Anda di halaman 1dari 14

2019

Panasonic Corporation
Bribery Case
AMMARA ZULAFA WAHYU
1706972543
BAB I

LATAR BELAKANG

Korporasi Panasonic merupakan salah satu pelopor internasional dalam bidang

manufaktur dan perkembangan komponen elektronik yang tersohor. Berbasis di Osaka, Jepang,

Panasonic melaporkan penjualan bersih terkonsolidasi sebesar 7.85 triliun yen pada tahun yang

berakhir tanggal 31 Maret, 2012. Saham Panasonic terdaftar pada bursa efek Tokyo, Osaka,

Nagoya, dan New York. Perusahaan Panasonic memiliki visi untuk menjadi nomor satu pada

kriteria Green Innovation Company dalam kategori Industri Elektronika.

Panasonic Avionics Corporation (PAC, Matsushita Avionics Systems Corporation)

merupakan perusahaan subsidiari yang dimiliki seluruhnya oleh perusahaan Panasonic cabang

Amerika Utara, merupakan korporasi Delaware yang berbasis di Lake Forest, California. PAC

mendesain, mengembangkan, memanufaktur, menjual dan memasang In-Flight Entertainment

System (IFE) dan Global-communication Services (GCS) pada sistem penerbangan, perusahaan

leasing penerbangan, perusahaan manufaktur pesawat di seantero dunia, termasuk sejumlah

penerbangan yang dimiliki negara.

Manajemen Panasonic (perusahaan induk) terhadap PAC dilaksanakan melalui segmen

bisnis dari AVC Network Company, dan sejumlah pengurus PAC juga memiliki posisi (ganda)

pada perusahaan induk mereka.

Pada awal tahun 2017, Panasonic terjerat skandal dalam pencatatan akuntansi, di mana

ditemukan oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (US SEC) bahwa Panasonic

melakukan kesalahan akuntansi secara disengaja berupa premature recognition dari pendapatan

mereka, dan melakukan kesalahan dalam pencatatan yang terbilang material, sejumlah kurang
lebih 38,5 juta dolar atau 9% pada pre-tax income dan 22,4 juta dolar atau 16% pada net income

yang dilaporkan pada tahun 2012. US SEC menyatakan bahwa PAC secara sengaja

menyembunyikan pembayaran kepada para konsultan di daerah Asia dan Timur Tengah,

menyalahi accounting provisions dari Foreign Corrupt Practices Act. PAC juga mengakui bahwa

mereka juga menyembunyikan pembayaran terhadap sejumlah agen yang tidak memenuhi standar

Internal Diligence perusahaan. PAC dan perusahaan induknya, korporasi Panasonic itu sendiri,

melakukan fraud yang memengaruhi laporan keuangan satu sama lain.

Mengapa bisa kesalahan ini sampai terjadi, bahkan setelah skandal pengauditan besar yang

menimpa perusahaan Toshiba pada tahun 2015 memperketat regulasi akuntansi dan audit yang

dipergunakan oleh negara Jepang? Rincian kasus akan ditelusuri secara mendalam pada bab-bab

berikutnya. Tugas ini saya laksanakan dengan sebaik-baiknya dalam rangka memenuhi kewajiban

dalam mata kuliah Pengauditan dan Asuransi 1.


BAB II

KRONOLOGI KASUS

Dijelaskan dalam laporan keluaran Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat

(Securities Exchange Act of 1934 Release No. 83128 terhitung tanggal 30 April 2018, Accounting

and Auditing Enforcement Release No. 3938 terhitung tanggal 30 April 2018, Administrative

Proceeding File No. 3-18459) mengenai pelanggaran atas provisi anti-sogok, anti-fraud,

pembukuan dan pencatatan, serta kontrol internal akuntansi bahwa Panasonic Avionics

Corporation (PAC) melakukan kesalahan akuntansi secara disengaja berupa premature

recognition dari akun pendapatan mereka dan melakukan kesalahan dalam pencatatan yang

terbilang material, sejumlah kurang lebih 38,5 juta dolar atau 9% pada pre-tax income dan 22,4

juta dolar atau 16% pada net income yang dilaporkan pada tahun 2012.

PAC menyediakan informasi tidak sesuai fakta mengenai persetujuannya dengan salah satu

pejabat pemerintahan Amerika Serikat yang membantu PAC dalam melaksanakan bisnis dengan

maskapai penerbangan milik negara. Kala PAC tengah menegosiasikan dua perjanjian/kontrak

seharga 700 juta dolar Amerika Serikat dengan maskapai penerbangan milik negara, PAC juga

menawarkan kepada pejabat pemerintahan yang membantunya tersebut sejumlah 200 ribu dolar

Amerika Serikat sebagai gaji tahunan post-retirement agar beliau tertarik untuk tetap menjadi

asisten bagi PAC dalam bisnisnya.

Puncaknya, PAC membayar sejumlah kurang lebih 875.000 dolar Amerika Serikat kepada

pejabat pemerintahan tersebut sebagai pembayaran atas jasa konsultasi yang sesungguhnya tidak

menunjukkan progres secara signifikan. Pembayaran tersebut dilaksanakan melalui third-party

vendor yang menyediakan pelayanan yang tidak ada kaitannya dengan bisnis PAC. Hubungan

dengan pejabat pemerintahan tersebut amat menyalahi aturan dan prosedur dari perusahaan
Panasonic itu sendiri, serta tidak dicatat dan dibukukan sesuai dengan realita pada laporan

keuangan. Mengetahui hal ini, perusahaan induk Panasonic sendiri dengan sengaja melaporkan

laporan keuangan secara tidak sesuai, menyalahi ketentuan umum dari proses pencatatan laporan

keuangan.

Sebagai tambahan, Panasonic juga tidak melaksanakan kontrol internal dalam bidang

akuntansi dengan baik dan benar—PAC bahkan telah membayar hingga lebih dari 1.76 juta dolar

Amerika Serikat kepada para konsultan yang kurang jelas asal-usul dan progress kerjanya,

termasuk pembayaran kepada pejabat pemerintahan yang telah dijelaskan sebelum ini. Berhubung

sejumlah besar dari consulting sales agent tidak memenuhi ketentuan internal Panasonic itu sendiri,

PAC merancang skema pembayaran atas jasa konsultasi agen-agen tersebut melalui pihak

eksternal terpisah.

Apabila ditilik secara mendalam, kasus pelanggaran serta penyembunyian fakta yang

dilakukan oleh PAC telah berlangsung sejak bertahun-tahun sebelumnya.

 Pada tahun 2004, PAC dengan maskapai penerbangan milik negara menandatangani

kontrak 10 tahun Master Product Supply Agreement (MPSA) di mana PAC memiliki

kewajiban untuk menyediakan produk IFE dan pelayanan untuk sejumlah pesawat milik

maskapai penerbangan milik negara tersebut.

 Pada tahun 2006, bagian penjualan PAC melakukan negosiasi dengan pejabat

pemerintahan untuk melakukan amendment terhadap MPSA (amendment pertama MPSA)

mengenai pembelian tambahan terhadap produk keluaran PAC. Dalam negosiasi tersebut,

pejabat pemerintahan juga menawarkan asistensi dari kantor konsultasi swasta yang baru

saja dibangun oleh pejabat pemerintahan tersebut. Hasil negosiasi untuk amendment
pertama MPSA, yang bernilai nyaris mencapai 360 juta dolar Amerika Serikat,

berlangsung hingga setidaknya bulan Juli tahun 2007.

 Pada tahun 2007, PAC dan pejabat pemerintahan melaksanakan amendment kedua

terhadap MPSA, lagi-lagi mengenai pembelian tambahan terhadap produk keluaran PAC.

Akibat keterlambatan dalam proses pengiriman tanda terima yang semestinya dikeluarkan

oleh maskapai penerbangan milik negara setelah amendment pertama, sejumlah produk

yang telah dikirimkan oleh PAC berakhir tercantum dalam amendment kedua. Amendment

kedua ditandatangani pada bulan November 2007, dan bernilai lebih dari 353 juta dolar

Amerika Serikat.

 Senior eksekutif dari PAC mengetahui tentang keseluruhan negosiasi tersebut. Pada

September 2007, salah seorang eksekutif yang menjabat sebagai direktur dari Unit Bisnis

PAC memberi peringatan kepada eksekutif PAC lainnya, bahwa mereka harus “berhati-

hati” terhadap posisi terkini dari pejabat pemerintahan yang berperan sebagai

asisten/konsultan tersebut. Beliau menyatakan bahwa apa yang tengah dijalankan oleh

PAC pada saat itu tergolong beresiko tinggi untuk perusahaan sekelas Panasonic. Beliau

berpendapat bahwa hal tersebut masih boleh dilakukan apabila dengan intensi-intensi baik,

namun perlu diselesaikan secara legal dan transparan.

 Meski demikian, PAC dan pejabat pemerintahan tersebut menutup-nutupi soal negosiasi

mereka dari maskapai penerbangan milik negara. Segala proses setelahnya dilaksanakan

dengan sepengetahuan seluruh eksekutif PAC—meski pada realitanya PAC telah

melanggar peringatan yang disampaikan oleh salah satu eksekutif sebelumnya, negosiasi

tersebut sama sekali tidak dihentikan.


 Sebagai hasil dari “konsultasi” yang disampaikan oleh pejabat pemerintah tersebut, PAC

berhasil memeroleh profit margin dari amendments pertama dan kedua yang lebih besar

secara signifikan apabila dibandingkan dengan total pendapatan yang diperoleh PAC dari

pelanggan lain yang membeli produk yang setara, pada periode waktu yang sama.

 Puncaknya, selama periode April 2008 hingga Januari 2014, PAC membayar gaji sejumlah

875.000 dolar Amerika Serikat kepada pejabat pemerintah yang tidak melakukan pekerjaan

secara signifikan. Grup audit internal PAC telah mengidentifikasi pembayaran tersebut

sebagai salah satu unsur resiko yang tinggi, namun PAC tidak juga berhenti untuk

membayar beliau. Bahkan pada Desember 2010, ketika grup audit internal mengeluarkan

laporan yang menyatakan bahwa pembayaran terus berjalan meski tidak ada pelayanan

yang diberikan oleh pejabat pemerintah tersebut terhadap PAC, PAC tetap tidak

menggubrisnya. Pelanggaran tersebut terus berlanjut hingga tahun 2016.

 PAC (serta perusahaan induknya sendiri, Panasonic) benar-benar tidak memiliki kontrol

internal yang baik saat itu, juga terus menyusun laporan keuangan yang tidak sesuai dengan

realita sebenarnya. Hal mengejutkan adalah, pelanggaran tersebut dilaksanakan atas

sepengetahuan seluruh eksekutif dari PAC. Laporan dari grup audit internal PAC yang

dikeluarkan pada tahun 2010 juga telah sampai dalam genggaman para eksekutif, namun

hanya memeroleh respon berupa pernyataan bahwa procurement department PAC tidak

tergabung dalam proses penerimaan konsultan, serta tidak satupun anggota dari Panasonic

beritikad baik untuk mengadakan review dan follow up terhadap isu-isu berbahaya

(beresiko tinggi) yang tengah berlangsung di dalam badan PAC.

 US SEC, dalam laporannya menyatakan bahwa Panasonic telah gagal dalam mengikuti

peraturan dan prosedur yang telah ditetapkannya sendiri.


BAB III

KAITAN DENGAN MATERI

Berdasarkan buku teks Principles of Auditing – An Introduction to International Standards

of Accounting Edisi ke-tiga karya Rick Hayes, dkk., tim akuntan dan auditor professional memiliki

kode etik yang perlu diperhatikan dalam proses pencatatan dan pemeriksaan (audit) laporan

keuangan yang menjadi kewajiban mereka. Standar kode etik untuk akuntan dan auditor tersebut

bahkan diatur dalam The International Ethics Standards Board of Accountants (IESBA) sebagai

acuan bagi tiap-tiap akuntan dan auditor di seantero bumi dalam mengemban tugas masing-masing.

IESBA dan IFAC memakai Conceptual Framework Approach dalam menyusun panduan

beretika. Sebuah conceptual framework memerlukan kompetensi dari seorang akuntan profesional

untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, serta menemukan seluruh ancaman yang berkemungkinan

untuk menyalahi prinsip-prinsip fundamental.

Terdapat lima prinsip fundamental etika yang harus ditaati oleh seluruh akuntan di seluruh

dunia. Prinsip-prinsip tersebut terdiri dari :

a. Integrity – senantiasa bertindak jelas, lugas, dan jujur dalam seluruh relasi bisnis

profesional.

b. Objectivity – tidak mengizinkan terjadinya bias, konflik interest serta pengaruh apapun

yang akan menodai objektifitas hasil kerja masing-masing.

c. Professional Competence and Due Care – mempertahankan pengetahuan profesional dan

kemampuan dalam level yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa setiap klien menerima

pelayanan profesional yang kompeten sesuai dengan perkembangan yang terjadi saat ini.
d. Confidentiality – menjaga tiap-tiap informasi yang bersifat konfidensial (rahasia) secara

profesional, tidak membocorkan informasi apapun kepada pihak eksternal tanpa autoritas

spesifik, kecuali apabila terdapat hak untuk mempublikasikan informasi tersebut, serta

tidak menggunakan segala informasi milik klien untuk keuntungan pribadi maupun

keuntungan pihak eksternal.

e. Professional Behavior – mematuhi peraturan-peraturan dan regulasi yang relevan serta

menjauhi tindakan apapun yang akan mencoreng nama profesi akuntan.

Ditilik dari kronologi kasus yang menimpa Panasonic beserta PAC pada 2017 lalu, dapat kita

ketahui bahwa sumber masalah utama tidak berasal dari grup audit internal yang ditugaskan untuk

memeriksa keuangan dari PAC (maupun Panasonic itu sendiri). Grup audit internal telah

melakukan pekerjaan mereka dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip fundamental yang

harus ditaati oleh seluruh akuntan dan auditor. Sesuai fakta, mereka telah menyatakan bahwa

terdapat transaksi beresiko tinggi serta ketidaksesuaian yang dilakukan oleh manajemen PAC.

Tindakan ini sesuai dengan prinsip integritas, objektivitas, serta professional behavior yang

notabene merupakan tiga dari lima poin prinsip fundamental kode etik.

Amat disayangkan, laporan (dan peringatan) jujur tersebut terus menerus diabaikan oleh

manajemen PAC yang bertugas melakukan negosiasi dengan pejabat pemerintah serta konsultan-

konsultan lainnya. Sesuai dengan prinsip nomor empat, konfidensialitas, grup audit internal tidak

memiliki wewenang untuk membocorkan informasi tersebut, apalagi bila masih berupa suatu

peringatan meski pada akhirnya akan diabaikan, kepada pihak manapun.

Kunci dari accounting fraud yang dilakukan oleh perusahaan Panasonic dengan subsidiarinya,

PAC, ini terletak pada manajemen internal dan tim akuntan perusahaan. Sebagai akuntan yang

menjunjung tinggi kode etik, laporan harus ditulis dengan sebagaimana mestinya, sesuai dengan
apa yang terjadi di lapangan. Namun kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan tim akuntan

dari Panasonic, berhubung masih ada kemungkinan paksaan dan manipulasi data dari manajemen

internal yang menyebabkan laporan keuangan tidak tercatat sebagaimana mestinya.

Penyembunyian transaksi yang dilaksanakan secara ilegal termasuk salah satu contoh manipulasi

yang dilakukan oleh pihak manajemen internal Panasonic.

Menurut Hayes, terdapat sejumlah kategori dari ancaman terhadap prinsip-prinsip fundamental,

kode etik akuntan, yakni :

a. Self-interest

b. Self-review

c. Advocacy

d. Familiarity

e. Intimidation

Salah satu yang kemungkinan besar terjadi, menimpa grup audit internal maupun tim

akuntan PAC, adalah ancaman yang tercantum pada poin ke-lima : Intimidation, atau

intimidasi.

Intimidation didefinisikan sebagai tindak pengancaman, secara aktual maupun tidak

langsung, dari pihak-pihak internal perusahaan seperti direktur, eksekutif, maupun staff

lainnya, yang mengakibatkan kegagalan akuntan/auditor dalam bersikap objektif atau

menumpulkan skeptisme profesional mereka sebagai pelaksana profesi akuntan dan auditor.
Pengabaian termasuk ke dalam salah satu tindak intimidasi, apalagi bila mengetahui bahwa

tim auditor dan akuntan takkan bisa melakukan apa-apa meski manajemen internal

mengindahkan peringatannya.
BAB IV

KONKLUSI, SARAN, DAN REKOMENDASI

Kasus pelanggaran akuntansi yang menimpa perusahaan Panasonic beserta PAC,

sesungguhnya bersumber dari manajemen internal yang tidak memiliki kontrol baik untuk

mempertahankan bisnis agar berjalan sesuai dengan semestinya, selaras dengan kode etik yang

berlaku.

Sehubungan dengan pelaksanaan pelanggaran yang didasari oleh kesengajaan, terdapat

kemungkinan besar bahwa manajemen internal Panasonic, terutama PAC, tidak memiliki pondasi

etika yang baik untuk menjalankan bisnis. Sikap tergoda dengan negosiasi dan tawaran pekerjaan

dari pihak luar yang kurang jelas asal-usulnya, tidak mengindahkan peringatan eksekutif senior

dan rekan auditor, serta tabiat buruk yang dicerminkan dengan sikap cuek/tidak mau peduli

terhadap permasalahan yang menimpa perusahaan, tidak bisa diselesaikan apabila tidak ada

kontrol internal terhadap diri masing-masing. Kecenderungan untuk tidak mau menang sendiri,

kejujuran, serta objektifitas merupakan unsur-unsur rohaniah yang harus ditempa oleh pribadi

masing-masing, ditambah dengan tindak saling menguatkan juga mengingatkan antar staf

perusahaan.

Selain daripada mengevaluasi setiap tindakan pengambilan keputusan dalam bertransaksi,

perlu dilakukan pula penegakan mengenai pentingnya transparansi dalam proses bisnis,

pengembangan diri untuk masing-masing staf termasuk auditor agar bisa melaksanakan tugasnya

dengan lebih baik, jujur, serta tegas untuk kedepannya. Selain itu, perlu pula dilaksanakan seleksi

yang lebih ketat dalam memilih staf manajemen yang akuntabel dan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Hayes, Rick, dkk. 1999. Principles of Auditing : An Introduction to International Standars of

Auditing, Third Edition. England : Pearson Education.

Securities and Exchange Commission of United States, Securities Exchange Act of 1934 Release

No. 83128 30 April 2018, Accounting and Auditing Enforcement Release No. 3938 30 April

2018, Administrative Proceeding File No. 3-18459

https://www.sec.gov/litigation/admin/2018/34-83128.pdf, diakses pada tanggal 24 Oktober

2019.

https://news.panasonic.com/global/press/data/2017/02/en170202-7/en170202-7-1.pdf, diakses

pada tanggal 24 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai