TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Merpati
Burung merpati (Columba livia) merupakan salah satu jenis burung yang sudah
lama dipelihara dan dibudidayakan oleh para penggemar burung. Burung merpati juga
diternakan untuk dimanfaatkan dagingnya sebagai salah satu sumber protein hewani.
Dalam perkembangannya melalui proses domestikasi dan perkawinan silang, Columba
livia berubah menjadi berbagai macam merpati domestik (Columbia domestica).
Columba domestica mampu mengenal habitatnya, ketika burung dilepas maka akan
kembali ke sarangnya. Burung merpati termasuk hewan vertebrata dan berdarah panas.
Salah satu ciri yang membedakan burung merpati dengan unggas lainnya adalah burung
merpati dapat menghasilkan crop milk yaitu suatu cairan berwarna krem menyerupai air
susu yang dikeluarkan dari tembolok induk (Tanubrata, 2004). Klasifikasi burung merpati
menurut Radiopoetro (1985), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Aves
Sub Kelas : Neornithes
Ordo : Columbiformes
Family : Columbidae
Genus : Columba
Spesies : Columba livia
Variestas : Domestica
Permasalahan utama yang merupakan tantangan terberat dalam pemeliharaan
adalah munculnya penyakit, sehingga pengelolaannya perlu dilakukan secara efisien dan
profesional. Penyakit yang menyerang burung merpati banyak ragam dan seringkali
gejalanya hampir sama. Oleh karena itu, membutuhkan pengalaman tentang penyebab
penyakit secara umum sehingga dapat membedakan penampilan burung merpati yang sakit
dengan burung merpati sehat. Penyebab penyakit pada burung merpati adalah virus,
bakteri, jamur, protozoa, cacing, dan kutu. Tetapi kekurangan mineral dan vitamin juga
dapat menyebabkan penyakit (Tarmudji, 2005).
Hal pertama yang harus dilakukan dalam penanganan kasus penyakit pada burung
merpati adalah analisis penyebab. Pendekatan melalui diagnosis patologis merupakan suatu
tindakan yang umum dilakukan dalam manajemen kesehatan hewan. Beberapa penyakit
pada burung merpati mempunyai gejala klinis yang hampir sama, tetapi dengan
pemeriksaan nekropsi yang ditunjang dengan informasi mengenai sejarah penyakit, sifat-
sifat agen penyebab, umur burung merpati, dan karakteristik epidemiologinya maka
diagnosis dapat lebih diarahkan ke suatu penyakit yang lebih spesifik. Lesi yang menciri
pada organ akibat penyakit tertentu membantu diagnosis yang tepat. Selain itu, perlu
diperhatikan beberapa faktor pendukung timbulnya penyakit antara lain: iklim, letak
geografis, aspek manajemen, kualitas pakan/air, dan sistim pencegahan penyakit
(Wiedosari dan Wahyuwardani, 2015).
2.2 Trakea
Merpati memiliki sistem pernapasan yang sedikit berbeda dengan sistem
pernapasan pada mamalia, karena dilengkapi dengan kantung udara yang mempunyai
struktur dan fungsi yang unik, serta paru-paru yang tergolong sederhana. Saluran
pernapasan merpati bagian atas terdiri dari rongga hidung, laryng, trakea (tenggorokan),
bronkus dan bronkiolus. Rongga hidung juga terhubung langsung ke bagian sinus, dimana
sinus merupakan tempat predileksi sebagian bibit penyakit yang masuk melewati
saluran pernapasan, tidak berfungsinya sistem pertahanan primer yaitu kulit, silia (bulu
getar) saluran pernapasan, lendir/mukus, enzim sampai reaksi bersin dan batuk akan
menjadi pemicu utama masuknya bibit penyakit. Deskuamasi sel epitel mukosa saluran
pernafasan merpati diakibatkan oleh sifat merusak agen patogen. Kerusakan lapis atas
struktur jaringan sistem pernafasan berpotensi untuk terjadinya infeksi sistemik apabila
agen patogen berhasil masuk ke jaringan submukosa (Tumpey et al., 2002).
Trakea merupakan struktur anatomi dari sistem pernapasan unggas yang
berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara, menghubungkan laring dan faring
dengan paru-paru. Trakea dapat ditemukan di daerah dada dan tersusun atas tulang lunak
yang disebut dengan tulang rawan (Nurwahidah, 2015). Trakea tersusun atas cincin
cartilago melingkar menyerupai bentuk O yang berfungsi mencegah terjadinya collaps
dari tekanan negatif paru-paru. Trakea unggas disusun oleh cincin cartilago yang
bervariasi setiap jenis unggas dan ditautkan oleh ligament yang rapat dan sempit.
2.3 Jantung
Sistem kardiovaskuler termasuk jantung dan arteri, vena, kapiler, dan limpatik
yang terdistribusi melalui tubuh. Organ ini memungkinkan terjadinya peredaran darah
secara efisien ke dalam paru-paru untuk pergantian O2 dan CO2 dalam menyokong proses
metabolis tubuh. Jantung pada merpati terletak dibagian tengah cavum thorax,
disampingnya thoracalis inlet, dan dekat dengan kantung perikardium yang berisi cairan
serosa. Pembuluh dasar besar yang keluar masuk jantung meliputi aorta, arteri pulmonari,
terkadang vena pulmonari, vena cava anterior, dan vena cava superior. Darah keluar dari
ventrikel kiri menuju ke aorta dikendalikan oleh katub aorta, yang terdiri dari tiga penutup
semilunar, demikian juga darah yang keluar dari ventikel kanan menuju arteri pulmonalis
(Abdul-Azis et al., 2016).
Sistem peredaran darah pada unggas merupakan peredaran darah ganda. Dimana,
jantung memiliki empat ruang, yaitu atrium dexter, atrium sinister, ventrikel dexter dan
ventrikel sinister. Atrium dexter berfungsi sebagai penampung darah dari seluruh tubuh
dan mengalirkannya ke ventrikel dexter, selanjutnya ventrikel dexter memompakan darah
ke pulmo. Atrium sinister berfungsi menerima darah dari pulmo dan mengalirkan darah
tersebut ke ventrikel sinister. Ventrikel sinister berfungsi untuk memompakan darah ke
seluruh tubuh sehingga ventrikel sinister memiliki lapisan yang lebih tebal (Pakurar and
Bigbee, 2004). Apabila di jantung terinfeksi bakteri, maka keadaan individu tersebut
sudah infeksi sistemik. Karena pembuluh darah merupakan transportasi tercepat untuk
penyebaran penyakit.
2.4 Paru-paru
Paru-paru burung merpati merupakan organ respirasi utama sebagai bagian vital
dari traktus respiratorius. Paru-paru burung merpati yang baik berwarna merah, berukuran
kecil, dan menempel di kiri-kanan collumna vertebralis pada septum dorsalis di dalam
ruangan cavum pulmonale. Di bagian ventral facies septalis terdapat hillus pulmonalis,
yaitu tempat masuknya pembuluh darah dan bronki primer. Parabronki berasal dari bronki
medioventrales di satu sisi dan bronki mediodorsales serta bronki lateroventrales di sisi
lainnya. Tiap parabronkus merupakan pipa-pipa panjang yang berdiameter 0,2-0,5 mm
tergantung ukuran merpati, selanjutnya parabronki dari kedua sisi akan bertemu di suatu
tempat dasar yang disebut planum anastomicum (Guyton 2008).
Paru-paru berfungsi sebagai organ respirasi yang utama. Bentuk anatomi yang
unik menunjang kinerja fisiologis paru-paru dalam sistem sirkulasi bersama dengan
jantung. Ketika udara kotor yang dibawa aliran darah dari jantung, kemudian masuk
dalam paru-paru akan ditukar dengan udara kaya oksigen yang diperoleh paru-paru dari
lingkungan luar, melalui proses yang disebut respirasi. Lalu darah yang mendapat udara
kaya oksigen kembali ke jantung, yang nantinya akan diedarkan ke seluruh tubuh oleh
jantung (Samuelson, 2007).
Paru-paru burung merpati berbeda dengan paru-paru mamalia, karena paru-paru
burung merpati tidak memiliki diafragma dan burung merpati memiliki kantung udara
yang berfungsi mendukung respirasi. Bagian dorsal paru-paru burung merpati menempel
pada tulang rusuk di rongga thorax dan susunan tulang rusuk yang terikat kuat. Kemudian
paru-paru burung merpati tidak berubah volumenya ketika inspirasi maupun ekspirasi,
yang berubah hanya kantong hawanya saja. Selain itu, unggas bernafas lebih dalam dan
lebih lama dibandingkan mamalia (Guyton 2008).
2.5 Hepar
Hepar merupakan organ visceral terbesar, tegas, dan berbatas jelas (Clark, 2005).
Hepar merupakan kelenjar terbesar dan salah satu organ yang penting dalam
membersihkan substansi-substansi yang masuk kedalam tubuh (Sarkarati and Doustar,
2012). Hepar juga merupakan organ pencernaan terbesar dan perkembangannya sangat
penting dari divertikulum hepar, bagian ventral epitel usus pada divertikulum hepar naik
sampai hepar, kantung empedu (gall bladder) dan duktus biliaris (bile duct) (Iqbal et al.,
2014).
Hepar mensekresikan empedu dan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak;
menyimpan glikogen, vitamin, dan substansi lainnya; sintesis faktor koagulasi;
mengeluarkan sampah dan substansi toksin dari darah; regulasi volume darah; dan
memecah sel darah merah yang sudah tua (Sarkarati and Doustar, 2012). Hepar pada
merpati sama seperti vertebrata lainnya, dilengkapi sekresi eksokrin menuju saluran
pencernaan dan sekresi eksokrin tersebut disebut dengan empedu, yang akan mengemulsi
lemak dan menaikkan pH pada duodenum (Iqbal, et al., 2014).
Hepar mendapatkan suplai darah dari arteri hepatica yang berisi darah kaya
oksigen dan dari vena porta berisi darah deoksigenasi yang berisi nutrisi, obat-obatan,
mikroba, dan terkadang bahan toksin yang diabsorbsi dari saluran pencernaan traktus
gastrointestinalis. Apabila ada kelainan pada hepar yang disebabkan infeksi bakteri,
kemungkinan besar karena adanya translokasi infeksi dari organ lainnya. Karena hepar
merupakan kelenjar terbesar dan salah satu organ yang penting dalam membersihkan
substansi-substansi yang masuk kedalam tubuh (Sarkarati and Doustar, 2012).
2.7.3 TSA
Trypticase Soy Agar (TSA) adalah media pertumbuhan untuk pembiakan
bakteri. TSA mengandung enzimatik pencernaan kasein dan pepton dari kedelai
sebagai sumber nutrisi dan natrium klorida sebagai penstabil osmotik. Glukosa
merupakan sumber energi, sodium klorida mempertahankan keseimbangan osmotik,
sementara dipotassium fosfat bertindak sebagai penyangga untuk mempertahankan
pH. Media dapat dilengkapi dengan darah untuk memfasilitasi pertumbuhan bakteri
atau agen antimikroba untuk memungkinkan pemilihan berbagai grup mikroba dari
mikroba murni (Mahon, 2014).