Contoh PENDIDIKAN KESEHATAN
Contoh PENDIDIKAN KESEHATAN
PENDIDIKAN KESEHATAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas I
Dosen Pengampu : Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp.Kep. Kom.
OLEH:
KELOMPOK 2
Oleh:
LAPORAN PENDAHULUAN
POLA HIDUP BERSIH SEHAT
A. LATAR BELAKANG
PHBS merupakan semua perilaku yang dilakukan atas dasar
kesadaran, sehingga setiap anggota keluarga atau masyarakat dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dimasyarakat. PHBS di rumah tangga adalah
upaya untuk memperdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan
mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif
dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Cakupan PHBS di indonesia bervariasi setiap indikatornya. Hasil
Survei Kesehatan Nasional (2004), pencapaian rumah tangga sehat
berkisar 24,38%, masih jauh dari target minimal yaitu 65% pada tahun
2010. Secara rinci berdasarkan indikator PHBS yaitu pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan 64%, Masyarakat yang mempunyai
jaminan pemeliharaan kesehatan 19%, ketersediaan air bersih 81%,
ketersediaan jamban sehat 49%, kesesuaian lantai rumah dengan jumlah
penghuni 35%, lantai rumah bukan tanah 35%, tidak merokok di dalam
rumah 36%, melakukan aktivitas fisik setiap hari 18% dan makan buah
dan sayur setiap hari 16%.
Berdasarkan survey pada desa makmur didapatkan data bahwa
49,25% bak mandi dan penampungan air terdapat jentik, 20,58%
kebiasaan menguras bak mandi seminggu sekali, 79,42% dengan
kebiasaan lebih dari seminggu, 48,1% tidak mempunyai ventilasi disetiap
kamar rumahnya, 48,6% jarang membuka ventilasi kamar, 53% mobilisasi
penduduk tinggi, 3,6% pencahayaan sinar matahari kurang, 48% BAB
disembarang tempat ( sungai, kebun, dll), dan 79,23% membuang sampah
ke sungai. Dari data tersebut didapatkan tiga masalah utama kesehatan
yaitu ISPA, diare dan demam berdarah. Ketiga masalah kesehatan
tersebut terkait dengan permasalahan dibidang lingkungan. Dari data
tersebut, kelompok akan mengadakan pendidikan kesehatan pada
masyarakat desa makmur. Diharapkan dengan adanya pendidikan
kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS ) berbasis
lingkungan, masyarakat akan memiliki kesadaran untuk dapat merubah
perilakunya menjadi perilaku yang sesuai.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah di berikan asuhan keperawatan selama 3 bulan diharapkan
anggota masyarakat desa makmur mampu melakukan pemeliharaan
kesehatan terkait PHBS
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit
diharapkan anggota masyarakat desa makmur dapat: mendapatkan
informasi terkait dengan perilaku hidup sehat dan bersih yaitu :
a mengetahui pengertian dari PHBS
b Mengetahui indikator PHBS
c Mengetahui manfaat dari PHBS
d Memahami cara mengaplikasikan PHBS
D. STRATEGI PELAKSANAAN
1) Nama Kegiatan : Pendidikan Kesehatan PHBS
2) Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi
3) Waktu : Senin,14.00 – 14.30 WIB
4) Tempat : di Balai Desa Makmur
5) Setting Tempat : Tempat duduk peserta dibentuk huruf U dengan
penyaji/ penyuluh berada di tengah-tengah peserta.
keterangan :
2
1. penyaji
1
2. perangkat desa
3. warga
3 5 4. warga
5. warga
4
6) Media
a Leaflet 12 buah mencakup PHBS (pengertian, indikator PHBS, manfaat
dan pelaksanaan)
b Lembar balik 1 buah mencakup indikator PHBS
7) Kegiatan Yang Dilakukan
No . Kegiatan Respon Peserta Waktu
1. Pendahuluan 5 menit
1. Menyampaikan salam, 1. Memperhatikan
memperkenalkan diri, dan dan menjawab
membuka penyuluhan salam
2. Menjelaskan tujuan 2. memperhatikan
3. Diskusi 10
1. Memberi kesempatan untuk 1. Bertanya dan menit
bertanya dan menjawab. menanggapi
jawaban
4 Penutup 5 menit
1. Tanya jawab (evaluasi) 1. Menyampaikan
jawaban
2. Menyimpulkan hasil 2. Mendengarkan
materi Menjawab salam
3. Salam 3. Menjawab salam
8) Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur :
Jadwal kegiatan, tempat kegiatan, alat bantu atau media telah siap 1
hari sebelum hari-H. dan undangan telah di sebar 2 hari sebelum
hari-H
b. Evaluasi proses:
Kegiatan penyuluhan berjalan lancar, ada sebanyak 50 orang
penduduk desa makmur yang mengikuti penyuluhan dan mampu
secara aktif terlibat dalam kegiatan tanya jawab.
c. Evaluasi hasil:
Masyarakat mampu menjelaskan kembali tentang:
1. Pengertian perilaku hidup bersih dan sehat memalui post test
2. Indikator perilaku hidup bersih dan sehat memalui post test
3. Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat memalui post test
4. cara pengaplikasian PHBS memalui post test
8) PENGORGANISASIAN
1. Penanggungjawab: Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp. Kep.Kom.
Tugas:
a. Mempertanggungjawabakan keseluruhan acara
b. Mengawasi jalannya
2. Pembawa acara : Fikri Ulil Albab
Tugas :
a. Membuka acara
b. Memperkenalkan setiap anggota penyuluh
c. Mendeskripsikan tujuan dari penyuluhan
d. Memandu jalannya acara dari awal sampai akhir
e. Menutup acara
3. Pemandu diskusi : Fikri Ulil Albab
Tugas :
a. Membuka sesi diskusi
b. Memandu jalannya diskusi
c. Menyimpulkan hasil diskusi dan menutup jalannya diskusi
4. Sekretaris : Rizky Aditya
Tugas :
a. Membuat SAP penyuluhan
b. Mencatat jalannya acara dari awal sampai akhir
c. Membuat laporan pertanggungjawaban penyuluhan
3. Penyaji : Feri Eka
Tugas :
a. Menyajikan materi penyuluhan
b. Menjawab pertanyaan diskusi
4. Perlengkapan : Aridha Silmi
Tugas :
a. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan selama acara penyuluhan
b. Menyiapkan tempat acara penyuluhan
c. Bertanggungjawab terhadap peralatan yang digunakan selama
penyuluhan
5. Fasilitator : Desy Rindra
Tugas :
a. Memfasilitasi kebutuhan penyuluh.
b. Sebagai penghubung antara penyuluh dengan peserta/ tokoh
masyarakat.
6. Observer / Evaluator : Erawati
Tugas :
a. Mengobservasi jalannya acara dari awal sampai akhir
b. Memberikan evaluasi kepada keseluruhan acara
7. Konsumsi : Aridha Silmi
Tugas :
a. Menyediakan konsumsi bagi penyuluh.
b. Menyiapkan konsumsi bagi peserta penyuluhan.
LAMPIRAN MATERI PHBS
Peran Kader
Dalam mewujudkan Rumah Tangga Ber-PHBS peran yang dapat
dilakukan oleh seorang kader antara lain:
1. Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan
menggunakan Kartu PHBS atau Pencatatan PHBS di Rumah Tangga pada
buku kader.
2. Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat
untuk memperolah dukungan dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
3. Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di
desa/kelurahan melalui kelompok damawisma.
4. Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan
perorangan, penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan pergerakan
masyarakat.
5. Mengembangkan kegiatan-kegiatan ang mendukung terwujudnya Rumah
Tangga Ber-PHBS.
6. Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya
setiap tahun melalui pencatatan PHBS di Rumah Tangga.
oleh:
Kelompok 2
1. Riskasari Pratiwi (092310101009)
2. Dita Dityas (092310101015)
3. Eko Setyawan (092310101017)
4. Riza Firman (092310101027)
5. Ririn Halimatus (092310101048)
6. Luluk Minarsih (092310101051)
LAPORAN PENDAHULUAN
SENAM LANSIA
A. Latar Belakang
Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu: Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia
(elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua
(very old) diatas 90 tahun.
Salah satu isu kependudukan yang mulai menghangat pada dekade
terakhir ini adalah peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di
beberapa negara di dunia dan khususnya di Indonesia. Turunnya tingkat
fertilitas dan tingkat kematian akan menghasilkan perubahan fundamental
terhadap struktur umur sebagian besar masyarakat dan dapat menambah
proporsi dan jumlah penduduk usia tua, termasuk meningkatnya jumlah
penduduk usia sangat tua (old-old). Pada tahun 1950, di Asia terdapat 55 juta
laki-laki dan perempuan yang berusia 65 tahun ke atas. Sedangkan pada tahun
2000, jumlahnya meningkat menjadi 207 juta, dan menurut proyeksi jumlah
tersebut akan meningkat lagi pada tahun 2050 menjadi 865 juta orang atau
sekitar 20 persen dari penduduk dewasa (BKKBN, 2000).
Indonesia sebagai salah satu negara di Asia mengalami peningkatan
penduduk lansia (60 tahun ke atas) yang cukup pesat. Dalam kurun waktu
sekitar 50 tahun peningkatannya sudah mencapai tiga kali lipat. Menurut data
BPS (1998), jumlah lansia (60 tahun ke atas) di Indonesia pada tahun 1971
sekitar 4,9 persen dari jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 1990 sekitar
6,7 persen, kemudian meningkat menjadi 7,6 persen pada tahun 2000. pada
tahun 2020 diperkirakan lansia mencapai 11,4 persen dari total penduduk atau
sekitar 32 juta jiwa. Lansia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat
dihindari oleh setiap manusia. Kemampuan untuk beraktifitas, baik sosial
maupun ekonomi akan mengalami penurunan. Dengan demikian, definisi
penduduk lansia ditentukan oleh 3 (tiga) aspek, yaitu aspek biologi, ekonomi,
dan sosial. Secara biologi penduduk lansia adalah penduduk yang telah
mengalami proses penuaan dan menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan
terhadap penyakit. Secara ekonomi, penduduk lansia dipandang sebagai
beban terhadap perekonomian. Sedangkan secara sosial, penduduk lansia
sebagai satu kelompok sosial tersendiri (BKKBN, 2000).
Desa Makmur adalah salah satu desa dengan jumlah lansia cukup
banyak yaitu 129 dari 356 penduduk. Dengan bertambahnya usia, wajar saja
bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Tak heran bila pada usia
lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau
bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu. Dari 129 lansia 22,48%
diantaranya mengeluh sakit yaitu 5 orang hipertensi, 4 orang DM, 4 lansia
pusing-pusing dan mengeluh sesak 3 orang. Di desa makmur masih belum
ada posyandu lansia sehingga belum ada penanganan khusus untuk lansia.
74,4% dari lansia teridentifikasi tidak ada kegiatan yang dapat dilakukan dan
35% dari lansia masih aktif di sawah atau kebun. dan 48% dari mereka hanya
tinggal seorang diri. Hal-hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari kita.
Semakin bertambahnya usia, tentunya tingkat kesegaran jasmani akan
semakin turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40
tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh
karena itu, bila usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan
umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia
lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau
sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak
kompetitif atau bertanding. Sehingga, penting diadakannya pendidikan
kesehatan terkait dengan senam lansia untuk tetap mempertahankan
kesehatan dan kebugaran pada lansia yang bersifat ringan tentunya.
B. Masalah Keperawatan di Komunitas
Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak adanya tenaga kesehatan
yang memberikan informasi yang terkait dengan masalah lansia di desa
makmur
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas selama 3 bulan tentang
senam lansia diharapkan adanya peningkatan kesehatan serta pengetahuan
masyarakat terkait dengan masalah yang mungkin muncul pada lansia.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan penkes tentang senam lansia selama 1x25 menit
masyarakat dapat menyebutkan permasalahan yang dapat muncul pada
lansia yang jarang melakukan olahraga dan menirukan senam lansia
dengan indikator post test.
E. STRATEGI PELAKSANAAN
1. Nama kegiatan : pendidikan kesehatan tentang senam lansia.
2. Metode : ceramah, diskusi dan praktek
3. Waktu dan tempat : Rabu,7 Desember 2011, Halaman Rumah Pak Ali
desa Makmur
4. Setting tempat : membentuk setengah lingkaran, dimana penyuluh
berada ditengah, ada media yang digunakan yang diletakkan ditengah
5 Keterangan :
1
1. Penyaji
2. Lansia
3 4 3. Lansia
4. Lansia
5. Perangkat Desa
2
7. Kriteria Evaluasi:
a. persiapan (struktur)
Tempat penkes telah siap
Undangan telah disebar (2 hari sebelum pelaksanaan)
Pemberitahuan warga telah dilakukan
Perlengkapan telah tersedia
Penanggung jawab tiap acara telah dibentuk
Satu hari sebelum pelaksanaan pendidikan kesehatan
b. proses
Lansia yang datang minimal sesuai target
Lansia dapat aktif dan mengerti apa yang disampaikan penyuluh
Lansia bertanya saat mereka kurang mengerti
Lansia mau mendemonstrasikan senam lansia bersama penyuluh
c. hasil
Lansia mampu menyebutkan macam-macam penyakit yang
mungkin muncul pada lansia dengan post test
lansia mampu menyebutkan penyebab adanya penyakit degeneratif
pada lansia dengan dilakukan post test
Lansia mampu menirukan 3 gerakan senam lansia yang telah
dilakukan dengan post test
8. Susunan Acara
Penanggung
No proses Kegiatan jam waktu
jawab
1 pendahuluan pengenalan diri dan 08.00-08.10 5 Riza firman
menjelaskan apa menit dan dita
yang akan dityas
disampaikan dan
tujuan dari
penyampaian
2 penyajian Pengenalan tentang 08.10-09.00 20 Riskasari,
lansia dan penyakit menit luluk
yang mungkin di minarsih dan
alami oleh lansia ririn
dan mengenalkan halimatus
tentang senam
lansia dan
mendemonstrasikan
3 Penutup Menutup acara dan 09.15-9.20 5 Eko setiawan
menyimpulkan menit
kegiatan serta doa
F. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Riza firman
Penanggung jawab disini berperan sebagai ketua panitia, bertanggung
jawab atas terselenggaranya acara.
2. Pembawa Acara : Ririn Halimatus
Membuka dan menutup acara
Mengawasi jalannya acara
3. Pemandu Diskusi : Riskasari Pratiwi
Memandu jalanya diskusi
4. Sekertaris : Luluk Minarsih
Mencatat pertanyaan peserta saat diskusi berlangsung dan menarik
kesimpulan diskusi.
5. Penyaji : Dita Ditiyas
Menyajikan materi
Menjawab pertanyaan peserta
6. Perlengkapan : Eko
Menyediakan alat-alat yang dibutuhkan
7. Observer/ evaluator : Riza firman
Menilai atau mengamati jalannya acara dan menarik kesimpulan dari
proses acara yang telah berlangsung.
8. Konsumsi : Ririn Halimatus
Menyediakan makanan/ minuman peserta.
MATERI SENAM LANSIA
Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu:
Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Penyakit yang mungkin muncul pada lansia
a. Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik
dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya
sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian
pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena trauma, penggunaan sendi
berulang dan obesitas.
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana
masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I
merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama
setelah menopause, sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia
lanjut karena terganggunya produksi vitamin D.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama
atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari
90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses
menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke,
kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan
gagal ginjal
d. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana
gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini
dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah
sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat
puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk, kurang olah raga
dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari
lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa gejalanya adalah sering haus
dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-
gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.
e. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi
intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi
aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang
paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut,
penyakit vaskular/pembuluh darah (hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi),
trauma kepala merupakan faktor risiko terjadinya demensia. Demensia juga
kerap terjadi pada wanita dan individu dengan pendidikan rendah.
f. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju
jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas,
pingsan, hingga kebingungan.
g. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah
sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih
sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia
tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini
mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama
sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker merupakan penyebab kematian
nomor dua setelah penyakit jantung. Faktor resiko yang paling utama adalah
usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40
tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.
Pengertian Senam Lansia
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga. Senam lansia adalah olahraga
ringan dan mudah dilakukan, tidak memberatkan yang diterapkan pada lansia.
Keaktifan lansia dalam mengikuti senam lansia sangat dipengaruhi oleh
dukungan keluarga itu sendiri. keluarga diharapkan dapat memberikan
motivasi pada lansia dalam mempertahankan kesehatanya.Aktifitas olahraga
ini akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih
tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan membantu
menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh.
Jenis-jenis Senam lansia, meliputi :
a. Senam kebugaran lansia
b. Senam otak
c. Senam osteoporosis
d. Senam hipertensi
e. Senam diabetes mellitus
f. Olahraga rekreatif atau jalan santai.
Manfaat Olahraga Bagi Lansia
Manfaat melakukan senam atau olahraga secara teratur dan benar dalam waktu
yang cukup bagi lansia antara lain:
a Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
b Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan
(adaptasi)
c Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya
terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit. Sebagai rehabilitas pada
lanjut usia yaitu terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju
denyut jantung maksimal, toleransi latihan, kapasitas aerobik dan
terjadinya peningkatan lemak tubuh.
d Megadakan koreksi terhadap sikap dan gerak
e Membentuk sikap dan gerak
f Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia 19
g Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan,
ketahanan,keluwesan, dan kecepatan).
h Membentuk berbagai sikap kejiwaan (membentuk keberanaian,
kepercayaan diri, dan kesanggupan bekerja sama).
i Memberikan rasangan bagi saraf-saraf yang lemah, khususnya bagi lansia
j Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri dan masyarakat.
oleh:
Kelompok 3
7. Mashuda Adi S. 092310101018
8. Superzeki Zaiatul 092310101022
9. Rindy Erlinda 092310101034
10. Risma Hendrastuti 092310101040
11. Hendik Syachroni 092310101054
12. Yohandani Frinda 092310101058
Laporan Pendahuluan
Posyandu Ibu Hamil dan Balita
A. LATAR BELAKANG
Posyandu merupakan salah satu pelayanan kesehatan untuk
memudahkan masyarakat untuk mengetahui atau memeriksakan kesehatan
terutama untuk ibu hamil dan anak balita. Keaktifan ibu pada setiap
kegiatan posyandu tentu akan berpengaruh pada keadaan status gizi anak
balitanya. Karena salah satunya tujuan posyandu adalah memantau
peningkatan status gizi masyarakat terutama anak balita dan ibu hamil.
Agar tercapai itu semua maka ibu yang memiliki anak balita hendaknya
aktif dalam kegiatan posyandu agar status gizi balitanya terpantau.
Berdasarkan data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007
(SDKI), Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia pada tahun 2007
telah mencapai 44 per 1000 kelahiran hidup. AKABA ini menggambarkan
keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan balita seperti
gizi, sanitasi, penyakit menular dan kecelakaan. Secara umum prevalensi
gizi buruk di Indonesia adalah 5,4 dan gizi kurang 13 % atau 18,4 % untuk
gizi buruk dan kurang (Depkes, 2008).
Dari data yang diperoleh bahwa didesa makmur terdapat 25 kader
dan hanya 8 yang masih aktif. Dari jumlah penduduk desa makmur, hanya
47,5% masyarakat yang rutin setiap bulan. Sisanya memilih tidak datang
secara rutin dengan alasan jauh, tidak ada teman berangkat, harus mengisi
celengan posyandu dan ada pula tidak rutin karena memang memiliki
kesibukan sendiri. Posyandu yang dilakukan 15% mencakup imunisasii
ballita dan 0,12% cakupan imunisasi ibu hamil. Dari kesimpulan data yang
diambil, menunjukkan bahwa posyandu di sesa makmur masih belum
optimal.
5. MEDIA
a) Leaflet terkait tujuan, manfaat dan macam-macam kegiatan
posyandu
b) Lembar balik terkait posyandu
F. PENGORGANISASIAN
a.) PENANGGUNG JAWAB : Hendik Syahroni
Bertugas menjadi penanggung jawab atas terlaksananya acara pendiddikan
kesehatan tersebut
b.) PEMBAWA ACARA : Yohandani Frinda P
tugas : Membuka dan membawa jalannya acara
c.) PEMANDU DISKUSI : Superzeki Zaidatul
tugas : Bertugas memandu jalannya acara
d.) SEKRETARIS : Rindi Erlinda
Tugas : Bertugas mencatat semua hasil dari pendiddikan kesehatan
e.) PENYAJI : Risma Hendrastuti
Tugas : Bertugas menyajikan materi peyuluahan
f.) PERLENGKAPAN : Mashuda Adi S
Tugas : Menyediakan semua fasilitas dan peralata yang dibutuhkan saat
acara pendidikan kesehatan
g.) FASILITATOR : Luluk Minarsih
h.) OBSERVER/EVALUATOR : Febrian M.P
Tugas : Dosen beserta peserta lain yang hadir dalam presentasi
i.) KONSUMSI : Ivansyah N.
MATERI POSYANDU
1. Pengertian Posyandu
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapa
sekaligus memperoleh pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan
antara lain : gizi, imunisasi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
penanggulangan diare.Definisi lain Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian
Ibu dan Bayi.
2. Tujuan Posyandu
Tujuan penyelenggaraan posyandu adalah untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan bayi, balita, ibu dan pasangan usia subur.
3. Pembentukan Posyandu
Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama Kepala Desa
dan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) serta penyelenggaraannya
dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang KB-Kes, berasal dari PKK, tokoh
masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim pembina LKMD tingkat
kecamatan. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh
masyarakat setempat yang disetujui oleh LKMD dengan syarat; mau dan
mampu bekerja secara sukarela, dapat membaca dan menulis huruf latin dan
mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat. Posyandu dapat
melayani semua anggota masyarakat, terutama ibu hamil, ibu menyusui, bayi
dan anak balita serta Pasangan Usia Subur (PUS). Biasanya dilaksanakan satu
kali sebulan ditempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan
masyarakat sendiri.
4. Kedudukan Posyandu
Menurut lokasinya Posyandu dapat berlokasi di setiap desa atau
kelurahan atau nagari. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dapat
berlokasi di tiap RW, dusun, atau sebutan lain yang sesuai. Kedudukan
Posyandu adalah :
a. Terhadap pemerintah desa atau kelurahan, adalah sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan
dibina oleh pemerintah desa atau kelurahan.
b. Terhadap Pokja Posyandu, sebagai satuan organisasi yang mendapat
binaan aspek administrasi, keuangan dan program Pokja.
c. Terhadap berbagai UKBM, adalah sebagai mitra.
d. Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan, adalah sebagai satuan organisasi
yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan
Kecamatan.
e. Terhadap Puskesmas, adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.
5. Tugas dan Tangung Jawab Pihak-Pihak yang Terkait
Beberapa pihak yang terkait dengan kegiatan Posyandu memiliki tugas dan
tangung jawab sebagai berikut :
a) Kader Kesehatan
1) Menyiapkan tempat pelaksanaan, peralatan, sarana dan prasarana
Posyandu.
2) Melaksanakan pendaftaran.
3) Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil
4) Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang
berkunjung ke Posyandu.
5) Mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan mengisi
buku register Posyandu.
6) Melaksanakan penyuluhan kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil
penimbangan serta memberikan PMT.
7) Memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai dengan
kewenangannya, misalnya memberikan vitamin A, tablet besi, oralit, pil
KB, kondom. Bila ada petugas kesehatan maka kegiatan kesehatan
dilakukan bersama dengan petugas kesehatan.
8) Setelah selesai penimbangan bersama petugas kesehatan melengkapi
pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.
b) Petugas Kesehatan
1) Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana di
meja 5 (lima).
3) Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, gizi dan KB kepada
pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.
4) Menganalisa hasil kegiatan Posyandu dan melaporkannya kepada
Kepala Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan
upaya perbaikan sesuai kebutuhan.
c) Camat
1) Mengkordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan Posyandu.
2) Memberi dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu.
3) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu
secara teratur.
d) Lurah atau Kepala Desa
1) Memberkan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk
penyelenggaraan Posyandu.
2) Mengkordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada
hari buka Posyandu.
3) Mengkordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan
tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan
Posyandu.
4) Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama LKMD atau LPM
atau LKD atau sebutan lainnya.
5) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu
secara teratur.
e) Pokja Posyandu
1) Mengkordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan Posyandu.
2) Melakukan bimbingan dan pembinaan kepada Posyandu.
3) Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan
Posyandu.
4) Menggerakkan masyarakat untuk dapat hadir dan berperan aktif dalam
kegiatan Posyandu.
f) Tim Penggerak PKK (TP PKK)
1) Berperan aktif dalam penyelenggaraan Posyandu.
2) Penggerakan peran serta masyarakat dalam kegiatan Posyandu.
3) Penyuluhan baik di Posyandu atau di luar Posyandu
5. Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan atau pilihan, yaitu :
1. Kegiatan Utama
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a) Ibu hamil
Pelayanan meliputi :
a.) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang
dilakukan oleh kader kesehatan.
b.) Bila ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan
darah, pemeriksaan hamil bila ada tempat atau ruang periksa dan
pemberian imunisasi Tetanus Toxoid. Bila ditemukan kelainan
maka segera dirujuk ke Puskesmas.
c.) Bila dimungkinkan diselenggarakan kelompok ibu hamil pada hari
buka Posyandu yang kegiatannya antara lain : penyuluhan tentang
tanda bahaya kehamilan, persalinan, persiapan menyusui, KB dan
gizi ibu hamil, perawatan payudara dan pemberian ASI, peragaan
perawatan bayi baru lahir dan senam ibu hamil.
b) Ibu nifas dan menyusui
Pelayanannya meliputi :
1) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI, dan gizi, perawatan jalan lahir.
2) Pemberian vitamin A dan tablet besi
3) Perawatan payudara
4) Senam ibu nifas
5) Bila ada petugas kesehatan dan tersedia ruangan maka dapat
dilakukan pemeriksaan payudara, tinggi fundus uteri, dan pmeriksaan
lochea.
c) Bayi dan anak balita
Jenis pelayanan untuk bayi dan balita mencakup :
1. Penimbangan
2. Penentuan status gizi
3. Penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita
4. Jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila ditemukan adanya
kelainanakan dirujuk ke Puskesmas.
d) Keluarga Berencana
Pelayanan KB di Posyandu yang diselenggarakan oleh kader adalah
pemberian pil dan kondom. Bila ada petugas keehatan maka dapat dilayani
KB suntik dan konseling KB.
e) Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan bila ada petugas
kesehatan Puskesmas. Jenis pelayanan imunisasi yang diberikan yang
sesuai program, baik untuk bayi, balita maupun untuk ibu hamil, yaitu :
BCG, DPT, hepatitis B, campak, polio,
dan tetanus toxoid.
f) Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Bentuk pelayanannya
meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,
penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian
sirup besi (Fe). Untuk ibu hamil dan ibu nifas diberikan tablet besi dan
yodium untuk daerah endemis gondok.
g) Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pelayanan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare antara lain
dengan cara penyuluhan tentang diare dan pemberian oralit atau larutan
gula garam.
h) Kegiatan Pengembangan
Dalam keadaan tertentu Posyandu dapat menambah kegiatanbaru, misalnya
: perbaikan kesehatan lingkungan, pemberantasan penyakit menular dan
berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu
demikian disebut dengan Posyandu Plus. Penambahan kegiatan baru
tersebut dapat dilakukan bila cakupan kegiatan utamanya di atas 50%, serta
tersedianya sumberdaya yang mendukung. Kegiatan bulanan di Posyandu
mengikuti pola keterpaduanKBKesehatan dengan sistem lima meja :
Meja I : Pendaftaran.
Meja II : Penimbangan bayi dan anak balita.
Meja III : Pengisian KMS.
Meja IV : Penyuluhan perorangan
Meja V : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi pelayanan
KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan lain sesuai
dengan kebutuhan.
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA BERENCANA
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas 1
Dosen Pengampu : Ns. Tantut Susanto, M.Kep., Sp. Kep.Kom.
Oleh Kelompok 4:
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA BERENCANA
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis
masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang
kependudukan yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Keadaan
penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk
semakin besar usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kesejahteraan
rakyat. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju
pertumbuhan dengan Program Keluarga Berencana. Keluarga berencana (KB)
adalah program nasional yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan,
kesejahteraan ibu, anak dan keluarga khususnya, serta bangsa pada umumnya.
KB dilakukan dengan cara membatasi dan mengatur jarak kehamilan, salah
satunya dengan menggunakan kontrasepsi.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007 menyebutkan
angka kehamilan yang tidak diinginkan sebesar 9,1% atau terjadi pada 9 juta
perempuan setiap tahunnya. Sementara itu jumlah penduduk yang memakai
kontrasepsi jangka panjang baru 10,3%. Adapun masalah yang akan dihadapi
oleh keluarga yang memiliki anak dalam jumlah banyak terutama disertai
tidak diaturnya jarak kelahiran adalah peningkatan risiko terjadinya
pendarahan ibu hamil pada trimester ketiga, angka kematian bayi meningkat,
ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk merawat diri dan anaknya, serta
terganggunya proses perkbangan fisik dan mental anak yang diakibatkan
kurang gizi, berat badan lahir rendah (BBLR) dan lahir prematur.
Survei yang dilakukan pada 226 KK di desa Makmur, menunjukkan
bahwa akseptor KB di desa Makmur masih belum 100%, yaitu hanya sekitar
78,6%. selain itu di desa Makmur juga terapat kejadian abortus, baik pada
wanita yang sudah menikah maupun pada wanita yang belum menikah. 40%
pasangan usia subur di desa tersebut merupakan kelompok beresiko. Oleh
karena itu, untuk mendukung terlaksananya program KB maka perlu diadakan
penyuluhan mengenai informasi KB di desa tersebut. Informasi yang tepat dan
akurat mengenai KB dan berbagai pilihan alat kontrasepsi diharapkan dapat
mengghindari masalah-masalah kesehatan terkait dengan masalah
kependudukan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan
keluarga.
Adapun sasaran program KB Nasional lima tahun kedepan seperti
tercantum dalam RPP JM 2004-2009 dalah sebagai berikut :
1. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara Nasional
menjadi satu. 14% per-tahun.
2. Menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2 per-
perempuan.
3. Meningkatnya peserta KB pria menjadi 4,5%
4. Meningkatnya pengguna metode kontrasepsi yang efektif dan efisien
5. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang
anak
6. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1
yang aktif dalam usaha ekonomi produktif
7. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan KB dan kesehatan masyarakat
B. Masalah Keperawatan Komunitas
Rendahnya angka akseptor KB di desa Makmur berhubungan dengan
masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan akan pengertian KB dan
kegunaan alat kontrasepsi; tidak beragamnnya alat kontrasepsi yang
digunakan oleh warga desa Makmur; adanya kejadian aborsi yang berarti
warga tidak merencanakan kehamilannya dan tidak dapat mencegah
kehamilan
C. Tujuan
1. Umum : Setelah dilakukan asuhan keperawatan tentang Keluarga
Berencana selama 3 bulan, Warga Desa makmur mengerti tentang KB
dan penggunaannya.
2. Khusus :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x 30 menit
tentang keeluarga berencana, diharapkan warga mampu :
a. mengerti tentang konsep dasar KB
b. mengerti kegunaan jenis-jenis KB
c. mengerti kegunaan KB pada PUS
D. Sasaran dan Target
1. Sasaran
Semua masyarakat di desa makmur
2. Target
a. PUS
b. Wanita usia subur
c. Pria usia subur
E. Strategi Pelaksanaan
1. Metode
Ceramah dan diskusi
2. Waktu dan tempat
a. Hari/tanggal : Rabu, 9 Desember 2011
b. Pukul : 14.00-selesai
c. Tempat : Balai desa Makmur
3. Setting tempat :
a. Penyaji berada di depan hadapan warga
b. Pemandu acara berada di samping penyaji
c. Notulen berada di samping penyaji
d. Peserta duduk di kursi yang disediakan
keterangan :
1 2 3
1. penyaji
2. moderator
3. notulen
4. warga
4
oleh:
Kelompok 5
Desi pertiwi (092310101035)
Devi Chyinti A (092310101038)
Dian wahyuni (092310101060)
Rozy Yudha Y (092310101071)
Siwi lutfia M (092310101072)
Rizal Pamungkas (092310101079)
LAPORAN PENDAHULUAN
KENAKALAN PADA REMAJA
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya
berkisar antara 13 sampai 16 tahun, dimana terjadi perubahan pada dirinya
baik secara fisik, psikis, maupun social (Hurlock, 1973). Pada masa
transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang
ditandai dengan kecendrungan munculnya perilaku menyimpang. Pada
kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku
(Ekowarni,1993). Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat
dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam prespektik perilaku
menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan
perilaku dari berbagai aturan–aturan sosial ataupun dari nilai dan norma
sosial
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan
ke dalam perilaku menyimpang. Dalam gambaran perilaku menyimpang
masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari
berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang
berlaku. Bentuk- bentuk kenakalan remaja tersebut diantaranya adalah
kebiasaan minum-minuman keras, begadang, merokok penyalahgunaan
obat seperti narkoba serta tindakan kriminal seperti tawuran. Tingginya
angka kenakalan remaja diesbabkan oleh bnayak faktor diantaranya karena
mereka tidak memiliki kegitan akibat putus sekolah, tidak bekerja dan
bahkan orang tua cenderung membebaskan anaknya untuk memilih jalan
hidupnya sendiri karena menganggap anaknya sudah dewasa. Selain itu
keadaan lingkungan juga sangat mempengaruhi kenakalan remaja. Hal
inilah yang menjadi perhatian kita khususnya sebagai perawat untuk
melakukan upaya preventif dalam hal mengatasi kenakalan remaja dengan
memberikan pendidikan kesehatan pada remaja.
E. STRATEGI PELAKSANAAN
1. NAMA KEGIATAN : Pendidikan Kesehatan Tentang Kenakalan
Remaja
2. METODE
Pada penyuluhan kali ini dengan menggunakan metode :
a. Ceramah
b. Diskusi
3. WAKTU DAN TEMPAT
a. Waktu : Rabu, 7 Desember 2011
pukul 08.00 – 08.30
b. Tempat : Balai Desa Makmur
4. SETTING TEMPAT
a. Posisi pemateri penyuluhan berhadapan dengan peserta.
b. Pemandu diskusi dan pembawa acara berada di samping pemateri.
c. Media lembar balik di depan peserta.
d. Observer berada di belakang peserta.
1 2 3
keterangan :
1. penyaji
2. pemandu diskusi
3. notulen
4 4. peserta
5 5. observer
5. MEDIA
a. Lembar Balik tentang kenakalan remaja
b. Leaflet tentang kenakalan remaja
6. KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan Pembukaan : Mendengarkan
1. Memberikan salam, dan menjawab 15 menit
memperkenalkan salam
diri, dan membuka
penyuluhan
2. Menjelaskan tujuan Mendengarkan
umum dan tujuan dan
khusus memperhatikan
pembelajaran
Penyajian Pelaksanaan :
1. Menjelaskan materi Memperhatikan
penyuluhan tentang materi yang 30 menit
tentang Konsep disampaikan
Kenakalan Remaja
serta Faktor
Kenakalan Remaja
a. Menanyakan
kepada peserta
tentang materi Memberikan
yang baru Pertanyaan
dijelaskan.
b. Menerima
jawaban dan
memberi Memperhatikan
komentar tentang
jawaban peserta
2. Menjelaskan materi Memperhatikan
penyuluhan tentang materi yang
tentang dampak atau disampaikan
akibat dari kenakalan
remaja
a. Menanyakan Memberikan
kepada peserta Pertanyaan
tentang materi
yang baru
dijelaskan.
b. Menerima Memperhatikan
jawaban dan
memberi
komentar tentang
jawaban peserta
3. Menjelaskan materi Memperhatikan
penyuluhan tentang materi yang
tentang Pencegahan disampaikan
yang dapat dilakukan
untuk menghindari
peilaku kenakalan
remaja
a. Menanyakan Memberikan
kepada peserta Pertanyaan
tentang materi
yang baru
dijelaskan.
b. Menerima Memperhatikan
jawaban dan
memberi
komentar tentang
jawaban peserta
Penutup 1) Menutup pertemuan Menjawab 20
dengan memberikan pertanyaan yang
pertanyaan tentang diajukan pemateri
materi yang baru
dijelaskan.
2) Menampung Memperhatikan
jawaban yang
diberikan peserta.
3) Mendiskusikan
bersama jawaban Memberikan
dari peserta dengan sumbang saran
melontarkan
terlebih dahulu pada
peserta lainnya.
4) Bersama peserta
menyimpulkan Memberikan
materi yang telah sumbang saran
dibahas.
5) Menutup pertemuan Memperhatikan
dan memberi salam dan
membalas salam
F. PENGORGANISASIAN
1. PENANGGUNG JAWAB
Dian Wahyuni D
(tugas : bertanggung jawab terhadap seluruh acara yang berlangsung)
2. PEMBAWA ACARA
Devi Chintya Ayu Palupi
(tugas : membawakan acara penyuluhan dari awal acara sampai acara
berakhir)
3. PEMANDU DISKUSI
Rizal Pamungkas
(tugas : memandu diskusi acara penyuluhan dari awal sampai akhir)
4. SEKRETARIS
Siwi Lutfia Mustikasari
(tugas : mengurusi segala sesuatu yang berhubungan dengan surat
menyuratdan mencatat jalannya diskusi)
5. PENYAJI
Desi Pertiwi
(tugas : menyajikan materi penyuluhan)
6 PERLENGKAPAN
Rizal Pamungkas C
(tugas : menyiapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan selama
penyuluhan)
7 FASILITATOR
Rozy Yudha Yudistira
(tugas : memfasilitasi kebutuhan selama acara berlangsung)
8 OBSERVER/EVALUATOR
Siwi Lutfia Mustikasari
Dian Wahyuni
(tugas : mengobservasi selama acara berlangsung)
9 KONSUMSI
Devi Chintya Ayu P
(tugas : menyediakan kebutuhan konsumsi untuk semua peserta dan
panitia)
MATERI KENAKALAN PADA REMAJA
1) Konsep Kenakalan Pada Remaja
Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang
diantaranya adalah kenakalan remaja. Untuk mengetahui tentang latar
belakang kenakalan remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu
pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual,
individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah.
Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan
sistem sebagai sumber masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
diperoleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negative antara kenakalan
remaja dengan keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya
keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan,
peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-
anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu
penggunaan waktu luang yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat
dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang.
Pada dasarnya kenakalan remaja menurut Singgih D. Gumarso
(1988 : 19), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan
dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu : (1)
kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-
undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran
hukum ; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian
sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan
perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa. Menurut
bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga
tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran,
membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang
menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa
SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin (3) kenakalan khusus seperti
penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.
Kategori di atas yang dijadikan ukuran kenakalan remaja dalam penelitian.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja
Faktor- faktor yang mempengaruhi kenakalan pada remaja sangat
bervariasi, mulai dari kenakalan bersifat amoral dan sosial serta kenakalan
yang bersifat melanggar norma-norma yang ada. Kenakalan remaja kaitannya
dengan keberfungsian pada keluarga, semakin meningkatnya keberfungsian
sebuah keluarga dalam melaksanaan tugas kehidupan, peranan dan fungsinya
maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas
kenakalannya semakin rendah.
Beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu :
Kurangnya kasih sayang dari orang tua
Banyak para remaja yang terjerumus pada kenakalan remaja karena
kurangnya ksih sayang dari orang tua mereka. Banyak orang tua yang terlalu
memikirkan pekerjaan mereka dari pada memikirkan keadaan anak-anak
mereka. Sehingga seorang anak merasakan tekanan psikologis pada diri
mereka. Meraka tidak tahu harus berbagi cerita dengan siapa, sehingga saat
ada maslah sering terjerumus dengan hasutan teman-teman mereka.
Pengarung lingkungan yang buruk
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap kenakaln remaja, sebagai contoh
seorang remaja yang sebenaranya dia memiliki kepribadian pendiam, rajin
dan berprestasi tetapi karena lingkungannya yang buruk (maraknya peredaran
narkoba, kebiasaan minum-minuman keras) membuat remaja tersebut
mengikuti lingkungannya.