RPS 9
KELOMPOK 5 :
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
0
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan yang dibuat pada akhir periode akuntansi yang terdiri
dari laporan laba rugi (income statement), laporan perubahan modal (capital statement),
neraca (balance sheet) dan laporan arus kas (cash flow). Pengertian laporan keuangan
menurut Standar Akuntansi Keuangan adalah “Laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan.
Dari pengertian di atas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses pelaporan
keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepada manajemen. Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai
sumber data, terdiri dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan
bank dan sebagainya.
Tujuan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
LPD merupakan salah satu unsur kelembagaan Desa Pakraman yang menjalankan fungsi
keuangan Desa Pakraman untuk mengelola potensi keuangan Desa Pakraman. Lembaga ini
sangat berpotensi dan telah terbukti dalam memajukan kesejahteraan masyarakat desa dan
memenuhi kepentingan Desa itu sendiri. Lembaga Perkreditan Desa berfungsi sebagai salah
1
satu wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat berharga lainnya, menjalankan
fungsinya dalam bentuk usaha-usaha ke arah peningkatan taraf hidup krama desa dan dalam
kegiatan usahanya banyak menunjang pembangunan desa. Usaha-usaha dilakukan dengan
tujuan untuk mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang
terarah serta penyaluran modal yang efektif; memberantas praktek ijon, gadai gelap, dan lain-
lain yang dapat dipersamakan dengan itu di pedesaan; menciptakan pemerataan dan
kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja di pedesaan; meningkatkan daya beli,
melancarkan lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di pedesaan.
Lembaga Perkreditan Desa telah berkembang dengan pesat dan telah memberi manfaat
yang sangat luas bagi LPD dan anggota-anggotanya, dan seiring dengan itu telah timbul
berbagai kebutuhan baru berkenaan dengan eksistensi kelembagaan, unsur-unsur manajemen,
kegiatan dan operasionalnya, sehingga diperlukan pengaturan yang lebih akurat untuk
menjamin kepastian dan perlindungan hukum bagi keberadaan dan kegiatan LPD dan
keberadaan Krama Desa yang menjadi anggotanya. Kekurang hati-hatian dalam mengelola
LPD dapat berakibat buruk terhadap kepercayaan masyarakat terhadap LPD. Karena itu perlu
dilakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap kebutuhan kebutuhan baru yang berkembang
dari praktek kegiatan LPD.
Kebijakan akuntansi LPD adalah prinsip-prinsip dasar dalam pelaporan keuangan yang
disusun berdasarkan ksepakatan bersama sesuai dengan aturan dan standar yang berlaku.
Beberapa contoh yang menyangkut kebijakan akuntansi LPD, diantaranya:
a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan harga perolehan.
b. Pengakuan Pendapatan dan Beban
Pencatatan pendapatan dan beban menganut metode akrual basis yaitu diakui pada
saat terjadinya transaksi dan bukan pada saat realisasi pembayaran.
1) Tidak dibenarkan mengantisipasi pendapatan, akan tetapi biaya-biaya yang telah
direalisasi sebelum tanggal neraca walaupun belum dapat diketahui secara pasti,
jumlahnya, harus dilaporkan dengan cara estimasi yang wajar.
2) Namun demikian pelaksanaan prinsip diatas harus tetap memperhatikan asas
“proper matching cost against revenue” yaitu biaya dan pendapatan dihadapkan
secara tepat dalam periode yang sama agar tidak menjadi pergeseran biaya atau
pendapatan ke periode yang lain.
c. Piutang Usaha
2
Piutang usaha berupa kredit yang diberikan dicatat sebesar nilai perolehan dikurangi
dengan cadangan atas kemungkinan piutang yang tidak dapat ditagih.
d. Beban Ditangguhkan (Biaya Praoperasi)
Semua beban yang dikeluarkan sebelum beroperasi komersial ditangguhkan
pembebanannya dan diamortisasi selama tahun dengan tarif amortisasi 25% setiap
tahun dari nilai saat transaksi.
e. Aktiva Tetap
Aktiva tetap dinyatakan di neraca berdasarkan harga peorlehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan. Aktiva tetap tidak termasuk tanah disusutkan dengan metode
garis lurus. Biaya pemeliharaan dan perbaikan dibebankan pada laba-rugi pada saat
terjadinya. Jika aktiva tetap sudah tidak dapat digunakan lagi, maka harga perolehan
dan akumulasi penyusutannya akan dihapus dalam pembukuan. Laba atau rugi atas
pengalihan aktiva tetap diakui pada periode berjalan.
f. Akuntansi Utang Usaha
Utang usaha berupa simpanan dan deposito nasabah dinyatakan secara lengkap
sehingga menggambarkan seluruh kewajiban LPD pada akhir periode. Untuk
mengetahui batas waktu pembayaran, simpanan dan deposito dilakukan
pengelompokkan sesuai dengan jatuh temponya.
g. Penyampaian Laporan Keuangan LPD
Laporan keuangan LPD disampaikan kepada :
1. Bendesa Adat
2. Gubernur Provinsi Bali
3. Bupati Kabupaten
4. Camat
5. Lurah
6. Badan Pengawas LPD
7. Kelian Banjar
8. Krama Desa (Melalui paruman Banjar)
Dalam rangka menuju tata kelola organisasi yang baik, LPD perlu
memformalkan bahwa budaya perusahaan dalam bentuk “Catur Dharma LPD” yang
terdiri dari:
1. Menjadi milik yang bermanfaat bagi krama dan desa pakraman
2. Memberikan pelayanan yang terbaik bagi nasabah
3. Saling menghargai dan membina rasa kekeluargaan
4. Berusaha mencapai yang terbaik dengan menyediakan ruang dan waktu untuk
perbaikan berkelanjutan
3
Sampai saat ini LPD belum sepenuhnya menerapkan dasar pengakuan akrual
dalam laporan keuangannya. Dasar pengakuan yang digunakan kebanyakan
menggunakan cash basis yang dimodifikasi. Dengan diberlakukan IFRS, ke depan
kemungkinan laporan keuangan LPD akan menunjukkan ke arah fair value.
Akuntan publik independen berperan dalam menilai dan memberikan opini
terhadap laporan keuangan LPD sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum dan standar akuntansi yang ada. Akuntan public harus berkomunikasi dengan
BPI sebelum memulai suatu penugasan audit. Untuk LPD yang mempunyai asset di
atas 5 Milyar disarankan untuk menggunakan jasa akuntan public independen.
Pengurus LPD adalah pelaksana utama atau actor tata kelola LPD.
Keseluruhan model tata kelola organisasi mengakui peran sentral dari pengurus
sebagai salah satu pelaku tata kelola organisasi. Dengan menetapkan tekanan pada
pengelola puncak dan menangani operasi sehari-hari atau entitas, pengaruh
pengelolaan atas kualitas tata kelola menjadi signifikan. Pengelola bertanggung jawab
memantau risiko organisasi dan melaksanakan pengendalian untuk mengurangi
resiko.
Laporan Bulanan
a. Laporan kegiatan dan perkembangan pinjaman adalah laporan yang menyajikan
kegiatan LPD dan perkembangan kegiatan pinjaman dari dana Bantuan Langsung
Masyarakat yang berasal dari APBN, APBD, Swadaya Masyarakat maupun
Partisipasi dari dunia usaha dan dana yang bergulir secara periodik (per bulan).
Indikator utama yang dapat dihasilkan secara langsung dari laporan ini adalah saldo
pinjaman, tingkat pengembalian pinjaman dan jumlah tunggakan.
b. Neraca Percobaan merupakan ebuah daftar semua akun buku besar. Daftar ini berisi
nama akun dan nilainya. Nilai yang disajikan adalah saldo debit maupun kredit. Saldo
debit ditampilkan di sisi (kolom) debit dan saldo kredit ditampilkan di sisi kredit.
c. Laporan Neraca merupakan bagian dari laporan keuangan LPD yang dihasilkan pada
suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan LPD tersebut pada akhir
periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu aset, liabilitas, dan ekuitas.
d. Laporan Laba/Rugi merupakan bagian dari laporan keuangan LPD yang dihasilkan
pada suatu periode akuntansi yang menjabarkan unsur-unsur penerimaan dan biaya
sehingga menghasilkan suatu laba (atau rugi) bersih.
Laporan 3 Bulanan
a. Laporan Penilaian Kesehatan LPD merupakan salah satu cara untuk mengetahui
keberhasilan atau perkembangan usaha LPD baik dalam pengelolaan keuangan
maupun manajemen usaha. Penilaian tingkat kesehatan LPD hanya bisa dilakukan
dengan menggunakan laporan keuangan yang diterbitkan oleh LPD tersebut, sehingga
adanya laporan keuangan LPD menjadi sangat penting dalam pengambilan keputusan
LPD kedepannya. Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 11 Tahun 2013, untuk
menilai tingkat kesehatan LPD pada dasarnya menggunakan 5 aspek penilaian yang
disebut CAMEL yang meliputi Capital, Assets Quality, Management, Earnings, dan
Liquidity.
b. Laporan Penilaian Risiko merupakan suatu penilaian yang dilakukan untuk menilai
tingkat risiko yang dapat timbul dalam kegiatan operasi LPD. Risiko-risiko yang
6
dimaksud yakni risiko pinjaman yang diberikan, risiko likuiditas, risiko operasional
dan risiko modal.
Laporan Tahunan
a. Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan Belanja merupakan laporan yang
memuat pencapaian rencana kerja dan anggaran pendapatan belanja LPD selama satu
periode (satu tahun).
b. Laporan Pertanggungjawaban Akhir Tahun merupakan laporan yang memuat
pertanggungjawaban pengurus terhadap penggunaan sumberdaya yang dimiliki LPD
selama tahun berjalan.
c. Laporan Hasil Pertanggungjawaban Audit Internal merupakan laporan yang memuat
hasil audit pertanggungjawaban yang dilakukan oleh komisi audit internal LPD.
7. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga
Perkreditan Desa
a. Pasal 16
2. Tahun Buku LPD adalah tahun Takwim/Kalender.
3. Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Tahun Buku berakhir, Pengurus LPD
harus menyampaikan Laporan Tahunan disertai Laporan Keuangan kepada
Prajuru Desa.
4. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus disampaikan kepada Krama
Desa paling lambat 2 (dua) minggu sebelum rapat Desa.
b. Pasal 17
Pengurus menyampaikan laporan tentang kegiatan, perkembangan keuangan dan
kinerja LPD kepada Bendesa dan LPLPD (Lembaga Pemberdayaan Lembaga
Perkreditan Desa) secara teratur setiap bulan, 3 (tiga) bulan dan tahunan. Laporan LPD
disampaikan secara tertulis. Laporan kepada Bendesa disampaikan melalui Pengawas
Internal LPD. Laporan kepada LPLPD digunakan sebagai bahan untuk
mengefektifkan pelaksanaan pemberdayaan LPD dan bahan laporan kepada Gubernur.
c. Pasal 18 (Ayat 4)
Atas permintaan Krama Desa melalui paruman, sekali dalam 1 tahun harus dilakukan
audit. Audit bisa dilakukan oleh pihak internal oleh Bendesa dan bisa dilakukan oleh
pihak ketiga dengan memanfaatkan jasa Akuntan Publik dengan biaya ditanggung oleh
LPD yang besangkutan.
7
d. Pasal 22
1. Pembagian keuntungan bersih LPD pada akhir tahun pembukuan ditetapkan
sebagai berikut:
o Cadangan Modal 60% (enam puluh persen);
o Dana Pembangunan Desa 20% (dua puluh persen);
o Jasa Produksi 10% (sepuluh persen);
o Dana Pemberdayaan 5% (lima persen); dan
o Dana Sosial 5% (lima persen).
2. Penyetoran dan penggunaan keuntungan Dana Pemberdayaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan dengan Peraturan Gubernur dengan
pertimbangan MUDP (Majelis Utama Desa Pakraman).
8
9
Daftar Pustaka
Suartana, I Wayan. 2009. Arsitektur Pengelolaan Risiko Pada Lembaga Perkreditan Desa
(LPD). Udayana University Press, Denpasar.
Peraturan Derah Provinsi Bali No 11 Tahun 2013 Tentang Lembaga Perkreditan Desa.
Yudiawan, Agung. 2011. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerjapada Lpd Desa Adat
Sibetan Kabupaten Karangasem Periode 2008-2010 . Skripsi. Diploma III Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesa Singaraja.
10