masyarakatnya. Akhir-akhir ini akrab dalam telinga tentang konsep “Green Campus” atau
konsep tentang kampus hijau yang menggambarkan bagaimana kondisi kampus yang nyaman,
tentram, dan asri berdasarkan aspek ramah lingkungan. Konsep ini memang harus
mendapatkan dukungan karena memang memiliki tujuan dan manfaat yang baik bagi manusia
maupun alam. Lingkungan tempat manusia menjalankan segala macam aktivitasya tentunya
harus mendapat perhatian yang besar agar manusia tetap dapat beraktivitas.
Green Campus ialah salah satu program yang memiliki pengertian sejauh mana warga
kampus dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan kampus secara efektif dan
efisien, contohnya dalam pemanfaatan penggunaan kertas, efisiensi pengelolaan sampah,
penggunaan listrik, air, lahan, dan lainnya (Nasotion, 2011).
Penilaian yang digunakan untuk menjadi kampus yang berbasis green campus
didukung oleh beberapa indikator yang menunjang. Adapun Ukuran keberhasilan ditentukan
oleh beberapa indikator antara lain efisiensi penggunaan kertas sebagai kebutuhan pokok
pengajaran dan aktifitas administrasi kantor, efisiensi pengelolaan sampah, efisiensi
penggunaan lahan sebagai ruang terbuka hijau dan estetika (landscape) efisiensi penggunaan
air, efisiensi pemakaian sumber daya alam dan efisiensi penggunaan listrik (Anonim, 2013).
Kampus Hijau (Green Campus) dalam konteks pelastarian lingkungan bukan hanya
suatu lingkungan kampus yang dipenuhi dengan pepohonan yang hijau.Kampus Hijau (Green
Campus) adalah sejauhmana warga kampus dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada
dilingkungan kampus secara efektif dan efesien misalnya dalam pemanfaatan kertas, alat tulis
menulis, penggunaan listrik, air, lahan, pengelolaan sampah dll.
Konsep Green Campus yang akan diterapkan setidaknya memiliki 6 indikator yang
harus diperhatikan yaitu smart energy, smart mobility, smart water, smart public service,
smart building, dan smart rubbish.
1. Smart Energy
Energi yang dibutuhkan kampus pasti sangat besar dalam mendukung semua aktivitas yang di
lakukan masyarakat kampus. Energi yang dipakai ada yang berasal dari sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui, sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan energi alternatif.
Penggunaan energi yang berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan energi
alternatif lah yang harus lebih dominan dipakai oleh kampus dalam mendukung semua
kegiatannya. Sebisa mungkin penggunaan energi yang berasal dari sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui harus dikurangi. Hal ini tentunya sebagai bentuk penghematan energi
dan penggunaan energi yang ramah lingkungan. Misalnya penggunaan panel solar sel untuk
penyediaan listrik, penggunaan bahan bakar gas untuk kendaraan dalam kampus, penyediaan
sepeda, pemnafaatan energI angin, dll.
2. Smart Mobility
Masyarakat kampus tentunya memiliki kesibukan masing-masing. Kesibukan ini menunut
mobilitas yang tinggi atau rendah tergantung dari kesibukan yang dimiliki. Dalam mendukung
mobilitas ini maka kampus wajib menyediakan fasiltas yang mendukung seperti bus kampus,
ojek, sepeda, dll. Namun ketika berbicara konsep Green Campus maka fasilitas kampus ini
haruslah yang ramah lingkungan. Sehingga perlu adanya kajian yang matang jika memang
konsep Green Campus ini benar-benar ingin diwujudkan seperti jam kerja mahasiswa atau
dosen, jumlah kendaraan yang dibutuhkan, kualitas fasilitas yang diberikan, dll.
3. Smart Water
Air merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan manusia. Begitu juga dengan kondisi
kampus, air sangat mendukung dalam segala kegiatan yang ada di kampus. Ketika air tidak
dikelola dengan baik maka akan terjadi masalah dalam kampus tersebut. Penyediaan air bersih
manjadi salah satu syarat dalam pembangunan sebuah kampus. Air yang ada dalam lingkungan
kampus sebisa mungkin dimanfaatkan dan diolah menjadi air yang layak digunakan. Misalnya
dengan membangun instalasi penyaringan air sungai menjadi air layak pakai. Harapan besar
tentunya air untuk konsumsi yang ada dalam lingkungan kampus merupakan air yang siap
minum, tanpa harus dimasak lagi agar masyarakat kampus bisa langsung minum tanpa harus
‘latah’ membeli air dalam kemasan yang kemungkinan besar bekasnya atau wadah tempat air
itu dibunang sembarangan yang akhirnya akan mengotori lingkungan sekitar dan menyisakan
PR bagi kampus dalam mengelola sampah.
5. Smart Building
Gedung merupakan elemen penting lainnya dari sebuah kampus. Gedung tempat seluruh
civitas belajar dan tempat menyimpan berbagai keperluann kuliah atau praktikum dan berbagai
arsip yang diperlukan. Pembangunan gedung memang harus mengorbankan lingkungan untuk
dijadikan gedung. Namun pembangunan gedung yang ramah lingkungan tentunya dapat
menjadi solusi dalam mencegah kerusakan yang semakin menjadi. Membangun gedung yang
memiliki desain tanpa harus memakai AC dan memilki desain yang memudahkan masuknya
cahaya matahari sehingga tidak menggunakan lampu pada siang hari menjadi salah satu syarat.
Penggunaan AC bukannya dilarang, namun dengan manajemen yang baik terhadap
penggunaan AC maka akan mengatur juga biaya yang dibutuhkan kampus dan penggunaan
energi listrik. Selain itu pembangunan taman atau ruang hijau di setiap gedung menjadi cara
terbaik untuk tetap menjaga kualitas lingkungan dan udara.
6. Smart Rubbish
Sampah merupakan hal yang pasti tidak akan hilang dari lingkungan kampus. Banyak aktivitas
di kampus yang pasti menghasilkan sampah seperti kegiatan kuliah, praktikum, kegiatan
kantin, atau even-even di kampus. Keberadaan sampah ini perlu diatur dengan baik agar tidak
terjadi permasalahan sampah yang besar. Kampus menjadi kotor, tidak sehat, banyak bau yang
tak enak, manjadi akibat dari tidak bisa diolahnya sampah dengan baik. Maka harus dimulai
dari diri pribadi masing-masing dahulu agar tidak membuang sampah sembarangan dan
membuang sampah pada tempatnya yang sudah dipisahkan mana sampah organik, non organik,
atau yang lainnya.
Kampus yang hijau atau “Green Campus” merupakan dambaan bagi setiap masyrakatnya. Konsep ini
tidak bisa dijalankan secara cepat, namun harus bertahap dengan berbagai kajian dan
pertimbangan. Semua elemen kampus seperti mahasiswa, dosen, pegawai, pedagang, dan yang
lainnya harus saling mendukung agar konsep ini bisa diterapkan. Tentunya itikad baik ini haruslah
dimulai dari kesadaran diri sendiri dahulu.