Anda di halaman 1dari 123

MATA KULIAH

METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

RAFT (MAT) FOUNDATION


PEKERJAAN MASS CONCRETE

Riqi Radian K.ST,MT


Pondasi Rakit
(Raft Foundation)
 pelat beton yang berbentuk rakit melebar keseluruh
bagian dasar bangunan yang digunakan untuk meneruskan
beban bangunan ke lapisan tanah dasar
 Termasuk jenis pondasi dangkal digunakan apabila tanah
dasar mempunyai daya dukung yang rendah dan/atau
beban kolom yang begitu besar, sehingga lebih dari 50 %
dari luas bangunan diperlukan untuk pondasi telapak
menjadi satu kesatuan sehingga berbentuk pelat raksasa.
 Salah satu kelebihan dari pondasi raft ini adalah apabila
terjadi settlement maka seluruh pondasi turun bersama-
sama sehingga tidak membahayakan bagi bangunan di
atasnya
Pengertian Mass Concrete

 Secara umum beton massa atau terkenal dengan


istilah “Mass Concrete”
 Mass Concrete adalah suatu konstruksi beton dengan
volume/dimensi yang sangat besar yang memerlukan
tindakan untuk mengatasi keretakan pada beton yang
ditimbulkan oleh panas hidrasi semen.
 Selain keretakan pada beton, kualitas/mutu beton
yang akan dilaksanakan juga diutamakan.
Persiapan Pekerjaan Mass Concrete
Mengingat pengecoran mass concrete harus dilakukan terus
menerus tanpa berhenti, dalam pekerjaan mass concrete harus
diperhitungkan:
I. kesiapan lokasi mass concrete

II. penyediaan peralatan kerja

III. kesiapan penyediaan supply beton ready mix

IV. perhitungan jumlah kebutuhan mixer truck

V. pengaturan alur pengecoran

VI. Perhitungan lamanya pengecoran

VII. pengaturan jadwal pekerja

VIII.Penerangan sekeliling lokasi pengecoran

IX. pengaturan lalu lintas selama pengecoran


Flowchart of Mass
Concrete Work
Pelaksanaan Pekerjaan Mass Concrete
Persiapan
 Pembersihan dari debu maupun sampah dari area
yang akan dilakukan pengecoran
 Kesiapan Peralatan dan Material
 Pekerja yang akan terlibat harus dipersiapakan dari
segi jumlah pekerja, pergantian waktu shift, dan
pembagian tugasnya mengingat lamanya proses
pelaksanaan mass concrete
 Persiapan jalan akses kerja untuk peralatan maupun
tenaga kerja
 Pengecekan berdasarkan gambar shop drawing yang
telah direncanakan sebelumnya
Sequence Of Work
1. Mixing & loading
2. Transportation
Sequence Of Work
3. UnloadingTransportation
4. Pouring Concrete
CONSTRUCTION METHOD Excavation
CONSTRUCTION METHOD Excavation
CONSTRUCTION METHOD Excavation
CONSTRUCTION METHOD Mat Foundation_2

Bar Chair
Mixer
Truck

Concret
e Pump

Pouring
> 2000 Concrete
mm
PROSES PEKERJAAN PEMBESIAN
Peralatan dan Material

Coupler
 Coupler terbuat dari bahan baja, dimana berfungsi
sebagai bahan penyambung antar tulangan. Ccoupler
dapat digunakan pada pekerjaan pembesian tulangan
Matt Foundation, karena dapat menghasilkan struktur
tulangan pondasi yang kuat dan saling mengikat
 Agar tulangan yang disambung dapat dipasang dengan
coupler, maka sebelum pekerjaan pembesian di
lapangan, ujung tulangan pokok dibentuk ulir terlebih
dahulu dengan menggunakan bantuan alat mesin ulir
pada area pabrikasi besi.
Peralatan dan Material

Pemasangan Thermocouple
 digunakan selama proses pengawasan dan
pengendalian suhu beton selama proses
pengecoran
 Thermocouple memiliki 3 titik sensor pembacaan
suhu, yaitu titik atas, titik tengah dan titik bawah
 Penentuan titik-titik thermocouple diatur merata
sedemikian rupa, sehingga pengendalian suhu
dapat dipantau secara rata
Thermocouple

Thermocouple

Surface concrete

pipa pvc 1”
0,75m

1,5m

3m Socket 1” – ¾”

T Pipa alumunium ¾”
15 cm
Tutup pipa pvc

M DETAIL SAMBUNGAN

B
Peralatan dan Material

Kawat Ayam (Stop Cor)


 Tanda yang membagi area yang akan dicor ke
dalam beberapa bagian pengecoran
Tenda
 Tenda tersebut berfungsi sebagai pelindung dari
hujan dan panas matahari selama pekerjaan mass
concrete berlangsung
Catwalk
 Untuk memberikan kemudahan dan keamanan
akses jalan kerja bagi pekerja pada pekerjaan
pembesian dan pengecoran mass concreteKawat Ayam
Peralatan dan Material
Concrete compressor Pembersihan lokasi pengecoran
Peralatan dan Material
Pompa Submersible  menyalurkan air sisa yang terjebak di
area Raft Foundation dari sumpit sementara dan yang
kemudian dibuang ke saluran kota
PEMASANGAN STOPCOR
LOKASI PENGECORAN

PEMASANGAN TENDA MELINDUNGI BETON DARI HUJAN DAN PANAS


PEMASANGAN TENDA MELINDUNGI BETON DARI HUJAN DAN PANAS
PEMASANGAN TENDA MELINDUNGI BETON DARI HUJAN DAN PANAS
20/10/2019 32
PEMASANGAN CATWALK UNTUK AKSES JALAN KERJA
PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

PENERANGAN SEKELILING LOKASI PENGECORAN


Pengecoran (Pouring)

 Alur pengecoran harus direncanakan dengan baik.


Mengingat daerah cakupan pengecoran yang cukup luas,
ditambah dengan pelaksanaan mass concrete yang harus
dilaksanakan tanpa henti
 Pembuatan alur pengecoran tersebut dengan tujuan
memudahkan pada saat penuangan campuran beton segar
pada pelaksanaan pengecoran mass concrete
 Pengecoran Mass Concrete dengan setting time beton 4-
6 jam untuk menghindari Cold Joint, dengan arah
pengecoran dari lokasi terjauh ke arah mendekati
Concrete Pump.
 Tinggi jatuh beton maksimum 1.5 m dari ujung concrete
pump untuk menghindari segregasi.
Plan of Pouring Concrete Sequence
Plan of Pouring Concrete Sequence
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.
C
SEQUENCE POURING 1.1A ZONING Area
Est.Volu
No.CP
A
Start Finish
B
(A<B)
me Est. Time (hours) (hours) Initial Remar
(hours) set ks
1 76.8 1 3.7 0.0 3.7 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD- 2 62 1 3.0 3.7 6.6 10.8 OKE
T2-B6-1.1 3 180 2 4.3 6.6 10.9 10.8 OKE
4 190 2 4.5 10.9 15.4 10.8 OKE
TOTAL 508.8 15.4
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.
C
SEQUENCE POURING 1.1B ZONING Area
Est.Volu
No.CP
A
Start Finish
B
(A<B)
me Est. Time (hours) (hours) Initial Remar
(hours) set ks
1 76.8 1 3.7 0.0 3.7 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD- 2 62 1 3.0 3.7 6.6 10.8 OKE
T2-B6-1.1 3 180 2 4.3 6.6 10.9 10.8 OKE
4 190 2 4.5 10.9 15.4 10.8 OKE
TOTAL 508.8 15.4
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.
C
SEQUENCE POURING 1.1C ZONING Area
Est.Volu
No.CP
A
Start Finish
B
(A<B)
me Est. Time (hours) (hours) Initial Remar
(hours) set ks
1 76.8 1 3.7 0.0 3.7 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD- 2 62 1 3.0 3.7 6.6 10.8 OKE
T2-B6-1.1 3 180 2 4.3 6.6 10.9 10.8 OKE
4 190 2 4.5 10.9 15.4 10.8 OKE
TOTAL 508.8 15.4
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.1A


C
A B
Est.Volu Start(hou Finish (A<B)
ZONING Area No.CP
me Est. rs) (hours) Initial Remar
Time(hours) set ks
5 126 2 3.0 0.0 3.0 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD- 6 160 2 3.8 3.0 6.8 10.8 OKE
T2-B6-2.1 7 216 2 5.1 6.8 12.0 10.8 OKE
8 450 2 10.7 12.0 22.7 10.8 OKE

TOTAL 952 22.7


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.1B


C
A B
Est.Volu Start(hou Finish (A<B)
ZONING Area No.CP
me Est. rs) (hours) Initial Remar
Time(hours) set ks
5 126 2 3.0 0.0 3.0 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD- 6 160 2 3.8 3.0 6.8 10.8 OKE
T2-B6-2.1 7 216 2 5.1 6.8 12.0 10.8 OKE
8 450 2 10.7 12.0 22.7 10.8 OKE

TOTAL 952 22.7


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.1C


C
A B
Est.Volu Start(hou Finish (A<B)
ZONING Area No.CP
me Est. rs) (hours) Initial Remar
Time(hours) set ks
5 126 2 3.0 0.0 3.0 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD- 6 160 2 3.8 3.0 6.8 10.8 OKE
T2-B6-2.1 7 216 2 5.1 6.8 12.0 10.8 OKE
8 450 2 10.7 12.0 22.7 10.8 OKE

TOTAL 952 22.7


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.1D


C
A B
Est.Volu Start(hou Finish (A<B)
ZONING Area No.CP
me Est. rs) (hours) Initial Remar
Time(hours) set ks
5 126 2 3.0 0.0 3.0 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD- 6 160 2 3.8 3.0 6.8 10.8 OKE
T2-B6-2.1 7 216 2 5.1 6.8 12.0 10.8 OKE
8 450 2 10.7 12.0 22.7 10.8 OKE

TOTAL 952 22.7


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.2A


C
A B
(A<B)
Est.Volu Start(ho Finish
ZONING Area No.CP Est.
me urs) (hours) Initial Remar
Time(hours
set ks
)
9 190 2 4.5 0.0 4.5 10.8 OKE
10 151 2 3.6 4.5 8.1 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD-
11 162 2 3.9 8.1 12.0 10.8 OKE
T2-B6-2.2
12 440 2 10.5 12.0 22.5 10.8 OKE
13 209 2 5.0 12.0 17.0 10.8 OKE
TOTA
1152 27.4
L
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.2B


C
A B
(A<B)
Est.Volu Start(ho Finish
ZONING Area No.CP Est.
me urs) (hours) Initial Remar
Time(hours
set ks
)
9 190 2 4.5 0.0 4.5 10.8 OKE
10 151 2 3.6 4.5 8.1 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD-
11 162 2 3.9 8.1 12.0 10.8 OKE
T2-B6-2.2
12 440 2 10.5 12.0 22.5 10.8 OKE
13 209 2 5.0 12.0 17.0 10.8 OKE
TOTA
1152 27.4
L
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.2C


C
A B
(A<B)
Est.Volu Start(ho Finish
ZONING Area No.CP Est.
me urs) (hours) Initial Remar
Time(hours
set ks
)
9 190 2 4.5 0.0 4.5 10.8 OKE
10 151 2 3.6 4.5 8.1 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD-
11 162 2 3.9 8.1 12.0 10.8 OKE
T2-B6-2.2
12 440 2 10.5 12.0 22.5 10.8 OKE
13 209 2 5.0 12.0 17.0 10.8 OKE
TOTA
1152 27.4
L
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.2D


C
A B
(A<B)
Est.Volu Start(ho Finish
ZONING Area No.CP Est.
me urs) (hours) Initial Remar
Time(hours
set ks
)
9 190 2 4.5 0.0 4.5 10.8 OKE
10 151 2 3.6 4.5 8.1 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD-
11 162 2 3.9 8.1 12.0 10.8 OKE
T2-B6-2.2
12 440 2 10.5 12.0 22.5 10.8 OKE
13 209 2 5.0 12.0 17.0 10.8 OKE
TOTA
1152 27.4
L
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.2E


C
A B
(A<B)
Est.Volu Start(ho Finish
ZONING Area No.CP Est.
me urs) (hours) Initial Remar
Time(hours
set ks
)
9 190 2 4.5 0.0 4.5 10.8 OKE
10 151 2 3.6 4.5 8.1 10.8 OKE
TOTAL-STR-MTD-
11 162 2 3.9 8.1 12.0 10.8 OKE
T2-B6-2.2
12 440 2 10.5 12.0 22.5 10.8 OKE
13 209 2 5.0 12.0 17.0 10.8 OKE
TOTA
1152 27.4
L
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.
C
SEQUENCE POURING 1.2A ZONING Area
Est.Volu
No.CP
A
Start(hou Finish
B
(A<B)
me Est. rs) (hours) Initial Remar
Time(hours) set ks
TOTAL-STR-MTD- 14 230 2 5.5 0.0 5.5 10.8 OKE
T2-B6-1.2 15 255 2 6.1 5.5 11.5 10.8 OKE

TOTAL 485 11.5


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.
C
SEQUENCE POURING 1.2B ZONING Area
Est.Volu
No.CP
A
Start(hou Finish
B
(A<B)
me Est. rs) (hours) Initial Remar
Time(hours) set ks
TOTAL-STR-MTD- 14 230 2 5.5 0.0 5.5 10.8 OKE
T2-B6-1.2 15 255 2 6.1 5.5 11.5 10.8 OKE

TOTAL 485 11.5


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 1.3A A B


C
(A<B
Est.Vol Start(h Finish )
ZONING Area No.CP
ume Est. ours) (hours)
Initial Rem
Time(hou
set arks
rs)
PIT 1442 4 17,2 0,0 17,2 10,8 OKE
16 550 4 6,5 17,2 23,7 10,8 OKE
17A 125 1 6,0 23,7 29,7 10,8 OKE
TOTAL-STR-
17B 140 1 6,7 23,7 30,4 10,8 OKE
MTD-T2-B6-1.3
17C 335 2 8,0 23,7 31,7 10,8 OKE
18A 95 1 4,5 29,7 34,2 10,8 OKE
18B 140 1 6,7 30,4 37,1 10,8 OKE
TOT
2827 37,0
AL
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 1.3B


C
A B (A<B
Est.Vol Start(h Finish )
ZONING Area No.CP
ume Est. ours) (hours)
Initial Rem
Time(hou
set arks
rs)
PIT 1442 4 17,2 0,0 17,2 10,8 OKE
16 550 4 6,5 17,2 23,7 10,8 OKE
17A 125 1 6,0 23,7 29,7 10,8 OKE
TOTAL-STR-
17B 140 1 6,7 23,7 30,4 10,8 OKE
MTD-T2-B6-1.3
17C 335 2 8,0 23,7 31,7 10,8 OKE
18A 95 1 4,5 29,7 34,2 10,8 OKE
18B 140 1 6,7 30,4 37,1 10,8 OKE
TOT
2827 37,0
AL
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 1.3C


C
A B (A<B
Est.Vol Start(h Finish )
ZONING Area No.CP
ume Est. ours) (hours)
Initial Rem
Time(hou
set arks
rs)
PIT 1442 4 17,2 0,0 17,2 10,8 OKE
16 550 4 6,5 17,2 23,7 10,8 OKE
17A 125 1 6,0 23,7 29,7 10,8 OKE
TOTAL-STR-
17B 140 1 6,7 23,7 30,4 10,8 OKE
MTD-T2-B6-1.3
17C 335 2 8,0 23,7 31,7 10,8 OKE
18A 95 1 4,5 29,7 34,2 10,8 OKE
18B 140 1 6,7 30,4 37,1 10,8 OKE
TOT
2827 37,0
AL
Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.3A


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.3B


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.3B


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.4A


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.4B


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.4C


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.4D


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.4E


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.5A


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.5B


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.5C


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.5D


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.5E


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.6A


Pembagian zona pada pengecoran matt foundation dilakukan
berdasarkan volume area.

SEQUENCE POURING 2.6B


CONSTRUCTION METHOD Mat Foundation_2
Peralatan dan Material Beton
Concrete Mixer Truck
 Mengangkut ready-mix concrete
Peralatan dan Material Beton
Batching Plan
 Memproduksi ready-mix concrete
Peralatan dan Material Beton

Concrete Pump Truck


 Alat pemompa campuran beton dari mixer truck
ke lokasi pengecoran ini memiliki kapasitas yang
berbeda-beda (concrete pump capacity) tergantung
pada jenis pompa yang digunakan
Instalasi Pipa Cor
 Pipa cor merupakan pipa-pipa besi yang digunakan
untuk mengalirkan campuran beton segar dari
concrete pump truck ke tempat yang akan dicor

Kawat Ayam
PERSIAPAN ALAT CONCRETE PUMP
CONCRETE PUMP

PERSIAPAN ALAT CONCRETE PUMP


Perhitungan Jumlah Kebutuhan Mixer
Truck dan Lamanya Pengecoran
Perhitungan kebutuhan mixer truck dan lamanya
pengecoran membutuhkan beberapa data, seperti
 concrete pump capacity
 mixer truck capacity
 volume beton ready mix yang dibutuhkan

Sehingga diketahui jumlah mixer truck yang dibutuhkan


untuk pekerjaan mass concrete dan waktu pengecoran
kurang lebih dengan concrete pump truck
Menentukan jumlah concrete pump yang dibutuhkan untuk menjamin
pelaksanaan pengecoran tidak terjadi pemberhentian pada saat
pengecoran
KESIAPAN PENYEDIAAN BETON READY MIX
Jadwal Aktual Pengecoran
Menentukan supplier
beton, kapasitas
batching plant dan
kontinuitas
pengiriman beton
karena banyaknya
beton yang
dibutuhkan,

Penggunaan Concrete Pump Jarak dan Pasokan RMC dari Batching Plant
Pengaturan Lalu Lintas (Cycle Time)

 Cycle time adalah waktu yang digunakan untuk


menyelesaikan 1 siklus pekerjaan dengan urutan
standar kerja yang telah ditentukan.
 pengecoran harus dilakukan terus-menerus tanpa
henti untuk menghindari terjadinya sambungan dingin
(cold joint)
 Perhitungan cycle time membutuhkan data concrete
pump capacity, dan mixer truck capacity
 Dari perhitungan yang dilakukan, diperoleh data mixer
truck harus datang setidaknya setiap berapa menit
sekali ke lokasi pengecoran
TRUCK MIXER BERISI BETON SEGAR STAND BY AGAR PENGECORAN
TIDAK TERPUTUS SAMPAI SELESAI (TRAFIC LALULINTAS TRUCK MIXER
KELUAR MASUK PROYEK DIATUR SEDEMIKIAN RUPA AGAR TETAP
LANCAR SEHINGGA PASOKAN BETON SEGAR TIDAK TERPUTUS)
Pengecoran (Pouring)

 Pemeriksaan Suhu Beton Segar untuk setiap mixer


truck yang tiba di lokasi
 Pengujian Nilai Slump (Slump Test) Beton Segar, slump
beton ialah besaran kekentalan beton yang terkait
dengan kemudahan pengerjaan (workability)
 Pengambilan Sampel Beton Segar untuk Pengujian
Laboratorium
 Pendataan dan Pengawasan Mixer Truck untuk
menghindari kesalahan pengiriman dan kepentingan
laporan
Pengecoran (Pouring)
 Flow Test dapat digunakan untuk menentukan “filling
ability” baik di laboratorium maupun di lapangan; dan
dengan memakai alat ini dapat diperoleh kondisi
workabilitas beton berdasarkan kemampuan
penyebaran beton segar yang dinyatakan dengan
besaran diameter sesuai dengan persyaratan RKS
Langkah pelaksanaan Flow test:
1) Plat logam yang menjadi wadah uji diletakkan pada
permukaan tanah yang datar.
2) Alat uji flow dibasahi, kemudian kerucut terpancung
dengan diameter lebih besar ditempatkan di atas plat
logam.
Pengecoran (Pouring)
3) Beton dituangkan ke dalam alat flow dengan tiga
tahap. Tahap 1 campuran beton dimasukkan sebanyak
1/3 volume kerucut terpancung kemudian beton
ditumbuk dengan batang penumbuk sebanyak 25 kali.
Tahap 2 dan tahap 3 dilakukan seperti tahap 1.
4) Kerucut terpancung diangkat secara perlahan dan
hati-hati, hingga seluruh campuran beton telah turun
dan melebar di plat logam tersebut.
5) Kemudian diameter campuran beton ini diukur
menggunakan meteran. Diameter campuran beton
inilah yang menjadi nilai flow
1 2

4
3
Perkiraan Suhu Beton Ready Mix

Salah satu pengendalian suhu untuk menghindari


terjadinya retak thermal ialah dengan memperhatikan
besar suhu pada agregat maupun campuran beton
segar yang akan digunakan untuk pengecoran
Pengecekan suhu campuran beton ready mix tersebut
dapat dilakukan setiap mixer truck pembawa
campuran beton tiba di lokasi pengecoran atau sesuai
persyaratan yang ditetapkan
Termometer
 Termometer digunakan untuk mengetahui suhu
campuran beton yang tiba di lokasi pengecoran,
Termometer
Perkiraan Suhu Beton Ready Mix

 Ujung thermometer dimasukkan ke dalam campuran


beton, untuk mengukur suhu campuran beton
tersebut.
 Untuk perlayer/ lapisan Matt Foundation syarat suhu
campuran beton ditentukan maksimal xºC sesuai
dengan RKS.
 Apabila suhu pada campuran beton melebihi dari xºC,
maka campuran beton tersebut akan ditolak dan
truck mixer yang berkaitan akan dikembalikan ke
batching plan
PERKIRAAN SUHU BETON READY MIX YANG DIIJINKAN

Perhitungan Temperatur Beton Segar


Peralatan dan Material

Vibrator
 Vibrator bertujuan untuk menghilangkan udara
yang terjebak dalam campuran beton setelah
dituang. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
terjadinya pengeroposan beton.
Vibrator
Peralatan dan Material Beton

Waterproofing
 Waterproofing integral dimasukan pada campuran
beton yang hendak dicor yang nantinya dapat
membuat beton menjadi kedap air
Rugasol
 zat tambahan yang berfungsi untuk memperlambat
pengerasan permukaan beton biasanya juga digunakan
untuk sambungan beton. Pemakaian rugasol ini
sendiri dapat menghasilkan permukaan bonding
beton yang kasar, sehingga sambungan konstruksinya
dapat lebih kuat.
Integral Waterproofing Rugasol
Peralatan dan Material
Trowel
 Meratakan dan menghaluskan permukaan beton setelah
dicor agar permukaannya tidak bergelombang
Floor Hardener

Pemberian Floor Hardener


 Adalah bahan tambahan sebagai pengeras dan pelicin
permukaan beton.
 Fungsi untuk memperkuat permukaan beton
terhadap gesekan, khusunya beban berat dan sedikit
terhadap benturan
 Berbentuk bubuk, ditaburkan di atas permukaan
beton ketika beton setengah mengering, yang
kemudian dilanjutkan dengan pekerjaan trowel
 biasa digunakan pada lantai garasi, area parkir, area
pergudangan, area pabrik atau industri
Secara garis besar metoda kerja Floor Hardener adalah sebagai berikut

PENGECORAN
LANTAI
Floor Hardener

PERATAAN COR

PENABURAN BAHAN
FLOOR HARDENER
SESUAI SPESIFIKASI

PERATAAN FLOOR
HARDENER
Perawatan Mass Concrete

 Berdasarkan permasalahan yang sangat utama pada


Mass Concrete yaitu keretakan yang diakibatkan oleh
panas hidrasi
 Perlu dilakukan perawatan dan pengontrolan yang
optimal untuk mencegah terjadinya delta/deviasi yang
melebihi dari yang disyaratkan (≤ 20° C) antara suhu
di dalam beton dengan suhu di permukaan beton
Perawatan Mass Concrete

 Pengaruh kenaikan temperatur beton perlu


diperhatikan, khususnya saat beton masih muda
(belum mencapai umur 7 hari),
 karena disamping kenaikan temperatur sangat tinggi
juga beton pada umumnya belum memiliki kekuatan
yang cukup tinggi untuk menerima beban yang
bekerja
TEMPERATUR KONTROL SISTEM

Metode-metode yang digunakan sebagai


temperatur kontrol sistem yaitu :
1. pre-cooling of concrete
2. post-cooling of concrete
 metode aktif “cooling pipe”,
 metode pasif “styrofoam insulator”
Metode pra pendinginan beton
(Pre-cooling of Concrete)

Pendinginan pada material penyusun beton.

Metode ini ditekankan pada material-material


penyusun beton (komponen beton). Dimana suhu
beton meningkat juga dikarenakan unsur-unsur
penyusunnya, semakin panas suhu material yang
dipakai, maka akan semakin tinggi pula suhu beton
segar yang dihasilkan, untuk itu diperlukan pendingin
untuk material-material beton
Metode pra pendinginan beton
(Pre-cooling of Concrete)

Raw material of concrete:


* Cement
* Water
* Sand
* Gravel

Various Attemps:
+Sprinkling of water over
aggregate
+ Cool Water
+ Ice
+ Liquid Nitrogen
Metode paska pendinginan beton
(post-cooling concrete)

cooling pipe

 Metode untuk pengontrolan suhu beton dengan


sirkulasi air dingin melalui pipa-pipa untuk mengurangi
panas dibagian dalam beton (cooling pipe).
 Keuntungan dari metode ini yaitu lebih fleksibel dan
pada bagian manapun dari beton akan tetap dingin dan
terkontrol suhunya jika terjadi deviasi/delta suhu yang
mendekati atau melebihi dari yang disyaratkan
 Suhu di dalam beton dapat langsung diantisipasi dengan
mengalirkan air dingin
Cooling pipe for mass concrete
Metode paska pendinginan beton
(post-cooling concrete)

 Metode ini dapat mempercepat proses pelepasan


formwork, karena suhu beton dapat diatur dan
disesuaikan dengan suhu luar.
 Kekurangan dari metode ini yaitu biaya yang sangat
mahal dibandingkan pre-cooling dan metode styrofoam
insulator
Cooling pipe for mass concrete
Metode paska pendinginan beton
(post-cooling concrete)

Styrofoam Insulator Sistem

 Styrofoam merupakan bahan insulator yang baik dan


mampu mempertahankan suhu beton/water content
beton.
 Memiliki workability yang memberikan kemudahan
pengerjaan
 Ekonomis
Metode paska pendinginan beton
(post-cooling concrete)

Styrofoam Insulator Sistem

 Plastik dapat berfungsi sebagai curing sistem yang


mampu mempertahankan panas dan kelembaban/water
content dari beton
 Pasir selain sebagai pelengkap insulator system yaitu
agar styrofoam tidak mudah rusak dan tidak langsung
terkena panas matahari
STYROFOAM INSULATOR SISTEM

Pasir
Styrofoam Dasar pemilihan :
-Bahan Insulator
Plastik -Workability
K-300

-Ekonomis
-Curing
Perawatan Mass Concrete

Pelapisan Permukaan Beton dengan Plastik


dan Styrofoam
 Setelah pemberian floor hardener kemudian
permukaan beton dilapisi dengan plastik dan
styrofoam
 Lapisan pertama atau lapisan terbawah (bersentuhan
langsung dengan permukaan beton) ialah lapisan
plastik. Kemudian di atas lapisan plastik tersebut,
diletakkan lapisan kedua yaitu lapisan styrofoam
Perawatan (Curing) Mass Concrete

Pelapisan Permukaan Beton dengan Plastik


dan Styrofoam
 Pemberian lapisan styrofoam pada seluruh permukaan
beton massa ini merupakan upaya isolasi antar suhu
dalam beton massa tersebut yang diharapkan merata
dengan suhu lingkungan
 Pelapisan permukaan beton dengan plastik dan
styrofoam ini dilakukan selama masa perawatan yaitu
7 hari setelah pengecoran berlangsung atau sampai
dengan suhu beton stabil
Perawatan (Curing) Mass Concrete

 Penggunaan curing compound, plastik dan styrofoam


dengan pemberat pasir (agar styrofoam tetap pada
tempatnya) dilakukan selama 7 hari atau sampai suhu
beton stabil.
PASIR / TERPAL
STYROFOAM

K-……. PLASTIK COR

ILUSTRASI STYROFOAM
INSULATOR
Perawatan (Curing) Mass Concrete
Pembacaan Suhu pada Thermocouple

 selisih besar suhu antara ketiga titik sensor pada


thermocouple tidak lebih dari 20°C atau sesuai
spesifikasi teknis

 Pembacaan suhu pada thermocouple dilakukan secara


berkala setiap beberapa jam sekali sampai dengan
masa perawatan selesai dan beton mencapai suhu
yang stabil
Pasir teb. 3 cm
Styrofoam teb. 2 cm

K-250
Plastik

ILUSTRASI STYROFOAM
INSULATOR

7. PEMELIHARAAN SUHU BETON SETELAH PENGECORAN


DILAKUKAN DENGAN LAPISAN PLASTIK, STYROFOAM DAN PASIR
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai