Kelas C – Reguler
Disusun oleh:
MAUDYNA 1706047946
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
1
A. PENDAHULUAN
a. LATAR BELAKANG
Dunia sedang memasuki era Revolusi 4.0 tak terkecuali Indonesia.
Memasuki Revolusi 4.0 dimulai dengan adanya perkembangan salah satu
teknologi informasi yakni media internet. Internet telah melahirkan konsep baru
di berbagai bidang seperti bidang pendidikan (e-learning), bidang pemerintahan
(e-goverment), bidang bisnis (e-business), bidang politik (e-democracy), dan
bidang perdagangan (e-commerce). Dengan berbagai kemudahan yang
disediakan dalam bidang perdagangan atau transaksi elektronik e-commerce,
berhasil menarik pengguna dalam jumlah yang besar. Hal tersebut terjadi karena
menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Pasal 3 ayat (2)
menyatakan bahwa “dengan adanya e-commerce memberikan manfaat bagi
masyarakat serta dapat digunakan secara luas.”1 Selain itu, e-commerce diminati
masyarakat karena lebih efisien dan efektif dalam melakukan transaksi.
Namun di balik kemudahan tersebut, terdapat tantangan bagi pengguna
e-commerce terutama bagi calon pembeli. Karena dalam hal ini, pembeli tidak
dapat melihat barang yang akan dibeli secara langsung. Calon pembeli hanya
dapat mengakses dan melihat barang tersebut melalui aplikasi e-commerce via
daring. Calon pembeli membutuhkan kepercayaan terhadap penjual dalam
aplikasi tersebut. Maka dari itu, pembeli terbantu dengan adanya testimoni dari
pembeli yang telah melakukan transaksi jual beli di aplikasi tersebut. Testimoni
adalah pemberian kesaksian tentang kualitas atau keuntungan dari suatu produk.2
Testimoni ini dapat menimbulkan konsep kepercayaan kepada calon pembeli
yang membacanya. Tidak jarang bahwa testimoni ini dijadikan acuan bagi calon
pembeli untuk menumbuhkan kepercayaan pada penjual dari pilihan barangnya.
Begitupun bagi penjual, testimoni dari pembeli ini penting karena dapat
mempengaruhi keputusan calon pembeli lainnya untuk membeli atau tidak di
toko online tersebut.
1
Indonesia, Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia tentang Penyelenggaraan
Teknologi Finansial, PBI Nomor 19/12/PBI/2017, Lembar Negara Nomor 245 Tahun 2017,
Pasal 3 ayat (2).
2
Frans M Royan, Marketing Celebrities, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2005),
hlm. 33.
UNIVERSITAS INDONESIA
2
Unsur kepercayaan merupakan salah satu faktor yang penting pada era
Computer Mediated Communication (CMC). Pada sektor e-commerce
kepercayaan konsumen merupakan faktor yang penting karena berkaitan dengan
adopsi dan perkembangan sektor e-commerce tersebut. Seperti dalam transaksi
pada umumnya, isu kepercayaan menjadi penting dalam sektor e-commerce
karena dalam proses transaksinya tidak melibatkan interaksi dan komunikasi
yang dilakukan secara langsung atau tatap muka. Hal ini tentu membuat
konsumen merasakan adanya risiko yang dapat terjadi, seperti risiko penipuan.
Disinilah peran besar adanya sebuah testimoni dalam era e-commerce.
Pemberian testimoni merupakan suatu wujud kebebasan dalam membuat konten
terkait informasi produk atau jasa di platform e-commerce. Ulasan tersebut
berasal dari pengalaman konsumen dalam berbelanja, baik itu ulasan terkait
produk yang dijual, respons penjual, ataupun kecepatan pengiriman. Terdapat
dua fungsi besar pada testimoni, yaitu sebagai salah satu landasan rasa percaya
bagi konsumen dan sebagai media promosi atau pengiklanan bagi penjual.
Testimoni merupakan salah satu bentuk Electronic Word Of Mouth (E-
WOM) yang kian sering digunakan di era e-commerce ini.3 Sebuah penelitian
menunjukan bahwa 91% konsumen online mempercayai testimoni online
selayaknya testimoni tersebut diberikan melalui ulasan langsung atau secara
lisan kepadanya. Sehingga hal ini pula yang mempengaruhi 86% konsumen
online untuk memeriksa testimoni sebelum memutuskan untuk melanjutkan
transaksi online.4 Mengingat pentingnya peran testimoni dalam kelancaran
transaksi e-commerce, tidak jarang beberapa platform online shopping
berlomba-lomba untuk mendorong para konsumennya memberikan testimoni
setelah dilakukannya transaksi. Tentu saja konsumen menyambut baik ajakan ini
karena dengan timbal balik adanya reward dari pengelola platform terhadap
setiap testimoni yang diberikan. Salah satu contohnya ada pada salah satu
platform online shopping di Indonesia, yaitu Shopee. Ketika konsumen telah
3
Lidya Agustina, Alifia Oktrina Fayardi, Irwansyah, “Online Review: Indikator
Penilaian Kredibilitas Online dalam Platform E-commerce,” Jurnal Ilmu Komunikasi (2018),
Vol. 15, No. 2, Hlm. 142.
4
Rose Murphie, “Local Consumer Review Survey | Online Reviews Statistics &
Trends” https://www.brightlocal.com/research/local-consumer-review-survey/, diakses 11
Oktober 2019.
UNIVERSITAS INDONESIA
3
5
Bing Liu, Arjun Mukherjee, Natalie Glance, “Spotting Fake Reviewer Groups in
Consumer Reviews” https://www.cs.uic.edu/~liub/publications/WWW-2012-group-spam-
camera-final.pdf, diakses pada 11 Oktober 2019.
UNIVERSITAS INDONESIA
4
yang dapat disamakan dengan iklan yang menyesatkan.6 Seperti yang diulas
sebelumnya, testimoni memiliki peran vital dalam meyakinkan calon pembeli
terhadap produk atau jasa yang ditawarkan oleh si penjual. Apabila testimoni
palsu yang diberikan dalam bagan ulasan di marketplace adalah perbuatan si
penjual secara langsung maupun tidak langsung, dan ternyata si pembeli merasa
yakin dengan kebenaran testimoni tersebut dan membeli produknya yang mana
ternyata tidak sesuai dengan apa yang telah disebutkan dalam testimoni, maka
hal ini dapat dikategorikan sebagai sebuah penipuan.
Adapun kasus pemberian testimoni palsu yang terungkap adalah kasus
yang dialami TripAdvisor di Italia. TripAdvisor merupakan situs pengulas
wisata terkemuka yang memberikan rekomendasi dan penilaian terhadap
berbagai obyek wisata dengan berbasis penilaian yang diberikan oleh reviewer.
Namun pada 2018 terungkap bahwa ada 1.386.000 ulasan palsu yang ada di situs
TripAdvisor.7 TripAdvisor melaporkan seorang pria warga negara Italia karena
terlibat pembuatan ulasan atau testimoni palsu pada situs TripAdvisor. Si Pria
yang disamarkan namanya tersebut dipidana penjara sembilan bulan dan dijatuhi
hukuman denda sebesar Rp136 Juta. Belakangan diketatahui ternyata pria
tersebut bekerja pada perusahaan asli Italia yang bernama Promo Salento yang
menjual ulasan ke restoran, perhotelan dan obyek wisata.8 Pada kasus yang lain
di tahun 2015, Amazon, sebuah perusahaan ritel online dikabarkan menggugat
lebih dari seribu orang yang diduga memberikan ulasan palsu di situsnya. Dalam
mengungkap kasus ini, Amazon kesulitan mengidentifikasi siapa yang
memberikan testimoni palsu tersebut sebab mereka yang memberi testimoni
palsu selalu menggunakan identitas palsu dalam memberikan testimoni itu. Cara
mereka bekerja adalah dengan menggunakan identitas palsu untuk mengunduh
produk Amazon lebih dari 200 kali dalam 5 hari, dan terhadap semua unduhan
tersebut mereka memberika bintang 5 untuk produk yang diulas beserta
6
Bambang Sukma Wijaya, “Korupsi Komunikasi Dalam Dimensi Pesan, Media,
Konteks Dan Perilaku: Sebuah Proposisi Teoretis Untuk Riset,” Journal Communication
Spectrum (2013), Vol. 3 No. 1, Hlm. 6-7.
7
Albert Supargo, “Jangan Nekat Bikin Ulasan Palsu di TripAdvisor, Ini
Hukumannya”, https://travel.kompas.com/read/2019/09/24/200000827/-jangan-nekat-bikin-
ulasan-palsu-di-tripa dvisor-ini-hukumannya-?page=all, diakses 12 Oktober 2019.
8
Ibid.
UNIVERSITAS INDONESIA
5
komentar yang memuji produk itu.9 Sama seperti kasus sebelumnya, para
pemalsu testimoni ini dibayar untuk melakukan hal itu sebesar 3,25 dollar di
website Fiverr.10
Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet
terbanyak di dunia dengan 171 juta pengguna internet per 30 Juni 2019.11
Sementara itu, ada sekitar 11,9 persen populasi Indonesia yang secara rutin
berbelanja secara online pada 2018.12 Pada 2018 pula, jumlah transaksi e-
commerce di Indonesia sudah mencapai Rp144 Trilyun yang meningkat dari
jumlah Rp110 Trilyun pada 2017.13 Mengingat bahwa besarnya volume
transaksi e-commerce dan juga jumlah pembelinya yang mana juga terus tumbuh
dari tahun ke tahun, testimoni palsu merupakan sebuah ancaman yang dapat
merugikan perekonomian Indonesia sektor e-commerce dalam jumlah yang
besar pula. Meski belum ada studi lebih lanjut mengenai perkiraan pasti
kerugian yang dapat ditimbulkan oleh adanya testimoni palsu, dapat
diperkirakan potensinya sangat besar karena testimoni palsu sendiri kini telah
berubah menjadi bisnis yang menghasilkan.
Di Indonesia sendiri, pengaturan mengenai perlindungan konsumen telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen (UUPK). Dalam Pasal 7 UUPK disebutkan kewajiban-kewajiban
pelaku usaha antara lain:
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan,
perbaikan dan pemeliharaan;
9
Dwi Murdaningsih, “Jaga Reputasi, Amazon Tuntut Ribuan Penulis Ulasan Palsu”,
https://www.republika.co.id/berita/trendtek/internet/15/10/19/nwgx1s368-jaga-reputasi-amazon-
tuntut- ribuan-penulis-ulasan-palsu, diakses 12 Oktober 2019.
10
Ibid.
11
“Internet World Stats Usage and Population Statistics”, https://www.internet
worldstats.com/asia.htm#id, diakses 12 Oktober 2019.
12
Andri Donnal Putera, “Jumlah Pembeli Online Indonesia Capai 11,9 Persen
Populasi,” https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/07/164100326/jumlah-pembeli-online-
indonesia-capai-119-persen-dari-populasi, diakses 12 Oktober 2019.
13
“Apa yang Diungkapkan Data tentang Pasar Online Indonesia dan Global?”,
https://academy.getcraft.com/id/blog/apa-yang-diungkapkan-data-tentang-pasar-online-indonesia
-dan-global, diakses 12 Oktober 2019.
UNIVERSITAS INDONESIA
6
UNIVERSITAS INDONESIA
7
Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen
dalam Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).15
14
Indonesia, Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999,
LN No. 42 Tahun 1999, TLN No. 3821, Pasal 45 ayat (1).
15
Indonesia, Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU Nomor
19 Tahun 2016, LN No. 251 Tahun 2016, TLN No. 5952, Pasal 45A.
UNIVERSITAS INDONESIA
8
16
Indonesia, Undang-Undang tentang Perdagangan, UU Nomor 7 Tahun 2014, LN
No. 45 Tahun 2014, TLN No. 5512, Pasal 65 ayat (1).
UNIVERSITAS INDONESIA
9
UNIVERSITAS INDONESIA
10
UNIVERSITAS INDONESIA
11
kesadaran dari para pelaku usaha itu sendiri dan kesadaran bagi para konsumen
akan haknya yang masih sangat rendah. Upaya pemberdayaan konsumen melalui
pembentukan undang-undang yang dapat melindungi kepentingan konsumen
secara integratif dan komprehensif, tetapi juga perlu peraturan pelaksanaannya
seperti halnya pembinaan aparat, pranata dan perangkat-perangkat yudikatif,
administratif dan edukatif, serta sarana dan prasarana penunjang lainnya, agar
nantinya peraturan perundang-undangan tersebut dapat berlaku secara efektif di
masyarakat. Sehingga penelitian "Analisis Perlindungan Hukum bagi Konsumen
dalam Transaksi E-commerce terhadap kasus Testimoni Palsu" dimaksudkan
untuk menjawab tantangan mengenai payung hukum yang tersedia serta
penegakkan aturan hukum atas testimoni palsu bagi konsumen digital pengguna
e-commerce.
b. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut, pokok-pokok permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana payung hukum yang diberikan kepada konsumen dalam
melaksanakan transaksi e-commerce terhadap kasus testimoni palsu
yang diberikan oleh penjual?
2. Bagaimana penegakan dalam hukum perlindungan konsumen
khususnya terhadap kasus testimoni palsu yang dilakukan oleh penjual
dalam transaksi e-commerce?
B. TUJUAN PENELITIAN
Dalam melakukan penelitian, peneliti memiliki tujuan umum dan khusus,
yakni:
1. Tujuan Umum
Penelitian ini menganalisis mengenai payung hukum dan bentuk
penegakan hukum kepada konsumen dalam melakukan transaksi e-
commerce di masa globalisasi teknologi yang semakin berkembang.
Dengan hal ini, diharapkan peneliti memahami payung hukum dan
UNIVERSITAS INDONESIA
12
C. TINJAUAN PUSTAKA
1. Judul Buku : Hukum Tentang Perlindungan Konsumen
Nama Pengarang : Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani
Cetakan : Satu
Jumlah Halaman : 202 halaman
Impresum : Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2000
Uraian Singkat : Buku ini memberikan pemahaman sejarah dan
definisi dari hukum perlindungan konsumen di Indonesia. Lebih jauhnya
buku ini menjabarkan mengenai hak dan kewajiban serta larangan bagi
pelaku usaha, mengenai perjanjian, pertanggung jawaban pelaku usaha
kepada konsumen, penyelesaian sengketa, ketentuan sanksi, serta badan
perlindungan konsumen dana LSM di bidang tersebut. Terdapat
kelebihan dan kekurangan dari buku. Kelebihan dari buku ini adalah
luasnya cakupan materi yang dibahas dalam satu buku. Penulis berhasil
meberikan gambaran lengkap mengenai materi hukum perlindungan
konsumen. Walaupun demikian pembahasan yang dibahas di dalam buku
ini bersifat umum dan tidak terlalu mendalam. Kekurangan dari buku ini
adalah kualitas kertasnya yang tidak begitu kuat (cenderung mudah
robek). Namun untuk sampulnya, mengingat ini cetakan tahun 2000
dapat dikatakan cukup baik hingga saat ini.17
17
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Cet.
1, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000).
UNIVERSITAS INDONESIA
13
UNIVERSITAS INDONESIA
14
19
Edmon Makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Cet. 1, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2003).
UNIVERSITAS INDONESIA
15
D. DEFINISI OPERASIONAL
Dalam rangka memberikan arah pembahasan yang jelas dalam penelitian
hukum ini, maka penulis akan memberikan beberapa definisi operasional
terhadap istilah-istilah yang akan sering digunakan dalam penelitian ini,
sehingga tidak menimbulkan kerancuan dalam penelitian dan pembahasan ruang
lingkup penelitian, sebagai berikut:
Istilah-istilah yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen yang berkaitan dengan penelitian ini, yakni:22
1. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.23
20
Acep Rohendi, Perlindungan Konsumen dalam Transaksi E-Commerce Perspektif
Hukum Nasional dan Internasional, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004).
21
Frans M. Royan, Marketing Celebrities, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, s. a.).
22
Indonesia, Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, UU No. 8 Tahun 1999,
LN No. 42 Tahun 1999, TLN No. 3821.
UNIVERSITAS INDONESIA
16
23
Ibid., Pasal 1 angka 1.
24
Ibid., Pasal 1 angka 2.
25
Ibid., Pasal 1 angka 3.
26
Ibid., Pasal 1 angka 4.
27
Ibid., Pasal 1 angka 5.
28
Ibid., Pasal 1 angka 9.
29
Ibid., Pasal 1 angka 11.
30
Ibid., Pasal 1 angka 12.
UNIVERSITAS INDONESIA
17
31
Indonesia, Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU Nomor
19 Tahun 2016, LN No. 251 Tahun 2016, TLN No. 5952.
32
Ibid., Pasal 1 angka 1.
33
Ibid., Pasal 1 angka 2.
34
Ibid., Pasal 1 angka 3.
35
Ibid., Pasal 1 angka 5.
36
Ibid., Pasal 1 angka 17.
37
Ibid., Pasal 1 angka 18.
UNIVERSITAS INDONESIA
18
E. METODE PENELITIAN
Metode penelitian diibaratkan sebagai sebuah “blue print” atau pedoman
bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Dalm menyusun metode penelitian
terdapat beberapa hal yang perlu ditentukan, yaitu bentuk penelitian, tipologi
penelitian, jenis data, alat pengumpulan data, dan analisa data.
Bentuk penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah penelitian normatif. Penelitian normatif atau yang kerap disebut
penelitian kepustakaan adalah penelitian untuk menyelidiki makna peristiwa
hukum dalam pendekatan hukum itu sendiri guna memperoleh simpulan yang
menguatkan atau mengubah persepsi hukum. Dalam penelitian normatif terdapat
berbagai jenis penelitian yang dapat dilakukan, diantaranya yaitu penelitian
menarik asas hukum, penelitian sistematik hukum, penelitian taraf sinkronisasi
peraturan perundang-undangan, penelitian perbandingan hukum, dan penelitian
sejarah hukum. Fokus penelitian ini adalah pada penelitian sistematik hukum
terhadap ketentuan mengenai pemberian testimoni palsu dalam transaksi E-
Commerce. Dimana pada penelitian ini peneliti akan membahas aspek dasar
dalam sistematika hukum, yaitu subjek hukum, hak dan kewajiban hukum,
peristiwa hukum, hubungan hukum, dan objek hukum.
Aspek lain yang perlu dibahas dalam metode penelitian adalah mengenai
tipologi penelitian. Hal ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam kegiatan
pengumpulan dan analisa data. Tipologi penelitian dapat dikelompokan menjadi
5 hal, yaitu berdasarkan sifat, bentuk tujuan, penerapan, dan ilmu yang
digunakan. Sebuah penelitian berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi 3 jenis,
yaitu penelitian eksploratoris, deskriptif, dan eksplanatoris. Maka berdasarkan
sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian
yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat suatu indvidu, keadaan,
gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi suatu gejala.
38
Ibid., Pasal 1 angka 21.
39
Ibid., Pasal 1 angka 22.
UNIVERSITAS INDONESIA
19
UNIVERSITAS INDONESIA
20
UNIVERSITAS INDONESIA
21
G. BIAYA PENELITIAN
UNIVERSITAS INDONESIA
22
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Makarim, Edmon. Kompilasi Hukum Telematika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2003.
Mamudji, Sri. dkk. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Cet. Pertama. Depok:
Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
. dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif. Ed. 1. Cet. 19. Depok: Rajawali
Pers, 2019.
Yani, Ahmad dan Gunawan Widjaja. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen. Cet. 1.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Jurnal
Agustina, Lidya. dkk. “Online Review: Indikator Penilaian Kredibilitas Online dalam
Platform E-commerce.” Jurnal Ilmu Komunikasi (2018). Vol. 15, No 2. Hlm.
141-154.
Wijaya, Bambang Sukma.”Korupsi Komunikasi Dalam Dimensi Pesan, Media, Konteks
Dan Perilaku: Sebuah Proposisi Teoretis Untuk Riset.” Journal Communication
Spectrum (2013). Vol. 3 No. 1. Hlm. 6-7.
Internet
Academy. “Apa yang Diungkapkan Data tentang Pasar Online Indonesia dan Global?”
https://academy.getcraft.com/id/blog/apa-yang-diungkapkan-data-tentang-pasar-
online-indonesia-dan-global. Diunduh pada 12 Oktober 2019.
Internet World Stats. “Asia Marketing Research, Internet Usage, Population Statistics
and Facebook Subscribers.” https://www.internetworldstats.com/asia.htm#id.
Diunduh pada 12 Oktober 2019.
Liu, Bing, Arjun Mukherjee, Natalie Glance. “Spotting Fake Reviewer Groups in
Consumer Reviews.” https://www.cs.uic.edu/~liub/publications/WWW-2012-
group-spam-camera-final.pdf. Diunduh pada 11 Oktober 2019.
Murdaningsih, Dwi. “Jaga Reputasi, Amazon Tuntut Ribuan Penulis Ulasan Palsu.”
UNIVERSITAS INDONESIA
23
https://www.republika.co.id/berita/trendtek/internet/15/10/19/nwgx1s368-jaga-
reputasi
-amazon-tuntut- ribuan-penulis-ulasan-palsu. Diunduh pada 12 Oktober
2019.
Murphie, Rose. “Local Consumer Review Survey | Online Reviews Statistics &
Trends.” https://www.brightlocal.com/research/local-consumer-review-survey/.
Diunduh 11 Oktober 2019.
Putera, Andri Donnal. “Jumlah Pembeli Online I0ndonesia Capai 11,9 Persen
Populasi.”https://ekonomi.kompas.com/read/2018/09/07/164100326/jumlah-
pembeli-online-indonesia-capai-119-persen-dari-populasi. Diunduh pada 12
Oktober 2019.
Supargo, Albert. “Jangan Nekat Bikin Ulasan Palsu di TripAdvisor, Ini Hukumannya.”
https://travel.kompas.com/read/2019/09/24/200000827/-jangan-nekat-bikin-
ulasan-palsu-di-tripadvisor-ini-hukumannya-?page=all. Diunduh pada 12
Oktober 2019.
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia. Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen. UU Nomor 8 Tahun
1999. LN No. 42 Tahun 1999. TLN No. 3821.
UNIVERSITAS INDONESIA