| 170
Rusnaena
Abstract: Islamic Bank in Indonesia is still very experienced legal problems because it is
still plagued with some of the Banking Act that exist, so the Islamic Bank is not free to
develop their products, these problems include institutional and legal problems of legal
problems operational, operational and legal problems, among others, taxation problems as
well as problems of liquidity management. Hence the need for affirmation of the law against
such things. Islamic banks operating in Indonesia as a country of law, must be adapted to
the provisions in force in the territory of Indonesia based on Pancasila and the Constitution
of 1945. Similarly Islamic Bank in Indonesia also have to meet the requirements set by Bank
Indonesia tela as in Indonesia's Central Bank issued the Banking Act.
Abstrak: Bank Syariah di Indonesia Masih sangat mengalami problema hukum karena
masih terkendala dengan beberapa Undang-Undang Perbankan yang ada, sehingga Bank
Syariah tidak bebas mengembangkan produknya, problema tersebut antara lain problema
hukum kelembagaan maupun dari problema hukum operasional, dan problema hukum
operasional antara lain problema perpajakan demikian pula problem pengelolaan
likuiditasnya. Oleh karena itu perlu adanya penegasan hukum terhadap hal-hal tersebut.
Bank Islam yang beroperasi di wilayah Indonesia sebagai negara hukum, harus disesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di wilayah Indonesia yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Demikian pula Bank Syariah di Indonesia juga harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang tela ditentukan oleh Bank Indonesia sebagai Bank
Sentral di Indonesia yang mengeluarkan Undang-Undang Perbankan.
menyimpan dana dan (atau) pembiayaan d. Pembukaan kantor cabang syariah (baru)
kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dari bank konvensional
dinyatakan sesuai dengan syariah, antara e. Peningkatan status dan konversi kantor
lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi cabang pembantu bank konvensional
hasil (mudha-rabah), pembiayaan berdasar- menjadi kantor cabang syariah
kan prinsip penyertaan modal (mushara-
Problem hukum atas kelembagaan
kah), prinsip jual beli barang dengan
memperoleh keuntungan (murabahah), atau dapat timbul bagi pembukaan kantor bank
pembiayaan barang modal berdasarkan syariah melalui konversi, yaitu apabila
prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), nasabah bank tidak bersedia menjadi
atau dengan adanya pilihan pemindahan nasabah berdasarkan prinsip syariah.
kepentingan kepemilikan atas barang yang Konversi harus dilakukan, baik konversi
disewa dari pihak bank oleh pihak lain pasiva maupun aktiva. Konversi itu harus
(ijarah wal iktina). suddah dapat diselesaikan dalam jangka
UU tersebut juga telah dilengkapi waktu 360 hari sejak tanggal izin perubahan
dengan ketentuan pelaksanaannya melalui kegiatan usaha bank.
beberapa Surat Keputusan Direksi Bank Dalam hal pasiva, bila nasabah
Indonesia tanggal 12 Mei 1999, yaitu No.
penyimpan dana atau kreditur bank lainnya
32/33/KEP/DIR/ tentang Bank Umum, No.
tidak bersedia dikonversikan kedalam
32/34/KEP/DIR tentang Bank Umum Ber-
dasarkan Prinsip Syariah, No. 32/35/ prinsip syariah, bank dapat menyelesaikan
KEP/DIR tentang Bank Perkreditan Rakyat pembayaran kembali simpanan nasabah
dan No. 32/36/KEP/DIR tentang Bank atau pinjaman yang diterimanya itu
Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip sekaligus lunas. Kantor cabang syariah dari
syariah.1 bank konvensional dapat memindahkan
Dengan perangkat hukum baru itu, kewajibannya ke kantor pusat atau kantor
sebagian besar problem hukum bank cabang konvensional lainnya.
syariah dapat diatasi. Namun, dalam Dalam hal aktiva, bila debitur bank
pelaksanaannya nanti, kita masih perlu tidak bersedia menjadi nasabah berdasarkan
menelaah beberapa hal yang masih prinsip syariah, maka bank harus meminta
mengandung potensi adanya problem
nasabah untuk segera melunasi pinjaman-
hukum lain yang perlu mendapat
pemecahan. nya atau portofolio pinjaman tersebut
kepada pihak lain. Problem hukum timbul,
II. PEMBAHASAN bila ternyata, setelah melampaui 360 hari,
A. Problem Hukum dan Kelembagaan (1) nasabah tidak mampu menyelesaikan
kewajibannya, atau (2) nasabah tidak
Menurut jenisnya, bank terdiri dari
bersedia melunasi kewajibannya dengan
bank umum dan bank perkreditan rakyat.
segera karena jangka waktu pinjamannya
Kedua jenis bank tersebut dapat melakukan
belum jatuh tempo, sedang bank tidak
kegiatan usaha secara konvensional dan
memperoleh pembeli atas portofolio aktiva
melakukan kegiatan usaha berdasarkan
bank tersebut. Dalam kasus ( 1), bank harus
prinsip syariah. Dengan demikinan, peluang
menyatakannya sebagai kredit macet,
untuk membuka kantor bank umum syariah
karena tidak dapat lagi diperpanjang,
dan BPR syariah dapat dilakukan melalui:
kecuali bila dapat dikonversikan menjadi
a. Pendirian Bank Syariah baru berdasarkan prinsip syariah. Dalam kasus
b. Konversi dari kantor pusat bank konven- (2), bank menjadi pelanggar ketentuan
sional perbankan yang berlaku. Kedua-duanya
c. Konversi dari kantor cabang konven- berpengaruh kepada tingkat kesehatan bank
sional yang bersangkutan.
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 172
didepan. Nilai efek (bukti penyertaan) transaksi jual beli bersyarat yang tidak
dalam suatu bisnis harus didasarkan atas disetujui oleh syariah.
hasil penilaian performance bisnis yang Transaksi repo dianggap sebagai
bersangkutan (fundamental analysis). psedo-trading (perdagangan palsu) yang
c. Bukti penyertaan dalam perusahaan, bertujuan untuk memanipulasi pinam-
kegiatan mudharabah atau kemitraan meminjam uang secara ribawi. Bahkan
musyarakah dapat dibeli atau dijual dipasar konvensinal juga lazim terjadi short
untuk kegiatan investasi dan bukan selling, yaitu menjual efek tanpa terlebih
untuk tujuan spekulasi atau untuk tujuan dahulu memiliki efek yang dijual tersebut.
perdagangan paper. Jelas hal ini juga dilarang oleh syariah
d. Piranti keuangan syariah, seperti bukti Islam, karena hal demikian termasuk riba
penyertaan dalam suatu kemitraan atau fadl.
perusahaan, dapat dinegosiasikan, (dibeli Guna memfasilitasi adanya kebutuhan
atau dijual) karena ia mewakili bagian untuk menjual kembali efek, tetapi dengan
saham (penyertaan) dalam jumlah aset menghindari perdagangan ribawi itu,
dari bisnis nyata. diperlukan adanya suatu lembaga yang
e. Syariah Islam tidak membenarkan antara lain, berfungsi sebagai berikut.
menjual barang yang belum dimiliki dan a. Guna memfasilitasi adanya kebutuhan
melakukan jual-beli bersyarat. Oleh untuk menjual kembali efek, tetapi
karena itu, melakukan short selling dan dengan menghindari perdagangan ribawi
repo dalam perdagangan surat berharga itu, diperlukan adanya suatu lembaga
dilarang. yang antara lain, berfungsi sebagai
f. Karena adanya batasan-batasan tersebut, berikut.
bank syariah tidak mudah untuk b. Menciptakan pasar sekunder, termasuk
mempunyai akses ke pasar uang. fasilitas penebusan (redemption)
Sebagian ulama berpendapat , bahwa termausk penetapan jumlah dan harga
diantara efek-efek yang di pasar uang penebusan berdasarkan fundamental
konvensional tersebut di atas, yang dapat analysis.
diadopsi oleh sistem syariah adalah BA c. Bertindak sebagai custodian dan paying
atau SPBU dengan dasar bai’ al-dayn (debt agent.
trading). Efek uang itu harus didasari oleh Tanpa lembaga tersebut bank syariah
transaksi bisnis nyata yang melatar- dapat berpotensi untuk memper-dagangkan
belakangi (underlying transaction) dan efek yang tanpa underlying transaction,
bukan berasal dari transaksi pinjam terjebak untuk melakukan repurchase
meminjam uang (qard). Sebagian ulama agreement (repo), dan menye-pakati harga
juga berpendapat bahwa efek demikian
dengan melanggar norma syariah.5
hanya boleh ditransaksikan tanpa meng-
ambil keuntungan, kecuali pembebanan Mengingat adanya beberapa
biaya layanan (service charge) dan (atau) perbedaan pendapat ulama tersebut,
komisi atas pengaturan (arrangement) diperlukan penegasan hukum mengenail
transaksi tersebut.4 Namun, sebagian ulama instrumen-instrumen keuangan yang
lainnya tidak menyetujui bai al’dayn. dinyatakan berlaku sah bagi sistem
Sekuritisasi hanya dapat dilakukan sebagai perbankan syariah di Indonesia dan adanya
bukti penyertaan atau partisipasi yang lembaga yang memfasilitasi mekanisme
mewakili bagian (saham) dalam sejumlah perdagangan intrumen keuangan syariah
aset dari bisnis nyata. tersebut.
Didalam mekanisme perdagangan Dengan demikian, Operasional bank
efek di pasar uang konvensional, juga lazim
islam di Indonesia harus disesuaikan
adanya transaksi repo (repurchase
dengan situasi dan kondisi masyarakat dan
agrrement). Transaksi demikian termasuk
negara Indonesia baik dibidang ekonomi
maupun hukum
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 174
Ketentuan hukum yang secara khusus atau titipan amanah, tabungan mengikuti
berkaitan dengan Bank Islam ini adalah prinsip al-Wadiah atau al-Mudharabah dan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Deposito mengikuti prinsip al-Mudha-
tentang Perbankan dan Peraturan rabah.9
Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Sedangkan pada sisi penyaluran dana
Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. kepada masyarakat semua pembiayaan akan
Ketentuan-ketentuan yang berlaku di berbentuk kredit, karena pada dasarnya
Indonesia, khususnya tentang perbankan penerima kredit berkewajiban unuk
tersebut juga berlaku untuk Bank Islam asal mengembalikan pembiayaan yang telah
ketentuan-ketentuan itu sesuai dengan diterimanya. Dalam hubungan ini tidak
maksud sasaran dan objeknya. Agar ter- seluruh fasilitas Bank Islam bisa ditawarkan
dapat persaingan yang jujur antara oleh Bank Islam di Indonesia. Jenis-jenis
operasional Bank Islam dengan bank-bank kredit yang bisa ditawarkan Bank Islam
konvensional yang telah ada, maka harus Indonesia adalah kredit al-Mudharabah,
ada kesesuaian pengertian-pengertian kredit al-Musyarakah, kredit al-Murabahah,
produk Bank Islam dengan produk-produk kredit al-Bai’u Bithaman Ajil dan kredit al-
bank konvensional. Perlu dipahami bahwa Qardhul Hasan, serta fasilitas lain yang
meskipun terdapat kesamaan-kesamaan memungkinkan penerapannya di Indonesia.
pengertian dalam hal produk-produknya. Pos Pendapatan Bank Islam yang
Namun, karena prinsip orientasinya berbeda diperoleh dari sewa hanya diberikan atas
harus di pahami berbeda pula di dalam fasilitas yang disediakan Bank, misalnya
operasionalisasinya. Save Deposit Box. Sedangkan produk-
Ketentuan yang terkait dengan produk seperti sewa guna usaha (al-ijarah),
persaingan antara bank Islam dengan bank dan sewa beli (al-Bai’u at-Ta’jiri) hanya
konvensional adalah ketentuan tentang bisa dan boleh diselenggarakan oleh anak
perpajakan. Misalnya, sistem bagi hasil perusahaan Bank Islam yang telah dinilai
adalahmenyangkut hasil usaha Bank Islam sehat.
dan yang diperoleh nasabah tidak berupa Pendapatan lain dari bank Islam
eviden dan bukan pula pendapatan berupa fee/upah dapat diterapkan di
yangsudah final, karena pendapatan ini Indonesia asal fasilitas yang disediakan itu
diterima setiap bulan bahkan bisa dihitung merupakan praktek-praktek normal bank
setiap hari yang pada umumnya seperti transfer utang
Jika terhadap pendapatan-pendapa- (al-Hiwalah), pelayanan khusus kepada
tan operasi bank konvensional yang sudah nasabah (al-Jo’alah), jaminan Bank (al-
final tersebut dikenakan pajak pendapatan Kafalah) dan pesanan atas nama nasabah
berupa bunga deposito, apakah pendapatan (L/C) atau Al-Wakalah dan yang lainnya.
Bank Islam dari sistem bagi hasil juga dapat Aspek-aspek hukum lain yang perlu
dikenakan pajak? Permasalahan ini perlu disesuaikan adalah aspek hukum perjanjian,
diluruskan agar tidak terjadi persaingan pemberian kuasa, perjanjian kredit, hukum
yang tidak sehat, sehingga Bank Islam bisa jaminan, akta, bank garansi dan kepailitan
menjadi partner bagi bank konvensional di termasuk pembukuannya pun harus
dalam menunjang pembangunan ekonomi disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan
nasional. yang berlaku bagi pembukuan suatu
Menurut ketentuan UU No. 7 tahun perusahaan di Indonesia.
1992 pada sisi pengerahan dana masyarakat
E. Syarat-syarat oprasional Bank Islam
terdapat 3 bentuk simpanan yaitu : Giro,
di Indonesia
Tabungan dan Deposito maka bank Islam
juga mengikuti tiga bentuk simpanan Bank Islam yang beroperasi di
tersebut. Namun harus disesuaikan pula Indonesia selain harus menyesuaikan
dengan prinsip-prinsip syari’ah bahwa dengan aspek ekonomi dan aspek hukum
simpanan Giro mengikuti prinsip al-Wadiah yang berlaku di Indonesia juga harus
Rusnaena, Problema Hukum atas Kelembagaan ... | 176