situasi dan kondisi masyarakat dan
agrrement). Transaksi demikian termasuk
negara Indonesia baik dibidang ekonomi
maupun hukum
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 174

C. Penyesuaian dibidang Ekonomi Paket Kebijaksanaan Juni 198, PAKJAN


1990 dan PAKEM 19907
Beroperasinya Bank Islam di
Selain operasional bank Islam harus
Indonesia harus diseuaikan dengan sistem
sejalan dengan kebijaksanaan moneter di
atau kebijakan ekonomi dan moneter
Indonesia tersebut, pembiayaan pembangu-
Indonesia yang berhubungan dengan
nan pada Repelita-repelita berikutnya
perbankan. Bank konvensional yang
sangat diharapkan sebagian besar berasal
beroperasi di Indonesia dan dikenal oleh
dari tabungan dalam negara.
masyarakat Indonesia hingga sekarang
Ini berarti bahwa kehadiran bank
adalah bank yang menerapkan sistem
yang mampu mengerahka dana masyarakat
bunga. Sebelum diregulasi perbankan 1
sebanyak mungkin sangat diharapkan. Di
Juni 1983. Bank Islam tidak mungkin
sinilah bank Islam akan tampil sebagai
beroperasi di Indonesia karena pemerintah
alternatif, kera sejalan dengan emosi
menentukan besarnya tingkat bunga yang
keagamaan masyarakat Indonesia yang
harus diterapkan oleh bank. Sebelum Pakto
sebagian besar beragama Islam, sehingga
1988 dan sesuadah diregulasi 1 Juni 1983,
umat Islam yang belum memanfaatkan jasa
belum ada umat Islam yang mendirikan
perbankan konvensional yang telah ada
Bank dan beroperasi tanpa bunga baru
harus dapat memanfaatkan jasa-jasa per-
setelah Pakto 1988 umat Islam banyak yang
bankan Islam seoptimal mungkin
mendirikan bank-bank Islam.
Funsi-fungsi sistem moneter di
Beroperasinya bank Islam di
Indonesia adalah:
Indonesia harus selalu disesuaikan dengan
a. Menyelenggarakan mekanisme lalu
kebijaksanaan-kebijaksanaan moneter
lintas pembayaran yang efisien, sehingga
pemerintah agar bisa sejalan bahkan
lalu lintas pembayaran dapat dilakukan
mendukung tercapainya tujuan kebijak-
dengan biaya hambatan seminimal
sanaan-kebijaksanaan tersebut. Deregulasi
mungkin
perbankan 1 Juni 1983 bertujuan untuk:
b. Menjadi penghubung antara penabung
a. Meningkatkan volume penghimpun dana dengan penanam modal untuk keperluan
domestik semaksimal mungkin melalui mendorong tabungan dan mengalokasi-
sistem perbankan. kan tabungan-tabungan untuk berbagai
b. Mengurangi ketergantungan bank pada alternatif keperluan investasi.
bank sentral dan c. Menjaga kestabilan tingkat harga dengan
c. Meningkatkan efisiensi dan profesio- cara menciptakan uang dan jumlahnya
nalisme pada bank-bank nasional sesuai dengan keperluan tiel perekono-
Indonesia. mian,8
Sedangkan Pakto 1988 bertujuan Bank Islam sebagai bagian dari
untuk meningkatkan: lembaga keuangan di Indonesia harus
a. Pengerahan dana masyarakat menyesuaikan dengan sistem moneter di
b. Ekspor non migas Indonesia, bahkan harus mampu menjadi
c. Efisiensi lembaga-lembaga keuangan kekuatan pendukung bagi terlaksananya
dan perbankan fungsi-fungsi sistem moneter di Indonesia
d. Kemampuan pengendalian pelaksanaan tersebut.
kebijakan moneter, dan D. Penyesuaian di Bidang Hukum
e. Iklim pengembangan pasar modal6
Bank Islam yang beroparasidi
Kebijakan-kebijakan tersebut diikuti
wilayah Indonesia sebagai negara hukum,
dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain-
harus disesuaikan dengan ketentuan-
nya, seperti:
ketentuan yang berlaku di wilayah
Pakem 1985, paket 25 Oktober 1986,
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
PAKJAN (15 Januari 1987), PAKDES (24
Undang-Undang Dasar 1945.
Desember 1988) PAKMAR (maret 1989),
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 175

Ketentuan hukum yang secara khusus atau titipan amanah, tabungan mengikuti
berkaitan dengan Bank Islam ini adalah prinsip al-Wadiah atau al-Mudharabah dan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Deposito mengikuti prinsip al-Mudha-
tentang Perbankan dan Peraturan rabah.9
Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Sedangkan pada sisi penyaluran dana
Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. kepada masyarakat semua pembiayaan akan
Ketentuan-ketentuan yang berlaku di berbentuk kredit, karena pada dasarnya
Indonesia, khususnya tentang perbankan penerima kredit berkewajiban unuk
tersebut juga berlaku untuk Bank Islam asal mengembalikan pembiayaan yang telah
ketentuan-ketentuan itu sesuai dengan diterimanya. Dalam hubungan ini tidak
maksud sasaran dan objeknya. Agar ter- seluruh fasilitas Bank Islam bisa ditawarkan
dapat persaingan yang jujur antara oleh Bank Islam di Indonesia. Jenis-jenis
operasional Bank Islam dengan bank-bank kredit yang bisa ditawarkan Bank Islam
konvensional yang telah ada, maka harus Indonesia adalah kredit al-Mudharabah,
ada kesesuaian pengertian-pengertian kredit al-Musyarakah, kredit al-Murabahah,
produk Bank Islam dengan produk-produk kredit al-Bai’u Bithaman Ajil dan kredit al-
bank konvensional. Perlu dipahami bahwa Qardhul Hasan, serta fasilitas lain yang
meskipun terdapat kesamaan-kesamaan memungkinkan penerapannya di Indonesia.
pengertian dalam hal produk-produknya. Pos Pendapatan Bank Islam yang
Namun, karena prinsip orientasinya berbeda diperoleh dari sewa hanya diberikan atas
harus di pahami berbeda pula di dalam fasilitas yang disediakan Bank, misalnya
operasionalisasinya. Save Deposit Box. Sedangkan produk-
Ketentuan yang terkait dengan produk seperti sewa guna usaha (al-ijarah),
persaingan antara bank Islam dengan bank dan sewa beli (al-Bai’u at-Ta’jiri) hanya
konvensional adalah ketentuan tentang bisa dan boleh diselenggarakan oleh anak
perpajakan. Misalnya, sistem bagi hasil perusahaan Bank Islam yang telah dinilai
adalahmenyangkut hasil usaha Bank Islam sehat.
dan yang diperoleh nasabah tidak berupa Pendapatan lain dari bank Islam
eviden dan bukan pula pendapatan berupa fee/upah dapat diterapkan di
yangsudah final, karena pendapatan ini Indonesia asal fasilitas yang disediakan itu
diterima setiap bulan bahkan bisa dihitung merupakan praktek-praktek normal bank
setiap hari yang pada umumnya seperti transfer utang
Jika terhadap pendapatan-pendapa- (al-Hiwalah), pelayanan khusus kepada
tan operasi bank konvensional yang sudah nasabah (al-Jo’alah), jaminan Bank (al-
final tersebut dikenakan pajak pendapatan Kafalah) dan pesanan atas nama nasabah
berupa bunga deposito, apakah pendapatan (L/C) atau Al-Wakalah dan yang lainnya.
Bank Islam dari sistem bagi hasil juga dapat Aspek-aspek hukum lain yang perlu
dikenakan pajak? Permasalahan ini perlu disesuaikan adalah aspek hukum perjanjian,
diluruskan agar tidak terjadi persaingan pemberian kuasa, perjanjian kredit, hukum
yang tidak sehat, sehingga Bank Islam bisa jaminan, akta, bank garansi dan kepailitan
menjadi partner bagi bank konvensional di termasuk pembukuannya pun harus
dalam menunjang pembangunan ekonomi disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan
nasional. yang berlaku bagi pembukuan suatu
Menurut ketentuan UU No. 7 tahun perusahaan di Indonesia.
1992 pada sisi pengerahan dana masyarakat
E. Syarat-syarat oprasional Bank Islam
terdapat 3 bentuk simpanan yaitu : Giro,
di Indonesia
Tabungan dan Deposito maka bank Islam
juga mengikuti tiga bentuk simpanan Bank Islam yang beroperasi di
tersebut. Namun harus disesuaikan pula Indonesia selain harus menyesuaikan
dengan prinsip-prinsip syari’ah bahwa dengan aspek ekonomi dan aspek hukum
simpanan Giro mengikuti prinsip al-Wadiah yang berlaku di Indonesia juga harus
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 176

memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai bunga tetapi dalam bentuk bagi hasil


berikut: (mark up) yang diperhitungkan atas
dasar asas kemanfaatan barang/modal
1. Persyaratan Operasinalisasi Bank Islam
yang dibiayai oleh bank.
a. Bank Islam harus beroperasi sesuai d. Setiap penyaluran dana kepada
dengan ketentuan yang berlaku di nasabah bank ditindak lanjuti dengan
wilayah Republik Indonesia ber- pembinaan nasabah yang bersangku-
dasarkan Pancasila dan Undang- tan sehingga pada waktunya nanti
Undang Dasar 1945. dapat melunasi utangnya kepada
b. Pengoperasian Bank Sesuai dengan Bank Islam.
syari’ah Islam harus merupakan e. Setiap bulan sekali keuntungan bagi
kebutuhan nyata dari masyarakat hasil (mark up) dari seluruh pem-
muslim setempat. biayaan bank, dihitung dan dibagikan
c. Kebutuhan untuk pengoperasian Bank sebagai kadar keuntungan kepada
Islam harus tumbuh dari/dan mem- penyimpan dana yang besarnya
punyai akar yang kuat di dalam diperhitungkan sesuai dengan pro-
masyarakat muslim setempat. porsi simpanannya masing-masing.
d. Sebagai lembaga keuangan yang f. Sejalan dengan ketentuan yang
berdiri di tengah-tengah msyarakat berlaku, Bank Islam diwajibkan
yang terdiri dari berbagai agama dan memungut pajak untuk pemerintah
kepercayaan maka Bank Islam harus terhadap kadar keuntungan yang
tidak bersifat eksklusif dan dapat diterima penyimpan dana sebagai-
memberikan sumbangan kepada pem- mana umumnya bank-bank mengena-
bangunan masyarakat secara keselu- kan pajak atas jasa giro, dan pajak
ruhan.10 atas bunga deposito.11
2. Ketentuan Umum Pengoperasian 3. Ketentuan Khusus Pengoperasian
a. Sesuai dengan Syariah Islam Bank a. Dalam hal penabung/penyimpan dana
Islam ini tidak memungut bunga tidak secara tetap menyimpan
kepada nasabah yang meminjam dana dananya di Bank Islam misalnya :
dan tidak memberikan imbalan hari pertama menabung Rp 25.000,-
kepada nasabah yang meminjam hari berikutnya menabung kembali
dana. Rp10.000,- hari berikutnya menabung
b. Bank Islam dalam menerima lagi Rp 15.000,- dan seterusnya, maka
simpanan dari nasabah diikat dengan setelah sebulan kadar keuntungan
suatu perjanjian bahwa Bank Islam yang akan diberikan kepada pena-
diberi izin untuk menggunakan data bung/penyimpan dana diperhitungkan
simpanan tersebut untuk kegiatan dari tabungan/simpanan rata-ratanya.
operasi dengan pembagian hasil b. Dalam hal penabung/penyimpan dana
kepada penyimpan berupa profit/ tidak lengkap satu bulan tersimpan
keuntungan yang besarnya diper- dananya di Bank Indonesia, maka
hitungkan dengan jumlah simpanan- kadar keuntungan yang akan diterima
nya. penabung/penyimpan dana diper-
c. Bank Islam dalam memberikan kredit hitungkan dari tabungan/simpanan
kepada nasabah tidak dalam bentuk rata-ratanya dikalikan jumlah hari
uang tunai. Pinjaman yang diberikan tercatat sebagau penabung dibagi
adalah berupa pembiayaan untuk jumlah hari dalam bulan menjadi
pengadaan barang/jasa yang dibutuh- penabung.
kan nasabah yang diikat dengan c. Sebagi besar kegiatan Bank Islam
perjanjian kredit seperti lazimnya dari sisi penyaluran dana akan
dilakukan bank konvensional. Biaya berbentuk pembiayaan/kredit pemili-
yang dibebankan tidak dalam bentuk kan barang modal/alat produksi/
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 177

pembiayaan proyek dengan pembaya- Islam dengan melihat kepada


ran kembali berjangka waktu tertentu kemampuan nasabah tersebut.
yang polanya sama seperti pemberian Catatan lengkap mengenai nasabah
kredit bank pada umumnya. Per- merupakan bahan penting dalam
bedaannya hanya terletak pada : bank menentukan besarnya tingkat
pada umumnya memungut bunga keuntungan yang dapat disetujui
dalam %, Bank Islam mengenakan bersama. Dari catatan lengkap para
expected of profit (perkiraan nasabah dapat dirumuskan suatu
keuntungan/ mark up) dalam jumlah standar penentuan tingkat ke-
uang, bank pada umumnya meng- untungan minimal yang dapat
haruskan cicilan setiap bulan dalam dibebankan kepada nasabah
jumlah yang tetap, Bank Islam tidak pemakai jasa Bank Islam.
mengharuskan cicilan setiap bulan
III. PENUTUP
dalam jumlah tetap tetapi harus lunas
pada waktu yang telah disepakati, Neraca dan perhitungan rugi-laba
bank pada umumnya memberikan Bank Islam pada dasarnya sama dengan
potongan pada pelunasan sebelum bank pada umumnya. Apabila dibandingkan
waktunya maka Bank Islam mem- dengan bank pada umumnya perbedaan
berikan rabat pada pelunasan sebelum pada Bank Islam terletak pada tidak adanya
atau pada waktunya. unsur bunga. Namun demikian di dalam
d. Penyaluran dana dalam bentuk tunai suatu masyarakat dimana sistem bunga
hanya dilakukan bersamaan dengan telah melembaga, maka apabila tidak
kredit pemilikan barang/alat produksi/ ditemukan cara yang tepat untuk meng-
pembiayaan proyek yang besarnya hindarinya, Bank Islam akan terpaksa
lebih kecil dari bilai barang modal/ memperoleh pendapatan bunga. Pendapatan
alat produksi/pembiayaan proyek bunga ini akan didapat dari dana-dana bank
yang dibiayai. Terhadap pinjaman Islam yang terpaksa mengendap pada suatu
tunai dikenakan biaya administrasi bank tertentu karena transaksi dan
yang besarnya sebanding dengan sebagainya. Penerimaan bunga semacam ini
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk dalam neraca akan terdapat pada pos-pos
memproses pinjaman tersebut. giro pada bank lain, dan simpanan
berjangka. Pada perhitungan Rugi-Laba;
4. Konsep Perhitungan Mark Up/Premium/ pendapatan bunga dapat dikelompokkan ke
Margin dalam pendapatan non halal pada pos.
Pendapatan Usaha Bank sisi pendapatan.
a. Mergin keuntungan/ mark up
Pendapatan non halal ini kemudian pada
merupakan unsur biaya yang terdiri
sisi biaya dikeluarkan kembali untuk
dari biaya administrasi + tingkat
sumbangan bencana alam, lembaga sosial,
keuntungan yang layak.
dan sebagainya dalam kelompok biaya
b. Biaya administrasi dihitung dari
rupa-rupa.
beban Bank Islam untuk membayar
semua biaya operasional yang ada Catatan Akhir:
pada semua bank pada umumnya. 1
Biaya administrasi akan dapat Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah,
Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, Alvabet,
ditekan serendah-rendahnya apabila Jakarta, 2000, h.213
operasi dilakukan secara efisien dan 2
kemudian dibagi rata sesuai dengan Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah
dari Teori ke Praktek, Gema Insani, Jakarta, 2001,
banyaknya nasabah h.41
c. Tingkat keuntungan yang layak 3
Dr. M. Umer Chapra, Sistem Moneter Islam,
ditentukan berdasarkan hasil tawar- Gema Insani, Jakarta, 2000, h. 104
menawar antara nasabah dan Bank 4
Ibid, h.217
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 178
5
Ibid, h.218 Arifin, Zainul. 2000. Memahami Bank
6
Warkum Sumitro, SH, MH, Asas-asas Syariah, Lingkup, Peluang,
Perbankan Islam dan Lembaga Terkait (Bamui & Tantangan dan Prospek. Jakarta :
Takaful) di Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Alvabet
Jakarta, 1997, 62
7
Ibid ______. Dasar-dasar Manajemen Bank
8 Syariah.2002. Jakarta : Alvabet.
Ibid, h. 63
9
Muhammad Asro, M. H., Muhammad Asro, Muhammad. 2011. Fiqh Perbankan.
Kholid, M. H., Fiqh Perbankan, CV Pustaka Setia, Bandung : Pustaka Setia.
Bandung, 2011, h.87
10
Ibid, h. 66 K. Lubis, Suhrawardi. 2012. Hukum
11 Ekonomi Islam. Jakarta : Sinar
Drs. Zainul Arifin, MBA., Dasar-dasar
Manajemen Bank Syariah, Alvabet, 2002, h.67 Grafika.
Sumitro, Warkum. 2011. Asas-Asas
Perbankan Islam dan Lembaga-
DAFTAR PUSTAKA Lembaga Terkait (Bamui & Takaful)
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2001. Bank di Indonesia. Jakarta : PT Raja
Syariah dari Teori ke Praktek. PT Grafindo Persada.
Gema Insani Pres : Jakarta. Nabhani, Taqyuddin An, Membangun
Chapra, Umar. 2000. Sistem Moneter Sistem Ekonomi Alternatif,
Islam.Gema Insani Press : Jakarta Perspektif Islam. Surabaya : Risalah
Gusti
Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi
Islam. Yogyakarta : PT Dana Bakti Lihat, antara lain, tulisan Towil Heryoto,
Wakaf “Menyimak Perkembangan Bank
Syariah”, Republika Tanggal 5
Chamid, Nur. 2011. Jejak langkah Sejarah Maret 2014
Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta :
Gema Insani Press. Suyud Margono. Proses Pelembagaan dan
Aspek Hukum, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2004
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 179

Anda mungkin juga menyukai